Pendahuluan Ali Muhson PBL Statistika 0

84 PENI NGKATAN MI NAT BELAJAR DAN PEMAHAMAN MAHASI SWA MELALUI PENERAPAN PROBLEM- BASED LEARNI NG Oleh: Ali Muhson Staf Pengajar FI SE Universitas Negeri Yogyakarta Abstrak Pengembangan metode pembelajaran semakin penting untuk terus digalakkan agar efektivitas pembelajaran semakin meningkat. Penelitian ini berupaya untuk menerapkan metode pembelajaran Problem-Based Learning untuk mata kuliah Statistika Lanjut guna melihat dampaknya terhadap peningkatan minat belajar dan pemahaman mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan model penelitian tindakan kelas Classroom Action Research yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, implementasi, pemantauan, serta evaluasi dan refleksi. Penelitian ini menemukan bahwa 1 penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran statistika lanjut mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa baik minat belajar di dalam maupun di luar kelas hal ini terjadi karena proses pembelajaran lebih banyak diberikan penugasan analisis kasus baik secara individual maupun kelompok sehingga menuntut partisipasi semua mahasiswa dalam proses pembelajaran, dan 2 penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran statistika lanjut mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa karena proses pembelajaran lebih ditekankan pada penerapan teknik dan prosedur statistika sehingga memudahkan mahasiswa untuk memahami konsep dan penerapannya. Kata Kunci: Problem Based Learning, minat belajar dan pemahaman

A. Pendahuluan

Mata kuliah Statistika Lanjut merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan dalam Program Studi Pendidikan Ekonomi FI SE UNY. Tujuan diajarkannya mata kuliah ini adalah agar mahasiswa memahami konsep dan prosedur statistika dan mampu menerapkannya untuk menganalisis permasalahan pendidikan ekonomi. Mata kuliah ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh materi perkuliahan yang lain dan sangat mendukung mahasiswa dalam menyiapkan penulisan tugas akhir. Berdasarkan pantauan selama ini mata kuliah ini dianggap mahasiswa sebagai mata kuliah yang cukup angker. Hal ini didasarkan karena materinya lebih banyak Problem-Based Learning – Ali Muhson 85 yang bersifat menghitung. Bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan kuantitatif yang rendah, maka mata kuliah ini menjadi mata kuliah yang tidak menarik. Akibatnya minat belajar mahasiswa terhadap mata kuliah ini menjadi rendah. Permasalahan tersebut berimbas pada prestasi belajar yang diraih mahasiswa. Rendahnya prestasi belajar mahasiswa terlihat dari nilai yang dicapai mahasiswa yang menempuh mata kuliah ini. Berdasarkan hasil evaluasi ditemukan bahwa nilai mata kuliah yang diperoleh mahasiswa untuk mata kuliah ini belum optimal, artinya masih banyak jumlah mahasiswa yang mendapatkan nilai di bawah standar. Berdasarkan hasil penilaian mata kuliah statistika lanjut Tahun Akademik 2007 2008 menunjukkan bahwa rata-rata nilai mahasiswa adalah 67,4 dengan nilai di atas B hanya mencapai 29 , sedangkan sisanya 71 nilai mahasiswa B ke bawah. Hal ini disebabkan karena rata-rata mahasiswa kurang mampu menjawab dengan tepat terhadap soal yang diberikan pada kegiatan evaluasi pembelajaran, khususnya soal-soal yang sifatnya aplikatif. Akibatnya nilai yang dicapai mahasiswa juga kurang memuaskan. Berdasarkan hasil analisis terhadap pola jawaban mahasiswa terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa mampu menjawab soal yang sifatnya teoretis. Namun untuk soal yang sifatnya aplikatif, sebagian besar mahasiswa kurang mampu menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa masih dalam tataran teoretis belaka, sedangkan kemampuan mahasiswa untuk mengaplikasikan konsep teori yang diterimanya masih kurang. Dengan diberlakukannya kurikulum berbasis kompetensi tentu permasalahan di atas menjadi sangat kontras. Di satu sisi kurikulum berbasis kompetensi menuntut peserta didik memiliki kompetensi yang memadai dan mempersempit jurang pemisah antara teori yang dipelajari peserta didik dengan kondisi lingkungan yang dihadapinya. Sementara itu di sisi lain kemampuan mahasiswa masih terbatas pada hafalan