PRARANCANGAN PABRIK LINEAR LOW DENSITY POLYETHYLENE (LLDPE) DENGAN BAHAN BAKU ETHYLENE DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 150.000 TON/TAHUN
PRARANCANGAN PABRIK LINEAR LOW DENSITY
POLYETHYLENE
DARI ETHYLENE DENGAN
KAPASITAS 150.000 TON/TAHUN
(Tugas Khusus
Fluidized Bed Reactor
(RE-01)))
Oleh
GARYBALDI YOELPATRIA S.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
(2)
ABSTRAK
PRARANCANGAN PABRIK LINEAR LOW DENSITY POLYETHYLENE
(LLDPE) DENGAN BAHAN BAKU ETHYLENE DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 150.000 TON/TAHUN
Oleh
GARYBALDI Y.S
Pabrik Linear Low Density Polyethylene akan didirikan di Tanjung Bintang, Lampung Timur. Pabrik ini berdiri dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, daerah pemasaran, sarana transportasi yang memadai, tenaga kerja yang mudah didapatkan dan kondisi lingkungan.
Pabrik direncanakan memproduksi Linear Low Density Polyethylene sebanyak 150.000 ton/tahun, dengan waktu operasi 24 jam/hari, 330 hari/tahun. Bahan baku yang digunakan adalah ethylene sebanyak 18.939,39 kg/jam
Penyediaan kebutuhan utilitas pabrik Linear Low Density Polyethylene berupa pengadaan air, pengadaan steam, pengadaan listrik, kebutuhan bahan bakar, dan pengadaan air pendingin.
Bentuk perusahaan adalah Perseroan Terbatas (PT) menggunakan struktur organisasi line dan staff dengan jumlah karyawan sebanyak 134 orang.
Dari analisis ekonomi diperoleh:
Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 177.102.551.742,13 Working Capital Investment (WCI) = Rp 31.253.391483,91 Total Capital Investment (TCI) = Rp 208.355.943.226,04
Break Even Point (BEP) = 45,92 %
Shut Down Point (SDP) = 27,19 %
Pay Out Time before taxes (POT)b = 1,98 tahun
Pay Out Time after taxes (POT)a = 2,36 tahun
Return on Investment before taxes (ROI)b = 34,34 %
Return on Investment after taxes (ROI)a = 27,47 % %
Discounted cash flow (DCF) = 31,42 %
Mempertimbangkan paparan di atas, sudah selayaknya pendirian pabrik linear low density polyethylene dikaji lebih lanjut, karena merupakan pabrik yang menguntungkan dan mempunyai masa depan yang baik.
(3)
ABSTRACT
MANUFACTURE OF LINEAR LOW DENSITY POLYETHYLENE (LLDPE) FROM ETHYLENE
FOR CAPACITY OF 150,000 TONS / YEARS By
GARYBALDI Y.S
Factory which is made by raw material ethylene, will be erected on Tanjung Bintan, East Lampung. The factory was established by considering the availability of raw materials, marketing area, transportation facilities, readily available labor and environmental conditions.
The factory is planned to produce linear low density polyethylene of 150,000 tons / year, with operating time of 24 hours / day, 330 days / year. The raw materials used are ethylene 18.939,39 kg/hr.
Provision of utility plant needs linear low density polyethylene the provision of water, provision of steam, electricity supply, fuel requirements, and procurement of air cooling water.
The form is a Limited Liability company (PT) using a line and staff organizational structure and employs as many as 134 people.
From the economic analysis is obtained:
Fixed Capital Investment (FCI) = Rp 177.102.551.742,13 Working Capital Investment (WCI) = Rp 31.253.391483,91 Total Capital Investment (TCI) = Rp 208.355.943.226,04 Break Even Point (BEP) = 45,92 %
Shut Down Point (SDP) = 27,19 %
Pay Out Time before taxes (POT)b = 1,98 tahun
Pay Out Time after taxes (POT)a = 2,36 tahun
Return on Investment before taxes (ROI)b = 34,34 %
Return on Investment after taxes (ROI)a = 27,47 % %
Discounted cash flow (DCF) = 31,42 %
Considering the above explanation, it is proper plant establishment linear low density polyethylene was studied further, because it is a profitable factory and have a good future.
(4)
(5)
(6)
(7)
i DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR GRAFIK ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik ... 1
B. Kegunaan Produk ... 3
C. Kapasitas Rancangan ... 4
D. Lokasi Pabrik ... 8
II. DESKRIPSI PROSES A. Macam-macam Proses Pembuatan Polyethylene………... . 10
B. Pemilihan Proses ... 12
C. Uraian Proses ... 13
III.SPESIFIKASI BAHAN BAKU DAN PRODUK A. Bahan Baku Utama ... 25
B. Bahan Baku Penunjang... 26
C. Produk Utama ... 28
IV. NERACA MASSA DAN NERACA ENERGI A. Neraca Massa ... 30
B. Neraca Energi ... 31
V. SPESIFIKASI PERALATAN A. Peralatan Proses ... 39
(8)
ii
B. Peralatan Utilitas ... 54
VI. UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH A. Unit Pendukung Proses (Utilitas) ... 109
B. Pengolahan Limbah ... 128
C.Laboratorium ... 129
D.Instrumentasi dan Pengendalian Proses ... 133
VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik ... 136
B. Tata Letak Alat Proses ... 140
VIII.SISTEM MANAJEMEN DAN OPERASI PERUSAHAAN A. Bentuk Perusahaan ... 144
B. Struktur Organisasi Perusahaan ... 147
C. Tugas dan Wewenang... 149
D. Status Karyawan dan Sistem Penggajian ... 157
E. Pembagian Jam Kerja Karyawan ... 157
F. Penggolongan Jabatan dan Jumlah Karyawan ... 160
G. Kesejahteraan Karyawan ... 164
IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI A. Investasi ... 167
B. Evaluasi Ekonomi ... 171
C. Angsuran Pinjaman ... 173
D. Discounted Cash Flow ... 174
X. KESIMPULAN DAN SARAN ... 175
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan industri nasional diarahkan guna meningkatkan daya saing agar mampu menerobos pasar internasional dan mempertahankan pasar dalam negeri. Perkembangan yang pesat dalam pembangunan industri yang dialami oleh bangsa Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri.
Polimer yang sering disebut makromolekul adalah molekul besar yang dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Kesatuan – kesatuan itu setara atau hampir setara dengan monomer, yaitu bahan dasar pembuat polimer. Polyethylene atau polyethene merupakan polimer termoplastik yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Polyethylene tidak larut dalam pelarut apapun pada suhu kamar. Polimer ini juga tahan terhadap asam dan basa tetapi tidak dapat dirusak oleh asam nitrat pekat.
Nama polyethylene berasal dari monomer penyusunnya yaitu etana (ethylene).
Polyethylene pertama kali disintesis secara tidak sengaja dari pemanasan
diazomethane oleh ahli kimia Jerman bernama Hans von Pechmann pada tahun 1898.
Secara industri, polyethylene pertama kali disintesis oleh E.W. Fawcett pada tahun 1936 di Laboratorium Imperial Chemical Industries, Ltd (ICI), Inggris dalam sebuah percobaan tak terduga dimana ethylene yang merupakan bahan baku sisa reaksi
(10)
2
diteliti sampai tekanan 1.446,52 kg/cm2 dan temperatur 170 oC. Pada tahun 1940, polimer mulai diperkenalkan secara komersial, dan polimer ethylene yang pertama kali diperdagangkan adalah polyethylene dengan densitas rendah (low density) dan tekanan tinggi (high pressure). Setelah mengalami perkembangan, produksi low
density polyethtylene meluas dengan cepat. Pada tahun 1953, Ziegler berhasil
menemukan cara pembuatan polyethylene secara organometalic dan setahun kemudian berhasil diproduksi. Polyethylene yang dihasilkan oleh Ziegler yaitu
polyethylene tanpa tekanan. Sampai sekarang, polyethylene merupakan jenis polimer
yang paling banyak diproduksi.
Kebutuhan Linear Low Density Polyethylene nasional dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung meningkat seperti terlihat pada Tabel 1.1, tetapi sebagian masih dipenuhi dari negara lain seperti, Arab Saudi, Amerika Serikat, Kanada, Singapura, Korea Selatan, Jerman dan Jepang. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut sehingga harus impor dari luar negeri. Untuk itu industri Linear Low Density Polyethylene mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. Disamping untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tiap tahunnya cenderung meningkat, juga untuk meningkatkan sumber daya manusia. Maka perancangan pabrik Linear Low Density Polyethylene merupakan pemikiran yang menarik untuk ditelaah.
(11)
3
Berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tersebut, maka pendirian pabrik Linear Low Density Polyethylene di Indonesia dapat dilaksanakan dengan alasan sebagai berikut:
1. Keberadaan industri Linear Low Density Polyethylene akan mengurangi kebutuhan impor yang setiap tahun cenderung meningkat sehingga dapat menghemat devisa negara dan mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.
2. Keberadaan Linear Low Density Polyethylene membuka peluang bagi pengembangan industri – industri dengan bahan baku Linear Low Density Polyethylene seperti : plastik film , pembungkus kabel , kursi, dll.
3. Pendirian pabrik Linear Low Density Polyethylene akan menciptakan lapangan kerja dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia.
