Lembar Pengesahan Artikel yohan

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) DAN DIRECT INSTRUCTION (DI) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA
KOMPETENSI KEJURUAN MENDIAGNOSIS PERMASALAHAN
PENGOPERASIAN PC DAN PERIFERAL PROGRAM KEAHLIAN TKJ
KELAS X SMKN 01 BLITAR
Yohan Agusta Setiawan
Syaad Patmanthara
Yuni Rahmawati
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Malang

Artikel ini telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi.

Malang,
Januari 2014
Pembimbing I

Dr. Ir. H. Syaad Patmanthara, M.Pd.
NIP 19620703 199103 1 001

Malang, Januari 2014
Pembimbing II


Yuni Rahmawati, S.T., M.T.
NIP 19720607 199903 2 002

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) DAN DIRECT INSTRUCTION (DI) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA
KOMPETENSI KEJURUAN MENDIAGNOSIS PERMASALAHAN
PENGOPERASIAN PC DAN PERIFERAL PROGRAM KEAHLIAN TKJ
KELAS X SMKN 01 BLITAR
Yohan Agusta Setiawan
Syaad Patmanthara
Yuni Rahmawati
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5 Malang
Astract: Learning in the classroom tends to make students passive and less creative
in solving problems. This causes the material can not be deeply rooted in the
students, so that the students tend to forget if commissioned review the material. The
purpose of this study was to know differences between learning method of PBL and
DI on student learning outcomes. This study used a quasi experiment with pattern
design pretest - posttest control group. Population of 210 students, with a sample of

68 students. Results of the study: ( 1 ) an increase in learning outcomes of problem
based learning models, based on the average value of the initial capabilities of
students increased from 65.66 to 84.20, while ( 2 ) the learning outcomes using direct
instruction models only increased from 64.76 to 76.18 initial capability. ( 3 ) there
are differences in learning outcomes in the control and experimental classes . It is
evident from the sig value 0.00 < 0.05 in t-test two parties . This study concludes that
there are significant differences average student learning outcomes between
experimental and control classes.
Keyword: direct instruction, learning outcomes, problem based learning
Abstrak: Pembelajaran di kelas cenderung membuat siswa kurang kreatif dan pasif
dalam memecahkan masalah. Hal ini menyebabkan materi belum bisa tertanam
secara mendalam, sehingga siswa cenderung lupa jika dilakukan review materi.
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan model PBL dan DI terhadap hasil
belajar siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan pola
pretest-posttest control group design. Populasi sebanyak 210 siswa, dengan jumlah
sampel 68 siswa. Hasil penelitian: (1) terjadi peningkatan hasil belajar model
problem based learning, berdasarkan nilai rata-rata kemampuan awal siswa sebesar
65,66 meningkat menjadi sebesar 84,20, sedangkan (2) hasil belajar menggunakan
model direct instruction hanya 76,18 meningkat dari kemampuan awal 64,76. (3)
terdapat perbedaan hasil belajar pada kelas kontrol dan eksperimen. Hal ini

dibuktikan dari nilai sig 0,00 < 0,05 pada uji-t dua pihak. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar siswa
antara kelas eksperimen dan kontrol.
Kata Kunci: direct instruction, hasil belajar, problem based learning.

Sejauh ini situasi pembelajaran di
kelas masih berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan
dan pendekatan ceramah sebagai
pilihan
utama
strategi
belajar
mengajar. Seiring dengan berjalanya
waktu dan proses perubahan yang
cepat dalam lingkungan pendidikan,
berdampak pada perubahan kurikulum
pendidikan, yaitu dengan diterapkanya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)

sebagai
penyempurnaan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK) yang memperbaiki kurikulum
sebelumnya yang cenderung teacheroriented daripada student-oriented
dalam proses belajarnya.
Berdasarkan hasil observasai di
SMK Negeri 01 Blitar diperoleh
beberapa informasi bahwa model
pembelajaraan
di
kelas
masih
cenderung membuat siswa tidak
menjadi aktif dalam belajar. Siswasiswi masih belum dapat menerima
materi secara mendalam sehingga
siswa cenderung lupa jika dilakukan
review mengenai materi yang telah

