Strategi revitalisasi organisasi dan manajemen perubahan dalam pengembangan indonesia science and technology park puspiptek serpong

STRATEGI REVITALISASI ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN INDONESIA
SCIENCE TECHNOLOGY PARK PUSPIPTEK SERPONG

NURJAELANI SIDIK

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Revitalisasi
Organisasi dan Manajemen Perubahan dalam Pengembangan Indonesia Science
Technology Park Puspiptek Serpong adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Nurjaelani Sidik
H24100079

ABSTRAK
NURJAELANI SIDIK. Strategi Revitalisasi Organisasi dan Manajemen Perubahan
dalam Pengembangan Indonesia Science and Technology Park Puspiptek Serpong.
Dibimbing oleh LINDAWATI KARTIKA.
Kemajuan suatu bangsa saat ini tidak lagi ditentukan oleh keunggulan
komparatif melainkan keunggulan kompetitif yang dicirikan dengan penguasaan
terhadap ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Indonesia tengah menghadapi
masalah ekonomi yang terus bertambah. Oleh karena itu Pemerintah mencanangkan
program percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan Iptek sebagai
motor pengeraknya. Pusat Penelitian Iptek (Puspiptek) Serpong belum sepenuhnya
mendukung program MP3EI. Perlunya revitalisasi sebagai upaya memvitalkan
kembali peran Puspiptek menjadi Indonesia Science and Technology Park (ISTP).
Penelitian menggunakan pengolahan data tiga langkah David, yaitu tahap masukan

berupa analisa masalah melalui diagram fishbone, matriks IFE dan EFE; tahap kedua
yaitu tahap pencocokan berupa penyusunan strategi menggunakan matriks IE, dan
SWOT; terakhir pemilihan alternatif strategi menggunakan AHP yang diolah
menggunakan software expert choice. Data penelitian primer menggunakan kuesioner
dan indepth interview kepada pakar secara purposive serta data sekunder seperti
jurnal, buku, dan sumber lainnya yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan faktor
penyebab dilakukannya revitalisasi karena lemahnya posisi tawar Puspiptek terhadap
lembaga riset. Aktor yang berperan Kemenristek untuk tujuan sinergi triple helix
dengan strategi melakukan perubahan dari Puspiptek Serpong menjadi ISTP.
Kata kunci :Indonesia Science and Technology Park (ISTP), Manajemen Strategik,
Perubahan Organisasi
ABSTRACT
NURJAELANI SIDIK. Organizational Revitalization Strategy and Change
Management in Develop Indonesia Science and Technology Park Puspiptek Serpong.
Supervised by LINDAWATI KARTIKA.
The nation current progress is no longer determined by comparative advantage
but a competitive advantage which characterized by mastering science and
technology (Iptek). Indonesia is facing economic problems while the Government
planned the economic growth acceleration for Iptek as the trigger factor. Serpong
Science and Technology Reasearch Center (Puspiptek) not yet fully supports the

MP3EI program. Hence the need for the revitalization Puspiptek Serpong to become
Indonesia Science and Technology Park. This research using a three-step input stages,
firstly using fishbone diagram matrix IFE and EFE; secondly is the stage of matching
a strategy using SWOT matrix and IE; and last stage for recognize main alternative
strategy using AHP processed by expert choice software. The primary research using
questionnaires and indepth interview to experts selected by purposive and secondary
data such as journals, books, and other relevant literature. The results showed that the
cause factor for revitalization is weak bargaining position of Puspiptek to LPNK. The
actor who take responsibility is Kemenristek to achieve the triple helix synergy with
organizational change strategies of Puspiptek Serpong to become ISTP.
Keywords: Change Management, Indonesia Science and Technology Park (ISTP),
Strategic Management

STRATEGI REVITALISASI ORGANISASI DAN MANAJEMEN
PERUBAHAN DALAM PENGEMBANGAN INDONESIA
SCIENCE TECHNOLOGY PARK PUSPIPTEK SERPONG

NURJAELANI SIDIK

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi: Strategi Revitalisasi dan Manajemen Perubahan dalam
Pengembangan Indonesia Science Technology Park Puspiptek
Serpong
Nama
: Nurjaelani Sidik
NIM
: H24100079

Disetujui oleh


Lindawati Kartika, SE, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini berjudul Strategi Revitalisasi dan Manajemen
Perubahan dalam Pengembangan Indonesia Science Technology Park Puspiptek
Serpong. Penelitian dilaksanakan sejak bulan November 2013 hingga Maret 2014
ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Lindawati Kartika, SE, MSi
selaku dosen pembimbing. Penulis sampaikan pula terima kasih kepada Emih dan

Abah, Teh Engker, Teh Uli, Teh Eti, A Mas Herwan, A Pepen, A Ali. Hanya
Allah yang dapat membalas kebaikan kalian. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan pula kepada Neng Izza dan Teh Awis, dua gadis tercinta saya. Kepada
rekan-rekan terdekat Desi Kristiani Simbolon, Okviyesha Hasislam, Lenggogeni
Tanjung, Nindya Saputri, Farid Wajdi, Angga Febriawan Putra, Deni Rahmat
Hidayat, Muhammad Najeed dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu proses skripsi ini hingga selesai. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Nurjaelani Sidik

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3


Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4

Science and Technology Park

4

Revitalisasi dan Perubahan Organisasi

4


METODE

5

Kerangka Pemikiran

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Pengumpulan Data dan Sumber Data

6

Metode Pengolahan dan Analisa Data

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Tahap Masukan (Input Stage)

12

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

15

Tahap Keputusan (Decision Stage)

17

SIMPULAN DAN SARAN

26


DAFTAR PUSTAKA

27

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL
1. Kerangka kerja analitis untuk perumusan strategi
2. Penilaian bobot strategis internal Puspiptek
3. Tampilan matriks Evaluasi Faktor Internal
4. Penilaian bobot strategis eksternal Puspiptek
5. Tampilan Matriks evaluasi faktor eksternal (EFE)
6. Total skor IFE pada sumbu x
7. Total skor EFE pada sumbu y
8. Matriks SWOT
9. Nilai skala banding AHP
10. Matriks IFE Puspiptek Serpong
11. Matriks EFE Puspiptek Serpong
12. Matriks SWOT Puspiptek Serpong
13. Hasil pengolahan AHP terhadap level faktor
14. Hasil pengolahan AHP terhadap level aktor
15. Hasil pengolahan AHP terhadap level tujuan
16. Hasil pengolahan AHP terhadap level strategi
17. Bobot hubungan antara elemen aktor terhadap elemen faktor
18. Bobot hubungan antara elemen tujuan terhadap elemen aktor
19. Bobot hubungan antara elemen strategi terhadap elemen tujuan

