POLA DELINQUENCY REMAJA PENYALAHGUNA NAPZA DI SURAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sejumlah gejala yang terjadi di
Indonesia akhir-akhir ini, seperti semakin meningkatnya angka perilaku
delinquency, khususnya penyalahguna NAPZA. Menurut buku Delinquency in
Society (Regoli dan Hewitt, 2003) penyalahguna NAPZA merupakan salah satu
bentuk perilaku delinquency. Sebagai perilaku delinquency, penyalahguna
NAPZA juga termasuk salah satu bentuk perilaku abnormal (DSM IV-TR).
Bertitik tolak dari fenomena kompleksitas masalah penyalahguna NAPZA ini,
maka menjadi tanggung jawab berbagai pihak untuk menekan peningkatan
maupun eskalasi kasus-kasus penyalahguna NAPZA.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000, dalam Afiatin, 2003) jumlah
korban NAPZA yang tercatat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat di Jakarta
mengalami kenaikan cukup signifikan dari tahun ke tahun. Tahun 1996 jumlah
1799, tahun 1997 jumlah 3652, tahun 1998 jumlah 5008, tahun 1999 jumlah 7014,
tahun 2000 jumlah 9043. Salah satu sumber data menyebutkan bahwa di Jakarta
dalam tiga tahun terakhir pengguna NAPZA mengalami peningkatan 40%.
Penyalahguna NAPZA menurut Joewana (2005) memprihatinkan,
terutama menimpa generasi muda sehingga merugikan pembangunan bangsa.
Menurut laporan Rumah Sakit Ketergantungan Obat di Jakarta pada tahun 2005,

dari penderita yang umumnya berusia 15-24 tahun, banyak yang masih aktif di
SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
Umumnya penggunaan pertama NAPZA diawali pada anak usia sekolah
dasar atau SMP. Alasannya pun berbagai macam ada yang untuk menambah
keberanian serta kreativitas, menghindari problem, menghindari realitas, frustasi,
kesepian, dan memenuhi rasa ingin tahu (Yatim, 1996).

1

2

Selain itu menurut

Raphael, 1996 (dalam Afiatin, 2003) ada tujuh

problem utama kesehatan remaja yakni : merokok, penyalahguna alkohol dan
obat-obatan, keselamatan di jalan, kesehatan seksualitas, aktifitas fisik, gizi dan
berat badan, bunuh diri, dan kesehatan mental. Apabila ditelaah lebih mendalam
masalah-masalah tersebut nampak sekali banyak terkait dengan perilaku nakal
(delinquency). Teristimewa pada problem merokok, penyalahguna NAPZA,

alkohol dan obat-obatan. Ketiganya berkaitan dan seringkali menjadi satu
kesatuan problem yang serius.
Berdasarkan paparan di atas dan fenomena-fenomena di sekitar kita
menunjukkan bahwa pola delinquency perlu dicermati dan ditelaah lebih dalam.
Oleh karena itu perlu upaya untuk memahami pola delinquency remaja agar
memperoleh informasi yang akurat untuk membuat model pencegahan dan
penanganan. Dengan demikian relevan kiranya penelitian ini mengambil tema
tentang “Pola Delinquency Remaja Penyalahguna NAPZA di Surakarta”.
Disamping pemahaman tentang pola delinquency remaja penyalahguna
Napza, peneliti juga tertarik untuk memahami keterkaitan antara pola delinquency
dengan kepribadian yang dimiliki remaja. Selanjutnya dari temuan tentang pola
delinquency dipergunakan peneliti sebagai dasar untuk pengembangan instrumen
yang berfungsi mengukur sejauhmana pola delinquency dimiliki remaja. Apakah
gejala-gejala yang dijadikan parameter pengukuran akurat dan konsisten untuk
populasi remaja Indonesia?