B. Kegunaan Produk
LLDPE diproduksi untuk berbagai macam barang, antara lain: a. Film : plastik, plastik pembungkus baju, plastik karung b. Kabel : pembungkus kabel tegangan rendah
(12)
4
C. Kapasitas Rancangan
Dalam pemilihan kapasitas perancangan pabrik Linear Low Density Polyethylene ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Prediksi Kebutuhan Linear Low Density Polyethylene di Indonesia
Kenaikan kebutuhan Linear Low Density Polyethylene ini dapat dilihat dari peningkatan kebutuhan dalam negeri tiap tahunnya, seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Import Linear Low Density Polyethylene di Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012
Dari data di atas, maka terbuka peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan Linear Low Density Polyethylene dalam negeri yang pada tahun – tahun mendatang yang akan mengalami kekurangan yang cukup banyak.
tahun
tahun
ke Kebutuhan (ton)
2007 1
198.670
2008 2
256.391
2009 3
296.709
2010 4
332.976
2011 5
407.395
2012 6
411.856
(13)
5
Gambar 1.1. Grafik Kebutuhan Linear Low Density Polyethylenedi Indonesia
Berdasarkan data tersebut, dapat diperkirakan kebutuhan Linear Low Density Polyethylene di Indonesia pada tahun 2018 dengan persamaan garis lurus: y = ax + b
Keterangan : y = kebutuhan low density polyurethane, ton/tahun x = tahun ke
b = intercept a = gradien
Diperoleh persamaan garis lurus: y = 44435x +16181 (ton/tahun)
Dari persamaan di atas diketahui bahwa kebutuhan Linear Low Density Polyethylene di Indonesia pada tahun 2018 adalah 549.401 ton/tahun.
y = 17233e0,174x
y = 44435x + 16181
-100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000
0 1 2 3 4 5 6 7
Series1
Expon. (Series1)
(14)
6
a) Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah ethylene, diperoleh dari PT. Chandra Asri Petrochemical Center, Cilegon. Sedangkan hidrogen dan comonomer diperoleh dari PT. Bayer Material Science Indonesia, Cilegon, Banten dengan kapasitas produksi 35.000 ton/tahun. Bahan pembantu berupa katalis Katalis M-1 diperoleh dari Beyond Industries Co., Ltd, Cina dengan kapasitas produksi 20.000 ton/tahun.
b) Kapasitas yang telah diproduksi
Pabrik Linear Low Density Polyethylene yang telah berdiri di Indonesia antara lain dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Pabrik Linear Low Density Polyethylenedi Indonesia
Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas (ton/tahun)
PT.Chandra Asri Petrochemical Center (CAPC)
Cilegon 200.000
PT. TITAN Petrokimia Nusantara Cilegon 225.000
Sumber :www.foamextechnicalproduct.com
Berdasarkan pertimbangan - pertimbangan diatas, maka dalam prarancangan pabrik Linear Low Density Polyethylene ini dipilih kapasitas 150.000 ton/tahun dengan pertimbangan sebagai berikut:
a) Prediksi kebutuhan dalam negeri akan Linear Low Density Polyethylene pada tahun 2018 adalah sebesar 549.401 ton, dimana 75% telah dipenuhi oleh
(15)
7
pabrik yang sudah ada sedangkan sisanya 25% dipenuhi oleh pabrik ini sehingga kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi.
b) Selain dapat memenuhi kebutuhan Linear Low Density Polyethylene dalam negeri, pabrik Linear Low Density Polyethylene ini juga diharapkan dapat membantu perekonomian Indonesia dengan mengekspor produk tersebut ke luar negri, khususnya ke negara-negara besar ASEAN, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura mengingat kabutuhan akan Linear Low Density Polyethylene di negara-negara tersebut cinderung meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan Linear Low Density Polyethylene di empat negara besar di ASEAN dapat dilihat pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. Kebutuhan Linear Low Density Polyethylene di empat negara besar di ASEAN
Negara Tahun Jumlah Kebutuhan Linear Low
Density Polyethylene (ton/tahun)
Malaysia 2012 336.992,388
Thailand 2012 201.339,650
Filipina 2012
Singapura 2011
80.436,156
714.781,248 Sumber : http://data.un.org/
c) Dari aspek bahan baku, kebutuhan bahan baku utama dapat tercukupi dari dalam negeri.
d) Dapat merangsang berdirinya industri furniture, otomotif dan industri lainnya yang menggunakan bahan baku Linear Low Density Polyethylene.
(16)
8
D. Lokasi Pabrik
Lokasi suatu pabrik memberikan pengaruh yang besar terhadap lancarnya kegiatan industri. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan lokasi pabrik yang akan dibangun agar secara teknis dan ekonomi menguntungkan. Pabrik Linear Low Density Polyethylene direncanakan akan didirikan di Lokasi pabrik direncanakan di Kawasan Industri Tanjung Bintang, Lampung Timur dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Bahan baku
Bahan baku utama berupa ethylene diperoleh dari PT. Chandra Asri Petrochemical Center, Cilegon. Sedangkan bahan baku hidrogen, comonomer
diperoleh dari PT. Bayer Material Science Indonesia, Cilegon, Banten.
2. Pemasaran
Lokasi pabrik mendekati pasar bertujuan agar produk cepat sampai ke konsumen, menghindari kerusakan selama pengiriman dan agar dapat menekan biaya transportasi. Produk Linear Low Density Polyethylene diutamakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam hal ini, Tanjung Bintang sangat mendukung mengingat letaknya sangat strategis yaitu dekat dengan konsumen terutama Sumatera dan pulau Jawa.
3. Transportasi
Kawasan industri Tanjung Bintang, dekat dengan pelabuhan Internasional Panjang, sehingga memberi kemudahan untuk keperluan tranportasi impor dan ekspor. Akan dibangunnya jalan Trans tol sumatra yang tersedia juga memberi
(17)
9
keuntungan tersendiri untuk memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk.
4. Tenaga kerja
Daerah Kawasan industri Tanjung Bintang, merupakan kawasan industri dan lokasinya dekat dengan ibu kota negara sebagai pusat pendidikan sehingga mudah untuk memperoleh tenaga kerja ahli. Sedangkan tenaga kerja yang berpendidikan menengah atau kejuruan dapat diambil dari daerah sekitar pabrik.
5. Utilitas
Fasilitas pendukung berupa air, listrik dan bahan bakar tersedia cukup memadai karena merupakan kawasan industri. Kebutuhan tenaga listrik dipenuhi oleh PT. PLN yang lokasinya tidak jauh dari kawasan industri dan generator sebagai penunjang. Kebutuhan air dapat diperoleh dari sungai, karena lokasi pabrik yang dekat dengan sungai.
6. Perijinan
Pemerintah menetapkan bahwa daerah Tanjung Bintang sebagai kawasan industri, sehingga segala macam perijinan menjadi lebih mudah dan fasilitas - fasilitas yang dibutuhkan sudah tersedia seperti kebutuhan listrik, air dan bahan bakar.
(18)
X. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan terhadap Prarancangan Pabrik Linear Low Density Polyethylene dengan kapasitas 150.000 ton per tahun dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Percent Return on Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 27,47%. 2. Pay Out Time (POT) sesudah pajak 2,36 tahun.
3. Break Even Point (BEP) sebesar 45,92% dan Shut Down Point (SDP) sebesar 27,19%, yakni batasan kapasitas produksi sehingga pabrik harus berhenti berproduksi karena merugi.
4. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCF) sebesar 25,7 %, lebih besar dari suku bunga bank saat ini, sehingga investor akan lebih memilih untuk menanamkan modalnya ke pabrik ini daripada ke bank
B. Saran
Berdasarkan pertimbangan hasil analisis ekonomi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pabrik Pabrik Linear Low Density Polyethylene dengan kapasitas 150.000 ton per tahun layak untuk dikaji lebih lanjut dari segi proses maupun ekonominya.
(19)
DAFTAR PUSTAKA
Adang. P., 2001, Technical Training Proses Pembentukan Steam.
Badan Pusat Statistik, 2012, Statistic Indonesia, www.bps.go.id, Indonesia. Brown.G.George., 1950, Unit Operation 6ed, Wiley&Sons, USA.
Brownell.L.E. and Young.E.H., 1959, Process Equipment Design 3ed, John Wiley & Sons, New York.
Coulson.J.M. and Ricardson.J.F., 1983, Chemical Engineering vol 6, Pergamon Press Inc, New York.
Ferreira.A, dkk, 2007, Jurnal Research and Design Trans IChemE, Portugal Fogler.A.H.Scott, 1999, Elements of Chemical Reaction Engineering, Prentice
Hall International Inc, New Jersey.
Geankoplis.Christie.J., 1993, Transport Processes and unit Operation 3th ed, Allyn & Bacon Inc, New Jersey.
Himmeblau.David., 1996, Basic Principles and Calculation in Chemical Engineering, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Kern.D.Q., 1983, Process Heat Transfer, McGraw-Hill Book Company, New York.
Kirk, R.E and Othmer, D.F., 2006, “Encyclopedia of Chemical Technologi”, 4nd
ed., vol. 17., John Wiley and Sons Inc., New York.
Kunii, Daizo and Octave Levenspiel, 1991, Fluidization Engineering, Butterworth-Heinemann, USA
Levenspiel.O., 1972, Chemical Reaction Engineering 2nd edition, John Wiley and Sons Inc, New York.
(20)
158
Megyesy.E.F., 1983, Pressure Vessel Handbook, Pressure Vessel Handbook Publishing Inc, USA.
Meyer, Beat, 1979, Urea Formaldehyde Resins, Addison Wesley Publishing, Canada.
Perry.R.H. and Green.D., 1997, Perry’s Chemical Engineer Handbook 7th ed, McGraw-Hill Book Company, New York.
Peter.M.S. and Timmerhaus.K.D., 1991, Plant Design an Economic for Chemical Engineering 3ed, McGraww-Hill Book Company, New York.
Powell, S.T., 1954, “Water Conditioning for Industry”, Mc Graw Hill Book Company, New York.
Smith.J.M. and Van Ness.H.C., 1975, Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics 3ed, McGraww-Hill Inc, New York.
Treyball.R.E., 1983, Mass Transfer Operation 3ed, McGraw-Hill Book Company, New York.
Ulmann, 2007. “Ulmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry”. VCH Verlagsgesell Scahft, Wanheim, Germany.
Ulrich.G.D., 1984, A Guide to Chemical Engineering Process Design and Economics. John Wiley & Sons Inc, New York.
Wallas. S.M., 1988, Chemical Process Equipment, Butterworth Publishers, Stoneham USA.
