Produktivitas Primer Fitoplankton ddan Keterkaitan dengan Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Nutrien di Perairan Pantai Selatan Madura Kabupaten Bangkalan

(1)

PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN INTENSITAS CAHAYA DAN

KETERSEDIAAN NUTRIEN DI PERAIRAN PANTAI SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

INDAH WAHYUNI ABIDA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Nutrien di Perairan Pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2008

Indah Wahyuni Abida C151050081


(3)

RINGKASAN

Indah Wahyuni Abida. Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Nutrien di Perairan Pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Dibimbing oleh. ENAN M. ADIWILAGA dan ARIO DAMAR.

Tujuan penelitian adalah untuk mengukur nilai produktivitas primer fitoplankton dan menganalisis hubungan produktivitas primer fitoplankton dengan intensitas cahaya dan keberadaan unsur hara di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2007. Nilai kisaran produktivitas primer bersih fitoplankton pada tiga kali pengamatan di perairan pantai Selat Madura yaitu pada stasiun A didapatkan produktivitas primer bersih sebesar 5,56 – 35,11 mgC/m3/5jam, pada stasiun B sebesar 9,12 – 68,98 mgC/m3/5jam dan pada stasiun C sebesar 6,59 – 61,76 mgC/m3/5jam.

Intensitas cahaya pada kolom perairan memberi pengaruh yang nyata terhadap nilai produktivitas primer bersih dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,8740 (87,40 %) pada stasiun A, sedangkan pada stasiun B sebesar 0,8789 (87,89 %) dan pada stasiun C sebesar 0,9160 (91,60 %). Nilai optimum intensitas cahaya masing-masing di stasiun A, B, dan C adalah sebesar 15 802 Lux (308,5 mol photon/m2/detik); 17 470 Lux (341,2 mol photon/m2/detik); 19 164 – 19 676 Lux (374,3 - 384,3 mol photon/m2/detik) dengan nilai produktivitas primer bersih sebesar 7,78 mgC/m3/jam; 7,87 mgC/m3/jam dan 9,93 mgC/m3/jam. Unsur hara memberikan pengaruh yang rendah terhadap produktivitas primer bersih fitoplankton.


(4)

ABSTRACT

Indah Wahyuni Abida. Primary Productivity of Phytoplankton in Relation with Light Intensity and Nutrient Availability in Madura Strait Water Bangkalan District. Under the direction of ENAN M. ADIWILAGA and ARIO DAMAR.

This study are aimed to measure the value of net primary productivity of phytoplankton and analyze the relation net primer productivity phytoplankton with light intensity and nutrient availability at Madura strait water Bangkalan district. This research use discriptive methodology of ex post facto and dark-light bottle method. Value of net primary productivity phytoplankton in three measure are 5,563 – 35,11 mgCm-35h-1, 9,12 – 6,976 mgCm-35h-1 and 6.596 – 61.758 mgCm-35h-1 in station A, B and C respectively,which was measured on March-April 2007. The result of estimation shows that light intensity is significant with R2 are 0,8740 (87,40%), 0,8789 (87,89%), 0,9160 (91,60%) at station A, B and C respectively. Light intensity optimum value are 15 802 Lux (308,5 mol photon m -2

s-1); 17 470 Lux (341,2 mol photon m-2s-1); 19 164 – 19 676 Lux (374,3 - 384,3 mol photon m-2s-1) with net primary productivity are 7,78 mgC m-3h-1; 7,87 mgC m-3h-1 and 9,93 mgC m-3h-1 at station A, B and C respectively. Beside that the effect of nutrient net primary productivity of phytoplankton is relatively low.


(5)

©Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh


(6)

PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DAN KETERKAITANNYA DENGAN INTENSITAS CAHAYA DAN

KETERSEDIAAN NUTRIEN DI PERAIRAN PANTAI SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

INDAH WAHYUNI ABIDA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008


(7)

Judul Tesis : Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Intensitas Cahaya dan Ketersediaan Nutrien di Perairan Pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan

Nama : Indah Wahyuni Abida

NIM : C151050081

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga Ketua

Dr. rer. nat. Ir. Ario Damar, MS. Anggota

Diketahui Ketua Program Studi

Ilmu Perairan

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS.

Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.


(8)

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur yang pertama dan yang utama atas segalanya hanya untuk ALLAH SWT. atas segala yang telah diberikan kepada hambaNya. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perairan, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Ario Damar, MS. sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan saran dalam penelitian dan penulisan tesis ini. 2. Dr. Ir. Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi. sebagai dosen penguji atas

segala masukan untuk perbaikan tulisan ini.

3. Dekan dan rekan sejawat di Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo khususnya ketua dan staf jurusan Ilmu Kelautan serta para staf teknis Laboratorium Fakultas Pertanian.

4. Kedua orang tua H. Achmad Tiyar dan Hj. Nikmah serta keluarga besar yang telah mendoakan dan memberi dorongan untuk mencapai RidhoNya. 5. Seluruh kerabat dan teman seperjuangan atas segala kebaikan dan

kerjasamanya

Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat. Semoga Allah SWT. meridhoi setiap langkah kita. Amiin.

Bogor, Januari 2008 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Babatagung Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Jawa Timur pada tanggal 21 Juni 1975 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan H. Achmad Tiyar dan Hj. Nikmah.

Pendidikan ditempuh di SD Negeri Babatagung II, SMP Negeri Deket dan lulus dari SMA Negeri I Lamongan pada tahun 1993. Pada tahun yang sama penulis diterima di Jurusan Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998 - 1999, penulis bekerja sebagai teknisi di tambak udang intensif dan pada tahun 2000- 2001 penulis bekerja sebagai staf teknis di UPBAT Umbulan Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur. Pada tahun 2002, penulis diterima sebagai staf pengajar di program studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura. Dan selanjutnya pada tahun 2005, penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan studi di program studi Ilmu Perairan IPB atas beasiswa BPPS Ditjen DIKTI.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ………... 2

Tujuan ………... 4

Hipotesis ………... 4

TINJAUAN PUSTAKA ………... 5

Hidrodinamika Perairan Pantai ………... 5

Produktivitas Primer Fitoplankton …………... 6

Faktor dan Proses Penentu Produktivitas Primer ………... 7

Intensitas Cahaya ………... 7

Stratifikasi Suhu ………... 10

Ketersediaan Unsur Hara ………... 13

Struktur Komunitas Fitoplankton ………... 13

METODE PENELITIAN ………... 15

Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 15

Pengukuran dan Pengambilan sampel air laut ... 15

Pengukuran Produktivitas Primer ... 17

Analisis Klorofil-a ………... 18

Penghitungan Kelimpahan Fitoplankton …………... 19

Analisis Unsur Hara …....………... 19

Pengukuran Intensitas Cahaya ………... 20

Analisis Data ………... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 23

Hidrodinamika Perairan ………... 23

Intensitas Cahaya Matahari ……..……… 25

Unsur Hara ………... 30

Struktur Komunitas Fitoplankton ……….. 34

Klorofil-a ………... 40

Produktivitas Primer Perairan ………... 42

Hubungan cahaya dengan Produktivitas Primer ....…… 43

Hubungan Unsur Hara dengan Produktivitas Primer ... 48

Hubungan Klorofil-a dengan Produktivitas Primer …… 53

SIMPULAN DAN SARAN ... 56

DAFTAR PUSTAKA ………... 57


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Metode analisis dan alat yang digunakan untuk pengukuran

parameter fisika, kimia dan biologi ... 17 2 Penghitungan arah dan kecepatan angin, arus dan tinggi

gelombang di Lokasi Penelitian ... 24 3 Rata-rata hasil pengukuran parameter fisika kimia di lokasi

penelitian ... 25 4 Nilai rata-rata kecerahan, kekeruhan dan TSS tiap stasiun

pengamatan ... 26 5 Persentase intensitas cahaya selama waktu inkubasi ... 28 6 Rata-rata kedalaman dan zona eufotik di lokasi Penelitian ... 29 7 Nilai rata-rata unsur hara DIN menurut kedalaman inkubasi . 32 8 Nilai rata-rata unsur hara PO4-P dan SiO2 ... 34

9 Kelas dan Jumlah Jenis Fitoplankton ... 36 10 Rataan kelimpahan fitoplankton (sel/L) pada tiap

pengamatan... 38 11 Indeks biologi pada stasiun pengamatan di perairan pantai

Selat Madura ………... 39 12 Konsentrasi klorofil-a, b dan c menurut pengamatan... 42 13 Produktivitas primer bersih fitoplankton pada kedalaman

inkubasi ... 43 14 Hubungan Produktivitas Primer bersih dengan unsur hara ... 50


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Diagram alir pendekatan masalah produktivitas primer fitoplankton dan keterkaitannya dengan intensitas cahaya dan ketersediaan nutrien ………. ...

3

2 Pola hubungan fotosíntesis dengan distribusi vertikal intensitas

cahaya (Sverdrup’s 1953 diacu dalam Miller 2004) ... 10

3 Peta lokasi penelitian di Perairan Selat Madura ... 15

4 Intensitas cahaya matahari di permukaan selama pengamatan ... 28

5 Pola distribusi cahaya pada kolom perairan di setiap stasiun.. ... 31

6 Kelimpahan fitoplankton (x 105 sel/L) pada tiap kelas ...…... 36

7 Jenis-jenis fitoplankton dominan a) Skeletonema sp b) Pseudonitzschia sp c) Thalassiosira sp d) Pleurosigma sp e) Nitzschia sp f) Chaetoceros sp ………... 37

8 Rata-rata jumlah genera fitoplankton menurut kedalaman inkubasi... 38

9 Rata-rata kelimpahan fitoplankton dan prosentase menurut kedalaman inkubasi ...………...……….... 40

10 Komposisi klorofil a, b dan c pada tiap stasiun selama penelitian 42 11 Pola distribusi Produktivitas primer bersih fitoplankton pada tiap stasiun pengamatan …………... 46

12 Pola hubungan antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer bersih di lokasi penelitian ... 47

13 Pola hubungan antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer bersih pada lapisan kolom air di lokasi penelitian ... 48

14 Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun A (n = 9 pada α 0,05)... 52

15 Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun B (n = 12 pada α 0,05) ...……… 53

16 Pola hubungan unsur hara dengan produktivitas primer bersih di Stasiun C (n = 12 pada α 0,05) ... 54

17 Pola Hubungan antara NPP dengan kelimpahan sel dan Klorofil –a di setiap stasiun (n = 12 pada α 0,05) ... 55


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Intensitas Cahaya (lux) di permukaan air pada perairan Selat

Madura... ... 61 2 Intensitas Cahaya (Lux) pada kolom lapisan permukaan

perairan ... 63 3 Intensitas cahaya (Lux) pada berbagai kedalaman inkubasi .. 65 4 Hasil Pengukuran Parameter utama di perairan pantai Selat

Madura ...

66

5 Kelimpahan Fitoplankton (sel/L) pada pengamatan ke-1... 68 6 Kelimpahan Fitoplankton (sel/L) pada pengamatan ke-2... 69 7 Kelimpahan Fitoplankton (sel/L) pada pengamatan ke-3 ... 70 8 Indeks Biologi menurut kedalaman inkubasi pada setiap

periode pengamatan ...

71

9 Hasil uji sidik ragam (anova) produktivitas primer terhadap stasiun ...

72

10 Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun A selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura ...

73

11 Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun B selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura ...

75

12 Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun C selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura ...


(15)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perairan pesisir merupakan perairan yang banyak menerima beban masukan bahan organik. Bahan ini berasal dari berbagai sumber seperti kegiatan pertambakan, pertanian, dan limbah domestik yang akan masuk melalui aliran sungai dan limpasan dari daratan. Masuknya bahan organik ke pesisir ini cepat atau lambat akan mempengaruhi kualitas air, selanjutnya akan berpengaruh pada keberadaan organisme perairan khususnya plankton yang merupakan organisme pertama yang merespon perubahan kualitas air tersebut. Beban masukan yang nyata biasanya membawa partikel tersuspensi, nutrien, dan bahan organik terlarut yang akan mendukung terjadinya eutrofikasi dan bisa menyebabkan berkurangnya penetrasi cahaya pada kolom air (Cervetto et al. 2002).

Beban masukan bahan organik ini akan mengalami berbagai proses penguraian yang pada akhirnya akan memberikan suplai bahan anorganik atau unsur hara ke perairan. Unsur hara yang dihasilkan diantaranya adalah N dan P, dimana unsur ini merupakan unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan organisme akuatik yaitu oleh fitoplankton.

Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam rantai makanan dilaut, karena fitoplankton merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan terbesar pada produksi primer total suatu perairan. Peranan penting fitoplankton bagi produktivitas primer perairan, karena fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan bahan organik yang kaya energi maupun kebutuhan oksigen bagi organisme yang tingkatannya lebih tinggi.

Pertumbuhan fitoplankton akan memperlihatkan dinamika tersendiri tergantung pada fluktuasi unsur hara dan hidrodinamika perairan. Kondisi hidrodinamika suatu perairan juga akan mempengaruhi pola penyebaran atau distribusi fitoplankton baik secara horisontal maupun secara vertikal, sehingga akan berpengaruh pada kelimpahan dan struktur populasi fitoplanktonnya yang selanjutnya akan berpengaruh pada nilai produktivitas primernya.

Perairan pantai Kabupaten Bangkalan sebelah selatan termasuk pada perairan Selat Madura. Perairan ini merupakan perairan yang banyak menerima


(16)

beban masukan akibat besarnya aktivitas manusia yang berada disekitar daerah tersebut. Beban masukan ini berasal dari limbah domestik, limbah pertambakan dan pertanian. Dengan beban masukan ini akan menyebabkan perairan tersebut mempunyai sebaran nutrien dan penetrasi cahaya yang masuk ke perairan akan berbeda dari arah pantai ke laut, baik secara vertikal maupun horisontal. Hal ini disebabkan karena tiap zona akan menerima beban masukan yang berbeda. Sampainya cahaya yang masuk ke kolom perairan sangat mempengaruhi aktivitas fitoplankton dalam berfotosintesis sehingga seringkali pada perairan pantai cahaya merupakan faktor pembatas.

Perumusan Masalah

Adanya beban masukan materi bahan organik yang berasal dari daratan dan kondisi hidrodinamika pada perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan akan mempengaruhi nilai produktivitas primer fitoplankton. Ketersediaan unsur hara dan cahaya yang berada dalam kolom air secara alami tersebar tidak merata dan akan menentukan nilai produktivitas primer fitoplankton. Hal ini disebabkan karena tingkat kekeruhan dalam kolom air yang ditimbulkan oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan organik tidak merata baik secara vertikal maupun horisontal, akibatnya akan mempengaruhi keberadaan nutrien dan transfer energi cahaya yang masuk ke perairan sehingga berpengaruh pada proses fotosintesis fitoplankton.

Berdasarkan pada hal tersebut diatas, maka diperlukan kajian dengan suatu penelitian tentang produktivitas primer perairan sehubungan dengan ketersediaan unsur hara dan intensitas cahaya di perairan. Untuk lebih jelas dalam memahami masalah ini dapat dilihat pada diagram alir pendekatan masalah yang ada pada Gambar 1.


(17)

Gambar 1 Diagram alir pendekatan masalah produktivitas primer fitoplankton dan keterkaitannya dengan intensitas cahaya dan ketersediaan nutrien.

Beban masukan

Hidrodinamika

Kualitas Air

Fitoplankton

Intensitas Cahaya

Distribusi spasial - -Nutrien

-Padatan tersuspensi

Struktur Komunitas Fitoplankton

Cahaya Unsur hara

Biomasa Produktivitas Primer Fitoplankton


(18)

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menduga nilai produktivitas primer fitoplankton di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan.

2. Menganalisis hubungan produktivitas primer fitoplankton dengan keberadaan unsur hara dan intensitas cahaya yang ada di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan.

Hipotesis

Produktivitas primer fitoplankton akan berbeda seiring dengan gradien intensitas cahaya dan nutrien dari arah pantai ke arah laut. Perbedaan nilai produktivitas primer fitoplankton ini disebabkan oleh perubahan besarnya nilai intensitas cahaya yang menembus kolom perairan dan ketersediaan unsur hara.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA Hidrodinamika Perairan Pantai

Produktivitas perairan merupakan fungsi dari gerakan air. Proses biologi sebagai penentu nilai produktivitas yang terjadi dilaut, akan dipengaruhi oleh proses fisik (Mann 1982). Proses fisik yang bervariasi akan mengakibatkan berpengaruhnya cahaya dilingkungan kolom air, perkembangan stratifikasi vertikal, turbulensi, suhu dan konsentrasi nutrien (Platt 1972; Therriault & Platt 1978; Therriault et al. 1978; Joint & Pomroy 1981; Pennock 1985, Pennock & Sharp 1986, diacu dalam Cervetto et al. 2002).

Angin dapat mengakibatkan difusi turbulen vertikal lewat air dan juga mengakibatkan transport horisontal massa air, dimana komunitas fitoplankton akan bereaksi terhadap komponen vertikal dan horisontal dari gerakan air yang diakibatkan oleh angin tersebut (Mackas et al. 1985, diacu dalam Kaswaji 1999). Angin yang merupakan pembangkit arus dan pasang surut yang terjadi di perairan menyebabkan tersuspensinya kembali sediment (resuspensi) sehingga dapat meningkatkan kekeruhan dan berkurangnya kedalaman zona euphotik pada daerah pesisir yang airnya dangkal (Pennock 1985; Alongi 1998). Selain itu proses resuspensi akibat arus dan pasang surut ini dapat berperan penting pada meningkatnya perubahan nutrien antara sedimen dan kolom air, yang pada proses kembalinya nutrien ini bisa meningkatkan produktivitas fitoplankton (Gabrielson & Lukatelich 1985, diacu dalam Cervetto et al. 2002).

Arah dan kecepatan arus sangat penting untuk mengetahui proses perpindahan dan pengadukan dalam perairan seperti misalnya mikronutrien dan material tersuspensi (Alongi 1998; Blackburn & Sorensen 1988). Arus akan membawa organisme menjauhi dan mendekati makanan, sedangkan turbulensi berperan dalam mengangkat nutrien yang terkumpul dibawah lapisan tercampur akibat tenggelamnya bahan-bahan organik maupun anorganik (Mann dan Lazier 1991).

Pada perairan dengan pembuangan limbah domestik yang tinggi, angin menunjukkan peranan penting melalui efeknya pada distribusi dari limbah, resuspensi sedimen dan ketersediaan cahaya karena angin akan mengakibatkan tingkat kekeruhan yang tinggi meskipun kandungan nutrien yang ditemukan


(20)

diperairan tinggi tapi biomasa fitoplankton menunjukkan nilai yang sedang sampai rendah akibat dari ketersediaan cahaya yang terbatas, sehingga cahaya menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan fitoplankton (Cervetto et al. 2002).

Wilayah Kabupaten Bangkalan mempunyai sungai yang bermuara pada perairan Selat Madura, dimana perairan tersebut merupakan perairan semi tertutup dan relatif sempit. Perairan tersebut mempunyai arus maksimum sebesar 13,5 m/s dan kecepatan arus terendahnya sebesar 8,18 x 10-5 m/s. Dari hasil simulasi pada daerah yang diperbandingkan dengan DISHIDROS diketahui besarnya arus maksimum sebesar 8,73 m/s (pada waktu pasang), sedangkan pada saat surut besarnya sebesar 7,70 m/s (ke arah selatan) (Setiawan 2005). Besar kecilnya gelombang pada daerah ini bervariasi menurut musim, kecepatan angin dan tingginya amplitudo pasang surut.

Produktivitas Primer Fitoplankton

Produktifitas primer adalah jumlah bahan organik yang dihasilkan oleh organisme autotrop, yaitu organisme yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari (Parson et al. 1984). Produktivitas primer pada umumnya dinyatakan dalam gram karbon (C) yang terikat per satuan luas atau volume air per interval waktu. Produksi merupakan jumlah karbon per m2 per hari ( g C/m2/hari ). Organisme yang berperan dalam hal ini adalah fitoplankton yang mampu menghasilkan bahan organik dari zat-zat anorganik melalui proses fotosintesis. Reaksi pada proses fotosintesis adalah :

cahaya

6 CO2 + 6 H2O C6 H12 O6 + 6 O2

energi + tumbuhan

dari reaksi diatas, secara teoritis untuk mengukur laju produksi senyawa-senyawa organik dapat diukur dengan cara mengetahui laju hilangnya atau munculnya beberapa komponen yang ada dalam reaksi tersebut. Laju fotosintesis dapat diukur dengan laju hilangnya CO2 atau munculnya O2. Pengukuran ini dalam prakteknya

yang digunakan hanya dua komponen yaitu CO2 dan O2 (Nybakken 1988).

Dengan bantuan sinar matahari, fitoplankton memfiksasi karbondioksida dan mentransformasi menjadi produk primer berupa senyawa C organik dan


(21)

biomassa. Laju produksi primer ditentukan oleh lingkungan fisik misalnya temperatur optimum dan cukup sinar matahari dan juga ketersediaan nutrien anorganik misalnya N dan P (Valiela 1995). Suplai unsur hara yang dibawa oleh air sebagai beban masukan ke perairan dan pergerakan air, akan mempengaruhi jumlah dan aktivitas material fotosintesis (Blackburn & Sorensen 1988; Fogg 1975 , diacu dalam Nuryanto 2001).

Kuantitas dari fitoplankton dapat dinyatakan dengan biomassa, yaitu banyaknya zat hidup per satuan luas atau per satuan volume pada satu daerah dan pada waktu tertentu (Cushing et al. 1958, diacu dalam Nontji 1984). Ada beberapa metode pendekatan untuk penentuan biomassa fitoplankton antara lain dengan pencacahan sel, pengukuran volume, berat kering, berat basah, kandungan karbon dan klorofil-a. Penentuan biomassa fitoplankton dengan pendekatan klorofil merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan dan hingga kini dipandang sebagai metode rutin terbaik (Whitney dan Darley 1979; Jeffrey 1980, diacu dalam Nontji 1984).

Faktor dan Proses Penentu Produktivitas Primer Fitoplankton

Dalam perairan, berbagai faktor lingkungan akan mempengaruhi dan menentukan terhadap besarnya biomassa dan produktivitas fitoplankton. Faktor-faktor tersebut antara lain : cahaya, suhu, ketersediaan unsur hara serta kemantapan struktur fitoplankton.

Intensitas Cahaya

Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di perairan cahaya memiliki dua fungsi utama yaitu pertama memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas) yang selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air, dan yang kedua cahaya merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis algae dan tumbuhan air. Apabila penetrasi cahaya dalam perairan semakin besar akan menyebabkan semakin besarnya daerah berlangsungnya proses fotosintesis, sehingga kandungan oksigen terlarut masih relatif tinggi pada lapisan air yang lebih dalam (Jeffries dan Mills 1996; Ruttner 1973).


(22)

Intensitas cahaya secara kualitatif digambarkan melalui distribusi spektral yang bergantung pada perbedaan panjang gelombang (unit-unit seperti nm, µm dan angstrom). Intensitas cahaya dengan panjang gelombang diatas 760 nm disebut inframerah (IR), sedangkan cahaya yang kurang dari 300 nm disebut sinar ultraviolet (UV). Panjang gelombang cahaya antara UV dan IR disebut visibel (VS), dimana fraksi dari sinar ini sebagian besar penting untuk aspek-aspek biologi seperti fotosintesis dan rangsangan visual organisme. Untuk proses fotosintesis, fitoplankton membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang antara 300-720 nm (Parsons et al. 1984). Menurut Wetzel (1983), radiasi dengan panjang gelombang antara 400-700 nm atau spektrum cahaya tampak yang dapat menembus kedalaman perairan dan diserap oleh klorofil untuk proses fotosintesis. Total radiasi pada panjang gelombang ini disebut PAR (Photosyntetically Available Radiation).

Hubungan antara intensitas cahaya dan produktivitas primer perairan sangat nyata, dimana peningkatan intensitas cahaya secara proporsional sebanding dengan peningkatan produktivitas primer. Semakin meningkatnya intensitas cahaya akan mengakibatkan prosses fotosintesis juga semakin meningkat sampai mencapai puncak dimana cahaya dalam kondisi jenuh (Riley dan Chester 1971; Parson et al. 1984).

Proses fotosintesis di perairan hanya dapat berlangsung bila ada cahaya yang sampai pada kedalaman tertentu dimana fitoplankton itu berada (Nybakken 1988). Hasil fotosintesis yang relatif besar dihasilkan dari lapisan permukaan sampai pada kedalaman dengan nilai intensitas cahaya kurang lebih tinggal 1% dari cahaya yang berada pada permukaan perairan yang disebut dengan zona eufotik (Parson et al. 1984). Pada kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi yang intensitas cahayanya tinggal 1 % dari intensitas di permukaan perairan.

