MANAJEMEN STRES ISTRI YANG DITINGGAL SUAMINYA BEKERJA DI LUAR NEGERI

(1)

MANAJEMEN STRES ISTRI YANG DITINGGAL SUAMINYA BEKERJA DI LUAR NEGERI

SKRIPSI

Oleh : Erni Rahmanida

NIM : 06810135

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(2)

MANAJEMEN STRES ISTRI YANG DITINGGAL SUAMINYA BEKERJA DI LUAR NEGERI

SKRIPSI

Oleh : Erni Rahmanida

NIM : 06810135

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(3)

MANAJEMEN STRES ISTRI YANG DITINGGAL SUAMINYA BEKERJA DI LUAR NEGERI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh : Erni Rahmnida NIM : 06810135

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011


(4)

 

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi : Manajemen Stres pada Istri yang Ditinggal

Suaminya Bekerja Di Luar Negeri

2. Nama Peneliti : Erni Rahmanida

3. No.Induk Mahasiswa : 06810135

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : November 2010

7. Tanggal Ujian : 22 Januari 2011

Malang, 22 Januari 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi  

 

 

 


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh Dewan Penguji Pada tanggal, 22 Januari 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si ( ………)

Anggota Penguji : 1. Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi (………)

2. Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si (.………)

3. Zainul Anwar, S.Psi (.………)

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang


(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Erni Rahmanida

NIM : 06810135

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :

Manajemen Stres Istri yang Ditinggal Suaminya Bekerja Di Luar Negeri

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali

penulisan dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan

merupakan hak bebas royalti non-ekseklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 22 Januari 2011

Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang menyatakan,


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, taufiq serta hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Manajemen Stres Istri yang Ditinggal Suaminya Bekerja di Luar Negeri”.

Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW., yang telah membimbing ummatnya ke jalan yang diridloi Allah SWT. yakni Agama Islam.

Penulis menyadari bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Dra Cahyaning Suryaningrum, M.Si dan Diana Savitri Hidayati, M.Psi selaku

dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

3. M. Salis Yuniardi, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi

pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi UMM serta bagian Tata Usaha yang

selalu sabar dan teliti melayani keperluan akademis penulis.

5. Subyek penelitian yang merelakan rahasia pribadinya untuk penulis demi

pengembangan keilmuan, permintaan maaf dan terima kasih saya haturkan.

6. Mama dan Abah yang selalu memberikan kasih sayang dan tak henti-hentinya

mendoakan agar selalu mencapai keberhasilan dan kesuksesan, sehingga kuliah dan skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.


(8)

7. Saudara kandung dan semua keluarga besar terima kasih atas segala perhatian dan doanya.

8. Deedot’Q yang setia membantu dalam penyusunan skripsi, selalu memberi

dukungan yang amat besar, dan terima kasih atas segala perhatian dan kasih sayang maupun pengertiannya.

9. Teman-teman angkatan 2006, khususnya Fakultas Psikologi kelas C, para

sahabat-sahabatku (Tiyar, Atul, Lutfi), teman-teman yang setia mengantri bimbingan (Siska, Suci, Amel, Ike, dan yang lainnya) para kakak tingkat dan adik tingkat atas informasi dan dukungannya, untuk Uthee dan Emma terimakasih pinjaman bukunya dan dukungannya. Dan teman-teman kos “Pondok Annisa” BCT kav.9, khususnya buat Lia dan Annah, terimakasih banyak atas bantuan dan dukungannya.

10.Semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga.

Dengan bekal dan kemampuan terbatas, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Amiin yaa robbal alamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 22 Januari 2011 Penulis,

Erni Rahmanida

ii 


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Pengertian stres ... 7

2. Sumber stres (stressor) ... 8

3. Gejala-gejala stres ... 10

4. Dampak stres ... 12

B. Manajemen stres 1. Pengertian manajemen stres ... 14

2. Teknik manajemen stres ... 14

3. Manfaat manajemen stres ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 21

B. Batasan istilah ... 22

C. Subyek penelitian ... 22

iii 


(10)

D. Tempat, waktu, pengorganisasian ... 22

E. Metode pengumpulan data ... 23

F. Prosedur penelitian ... 24

G. Analisa Data ... 24

H. Uji keabsahan data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas subyek penelitian ... 26

B. Gambaran kasus penelitian ... 26

C. Analisa data subyek penelitian ... 33

D. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 61

iv 


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas subyek penelitian ... 26 Tabel 4.2 Manajemen stres istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri

pada subyek RD ... 34 Tabel 4.3 Manajemen stres istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri

pada subyek HY ... 40 Tabel 4.4 Manajemen stres istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri

pada subyek YC ... 45 Tabel 4.5 Manajemen stres istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri

pada subyek MK ... 49


(12)

vi 

 

DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran A

Surat Kesedian Menjadi Subyek Penelitian ... 62

B. Lampiran B

Guide Wawancara ... 68 Hasil Interview Verbatim Subyek Penelitian ... 70 Hasil Interview Significant Other ... 100


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A., Kusnadi., & Chandra, S. (2003). Teori & manajemen stres (kontemporer dan Islam). Malang : TARODA.

Aswi. (2008). 50 cara ampuh mengatasi stres. Jakarta : PT. Buku Kita.

Brealey, A. (2002). Menghilangkan stres dalam sepuluh menit. Batam : Karisma

Publishing Group.

Chaplin, J. P. (2009). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Charleswort, E. A., & Nathan, R. G. (1996). Manajemen stres dengan teknik

relaksasi. Jakarta : Abdi Tandur.

Etty, M. (2002). Mengelola emosi, tips praktis meraih kebahagiaan. Jakarta :

PT.Grasindo.

Goliszek, A. (2005). 60 second manajemen stres, cara tercepat untuk rileks dan

menghilangkan rasa cemas. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer.

Imazahra, dkk. (2009). Long distance love. Jakarta : PT. Lingkar Pena Kreativa.

Indosiar. (2008). Kisah selingkuh istri TKI. Diakses 29 Juni 2010 dari

http://www.indosiar.com/ragam/40974/kisah-selingkuh-istri-tki.

Maramis, W. E. (1995). Ilmu kedokteran jiwa. Surabaya : Airlangga University

Press.

Moleong, L. J. 2009. Metode penelitian kualitatif. Edisi Revisi. Bandung; PT.

Remaja Rosda Karya.

Noi, T. S., & Smith, P. J. (1994). Bagaimana mengendalikan stres, ditujukan khusus untuk kehidupan kota di asia. Jakarta : PT. Temprint.

Safaria, T. 2005. Autisme, pemahaman baru untuk hidup bermakna bagi orang tua.

Edisi Pertama: Yogyakarta; Graha Ilmu.

Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.

Sukmono, R. J. (2009). Training Meditasi “NSR” natural stress reduction,meredam stres, menyembuhkan, menyukseskan hidup, dan menggali potensi alam bawah sadar. Jakarta : Murai Kencana.

59 


(14)

60 

 

60 

 

Tabloid Nova. (2009). Suami jauh dinegeri seberang (1). Diakses 29 Juni 2010 dari

http://www.tabloidnova.com/konsultasi/keluarga/suami-jauh-dinegeri-seberang.html.

Townsend, M. C. (1996). Psychiatric mental health nursing : concepts of care.

Philadelphia : F. A. Davis Company.

Wiramihardja, S. A. (2007). Pengantar psikologi abnormal. Bandung : PT. Refika Aditama.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkawinan merupakan salah satu dari hubungan paling penting dalam kehidupan hampir semua orang dewasa di seluruh dunia. Bila keputusan menikah diambil, pastilah semua pasangan mendambakan hidup bersama, dan saling mengisi kebutuhan-kebutuhan psikologis, misalnya ingin mendapatkan perlindungan, kasih sayang, rasa aman, ingin melindungi, ingin dihargai. Dimana kebutuhan tersebut menghendaki adanya pemenuhan. Bila tidak dapat terpenuhi, dan tidak dimengerti oleh individu yang bersangkutan, maka hal tersebut dapat menimbulkan banyak masalah yang akan mengganggu kehidupan psikologis.

Namun dewasa ini, dengan semakin tingginya persaingan dalam meniti karir dan meningkatnya kebutuhan hidup, malah menciptakan banyak pasangan suami istri terpisahkan ribuan kilometer jauhnya, atau yang lebih dikenal dengan sebutan hubungan jarak jauh (long distance relationship). Fenomena itu terjadi dengan beragam alasan. Diantaranya alasan pekerjaaan, studi, tugas negara, dan lain-lain (Imazahra, dkk, 2009).