dan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada tataran aplikasi dan implementasi. Untuk itu perlu diciptakan model pembelajaran yang mampu menjembatani jurang pemisah antara teori dengan praktek agar mampu memecahkan salah satu permasalahan yang dihadapi pendidikan di I ndonesia seperti yang dituangkan dalam Propenas 2000-2004, yaitu rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan. Guna mengatasi permasalahan tersebut, Wilson 2001 menyatakan bahwa paradigma pendidikan yang dominan untuk meningkatkan mutu pendidikan mencakup: kurikulum, pedagogi dan penilaian hasil belajar. Kurikulum berisi bahan ajar yang harus disampaikan kepada siswa. Selanjutnya pedagogi merupakan proses pembelajaran guru menggunakan berbagai model pembelajaran. Penilaian merupakan 86 sistem evaluasi hasil belajar sesuai dengan standar kemampuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian komponen pedagogi sebagai bagian yang tidak lepas dari proses pendidikan secara keseluruhan perlu mendapatkan perhatian yang utama. Untuk itu perlu tindakan nyata yang terkait dengan peningkatan kualitas model pembelajaran supaya mampu mengatasi permasalahan rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan. Terkait dengan permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran Statistika Lanjut serta adanya tuntutan peningkatan kualitas proses pembelajaran, maka peneliti mencoba untuk mengimplementasikan model pembelajaran dengan pendekatan Problem-Based Learning dalam mata kuliah Statistika Lanjut. Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem Based Learning adalah suatu proses pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah yang ditemukan dalam suatu lingkungan pekerjaan Pusdiklat, 2004. Dengan pendekatan tersebut mahasiswa tidak hanya dijejali dengan konsep-konsep yang abstrak tetapi juga mahasiswa banyak dibekali kemampuan untuk mengaplikasikan konsep yang diterimanya dalam lingkungan nyata yang ada di sekitarnya. Dengan demikian diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan yang memadai dalam memahami materi statistika secara utuh. Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut 1 Apakah penerapan metode Problem-Based Learning mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa terhadap mata kuliah Statistika Lanjut? 2 Apakah penerapan metode Problem-Based Learning mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah Statistika Lanjut? PBL merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Metode ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. PBL is an educational format that is centered around the discussion and learning that emanates from a clinically-based problem. I t is a method that encourages independent learning and gives students practice in tackling puzzling situations and defining their own gaps in understanding in the context of relevant clinical problems, hopefully making it more likely that they will be able to recall the material later in the clinical setting. I t is a way of learning which encourages a deeper understanding of the material rather than superficial coverage http: meds.queensu.ca. Problem-Based Learning – Ali Muhson 87 PBL is any learning environment in which the problem drives the learning. That is, before students learn some knowledge they are given a problem. The problem is posed so that the students discover that they need to learn some new knowledge before they can solve the problem http: chemeng.mcmaster.ca. Dalam metode PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan. Kemudian secara berkelompok sekitar 5 - 8 orang, mereka akan berusaha untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. I nformasi dapat diperoleh dari bahan bacaan literatur, narasumber, dan lain sebagainya. Proses pembelajaran dengan PBL dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Proses I terative dalam PBL http: meds.queensu.ca Pendapat lain mengemukakan bahwa Problem Based Learning PBL adalah lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Yaitu, sebelum pebelajar mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan sedemikian rupa sehingga para pebelajar menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut Pusdiklat, 2004. Secara