32

DAFTAR PUSTAKA


Afiatin, T. 2005. Peran Keluarga dalam Prevensi Penyalahguna NAPZA. Jurnal
Psikologika Nomor 20 tahun X Juli 2005.
Berry, J.W; Pootinga, Y.H; Segall, M.H dan Dasen, P.R. 1999. Psikologi Lintas
Budaya : Riset dan Aplikasi. Terjemahan oleh PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Bowling, A. 2002. Research Methods in Health : Investigating Health and Health
Service. Second edition. USA : Open University Press.
Daigle, L.E, Cullen, F.T dan Wright, J.P. 2007. Gender Defferences in The
Predictors Juvenile Delinquency. Youth Violence and Juvenile Justice,
Vol. 5, No. 3, 254 – 286. Diakses pada tanggal 22 April 2008 dari website
http://yvj.sagepub.com/cgi/content/abstract.
Debats, D.L dan Bartelds, B.F. t.t. The Structure of Human Values : A Principal
Component Analysis of The Rokeach Values Survey (RVS).
http.www.yahoo.com.rokeach values. Diakses pada tanggal 9 Oktober
2007.
Dewanti, A. & Koentjoro. 2000. Penyingkapan Diri, Perilaku Seksual dan
Penyalahguna Narkoba. Jurnal Psikologi, No. 1, 60-72
Flores, J.R. 2003. Child Delinquency : Early Intervention and Prevention. Bulletin
Series Child Delinquency May 2003. USA : Office of Juvenile Justice and
Delinquency Prevention.

Gregory, R. 1996. Psychological Testing : History, Principles, and Applications.
Second Edition. USA : A Simon & Schuster Company.
Odgen, J. 2000. Health Psychology A Textbook. Second Edition. Buckingham :
Phladelpihia.
Ovadia, S. 2004. Rating and Rangkings : Reconsidering The Structure of Values
and Their Measurement. International Journal of Social Research
Methodology, Vol. 7, No. 5, 403-414.
Ozbay,O dan Ozcan, Y.Z. 2006. A Test of Hirschi’s Social Bonding Theory :
Juvenile Delinquency in The High School of Ankara, Turkey.
International Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology.
Volume 50 Number 6 December 2006. 711 – 726. Diakses 21 April 2008
dari http//ijo.sagepub.com.

33

Purwandari, E. 2007. Makna Kebahagiaan Mantan Penyalahguna Napza.
Makalah. Disampaikan pada Temu Ilmiah Nasional Psikologi Islami I di
UNISULA Semarang, Tahun 2007
___________. 2005. Memori Emosional Remaja yang sedang Menjalani
Rehabilitasi NAPZA. Humaniora (Jurnal Penelitian Lembaga Penelitian

UMS) Vol. 6, No. 2, Agustus 2005.
-----------------. 2004. Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional Terhadap
Memori Otobiografi dan Depresi Pada Remaja Yang Menjalani
Rehabilitasi NAPZA. Jurnal Psikodinamik. Voume 5, Nomor 2, Juli
2003.
Purwanto, Y. 2002. Bahaya Penyalahguna NAPZA Dalam Perspektif Psikologi.
Laporan Pelaksanaan Program Studi Piloting Krisis Unit di SMU. Proyek
Pengembangan Kegiatan Kesiswaan dan Pemberian Beasiswa Bakat dan
Prestasi Direktorat Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan
Nasional.
Regoli, R dan Hewitt, J. 2003. Delinqueny in Society. New York : McGraw-Hill
Renzetti dan Curran. 1998. values, Sosial Problem and Religiosity - A Survey.
www.yahoo.com.rokeach values survey application.
Rokeach, M. 1973. The Nature of Human Values. New York: The Free Press.
Tracy, P.E., Leonard, K.K., dan James, S.A. 2009. Gender Differences in
Delinquency and Juvenile Justice Processing. Crime and Delinquency. V.
55. N. 2. April 2009. P. 171-215. By Sage Publication.