Bagi pasangan suami istri, hidup terpisah memang banyak menimbulkan masalah. Perpisahan secara fisik dengan pasangan merupakan hal yang berat karena harus berjauhan dan tidak dapat bertemu setiap hari. Ketidakmampuan untuk berada dekat dengan pasangan secara fisik dapat menimbulkan perasaan kesepian karena tidak terpenuhinya kebutuhan pada diri seseorang untuk merasakan kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Seperti yang dialami seorang ibu muda di salah satu desa di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Dua tahun ditinggal suami bekerja di Malaysia, membuatnya hidup dalam kesepian. Walau nafkah lahir selalu dikirim suami, namun kebutuhan biologisnya tidak ia dapatkan, hingga ia tergiring menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Dan ketika perselingkuhan itu terbongkar, akibatnya ia terusir dari lingkungan


(16)

2

keluarga, menanggung rasa malu, dan kini harus pula meringkuk dalam tahanan, dalam kondisi berbadan dua (www.indosiar.com, 12 Mei 2005).

Senada dengan yang dikemukan oleh subyek (empat istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri) dari wawancara pada survey awal, jawaban mereka ada kesamaan, mereka sama-sama mengatakan komunikasi mereka menjadi terbatas karena frekuensi pertemuan yang tidak bisa setiap hari, memunculkan rasa kesepian, sehingga rawan perselingkuhan.

Banyak suka dan duka menjalani hubungan jarak jauh, apalagi jika terpisah antar negara, misalnya di saat merasa menghadapi banyak ujian dari-Nya dan butuh rasa aman dan cinta dari pasangan secara fisik, komunikasi jarak jauh memang tidak senyaman bila berhadapan langsung, misalnya ketika bertengkar namun hanya bisa bicara lewat telepon atau media online yang tidak bisa melihat ekspresi wajah pasangan sehingga tidak bisa membaca apa keinginan pasangan, ditambah dengan biaya yang mahal untuk komunikasi yang bisa berakibat komunikasi tidak terjaga dengan baik bisa menyebabkan bukan hanya jauh secara fisik tapi juga secara emosi terasa jauh. Berbeda halnya dengan istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar kota, tentunya akan lebih mudah dalam mencari penyelasaian ketika ada masalah, karena biaya komuniksasi dan transportasi yang jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya komunikasi dan transportasi antar negera, sehingga masih bisa sering bertemu dengan frekuensi seminggu sekali atau dua kali bahkan lebih.

Pernikahan jarak jauh juga memunculkan problem seperti pada saat hamil dimana seseorang istri pastilah menginginkan ada suami yang menjaga, misalnya saat ngidam ingin sesuatu harus mencari sendiri, periksa kandungan ke dokter sendirian. Begitu juga pada saat melahirkan, dimana suami tidak bisa mendampingi di ruang persalinan untuk memberikan semangat. Belum selesai disana, setelah anak lahir, muncul lagi masalah seperti menentukan tempat tinggal anak, memilih pendidikan untuk anak, masalah perkembangan mental anak, dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, cepat atau lambat akan ada keinginan dan tuntutan yang diajukan oleh salah satu pihak dan tidak bisa diterima oleh pihak lainnya. Sebagai contoh, seorang istri dengan 2 orang anak, dia sudah ditinggal suaminya bekerja di luar negeri. Di tahun pertama semua


(17)

3

masih berjalan lancar, tidak begitu merasa ditinggalkan oleh suami. Setelah 2 tahun, baru mulai merasa kesepian ditambah anak-anak semakin besar dan sering bertanya kapan ayahnya pulang. Secara materi dia dan anak-anaknya berkecukupan, apa yang diinginkan selalu bisa diperoleh. Hubungan komunikasi dia dan suami baik-baik saja dan lancar, setiap hari suaminya selalu menelpon. Tapi, tetap saja rasanya hampa dan kesepian. Siang hari, dia bisa melupakan semua beban tapi pada malam hari dan anak-anak tidur, itulah saat terberat. Belum lagi ditambah gunjingan dan cibiran tetangga yang menanyakan kenapa suami tidak pulang dan mungkin sudah punya istri di sana. Itu membuatnya pusing, tertekan dan anak-anak jadi sasaran kemarahan. Anak-anak juga membutuhkan figur ayah. Sehingga dia sangat mencemaskan mental dan perkembangan anaknya (www.tabloidnova.com, 24 Oktober 2009).