lebih jelas lagi Proyek DUE-like UI 2002 mengemukakan langkah-langkah yang dilakukan dalam metode PBL, yaitu: 1. I dentifikasi masalah 2. Analisis masalah 3. Hipotesis penjelasan logik sistematik 4. I dentifikasi pengetahuan 5. I dentifikasi pengetahuan yang telah diketahui 88 6. Penentuan sumber pembelajaran 7. I dentifikasi pengetahuan baru 8. Sintesis pengetahuan lama dan baru untuk diterapkan pada masalah 9. Pengulangan kegiatan 10. Menyimpulkan hal yang tidak terpelajari 11. Perangkuman hasil penyusunan laporan 12. Penerapan ke masalah berikutnya Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan peserta didik mampu memahami dan memecahkan permasalahan yang diajukan dalam proses pembelajaran. Dengan cara tersebut mahasiswa mampu memperoleh pengetahuan dan pengalaman nyata sehingga akan menggugah motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Menurut Gick and Holyoak 1983 beberapa keuntungan yang diperoleh karena adanya penggunaan metode PBL dalam pembelajaran meliputi: 1. Motivation PBL makes students more engaged in learning because they are hard wired to respond to dissonance and because they feel they are empowered to have an impact on the outcome of the investigation. 2. Relevance And Context PBL offers students an obvious answer to the questions, Why do we need to learn this information? and What does what I am doing in school have to do with anything in the real world? 3. Higher-Order Thinking The ill-structured problem scenario calls forth critical and creative thinking by suspending the guessing game of, Whats the right answer the teacher wants me to find? 4. Learning How To Learn PBL promotes metacognition and self-regulated learning by asking students to generate their own strategies for problem definition, information gathering, data- analysis, and hypothesis-building and testing, comparing these strategies against and sharing them with other students and mentors strategies. 5. Authenticity PBL engages students in learning information in ways that are similar to the ways in which it will be recalled and employed in future situations and assesses learning in ways which demonstrate understanding and not mere acquisition http: www2.imsa.edu. Pendapat di atas menunjukkan bahwa dengan penerapan PBL dalam proses pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, materi bersifat Problem-Based Learning – Ali Muhson 89 relevan dan kontekstual. Di samping itu PBL juga mengembangkan pemikiran pada tingkat yang lebih tinggi, artinya tidak hanya terbatas pada meningkatkan pengetahuan saja melainkan juga mengembangkan kemampuan dan sikap peserta didik dalam mengatasi permasalahan. PBL juga memberikan bekal kepada peserta didik tentang bagaimana cara belajar memahami permasalahan dan memecahkannya sehingga peserta didik benar-benar mampu memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang otentik. Untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan Statistika Lanjut perlu dilakukan dengan menggunakan pendekatan langsung, dalam arti rancangan pembelajaran diterapkan untuk memperoleh kebermaknaannya. Untuk itu langkah-langkah implementasi tersebut dikembangkan sesuai model penelitian tindakan kelas sebagaimana yang disarankan Kemmis dan McTaggart. Proses penelitian ini dilakukan secara cyclic dengan memperhatikan plan, implementation, monitoring, and reflection Kemmis McTaggart, 1988. Dengan model siklus tersebut tahap-tahap di atas dikembangkan secara terus menerus sampai diperoleh metode pembelajaran yang paling efektif dan paling menjamin akan keberhasilannya. Secara operasional penelitian tindakan ini dibagi ke dalam siklus-siklus. Setiap siklus dilakukan proses perencanaan, implementasi, monitoring, dan refleksi tindakan. Dengan cara ini diharapkan tindakan yang dilakukan semakin lama semakin baik dan akhirnya ditemukan tindakan yang paling tepat berupa metode pembelajaran yang paling efektif. Berdasarkan tindakan yang dipilih dan argumentasi teoretis di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa dengan penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan minat belajar dan pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan Statistika Lanjut.

B. Metode Penelitian