Kedalaman Secchi dapat digunakan sebagai estimator penetrasi cahaya pada lokasi perairan yang mempunyai kedalaman Secchi rendah (Cervetto et al. 2002). Ketersediaan cahaya diperhatikan sebagai bagian yang penting pada lingkungan yang kekeruhannya tinggi. Adanya pasang surut menyebabkan tersuspensinya kembali (resuspensi) sedimen sehingga dapat meningkatkan


(23)

kekeruhan dan berkurangnya kedalaman zona eufotik pada daerah pesisir yang airnya dangkal (Pennock 1985).

Ketersediaan cahaya yang ada dalam perairan akan ditentukan oleh besarnya cahaya yang masuk ke perairan, adanya ekstinksi cahaya pada kolom air dan kedalaman lapisan tercampur (Wofsy 1983; Pennock 1985), dimana faktor ini lebih penting dalam mengontrol level produksi fitoplankton dan biomasanya (Sverdrup 1953; Lande & Yentsch 1988; Nelson & Smith 1991; Platt et al. 1991, diacu dalam Cervetto et al. 2002). Cahaya menjadi faktor pembatas untuk produksi primer fitoplankton saat nutrien melimpah (Pennock 1985; Underwood & Kromkamp 1999). Kekeruhan akan menjadi pembatas kuatnya penetrasi cahaya dan menjadi faktor pengatur utama pada cahaya lingkungan kolom air serta penyebaran dan produksi klorofil (Hilmer & Bate 1990, Fielding et al. 1991, diacu dalam Cervetto et al. 2002).

Rasio kedalaman lapisan tercampur atau Zmix dapat diartikan sebagai

kedalaman kolom air atau lapisan permukaan tercampur pada stratifikasi kolom air sampai kedalaman eufotik (Zeu) yang dipertimbangkan sebagai indikator

ketersediaan cahaya untuk fitoplankton (Grobbelar 1985; Alphine & Cloern 1988; Underwood & Kromkamp 1999). Oleh sebab itu, cahaya yang tersedia untuk sel fitoplankton dan produksinya dapat dihubungkan dengan rasio Zmix/Zeu (Damar

2003; Alpine & Cloern 1988).

Rasio Zmix/Zeu selama sampling dapat diestimasi dengan asumsi bahwa

lapisan fotik memberikan 1.7 kali kedalaman Secchi (Margalef 1989). Rasio Zmix/Zeu = 6 dapat diidentifikasi sebagai kedalaman kritis atau pembatas dengan

memberikan inisiasi blooming fitoplankton (Alpine & Cloern 1988; Grobbelar 1990; Tett 1990; Kromkamp & Peene 1995, diacu dalam Cervetto et al. 2002). Kedalaman kritis (critical depth = Dcr) merupakan kedalaman dimana seberapa

jauh ke dalam laut populasi sel fitoplankton dapat diaduk sampai fotosintesis = respirasi. Untuk mengatasi problema fitoplankton yang di-mixed (diaduk) secara vertikal dalam kolom air harus mengetahui koefisien peredupan dan kedalaman kompensasi (Miller 2004).


(24)

Gambar 2 Pola hubungan fotosíntesis dengan distribusi vertikal intensitas cahaya (Sverdrup’s 1953 diacu dalam Miller 2004).

Stratifikasi Suhu

Dalam proses fotosintesis, suhu mempunyai pengaruh yang langsung dan tidak langsung. Pengaruh secara langsung dari suhu adalah mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Sedangkan pengaruh tidak langsung suhu adalah dalam menentukan struktur hidrologis suatu perairan, misalnya kerapatan air yang akhirnya akan mempengaruhi laju penenggelaman fitoplankton (Raymont 1963; Tomaschik et al. 1997, diacu dalam Nuryanto 2001). Suhu dan salinitas mempengaruhi densitas air, semakin dalam perairan, suhu semakin rendah dan salinitas semakin meningkat sehingga kerapatan air juga meningkat yang selanjutnya akan mempunyai stratifikasi yang kuat dengan lapisan pegat (discontinuity) yang tajam yang sukar ditembus oleh fitoplankton (Raymont 1963).

Ada tidaknya sinar yang masuk ke permukaan perairan akan menentukan siklus perubahan suhu di perairan yang hal ini berkaitan dengan pola migrasi vertikal diurnal plankton. Dengan pola migrasi ini plankton akan mencari air yang lebih dingin ditempat yang lebih dalam pada saat siang hari, sedangkan pada malam hari plankton ada yang naik ke permukaan (Davis 1955).


(25)

Setiap jenis fitoplankton memiliki suhu yang optimum tersendiri dan sangat tergantung pada faktor lain seperti cahaya. Proses respirasi dan fotosintesis yang terjadi pada suatu perairan tidak terlepas dari perubahan suhu. Kenaikan suhu air sampai pada tingkat tertentu akan menyebabkan laju pertumbuhan fitoplankton meningkat, dan kenaikan suhu yang terus berlangsung akan memperlambat laju pertumbuhan yang sampai pada suhu tertentu akan menyebabkan laju pertumbuhan menjadi nol (Bayne et al. 1997; Eppley 1979, diacu dalam Hutagalung 1988).

Ketersediaan Unsur Hara

Dalam pertumbuhannya, fitoplankton membutuhkan beberapa unsur. Beberapa unsur ini dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut dengan hara makro (Macro-nutrien) misalnya : C, H, O, N, P, Si, S, Mg, K dan Ca, sedangkan yang masuk dalam kelompok mikronutrien adalah Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, Cl, Co dan Na (Odum 1996). Diantara unsur-unsur tersebut, unsur N, P dan Si adalah yang sering dijumpai sebagai faktor pembatas pertumbuhan algae. Unsur N dan P diperlukan oleh semua jenis algae, sedangkan Si terutama dibutuhkan oleh jenis-jenis yang dinding selnya mengandung kerangka silika (Nybakken 1988).

Pertumbuhan dan produksi fitoplankton sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara, tanpa unsur hara sel tidak dapat membelah, dan ketika unsur hara tersedia populasi sel mulai meningkat. Setiap species mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan konsentrasi unsur hara. Beberapa jenis dapat memanfaatkan unsur hara dari konsentrasi yang rendah sementara sebagian yang lain tumbuh dengan subur apabila unsur hara tersedia berlimpah (Mann 1982).

Ketersediaan unsur-unsur nutrien dalam suatu perairan sangat tergantung dari masukan dari luar perairan seperti sungai, resapan tanah, pencucian ataupun erosi serta dari sistem pembentukan yang langsung di badan air itu sendiri (Parsons et al. 1984). Fluktuasi ketersediaan unsur hara ini dipengaruhi oleh faktor sumber dari mana beban masukan hara itu berasal (Blackburn and Sorensen 1988).


(26)

Di antara berbagai nutrien yang dapat berada dalam jumlah terbatas di laut, nitrat (NO3+), fosfat (PO4+) dan silikon terlarut (Si(OH)4) adalah yang paling

sering dijumpai dalam konsentrasi sangat rendah (di bawah nilai setengah jenuh) yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang maksimum.

Nitrogen

Dibandingkan dengan silikon dan fosfor, pendauran nitrogen merupakan proses yang lebih kompleks. Siklus nitrogen di laut sangat kompleks karena nitrogen di laut berada dalam berbagai bentuk yang tidak mudah diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Bentuk-bentuk tersebut meliputi molekul nitrogen terlarut (N2) dan bentuk ion ammonia (NH4+), nitrit (NO2+), dan nitrat (NO3+),

seperti juga senyawa organik seperti urea (CO(NH2)2). Bentuk dominan dari

nitrogen di laut adalah ion nitrat, bentuk ini yang sering diserap oleh fitoplankton, meskipun banyak spesies lain juga dapat memanfaatkan nitrit atau ammonia. Ada beberapa spesies fitoplankton yang juga dapat menyerap molekul-molekul kecil nitrogen organik, seperti asam amino dan urea. Laju penyediaan nitrogen dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan fitoplankton dapat membatasi produktivitas primer di perairan oligotrofik sepanjang tahun dan di perairan temperate selama musim panas (Blackburn and Sorensen 1988).

Adanya beban masukan yang berupa bahan organik ke perairan dengan berbagai unsur haranya akan diregenerasi menjadi bahan anorganik oleh berbagai aktifitas bakteri melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi di kolom air. Dalam siklus nitrogen ini juga terlibat proses fiksasi nitrogen, dimana gas nitrogen terlarut diubah menjadi senyawa nitrogen onganik; proses ini hanya dapat dilakukan oleh beberapa fitoplankton saja, terutama Cyanobacteria. Nitrogen organik terlarut (Dissolved Organic Nitrogen, DON) dan nitrogen organik partikulat (Particulate Organic Nitrogen, PON) keduanya berlaku sebagai nutrien bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri memecah protein menjadi asam amino dan ammonia, dan yang terakhir ini dioksidasi di dalam proses nitnifikasi. Nitrogen anorganik terlarut (Dissolved Inorganic Nitrogen, DIN) yang kemudian dilepaskan membuat bentuk-bentuk ini tersedia kembali untuk diserap/dimanfaatkan oleh fitoplankton (Blackburn and Sorensen 1988; Wotton 1994).


(27)

Fosfor

Keberadaan fosfor di laut dalam bentuk yang beragam dan terutama sebagai bentuk ortofosfat anorganik (PO4). Fosfor merupakan salah satu unsur

penting dalam pembentukan dan metabolisme tubuh diatom. Fosfor akan mempengaruhi penyebaran fitoplankton. Pada perairan dengan nilai fosfat yang rendah (0.00-0.02 ppm) akan dijumpai dominasi diatom terhadap fitoplankton yang lain. Pada perairan dengan nilai fosfat sedang (0.02-0.05 ppm) akan dijumpai jenis Chlorophyceae, sedangkan pada perairan dengan fosfat tinggi (>0.10 ppm) akan didominasi Cyanophyceae (Prowse 1945, diacu dalam Nuryanto 2001).

Siklus fosfor relatif juga sederhana (dalam perspektif kimiawi); pada pH air laut yang biasa (bersifat alkalin), fosfat organik relatif mudah dihidrolisis kembali ke bentuk fosfat anorganik yang kemudian akan tersedia kembali untuk dimanfaatkan oleh fitoplankton. Karena fosfor berdaur dengan cepat melewati rantai makanan (food chains), unsur ini jarang menjadi pembatas dalam lingkungan laut.

Silikat

Silikat dilaut berada dalam bentuk larutan dan sebagai bahan padatan tersuspensi. Keterbatasan silikat mempengaruhi terutama organisme yang menggunakan unsur ini untuk membentuk rangka atau cangkangnya; organisme tersebut antara lain diatom dan dinoflagellata (fitoplankton) dan kelompok radiolaria (zooplankton). Siklus silikon relatif sederhana karena hanya menyangkut bentuk-bentuk anorganik, organisme memanfaatkan silikon terlarut untuk membentuk cangkangnya, dan bahan cangkang ini akan larut begitu organisme tersebut mati. Konsentrasi silikat semakin besar dengan bertambahnya kedalaman (Spencer 1975).

Struktur Komunitas Fitoplankton

Struktur komunitas adalah kumpulan berbagai jenis organisme yang hidup bersama dan saling berhubungan dan berinteraksi didalam suatu zona tertentu. Struktur komunitas juga dapat diartikan sebagai susunan individu dari beberapa


(28)

jenis atau species yang terorganisir membentuk komunitas (Browner et al. 1990; Odum 1996).

Struktur komunitas fitoplankton ditentukan oleh keragaman fitoplankton yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya dan nutrien. Di dalam kolom perairan, kuantitas dan kualitas fitoplankton selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan hidupnya. Fitoplankton memerlukan kondisi lingkungan yang optimal agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik. Kondisi lingkungan yang merupakan faktor penentu keberadaan fitoplankton adalah suhu, salinitas, cahaya matahari, pH, kekeruhan dan konsentrasi unsur hara serta berbagai senyawa lainnya (Nybakken 1988).

Komunitas fitoplankton meliputi kelas Diatome (Bacillariophyceae), Chlorophyceae, Chrysophyceae, Cryptophyceae, Cyanophyceae, Dinophyceae, Euglenophyceae, Prasinophyceae dan Xanthophyceae (Mizuno 1970; Boney 1975).