6
7
7
8
8
9
9
10
10
14
15
16
19
19
20
20
21
21
22

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kerangka Pemikiran Penelitian
Matriks IE
Analisis deskriptif sebab akibat urgensi revitalisasi Puspiptek Serpong
Matriks IE Puspiptek Serpong
Hirarki AHP Puspiptek Serpong
Tiga langkah revitalisasi Puspiptek menuju ISTP
One stop database integrated System Puspiptek Serpong

5
9
12
15
18
24
25

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Data hasil pengolahan AHP menggunakan Expert Choice 11
3. Peta perubahan kawasan Puspiptek Serpong menuju ISTP

29
29
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara besar memiliki sumber daya yang melimpah, baik
dari kuantitas sumber daya alam maupun kuantitas sumber daya manusia.
Besarnya kuantitas yang dimiliki belum berhasil menjadikan Indonesia sebagai
negara yang makmur dan sejahtera. Permasalahan ekonomi hingga kemiskinan
terjadi di negara ini.
Di era global tidak dapat dipungkiri kemajuan Indonesia tidak lagi dilihat
dari keunggulan komparatif dimana luasan wilayah dan banyaknya sumber daya
alam yang terkandung menjamin kesejahteraan rakyat. Faktor penting penentu
maju tidaknya Indonesia dilihat dari daya saing global dengan indikator
penguasaan terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
Sebagai contoh Malaysia dan Singapura. Kedua negara menunjukan
perkembangan ekonomi dan tingkat kesejahteraan yang baik dilihat dari
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakatnya. Luas wilayah
maupun kuantitas sumber daya yang dimiliki lebih banyak Indonesia.
Perkembangan ekonomi dan kesejahtreaan masyarakatnya jauh di atas Indonesia.
Hal ini menegaskan bahwa untuk menjadi negara yang sejahtera tidak hanya
mengandalkan kuantitas, tetapi kualitas sumber daya terutama sumber daya
manusia yang menguasai Iptek.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dipasok dari ekspor mineral dan batu bara
berupa bahan baku mentah yang diolah menggunakan teknologi rendah sehingga
income yang diperoleh negara tidak banyak. Hal tersebut dinilai sebagai
pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Jika bahan baku diolah dengan
menggunakan teknologi tinggi makan akan menghasilkan produk yang memiliki
daya jual tinggi. Karena cadangan energi mineral, gas dan batu bara akan habis.
Ekonomi Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Jumlah
pengangguran di Indonesia terus meningkat karena pertumbuhan ekonomi melalui
kegiatan ekspor bahan baku tidak banyak melibatkan peran sumber daya manusia
(SDM) yang tersedia dalam kuantitas yang besar. Berbeda jika pengelolaan
sumber daya alam dilakukan dengan teknologi tinggi, sumber daya manusia akan
banyak terserap. Pertumbuhan ekonomi semacam ini dinilai sebagai pertumbuhan
ekonomi jangka panjang. Peran Iptek sangat penting untuk pengelolaan sumber
daya alam yang ada untuk dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
Melalui program Master Plan Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI), pemerintah akan mengembangkan industri-industri berbasis
teknologi tinggi dengan Iptek sebagai motor penggeraknya yang dihasilkan oleh
Pusat Penelitian Iptek dan Teknologi (Puspiptek). Puspiptek diharapkan mampu
berkontribusi terhadap penyediaan hasil riset untuk mengelola sumber daya setiap
wilayah di Indonesia. Terdapat 6 koridor yang dipersiapkan sesuai dengan bidang
keunggulan strategis masing-masing wilayah. Koridor Sumatera dijadikan basis
kelapa sawit, karet, batu bara, perkapalan, dan besi baja; Koridor Jawa sebagai
basis tekstil, makanan dan minuman, peralatan transportasi, perkapalan; Koridor
Kalimantan sebagai basis kelapa sawit, perkayuan, migas, besi baja, bauksit, dan

2
batu bara; Koridor Sulawesi sebagai basis pertanian pangan, kakao, perikanan,
nikel, dan migas; Koribor Bali-Nusa Tenggara sebagai basis pariwisata,
peternakan, dan perikanan; Koridor Papua-Kepulauan Maluku sebagai basis
pertanian pangan, perikanan, tembaga, nikel, dan migas (Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian 2011).
Pemerintah akan menggiatkan kembali peran Puspiptek Serpong sebagai
lembaga yang melahirkan riset berupa inovasi yang dijadikan motor penggerak
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Puspiptek Serpong saat ini tengah
mengalami degradasi peran karena sejumlah faktor seperti sarana-prasarana yang
menuntut pemeliharaan, peralatan yang mulai aging, sumber daya manusia yang
sudah aging dan adanya gap antara SDM muda dan pegawai senior, serta
kebutuhan sarana-prasarana pendukung untuk mendukung aktivitas laboratorium.
Faktor lain berupa kebijakan pemerintah yang mendorong riset berbasis
kebutuhan pasar (demand driven) menuntut fungsi Puspiptek Serpong berperan
sebagai intermediator dan front office antara lembaga litbang dengan pengguna,
khususnya industri (Rasicipta Konsultama 2013) .
Mengacu kepada Puspiptek yang dikembangkan diluar negeri seperti
Malaysia dan Singapura yang melakukan pemutakhiran dan penggiatan kembali
(revitalisasi) terhadap Puspiptek untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka
panjang melalui peran Iptek. Revitalisasi berupa transformasi kelembagaan
kawasan lingkungan dan bangunan maupun penguatan koordinasi dengan
stakeholder yang berperan dalam penguatan Iptek. Konsep yang diadopsi dalam
pengembangan Puspiptek di luar negeri mengacu kepada Science and Technology
Park (STP) sebagai sarana untuk mengembangkan industri bermuatan teknologi
dan inkubator bisnis, research and developmnet, manajemen kawasan berbasis
teknologi, serta penyediaan infrastruktur demi terciptanya peningkatan kualitas
dan kuantitas riset yang mendukung program pemerintah (Sarjono 2012).
Arah revitalisasi dan pengembangan Puspiptek Serpong mencakup aspek
sumber daya yang telah ditingkatkan menjadi lebih baik dan lebih maju sesuai
dengan fungsi yang diharapkan. Sumber daya yang dimaksud berupa saranaprasarana litbang, sumberdaya manusia, dan sarana-prasarana pendukung kawasan.
Aspek lain yaitu peningkatan peran Puspiptek Serpong sebagai Indonesia Science
and Technology Park (ISTP) untuk menjembatani agar hasil riset dapat dikomersialisasikan oleh industri, munculnya industri baru untuk mengelola sumberdaya
alam dan menyediakan lapangan pekerjaan.
Penelitian ini dilakukan sebagai sarana untuk memberikan rekomendasi arah
revitalisasi Puspiptek ditinjau dari bidang manajemen strategis dan perubahan
organisasi. Melalui penelitian ini diharapkan proses revitalisasi dapat berjalan
efektif dan efisien dengan melihat kondisi terkini dan faktor internal eksternal
yang tengah dihadapi agar dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan proses
revitalisasi agar Puspiptek Serpong lebih berperan aktif dalam pengamanan
terhadap kebutuhan riset bagi terciptanya industri berteknologi tinggi untuk
mengolah sumber daya disetiap koridor wilayah dan menyediakan lapangan
pekerjaan untuk menyerap tenaga kerja bagi pemeratan kesejahteraan masyarakat
dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.