diberikan sebelumnya dan siswa-siswi
masih sulit untuk mengeksplorasi dan
menginvestigasi dalam menyelesaikan
permasalahan pengoperasian PC dan
peripheral. Pada satu sisi kompetensi
dasar ini menuntut siswa untuk
berkompeten dalam menyelesaikan
dan menemukan solusi/strategi dalam
suatu permasalahan pengoperasian PC
dan
peripheral.
Pada
awal
pembelajaran,
guru
menjelaskan
materi secara umum dan memberikan
latihan
kepada
siswa

tanpa
memperlihatkan
contoh
cara
penyelesaian masalah. Sehingga siswa
merasa bingung bagaimana langkah
awal dalam mengerjakan latihan
(dalam menyelesaikan permasalahan
pengopersaian PC dan peripheral).

Dengan demikian proses pembelajaran
menjadi terhambat dan berpengaruh
pada nilai hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasai di
SMK Negeri 01 Blitar diperoleh
beberapa informasi bahwa model
pembelajaran
yang
digunakan
cenderung mengarah pada model

pembelajaran direct instruction yang
cenderung berbasis teacher oriented.
Pada pembelajaran dengan model
direct instruction memiliki kelemahan
yaitu guru menggunakan peranan pusat
dalam model ini sehingga kesuksesan
pemebelajaran bergantung pada image
guru. Jika guru tidak tampak siap,
berpengetahuan, percaya diri, antusias
dan terstruktur, hal ini akan
menyebabkan siswa menjadi bosan,
teralihkan
perhatianya
dan
pembelajaran akan terhambat. Model
pembelajaran
langsung
sangat
bergantung pada gaya komunikasi
guru. Komunikator yang kurang baik

cenderung menjadikan menjadikan
pembelajaran yang baik pula. Jika
materi
yang diajarkan bersifat
kompleks, rinci atau abstrak. Model
pembelajaran langsung mungkin tidak
dapat memberikan siswa kesempatan
yang cukup untuk memroses dan
memahami
informasi
yang
disampaikan. Jika terlalu sering
digunakan
model
pembelajaran
langsung akan membuat siswa percaya
bahwa guru akan memberi tahu siswa
semua yang perlu diketahui. Hal ini
akan menghilangkan tanggung jawab
mengenai pemebelajaran siswa itu

sendiri. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan guru untuk membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep dan
menyelesaikan
masalah
dalam
mendiagnosis
permasalahan
pengoperasain PC dan peripheral
adalah melalui model pembelajaran

yang sesuai. Model yang dimaksud
adalah model yang dapat memotivasi
dan
membantu
siswa
dalam
mengidentifikasi
masalah,
mengeksplor

dan
menemukan
langkah-langkah
solusi/strategi
menyelesaiakan
masalah.
Model
pembelajaran
yang
memiliki
karakteristik seperti uraian di atas
adalah model problem based learning.
Pada pelaksanaan model problem
based learning, untuk membantu
menguatkan konsep dan pemahaman
siswa pada saat penyampaian materi
digunakan alat bantu modul dan materi
power point.
Berdasarkan uraian dan penjelasan
di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa dalam menggunakan model
pembelajaran selain harus melihat dan
memahami karakteristik siswa-siswi,
juga harus memeahami karakterstik
materi. Dengan melihat latar belakang
masalah tersebut, maka dilakukan
penelitian dengan mengambil judul
“Perbedaan
Model
Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan
Direct Instruction (DI) terhadap Hasil
Belajar pada Kompetensi Kejuruan
Mendiagnosis
Permasalahan
Pengoperasian PC dan Periferal
Program Keahlian TKJ Kelas X
SMKN 01 Blitar”.
METODE
1. Populasi Sampel
Bentuk penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah “quasi
experiment”
(eksperimen
semu).
Penelitian ini dikatakan quasi karena
pada penelitian ini perlakuan yang
diberikan pada subjek penelitian tidak
dikendalikan sepenuhnya oleh peneliti.
Desain penelitian eksperimen semu
(quasi experiment) dengan pola
“pretest-posttest
control
group

design”
(Sugiyono,
2010:79).
Penelitian ini menggunakan dua kelas
penelitian yaitu kelas kontrol dan kelas
ekperimen. Rancangan penelitian
bertujuan
untuk
menyelidiki
kemungkinan adanya sebab akibat
yang terjadi pada kedua kelas tersebut.
Rancangan penelitian yang digunakan
adalah seperti berikut:
Tabel 1 Rancangan Penelitian
Tes
Kelompok
Perlakuan
Awal
E
O1
X1
K
O1
X2