(29)

54’00”

52’30” 55’30”

A B C 1 1 ’3 0 ” 1 0 ’0 0 ” 0 8 ’3 0 ” 1 3 ’3 0 ” 55’30” 54’00” 52’30” 1 0 ’0 0 ” 1 1 ’3 0 ” 1 3 ’3 0 ” 0 8 ’3 0 ”

Peta Lokasi Penelitian

Skala 1: 180 000 Legenda : : Pemukiman : Mangrove : Hutan : Tegalan

:Sawah Tadah Hujan

: Lokasi sampling

: Lokasi Sampling Sistem Proyeksi : UTM WGS 84 Zona 49S

Sumber: Peta Rupa Bumi Th 2003

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran dan pengambilan sampel air laut di perairan pantai Selat Madura Kabupaten Bangkalan. Daerah ini merupakan daerah yang dekat dengan daerah pemukiman, pertanian, dan perikanan. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada 112º53’095” - 112º53’591” BT dan 7º10’819” -

7º12’328”LS (Gambar 3). Penelitian dilakukan tiga kali pengamatan pada musim hujan, dimana pengamatan pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2007, pengamatan kedua dilakukan pada tanggal 5 April 2007 dan pengamatan ketiga dilakukan pada 12 April 2007.


(30)

Pengukuran dan Pengambilan Sampel Air Laut

Pengukuran dan pengambilan sampel dilakukan secara horisontal dan vertikal. Penentuan titik sampling secara horisontal dilakukan dengan mengambil titik – titik tegak lurus mulai dari pantai ke arah laut. Pembagian stasiun ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat kecerahan yang terkait dengan kemampuan intensitas cahaya yang menembus perairan, karena semakin jauh ke laut kecerahan perairan akan semakin bertambah. Tempat pengukuran dan pengambilan sampel air laut terbagi atas tiga stasiun sebagai titik horisontal yaitu stasiun A yang merupakan stasiun yang jaraknya ± 400m dari daerah surut terendah dengan letak geografis 112o53’59”BT dan 07o10’8”LS, stasiun B 112o53’44”BT dan 07o11’19”LS yang berjarak ± 1 600 m dari stasiun A, dan stasiun C 112o53’07”BT dan 07o12’31” LS yang berjarak ± 3 300 m dari stasiun B (Gambar 3).

Titik pengukuran dan pengambilan sampel secara vertikal ditentukan dengan mengukur tingkat kedalaman perairan pada tiap stasiun dan membaginya menjadi beberapa kedalaman dengan mempertimbangkan tingkat kecerahan dan pola umum tingkat produktivitas primer fitoplankton pada lapisan perairan. Pengukuran dan pengambilan sampel secara vertikal ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi vertikal intensitas cahaya yang semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman dan juga distribusi konsentrasi nutrien yang selalu bervariasi. Secara vertikal pengukuran dan pengambilan sampel dilakukan pada sub stasiun kedalaman permukaan (A0) pada kedalaman 0,2 m, sub stasiun A1 pada kedalaman 0,8 m dan sub stasiun A2 pada kedalaman 1,5 m pada stasiun A, pada stasiun B sub stasiun kedalaman permukaan (B0), B1, B2, dan B3 masing-masing pada kedalaman 0,2 m, 0,8 m, 1,5 m, dan 2,5 m,, sedangkan pada stasiun C sub stasiun kedalaman permukaan (C0), C1, C2, dan C3 masing-masing pada kedalaman 0,2 m, 1 m, 2 m, dan 3,5 m.

Pengukuran dan pengambilan sampel air laut dilakukan dengan menggunakan Van dorn water sampler dengan kapasitas 2 liter pada setiap kedalaman titik sampling secara vertikal di setiap stasiun yang dimulai jam 07.30 WIB. Pada waktu yang bersamaan dilakukan inkubasi untuk pengukuran produktivitas primer mulai jam 09.00-14.00WIB. Contoh air yang telah diambil sebanyak 4 liter dengan melakukan 2 kali pengambilan, kemudian dipisahkan


(31)

pada wadah yang telah disediakan untuk dilakukan analisis unsur hara sebanyak 0,250 L, klorofil sebanyak 1 L, kekeruhan dan padatan tersuspensi 200 ml dan produktivitas primer sebanyak 1 L. Air sampel yang diperlukan untuk menghitung kelimpahan fitoplankton diambil dengan menyaring sebanyak 5 liter air sampel dengan plankton net mesh size 20 m dan diawetkan dengan larutan Lugol kuat (0,3 ml larutan Lugol/100ml sampel atau sampai sampel berwarna coklat teh). Setiap sampel air yang akan dianalisa, terlebih dahulu diberi perlakuan dengan mengawetkan pada suhu dingin dalam cool box yang diisi es dan setelah sampai di laboratorium segera dianalisis dengan menggunakan metode seperti yang terdapat pada Tabel 1 Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Dasar dan Laboratorium Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura.

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yang bersifat ex post facto. Parameter yang diukur meliputi parameter utama dan parameter penunjang. Parameter utama meliputi produktivitas primer, kelimpahan fitoplankton, kandungan unsur hara (NO2–N, NO3-N, NH4–N, PO4-P, SiO2), kecerahan, dan

klorofil a, b, dan c, sedangkan parameter penunjang meliputi: suhu, kekeruhan, pH, padatan tersuspensi, salinitas. Informasi tentang parameter arus dan gelombang perairan didapatkan dari data sekunder Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Tanjung Perak II Surabaya. Metode pengukuran dari parameter utama dan parameter penunjang tersebut dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1 Metode analisis dan alat yang digunakan untuk pengukuran parameter fisika, kimia dan biologi

Parameter Satuan Metode analisis Alat Analisis

Utama

- Produktivitas Primer mgC/m3/5jam

Botol gelap terang Titrasi Winkler In situ

- Klorofil-a g/L Aseton 90% Spektrofotometer Lab

- Silikat mg/L Molibdosilicate Spektrofotometer Lab

- N-Nitrat mg/L Brusine sulfat Spektrofotometer Lab

- N-Amonnium mg/L Nessler Spektrofotometer Lab

- Orthophospat mg/L Stannus clorida Spektrofotometer Lab

- N-Nitrit mg/L Sulfanilamide Spektrofotometer Lab

- Jenis fitoplankton Identifikasi Mikroskop Lab

- Kelimpahan fitoplankton sel/L Microtransek Mikroskop Lab

- Kecerahan cm Penetrasi cahaya Secchi disk In situ

- Intensitas cahaya lux Photocell Luxmeter In situ

Penunjang

- Suhu oC Pembacaan skala Thermometer In situ

- Kekeruhan NTU Nephelometrik Turbidity meter In situ

- Padatan tersuspensi mg/L Gravimetrik Oven, timbangan Lab


(32)

Pengukuran Produktivitas Primer

Pengukuran produktivitas primer ditentukan dengan menggunakan metode oksigen botol gelap-botol terang. Prinsip kerja metode ini adalah mengukur perubahan kandungan oksigen dalam botol terang dan botol gelap yang berisi sampel air setelah diinkubasi pada kedalaman perairan. Waktu inkubasi dilakukan pada saat matahari optimal yaitu pada jam 09.00-14.00 WIB. Prosedur pengukurannya dilakukan menurut Umaly dan Cuvin (1988) dengan perhitungan sebagai berikut :

NPP = (O2BT)-(O2BA)(1000) x 0,375

(PQ) (t)

Keterangan :

NPP = Fotosintesis bersih (mgC/m3/jam)

O2BT = Oksigen terlarut Botol terang (mg/l)

O2BA = Oksigen terlarut Botol awal (mg/l)

1 000 = Konversi liter menjadi m3

PQ = Photosintetic Quotient : 1,2 dengan asumsi hasil metabolisme dari fitoplankton.

t = Lama inkubasi (jam)

0,375 = Koefisien konversi oksigen menjadi karbon (12/32)

PQ adalah perbandingan O2 terlarut yang dihasilkan dengan CO2 yang digunakan melalui

proses fotosintesis. Menurut Parson et al. (1984), PQ adalah sebesar 1,1 - 1,3 untuk organisme yang memiliki klorofil. Nilai 1,2 diperoleh dengan asumsi bahwa dalam proses fotosintesis didominasi oleh fitoplankton.

Analisis Klorofil- a

Biomasa fitoplankton ditentukan dengan kandungan klorofil–a dengan mengambil contoh air laut sebanyak 1 liter dan dimasukkan dalam botol sampel yang ditutup dengan plastik hitam dan dimasukkan pada cool box yang bersuhu dingin. Penghitungan konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan metode Trichromatik yang menggunakan persamaan menurut APHA (1998) :

Chl-a = 11,85 (OD664) – 1,54(OD647) – 0,08(OD630)

Chl-b = 21,03 (OD647) – 5,43(OD664) – 2,66(OD630)


(33)

Chlorofil –a (mg/m ) = Chl-a x V1

V2

Keterangan :

Chl-a, Chl-b dan Chl-c = Konsentrasi dari klorofil a, b dan c (mg/L) OD664, OD647, dan OD630 = Nilai optical densities (dengan 1cm panjang

kuvet) pada masing-masing panjang gelombang V1 = Volume yang diekstrak (L)

V2 = Volume sampel (m3) Penghitungan Kelimpahan Fitoplankton

Metode pencacahan fitoplankton yang digunakan yaitu metode sensus. Untuk identifikasi species fitoplankton dengan menggunakan literatur Davis (1955), Yamaji (1979), dan Tomas (1997). Kelimpahan fitoplankton dihitung berdasarkan APHA (1998) sebagai berikut :

N = n x (Vr / Vo) x (1/Vs) x (Oi / Op) Keterangan :

N = Kelimpahan fitoplankton (sel/ liter) Oi = Luas gelas penutup preparat (24 mm2) Op = Luas amatan (24 mm2)

Vr = Volume air sample yang tersaring (30 ml) Vo = Volume air sample yang diamati (ml) Vs = Volume air sample yang disaring (L) n = Jumlah sel yang tercacah (sel)

Analisis Unsur Hara

Terhadap sampel air yang didapatkan dari lokasi penelitian dilakukan analisis kadar unsur hara sesuai dengan metode yang mengacu pada APHA (1998). Sampel air difiltrasi dengan membran filter yang berdiameter 47 mm, pore size 1,2 µm. Sampel air yang tersaring disimpan dalam botol plastik yang diletakkan pada wadah gelap dan berudara dingin (Grasshoff et al. 1983). Selanjutnya dianalisis dengan metode Spektrofotometer.


(34)

Pengukuran Intensitas Cahaya

Pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan Luxmeter tipe DX-100 (Digital luxmeter Takemura Elektric Work.Ltd) setiap 10 menit sekali yang dimulai dari jam 06.00 sampai 17.30 WIB di wilayah daratan tempat pengambilan sampel. Prinsip kerja alat ini adalah menangkap energi cahaya melalui sensor berupa

photoelectric cell dan merubahnya menjadi sinyal yang terbaca melalui lux selector.

Untuk memperoleh nilai intensitas yang berada pada lapisan permukaan perairan, nilai intensitas cahaya yang diperoleh dari pengukuran di daratan dikurangi 10 % dengan asumsi intensitas cahaya mengalami refleksi oleh permukaan air laut (Kirk 1994; Damar 2003). Sedangkan untuk nilai intensitas cahaya yang berada dalam kolom perairan dengan menggunakan koefisien peredupan yang didasarkan pada Hukum Lambert-Beer (Cole 1988) yaitu:

Iz = Io e-kz

Keterangan :

Iz = Intensitas cahaya pada suatu kedalaman z

Io = Intensitas cahaya pada permukaan air

e = Bilangan dasar logaritma (2,70) k = Koefisien peredupan.

Koefisien peredupan pada kolom perairan dihitung dengan pembacaan kedalaman keping Secchi disk (Zsd(m)) dengan menggunakan persamaan empiris k= 0,191 + 1,242/

Zsd (R2=0,853)(Tillman et al. 2000, diacu dalam Damar 2003). Analisis Data

Data hasil pengamatan yang didapatkan, disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dideskripsikan. Dalam mendiskripsikan data dilakukan dengan membandingkan hasil dari penelitian yang diperoleh di wilayah pesisir lainnya. Analisis data dilakukan secara komputasi dengan menggunakan program Excel, Kgraph dan SPSS versi 9.0. Analisis data tersebut meliputi :

1. Determinasi rasio Zeu:Zmix

Determinasi rasio Zeu:Zmix didasarkan pada data hasil pengukuran suhu pada


(35)

lokasi penelitian. Berdasarkan pada persamaan Margalef (1989), kedalaman eufotik dihitung dengan 1,7 kali kedalaman Secchi disk dan kedalaman mixing diasumsikan bahwa pada perairan dangkal Zmix sama dengan kedalaman perairan.