3
Perumusan Masalah
Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia harus dibarengi dengan
keunggulan kompetitif berupa penguasaan terhadap Iptek agar sumber daya yang
ada dapat dimanfaatkan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Puspiptek Serpong harus di revitalisasi perannya sebagai wujud
peningkatan pertumbuhan ekonomi berbasis Iptek. Fokus kebijakannya dengan
mengembangkan industri berteknologi tinggi yang dapat menyediakan lapangan
pekerjaan sekaligus mengelola sumber daya alam yang ada. Terdapat sejumlah
permasalahan yang dihadapi Puspiptek Serpong untuk diubah menjadi STP.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan rekomendasi strategi bagi pelaksanaan
revitalisasi. Adapun aspek yang diteliti berupa (1) Apa permasalahan utama
Puspiptek Serpong?; (2) Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal
yang dihadapi Puspiptek Serpong?; (3) Apa rekomendasi strategi utama yang
diterapkan dalam proses revitalisasi Puspiptek Serpong menjadi STP?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan,
tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisa permasalahan utama Puspiptek
Serpong; (2) Menganalisa kondisi internal dan eksternal untuk merumuskan
strategi sehingga diperoleh beberapa alternatif revitalisasi Puspiptek menjadi STP;
(3) Memberikan rekomendasi strategi utama yang diterapkan bagi pelaksanaan
revitalisasi Puspiptek Serpong menjadi ISTP.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitain ini, yaitu manfaat (1) praktis, yaitu
manfaat yang ditinjau dari aspek manajerial sehingga diharapkan dapat menjadi
acuan bagi Puspiptek Serpong dalam proses revitalisasi yang akan dilaksanakan;
(2) Teoritis, yaitu hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber
informasi bagi pengembangan ide, penyelesaian masalah dibidang keilmuan, serta
menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan proses revitalisasi
Puspiptek Serpong menjadi ISTP.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada penyusunan alternatif strategis
utama yang direkomendasikan untuk proses revitalisasi Puspiptek Serpong
menuju ISTP. Kerangka teori yang digunakan mengacu pada perubahan
organisasi yang dikemukakan oleh Kurt Lewin (1951) terbagi ke dalam tiga
tahapan yaitu pencairan, pengubahan, serta pembekuan kembali. Masing-masing
tahapan memiliki ciri tersendiri. Tahap pencairan dibatasi pada tahap penilaian
terhadap kondisi terkini serta identifikasi faktor kunci penyebab revitalisasi
penting untuk dilakukan, tahap kedua yaitu pengubahan yang dibatasi pada
penyusunan sejumlah alternatif strategi, dan tahap terakhir yaitu tahap pembekuan
kembali dengan memilih satu strategi utama untuk diterapkan dalam proses
revitalisasi Puspiptek Serpong menuju ISTP.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Science and Technology Park
Science and Technology Park (STP) digunakan sebagai sarana untuk
menginisiasi dan mengalirkan pengetahuan dan teknologi diantara pusat iptek,
akademisi dan industri. STP memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya industriindustri berbasis teknologi. Definisi lain menjabarkan STP sebagai kawasan
terpadu yang menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, pusat riset
pelatihan dalam satu lokasi yang memungkinkan aliran informasi dan teknologi
secara lebih efisien dan cepat (International Association of Science Park 2002).
Secara bahasa “technopark” dapat diartikan sebagai taman teknologi.
Merujuk kepada suatu tempat/kawasan dimana teknologi diaplikasikan.
Technopark sebagai lembaga riset yang dapat dipergunakan oleh industri serta
membuat hubungan permanen antara perguruan tinggi (akademisi), bisnis
(industri), dan pemerintah yang dikenal dengan sinergi Triple Helix (Budi Raharjo
2002).
Konsep Triple Helix (TH) diperkenalkan oleh Etzkowitz dan Leydesdorff
pada tahun 2000. Kalangan akademisi yang berada di universitas dan lembaga
penelitian dengan sumber daya, ilmu pengetahuan dan teknologi berfokus
menghasilkan berbagai temuan dan inovasi yang aplikatif. Kalangan bisnis yang
berada di industri melakukan kapitalisasi yang memberikan keuntungan ekonomi
dan kemanfaatan bagi masyarakat. Sedangkan pemerintah menjamin dan menjaga
stabilitas hubungan keduanya dengan regulasi yang kondusif.
Revitalisasi dan Perubahan Organisasi
Revitalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, revitalisasi yaitu proses, cara,
perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali. Revitalisasi berarti upaya
untuk memvitalkan kembali suatu kawasan yang dulunya pernah vital/hidup, akan
tetapi mengalami kemunduran/degradasi. Revitalisasi sebuah kawasan mencakup
perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi, dan aspek sosial (Danisworo 2002).
Revitalisasi bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan
fisik saja, tetapi harus diikuti dengan peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.
Perubahan Organisasi
Winardi (2005) menyatakan, bahwa perubahan organisasi adalah tindakan
beralihnya suatu organisasi dari kondisi yang berlaku kini menuju ke kondisi yang
akan datang menurut yang di inginkan guna meningkatkan efektivitasnya. Dalam
revitalisasi Puspiptek Serpong, konsep perubahan yang digunakan yaitu
perubahan yang direncanakan dengan mengacu pada teori Kurt Lewin tahun 1951
dengan 3 tahap perubahan, yaitu tahap pencairan (unfreezing), tahap perubahan
(changing), dan tahap pembekuan kembali (refreezing).