Tes Hasil
Belajar
O2
O2

Keterangan:
E
: Kelas eksperimen
K
: Kelas Kontrol
O1
: Pengukuran Awal
O2
: Pengukuran Akhir
X1
: Model Problem Based Learning
X1
: Model Pembelajaran Direct
Instruction

Pada kedua kelas penelitian, yaitu
kelas ekperimen dan kelas kontrol
menurut rancangan penelitian di atas
dilakukan pengukuran awal terlebih
dahulu dimana kelas ekperimen dan
kelas kontrol diberi pre-test untuk
mengetahui kemampuan awal yang
sama atau tidak jauh berbeda sebelum
diberi perlakuan.
Selanjutnya setelah dilakukan pretest terhadap kedua kelas maka
langkah selanjutnya yaitu memberi
perlakuan penerapan model problem
based learning pada kelas ekperimen
dan model pembelajaran direct
instruction pada kelas kontrol.
Langkah terakhir pada pembelajaran
dilakukan pengukuran akhir dengan
melakukan post-test pada kelas
ekperimen dan kelas kontrol.
2. Variabel Penelitian

Variabel Bebas (X): (X1) Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based
Learning pada kelas eksperimen dan
(X2) Penerapan Model Pembelajaran
Direct Instruction pada kelas kontrol.
Variabel Terikat (Y): Hasil belajar
siswa pada kompetensi kejuruan
mendiagnosis permasalahan
pengoperasian PC dan periferal.
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa program keahlian Teknik
Komputer dan Jaringan (TKJ) SMK
Negeri 1 Blitar tahun ajaran 2013/1014
yang berjumlah 210 siswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah
kelas X TKJ.1 sebagai kelas
eksperimen dan X TKJ.2 sebagai kelas
kontrol dengan jumlah masing-masing
kelas adalah 33 dan 35 siswa. Sampel
penelitian
dipilih
dengan
menggunakan
teknik
sampling
pertimbangan (purposive sampling)
yaitu pengambilan sampel disesuaikan
dengan tujuan penelitian.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen perlakukan ini berupa
perangkat pembelajaran dengan model
pembelajaran berbasis masalah untuk
kelas eksperimen serta pembelajaran
langsung untuk kelas kontrol pada
kompetensi kejuruan mendiagnosis
permasalahan pengoperasian PC dan
periferal. Instrumen perlakuan terdiri
dari silabus dan modul.
Instrumen tes dalam penelitian ini
berupa soal pretest dan posttest dengan
jumlah 30 soal pilihan ganda. Soal tes
formatif disusun sesuai dengan materi
pada kompetensi dasar ke-1 yang
terdiri dari delapan indikator dan soal
formatif
yang
disusun
sudah
mencakup setiap indikator.

Instrumen
lembar
observasi
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan belajar siswa dalam ranah
afektif
dan
kognitif
selama
mendapatkan perlakuan, instrumen
lembar
observasi
psikomotor
menggunakan tiga skala penilaian dan
afektif menggunakan empat skala
penilaian, masing memiliki aspek
penilaian yang berbeda sesuai dengan
aspek yang dinilai. Kegiatan penilaian
menggunakan lembar observasi baik
psikomotor
maupun
afektif
menggunakan rumus:
Jumalah Skor yang Diperoleh
Nilai=
x 100
Jumlah Skor Maksimum
5. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen menggunakan
a). Uji Validitas Isi Soal Uji Coba,
b) Uji Validitas butir soal
a) Uji Reliabilitas butir soal
b) Uji Daya Beda butir soal
c) Uji Tingkat Kesukaran butir soal
6. Teknik Pengumpulan Data
7. Teknik Analisi Data
a) Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk
menjawab tujuan penelitian yang
pertama, kedua dan ketiga yaitu
mengetahui gamabaran atau deskripsi
mengenai nilai kemampuan awal dan
hasil belajar siswa pada kompetensi
kejuruan mendiagnosis permasalahan
pengoperasian PC dan periferal.
b) Uji Prasyarat Analisis
1) Uji Normalitas
2) Uji Homogenitas
3) Uji Kesamaan Rata-Rata
4) Uji Hipotesis Perbedaan Hasil
Belajar
HASIL
1. Deskripsi Data Kemampuan Awal