2. Analisis komunitas fitoplankton

Analisis komunitas fitoplankton dilakukan dengan menggunakan indeks biologi yang meliputi indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Untuk menentukan indeks keanekaragaman (Diversity index) dihitung dengan indeks keanekaragaman Shannon – Wiener dalam Odum (1996) :

n

H’ = ∑ [ ni/N] ln [ni/N]

n=1

Keterangan :

H’ = indeks Keanekaragaman Shanon – Wiener ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu seluruh genera Kisaran tersebut dengan kategori sebagai berikut ;

H’ ≤ 2,3062 =Keanekaragaman rendah dan kestabilan komunitas rendah 2,3062 ≤ H’ ≤ 6,9078 =Keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang H’ ≥ 6,9078 = Keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

Untuk indeks keseragaman populasi fitoplankton pada setiap periode pengambilan sampel dilakukan dengan indeks keseragaman (Equitability = E) sebagai berikut :

E = H’ / H’ maks

Keterangan :

E = Indeks Keseragaman H’ = Indeks Keanekaragaman H’ maks = Ln S

S = Jumlah species

Indeks keseragaman berkisar antara 0,0 - 1,0. Semakin kecil nilai E, semakin kecil keseragaman populasi yang berarti penyebaran jumlah individu setiap species tidak sama dan ada kecenderungan terjadi dominansi oleh satu species. Semakin besar nilai E berarti tidak ada species yang mendominasi. Untuk mengetahui ada tidak dominansi oleh species


(36)

tertentu pada suatu populasi maka dilakukan penghitungan indeks Simpson menurut Legendre (1983) :

n

D = ∑ [ni/N]2 n=1

Keterangan :

D = Indeks Dominansi Simpson Ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu

Nilai indeks dominansi ini berkisar antara 0,0 – 1,0. Apabila D mendekati 0,1 <0,5 artinya struktur komunitas biota yang diamati tidak terdapat species yang ekstrim mendominasi species-species lainnya. Apabila D mendekati 1 >0,5 artinya struktur komunitas yang sedang diamati ada dominansi dari satu atau beberapa species.

3. Produktivitas primer bersih

Untuk mengetahui perbedaan produktivitas primer antar stasiun dilakukan analisis ragam. Untuk mengetahui peranan ketersediaan masing-masing nutrien (NH4-N, NO2-N,

NO3-N, PO4-P dan SiO2), kelimpahan sel dan klorofil-a terhadap produktivitas primer

digunakan analisis regresi sederhana (Steel and Torrie 1989) dengan persamaan : Y = a + bX

dimana :

Y = Produktivitas primer fitoplankton sebagai peubah tak bebas X = Peubah bebas berupa NH4-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P dan Si O2

b = Interseps

a = Koefisien regresi parsial

Untuk mengetahui peranan ketersediaan nutrien terhadap produktivitas primer di setiap stasiun digunakan analisis regresi berganda (Steel and Torrie, 1989) dengan persamaan :

Yi = βo + β1X1i + β2X2i + ... + βkXki + ∑i

Persamaan penduganya adalah :

Y = bo + b1X1i + b2X2i + ... + bkXki

dimana :


(37)

X1,X2,X3 ...,Xk = Peubah bebas berupa nutrien (NH4-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P

dan SiO2)

bo = Interseps

b1,b2,b3,…,bk = Koefisien regresi parsial

Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui keeratan dari peubah X terhadap Y. Jika nilai R2 lebih besar dari 0,5 atau mendekati 1, dapat diartikan bahwa X memiliki peranan terhadap Y. Besarnya peranan X terhadap Y ditelaah dengan sidik ragam regresi.

4. Intensitas Cahaya

Untuk mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan produktivitas primer dilakukan analisis dengan menggunakan model Von Platt (Platt et al. 1980, diacu dalam Damar 2003) dengan model sebagai berikut :

Y = a(1-e-bX)e -cX dimana :

Y = Produktivitas primer fitoplankton X = Intensitas cahaya

a, b, dan c = Konstanta

Untuk mengetahui nilai produktivitas primer bersih yang berada dalam kolom perairan, dilakukan penghitungan berdasar pada persamaan Von Platt yang didapat pada masing-masing stasiun pengamatan dengan penghitungan nilai intensitas cahaya pada tiap penambahan 5 cm ( berdasar pada hasil penghitungan nilai koefisien peredupan (k)), sehingga mendapatkan nilai produktivitas primer bersih dan intensitas cahaya optimum. Sedangkan nilai pengukuran dengan satuan Lux dilakukan konversi dengan 51,2 Lux setara dengan 1 mol photon/m2/detik.


(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hidrodinamika perairan

Lokasi penelitian termasuk perairan Selat Madura yang mempunyai tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Tipe pasang surut ini sama pada setiap musimnya (musim hujan, pancaroba I, kemarau, dan pancaroba II), tetapi tinggi dan periode pasang surut yang terjadi setiap musim tidak sama (Putri 2006). Berdasarkan penghitungan data dari BMG Tanjung Perak II Surabaya, kondisi oseanografi di lokasi penelitian selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Penghitungan arah dan kecepatan angin, arus, dan tinggi gelombang di Lokasi Penelitian

Periode pengamatan Parameter

I II III

Arah angin S SSE SE

Arah angin (TN dalam o) 104,31 104,28 104,25

Kecepatan angin (Knot) 5,42 5,42 5,42

Arah arus (TN dalam o) 52,02 52,01 52,00

Arah arus SSW SE-SEE ENE

Kecepatan arus (cm/dtk) 0,79 0,80 0,79

Arah gelombang NNW N NNE

Tinggi gelombang (m) 0,09 0,09 0,09

Periode (s) 3,60 3,60 3,60

Ket : TN (True North = Utara sebenarnya; S=Selatan; SSE=Selatan menenggara; SE=Tenggara; SSW=Selatan membarat daya; SE-SEE=Tenggara-Selatan menenggara; ENE=Timur laut; NNW=Utara membarat laut; N=Utara; NNE=Utara menimur laut. Sumber : BMG Tanjung Perak II Surabaya (Diolah dari data 20 tahun, 2007).

Data arus dan gelombang di atas menunjukkan bahwa arus permukaan perairan dan gelombang disebabkan oleh adanya angin dan pasang surut. Angin merupakan faktor penting yang menyebabkan vertical mixing di daerah estuari dan pantai yang dangkal

(Continental Self). Angin dan pasang surut akan menimbulkan gelombang yang dapat

menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transport sedimen dalam arah yang tegak lurus sepanjang pantai sehingga akan menyebabkan resuspensi pada permukaan sedimen (Alongi 1998). Pada perairan Selat Madura, lokasi penelitian termasuk perairan pantai yang dangkal sehingga angin dan pasang surut yang terjadi menyebabkan resuspensi sedimen.


(39)

Suhu (°°°°C)

Suhu perairan selama penelitian di perairan Selat Madura relatif sama di semua kedalaman perairan. Pada stasiun A, B, dan C suhu berkisar antara 29-31°C (Tabel 3). Hal ini disebabkan pada waktu pengukuran berlangsung, keadaan cuaca cenderung sama. Sebaran suhu pada kolom perairan hampir sama. Secara umum kisaran suhu pada lokasi pengamatan tergolong cukup tinggi. Kisaran suhu yang terukur diperairan ini masih dalam kisaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton. Kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan fitoplankton di peraiaran adalah 20-30oC (Effendi 2003).

Tabel 3 Rata-rata hasil pengukuran parameter fisika kimia di lokasi penelitian

Stasiun Sub Suhu pH Salinitas TSS Kekeruhan

stasiun (oC) (‰ ) (mg/L) (NTU)

A0 30,3 8,00 28,7 34,82 73,33

A A1 30,0 8,01 29,7 34,48 74,00

A2 30,0 8,07 28,7 37,74 141,33

B0 30,2 8,05 30,3 37,75 83,33

B B1 30,0 8,07 30,0 28,30 61,00

B2 30,0 8,04 29,3 36,18 56,00

B3 29,5 8,06 29,3 36,36 155,50

C0 29,8 7,96 30,3 26,97 45,67

C C1 29,7 7,99 30,3 40,01 67,67

C2 29,7 7,98 30,0 32,04 72,00

C3 29,7 7,99 29,3 36,53 62,33

Salinitas ()

Salinitas pada suatu perairan akan mempengaruhi densitas perairan selain suhu. Salinitas di perairan Selat Madura selama pengamatan, besarnya antara 28–31‰ (Tabel 3). Nilai salinitas terendah ditemukan pada stasiun A, perbedaan nilai salinitas ini disebabkan pada stasiun A merupakan wilayah yang dekat dengan daratan sehingga dimungkinkan adanya masukan air tawar dari daratan. Nilai ini fluktuasinya tidak besar dan relatif sama pada semua stasiun maupun pada kedalaman inkubasi hal ini karena tidak ada sungai besar yang bermuara di wilayah ini.

pH


(40)

kedalaman bila dibandingkan dengan nilai pH pada stasiun A dan stasiun B. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Nilai pH juga sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya nitrifikasi. Namun demikian nilai pH ini masih dalam kisaran nilai yang sesuai dengan kebutuhan fitoplankton dan organisme perairan lainnya yaitu 7-8,5 (Effendi 2003).

Kekeruhan dan Kecerahan

Nilai kecerahan air tergantung pada warna air dan kekeruhan. Kekeruhan perairan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut dalam air misalnya lumpur atau pasir halus maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Nilai kekeruhan berkorelasi positif dengan padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai padatan tersuspensi semakin tinggi pula nilai kekeruhan (Effendi 2003).

Terkait dengan hal tersebut diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kecerahan, kekeruhan dan TSS pada tiap stasiun di Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai kekeruhan berkorelasi positif dengan TSS. Sedangkan nilai kekeruhan dan TSS ini berkorelasi negatif dengan nilai kecerahan perairan, semakin kecil nilai kekeruhan dan TSS maka semakin tinggi tingkat kecerahan perairan. Tingginya nilainya TSS dan kekeruhan ini disebabkan oleh terjadinya resuspensi sedimen yang terjadi dari dasar perairan.

Tabel 4 Nilai rata-rata kecerahan, kekeruhan, dan TSS tiap stasiun pengamatan Stasiun

Parameter

A B C

Kecerahan (m) 0,45 0,85 1,02

Kekeruhan (NTU) 96,22 88,96 61,92

TSS (mg/L) 34,89 34,65 33,89

Intensitas Cahaya Matahari

Intensitas Cahaya Matahari Permukaan

Cahaya matahari merupakan sumber energi dilaut. Radiasi cahaya matahari yang sampai di permukaan bumi besarnya dipengaruhi oleh absorbsi pada penguapan air, karbon dioksida, oksigen, dan ozon yang ada di atmosfer. Penetrasi cahaya matahari pertama mencapai atmosfir kemudian akan sampai ke laut. Cahaya yang diserap dan


(41)

terpencar di atmosfer sekitar 50% dan mencapai 50% di permukaan bumi (Valiela 1995). Intensitas cahaya yang sampai di permukaan, bervariasi dari waktu ke waktu.

Besarnya intensitas cahaya matahari yang sampai mengikuti pola harian yaitu terjadi peningkatan intensitas cahaya di pagi hari dan mencapai puncak sekitar tengah hari dan menurun kembali pada waktu sore hari. Besarnya intensitas cahaya selama pengamatan dalam waktu yang sama berbeda tiap kali pengamatan, hal ini disebabkan kondisi awan yang berbeda pada saat pengamatan sehingga akan berpengaruh pada besar kecilnya intensitas yang mencapai permukaan laut. Seperti yang dikemukakan oleh Valiela (1995) awan akan mengurangi radiasi yang sampai di laut dan beberapa energi matahari akan hilang oleh scattering dan refleksi pada permukaan laut. Pada Gambar 4 menunjukkan besarnya intensitas cahaya matahari di permukaan (di udara) selama tiga kali pengamatan, dimana pada jam 08.00-10.40 WIB besarnya intensitas terjadi naik turun, seharusnya intensitas cahaya matahari meningkat sampai waktu tengah hari.