5

METODE
Kerangka Pemikiran
Salah satu fokus kebijakan yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan merangsang pertumbuhan ekonomi jangka panjang
dengan melakukan pengembangan terhadap industri nasional berbasis Iptek yang
mengelola sumber daya alam nasional dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat. Untuk menopang kebutuhan industri, dilakukan revitalisasi Puspiptek
untuk menggiatkan kembali peran Puspiptek sebagai kawasan bagi lahirnya riset
di Indonesia. Fokus utama yaitu Puspiptek Serpong di Tangerang Selatan. Berikut
kerangka pemikiran yang dijadikan sebagai model revitalisasi Puspiptek Serpong
menjadi ISTP seperti pada Gambar 1.
Puspiptek Serpong

Analisis Deskriptif

Analisa faktor internal dan
faktor eksternal

Model Perubahan

Penyusunan alternatif strategi
revitalisasi

Digram fishbone

IFE, EFE, IE

Analisis SWOT

Pemilihan alternatif strategi
revitalisasi
Analytical
Hierarchy
Process
Rekomendasi strategi utama
dalam revitalisasi Puspiptek
Serpong menuju ISTP

Ket :

alur penelitian
diolah dengan
hasil penelitian

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Tahap pertama menganalisa kondisi terkini untuk mencari sejumlah faktor
kunci penyebab Puspiptek Serpong tidak berkontribusi terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi berbasis Iptek. Analisis deskriptif menggunakan diagram
fishbone mengevaluasi permasalahan inti. Faktor kunci di kembangkan menjadi
poin-poin yang lebih rinci berupa kondisi internal terdiri dari kelemahan dan
kekurangan serta kondisi eksternal yaitu peluang dan ancaman. Keempat faktor di
atas dimasukkan ke dalam matriks IFE dan EFE yang diberikan penilaian bobot
sesuai dengan kondisi riil dilapangan. Langkah selanjutnya perumusan alternatif
strategi dengan memperhatikan poin penting dari setiap bagian kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dengan menggunakan matriks SWOT. Langkah
terakhir memilih strategi yang paling berpengaruh dengan menggunakan
Analytical Hierarchi Process (AHP).

6
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Puspiptek) Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten. Dilaksanakan
mulai bulan November 2013 sampai dengan Maret 2014.
Pengumpulan Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari penelitian langsung terhadap objek. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini berupa kuesioner seperti terlampir pada lampiran 1 dan
indepth interview kepada pakar yang dipilih dengan metode non probability
sampling dengan teknik purposive, menggunakan sejumlah kriteria tertentu sesuai
kebutuhan penelitian. Terdiri dari pakar internal dan eksternal Puspiptek Serpong.
Pakar internal yaitu Kepala Subbid Perancangan Puspiptek; sedangkan eksternal
terdiri dari Kepala Asdep Investasi Iptek Kemenristek; Kepala Seksi bagian Tata
Kelola Kota, Bangunan, dan Pemukiman Pemda Tangerang Selatan; Asosiasi
Industri Kadin; dan akademisi yang memiliki keahlian dalam manajemen strategik
dan manajemen industri. Pakar diminta untuk menentukan alternatif pilihan
jawaban terhadap masing-masing pertanyaan/pernyataan yang dikomparasi
menurut kepentingan pelaksanaaan revitalisasi Puspiptek Serpong.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data notulensi focus group
discussion (FGD) dan data pendukung lain yang relevan dengan objek penelitian
seperti buku, jurnal maupun sumber lain yang menunjang dalam analisa
pemecahan masalah.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data menggunakan metode pengolahan tiga langkah
David (2009) yang terdiri dari tahap masukan, tahap pencocokan, dan terakhir
tahap eputusan seperti pada tabel 1.
Tabel 1 Kerangka kerja analitis untuk perumusan strategi
TAHAP I

TAHAP 2

TAHAP 3

TAHAP MASUKAN (INPUT STAGE)
 Analisa Deskriptif
: Diagram Fishbone
 Evaluasi Faktor Internal : Matriks IFE
 Evaluasi Faktor Eksternal : Matriks EFE
TAHAP PENCOCOKAN (MATCHING STAGE)
 Matriks IE (Internal-Eksternal)
 Matriks SWOT (Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman)
TAHAP KEPUTUSAN (DECISION STAGE)
 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Sumber : David (2009)
Tahap input (Input Stage) meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk
merumuskan strategi menggunakan analisa deskriptif. Alat analisis yang
digunakan pada tahap ini adalah matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) dan
matriks evaluasi faktor internal (IFE).

7
Analisa Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran terkini
mengenai profil kelembagaan Puspiptek Serpong. Data diperoleh dari notulensi
FGD berupa diagram fishbone yang diolah oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan
penelitian.
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Analisa evaluasi faktor internal diturunkan dari analisa deskriptif berupa
faktor kunci yang menjadi sumber kekuatan dan kelemahan yang dihadapi
Puspiptek Serpong dalam mengoptimalkan perannya. Setelah dirumuskan faktor
kunci, maka dilakukan pembobotan sesuai kondisi terkini Puspiptek Serpong
dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan. Teknik Pairwise
Comparison digunakan untuk memberikan besar bobot yang dinilai oleh pakar.
Tabel 2 Penilaian bobot strategis internal Puspiptek
Faktor Strategis Internal
A
......
Total

A

B

……

Total

Bobot

Sumber: David (2009)
Setelah pembobotan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun
matriks IFE. Pertama tuliskan daftar faktor kekuatan dan kelemahan Puspiptek
Serpong. Masukan nilai bobot yang telah dinilai oleh pakar menggunakan teknik
penghitungan pairwise comparison. Jumlah bobot seluruh faktor harus berjumlah
=1. Kemudian berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor sesuai
dengan kepentingan dimasa yang akan datang. Nilai 4 untuk kekuatan utama; nilai
3 untuk kekuatan minor; nilai 2 untuk kelemahan minor; dan nilai 1 untuk
kelemahan utama. Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3
atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2. Langkah selanjutnya
kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk mendapatkan
nilai skor masing-masing faktor. Terakhir jumlahkan nilai skor masing-masing
faktor untuk memperoleh nilai total skor faktor internal. Total skor berkisar antara
yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0, dengan rata-rata 2,5. Total skor dibawah 2,5
menggambarkan lembaga yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas
2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat.
Tabel 3 Tampilan Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Faktor Internal Kunci
Kekuatan
1.
……
Kelemahan
1.
……
Total

Bobot

Peringkat

Skor

Sumber: David (2009)
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Analisa evaluasi faktor eksternal diturunkan dari analisa deskriptif berupa
faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman yang harus disiasati Puspiptek
Serpong dalam mengoptimalkan perannya. Setelah dirumuskan faktor kunci,
maka dilakukan pembobotan sesuai kondisi terkini Puspiptek Serpong dalam