LAPORAN HASIL PENELITIAN
RISET FUNDAMENTAL

TAHUN KEDUA

POLA DELINQUENCY REMAJA PENYALAHGUNA
NAPZA DI SURAKARTA

Oleh:
DR. Nisa Rachmah Nur Anganthi, MSi., Psi. (Ketua)
Eny Purwandari, S.Psi., MSi., (Anggota)
DR. Yadi Purwanto, MM., MBA (Anggota)

DIBIAYAI OLEH PROYEK PENGKAJIAN DAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN SURAT PERJANJIAN
PELAKSANAAN NOMOR : 074/SP2H/PP/DP2M/IV/2009
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER, 2010

Rangkuman


Penelitian ini dilatarbelakangi oleh gejala meningkatnya angka perilaku
delinquency, khususnya penyalahguna NAPZA. Bertitik tolak dari fenomena
kompleksitas masalah penyalahguna NAPZA, maka menjadi tanggung jawab berbagai
pihak untuk menekan peningkatan maupun eskalasi kasus-kasus penyalahguna NAPZA.
Penyalahguna NAPZA amat memprihatinkan karena sebagian besar diderita oleh
generasi muda yang umumnya berusia 15-24 tahun, dan banyak yang masih aktif di
SMP, SMA, maupun perguruan tinggi. Secara umum pengguna pertama NAPZA diawali
pada anak usia sekolah dasar atau SMP. Mereka memiliki sejumlah alasan untuk
merasionalisasi penggunaan Napza, seperti menambah keberanian dan kreativitas,
menghindari masalah, frustrasi, kesepian, atau memenuhi rasa ingin tahu.
Sejumlah problem utama remaja yang disinyalir berkaitan dengan kesehatan
mental dan terkait dengan perilaku nakal adalah merokok, penyalahguna Napza, alkohol,
dan obat-obatan. Ketiganya berkaitan dan seringkali menjadi satu kesatuan problem yang
serius. Remaja yang telah terjerumus pada penyalahguna NAPZA, kurang dipercaya oleh
orang-orang disekitarnya. Muncul stigma negatif yang dilabelkan sehingga terbentuk
self-image yang mendukung keberlanjutan delinquency penyalahguna NAPZA. Akhirnya
akan memperparah dan mencetuskan bentuk delinquency lain, seperti perilaku seksual,
pencurian, pelanggaran lalu lintas atau bahkan pembunuhan.
Salah satu faktor yang terkait dengan penyalahguna Napza adalah demografi.

Tahun kedua ini variabel demografi, yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan
dimasukkan

sebagai

variabel

bebas

yang

akan

dilihat

perbedaannya

dalam

mempengaruhi perilaku delinkuensi remaja penyalahguna Napza. Tujuan penelitian

tahun kedua adalah melakukan validasi instrumen yang ditemukan tahun sebelumnya
dan menemukan pola delinkuensi dalam perspektif demografi.
Manfaat penelitian tahun kedua ini adalah memperoleh deskripsi pola perilaku
delinquency remaja penyalahguna NAPZA ditinjau dari usia, gender, dan pendidikan.
Selanjutnya instrumen yang akurat dan stabil dapat dipakai sebagai alat ukur untuk
menilai pola delinkuensi seseorang. Temuan pola delinkuensi dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu pijakan dalam penyusunan model intervensi, baik yang bersifat
promotif, prefentif, maupun rehabilitatif penyalahguna Napza.