Yaws, C.L., 1999, Chemical Properties Handbook, Mc Graw Hill Book Co., New York
(21)
LAMPIRAN F
PERANCANGAN FLUIDIZED BED REAKTOR (RE-01)
Fungsi : mereaksikan ethylene , i-butene dan hidrogen Tekanan operasi :
Konversi : 98%
Syarat terjadinya fluidisasi adalah ketika kecepatan gas masuk (uo) lebih besar dari kecepatan
minimum fluidisasinya (umf) (Levenspiel, 1991).
R-01
reaktan Recycle gas
produk produk
Kondisi operasi :
P = 20 atm
(22)
F 2
Langkah perancangan :
1. Menentukan tipe reaktor
Dipilih reaktor tipe fluidized bed dengan pertimbangan : a. Zat pereaksi berupa gas dan katalis
b. Penanganan dan transportasi produk (padatan) lebih mudah c. Distribusi suhu merata
d. Produk (padatan) memiliki ukuran medium
(Ulman’s Encyclopedia, hal 242) 2. Menentukan konstruksi reaktor
Dipilih bahan konstruksi plate steel SA 357 dengan pertimbangan : a. Bahan tahan panas (s/d 110°C)
b. Mempunyai tekanan maksimum yang besar (s.d 32.500 psi) (Brownell, hal 342) 3. Menghitung dimensi reaktor
Menghitung density gas (ρg)
Ρg =
. .
(Perry, hal. 3-267)
Dengan : M = BM rata-rata umpan P = 20 atm
(23)
F 3
ρg = 27,7429 � 20
82,05 � 363 = 0,0186 gr/cm
3
= 18,6 kg/m3 Menghitung viskositas gas (µg)
Dari Bird Appendix E didapat data-data :
Komponen Tc (K) Pc (atm) µg (gr/cmdt)
C2H4 282.4 49.7 2.15E-04
C4H8 419.6 39.7 3.36E-04
H2 33.3 12.8 3.47E-05
Jumlah 0.0005857
Sehingga untuk umpan campuran diperoleh :
Tc = (0,99 x 282,4) + (1,79 x 10-6 x 419,6) + (6,4 x 10-8 x 33,3) = 279,577 K
Pc = (0,99 x 49,7) + (1,79 x 10-6 x 39,7) + (6,4 x 10-8 x 12,8) = 49,2 atm
µg = (0,99 x 2,15 x 10-4) + (1,79 x 10-6 x 3,36 x 10-4) + (6,4 x 10-8 x 3,47 x 10-5)
= 2,13 x 10-4 gr/cm dt
Tr = T/Tc = 363 / 279,577 = 1,298
Komponen Xi BM BM.Xi
C2H4 0.99 28.02 277.398
C4H8 1.79E-06 56.04 0.0001
TEAL 2.62E-05 114.169 0.00299
H2 6.40E-08 2 1.3E-07
(24)
F 4
Pr = P/Pc = 20 / 49,2 = 0,406
Dari Bird fig. 1.3.1. untuk harga Tr dan Pr di atas didapat harga µr = 0,6 dimana
µr = µg / µc
µg = µr x µc = (0,6) . (2,13 . 10-4 gr/cm dt)
= 1,28 . 10-4 gr/cm dt = 1,28 . 10-4 poise
Menghitung kecepatan volumetrik gas umpan (Q)
Massa gas umpan (M) = 1.262.571,786 kg/jam ( dari Neraca Massa) Q = M / ρ = 1262571,8 / 18,6
= 67880,2 m3/jam = 18.855,6 cm3/dt
Menghitung kecepatan fluidisasi minimum (Umf)
. .ρg
µ = (33,7)
2 + 0,0408 . 3ρ . ρs−ρ . µ2
1/2
− 33,7
Dp = diameter partikel = 1600 µm = 0,16 cm
Ρ = density partikel = 0,92 gr/cm3
0,16. . 0,0186
1,28.10−4 = (33,7)
2 + 0,0408 . 0,16
3. 0,0186. 0,92−0,0186 . 980,66
(1,28.10−4)2
1/2
−33,7
(25)
F 5
Menghitung terminal velocity (Vc)
Vt =
3,1 . ρs−ρ . .
ρg
0,5
= 3,1 .0,92−0,0186 .0,16.980,66 0,0186
0,5
= 153,53 cm/dt
Menghitung diameter zona reaksi (Dt)
Umf = 16,22 cm/dt
Vt = 153,53 cm/dt
Vt/Umf = 9,46 diambil Vo = 9.Umf
Vo = 9.16,22 cm/dt = 145,98 cm/dt
A = = 18855612
145,98 = 129.165,7 cm
2
Dt =
4 . 0,5
= 4 . 129.165,7 3,14
0,5
= 405,5 cm = 4,05 m
Menghitung Transport Disengaging Height (TDH)
Vo = 145,98 cm/dt
Dt = 4,05 m
Dari Kunii fig 3-16 didapat : TDH/Dt = 5
(26)
F 6
Menghitung Head Bawah (Lh)
Dipilih head elliptical dished, sehingga :
Lh = 0,25 x Dt = 0,25 x 4,05 = 1,01 m
Menghitung tinggi pada fluidisasi minimum ( Lmf)
FCAIZ = FC AIZ+ΔZ + (-rA) dV
FCAIZ = FC AIZ+ΔZ + (-rA) A dz
-(FC AIZ+ΔZ - FCAIZ ) = (-rA) dV
- ( )
� = (-rA) . A
- F ( (1−� )
� = −rA . A
= �
� = −rA . A dz= .
−rA .A �
dengan –rA = kp.(C*).CA :
−rA = kecepatan polimerisasi kp = kecepatan propagasi
C* = konsentrasi situs aktif katalis
C = konsentrasi etilen
(27)
F 7
kp = 800 l/mol dt
C* = 42 mol
Maka persamaan dz menjadi :
dz = .
. ∗. . �
dz = .
. ∗. .1− . �
dz =
. ∗.1− . �
Disini C* dalam satuan mol sehingga dz akan mempunyai dimensi L-2 , supaya dz mempunyai dimensi L, maka C* dibuat dalam satuan mol/volume reaktor. Sehingga persamaan akan menjadi :
dz = .
. ∗.1− . �
dz = . .�
. ∗.1− . �
1
�dz = . ∗.1− �
F = kecepatan volumetric gas = 18.855,6 l/dt
XA = 0 – 0,02 (konversi per pass)
Penyelesaian persamaan diferensial di atas dengan cara diintegralkan :
1
� �
dz =
. ∗.1− � 0,02
(28)
F 8
Ln z = 0,56
z = 4,11 m
Lmf = 4,11 m
Menentukan Volume Reaktor
V = luas alas x tinggi
Diketahui : d (diameter) = 4,05 m
L = Lmf = 4,11 m
V = ¼ π d2 L
= ¼ x 3,14 x (4,05 m)2 x 4,11 m
= 52,92 m3
Volume Reaktor dilebihkan 20 %
V = 52,92 x 1,2
= 63,50 m3
Menentukan tinggi reaktor pada zona reaksi (Lr)
Lr = TDH + Lh + Lmf
= 20,25 + 1,0125 + 4,11
(29)
F 9
Diambil faktor keamanan 10%
Lr = 1,1 x 25,37 m = 27,9 m
Menentukan tinggi freeboard (Lf)
Dari “Encyclopedia Chemical Engineering”, John Mc Ketta vol. 14 untuk perancangan yang memadai dipakai tinggi freeboard 6 - 10 m di atas permukaan bed (Lmf).
Direncanakan tinggi freeboard (Lf) = 8 m
Menentukan tinggi ekpanded section (Le)
Le = TDH – Lf = 20,25 – 8 = 12,25 m
Menghitung diameter Expanded Section (De)
Pada Expanded Section supaya tidak terjadi entrainment atau partikel yang terikut aliran fluida maka kecepatan massa diatur agar sama dengan kecepatan pada saat fluidisasi minimum.
Q = 18855612 cm3/dt
Umf = 16,22 cm/dt
Ae = =
18855612
16,22 = 1162491,5 cm
2
De = [
4.
]0,5 = [4 . 1162491 ,5
3,14 ]
(30)
F 10
4. Menghitung tebal dinding reaktor
Dari Brownell hal.342 dipilih bahan dengan spesifikasi : Plate steel = SA-357
T design = 373
P design = 20 atm=294 psi
P maksimum diijinkan (f) = 32.500 psi Efisiensi pengelasan (E) = 80%
Faktor korosi (c) = 0,125 ID shell = 4,05 m = 159,45 in Persamaan yang digunakan : Ts = .
. −(0,6 . )+ = 294.159,5
32.500 � 0,8 − (0,6 � 294 )+ 0,125 = 1,94 in
Sehingga direncanakan tebal shell yang digunakan yaitu tebal shell standar 2 in.
5. Menghitung pressure drop Persamaan yang digunakan :
�
= 1− � . −
Dalam hubungan ini : ΔP = pressure drop
= density partikel = 0,92 gr/cm3 = density gas = 0,0186 gr/cm3
(31)
F 11
ε = porositi = 0,4
ΔP = (1-0,4).(0,92-0,0186).1.411 = 221,9 gr/cm2
6. Menghitung dimensi gas plate distributor
a. Menghitung ΔP melalui distributor
ΔPd = 10% dari ΔP reactor = 0,1 x 221,9 gr/cm2 = 22,2 gr/cm2
b. Menghitung koefisien orifice (Cd)
NRE =
.