Begitu pula dengan pengalaman subyek (nyonya R), pada saat ia menghadiri pesta perkawinan temannya, disana ia dihujani banyak pertanyaan dari teman-temannya, misalnya, kenapa tidak bersama suami? Kenapa sih tinggal terpisah? Apa tidak kesepian? Tidak takut kalau suamimu selingkuh? Nyonya R merasa kehilangan kepercayaan diri dan perasaannya menjadi sangat kacau, dan menjadi sulit tidur, bahkan sampai memunculkan mimpi buruk. Seperti yang juga dikemukakan oleh beberapa subyek, sering kali mereka merasa sedih, cemas, sering menangis, gelisah, kebingungan, dan lain-lain, ketika mereka merasa sendiri dan kesepian karena terpisah dengan pasangan. Walaupun mereka sadar ini adalah resiko dari keputusan mereka menjalani perkawinan jarak jauh.

Melihat fenomena-fenomena ini, nampak bahwa wanita disini memiliki peran ganda sebagai seorang istri, ibu rumah tangga, pendidik, dan sebagainya. Istri menjadi orangtua tunggal bagi anak-anaknya sendirian, memaksa istri untuk menjadi wanita yang serba bisa, kadang kala harus bersikap lembut sebagai ibu, tapi kadang juga harus keras seperti sosok bapak, pada saat yang diperlukan.. Dalam menjalankan peran tersebut tidaklah mudah, adakalanya dihinggapi berbagai masalah yang menyangkut kejiwaan, yang apabila tidak diatasi akan berakibat menimbulkan gangguan kesehatan jiwa. Gangguan yang sering dihadapi adalah berupa stres. Stres (dalam Wiramihardja, 2007) adalah respon organisme untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung.


(18)

4

Kebanyakan individu mempersepsikan stres sebagai segala sesuatu yang dapat menghambat tujuan yang akan dicapainya. Sumber utama stres kebanyakan berasal dari lingkungan, fisiologik dan pikiran. Seperti yang telah dikemukan oleh beberapa subyek, bahwa sumber stres yang mereka alami yaitu rasa kesepian karena jauh dari suami, harus mengurus dan mendidik anak sendirian, belum lagi banyak anggapan kurang baik dari lingkungan sekitar dan bahkan dari keluarga.

Stres dapat menimbulkan dampak negatif, meliputi gejala-gejala stres antara lain : gejala mental, gejala emosional, gejala fisik dan gejala perilaku (Brealey, 2002). Secara umum, stres bisa menyebabkan kemampuan seseorang menghadapi masalah menurun dan menimbulkan berbagai keluhan psikis (mental emosional) maupun fisik. Stres menyebabkan hambatan dalam kehidupan psikososial (pergaulan, pekerjaan, penggunaan waktu senggang).

Sebenarnya stres tidak selalu buruk jika dikelola dengan baik, stres dapat dimanfaatkan sebagai pendorong untuk melakukan sesuatu. Seperti subyek (nyonya H), istri yang dipaksa suami untuk berhenti bekerja supaya bisa sepenuhnya mengurus anak mereka, karena suami yang bekerja di luar negeri merasa gajinya sudah sangat berlebih untuk memenuhi kebutuhan mereka. Istri menjadi tertekan oleh tuntutan suami, padahal ia merasa sudah cukup telaten mengurus anak, biarpun ia bekerja. Tapi justru dengan adanya masalah semacam ini memunculkan ide kreatif subyek. Seperti yang subyek ceritakan bahwa :

“ Saya sempat merasa kayak orang linglung, karena sudah terbiasa bekerja, tiba-tiba hanya berdiam di rumah. Saya juga merasa malu dengan gelar sarjana ekonomi yang saya peroleh selama 4 tahun meras otak, malah ga berguna sama sekali. Yaa, dari situ akhirnya saya mencoba berwirausaha. Saya tertarik untuk membuat kerajinan dan pernak-pernik dari kerang, botol kaca dan kain perca. Saya pernah kursus sebelumnya, jadi tidaklah sulit untuk saya. Sekalian menyalurkan hobi. Disini saya dibantu 5 pegawai yang sebelumnya sudah diberi pelatihan. Ternyata cukup menyenangkan, memiliki toko kecil di rumah. Saya tetap bisa bekerja, sambil mengurus anak ”.