iii

Populasi penelitian adalah pengguna Napza di wilayah Sragen. Tahun pertama
penelitian, proses pemilihan informan dilakukan dengan teknik case study dan snowball
sampling. Adapun prosedurnya: (1) preliminary dengan menggunakan case study pada
remaja SMP, SMA, PT sebagai penyalahguna NAPZA dan mantan penyalahguna
NAPZA, (2) pemilihan anggota keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sekolah tempat
pengguna Napza pernah atau sedang memperoleh pendidikan. Sebelum penelitian
dilakukan informan diminta mengisi inform consent. Pengumpulan data diperoleh dari
diskusi kelompok terarah. Tahun kedua penelitian, prosedur pemilihan informan relatif
mirip dengan tahun pertama. Terkait dengan tujuan penelitian yang berorientasi pada

temuan instrumen, maka populasi penelitian tahun pertama dianggap kurang memadai.
Populasi diperluas dengan melibatkan pengguna narkoba di lapas Sragen.
Populasi yang terlibat dalam penelitian tahun kedua (terakhir) sebanyak 94 orang
dengan karakteristik: (1) usia 15-45 tahun, dan menyatakan kesediaan untuk menjadi
informan penelitian; (2) penyalahguna narkoba di wilayah Sragen. Metode pengumpulan
data menggunakan (1) wawancara, (2) check-list, dan (3) dokumentasi. Selanjutnya data
dinalisis melalui metode statistik parametrik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen perilaku delinkuen yang terdiri
atas 18 item, diperoleh item valid sebanyak 11 buah dengan validitas bergerak antara
0,25 – 0,5 dan reliabilitas instrumen sebesar 0,63. Item yang valid adalah nomor 1 (corat
coret tembok), 2 (jahil), 5-10 (kebut-kebutan, pemalakan, perkelahian, perjudian,
mabuk), 13-15 (penganiayaan, pencurian, pelecehan).
Hasil pola perilaku delinkuensi dari tinjuan usia menunjukkan tidak bermakna;
hasil pola perilaku delinkuensi dari tinjuan jenis kelamin menunjukkan bermakna; hasil
pola perilaku delinkuensi dari tinjuan pendidikan juga menunjukkan tidak bermakna. Hal
ini mendukung hasil temuan tahun pertama, yang memperlihatkan bahwa pola
delinquency informan laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan bentuk,
intensitas, maupun orientasi. Bentuk delinquency informan laki-laki mengarah pada
fisik, adapun informan perempuan mengarah pada verbal; intensitas delinquency pada
informan laki-laki lebih sering dilakukan dibandingkan dengan perempuan; orientasi

delinquency pada informan laki-laki mengarah pada kriminalitas, sedangkan perempuan
mengarah pada perilaku seksual. Temuan tahun pertama tentang pola delinkuensi
dipengaruhi dari tingkat usia dan pendidikan tidak terbukti.

iv

Summary

This research is motivated by the increasing number of behavioral symptoms of
delinquency, particularly drug abusers. Focused on the complexity of the phenomenon of
drug abuse problem, then the responsibility of various parties to suppress the increase
and escalation of cases of drug abusers. Drug abusers is very worrying because most
suffered by young people who are generally aged 15-24 years, and many are still active
in junior high, high school, and higher education. In general, the first drug users starting
at elementary school age children or junior high. They have a number of reasons to
rationalize the use of the drug, such as increasing the courage and creativity, to avoid
trouble, frustrated, lonely, or satisfy curiosity.
A number of youth who was allegedly the main problems related to mental health
and naughty behavior is associated with smoking, IDUs, alcohol, and drugs. All three are
related and often as one serious problem. Teenagers who have been mired in drug
abusers, less trusted by the people around him. Appears negative stigma that labeled thus
forming the self-image that supports the sustainability of delinquency drug abusers.
Finally, will exacerbate and trigger other forms of delinquency, such as sexual behavior,
theft, traffic violations or even murder.
One of the factors associated with drug users is the demographic. This secondyear demographic variables, namely age, gender, and education included as independent
variables that will be seen the difference in influencing adolescent behavior delinkuensi
IDUs. The purpose of the second year of research is to validate the instruments found in
the previous year and found a pattern delinkuensi in demographic perspective.
The benefits of this second year of research is to obtain a description of the
behavior patterns of juvenile delinquency drug abusers in terms of age, gender, and
education. Furthermore, an accurate and stable instrument can be used as a measurement
to assess the pattern delinkuensi someone. Findings delinkuensi pattern can be used as
one basis for preparing a model of intervention, whether promotive, preventive, and
rehabilitative IDUs.
The study population were drug users in the Sragen region. The first year of
research, informant selection process was done by using case study and snowball
sampling. As for the procedure: (1) using the case study preliminary in adolescents SMP,
SMA, PT as drug abusers and ex-drug abusers, (2) election of members of family, peers,
v

