Korporasi sebagai subyek hukum pidana

Jurnal Ilmu Hukum REFLEKSI HUKUM Edisi Oktober 2012 195 Korporasi adalah suatu rangkaian atau kumpulan orang-orang yang memiliki estimasi eksistensi dan hak-hak serta kewajiban hukum yang berbeda dari individu dari waktu ke waktu. Korporasi juga dikenal sebagai suatu badan politik. Korporasi memiliki karakter fiktif yang berbeda dari para anggotanya. Agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh Jowitt’s Dictionary of English Law, Kumpulan orang sebagai korporasi mempunyai estimasi eksistensi dan hak-hak serta kewajiban hukum yang berbeda dari individu. Perbedaan ini akan Nampak jelas ketika dilakukan analisis tentang pertanggung jawaban korporasi sebagai subyek hukum dikaitkan dengan individualisasi pidana.

2. Korporasi sebagai subyek hukum pidana

Korporasi yang didalam hukum perdata dikenal sebagai badan hukum, dulunya seolah-olah hanya menjadi subyek dalam hukum perdata, tetapi dalam kenyataannya Setiyono mengatakan : Dalam hukum administrasi Negara misalnya, pemberian ijin-ijin usaha tidak hanya diberikan pada manusia alamiah natuurlijk person saja, tetapi juga pada badan hukum. Bahkan dalam bebarapa hal, kadang-kadang ijin usaha hanya dapat diberikan bila pemohon ijin itu mengambil bentuk “badan hukum” atau “perseroan terbatas”. Ketentuan ini tidak saja berlaku di Indonesia, melainkan berlaku unisversal di berbagai Negara.” 6 Sementara itu korporasi sebagai subyek tindak pidana, sampai saat ini juga masih terjadi pro dan kontra. Tetapi terlepas adanya pro dan kontra tersebut, Oemar Seno Adji 1984-160 sebagaimana dikutip oleh Setiyono berpendapat : “… kemungkinan adanya pemidanaan terhadap persekutuan- persekutuan didasarkan tidak saja atas pertimbangan- pertimbangan utilitas, melainkan pula atas dasar-dasar teore 7 tis dapat dibenarkan.” 6 H.Setiyono, 2003, Kejahatan Korporasi, Analisis Victimologis Dan Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia, Bayumedia Publissing, Malang, hal 7-8. 7 Ibid. hal. 11. Jurnal Ilmu Hukum REFLEKSI HUKUM Edisi Oktober 2012 196 Bila dicermati sampai dengan saat ini nampaknya belum ada korporasi yang dijatuhi pidana perampasan kemerdekaan berdasarkan keputusan pengadilan atau yurisprudensi. Tetapi korporasi sebagai subyek hukum pidana telah ada putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tertanggal 1 Maret 1969, Nomor 136Kr1966 dalam perkara PT Kosmo dan PT Sinar Sahara. Dengan putusan Mahkamah Agung tersebut berartia ada pengakuan yuridis bahwa korporasi sebagai subyek hukum dalam hukum pidana. Dalam hukum positif di Indonesia, pengaturan korporasi sebagai subyek hukum dapat dibaca dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997, yang mengatakan : Jika tindak pidana psikotropika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, Pasal 63, dan Pasal 64 dilakukan oleh korporasi, maka disamping dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakanpidana denda sebesar 2 dua kali pidana denda yang berlaku untuk tindak pidana tersebut dan dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha. Juga bisa dibaca dari Pasal 20 ayat 1 dan ayat 2 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999, yang mengatakan : 1 Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau pengurusnya. 2 Tindak pidana Korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-sama. Demikian juga dalam Pasal 130 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999, yang mengatakan sebagai berikut : 1 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129 dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana Jurnal Ilmu Hukum REFLEKSI HUKUM Edisi Oktober 2012 197 denda dengan pemberatan 3 tiga kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal-Pasal tersebut. 2 Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1,korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin usaha; danatau b. pencabutan status badan hukum.

3. Pertanggungjawaban dalam hukum pidana