Seperti yang telah diutarakan subyek (nyonya H) ini, sebagai istri yang menjalani perkawinan jarak jauh, untuk dapat melaksanakan peran gandanya dengan baik, harus bisa terbebas dari tekanan-tekanan (stres) dengan melakukan


(19)

5

kegiatan yang disukai dan menyenangkan. Stres kadang tidak dapat dihindari, tapi stres bisa dimanfaat menjadi pendorong melakukan hal yang positif. Itu artinya, istri harus berusaha melakukan sesuatu dalam menghadapi permasalahannya dengan melakukan manajemen stres. Dimana menurut Lazarus, manajemen stres adalah usaha untuk keluar dari serta mencari solusi dari setiap permasalahan atau situasi yang penuh tekanan (Goliszek, 2005). Manajemen stres tidak saja akan membuat pekerjaan menjadi efektif, tetapi juga membuat keseluruhan hidup menjadi lebih baik.

Di zaman modern sekarang ini banyak hal bisa diantisipasi secara positif dengan memanfaatkan kemajuan di berbagai bidang. Dan banyak ahli yang menawarkan berbagai macam manajemen stress, antara lain dengan relaksasi, olahraga, meditasi, melakukan kegiatan positif lainnya, dan sebagainya (Noi & Smith, 1994). Senada dengan yang disampaikan oleh beberapa subyek, saat mereka mulai merasakan gejala-gejala stress yang sering kali dialaminya seperti susah tidur, mimpi buruk, suka marah, tidak sabaran, mudah tersinggung, sering sakit kepala, mual, gangguan pencernaan, dan lain-lain, mereka mencari kesibukan atau menyalurkan hobi, misalnya dengan ikut kursus masak, kursus merangkai bunga, kursus menjahit, ikut fitness, yoga, dan masih banyak lagi kegiatan positif lainnya.

Dari uraian di atas, nampak bahwa ketika seorang istri yang dihadapkan pada sebuah kenyataan ia tidak selalu bisa didampingi oleh suaminya yang bekerja diluar negeri, maka nampak bahwa kebutuhan psikologis istri tidak dapat terpenuhi dengan baik, seperti kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan, rasa aman dan kasih sayang. Dan juga, mau tidak mau saat istri menghadapi masalah yang membuatnya stres, istri harus bisa mengelola stres itu sendiri. Jika stres tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan gangguan kesehatan jiwa dan putus asa. Untuk itu, pengelolaan terhadap stress merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Namun, terkadang kebanyakan orang ketika berhadapan dengan stress, mendadak menjadi orang yang kebingungan harus melakukan apa dan bagaimana. Ada orang yang mampu mengatasi stres tersebut dengan baik, dan ada pula yang tidak mampu mengatasinya. Kemampuan untuk


(20)

6

mengelola stres (manajemen stres) akan menjadi penentu kekuatan orang untuk mengatasi stres dan menjalani hidup dengan berbagai permasalahannya.

Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui “Manajemen Stres Istri yang Ditinggal Suaminya Bekerja Di Luar Negeri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana manajemen stress istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui manajemen stress istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Dari segi ilmu pengetahuannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu Psikologi, menambah pengetahuan yang terkait dengan manajemen stres pada istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan informasi bagi istri yang suaminya bekerja di luar negeri dalam melakukan manajemen stres.


(1)

A. Latar Belakang

Perkawinan merupakan salah satu dari hubungan paling penting dalam kehidupan hampir semua orang dewasa di seluruh dunia. Bila keputusan menikah diambil, pastilah semua pasangan mendambakan hidup bersama, dan saling mengisi kebutuhan-kebutuhan psikologis, misalnya ingin mendapatkan perlindungan, kasih sayang, rasa aman, ingin melindungi, ingin dihargai. Dimana kebutuhan tersebut menghendaki adanya pemenuhan. Bila tidak dapat terpenuhi, dan tidak dimengerti oleh individu yang bersangkutan, maka hal tersebut dapat menimbulkan banyak masalah yang akan mengganggu kehidupan psikologis.

Namun dewasa ini, dengan semakin tingginya persaingan dalam meniti karir dan meningkatnya kebutuhan hidup, malah menciptakan banyak pasangan suami istri terpisahkan ribuan kilometer jauhnya, atau yang lebih dikenal dengan sebutan hubungan jarak jauh (long distance relationship). Fenomena itu terjadi dengan beragam alasan. Diantaranya alasan pekerjaaan, studi, tugas negara, dan lain-lain (Imazahra, dkk, 2009).