Waktu intensitas puncak tiap pengamatan berbeda-beda. Pada pengamatan pertama intensitas puncak terjadi pada jam 11.10WIB dengan nilai sebesar 123200 Lux. Pada pengamatan ini intensitas cahaya terjadi naik turun yang cukup besar karena adanya awan, namun nilai ini merupakan nilai tertinggi bila dibandingkan dengan nilai intensitas puncak pada pengamatan ke-2, dan pengamatan ke-3 yang masing-masing terjadi pada jam 12.00 WIB sebesar 113200 Lux dan jam 11.50 WIB sebesar 102 200 Lux (Lampiran 1). Nilai intensitas ini ditemukan lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tambaru (2000) yang dilakukan pada tanggal 28 - 30 Mei 2000 di Teluk Hurun yang intensitas puncaknya sekitar 274 000 – 294 000 Lux pada jam antara 11.50 - 12.05 WIB. Selain cakupan awan yang mempengaruhi besarnya intensitas cahaya matahari yang sampai ke permukaan, intensitas juga dipengaruhi oleh letak lintang daerah yang diamati yang tentunya berpengaruh terhadap ketinggian matahari terhadap suatu permukaan (Parson et al. 1984).


(42)

4 6 8 10 12 14 16 18

Pengamatan ke-1 Pengamatan ke-2

Pengamatan ke-3

Waktu (WIB) 14

10

6

2

Gambar 4 Intensitas cahaya matahari di permukaan selama pengamatan. Cahaya yang masuk dalam kolom perairan

Cahaya yang sampai ke permukaan bumi akan terserap dan berpencar di atmosfer sebesar 50% dan penetrasi cahaya matahari sisanya sebesar 50% yang sampai di daratan akan mengalami refleksi sekitar 10% di lapisan permukaan atau 90% mencapai lapisan permukaan laut (Kirk 1994, diacu dalam Damar 2003; Kirk 1992, diacu dalam Valiela 1995; Miller 2004). Intensitas cahaya matahari yang sampai di lapisan permukaan perairan ini juga bervariasi dari waktu ke waktu (Lampiran 2). Data intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom perairan dalam waktu sehari (mulai jam 06.00 - 17.30 WIB) dapat diperoleh persentase intensitas cahaya selama inkubasi yaitu pada jam 09.00 - 14.00 WIB sebesar 70,60% (Tabel 5).

Tabel 5 Persentase intensitas cahaya selama waktu inkubasi

Waktu 1 2 3 Rata-rata %

06.00-09.00 565 344 506 790 433 080 501 738 16,62

09.00-14.00 1 498 500 2 677 500 2 221 020 2 132 340 70,60

14.00-17.30 229 308,3 671 625 257 535 386 156,1 12,78


(1)

Lanjutan Lampiran 11.

1,35 6721,6 10,9 5,748 8691,9 10,86 6,582 10417,9 10,9 7,103 7675,8 10,9 6,187 6858,4 10,9 5,816 3785,1 10,9 3,894 35,331 1,40 6190,9 10,0 5,473 8005,6 9,998 6,323 9595,4 10 6,877 7069,8 10 5,917 6316,9 10 5,540 3486,3 10 3,656 33,785 1,45 5702,2 9,2 5,197 7373,6 9,209 6,056 8837,8 9,21 6,633 6511,6 9,21 5,642 5818,2 9,21 5,264 3211,1 9,21 3,427 32,219 1,50 5252,0 8,5 4,924 6791,4 8,482 5,783 8140,1 8,48 6,377 5997,5 8,48 5,366 5358,9 8,48 4,991 2957,5 8,48 3,208 30,648 1,55 4837,3 7,8 4,655 6255,3 7,812 5,507 7497,4 7,81 6,111 5524,0 7,81 5,091 4935,8 7,81 4,721 2724,0 7,81 2,999 29,085 1,60 4455,4 7,2 4,393 5761,4 7,195 5,232 6905,5 7,2 5,838 5087,9 7,2 4,820 4546,1 7,2 4,456 2509,0 7,2 2,801 27,540 1,65 4103,7 6,6 4,137 5306,5 6,627 4,958 6360,3 6,63 5,563 4686,2 6,63 4,553 4187,2 6,63 4,199 2310,9 6,63 2,613 26,024 1,70 3779,7 6,1 3,890 4887,6 6,104 4,689 5858,1 6,1 5,287 4316,2 6,1 4,293 3856,6 6,1 3,950 2128,5 6,1 2,435 24,544 1,75 3481,3 5,6 3,652 4501,7 5,622 4,425 5395,6 5,62 5,013 3975,5 5,62 4,041 3552,1 5,62 3,709 1960,4 5,62 2,267 23,107 1,80 3206,4 5,2 3,423 4146,3 5,178 4,169 4969,7 5,18 4,743 3661,6 5,18 3,797 3271,7 5,18 3,478 1805,6 5,18 2,109 21,719 1,85 2953,3 4,8 3,204 3818,9 4,77 3,920 4577,3 4,77 4,478 3372,5 4,77 3,562 3013,4 4,77 3,257 1663,1 4,77 1,961 20,382 1,90 2720,1 4,4 2,996 3517,4 4,393 3,681 4215,9 4,39 4,220 3106,3 4,39 3,337 2775,5 4,39 3,046 1531,8 4,39 1,821 19,101 1,95 2505,4 4,0 2,797 3239,7 4,046 3,451 3883,1 4,05 3,970 2861,0 4,05 3,122 2556,3 4,05 2,845 1410,8 4,05 1,691 17,877 2,00 2307,6 3,7 2,610 2984,0 3,727 3,231 3576,5 3,73 3,729 2635,1 3,73 2,918 2354,5 3,73 2,655 1299,5 3,73 1,569 16,710 2,05 2125,4 3,4 2,432 2748,4 3,432 3,021 3294,1 3,43 3,497 2427,1 3,43 2,724 2168,6 3,43 2,475 1196,9 3,43 1,454 15,603 2,10 1957,6 3,2 2,264 2531,4 3,161 2,822 3034,1 3,16 3,275 2235,5 3,16 2,540 1997,4 3,16 2,304 1102,4 3,16 1,348 14,553 2,15 1803,0 2,9 2,106 2331,5 2,912 2,633 2794,5 2,91 3,063 2059,0 2,91 2,366 1839,7 2,91 2,144 1015,3 2,91 1,248 13,561 2,20 1660,7 2,7 1,958 2147,5 2,682 2,454 2573,9 2,68 2,861 1896,4 2,68 2,202 1694,5 2,68 1,994 935,2 2,68 1,156 12,625 2,25 1529,6 2,5 1,819 1977,9 2,47 2,285 2370,7 2,47 2,670 1746,7 2,47 2,048 1560,7 2,47 1,852 861,3 2,47 1,070 11,744 2,30 1408,8 2,3 1,688 1821,8 2,275 2,126 2183,5 2,28 2,489 1608,8 2,28 1,903 1437,5 2,28 1,720 793,3 2,28 0,990 10,916 2,35 1297,6 2,1 1,566 1677,9 2,096 1,976 2011,1 2,1 2,318 1481,8 2,1 1,768 1324,0 2,1 1,596 730,7 2,1 0,915 10,139 2,40 1195,1 1,9 1,452 1545,5 1,93 1,836 1852,4 1,93 2,157 1364,8 1,93 1,640 1219,5 1,93 1,480 673,0 1,93 0,846 9,412 2,45 1100,8 1,8 1,346 1423,4 1,778 1,704 1706,1 1,78 2,006 1257,0 1,78 1,522 1123,2 1,78 1,371 619,9 1,78 0,782 8,731 2,50 1013,9 1,6 1,247 1311,1 1,637 1,581 1571,4 1,64 1,864 1157,8 1,64 1,410 1034,5 1,64 1,270 570,9 1,64 0,723 8,095 2,55 933,8 1,5 1,154 1207,6 1,508 1,466 1447,3 1,51 1,730 1066,4 1,51 1,307 952,8 1,51 1,176 525,9 1,51 0,668 7,502 2,60 860,1 1,4 1,068 1112,2 1,389 1,359 1333,1 1,39 1,606 982,2 1,39 1,210 877,6 1,39 1,089 484,4 1,39 0,616 6,948 2,65 792,2 1,3 0,988 1024,4 1,279 1,259 1227,8 1,28 1,489 904,7 1,28 1,120 808,3 1,28 1,007 446,1 1,28 0,569 6,433 2,70 729,7 1,2 0,914 943,5 1,178 1,166 1130,9 1,18 1,380 833,2 1,18 1,037 744,5 1,18 0,932 410,9 1,18 0,526 5,954 2,75 672,0 1,1 0,845 869,0 1,085 1,079 1041,6 1,09 1,279 767,5 1,09 0,959 685,7 1,09 0,861 378,5 1,09 0,485 5,508 2,80 619,0 1,0 0,781 800,4 1 0,998 959,4 1 1,184 706,9 1 0,887 631,6 1 0,796 348,6 1 0,448 5,093 2,85 570,1 0,9 0,722 737,2 0,921 0,923 883,6 0,92 1,096 651,1 0,92 0,820 581,7 0,92 0,736 321,1 0,92 0,413 4,709 2,90 525,1 0,8 0,667 679,0 0,848 0,853 813,9 0,85 1,014 599,7 0,85 0,758 535,8 0,85 0,680 295,7 0,85 0,381 4,352


(2)

Lanjutan Lampiran 11.

2,95 483,7 0,8 0,616 625,4 0,781 0,789 749,6 0,78 0,938 552,3 0,78 0,700 493,5 0,78 0,628 272,4 0,78 0,352 4,021 3,00 445,5 0,7 0,568 576,0 0,719 0,729 690,4 0,72 0,867 508,7 0,72 0,646 454,5 0,72 0,580 250,9 0,72 0,324 3,715 3,05 410,3 0,7 0,525 530,6 0,663 0,673 635,9 0,66 0,801 468,5 0,66 0,597 418,6 0,66 0,535 231,1 0,66 0,299 3,431 3,10 377,9 0,6 0,484 488,7 0,61 0,622 585,7 0,61 0,741 431,6 0,61 0,551 385,6 0,61 0,494 212,8 0,61 0,276 3,168 3,15 348,1 0,6 0,447 450,1 0,562 0,574 539,5 0,56 0,684 397,5 0,56 0,509 355,2 0,56 0,456 196,0 0,56 0,254 2,924 3,20 320,6 0,5 0,412 414,6 0,518 0,530 496,9 0,52 0,632 366,1 0,52 0,470 327,1 0,52 0,421 180,5 0,52 0,234 2,699 3,25 295,3 0,5 0,381 381,8 0,477 0,489 457,7 0,48 0,584 337,2 0,48 0,433 301,3 0,48 0,388 166,3 0,48 0,216 2,491 3,30 272,0 0,4 0,351 351,7 0,439 0,452 421,5 0,44 0,539 310,6 0,44 0,400 277,5 0,44 0,358 153,2 0,44 0,199 2,298 3,35 250,5 0,4 0,324 323,9 0,405 0,417 388,2 0,4 0,497 286,1 0,4 0,369 255,6 0,4 0,330 141,1 0,4 0,184 2,120 3,40 230,7 0,4 0,299 298,3 0,373 0,384 357,6 0,37 0,459 263,5 0,37 0,340 235,4 0,37 0,305 129,9 0,37 0,169 1,956 3,45 212,5 0,3 0,275 274,8 0,343 0,355 329,4 0,34 0,423 242,7 0,34 0,314 216,8 0,34 0,281 119,7 0,34 0,156 1,804 3,50 195,7 0,3 0,254 253,1 0,316 0,327 303,4 0,32 0,391 223,5 0,32 0,289 199,7 0,32 0,259 110,2 0,32 0,144 1,664 3,55 180,3 0,3 0,234 233,1 0,291 0,302 279,4 0,29 0,360 205,9 0,29 0,267 183,9 0,29 0,239 101,5 0,29 0,132 1,534 3,60 166,0 0,3 0,216 214,7 0,268 0,278 257,3 0,27 0,332 189,6 0,27 0,246 169,4 0,27 0,220 93,5 0,27 0,122 1,415 3,65 152,9 0,2 0,199 197,8 0,247 0,256 237,0 0,25 0,307 174,6 0,25 0,227 156,0 0,25 0,203 86,1 0,25 0,113 1,304 3,70 140,9 0,2 0,183 182,1 0,227 0,236 218,3 0,23 0,283 160,9 0,23 0,209 143,7 0,23 0,187 79,3 0,23 0,104 1,202 3,75 129,7 0,2 0,169 167,8 0,21 0,218 201,1 0,21 0,261 148,2 0,21 0,193 132,4 0,21 0,172 73,1 0,21 0,096 1,108 3,80 119,5 0,2 0,156 154,5 0,193 0,201 185,2 0,19 0,240 136,5 0,19 0,178 121,9 0,19 0,159 67,3 0,19 0,088 1,022 3,85 110,1 0,2 0,144 142,3 0,178 0,185 170,6 0,18 0,222 125,7 0,18 0,164 112,3 0,18 0,146 62,0 0,18 0,081 0,942 3,90 101,4 0,2 0,132 131,1 0,164 0,171 157,1 0,16 0,204 115,8 0,16 0,151 103,4 0,16 0,135 57,1 0,16 0,075 0,868 3,95 93,4 0,2 0,122 120,7 0,151 0,157 144,7 0,15 0,188 106,6 0,15 0,139 95,3 0,15 0,124 52,6 0,15 0,069 0,800 4,00 86,0 0,1 0,112 111,2 0,139 0,145 133,3 0,14 0,174 98,2 0,14 0,128 87,7 0,14 0,115 48,4 0,14 0,063 0,737 4,05 79,2 0,1 0,104 102,4 0,128 0,134 122,8 0,13 0,160 90,5 0,13 0,118 80,8 0,13 0,106 44,6 0,13 0,058 0,679 4,10 73,0 0,1 0,095 94,3 0,118 0,123 113,1 0,12 0,147 83,3 0,12 0,109 74,4 0,12 0,097 41,1 0,12 0,054 0,626 4,15 67,2 0,1 0,088 86,9 0,109 0,114 104,1 0,11 0,136 76,7 0,11 0,100 68,6 0,11 0,090 37,8 0,11 0,050 0,577 4,20 61,9 0,1 0,081 80,0 0,1 0,105 95,9 0,1 0,125 70,7 0,1 0,092 63,1 0,1 0,083 34,9 0,1 0,046 0,532 4,25 57,0 0,1 0,075 73,7 0,092 0,096 88,3 0,09 0,115 65,1 0,09 0,085 58,2 0,09 0,076 32,1 0,09 0,042 0,490 4,30 52,5 0,1 0,069 67,9 0,085 0,089 81,4 0,08 0,106 60,0 0,08 0,078 53,6 0,08 0,070 29,6 0,08 0,039 0,451 4,40 44,5 0,1 0,058 57,6 0,072 0,075 69,0 0,07 0,090 50,9 0,07 0,067 45,4 0,07 0,060 25,1 0,07 0,033 0,383