and school environment where drug users have or are getting an education. Prior
research conducted informant asked to complete informed consent. The collection of
data obtained from focus groups. The second year of research, informant selection
procedure is relatively similar to the first year. Related to goal-oriented research findings
of the instrument, the first year of the study population is considered inadequate. The
population expanded to involve drug users in prisons Sragen.
The population is engaged in research in the second (final) as many as 94 people
with the characteristics: (1) age 15-45 years, and expressed willingness to become
informants research, (2) drug abusers in the Sragen region. Data collection methods used
(1) interviews, (2) check-lis, and (3) documentation. Furthermore dinalisis data through
parametric statistical methods. The results showed that the instrument delinkuen
behavior consisting of 18 items, obtained valid items as much as 11 units with the
validity of moving between 0.25 to 0.5 and the reliability of the instrument at 0.63. Items
that are valid are the number 1 (scratch scratch the wall), 2 (ignorant), 5-10 (racingkebutan, pemalakan, fights, gambling, drunkenness), 13-15 (assault, theft, harassment).
Results delinkuensi behavior patterns of age showed no significant overview;
results from overview delinkuensi behavior patterns showed significant gender; results
from overview delinkuensi behavior pattern also showed no significant education. This
supports the findings of the first year, which shows that the pattern of delinquency
informants men and women show differences in shape, intensity, or orientation. Forms of
delinquency male informant led to the physical, while the female informant led to the
verbal; intensity of delinquency in male informants more frequently performed than
women; orientation of delinquency in male informants led to the crime, while the female
lead to sexual behavior. The findings of the first year of delinkuensi influenced patterns
of age and education level did not emerge.

vi

PRAKATA

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia tak terhingga pada kita
semua. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah pada Rasulullah Muhammad
SAW. Tak ada rasa syukur dari seorang peneliti melebihi saat terselesainya tugas yang
telah dicanangkan. Alhamdulillah, meskipun dalam segala hal masih banyak kekurangan
dan keterbatasan disana sini.namun demikian, selesainya sebuah penelitian selalu
menjadi awal kerja keras penelitian-penelitian berikutnya yang sudah menanti. Insya
Allah. Amin.
Penelitian tentang pola delinquency pada pengguna Napza merupakan suatu
penelitian yang berat. Berat dalam arti tingkat kompleksitas fenomena yang diteliti tidak
hanya semata-mata pengguna saja, tetapi juga terkait dengan pihak-pihak lain yang
banyak berhubungan dengan mereka, seperti polisi, genk pertemanan, dan pihak-pihak
dalam jalur perpedagangan Napza. Oleh karena itu terselesaikannya tahap awal
penelitian ini merupakan buah kerjasama team yang solid. Dengan demikian perlu
kiranya peneliti mengucapkan permohonan maaf dan ucapan terima kasaih pada pihakpihak terkait yang tidak dapat kami sebut satu persatu.
1.

Departeman Pendidikan Nasional Republik Indonesia dalam hal ini DP2M
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

2.

Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam hal ini Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat yang telah memfasilitasi penelitian.

3.

Lembaga Pemasyarakatan Negeri Sragen dan para responden yang telah membantu
terselenggaranya pengambilan data dalam penelitian.

4.

Teman-teman team peneliti Doni, Beni, Arif, dan Erina yang telah membantu
terlaksananya penelitian.