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan
Kontrol (3)
85.71
64.29
Awal Siswa Kelas Eksperimen
Eksperimen (4)
96.43
78.57
Kontrol (4)
92.86
71.43
N Rentang Frekuensi
Frekuensi
Kriteria
o
Nilai
(f)
(%)
Tabel 4.13 Deskripsi Nilai Observasi
Sangat
Psikomotor
1. 80 – 100
3
9.09
Tinggi
Nilai
Nilai
2.
60 – 80
18
54.55
Tinggi
Kelas
Tertinggi
Terendah
3.
40 – 60
12
36.36
Sedang
4.
20 – 40
Rendah Eksperimen (1)
100
75.00
Sangat
Kontrol
(1)
100
66.67
5.
0 – 20
Rendah Eksperimen (2)
100
75.00
Kontrol (2)
100
66.67
Jumlah
33.00
100.00
Eksperimen (3)
100
83.33
Kontrol (3)
100
75.00
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan
Eksperimen (4)
100
83.33
Awal Siswa Kelas Kontrol
Kontrol (4)
100
75.00
N Rentang Frekuensi
Frekuensi
Kriteria c) Data Hasil Belajar
o
Nilai
(f)
(%)
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Hasil
Sangat
1. 80 – 100
4
11.43
Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Tinggi
Rentang Frekuensi
Frekuensi
2. 60 – 80
21
60.00
Tinggi
No
Nilai
(f)
(%)
3. 40 – 60
9
25.71
Sedang
4. 20 – 40
1
2.86
Rendah
1.
80 – 100
22
66.67
Sangat
5.
0 – 20
2.
60 – 80
11
33.33
Rendah
3.
40

60
Jumlah
35.00
100.00
4.
20 – 40
5.

2. Deskripsi Data Hasil Belajar
a) Ranah Kognitif
Tabel 4.10 Deskripsi Nilai Tes Tulis
(Posttest)
Nilai
Nilai
Kelas
Tertinggi
Terendah
Eksperimen
96.67
63.33
Kontrol
86.67
30.00
Tabel 4.11 Deskripsi Nilai Tes Tugas
Nilai
Nilai
Kelas
Tertinggi
Terendah
Eksperime
n
90.50
69.00
Kontrol
90,50
36.75

Nilai
Rerata
81.11
70.76

Nilai
Rerata
78,78
63.01

0 – 20

-

-

Jumlah

33.00

100.00

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Hasil
Belajar Siswa Kelas Kontrol
Rentang Frekuensi
Frekuensi
No
Nilai
(f)
(%)
1.

80 – 100

6

17.14

2.
3.
4.

60 – 80
40 – 60
20 – 40

28
1
-

80.00
2.86
-

5.

0 – 20

-

-

Jumlah

33.00

100.00

76.43
88.85
83.06

Nilai
Rerata
84.09
77.38
86.62
79.76
90.40
89.05
93.69
92.86

Kriteria
Sangat
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat
Rendah

Kriteria
Sangat
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat
Rendah

Tabel 4.16 Deskripsi Rata-Rata Nilai Akhir
Hasil Belajar Siswa
b) Ranah Afektif dan Psikomotor
RataTabel 4.12 Deskripsi Nilai Observasi Afektif
Rata-Rata
Rata-Rata
Rata
Kelas
Observasi
Observasi
Kelas
Nilai
Nilai
Nilai
Nilai
Psikomotor
Afektif
(pertemuan)
Tertinggi
Terendah Rerata
Tugas
88.70
78,78
83.44
Eksperimen (1)
92.86
60.71
77.06 Eksperimen
Kontrol
84.76
63,01
74.23
Kontrol (1)
75.00
57.14
66.73
Tabel
4.17
Deskripsi
Nilai
Akhir
Hasil
Eksperimen (2)
96.43
67.86
82.36
Kontrol (2)
78.57
60.71
70.71 Belajar Siswa
Eksperimen (3)
96.43
71.43
85.50