µ =
405,53 � 0,0186 � 145,98
1,28 � 10−4 = 8.602.393,8
Dari Kunii fig 3.12 untuk NRE > 10.000, koefisien orifice (Cd) = 0,6
c. Menghitung kecepatan gas melalui orifice (Uor)
Dari Kunii pers. 3-35 hal 88
Uor = Cd
2. .� 0,5
= 0,6 2 .980,665 .22,194
0,0186
0,5
= 917,88 cm/dt
d. Menghitung jumlah lubang (Nor)
Nor =
4 . . . 2
Dor ( Diameter orifice) yang biasa digunakan yaitu antara 0,6 mm – 2,5 mm. Diambil
harga rata-rata, sehingga diameter orifice yang digunakan 1,5 mm Nor =
4 .145,98
917,88 . .1,52 = 0,091 / mm
2
= 9,1 /cm2
(32)
F 12
7. Menentukan waktu tinggal gas pereaktan pada reaktor Rumus yang digunakan :
τ = dengan :
τ = waktu tinggal
Fo = laju alir umpan masuk = 1.262.571,786 kg/jam (dari neraca massa)
W = berat bed (kg)
= ( luas penampang x tinggi ) zona reaksix ρ polietilen
= ( π x ( 2,03 m )2
x 4,11 m ) x 924 kg/m3 = 48923 kg
τ = = 48923
1.262.571,79 = 0,038 jam = 2,32 menit
Menentukan diameter dan tinggi reaktor
a. Diameter dalam shell (Di)
Pemilihan head
Untuk menentukan bentuk-bentuk head ada 3 pilihan :
- Flanged and Standar Dished Head
Digunakan untuk vesel proses vertikal bertekanan rendah, terutama digunakam untuk tangki
(33)
F 13
- Torispherical Flanged and Dished Head
Digunakan untuk tangki dengan tekanan dalam rentang 15 psig (1,020689 atm) – 200 psig (13,60919 atm).
- Elliptical Flanged and Dished Head
Digunakan untuk tangki dengan tekanan tinggi dalam rentang 100 psig dan tekanan diatas 200
psig ( Brownell and Young, 1959).
Oleh karena tekanan operasi reaktor yaitu 20 atm, maka digunakan Elliptical Flanged and Dished
Head .
.
b. Diameter Dalam Shell (Di)
VL, total =
4 H D L 2 i + 4 2 sf Di
+ 0,000076 D3i
Keterangan :
Di = Diameter dalam shell,ft
HL = Tinggi cairan, ft
Diambil perbandingan tinggi cairan terhadap diameter dalam shell`standar dan tinggi sf adalah :
HL = Di (Geankoplis, 1993)
sf = 2 in = 0,167 ft
Vtotal =
4 D π 3
i
4 D
π 2
i sf 3
i
D 000076 ,
0
(34)
F 14
Maka tinggi cairan adalah :
HL = Di = 4,994 ft = 59,934 in = 1,522 m
Diameter dalam shell standar adalah :
Di = 60 in = 5 ft = 1,524 m (Brownell & Young, 1959:45)
c. Bahan Konstruksi
Material = Stainless Steel SA 167 Grade 11 type 316 (Brownell:251)
Alasan = Sesuai digunakan untuk gas yang bersifat korosif.
f = 15.289 psi
C = 0,125 in
E = 0,85
d. Menghitung Tebal Shell
= �
−0,6 + (Brownell & Young, 1959:45)
Keterangan :
ts = Tebal shell (in)
P = Tekanan operasi (psi)
f = Allowable stress (psi)
ri = Jari-jari shell (in)
E = Efisiensi pengelasan
(35)
F 15
ts =
0,2550,876 0,6 -0,85 750 . 18 ) 30 ( 50,876
= 0,346 in (digunakan tebal standar 0,375 in = 0,031 ft)
e. Diameter Luar Shell (ODs)
ODs = ID + 2. ts
ODs = ID + 2. ts
= 60 in + 2 (3/8 in)
= 60,750 in = 5,063 ft = 1,543 m
8. Menghitung Tinggi Tutup Reaktor (OA)
OA = th + b + sf
Keterangan :
b = Depth of dish (inside), in
th = tebal torispherical head, in
sf = straight flange, in
a. Menghitung tebal head
C P E f V D P t . 2 , 0 . . 2 . .
(Brownell & Young,pers. 7.77,1959)
) 2 ( 6 1 2 k
V (Brownell & Young, pers. 7. 76, 1959)
Keterangan :
(36)
F 16
k = ,
b a
mayor-to-minor-axis ratio
a =
2 i D = 2 37 , 39
= 19,6850 in
b = 9,8425
4 37 , 39
4
i
D
in
k = 2
8425 , 9 6850 , 19
V = (2 2 ) 1
6
1 2
t = 0,125
8261 , 63 2 , 0 85 , 0 289 , 15 2 1 40,37 63,8261 x
= 0,3132 in
Digunakan tebal plat standar = 0,5 in
b = rc -
Untuk OD = 95,1981cin, maka icr = 4,375 r = 96
(37)
F 17
OD
ID A B
icr
b
a
t
r
O
A
sf
Gambar F.1. Hubungan dimensi untuk (elliptical) flanged and dish Heads
Tinggi Tutup (OA)
OA = th + b + sf
= 0,5 in + 3,8857 in + 3,5 in
= 7,0857 in
Tinggi total reactor = tinggi shell (Hs) + [2 x (tinggi tutup atau OA]
= 750,5418 in + (2 x 7,0857)
(38)
F 18
Merancang Pendingin Reaktor
Karena reaksi yang terjadi didalam reaktor bersifat eksotermis, maka panas yang dilepaskan dari reaksi harus ditransfer (diserap) dari reaktor untuk mencegah kenaikkan temperature. Koil atau jaket pendingin digunakan untuk menjaga temperature reaktor tetap stabil.
a. Menghitung luas perpindahan panas Luas perpindahan panas yang tersedia
A = Luas selimut reaktor + Luas penampang bawah reaktor = OD x HL+ (π/4 x OD2)
Diketahui :
OD = 146,52 in = 12,2102 ft HL = 764,71 in
= 63,72 ft Sehingga :
A = (12,2102 x 63,72 + ( π/4 x ( 12,21022 ) = 237,977 ft2
Luas perpindahan panas yang dibutuhkan
Dari Al-Zahrani diketahui range UD = 250 – 500 W/m2 K
Dipilih UD = 500 W/m2 K = 88,0545 Btu/h ft2 F
Dari perhitungan neraca energi reaktor diketahui bahwa Q yang harus diserap adalah 1.053.902,0913 kJ/Jam (990.902,4505 Btu/jam). Sebagai media pendingin digunakan dowtherm A.
(39)
F 19
tmasuk = 15 oC
= 59 oF Tkeluar = 200 oC
= 392 oF Kebutuhan pendingin :
m = 4181,4891 kg/jam = 9922,4461 lb/jam
Diasumsikan bahwa temperatur dinding shell reaktor sama dengan temperatur liquid dalam reaktor yaitu 240 oC (482 oF).
Maka: ΔTlmtd =
T reaktor-t in -(T reaktor-t out)
ln (T reaktor-t in)
(T reaktor-t out)
= 482-59 -(482-392) ln (482-59)
(482-392) = 206,5358 ℉ A = Q
(Ud x ΔTlmtd)
= 998.902,4504
(88,0545 x 206,5328)= 54,9266 ft
2
Akebutuhan < Atersedia (54,9266 ft2 < 237,9777 ft2)
Sehingga jaket pendingin bisa digunakan.
b. Menghitung Tebal Jaket
untuk menghitung tebal jaket dilakukan dengan cara trial dan eror diameter baru (Dvessel+jaket).
Vpendingin = Vreaktor+jaket - Vreaktor
(40)
F 20
Diketahui :
Jenis pendingin : dowtherm A Densitas pendingin : 64,8575 lb/ft3
Vpendingin = 4181,1891
64,8575 =114,1461 lb/ft
3
Vreaktor+jaket = 1/4 π Dreaktor+jaket 2
Htotal
Vreaktor = 1/4 π ID
2
Htotal
Jadi,
Vpendingin = 1/4 π Dbaru2 x Htotal − 1/4 π ID2 x Htotal
114,1461 = 1/4 π Dbaru2 x Htotal − 1/4 π ID2 x Htotal
Dengan menggunakan menu solver pada Microsoft excel, diperoleh Dbaru = 12,3250 ft = 3,8567 m
Tebal Jaket = Dbaru - ODvessel = 3,8567 – 3,7217 = 0,135 m
Merancang Sambungan Head dengan Shell
Sambungan antara tutup bejana dengan bagian shell menggunakan sistem flange dan baut. Bahan konstruksi yang dipilih berdasarkan kondisi operasi.
Data perancangan :
Tekanan desain (p) = 63,8425 psia Temperatur desain = 240 oC
Material = ASTM-201 Grade B (Brownell and Young,1959) Bolting Steel = SA-193, grade B7 (Brownell and Young,1959) Material gasket = Solid flat metal (Stainlees Steels)
(41)
F 21
Diameter luar shell (B) = 95,1981 in Ketebalan shell = 0,3125 in Diameter dalam shell = 94,8856 in Tegangan dari material flange = 21.250 psi Tegangan dari bolting material = 20.000 psi Tipe flange =Optional loose type
a. Perhitungan Lebar Gasket Minimum Lebar Gasket Minimum, N =(do - di)
2
Keterangan :
do = Diameter luar gasket, in di = Diameter dalam gasket, in
do di
=
y - p.m
y - p(m+1) (Pers. 12.2, Brownell and Young,1959)
Keterangan :
y = Yield Stress, lb/in2 p = internal pressure
m = Faktor gasket (Gambar 12.11)
Digunakan stainless steel dari Gambar 12.11, pers.12.2, Brownell and Young,1959 diperoleh :
y = 26.000 lb/in2 m = 6,5
(42)
F 22
sehingga, do
di=
26.000 – (63,8425 psia x 6,5)
26.000 – (63,482 psia x (6,5 +1))=1,1021
Diameter dalam gasket di sama dengan diamter luar shell = 95,1981 in, Sehingga :
do = 1,1021 (95,1981 in) = 104,9178 in Lebar gasket minimum, N =(do - di)
2 =
(104,9178 – 95,1981)
2 = 4,8599 in
Jadi, digunakan gasket dengan lebar standar 5 in Gambar 12.12, Brownell and Young,1959.