Surakarta, Oktober 2010
Peneliti

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran

Hasil data penelitian...……………………………………………… 34

Lampiran 1. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen......................………… 35
Lampiran 2. Hasil uji asumsi ………………………..…………………………… 38
Lampiran 3. Hasil analisis variansi tiga jalur …………….……………………… 57
Lampiran 4. Instrumen perilaku delinkuensi……….…..……………………….. 69
Lampiran 5. Check-list perilaku delinkuensi…………......................................... 87
Lampiran 6. Kurikulum Vitae …………………….…………………………….. 99
Lampiran 7. Laporan Keuangan Penelitian………………………………………. 119

viii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Distribusi Penyalahguna Napza Berdasar Identifikasi Subjek…………

6

Tabel 2. Sejarah Hidup Mantan Penyalahguna Napza…………………………….. 8
Tabel 3. Orientasi Nilai Hidup Mantan Penyalahguna Napza …………………… 10
Tabel 4. Persentase Penyalahguna Obat pada Tingkat SLTA Tahun 1975-2000 ..` 11
Tabel 5. Latar Belakang Alasan Pengguna Napza………………………………… 13
Tabel 6. Latar Belakang Remaja Penyalahguna Napza……………………...…….. 16
Tabel 7.Instrumen Perilaku Delinquency remaja yang termasuk kejahatan dalam
perspektif KUHP………………………………………………………….. 19
Tabel 8. Hasil Analisis Variansi Tiga Jalur ABC………………………………….. 22
Tabel 9. Pola Perilaku Delinkuensi Remaja Ditinjau dari Variabel Usia (15-19
tahun)……………………………………………………………………… 23
Tabel 10. Pola Perilaku Delinkuensi Remaja Ditinjau dari Variabel Usia (20-29
tahun)……………………………………………………………………… 24
Tabel 11. Pola Perilaku Delinkuensi Remaja Ditinjau dari Variabel Pendidikan
(SMP)……………………………………………………………………. 24
Tabel 12. Pola Perilaku Delinkuensi Remaja Ditinjau dari Variabel Pendidikan
(SMA)…………………………………………………………………… 25
Tabel 13. Pola Perilaku Delinkuensi Remaja Ditinjau dari Variabel Pendidikan
(PT)…………………………………………………………………..

25

Tabel 14. Pola Perilaku Delinkuensi Remaja Ditinjau dari Variabel Jenis Kelamin
(Pria)……………………………………………………………………... 26
Tabel 15. Pola Perilaku Delinkuensi Remaja Ditinjau dari Variabel Jenis Kelamin
(Wanita) ………………………………………………………………….. 26

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Teori Delinquency Sebagai Side Effect Penyalahgunaan Napza…….. 3
Gambar 2. Dinamika Perilaku Delinquency Pada Penyalahgunaan Napza ……... 4
Gambar 3. Persentase Perilaku Deliquensi...……………………………………… 5
Gambar 4. Teori Proses Pemindahan Nilai ………………………………………. 15
Gambar 5. Tahapan penelitian pola perilaku delinkuensi tahun kedua……………20

x

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Depan……………………………………………………………

i

Halaman Pengesahan……………………………………………………… ii
Ringkasan………………………………………………………………….

iii

Summary…………………………………………………………………… v
Prakata……………………………………………………………………… vii
Daftar Lampiran…………………………………………………………….. iv
Daftar Tabel………………………………………………………………… ix
Daftar Gambar……………………………………………………………… x
Daftar Isi…………………………………………………………………… xi
BAB I.

Pendahuluan……………………………………………………… 1

BAB II. Tinjauan Pustaka…………………………………………………. 3
BAB III. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………… 17
BAB IV. Metode Penelitian………………………………………………… 18
BAB V. Hasil dan Pembahasan…………………………………………… 21
BAB VI. Kesimpulan dan Saran…………………………………………… 29
Daftar Pustaka……………………………………………………………… 32
Lampiran…………………………………………………………………… 34

iixi