8
mmanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman. Teknik Pairwise Comparison
digunakan untuk memberikan besar bobot yang dinilai oleh pakar.
Tabel 4 Penilaian bobot strategis internal Puspiptek
Faktor Strategis Eksternal
A
......
Total

A

B

……

Total

Bobot

Sumber: David (2009)
Setelah pembobotan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menyusun
matriks EFE. Pertama tuliskan daftar factor peluang dan ancaman Puspiptek
Serpong. Masukan nilai bobot yang telah dinilai oleh pakar menggunakan teknik
penghitungan pairwise comparison. Jumlah bobot seluruh faktor harus berjumlah
=1. Kemudian berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor sesuai
dengan kepentingan dimasa yang akan datang. Nilai 4 untuk nilai peluang atau
ancaman yang superior; nilai 3 untuk faktor eksternal di atas rata-rata; nilai 2
untuk faktor yang rata-rata; dan nilai 1 untuk faktor yang jelek. Langkah
selanjutnya kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk
mendapatkan nilai skor masing-masing faktor. Terakhir jumlahkan nilai skor
masing-masing faktor untuk memperoleh nilai total skor faktor eksternal. Total
skor berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0. Total skor rata-rata 2,5.
Total skor 4,0 mengindikasikan lembaga merespon dengan sangat baik peluang
dan ancaman yang ada. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi
perusahaan tidak memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman kesternal.
Tabel 5 Tampilan Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Faktor Internal Kunci
Kekuatan
1.
……
Kelemahan
1.
……
Total

Bobot

Peringkat

Skor

Sumber: David (2009)
Tahap kedua yaitu tahap pencocokan (Matching Stage) yang berfokus
terhadap penyusunan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor
eksternal dan faktor internal kunci. Alat yang digunakan yaitu Matriks InternalEksternal (IE) dan Matriks SWOT. Alat-alat ini bersandar pada informasi yang
diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal
dengan kekuatan dan kelemahan internal.
Matriks Internal-Eksternal (IE)
Penggabungan matriks IFE dan EFE akan menghasilkan matriks IE yang
memperlihatkan posisi dari Puspiptek Serpong dalam tampilan sembilan sel.
Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu: (1) Total skor IFE pada sumbu
x dan (2) Total skor EFE pada sumbu y. Total skor IFE pada sumbu x dibagi
menjadi tiga kategori seperti pada tabel 6.

9
Tabel 6 Total skor IFE pada sumbu x
Selang Total Skor
1,00 – 1,99
2,00 – 2,99
3,00 – 4,00

Keterangan
Posisi internal lemah
Posisi internal rata-rata
Posisi internal kuat

Sumber: David (2009)
2009)
Pada Tabel 7 m
menunjukkan total skor dari matriks EFE.. T
Total skor EFE
pada sumbu y dibagi
gi m
menjadi tiga kategori seperti ada tabel 7.
Tabel 7 Total skor EF
EFE pada sumbu y
Selang Total Skor
1,00 – 1,99
2,00 – 2,99
3,00 – 4,00

Keterangan
Respon Puspiptek terhadap kondisi eksternal per
perusahaan rendah
Respon Puspiptek terhadap kondisi eksternal per
perusahaan rata-rata
Respon Puspiptek terhadap kondisi eksternal per
perusahaan tinggi

Sumber: David (2009)
2009)
Menurut David
vid (2009) mengemukakan bahwa matriks
ks IIE dapat dibagi
rbeda. Tiga daerah
menjadi tiga daerahh ut
utama yang memiliki implikasi strategi berbe
utama disajikan dalam
lam Gambar 2.

Gambar 2 Matriks IE
Sumber : David (2009)
1. Daerah Grow and B
Build
Terdiri dari sel I, III, atau IV. Strategi yang paling sesuai untuk
uk divisi-divisi ini
yaitu strategi inte
ntensif seperti pengembangan kawasan, kom
komersialisasi hasil
riset, dan menjali
njalin kerja sama dengan stakeholder sepertii L
LPNK di dalam
kawasan Puspipte
ndustri, pemerintah,
ptek Serpong maupun eksternal seperti indust
maupun institusi
usi pe
pendidikan. Sel I menunjukkan sel dengann kkondisi lembaga
terbaik.
2. Daerah Holdd and M
Maintain
Daerah yang direkom
lam sel III, V, atau
rekomendasikan untuk divisi yang masuk dalam
ga da
dan pertahankan
VII dapat dikelola
ola dengan cara terbaik melalui strategi jaga
iset dengan LPNK
seperti Pengemban
bangan kawasan dan melakukan kerjasama rise
dan lembaga riset
set di kawasan internal maupun eksternal sepe
seperti pemerintah,
institusi pendidika
dikan, maupun industri
3. Daerah Harvest
st or D
Divestiture
VI, VIII, dan IX
Daerah yang dibe
diberikan untuk divisi yang masuk dalam sell V
seperti divestasi
si m
maupun likuidasi organisasi.

10
Matriks Kekuatan (S)-Kelemahan (W)-Peluang (O)-Ancaman (T)
Matriks SWOT digunakan untuk mencari sejumlah alternatif strategi yang
diterapkan dalam melakukan revitalisasi Puspiptek Serpong. Strategi SWOT
dilakukan dengan mencocokan minimal satu atau lebih faktor internal dengan satu
atau lebih faktor eksternal seperti pada tabel 8.
Tabel 8 Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT)
IFAS
EFAS
Opportunities (O)
Rumuskan faktor-faktor
Peluang Eksternal
Threats (T)
Rumuskan faktor-faktor
Hambatan Eksternal

Strengths (S)
Rumuskan faktor-faktor
Kekuatan Internal
SO
Ciptakan strategi dengan
menggunakan Kekuatan untuk
memanfaatkan Peluang
ST
Ciptakan strategi dengan
menggunakan Kekuatan untuk
mengatasi ancaman

Weaknesses (W)
Rumuskan faktor-faktor
Kelemahan Internal
WO
Ciptakan strategi dengan
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan Peluang
WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman

Sumber: David (2009)
Terakhir tahap keputusan (Decision Stage) digunakan untuk membuat
keputusan perumusan strategi berdasarkan analisis dan intuisi pakar. Alat yang
digunakan pada tahap ini berupa Analytical Hierarchy Process (AHP),
dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan informasi dan berbagai keputusan
secara rasional (judgement) agar dapat memilih alternatif yang paling disukai.
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) terbagi menjadi delapan
langkah menurut Saaty (1993). (1) Mendefinisikan persoalan dan merinci
pemecahan yang diinginkan. Fokus dari analisis ini adalah identifikasi persoalan
dengan melakukan analisa atau pemahaman yang mendalam terhadap persoalan
yang dihadapi dan ingin dipecahkan, dapat dilakukan dengan cara wawancara
kepada pakar. (2) Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara
menyeluruh. Setelah komponen-komponen dari fokus analisis diketahui, lalu
dilakukan pembuatan hirarki. Hirarki merupakan abstraksi struktur sistem yang
mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem.
Pada umumnya hirarki tersusun dari fokus atau cita-cita utama, faktor atau kriteria
masalah, aktor atau pelaku, tujuan yang ingin dicapai, dan skenario atau alternatif
tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan. (3) Membuat matriks
banding berpasang untuk kontribusi atau pengaruh setiap elemen yang relevan
atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat diatasnya. Tabel 9
memberikan penjelasan rinci mengenai nilai skala banding yang digunakan.
Tabel 9 Nilai skala banding Analytical Hierarchy Process (AHP)
Kepentingan
1

Definisi
Kedua elemen sama pentingnya

3

Elemen yang satu sedikit lebih penting
daripada elemen yang lainnya.

5

Elemen yang satu lebih
daripada elemen yang lainnya.

penting

Penjelasan
Dua elemen mempunyai pengaruh yang
sama besar terhadap tujuan
Pengalaman dan penilaian sedikit
menyokong satu elemen dibanding
elemen lainnya.
Pengalaman dan penilaian sedikit
menyokong satu elemen dibanding
elemen lainnya.

11
lanjutan tabel 9
Kepentingan
7

Definisi
Satu elemen jelas lebih penting daripada
elemen yang lainnya.
Satu elemen mutlak lebih penting
daripada elemen yang lainnya.

Penjelasan
Satu elemen yang kuat disokong dan
dominan terlibat dalam kenyataan.
9
Bukti yang mendukung elemen yang
satu terhadap yang lainnnya terhadap
elemn yang lainnya memiliki tingkat
penegasan tertinggi menguatkan.
2,4,6,8
Nilai-nilai diantara dan pertimbangan Nilai ini diberikan bila ada dua
yang berdekatan.
komponen diantara dua pilihan.
Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j
mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i.

Sumber: Saaty (1993)
(4) Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan
perangkat matriks di langkah tiga. Setelah matriks banding berpasangan antar
elemen dibuat, dilakukan penilaian antar setiap elemen pada kolom dengan setiap
elemen pada baris. Penilaian antar elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan:
“seberapa kuat elemen baris didominasi, dipengaruhi, dipenuhi, atau diuntungkan
oleh fokus di puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom?” jika unsur-unsur yang
diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya
adalah “seberapa lebih mungkin suatu unsur baris dibandingkan dengan unsur
kolom, sehubungan dengan fokus?”. Untuk mengisi matriks banding berpasangan,
pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri ke
kanan bawah. (5) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1
sepanjang diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan apabila elemen faktor
pada baris lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x)
dibandingkan dengan elemen faktor pada baris yang lainnya, namun bila elemn
faktor pada baris kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X
dibandingkan elemen faktor pada baris yang lainnya, maka digunakan angka
kebalikan. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai
kebalikannya. (6) Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan
gugusan dalam hirarki. Terdapat dua matriks perbandingan dalam model AHP,
yaitu: Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG).
(7) Menggunakan komposisi secara hirarki (sintesis) untuk membobotkan vektorvektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan menjumlahkan semua nilai
prioritas terbobot yang bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah
berikutnya dan seterusnya. (8) Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
Resiko konsistensi hirarki harus kurang dari sama dengan 10 persen. Jika tidak,
mutu informasi harus diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara
menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisian ulang kuesioner atau lebih
baik dalam mengarahkan responden yang mengisi kuesioner.
Data dalam penelitian ini diolah menggunakan Software Microsoft Excel
2010 dan Software Expert Choice 11.

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap Masukan (Input Stage)
Analisa Deskriptif
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong
berdiri di kawasan Serpong, Tangerang Selatan. Didirikan pada tanggal 1 Oktober
1976 berdasarkan keputusan Presiden no 43/1976 yang dipersiapkan untuk
pengamanan kebutuhan riset nasional dimana terdapat sejumlah Lembaga
Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang menempatkan laboratoriumnya di di
dalam kawasan Puspiptek Serpong seperti LIPI, BATAN, BPPT, dan sejumlah
lembaga lainnya. Mereka menggunakan sarana dan prasarana secara bersamasama dalam suatu kegiatan penelitian untuk menyokong kebutuhan nasional
terhadap hasil riset yang berkualitas dan dapat dimanfaatkan.
Kenyataannya lembaga riset yang ada di kawasan Puspiptek Serpong belum
sepenuhnya berkontribusi secara maksimal terhadap pemenuhan hasil riset yang
berkualitas terlebih dalam mendukung program pemerintah dalam pengembangan
industri berbasis iptek untuk peningkatan ekonomi nasional dan penyediaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Masih ditemui sejumlah masalah yang
menjadi faktor perlu dilakukannya revitalisasi terhadap Puspiptek Serpong agar
perannya semakin terasa seperti pada Gambar 3.
Peran Puspiptek sebagai
partner Kemenristek
Lemahnya peran
pengelola dan
regulator LPNK

Kawasan belum berbasis
keunggulan nasional

Tidak ada one stop
database integrated
system

Pelayanan
terhadap
stakeholder
Penelitian berbasis
kompetensi masingmasing LPNK

Birokrasi dan regulasi
tidak efektif

Rendah kerjasama riset
Puspiptek pusat dengan
daerah
Hasil riset tidak
sesuai pasar

Rendahnya komitmenn
stakeholder dalam
pengembangan Puspiptek
Serpong

Urgensi
Revitalisasi
Puspiptek
Serpong
Terbatas aturan
penggunaan dana
non pajak dan
hibah

Insentif tidak
mendukung
riset inovatif

Gambar 3 Analisa deskriptif sebab akibat urgensi Revitalisasi Puspiptek
Sumber : Notulensi FGD 2013 (diolah)
Berdasarkan data hasil FGD Puspiptek diperoleh sejumlah permasalahan
utama penyebab perlunya dilakukan revitalisasi terhadap Puspiptek Serpong
diantaranya sebagai berikut :
1. Peran Puspiptek sebagai Partner Kemenristek terhadap LPNK
Puspiptek memiliki visi dan misi yang menginduk kepada Kementrian Negara
Riset dan Teknologi (Kemenristek) sebagai perpanjangan tangan dalam
mengelola kawasan bagi sejumlah LPNK dan lembaga lainnya yang berdiri di
kawasan internal agar dapat bersinergi dalam pemutakhiran hasil riset lintas
kompetensi laboratorium untuk memenuhi kebutuhan inovasi riset dalam
rangka pembentukan industri berbasis Iptek di Indonesia. Faktanya hal ini
belum berjalan secara optimal dikarenakan tidak berfungsinya peran strategis
sebagai lembaga pengelolaan dan regulator bagi LPNK maupun lembaga