Bagi pasangan suami istri, hidup terpisah memang banyak menimbulkan masalah. Perpisahan secara fisik dengan pasangan merupakan hal yang berat karena harus berjauhan dan tidak dapat bertemu setiap hari. Ketidakmampuan untuk berada dekat dengan pasangan secara fisik dapat menimbulkan perasaan kesepian karena tidak terpenuhinya kebutuhan pada diri seseorang untuk merasakan kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Seperti yang dialami seorang ibu muda di salah satu desa di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Dua tahun ditinggal suami bekerja di Malaysia, membuatnya hidup dalam kesepian. Walau nafkah lahir selalu dikirim suami, namun kebutuhan biologisnya tidak ia dapatkan, hingga ia tergiring menjalin hubungan dengan laki-laki lain. Dan ketika perselingkuhan itu terbongkar, akibatnya ia terusir dari lingkungan


(2)

keluarga, menanggung rasa malu, dan kini harus pula meringkuk dalam tahanan, dalam kondisi berbadan dua (www.indosiar.com, 12 Mei 2005).

Senada dengan yang dikemukan oleh subyek (empat istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri) dari wawancara pada survey awal, jawaban mereka ada kesamaan, mereka sama-sama mengatakan komunikasi mereka menjadi terbatas karena frekuensi pertemuan yang tidak bisa setiap hari, memunculkan rasa kesepian, sehingga rawan perselingkuhan.

Banyak suka dan duka menjalani hubungan jarak jauh, apalagi jika terpisah antar negara, misalnya di saat merasa menghadapi banyak ujian dari-Nya dan butuh rasa aman dan cinta dari pasangan secara fisik, komunikasi jarak jauh memang tidak senyaman bila berhadapan langsung, misalnya ketika bertengkar namun hanya bisa bicara lewat telepon atau media online yang tidak bisa melihat ekspresi wajah pasangan sehingga tidak bisa membaca apa keinginan pasangan, ditambah dengan biaya yang mahal untuk komunikasi yang bisa berakibat komunikasi tidak terjaga dengan baik bisa menyebabkan bukan hanya jauh secara fisik tapi juga secara emosi terasa jauh. Berbeda halnya dengan istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar kota, tentunya akan lebih mudah dalam mencari penyelasaian ketika ada masalah, karena biaya komuniksasi dan transportasi yang jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya komunikasi dan transportasi antar negera, sehingga masih bisa sering bertemu dengan frekuensi seminggu sekali atau dua kali bahkan lebih.

Pernikahan jarak jauh juga memunculkan problem seperti pada saat hamil dimana seseorang istri pastilah menginginkan ada suami yang menjaga, misalnya saat ngidam ingin sesuatu harus mencari sendiri, periksa kandungan ke dokter sendirian. Begitu juga pada saat melahirkan, dimana suami tidak bisa mendampingi di ruang persalinan untuk memberikan semangat. Belum selesai disana, setelah anak lahir, muncul lagi masalah seperti menentukan tempat tinggal anak, memilih pendidikan untuk anak, masalah perkembangan mental anak, dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, cepat atau lambat akan ada keinginan dan tuntutan yang diajukan oleh salah satu pihak dan tidak bisa diterima oleh pihak lainnya. Sebagai contoh, seorang istri dengan 2 orang anak, dia sudah ditinggal suaminya bekerja di luar negeri. Di tahun pertama semua


(3)

masih berjalan lancar, tidak begitu merasa ditinggalkan oleh suami. Setelah 2 tahun, baru mulai merasa kesepian ditambah anak-anak semakin besar dan sering bertanya kapan ayahnya pulang. Secara materi dia dan anak-anaknya berkecukupan, apa yang diinginkan selalu bisa diperoleh. Hubungan komunikasi dia dan suami baik-baik saja dan lancar, setiap hari suaminya selalu menelpon. Tapi, tetap saja rasanya hampa dan kesepian. Siang hari, dia bisa melupakan semua beban tapi pada malam hari dan anak-anak tidur, itulah saat terberat. Belum lagi ditambah gunjingan dan cibiran tetangga yang menanyakan kenapa suami tidak pulang dan mungkin sudah punya istri di sana. Itu membuatnya pusing, tertekan dan anak-anak jadi sasaran kemarahan. Anak-anak juga membutuhkan figur ayah. Sehingga dia sangat mencemaskan mental dan perkembangan anaknya (www.tabloidnova.com, 24 Oktober 2009).