(3)

Lampiran 12 Nilai produktivitas primer bersih pada setiap lapisan kolom air Stasiun C selama inkubasi di perairan pantai Selat Madura.

Waktu

(jam) 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 Total

Kedalaman

(m) ICM % NPP ICM % NPP ICM % NPP ICM % NPP ICM % NPP ICM % NPP NPP

0 61920 100 3,573 80070 100 1,824 95970 100 0,970 70710 100 2,601 63180 100 3,417 34869 100 8,061 20,446 0,05 57723,8 93,2 4,130 74643,8 93,2 2,245 89466,3 93,2 1,261 65918,1 93,2 3,099 58898,4 93,2 3,968 32506,0 93,2 8,485 23,186 0,10 53812,0 86,9 4,705 69585,4 86,9 2,711 83403,4 86,9 1,602 61451,0 86,9 3,632 54907,0 86,9 4,538 30303,2 86,9 8,858 26,046 0,15 50165,3 81,0 5,288 64869,8 81,0 3,218 77751,4 81,0 1,994 57286,6 81,0 4,191 51186,1 81,0 5,120 28249,6 81,0 9,177 28,989 0,20 46765,7 75,5 5,869 60473,7 75,5 3,758 72482,3 75,5 2,435 53404,4 75,5 4,768 47717,3 75,5 5,703 26335,2 75,5 9,440 31,972 0,25 43596,5 70,4 6,438 56375,5 70,4 4,322 67570,4 70,4 2,919 49785,4 70,4 5,351 44483,6 70,4 6,276 24550,5 70,4 9,646 34,952 0,30 40642,1 65,6 6,985 52555,1 65,6 4,901 62991,3 65,6 3,440 46411,5 65,6 5,932 41469,1 65,6 6,830 22886,8 65,6 9,796 37,883 0,35 37887,9 61,2 7,501 48993,5 61,2 5,485 58722,5 61,2 3,991 43266,3 61,2 6,498 38658,8 61,2 7,356 21335,8 61,2 9,890 40,721 0,40 35320,3 57,0 7,978 45673,4 57,0 6,063 54743,0 57,0 4,563 40334,3 57,0 7,042 36039,0 57,0 7,845 19889,9 57,0 9,932 43,423 0,45 32926,7 53,2 8,411 42578,2 53,2 6,625 51033,2 53,2 5,145 37600,9 53,2 7,554 33596,7 53,2 8,291 18542,0 53,2 9,924 45,950 0,50 30695,3 49,6 8,793 39692,8 49,6 7,162 47574,8 49,6 5,728 35052,8 49,6 8,027 31320,0 49,6 8,689 17285,5 49,6 9,869 48,269 0,55 28615,2 46,2 9,122 37002,9 46,2 7,666 44350,8 46,2 6,301 32677,3 46,2 8,455 29197,5 46,2 9,034 16114,1 46,2 9,772 50,349 0,60 26676,0 43,1 9,396 34495,3 43,1 8,129 41345,2 43,1 6,853 30462,9 43,1 8,832 27218,8 43,1 9,323 15022,1 43,1 9,637 52,170 0,65 24868,2 40,2 9,612 32157,6 40,2 8,545 38543,3 40,2 7,378 28398,5 40,2 9,155 25374,3 40,2 9,556 14004,0 40,2 9,467 53,713 0,70 23183,0 37,4 9,772 29978,4 37,4 8,910 35931,4 37,4 7,865 26474,0 37,4 9,422 23654,7 37,4 9,732 13055,0 37,4 9,267 54,969 0,75 21611,9 34,9 9,877 27946,8 34,9 9,221 33496,4 34,9 8,309 24679,9 34,9 9,632 22051,7 34,9 9,852 12170,3 34,9 9,042 55,934 0,80 20147,3 32,5 9,928 26052,9 32,5 9,475 31226,4 32,5 8,705 23007,4 32,5 9,786 20557,3 32,5 9,919 11345,6 32,5 8,795 56,607 0,85 18782,0 30,3 9,929 24287,4 30,3 9,673 29110,3 30,3 9,047 21448,2 30,3 9,885 19164,2 30,3 9,934 10576,7 30,3 8,530 56,997 0,90 17509,2 28,3 9,882 22641,5 28,3 9,814 27137,5 28,3 9,334 19994,7 28,3 9,930 17865,5 28,3 9,900 9859,9 28,3 8,251 57,112 0,95 16322,6 26,4 9,793 21107,1 26,4 9,900 25298,5 26,4 9,565 18639,7 26,4 9,926 16654,8 26,4 9,823 9191,8 26,4 7,961 56,967 1,00 15216,5 24,6 9,664 19676,7 24,6 9,934 23584,1 24,6 9,738 17376,6 24,6 9,875 15526,1 24,6 9,705 8568,8 24,6 7,663 56,579 1,05 14185,3 22,9 9,500 18343,3 22,9 9,918 21985,8 22,9 9,856 16199,0 22,9 9,781 14473,9 22,9 9,551 7988,2 22,9 7,361 55,967 1,10 13224,0 21,4 9,306 17100,2 21,4 9,857 20495,9 21,4 9,920 15101,2 21,4 9,648 13493,1 21,4 9,365 7446,8 21,4 7,056 55,152 1,15 12327,8 19,9 9,085 15941,4 19,9 9,754 19106,9 19,9 9,933 14077,8 19,9 9,481 12578,7 19,9 9,151 6942,2 19,9 6,751 54,154 1,20 11492,4 18,6 8,841 14861,0 18,6 9,613 17812,1 18,6 9,898 13123,8 18,6 9,283 11726,3 18,6 8,913 6471,7 18,6 6,448 52,997 1,25 10713,6 17,3 8,580 13853,9 17,3 9,438 16605,0 17,3 9,819 12234,5 17,3 9,059 10931,6 17,3 8,656 6033,1 17,3 6,149 51,701 1,30 9987,5 16,1 8,303 12915,1 16,1 9,234 15479,7 16,1 9,699 11405,4 16,1 8,814 10190,8 16,1 8,384 5624,3 16,1 5,854 50,287


(4)

Lanjutan Lampiran 12.

1,35 9310,7 15,0 8,015 12039,9 15,0 9,005 14430,7 15,0 9,543 10632,4 15,0 8,550 9500,2 15,0 8,098 5243,1 15,0 5,565 48,777 1,40 8679,7 14,0 7,718 11224,0 14,0 8,755 13452,8 14,0 9,356 9911,9 14,0 8,272 8856,4 14,0 7,804 4887,8 14,0 5,284 47,190 1,45 8091,5 13,1 7,417 10463,3 13,1 8,488 12541,1 13,1 9,141 9240,2 13,1 7,983 8256,2 13,1 7,504 4556,6 13,1 5,011 45,543 1,50 7543,2 12,2 7,112 9754,3 12,2 8,207 11691,2 12,2 8,903 8614,0 12,2 7,686 7696,7 12,2 7,200 4247,8 12,2 4,746 43,854 1,55 7032,0 11,4 6,807 9093,2 11,4 7,916 10898,9 11,4 8,645 8030,3 11,4 7,384 7175,1 11,4 6,895 3959,9 11,4 4,491 42,137 1,60 6555,5 10,6 6,503 8477,0 10,6 7,617 10160,3 10,6 8,372 7486,1 10,6 7,079 6688,9 10,6 6,590 3691,6 10,6 4,245 40,406 1,65 6111,2 9,9 6,203 7902,5 9,9 7,314 9471,8 9,9 8,086 6978,8 9,9 6,774 6235,6 9,9 6,289 3441,4 9,9 4,008 38,675 1,70 5697,1 9,2 5,907 7367,0 9,2 7,009 8829,9 9,2 7,791 6505,8 9,2 6,471 5813,0 9,2 5,992 3208,2 9,2 3,782 36,953 1,75 5311,0 8,6 5,618 6867,8 8,6 6,705 8231,5 8,6 7,491 6064,9 8,6 6,171 5419,1 8,6 5,700 2990,8 8,6 3,565 35,250 1,80 4951,1 8,0 5,335 6402,3 8,0 6,402 7673,7 8,0 7,187 5653,9 8,0 5,876 5051,8 8,0 5,415 2788,1 8,0 3,359 33,573 1,85 4615,6 7,5 5,060 5968,5 7,5 6,103 7153,7 7,5 6,882 5270,8 7,5 5,587 4709,5 7,5 5,138 2599,2 7,5 3,162 31,932 1,90 4302,8 6,9 4,794 5564,0 6,9 5,809 6668,9 6,9 6,577 4913,6 6,9 5,305 4390,3 6,9 4,870 2423,0 6,9 2,974 30,329 1,95 4011,2 6,5 4,537 5186,9 6,5 5,522 6216,9 6,5 6,276 4580,6 6,5 5,031 4092,8 6,5 4,610 2258,8 6,5 2,796 28,772 2,00 3739,4 6,0 4,289 4835,4 6,0 5,242 5795,6 6,0 5,979 4270,2 6,0 4,766 3815,4 6,0 4,359 2105,7 6,0 2,627 27,262 2,05 3485,9 5,6 4,051 4507,8 5,6 4,970 5402,9 5,6 5,688 3980,8 5,6 4,509 3556,9 5,6 4,118 1963,0 5,6 2,467 25,804 2,10 3249,7 5,2 3,823 4202,3 5,2 4,706 5036,7 5,2 5,403 3711,0 5,2 4,263 3315,8 5,2 3,887 1830,0 5,2 2,316 24,398 2,15 3029,5 4,9 3,604 3917,5 4,9 4,452 4695,4 4,9 5,127 3459,5 4,9 4,026 3091,1 4,9 3,666 1706,0 4,9 2,173 23,048 2,20 2824,2 4,6 3,396 3652,0 4,6 4,208 4377,2 4,6 4,858 3225,1 4,6 3,798 2881,7 4,6 3,455 1590,4 4,6 2,038 21,753 2,25 2632,8 4,3 3,197 3404,5 4,3 3,973 4080,6 4,3 4,599 3006,5 4,3 3,581 2686,4 4,3 3,253 1482,6 4,3 1,910 20,513 2,30 2454,4 4,0 3,008 3173,8 4,0 3,748 3804,1 4,0 4,349 2802,8 4,0 3,374 2504,3 4,0 3,061 1382,1 4,0 1,790 19,329 2,35 2288,1 3,7 2,828 2958,7 3,7 3,533 3546,3 3,7 4,108 2612,9 3,7 3,176 2334,6 3,7 2,879 1288,5 3,7 1,677 18,201 2,40 2133,0 3,4 2,658 2758,2 3,4 3,328 3305,9 3,4 3,878 2435,8 3,4 2,988 2176,4 3,4 2,706 1201,2 3,4 1,570 17,127 2,45 1988,4 3,2 2,496 2571,3 3,2 3,132 3081,9 3,2 3,657 2270,7 3,2 2,809 2028,9 3,2 2,542 1119,8 3,2 1,470 16,106 2,50 1853,7 3,0 2,343 2397,1 3,0 2,946 2873,0 3,0 3,446 2116,8 3,0 2,640 1891,4 3,0 2,386 1043,9 3,0 1,376 15,137 2,55 1728,1 2,8 2,199 2234,6 2,8 2,770 2678,3 2,8 3,245 1973,4 2,8 2,479 1763,2 2,8 2,239 973,1 2,8 1,287 14,218 2,60 1611,0 2,6 2,062 2083,2 2,6 2,602 2496,8 2,6 3,053 1839,7 2,6 2,327 1643,7 2,6 2,100 907,2 2,6 1,204 13,349 2,65 1501,8 2,4 1,933 1942,0 2,4 2,444 2327,6 2,4 2,871 1715,0 2,4 2,183 1532,4 2,4 1,969 845,7 2,4 1,126 12,527 2,70 1400,0 2,3 1,812 1810,4 2,3 2,294 2169,9 2,3 2,699 1598,8 2,3 2,048 1428,5 2,3 1,846 788,4 2,3 1,053 11,750 2,75 1305,1 2,1 1,697 1687,7 2,1 2,152 2022,9 2,1 2,535 1490,4 2,1 1,920 1331,7 2,1 1,729 735,0 2,1 0,984 11,016 2,80 1216,7 2,0 1,589 1573,3 2,0 2,018 1885,8 2,0 2,380 1389,4 2,0 1,799 1241,5 2,0 1,620 685,2 2,0 0,920 10,325 2,85 1134,2 1,8 1,488 1466,7 1,8 1,891 1758,0 1,8 2,233 1295,3 1,8 1,685 1157,3 1,8 1,516 638,7 1,8 0,860 9,673 2,90 1057,4 1,7 1,393 1367,3 1,7 1,772 1638,8 1,7 2,095 1207,5 1,7 1,578 1078,9 1,7 1,419 595,4 1,7 0,803 9,060