Diameter Gasket rata – rata, G = di + lebar gasket
= 95,1981 in + 5 in = 100,1981 in Dari Gambar 12.12, Brownell and Young,1959, kolom I type 1.a :
bo = N 4=
5
2 = 1,25 in
b = bo 2 =
1,25
2 = 0,5590 in
jika bo > 0,25 in maka b = bo = 0,5590 in
Perhitungan Beban Baut (bolt) Beban terhadap seal gasket :
Wm2 = Hy= π x b x G x y (Brownell and Young, pers 12.88, 1959)
Keterangan :
(43)
F 23
b : effective gasjet (in)
G : dimensi gasket rata – rata (in)
Wm2 = 3,14 x 0,5590 in x 100,198 in x 26000 lb/in2
= 4575175,0779 lb
Beban operasional total
Wm1 = H + Hp (Brownell and Young, pers 12.91, 1959)
Keterangan :
H = beban dari tekanan internal
Hp = beban joint tight (lb)
Beban untuk menjaga joint tight saat operasi
Hp = 2 x b x π x G x m x p (Brownell and Young, pers 12.90, 1959)
= 2 x 0,5590 in x 3,14 x 100,1981 in x 6,5 x 63,8425 lb/in2
= 146045,3099 lb
Keterangan :
m = factor gasket (Brownell and Young, fig 12.11, 1959)
P = tekanan operasi (psi)
(44)
F 24
H = (( π x G2 )/ 4) x p
= ( 3,14 x (100,1981 in)2 / 4 ) x 63,8425 lb/in2
= 503406,4162 lb
Beban operasi total
Wm1 = H + Hp
= 503406,4162 lb + 146045,3099 lb
= 649451,7261 lb
Beban pengontrol
Wm1 lebih besar dari pada Wm2
Sehingga beban pengontrol adalah Wm1 = 649451,7261 lb
Perhitungan Luas Baut Minimum (Minimum Bolting Area)
Am1 = Wm1/fb (Brownell and Young, pers 12.92, 1959)
= 649451,7261 lb / 20000
= 32,4726 in
Perhitungan ukuran baut optimum ( Tabel 10.4 dan Tabel 12.3 dan Brownell dan Young 1959)
Digunakan baut dengan ukuran 3 :
(45)
F 25
Bolt spacing ( BS) = 4 in
R = 2 3/8 in
Edge distance ( E) = 1 7/8 in
Jumlah bau minimum = Am1 / roof area
= 32,4726 in2 / 2,0490 in2
= 15,8480 buah
Digunakan 17 baut dengan bolt circle diameter :
BC = ID + 2 [(1,145 x go) + R ]
= 94,8896 in + 2 [(1,145 x 0,3125) + 2 3/8 in ]
= 100,3512 in
Detil dimensi baut ditunjukkan pada gambar
Perhitungan Diameter Luar Flange Flange OD (A) = BC + 2E
= 100,3512 in + 2(1,8750 in)
(46)
F 26
Check lebar gasket :
Abactual = jumlah baut x roof area
= 17 x 2,0490 in2
= 37,15 in2
Lebar gasket minimum :
Nmin = (Ab actual x fallaw) / (2 y π G)
= (37,15 x 20000) / ( 2 x 26000 x 3,14 x 100,1981)
= 0,0454 in
Karena 0,0454 in < 4,8599 in maka lebar gasket memenuhi. Perhitungan tebal flange
Perhitungan tebal flange (Brownell and Young, pers 12.85, 1959)
t = ��
�
keterangan :
Mmax = momen saat beroperasi sebagai pengontrol, lb-in
B = OD shell, in
fa = Tegangan dari bolting material = 20000 psi
Y = diperoleh dari gambar (Brownell and Young, fig 12.22, 1959) Menghitung Mmax = MO = MD + MG +MT
(47)
F 27
Menghitung MD
Moment, MD (Brownell and Young, pers 12.85, 1959)
MD = HD x hD
Untuk kondisi beroperasi W = Wm (Brownell and Young, pers 12.95, 1959) HD = 0,785 B2 p (Brownell and Young, pers 12.85, 1959)
= 0,785 (95,1981 in)2 (63,8425 psi) = 454188,4758 lb
Keterangan :
HD = hydrostatic and force pada area flange (lb)
The lever arm (Brownell and Young, pers 12.100, 1959) hD = ½ (BC – B )
= ½ ( 100,3512 in – 95,1981 in ) = 2,5766 in
MD = HD x hD
= 454188,4758 lb x 2,5766 in = 1170244,9947 lb-in
Menghitung MG
MG = HG x hG (Brownell and Young, pers 12.91, 1959)
Hubungan level arm (Brownell and Young, pers 12.101, 1959) hG = ½ (BC – G )
= ½ (100,3512 in – 100,1981 in) = 0,0766 in
(48)
F 28
Keterangan :
hG = tahanan radial circle bolt (in)
BC = Bolt Circle diameter (in) G = Diameter gasket rata – rata (in)
Nilai HG (Brownell and Young, pers 12.101, 1959)
HG = W – H
W = ½ (Ab + Am) fa
= ½ (37,1500 in2 + 32,4726 in2) (20000 psi) = 696225,8631 lb
Keterangan :
W = berat beban (lb)
Am1 = luas baut minimum (in2)
Ab = luas actual baut (in2)
fa = tegangan yang diizinkan (psi)
HG = W –H
= 696225,8631 lb – 503406,4126 lb = 192819,4469 lb
MG = HG x hG
= 192819,4469 lb x 0,0766 in = 14762,7389 lb-in
(49)
F 29
Menghitung MT (Moment diberikan)
MT = HT x hT (Brownell and Young, pers 12.97, 1959)
HT = H – HD
= 503406,4162 lb – 454188,4758 lb = 49217,9404 lb
Hubungan level arm (Brownell and Young, pers 12.102, 1959) hT = ½ (hD + hG)
= ½ (2,5766 in + 0,0766 in) = 1,3266 in
MT = HT x hT
= 49127,9404 lb x 1,3266 in = 65290,6740 lb-in
Menghitung Mmax
Jumlah moment untuk kondisi MO
Mmax = MO (Brownell and Young, pers 12.99, 1959)
= MD + MG + MT
= ( 1170244,9947 + 14762,7389 + 65290,6740 ) lb-in = 1250298,4076 lb-in
Jadi momen saat beroperasi sebagai pengontrol adalah Mmax = 1250298,4076 lb-in.
(50)
F 30
t = ��
�
K = A/B
= 104,1012 in / 95,1981 in = 1,0935
Dari Gambar 12.22, Brownell and Young, 1959, dengan K sama dengan 1,0935, maka : Y = 22
t =
5233 , 146 x 20000
in lb 7979 , 884 . 50 2 . 1 22
= 2,2547 in
Digunakan flange standar dengan ketebalan 3 in. Detil flange dan bolt pada sambungan head dan shell ditunjukkan pada Gambar
d = diameter baut t = tebal flange
Gasket
Bolt
(51)
F 31
IV. Merancang Perpipaan dan Nozzel
a. Pipa UmpanC2H4
Komponen Massa (kg) Wi ρi (kg/m3) μi (cP) Wi/ ρi wi lnμ C2H4 8.361,6697 1,0000 2,6220 0,0168 0,3808 -4.08638
Laju alir massa (G) = 8.361,6697 kg/jam
Debit Cairan (Q) = G/ρ
= 8.361,6697 kg/jam
2,6260 kg/m3
Diameter optimum(d) = 282 G0,52ρ-0,37
Data perhitungan :
Asumsi aliran adalah turbulen, (NRe) > 4000
=282 (2,3227 kg/s)0,52 (2,6260 kg /m3)-0,37
= 250,0941 mm = 9,8462 in
Dari Tabel 11, Kern, hal 844, 1965 dipilih spesifikasi pipa standar adalah : Number Pipe Size (NPS) = 10 in
Schedule pipa = 40
(52)
F 32
OD = 10,75 in
A’ = 78,8 in2 = 0,0508 m2
Kecepatan alir air (v) = Q/ A’
= 24,7357 m3/s
0,0508 m2
= 486,9232 m/s
NRe =
mix
mixIDv
=
kg/m.s 0,3 -0,0168E
m/s 486,9232 x
m 0,2545 x m 0,-0939kg/
= 692635,2497 (asumsi aliran turbuler benar)
Berdasarkan spesifikasi pipa standar di atas, ditentukan spesifikasi nozzel standar untuk pipa umpan.
Spesifikasi nozzel standar dari Brownell and Young, 1959, Appendix. F item 1 adalah :
Size = 10
OD of pipe = 10,75 in
b. Pipa UmpanC4H8
Aliran umpan masuk
Komponen Massa (kg) Wi ρi (kg/m3) μi (cP) Wi/ ρi wi lnμ C4H8 22.018,068 1,0000 3.4232 0,0238 0,29212 -3,7380
(53)
F 33
Laju alir massa (G) = 22.018,068 kg/jam
Debit Cairan (Q) = G/ρ
= 22.018,068 kg/jam
3,4232 kg/m3
=
6432,0134 m3/jam
Diameter optimum(d) = 282 G0,52ρ-0,37 (Pers 5.14, Couldson, 1983)
Data perhitungan :
Asumsi aliran adalah turbulen, (NRe) > 4000
=282 (6,1161 kg/s)0,52 (3,4232 kg /m3)-0,37
= 373,1721 mm = 14,6917 in
Dari Tabel 11, Kern, hal 844, 1965 dipilih spesifikasi pipa standar adalah : Number Pipe Size (NPS) = 16 in
Schedule pipa = 30
ID = 15,25 in = 0,3874 m
OD = 16 in
(54)
F 34
Kecepatan alir air (v) = Q/ A’ = 1,7867 m3/s
0,118 m2
= 10,1784 m/s
NRe =
mix
mixIDv
=
kg/m.s 0,3 -0,00238E
m/s 10,1784 x
m 0,3874 x 3,4232kg/m
= 567070,4405 (asumsi aliran turbuler benar)
Berdasarkan spesifikasi pipa standar di atas, ditentukan spesifikasi nozzel standar untuk pipa umpan.