RataRata
Nilai Tes
Tulis
81.11
70.76

Kelas
Eksperimen
Kontrol

Nilai
Tertinggi
91,18
84,08

Nilai
Terendah
70,23
56,08

Hal ini menunjukkan terdapat
perubahan hasil belajar dari keadaan
82,72
sebelumnya. Jadi kesimpulanya bahwa
72,92
menggunakan model pembelajaran
problem
based
learning
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa

Rata-Rata

3. Pengujian Hipotesa
a)Hasil Uji Normalitas Hasil
Belajar

Berdasarkan hasil penelitian pada Bab
IV. Dapat diketahui data kemampuan
awal siswa kelas kontrol dengan nilai
Kelas
Asymp-Sig Kesimpulan
tertinggi dan nilai terendah sebesar
Eksperimen 0,701
Normal
83,33 dan 33,33 dengan rata-rata kelas
Kontrol
0,116
Normal
eksperimen diperoleh 64,76
Berdasarkan hasil penelitian pada Bab
b)Hasil Uji Homogenitas Hasil
IV. Dapat diketahui data hasil belajar
Belajar
siswa kelas kontrol dengan nilai
Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Data
tertinggi dan nilai terendah sebesar
Hasil Belajar Siswa
84,08 dan 57,08 dengan rata-rata kelas
Feksperimen diperoleh 72,92.
Kelas
X
F-hitung
Sig
tabel
Hal ini menunjukkan model
Eksperimen 84,20
3,609
0,062
3,986 pengajaran langsung belum dapat
Kontrol
76,18
meningkatkan hasil belajar siswa
secara maksimal
c) Hasil Uji Hipotesis
Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Data
Hasil Belajar Siswa

Tabel 4.20 Hasil Uji Kesamaan Dua RataRata (Uji Hipotesis)
Kelas

t-hitung

Sig (2-tailed)

t-tabel

Eksperimen
Kontrol

4,970

0,000

1,997

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada
Bab IV. Dapat diketahui data
kemampuan
awal
siswa
kelas
eksperimen dengan nilai tertinggi dan
nilai terendah sebesar 83,33 dan 40,00
dengan rata-rata kelas eksperimen
diperoleh 65,66.
Berdasarkan hasil penelitian pada
Bab IV. Dapat diketahui data hasil
belajar siswa kelas eksperimen dengan
nilai tertinggi dan nilai terendah
sebesar 91,18 dan 70,23 dengan ratarata kelas eksperimen diperoleh 82,72.

Berdasarkan hasil penelitian pada
Bab IV, dapat disimpulkan bahwa nilai
hasil belajar siswa kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal
ini ditunjukkan baik dari nilai kognitif
tes tulis dan tugas, nilai pengamatan
afektif serta nilai nilai pengamatan
psikomotor.
Berdasarkan hasil perhitungan pada
Bab IV bahwa antara dua kelas samasama terjadi peningkatan hasil belajar,
tetapi peningkatan ini lebih didominasi
oleh kelompok eksperimen artinya
hasil belajar kelompok eksperimen
lebih baik jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Data analisis hasil belajar dengan
uji
independent
sampel
t-test
menunjukkan kesimpulan bahwa Ho
ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan hasil belajar
siswa yang diajar menggunakan model

problem based learning dengan siswa
yang diajar dengan model direct
instruction.
Melihat penjelasan diatas diketahui
bahwa hasil belajar kompetensi
kejuruan mendiagnosis permasalahan
pengoperasian PC dan peripheral
dengan penerapan model problem
based learning lebih baik jika
dibandingkan dengan penggunaan
model pembelajaran langsung. Karena
siswa yang diajar dengan penerapan
model problem based learning lebih
mudah dalam memahami materi dan
lebih termotivasi untuk belajar. Selain
itu, mereka juga lebih mendapatkan
bimbingan dan arahan dari guru dalam
menyelesaikan permasalahan. Guru
selalu melakukan review konsep dan
memberikan contoh sederhana agar
siswa mudah dalam memahami dan
menyelesaikan
masalah
pada
kompetensi kejuruan mendiagnosis
permasalahan pengoperasian PC dan
peripheral.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Ada pengaruh penerapan model
pembelajaran problem based learning
terhadap hasil belajar siswa kelas X
SMK Negeri 01 Blitar. Hal ini
ditunjukkan dari peningkatan hasil
belajar siswa pada pembelajaran
problem based learning yang lebih
besar
dibandingkan
dengan
peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan
model
direct
instruction.
Ada pengaruh penerapan model
pembelajaran
direct
instruction
terhadap hasil belajar siswa kelas X
SMK Negeri 01 Blitar. Hal ini
ditunjukkan dari peningkatan hasil