13
lainnya di dalam kawasan Puspiptek Serpong. Selain itu terdapat tumpangtindih penelitian sehingga terjadi inefisiensi kegiatan riset yang dilakukan
sejumlah lembaga riset. Perlu adanya kegiatan penelitian lintas kompetensi
agar tumpang-tindih kegiatan penelitian dapat dihindari dan kerjasama lintasdisiplin dapat didorong sebaik-baiknya. (Prayoto)
2. Rendahnya komitmen stakeholder dalam pengembangan Puspiptek Serpong
Karena belum terciptanya sinergi antara LPNK di kawasan Puspiptek. Riset
yang dihasilkan masih terbatas pada kompetensi masing-masing lembaga.
Padahal saat ini dibutuhkan hasil riset yang lebih inovatif dan canggih untuk
menjawab kebutuhan industri. hasil riset dapat terjadi jika terdapat kerjasama
antar berbagai lembaga.
Dampaknya persentase kerjasama riset antara Puspiptek dengan industri
mengalami penurunan. Hanya 17% industri yang mempercayakan riset dan
pengembangannya pada Puspiptek, selebihnya 83% industri melakukan riset
inovasi sendiri untuk menjawab kebutuhannya (Sardjono). Hal ini terlihat
bahwa kepercayaan industri terhadap lembaga riset harus ditingkatkan
mengingat kerja sama yang tercipta antara industri dan lembaga riset akan
menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Disetiap wilayah di Indonesia terdapat sumber daya yang menjadi ciri khas
masing-masing wilayah. Hanya saja selama ini keunggulan strategis tersebut
belum sepenuhnya termanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat
sekitarnya. Belum terjalin kerja sama antara pemerintah daerah dengan
Puspiptek Serpong dalam pembentukan industri berbasis Iptek untuk
mengelola sumber daya yang tersedia di samping menyediakan lapangan kerja
bagi masyarakat.
3. Insentif yang tidak mendukung riset inovatif
Terbatasnya aturan dalam penggunaan Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP) seperti dana corporate social responsibility dari swasta maupun hibah
dengan mekanisme pertanggungjawaban yang sulit dan tidak berbasis outcome
dapat menurunkan motivasi, minat, dan potensi peneliti dalam melakukan riset
dan temuan yang bermanfaat. Insentif yang diberikan hanya sebatas pada dana
untuk riset awal, tidak mencakup dana penelitian lanjutan. Padahal penelitian
lanjutan dibutuhkan guna memantapkan hasil temuan yang dapat diaplikasikan
pada ranah industri. selama ini salah satu alasan mengapa industri jarang
melakukan kerja sama karena hasil riset yang ada belum diteliti lebih lanjut
untuk memastikan apakah hasil riset dapat diadopsi oleh industri.
4. Kurangnya pelayanan terhadap stakeholder
Saat ini pemerintah tengah mencanangkan pembentukan industri yang
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Setiap wilayah Indonesia memiliki
sumber daya yang khas yang menjadi keunggulan masing-masing kawasan.
melalui peran Iptek, industri tersebut akan diberdayakan untuk mengelola di
samping menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga
tercipta pemerataan pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah.
Pembentukan kawasan Puspiptek Serpong saat ini berbasis kelembagaan
masing-masing lembaga riset. Baik LIPI, Batan, BPPT, maupun sejumlah
lembaga riset lainnya melakukan riset berdasarkan kompetensi masing-masing.
Puspiptek Serpong dinilai belum mampu dalam menyokong kebutuhan
industri melalui hasil riset yang mumpuni sesuai dengan 6 koridor

14
pembangunan MP3EI. Maka basis pembentukan kawasan Puspiptek Serpong
saat ini harus diubah. Tidak lagi berdasarkan pada kelembagaan, tetapi
berbasis bidang strategis nasional seperti pertanian, pertambangan, energi,
industri, kelautan, pariwisata, dan telematika. Puspiptek Serpong harus
dilakukan revitalisasi dengan mengubah struktur kawasan fisik dan bangunan
agar dapat memberikan pelayanan terhadap stakeholder terutama industri.
Puspiptek Serpong telah menghasilkan sekian banyak hasil riset baik berupa
inovasi maupun invensi. Hanya saja belum banyak dimanfaatkan oleh industri.
Masalah yang ditemui industri saat ini yaitu Puspiptek Serpong tidak
dilengkapi dengan sebuah sistem yang memudahkan industri mengakses
informasi hasil temuan dan kepakaran yang dimiliki Puspiptek Serpong.
Perlunya dilakukan pembenahan sistem agar pelayanan terhadap stakeholder
khususnya industri lebih maksimal.
Analisa IFE dan EFE Puspiptek Serpong
Analisa fishbone diperoleh sejumlah faktor kunci penyebab Puspiptek
Serpong perlu dilakukan revitalisasi guna memvitalkan kembali perannya sebagai
lembaga riset. Sejumlah faktor kunci dapat dibagi ke dalam beberapa faktor
turunan seperti pada tabel 10 dan 11.
Tabel 10 Matriks IFE Puspiptek Serpong
Faktor Internal
Bobot Rating Skor
Kekuatan
1. Pengelola dan regulator lembaga riset di kawasan Puspiptek
0,10
4,00 0,40
2. Kewenangan membuat peraturan pengelolaan kawasan fisik 0,13
3,00 0,39
bagi sejumlah lembaga riset
3. Memiliki aset dalam bentuk sumber daya fisik
0,08
1,00 0,08
4. Partner Kemenristek dalam pengembangan Puspiptek 0,14
3,00 0,42
menjadi Science and Technology Park
5. Jumlah sumber daya manusia yang memadai
0,09
3,00 0,27
Total
1,56
Kelemahan
1. Peran Puspiptek sebagai partner Kemenristek dalam 0,07
2,00 0,14
pengelolaan lembaga riset
2. Tidak adanya one stop database integrated system di 0,08
4,00 0,32
kawasan Puspiptek
3. Posisi Puspiptek dalam pemanfaatan sumber daya berbasis 0,06
4,00 0,24
bidang keunggulan nasional
4. Insentif peneliti tidak mendukung penelitian inovatif
0,04
3,00 0,12
5. Sinergi peran pusat dan daerah dalam pengembangan hasil
0,07
3,00 0,21
riset untuk pemanfaatan sumber daya berbasis bidang
keunggulan nasional
Kekuatan
Bobot Rating Skor
Lemahnya komitmen dan kerjasama stakeholder dalam 0,05
2,00 0,10
pengembangan Puspiptek.
7. Rendah road map penelitian dan kepakaran dengan
0,04
2,00 0,08
permintaan industri
8. Kurangnya kepercayaan industri
0,05
3,00 0,15
Total
1,36
Total Matrik IFE
1,00
2,92
Sumber : Notulensi FGD Puspiptek 2013 (diolah)