Spesifikasi nozzel standar dari Brownell and Young, 1959, Appendix. F item 1 adalah :
Size = 16
OD of pipe = 16 in
c. Pipa umpan TEAL dan Hidrogen
Aliran umpan masuk
Komponen Massa (kg) Wi ρi (kg/m3) μi (cP) Wi/ ρi wi lnμ H2 5733,7164 0,233 3,3763 0,030 0,069 -0,8170
TEAL 18.873,48 0.766 2.6260 0,0270 0,2920 -2.7703
(55)
F 35
Laju alir massa (G) = 24.607,1994 kg/jam
= 4,6434 kg/s
ρmix1 =
i i
w
1
= 1
0,361089
= 2,7694 kg/m3
ln µmix = ∑(wiln µi)
ln µmix = -3,58737
µmix = 0,0277E-03 kg/m.s
Debit Cairan (Q) = G/ρ
= 24.607,1994 kg/jam
2,7694 kg/m3
=
2,4681 m3/s
Diameter optimum(d) = 282 G0,52ρ-0,37 (Pers 5.14, Couldson, 1983)
Data perhitungan :
Asumsi aliran adalah turbulen, (NRe) > 4000
=282 (4,6434 kg/s)0,52 (2,7694 kg /m3)-0,37
= 429,8527 mm = 16,9233 in
(56)
F 36
Dari Tabel 11, Kern, hal 844, 1965 dipilih spesifikasi pipa standar adalah : Number Pipe Size (NPS) = 18 in
Schedule pipa = 20
ID = 17,25 in = 0,4382 m
OD = 18 in
A’ = 234 in2 = 0,1510 m2
Kecepatan alir air (v) = Q/ A’ = 4,6434 m3/s
0,1510 m2
= 11,1062 m/s
NRe =
mix
mixIDv
=
kg/m.s 0,3 -0,0277E
m/s 11,1062 x
m 0,4382 x 2,7694kg/m
= 487070,4405 (asumsi aliran turbuler benar)
Berdasarkan spesifikasi pipa standar di atas, ditentukan spesifikasi nozzel standar untuk pipa umpan.
Spesifikasi nozzel standar dari Brownell and Young, 1959, Appendix. F item 1 adalah :
Size = 18
(57)
F 37
VII. Nozzle jaket
Tabel F.13. Aliran massa air pendingin masuk coil reaktor RE-01 Komponen Massa (kg) Wi ρi (kg/m3) μi (cP) Wi/ ρi wi lnμ C2H4 58,5317 0.0008 2.6260 0,0168 0.0003 -0.0031
C4H8 989,0661 0.0020 3.4232 0.0238 0.0006 -0.0074
H2 370,6011 0.0179 3.3763 0.0300 0.0053 -0.0627
Al2(C2H5)3 18.873 0.3446 2.6260 0.0270 0.1312 -1.2447
TiCl4 29.357 0.5371 9.2848 0.0164 0.0578 -2.2078
H2O 5.337,73 0.0977 1.6881 0.1104 0.0578 -0.2152
Total 54.986,937 1,0000 0,2531 -3,7409
Laju alir massa (G) = 54,986,9371 kg/jam = 15,2742 kg/s
Densitas cairan (ρmix) =
i ρ / w1
=
0,2531 1
= 3,9511 kg /m3
ln μmix = Σ(wi.ln μi)
ln μmix = -3,7409
μmix = 0,0237 cP
(58)
F 38
Debit cairan (Q) = G / ρ
= 54.986,9371 kg/jam = 3,9511 m3/jam
Diameter optimum (d) = 282 G0.52ρ-0.37 (Pers 5.14, Couldson, 1983) Data perhitungan :
Asumsi aliran adalah turbulen, (NRe) > 4000
Diameter optimum, d = 282 G0.52ρ-0.37
= 282 (15,2742 kg/s)0,52 (2,6157 kg /m3)-0,37 = 815,4550 mm
= 22,4940 in
Dari Tabel 11, Kern, hal 844, 1965 dipilih spesifikasi pipa standar adalah : Number Pipe Size (NPS) = 24 in
Schedule pipa = 20
ID = 23,25 in = 0,5906 m
OD = 24 in
A’ = 335 in2 = 0,2290 m2
Kecepatan alir air (v) = Q / A’
=
2 m 0,2290
/s 3 m 3,8658
= 16,8812 m/s
NRe =
mix μ
v ID mix ρ
(59)
F 39
Berdasarkan spesifikasi pipa standar di atas, ditentukan spesifikasi nozzel standar untuk pipa umpan.
Spesifikasi nozzel standar dari Brownell and Young, 1959, Appendix. F item 2 adalah :
Size = 20
OD of pipe = 20 in
e. Nozzle Jaket
Komponen Massa (kg) Wi ρi (kg/m 3
) μi (cP) Wi/ ρi wi lnμ Downtherm A 4121,4891 1,0000 982.1200 0,0007 0,0010 4.0775
Laju alir massa (G) = 4121,4891 kg/jam = 1,1449 m/s
Debit Cairan (Q) = G/ρ
= 4121,4891 kg/jam
982,1200 kg/m3
=
4,1965 m3/jam
= 0,0012 m3/s
Diameter optimum(d) = 282 G0,52ρ-0,37 (Pers 5.14, Couldson, 1983) Data perhitungan :
Asumsi aliran adalah turbulen, (NRe) > 4000
=282 (1,1449 kg/s)0,52 (982,1200 kg /m3)-0,37
= 23,6433 mm = 0,8377 in
(60)
F 40
Dari Tabel 11, Kern, hal 844, 1965 dipilih spesifikasi pipa standar adalah : Number Pipe Size (NPS) = 1 in
Schedule pipa = 40
ID = 1,0430 in = 0,0266 m
OD = 1,32 in
A’ = 0,8640 in2 = 0,0006 m2
Kecepatan alir air (v) = Q / A’
= 0,0012
0,0006
=
2 m/sNRe =
mix μ
v ID mix ρ
= 982,12 km/m
3
x 0,0266 m x 2 m/s
0,0590kg
ms
= 52,2488 (Nre < 4000, aliran laminar)
Berdasarkan spesifikasi pipa standar di atas, ditentukan spesifikasi nozzle standar pipa umpan.
Spesifikasi nozzle standar dari Brownel and Young, 1959, Appendix F item 1 adalah :
Size : 1,5
(61)
F 41
Merancang Manhole (Shell Manhole)
Manhole adalah lubang pemeriksaan yang diperlukan pada saat pembersihan atau pemeriksaan pada bagian dalam kolom. Direncanakan manhole di pasang pada kolom bagian atas reaktor dengan ukuran standar 20 in berdasarkan rekomendasi API standard 12 C (Brownell and Young, Ap.F item 4) dengan spesifikasi :
Tebal shell = 0,3125 in
Jumlah = Satu
Ukuran potongan
Weld A = 0,1875 in
Weld B = 0,3125 in
Panjang sisi = 45,25 in
Lebar reinforcement (W) = 54 in
Diameter manhole, ID = 20 in
Maksimum diameter lubang,
Dp = 24,5 in
Diameter plat penutup
Cover plate = 28,75 in
(62)
F 42
Menghitung berat reaktor
Berat mati reaktor = berat vessel dan perlengkapan + berat material
a. Berat vessel dan perlengkapan Berat shell
Data perhitungan :
ID shell = 12,1685 ft
ts = 0,5 in
OD shell = 146,5233 in (12,2102 ft)
Hs = 65,5445 ft
ρcarbon steel = 489 lbm/ft3 (Foust, App. D-10)
volume shell = ¼ π x Hs x (OD2– ID2)
= ¼ x 3,14 x 65,5445 ft x [(12,2102 ft)2– (12,1685 ft)2] = 52,2350 ft3
berat shell total = Volume shell x ρcarbon steel
= 52,2350 ft3 x 489 lb/ft3
= 25542,9231 lb (11586,1939 kg) Berat dish head
Data perhitungan :
ID head = 146,0233 in = 12,1685 ft th = 0,5 in = 0,043
panjang straight flange = 4,5 in insede corner radius = 9 in
(63)
F 43
bd = OD + OD/42 + 2 . Sf + 2/3 x icr + th (Brownell and Young, pers 12.85, 1959)
= [ 146,0233 + (146,0233/42) + (2 x 4,5) + (2/3 x 9) + ] = 167,5 in = 14,3836 ft
Volume dish head = ¼ π (bd2) x th
= ¼ x 3,14 x (14,386)2 (0,5) = 81,2035 ft3
Berat Head = Volume head x ρcarbon steel
= 81,2035 ft3 x 489 lb/ft3 = 39708,5213 lb
= 18011,6671 kg
Berat head and bottom = 2 x 18011,66 kg = 36023,33 kg = 79417,04 lb Berat jaket
Vjaket = 114,1461 ft3
ρsteel = 489 lb/ft3 (Foust, App. D-10)
Berat jaket = volume jaket x ρsteel
= 114,1461 x 489 = 55817,4429 lb = 25318,62 kg Berat Opening
Berat manhole
(64)
F 44
Berat tutup = 29,22 lb = 13,2540 kg (Megyesy, pp 384) Total Berat Manhole = 428 lb + 29,22 lb
= 457,22 lb = 207,39 kg Berat nozzle
Ukuran nozzle = Nozzle pipa umpan + nozzle produk + nozzle jaket = 18 + 16 + 10 + 20 + 1,5
= 65,5 in
Berat nozzle = 140 + 127 + 52 + 170 + 4 (Brownell and Young, Fig 12.2, 1959) = 497 lb = 207,39 kg
Berat Opening total = 497 + 457,22
= 954,22 lb = 438,83 kg Berat fluida dalam reaktor
Berat bahan baku
Volume gas = 585398,69 m3
Densitas campuran dalam reaktor = 0,0939 kg/m3 Berat campuran dalm reaktor = 54968,937 kg
Berat Pendingin = 4121,489 kg/jam Berat Fluida Total = 54968,937 + 4121,489
= 59090,426 kg Berat Mati Reaktor