Begitu pula dengan pengalaman subyek (nyonya R), pada saat ia menghadiri pesta perkawinan temannya, disana ia dihujani banyak pertanyaan dari teman-temannya, misalnya, kenapa tidak bersama suami? Kenapa sih tinggal terpisah? Apa tidak kesepian? Tidak takut kalau suamimu selingkuh? Nyonya R merasa kehilangan kepercayaan diri dan perasaannya menjadi sangat kacau, dan menjadi sulit tidur, bahkan sampai memunculkan mimpi buruk. Seperti yang juga dikemukakan oleh beberapa subyek, sering kali mereka merasa sedih, cemas, sering menangis, gelisah, kebingungan, dan lain-lain, ketika mereka merasa sendiri dan kesepian karena terpisah dengan pasangan. Walaupun mereka sadar ini adalah resiko dari keputusan mereka menjalani perkawinan jarak jauh.

Melihat fenomena-fenomena ini, nampak bahwa wanita disini memiliki peran ganda sebagai seorang istri, ibu rumah tangga, pendidik, dan sebagainya. Istri menjadi orangtua tunggal bagi anak-anaknya sendirian, memaksa istri untuk menjadi wanita yang serba bisa, kadang kala harus bersikap lembut sebagai ibu, tapi kadang juga harus keras seperti sosok bapak, pada saat yang diperlukan.. Dalam menjalankan peran tersebut tidaklah mudah, adakalanya dihinggapi berbagai masalah yang menyangkut kejiwaan, yang apabila tidak diatasi akan berakibat menimbulkan gangguan kesehatan jiwa. Gangguan yang sering dihadapi adalah berupa stres. Stres (dalam Wiramihardja, 2007) adalah respon organisme untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung.


(4)

Kebanyakan individu mempersepsikan stres sebagai segala sesuatu yang dapat menghambat tujuan yang akan dicapainya. Sumber utama stres kebanyakan berasal dari lingkungan, fisiologik dan pikiran. Seperti yang telah dikemukan oleh beberapa subyek, bahwa sumber stres yang mereka alami yaitu rasa kesepian karena jauh dari suami, harus mengurus dan mendidik anak sendirian, belum lagi banyak anggapan kurang baik dari lingkungan sekitar dan bahkan dari keluarga.

Stres dapat menimbulkan dampak negatif, meliputi gejala-gejala stres antara lain : gejala mental, gejala emosional, gejala fisik dan gejala perilaku (Brealey, 2002). Secara umum, stres bisa menyebabkan kemampuan seseorang menghadapi masalah menurun dan menimbulkan berbagai keluhan psikis (mental emosional) maupun fisik. Stres menyebabkan hambatan dalam kehidupan psikososial (pergaulan, pekerjaan, penggunaan waktu senggang).

Sebenarnya stres tidak selalu buruk jika dikelola dengan baik, stres dapat dimanfaatkan sebagai pendorong untuk melakukan sesuatu. Seperti subyek (nyonya H), istri yang dipaksa suami untuk berhenti bekerja supaya bisa sepenuhnya mengurus anak mereka, karena suami yang bekerja di luar negeri merasa gajinya sudah sangat berlebih untuk memenuhi kebutuhan mereka. Istri menjadi tertekan oleh tuntutan suami, padahal ia merasa sudah cukup telaten mengurus anak, biarpun ia bekerja. Tapi justru dengan adanya masalah semacam ini memunculkan ide kreatif subyek. Seperti yang subyek ceritakan bahwa :

“ Saya sempat merasa kayak orang linglung, karena sudah terbiasa bekerja, tiba-tiba hanya berdiam di rumah. Saya juga merasa malu dengan gelar sarjana ekonomi yang saya peroleh selama 4 tahun meras otak, malah ga berguna sama sekali. Yaa, dari situ akhirnya saya mencoba berwirausaha. Saya tertarik untuk membuat kerajinan dan pernak-pernik dari kerang, botol kaca dan kain perca. Saya pernah kursus sebelumnya, jadi tidaklah sulit untuk saya. Sekalian menyalurkan hobi. Disini saya dibantu 5 pegawai yang sebelumnya sudah diberi pelatihan. Ternyata cukup menyenangkan, memiliki toko kecil di rumah. Saya tetap bisa bekerja, sambil mengurus anak ”.