(5)

Lanjutan Lampiran 12.

2,95 985,7 1,6 1,303 1274,7 1,6 1,660 1527,8 1,6 1,964 1125,7 1,6 1,477 1005,8 1,6 1,328 555,1 1,6 0,750 8,483 3,00 918,9 1,5 1,219 1188,3 1,5 1,554 1424,2 1,5 1,841 1049,4 1,5 1,383 937,6 1,5 1,243 517,5 1,5 0,701 7,940 3,05 856,7 1,4 1,140 1107,8 1,4 1,455 1327,7 1,4 1,724 978,3 1,4 1,294 874,1 1,4 1,162 482,4 1,4 0,654 7,430 3,10 798,6 1,3 1,066 1032,7 1,3 1,362 1237,7 1,3 1,615 912,0 1,3 1,210 814,8 1,3 1,087 449,7 1,3 0,611 6,951 3,15 744,5 1,2 0,996 962,7 1,2 1,274 1153,9 1,2 1,512 850,2 1,2 1,132 759,6 1,2 1,016 419,2 1,2 0,571 6,501 3,20 694,0 1,1 0,931 897,5 1,1 1,192 1075,7 1,1 1,415 792,5 1,1 1,058 708,1 1,1 0,950 390,8 1,1 0,533 6,079 3,25 647,0 1,0 0,870 836,6 1,0 1,114 1002,8 1,0 1,324 738,8 1,0 0,989 660,2 1,0 0,887 364,3 1,0 0,497 5,683 3,30 603,1 1,0 0,813 779,9 1,0 1,042 934,8 1,0 1,239 688,8 1,0 0,925 615,4 1,0 0,829 339,7 1,0 0,464 5,312 3,35 562,3 0,9 0,760 727,1 0,9 0,974 871,5 0,9 1,159 642,1 0,9 0,864 573,7 0,9 0,775 316,6 0,9 0,433 4,964 3,40 524,2 0,8 0,710 677,8 0,8 0,910 812,4 0,8 1,084 598,6 0,8 0,807 534,8 0,8 0,724 295,2 0,8 0,404 4,639 3,45 488,6 0,8 0,663 631,9 0,8 0,851 757,4 0,8 1,013 558,0 0,8 0,754 498,6 0,8 0,676 275,2 0,8 0,377 4,334 3,50 455,5 0,7 0,619 589,1 0,7 0,795 706,0 0,7 0,947 520,2 0,7 0,704 464,8 0,7 0,631 256,5 0,7 0,352 4,048 3,55 424,7 0,7 0,578 549,1 0,7 0,742 658,2 0,7 0,885 484,9 0,7 0,658 433,3 0,7 0,589 239,1 0,7 0,329 3,781 3,60 395,9 0,6 0,539 511,9 0,6 0,693 613,6 0,6 0,827 452,1 0,6 0,614 403,9 0,6 0,550 222,9 0,6 0,307 3,531 3,65 369,1 0,6 0,504 477,2 0,6 0,648 572,0 0,6 0,772 421,4 0,6 0,574 376,6 0,6 0,514 207,8 0,6 0,286 3,297 3,70 344,0 0,6 0,470 444,9 0,6 0,605 533,2 0,6 0,722 392,9 0,6 0,535 351,0 0,6 0,479 193,7 0,6 0,267 3,078 3,75 320,7 0,5 0,439 414,7 0,5 0,565 497,1 0,5 0,674 366,3 0,5 0,500 327,3 0,5 0,448 180,6 0,5 0,249 2,874 3,80 299,0 0,5 0,409 386,6 0,5 0,527 463,4 0,5 0,629 341,4 0,5 0,467 305,1 0,5 0,418 168,4 0,5 0,232 2,682 3,85 278,7 0,5 0,382 360,4 0,5 0,492 432,0 0,5 0,588 318,3 0,5 0,435 284,4 0,5 0,390 157,0 0,5 0,217 2,504 3,90 259,8 0,4 0,357 336,0 0,4 0,459 402,7 0,4 0,549 296,7 0,4 0,406 265,1 0,4 0,364 146,3 0,4 0,202 2,337 3,95 242,2 0,4 0,333 313,2 0,4 0,429 375,4 0,4 0,512 276,6 0,4 0,379 247,2 0,4 0,339 136,4 0,4 0,188 2,181 4,00 225,8 0,4 0,310 292,0 0,4 0,400 350,0 0,4 0,478 257,9 0,4 0,354 230,4 0,4 0,317 127,2 0,4 0,176 2,035 4,05 210,5 0,3 0,290 272,2 0,3 0,373 326,3 0,3 0,446 240,4 0,3 0,330 214,8 0,3 0,295 118,5 0,3 0,164 1,899 4,10 196,3 0,3 0,270 253,8 0,3 0,348 304,2 0,3 0,416 224,1 0,3 0,308 200,2 0,3 0,276 110,5 0,3 0,153 1,772 4,15 183,0 0,3 0,252 236,6 0,3 0,325 283,6 0,3 0,389 208,9 0,3 0,287 186,7 0,3 0,257 103,0 0,3 0,143 1,653 4,20 170,6 0,3 0,235 220,5 0,3 0,303 264,3 0,3 0,363 194,8 0,3 0,268 174,0 0,3 0,240 96,0 0,3 0,133 1,542 4,25 159,0 0,3 0,219 205,6 0,3 0,283 246,4 0,3 0,338 181,6 0,3 0,250 162,2 0,3 0,224 89,5 0,3 0,124 1,439 4,30 148,2 0,2 0,205 191,7 0,2 0,264 229,7 0,2 0,316 169,3 0,2 0,233 151,2 0,2 0,209 83,5 0,2 0,116 1,342 4,40 128,8 0,2 0,178 166,6 0,2 0,230 199,6 0,2 0,275 147,1 0,2 0,203 131,4 0,2 0,182 72,5 0,2 0,101 1,168 4,45 120,1 0,2 0,166 155,3 0,2 0,214 186,1 0,2 0,256 137,1 0,2 0,189 122,5 0,2 0,169 67,6 0,2 0,094 1,089 4,50 111,9 0,2 0,155 144,8 0,2 0,200 173,5 0,2 0,239 127,8 0,2 0,177 114,2 0,2 0,158 63,0 0,2 0,087 1,016 4,55 104,4 0,2 0,144 134,9 0,2 0,186 161,7 0,2 0,223 119,2 0,2 0,165 106,5 0,2 0,147 58,8 0,2 0,081 0,947


(6)

Lanjutan Lampiran 12.

4,60 97,3 0,2 0,135 125,8 0,2 0,174 150,8 0,2 0,208 111,1 0,2 0,154 99,3 0,2 0,137 54,8 0,2 0,076 0,884 4,65 90,7 0,1 0,126 117,3 0,1 0,162 140,6 0,1 0,194 103,6 0,1 0,143 92,5 0,1 0,128 51,1 0,1 0,071 0,824 4,70 84,5 0,1 0,117 109,3 0,1 0,151 131,0 0,1 0,181 96,5 0,1 0,134 86,3 0,1 0,119 47,6 0,1 0,066 0,768 4,75 78,8 0,1 0,109 101,9 0,1 0,141 122,2 0,1 0,169 90,0 0,1 0,125 80,4 0,1 0,111 44,4 0,1 0,062 0,717 4,80 73,5 0,1 0,102 95,0 0,1 0,131 113,9 0,1 0,157 83,9 0,1 0,116 75,0 0,1 0,104 41,4 0,1 0,057 0,668 4,85 68,5 0,1 0,095 88,6 0,1 0,123 106,2 0,1 0,147 78,2 0,1 0,108 69,9 0,1 0,097 38,6 0,1 0,054 0,623 4,90 63,9 0,1 0,089 82,6 0,1 0,114 99,0 0,1 0,137 72,9 0,1 0,101 65,2 0,1 0,090 36,0 0,1 0,050 0,581 4,95 59,5 0,1 0,083 77,0 0,1 0,107 92,3 0,1 0,128 68,0 0,1 0,094 60,7 0,1 0,084 33,5 0,1 0,047 0,542 5,00 55,5 0,1 0,077 71,8 0,1 0,099 86,0 0,1 0,119 63,4 0,1 0,088 56,6 0,1 0,079 31,3 0,1 0,043 0,505 5,05 51,7 0,1 0,072 66,9 0,1 0,093 80,2 0,1 0,111 59,1 0,1 0,082 52,8 0,1 0,073 29,1 0,1 0,040 0,471 5,10 48,2 0,1 0,067 62,4 0,1 0,086 74,7 0,1 0,104 55,1 0,1 0,076 49,2 0,1 0,068 27,2 0,1 0,038 0,439 5,15 45,0 0,1 0,062 58,1 0,1 0,081 69,7 0,1 0,097 51,3 0,1 0,071 45,9 0,1 0,064 25,3 0,1 0,035 0,410 5,20 41,9 0,1 0,058 54,2 0,1 0,075 65,0 0,1 0,090 47,9 0,1 0,066 42,8 0,1 0,059 23,6 0,1 0,033 0,382 5,25 39,1 0,1 0,054 50,5 0,1 0,070 60,6 0,1 0,084 44,6 0,1 0,062 39,9 0,1 0,055 22,0 0,1 0,031 0,356 5,30 36,4 0,1 0,051 47,1 0,1 0,065 56,5 0,1 0,078 41,6 0,1 0,058 37,2 0,1 0,052 20,5 0,1 0,028 0,332 5,35 34,0 0,1 0,047 43,9 0,1 0,061 52,6 0,1 0,073 38,8 0,1 0,054 34,6 0,1 0,048 19,1 0,1 0,027 0,310 5,40 31,7 0,1 0,044 40,9 0,1 0,057 49,1 0,1 0,068 36,1 0,1 0,050 32,3 0,1 0,045 17,8 0,1 0,025 0,289 5,45 29,5 0,0 0,041 38,2 0,0 0,053 45,7 0,0 0,063 33,7 0,0 0,047 30,1 0,0 0,042 16,6 0,0 0,023 0,269 5,50 27,5 0,0 0,038 35,6 0,0 0,049 42,6 0,0 0,059 31,4 0,0 0,044 28,1 0,0 0,039 15,5 0,0 0,022 0,251