Berat mati reaktor = Berat vessel dan perlengkapan + berat material = 4503681,115 kg = 9928815,38 lb
(65)
F 45
Desain system penyangga
Reaktor disangga dengan 4 kaki. Kaki penyangga dilas ditengah – tengah ketinggian (50 % dari tinggi total reaktor):
a
h A
thp
L 1/2 H
tbp
Gambar F.4. Sketsa sistem penyangga Reaktor
a. Leg Planning
Digunakan kaki ( leg) tipe I-beam dengan pondasi dari cor atau beton :
1 1
2 2
(66)
F 46
1. Menghitung Ketinggian Kaki (Hleg)
Karena kaki dilas pada pertengahan ketinggian reaktor, maka ketinggian kaki adalah : (Hleg) = ½ Hr + L
Keterangan :
Hr = tinggi total reaktor, ft
L = Jarak antara bottom reaktor ke pondasi (digunakan 10 ft) Hleg = (1/2 x 62,5445 ft) + 10 ft
= 41,2723 ft = 495,2726 in
2. Pemilihan Ukuran Beam
Digunakan I-beam 10 in (App. G, item 2, Brownell dan Young) Dimensi I-beam :
Kedalaman beam = 10 in Lebar flange (B) = 4,9440 in Web thickness = 0,5940 in Ketebalan rata-rata flange = 0,4910 in Area of section (A) = 10,22 in2
Berat/ft = 35 lb
Peletakkan dengan beban eksentrik (axis 1-1) l = 145,8 in4
S = 29,2 in3 r = 3,78 in
(67)
F 47
l = 8,5 in4 S = 3,4 in3 r = 0,91 in
3. Cek terhadap peletakan sumbu axis 1-1 maupun akis 2-2 Axis 1-1
l/r = 145,8 in / 3,78 in = 64,58 (l/r < 120, memenuhi) (Brownell and Young) a. Stress kompresif yang diizinkan (fc)
(fc) = P / a
= 18000 / 1 + (l2/18000 x r2) (Brownell and Young) = 18000 / 1 + ((145,82 / 18000) x 3,782)
= 14613,4356 psia
Fc < 15000 psia, sehingga memenuhi hal 201, Brownell and Young. Jarak antara
center line kolom penyangga dengan center line shell (a) dari gambar 13 adalah : a = (1/2 x B ) + 1,5
= (1/2 x 4,944) + 1,5 = 3,9720 in
y = ½ x B = ½ x 4,9440 = 2,4720 in Z = l/y = 145,8/2,4720 = 58,9806 in3 b. Beban kompresi total maksimum tiap leg (P)
P = 4Pw (H-L)
nDbc
+
Wn
(Pers. 10.76, Brownell and Young)
Keterangan :
Pw = beban angin total pada permukaan yang terbuka, lb
(68)
F 48
L = Jarak dari pondasi ke bagian bawah reaktor, ft Dbc = Diameter anchor-bolt circle, ft
n = Jumlah penyangga, n = 4 ΣW = Berat untuk perancangan, lb
Berat untuk perancangan = 1,2 x berat mati reaktor
= 1,2 x 9928815,386 kg
= 1914578,0772 kg
= 540441,716 lb
Umumnya vessel dengan penyangga lug atau lug supported memiliki ketinggian yang lebih rendah dibandingkan skirt supported vessel, sehingga wind load sangat minor pengaruhnya. Wind load cenderung mempengaruhi vessel jika vessel dalam keadaan kosong. Berat vessel dalam keadaan terisi oleh cairan cenderung stabil (Hal.197, Brownell dan Young, 1956). Jadi, nilai Pw = 0, kemudian persamaan diatas
menjadi : P =
= 540441,716 lb / 4 = 135110,429 lb c. Luas Penampang Lintang
A = p / f (pers.10.98, Brownell and Young, 1959) Menghitung beban eksentrik
fec = (P x a) / Z
= 135110,429 lb x 3,9720 / 58,9806 in2 = 9098,90072 lb/in2
(69)
F 49
f = fc - fec
= 14613,4356 – 9098,90072 = 5814,5349
A = P / f
= 135110,429 / 5814,5349 = 5,8794 in2 < A (6,71 in2)
Sehingga luas penampang lintang yang dimiliki oleh kedalam beam 10 in dapat digunakan.
Axis 2-2
l/r = 244,1359 in / 0,91 in
= 268,2812 ( l/r > 120, tidak memenuhi) (Brownell and Young hal 201) b. Lug planning
1. Menentukkan ukuran baut
Masing – masing penyangga memiliki 4 baut (bolt) Beban maksimum tiap baut :
Pbolt = P / nb
= 135110,429 lb / 4 = 33777,6073 lb Luas lubang baut adalah :
Abolt = Pbolt / fbolt (Pers.10.35, Brownell and Young)
Keterangan :
(70)
F 50
Abolt = 33777,6073 lb / 12000 lb/in2
= 2,81848 in2
Digunakan baut standar dengan diameter = 3 in (tabel 10.4 Brownell and Young)
2. Menentukkan ketebalan plat horizontal 3. Ketebalan plat vertical
c. Base Plate planning
Base plate direncanakan berbentuk empat persegi panjang dengan bahan konstruksi Carbon steel yang ditempatkan diatas beton. Perhitungan base plate pada reaktor yang diletakkan di dasar penyangga meliputi :
1. Menghitung base plate area ( Abp)
Base plate area (Abp) = Pb / f (Pers. 10.35, Brownell and Young, 1959)
Keterangan :
Pb = base plate loading
f = kapasitas bearing ( untuk cor, f = 1200 psi)
(Tabel 10.1 Brownell and Young)
Beban base plate (Pb) = berat 1 leg + P
Digunakan I-beam dengan ukuran 10 in dan 35 lb
Panjang kaki (Hleg) = 495,2726 in = 42,5303 ft
(71)
F 51
Beban base plate (Pb) = 1488,5605 lb + 134110,429 lb
= 136598,9895 lb
Base plate area (Abp) = Pb / f (Pers. 10.35, Brownell and Young)
Abp = 136598,9895 lb / 1200 psi
= 113,8325 in2 ( = Abp min)
2. Menentukkan tebal base plate Tebal base plate :
tbp = (0,00015 x Pa x n2)1/2
Keterangan :
Pa = Tekanan actual = Pb / Abp,baru
Untuk posisi leg 1-1
Abp = lebar (le) x panjang (pa)
= (0,8 b + 2n) (0,95 h + 2 m) Keterangan :
b = lebar flange = 4,9440 in h = kedalaman beam = 10 in m = n (asumsi awal)
(72)
F 52
m
n
0,95 h
b
0,8 fw le
pa
Gambar F.6. Sketsa area base plate
Abp = (0,8 x 4,9440 + 2n)(0,95 x 10 + 2n) = 113,8325 in2
Nilai n di trial hingga ruas kiri dan kanan sama. Dari hasil trial diperoleh nilai n adalah 2,2829 in Maka
le = (0,8 x 4,9440) + (2 x 2,2829) = 8,5209 in
pa = (0,95 x 10) + (2 x 2,2829) = 14,0657 in
umumnya dibuat pa = le maka dibuat = 14,0657 in
nbaru = [14,0657 – (0,8 x 4,9440)] / 2 = 5,0533 in
mbaru = [14,0657 – (0,95 x 10)] / 2 = 2,2829 in
Abp,baru = 197,8441 in2
Pa = Pb / Abp,baru
= 135110,429 lb / 197,8441 in2 = 682,9136 psia
tbp = (0,00015 x Pa x n2)1/2
= (0,00015 x 682,9136 x (5,0533)2)1/2 = 1,6175 in. Digunakan plat standar 2 in.
(73)
F 53
Cek Vibrasi
a. Menghitung periode vibrasi
Periode dari vibrasi pada vessel harus dibatasi, karena vibrasi yang berlangsung dalam periode yang cukup lama akan menimbbulkan suatu kerusakan pada vessel. Periode vibrasi (T),
T = 2,65 x 10-5 2 w D
t 1/2
(Brownell and Young pers.9.68) Keterangan :
D = Outside diameter menara = 12,2102 ft = 146,5233 in H = Tinggi vessel termasuk penyangga = 41,2723 ft
w = Berat vessel, lb/ft tinggi = 25542,9231 lb/ft tinggi t = Ketebalan shell, in = 0,5 in
Sehingga :
T = 2,65 x 10-5 41,2723
12,2102
2 25542,9231 x 12,2102
0,5
1/2
= 0,2391 detik
b. Menghitung periode maksimum vibrasi
Periode maksimum vibrasi dirumuskan dengan (Megsey, 1983) :
Ta = 0,8 x
W H V g
V = CW
(74)
F 54
W = Total shear, lb = 140974,9162 lb g = 32,2 ft /s2 , percepatan gravitasi
C = koefisien seismic (C) = 0,1 (tabel 9.3 Brownell and Young)
Ta = 0,8 x
140974,9162 lb x 28,4366 (0,1 x 140974,9162 lb) 32,2
= 2,3774 detik
c. Cek vibrasi
Periode vibrasi yang dihasilkan lebih rendah dari periode maksimum vibrasi (T<Ta)
sehingga periode vibrasi diizinkan.