belajar siswa pada pembelajaran direct
instruction
yang
lebih
kecil
dibandingkan dengan peningkatan
hasil belajar siswa menggunakan
model problem based learning.
Ada perbedaan yang signifikan
hasil belajar Kompetensi Kejuruan
Mendiagnosis
Permasalahan
Pengoperasian PC dan Peripheral
antara siswa yang diajar dengan model
problem based learning dengan siswa
yang diajar menggunakan model direct
instruction, dibuktikan dengan uji
hipotesis (Ho ditolak dan Ha diterima).
Hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model problem based
learning
(pembelajaran
berbasis
masalah) lebih baik daripada siswa
yang diajar menggunakan model direct
instruction (pembelajaran langsung).
2. Saran
Bagi peneliti, dengan adanya hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai
wawasan
dan
informasi
agar
penggunaan
model
pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan lagi
untuk materi pokok yang berbeda
dengan pertimbangan pengelolaan
kelas
yang
lebih
baik
dan
pembelajaran yang seefisien mungkin.
Bagi guru, penggunaan model
problem based learning dalam proses
pembelajaran membutuhkan persiapan
yang lebih banyak terutama dalam
pembagian waktu. Guru hendaknya
membuat perencanaan waktu yang
lebih baik, sehingga siswa dapat lebih
banyak mencari atau membangun
pengetahuanya sendiri melalui buku
dan sumber yang lainnya.
Bagi sekolah, hendaknya dapat
menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa
dalam kelas agar mendapatkan hasil
kualitas proses pembelajaran yang

menyenangkan dan hasil belajar siswa
yang lebih baik.
Bagi siswa, perlu diberikan
perhatian khusus kepada siswa ynag
memiliki tingkat hasil belajar yang
belum maksimal sehingga menjadi
motivasi bagi siswa untuk dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
Bagi program studi SI pendidikan
teknik informatika UM, penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan
informasi atau referensi untuk
penelitian-penelitian khususnya dalam
bidang
pendidikan
agar
dapat
memberikan kontribusi yang efektif
dalam lingkungan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsismi. 2008. DasarDasar Evaluasi pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hasan, Fuad. 2000. Berkenalan
dengan Eksistensialisme. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Hamalik,Oemar.2011.Kurikulum dan
Pembelajaran.Jakarta:Bumi Aksara.
Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu.
1999. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mbulu, Joseph. 2001. Pengajaran
Individual. Malang. Yayasan Elang
Mas
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Edisi Keempat. 2010. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Setyorini. 2006. Pengaruh Metode
Problem Solving Terhadap Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Geografi

Siswa Kelas XI MAN 3 Pasuruan.
Malang : UM
Setyosari, Punaji.2001. Rancangan
Pembelajaran. Malang : Elang Mas.
Slameto. 2003.Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, E. R. 2010. Cooperative
Learning: Teori, Riset, dan Praktik.
Nusa Media.
Somantri, N. (2001). Menggagas
Pembaharuan Pendidikan IPS.
Bandung PPs UPI
Subana, Rahadi. Moersetyo, Sudrajat.
2000. Statistik Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suwandono, Dhanisworo dan
Mujiyono. 1997. Ensiklopedia
Wayang Purwo I. Jakarta: DIT.JEN.
Kebudayaan Departemen P & K.
Tim Fakultas Teknik UNY. 2004.
Modul Mendiagnosis Permasalahan
Pengoperasian PC dan Peripheral.
Yogyakarta.
Trianto. 2007. Model-Model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif – Progresif.
Jakarta: Kencana Pranada Media
Group.
Uma, Sekaran. 1992. Research
Methods for Bussiness:A Skill

Building Approach. New York: John
Willey and Sons.