15
Tabel 11 Matriks EFE
FE Puspiptek Serpong
Faktor Eksternal
Peluang
1. Peningkatan kompe
ompetensi peneliti melalui kerjasama
riset
2. Pengembangan Sc
Science and Technology Park
sebagai pusat Iptek
ptek
3. Peningkatan keahl
ahlian dan potensi hasil riset untuk
pemanfaatan sum
umber daya berbasis keunggulan
nasional
4. Komersialisasi rise
riset nasional
5. Kerjasama pemer
erintah pusat dan daerah dalam
pemanfaatan hasil
sil rriset
Total
Ancaman
1. Aturan penggunaa
unaan dana bukan dari pajak untuk
pengembangan Pus
Puspiptek
2. Berlaku Asean
an Ec
Economic Community (AEC) tahun
2015
3. Masuknya produk
uk luar yang menghambat motivasi
peneliti dalam peng
pengembangan industri nasional
4. Hijrah peneliti pot
potensial ke negara lain
Total
Total EFE
Sumber : Notulensi FG
FGD Puspiptek 2013 (diolah)

Bobot

R
Rating

Skor

0,12

3,00

0,35

0,15

4,00

0,58

0,12

3,00

0,35

0,14
0,13

3,00
3,00

0,41
0,38
2,06

0,12

3,00

0,35

0,08

2,00

0,15

0,08

1,00

0,08

0,10

4,00

0,38
0,96
3,02

1,00

Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Matriks IE Puspipte
tek Serpong
rnal dan eksternal
Berdasarkan pe
perhitungan terhadap sejumlah faktor interna
sing faktor. Kedua
Puspiptek Serpong,, di
diperoleh nilai skor total untuk masing-masin
Penempatan nilai
nilai ditempatkan pad
pada matriks IE yang terbagi ke dalam 9 sel.. P
gai garis horizontal
IFE dan EFE mengikut
ikuti aturan Cartesius (X,Y) dengan X sebagai
(total skor IFE) dann Y sebagai garis vertikal (total skor EFE).

Gambar 4 Matriks IE Puspiptek Serpong
avid menunjukkan bahwa saat ini Puspiptek Serp
erpong berada pada
Matriks IE Davi
da ta
tahap tumbuh dan kembangkan berdasarkan pada skor total IFE
sel kedua yaitu pada

16
sebesar 2,92 dan skor total EFE 3,02. Sel kedua mengindikasikan bahwa saat ini
Puspiptek Serpong kuat dalam memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancaman.
Terlihat dari skor total EFE yang mencapai angka 3,02. Akan tetapi untuk
menggunakan kekuatan dan mengurangi kelemahan, Puspiptek Serpong perlu
melakukan pembenahan guna mengoptimalkan faktor internal yang dimiliki. Faktor
IFE masih berada pada angka 2,92. Faktor Internal masih bisa dioptimalkan dengan
melakukan sejumlah strategi untuk memvitalkan fungsi Puspiptek Serpong.
Strategi yang paling tepat untuk lembaga yang berada pada sel kedua dengan
melakukan pengembangan kawasan, komersialisasi hasil riset, dan menjalin kerja
sama dengan stakeholder internal seperti lembaga riset di dalam kawasan
Puspiptek Serpong maupun eksternal seperti industri, pemerintah, maupun
institusi pendidikan sebagai aktor yang berperan dalam penguatan dan mendukung
komersialisasi hasil iptek guna mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi
jangka panjang dan mensejahterakan masyarakat sesuai dengan tujuan program
MP3EI .

Analisis Matriks SWOT Puspiptek Serpong
Proses revitalisasi Puspiptel serpong menjadi STP dilakukan dengan
mengimplementasikan sejumlah strategi yang dirumuskan berdasarkan pada
faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks
SWOT merupakan alat untuk merumuskan strategi secara komprehensif dengan
memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal dengan cara
mengkombinasikan antara kedua faktor tersebut seperti pada tabel 9.
Tabel 12 Matriks SWOT Puspiptek Serpong
Kekuatan (S)
1. Pengelola
dan
regulator
lembaga riset di kawasan
Puspiptek
2. Kewenangan
membuat
peraturan
pengelolaan
kawasan fisik bagi sejumlah
lembaga riset
3. Memiliki aset dalam bentuk
sumber daya fisik
4. Partner Kemenristek dalam
pengembangan
Puspiptek
menjadi
Science
and
Technology Park
5. Jumlah sumber daya manusia
yang memadai

Peluang (O)
1. Peningkatan
kompetensi
peneliti melalui kerjasama
riset
2. Pengembangan Science and
Technology Park sebagai
pusat Iptek

Kekuatan (S)-Peluang (O)
1. Revitalisasi kawasan dan
bangunan fisik Puspiptek
Serpong menjadi Indonesia
Science Technology Park
(ISTP) (S4, O2)

Kelemahan (W)
Peran Puspiptek sebagai
partner Kemenristek dalam
pengelolaan lembaga riset
2. Tidak adanya one stop
database integrated system di
kawasan Puspiptek
3. Posisi
Puspiptek
dalam
pemanfaatan sumber daya
berbasis keunggulan nasional
4. Insentif
peneliti
tidak
mendukung penelitian inovatif
5. Sinergi peran pusat dan daerah
dalam pengembangan hasil
riset
untuk
pemanfaatan
sumber daya berbasis bidang
keunggulan nasional
6. Lemahnya komitmen dan
kerjasama stakeholder dalam
pengembangan Puspiptek
7. Rendah road map penelitian
dan
kepakaran
dengan
permintaan industry
8. Kurangnya
kepercayaan
industri
Kelemahan (W)-Peluang (O)
1. Kerjasama Puspiptek dengan
Pemerintah daerah dalam
pembentukan industri berbasis
keunggulan nasional (W3, W5,
O4, O5)
2. Inkubasi hasil riset (O4, W8)
1.

17
lanjutan tabel 12
Peluang (O)