Perancangan Pondasi
Perancangan pondasi dengan system konstruksi pondasi beton terdiri dari : semen : kerikil : pasir, dengan perbandingan 1 : 2 :3. Direncanakan pondasi berbentuk limas terpancung, dianggap hanya gaya vertical dari berat kolom yang bekerja pada pondasi. Asumsi tanah pondasi adalah clay dengan safe bearing maksimal 10 ton/ft2 (Tabel 12.2 Hess & Rushton). Pondasi dibuat dari beton dengan specific gravity 2,65 dan densitas 140 lb/ft3.
a. Menentukkan volume pondasi
Volume pondasi ( V) = 1/3 x tinggi pondasi x ((a+b) + (a x b)1/2) Keterangan :
a = luas bagian atas b = luas bagian bawah
(75)
F 55
Digunakan tanah dengan :
Luas bagian atas (a) = 9.025 in2 (95 in x 95 in) Luas bagian bawah (b) = 10.000 in2 (100 in x 100 in) Tinggi Pondasi = 30 in
Volume Pondasi (V) = 1/3 x tinggi pondasi x ((a+b) + (a x b)1/2) = 285.250 in3 = 165,0752 ft3 b. Menentukan berat pondasi
Berat Pondasi (W) = V x densitas beton
= 165,0752 x 140 = 23110,5323 lb c. Menentukkan berat total yang diterima tanah
Berat yang diterima pondasi
Berat yang diterima pondasi = berat menara + berat 1 beton
Berat menara = 9928815,386 lb
Berat I-beam yang diterima oleh base plate adalah = 136598,9895 lb
Jadi berat total yang diterima pondasi adalah = 10105746,3755 lb
= 4583936,483 kg Berat yang diterima tanah
Berat yang diterima tanah = Berat yang diterima pondasi + Berat Pondasi
Wtotal = 10105746,375 lb + 23110,5323 lb
(76)
F 56
d. Menentukkan tegangan karena beban
Tegangan tanah karena beban (τ) = P / F < 10 ton/ft2 Ketrangan :
P = beban yang diterima tanah (lb) F = Luas alas (ft2)
τ = 10128856,9073 lb / 10000 in2
= 1012,8857 lb / in2 = 8,9182 ton / ft 2 , 10 ton/ft2
Merancang Distributor
Dari kunii, 1991 untuk reaktor fluidized bed yang dioperasikan pada temperature tinggi jenis distributor yang dipakai adalah tuyere nozzle type dimana terdapat orifice di tiap nozzelnya.
a. Menentukkan kebutuhan pressure drop yang melewati distributor
ΔPd = 0,2 –0,4 ΔPb, dipilih 0,4 (eq 4-3 hal 102, Kunii)
ΔPb = pressure drop yang melewati bed
ΔPb = (1-εmf) (ρs-ρg) g Lmf (eq. 3-17 hal 69, Kunii)
Dimana :
εmf = ned voidage at minimum fluidization
ρs = densitas padatan (katalis), kg/m3
ρg = densitas mix gas, kg/m3
g = gaya gravitasi
Lmf = tinggi fluidisasi minimum = tinggi shell reactor
(77)
F 57
= 43430,396 Pa = 43,3404 kPa = 0,4277 atm ΔPd = 0,4 ΔPb
= 0,4 x 43340, 396 = 12336,158 Pa b. Menghitung NRe dan Cdorifice
Nre =
ID x uo x ρg
μ
= 2,4140 x 2,7331 x 2,9198 0,07478 x 10-3
= 257192,4576
Diperoleh Cdorifice = 0,6
c. Menentukkan kecepatan gas yang melewati orifice
uor = Cdorifice
2∆Pd ρg
1/2
(eq.4-12 hal 105, Kunii)
= 0,6 x 2173361,158 2,9198
1/2
= 65,3832 m/s
Cek rasio uo / ur yang memberikan fraksi area terbuka pada distributor, dimana uo/uor
< 10%
Uo/uor = 2,7331 / 65,3832
= 0,0418 x 100% = 4,18 %
(78)
F 58
d. Menentukkan jumlah orifice (Nor) oer unit area distributor dan diameter orifice (dor)
Nor = 1 / lor2
Ior = minimum allowable pitch or tuyere spacing = 0,1 m
Nor = 1/0,12 = 100 tuyere / m2
Jadi jumlah tuyere total = luas alar shell x Nor
Luas alas shell = ¼ π ID2
= ¼ x 3,14 x 2,41012 = 4,5597 m2
ΣNor = 4,5597 x 100
= 455,97 = 456 buah
dor =
4
π
x
uo
uor
x
1Nor
1/2
=
43,14
x
2,7331
65,3832
x
1
100
1/2
(1)
Cek Vibrasi
a. Menghitung periode vibrasi
Periode dari vibrasi pada vessel harus dibatasi, karena vibrasi yang berlangsung dalam periode yang cukup lama akan menimbbulkan suatu kerusakan pada vessel. Periode vibrasi (T),
T = 2,65 x 10-5 2 w D t
1/2
(Brownell and Young pers.9.68)
Keterangan :
D = Outside diameter menara = 12,2102 ft = 146,5233 in H = Tinggi vessel termasuk penyangga = 41,2723 ft
w = Berat vessel, lb/ft tinggi = 25542,9231 lb/ft tinggi t = Ketebalan shell, in = 0,5 in
Sehingga :
T = 2,65 x 10-5 41,2723
12,2102
2 25542,9231 x 12,2102 0,5
1/2
= 0,2391 detik
b. Menghitung periode maksimum vibrasi
Periode maksimum vibrasi dirumuskan dengan (Megsey, 1983) :
Ta = 0,8 x
W H V g
V = CW
(2)
W = Total shear, lb = 140974,9162 lb g = 32,2 ft /s2 , percepatan gravitasi
C = koefisien seismic (C) = 0,1 (tabel 9.3 Brownell and Young)
Ta = 0,8 x
140974,9162 lb x 28,4366 (0,1 x 140974,9162 lb) 32,2
= 2,3774 detik
c. Cek vibrasi
Periode vibrasi yang dihasilkan lebih rendah dari periode maksimum vibrasi (T<Ta) sehingga periode vibrasi diizinkan.
Perancangan Pondasi
Perancangan pondasi dengan system konstruksi pondasi beton terdiri dari : semen : kerikil : pasir, dengan perbandingan 1 : 2 :3. Direncanakan pondasi berbentuk limas terpancung, dianggap hanya gaya vertical dari berat kolom yang bekerja pada pondasi. Asumsi tanah pondasi adalah clay dengan safe bearing maksimal 10 ton/ft2 (Tabel 12.2 Hess & Rushton). Pondasi dibuat dari beton dengan specific gravity 2,65 dan densitas 140 lb/ft3.
a. Menentukkan volume pondasi
Volume pondasi ( V) = 1/3 x tinggi pondasi x ((a+b) + (a x b)1/2) Keterangan :
a = luas bagian atas b = luas bagian bawah
(3)
Digunakan tanah dengan :
Luas bagian atas (a) = 9.025 in2 (95 in x 95 in) Luas bagian bawah (b) = 10.000 in2 (100 in x 100 in)
Tinggi Pondasi = 30 in
Volume Pondasi (V) = 1/3 x tinggi pondasi x ((a+b) + (a x b)1/2)
= 285.250 in3 = 165,0752 ft3
b. Menentukan berat pondasi
Berat Pondasi (W) = V x densitas beton
= 165,0752 x 140 = 23110,5323 lb
c. Menentukkan berat total yang diterima tanah Berat yang diterima pondasi
Berat yang diterima pondasi = berat menara + berat 1 beton
Berat menara = 9928815,386 lb
Berat I-beam yang diterima oleh base plate adalah = 136598,9895 lb
Jadi berat total yang diterima pondasi adalah = 10105746,3755 lb
= 4583936,483 kg
Berat yang diterima tanah
Berat yang diterima tanah = Berat yang diterima pondasi + Berat Pondasi
Wtotal = 10105746,375 lb + 23110,5323 lb
(4)
d. Menentukkan tegangan karena beban
Tegangan tanah karena beban (τ) = P / F < 10 ton/ft2 Ketrangan :
P = beban yang diterima tanah (lb) F = Luas alas (ft2)
τ = 10128856,9073 lb / 10000 in2
= 1012,8857 lb / in2 = 8,9182 ton / ft 2 , 10 ton/ft2
Merancang Distributor
Dari kunii, 1991 untuk reaktor fluidized bed yang dioperasikan pada temperature tinggi jenis distributor yang dipakai adalah tuyere nozzle type dimana terdapat orifice di tiap nozzelnya.
a. Menentukkan kebutuhan pressure drop yang melewati distributor
ΔPd = 0,2 –0,4 ΔPb, dipilih 0,4 (eq 4-3 hal 102, Kunii)
ΔPb = pressure drop yang melewati bed
ΔPb = (1-εmf) (ρs-ρg) g Lmf (eq. 3-17 hal 69, Kunii)
Dimana :
εmf = ned voidage at minimum fluidization ρs = densitas padatan (katalis), kg/m3 ρg = densitas mix gas, kg/m3
g = gaya gravitasi
Lmf = tinggi fluidisasi minimum = tinggi shell reactor Δ Pb = (1-0,4087) x (1369 – 2,9198) x 9,8 x 5,3489
(5)
= 43430,396 Pa = 43,3404 kPa = 0,4277 atm ΔPd = 0,4 ΔPb
= 0,4 x 43340, 396 = 12336,158 Pa b. Menghitung NRe dan Cdorifice
Nre =
ID x uo x ρg μ
= 2,4140 x 2,7331 x 2,9198
0,07478 x 10-3
= 257192,4576
Diperoleh Cdorifice = 0,6
c. Menentukkan kecepatan gas yang melewati orifice
uor = Cdorifice
2∆Pd
ρg
1/2
(eq.4-12 hal 105, Kunii)
= 0,6 x 2173361,158
2,9198
1/2
= 65,3832 m/s
Cek rasio uo / ur yang memberikan fraksi area terbuka pada distributor, dimana uo/uor < 10%
Uo/uor = 2,7331 / 65,3832 = 0,0418 x 100% = 4,18 %
(6)
d. Menentukkan jumlah orifice (Nor) oer unit area distributor dan diameter orifice (dor) Nor = 1 / lor2
Ior = minimum allowable pitch or tuyere spacing = 0,1 m
Nor = 1/0,12 = 100 tuyere / m2
Jadi jumlah tuyere total = luas alar shell x Nor Luas alas shell = ¼ π ID2
= ¼ x 3,14 x 2,41012 = 4,5597 m2
ΣNor = 4,5597 x 100
= 455,97 = 456 buah
dor =
4
π
x
uo uor
x
1Nor
1/2
=
43,14
x
2,7331 65,3832
x
1 100
1/2