Seperti yang telah diutarakan subyek (nyonya H) ini, sebagai istri yang menjalani perkawinan jarak jauh, untuk dapat melaksanakan peran gandanya dengan baik, harus bisa terbebas dari tekanan-tekanan (stres) dengan melakukan


(5)

kegiatan yang disukai dan menyenangkan. Stres kadang tidak dapat dihindari, tapi stres bisa dimanfaat menjadi pendorong melakukan hal yang positif. Itu artinya, istri harus berusaha melakukan sesuatu dalam menghadapi permasalahannya dengan melakukan manajemen stres. Dimana menurut Lazarus, manajemen stres adalah usaha untuk keluar dari serta mencari solusi dari setiap permasalahan atau situasi yang penuh tekanan (Goliszek, 2005). Manajemen stres tidak saja akan membuat pekerjaan menjadi efektif, tetapi juga membuat keseluruhan hidup menjadi lebih baik.

Di zaman modern sekarang ini banyak hal bisa diantisipasi secara positif dengan memanfaatkan kemajuan di berbagai bidang. Dan banyak ahli yang menawarkan berbagai macam manajemen stress, antara lain dengan relaksasi, olahraga, meditasi, melakukan kegiatan positif lainnya, dan sebagainya (Noi & Smith, 1994). Senada dengan yang disampaikan oleh beberapa subyek, saat mereka mulai merasakan gejala-gejala stress yang sering kali dialaminya seperti susah tidur, mimpi buruk, suka marah, tidak sabaran, mudah tersinggung, sering sakit kepala, mual, gangguan pencernaan, dan lain-lain, mereka mencari kesibukan atau menyalurkan hobi, misalnya dengan ikut kursus masak, kursus merangkai bunga, kursus menjahit, ikut fitness, yoga, dan masih banyak lagi kegiatan positif lainnya.

Dari uraian di atas, nampak bahwa ketika seorang istri yang dihadapkan pada sebuah kenyataan ia tidak selalu bisa didampingi oleh suaminya yang bekerja diluar negeri, maka nampak bahwa kebutuhan psikologis istri tidak dapat terpenuhi dengan baik, seperti kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan, rasa aman dan kasih sayang. Dan juga, mau tidak mau saat istri menghadapi masalah yang membuatnya stres, istri harus bisa mengelola stres itu sendiri. Jika stres tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan gangguan kesehatan jiwa dan putus asa. Untuk itu, pengelolaan terhadap stress merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Namun, terkadang kebanyakan orang ketika berhadapan dengan stress, mendadak menjadi orang yang kebingungan harus melakukan apa dan bagaimana. Ada orang yang mampu mengatasi stres tersebut dengan baik, dan ada pula yang tidak mampu mengatasinya. Kemampuan untuk


(6)

mengelola stres (manajemen stres) akan menjadi penentu kekuatan orang untuk mengatasi stres dan menjalani hidup dengan berbagai permasalahannya.

Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui “Manajemen Stres Istri yang Ditinggal Suaminya Bekerja Di Luar Negeri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana manajemen stress istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui manajemen stress istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Dari segi ilmu pengetahuannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu Psikologi, menambah pengetahuan yang terkait dengan manajemen stres pada istri yang ditinggal suaminya bekerja di luar negeri.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan informasi bagi istri yang suaminya bekerja di luar negeri dalam melakukan manajemen stres.


Dokumen yang terkait

KEBUTUHAN RASA AMAN PADA ANAK YANG DITINGGAL ORANG TUA BEKERJA DI LUAR NEGERI (TKI) (Studi Kasus di PSPA ”Bima Sakti” Batu)

0 21 2

RESILIENSI PADA ISTRI YANG SUAMINYA BERPOLIGAMI

5 47 2

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SINGLE PARENT MOTHER YANG DITINGGAL SUAMINYA MENINGGAL DUNIA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SINGLE PARENT MOTHER YANG DITINGGAL SUAMINYA MENINGGAL DUNIA.

0 3 10

YANG DITINGGAL SUAMINYA MENINGGAL DUNIA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SINGLE PARENT MOTHER YANG DITINGGAL SUAMINYA MENINGGAL DUNIA.

0 2 18

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA ISTRI YANG SUAMINYA BEKERJA DI DALAM KOTA DAN DI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Istri Yang Suaminya Bekerja Di Dalam Kota Dan Di Luar Kota Di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 1 13

PENDAHULUAN Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Istri Yang Suaminya Bekerja Di Dalam Kota Dan Di Luar Kota Di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Istri Yang Suaminya Bekerja Di Dalam Kota Dan Di Luar Kota Di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 0 4

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA ISTRI YANG SUAMINYA BEKERJA DI DALAM KOTA DAN DI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Istri Yang Suaminya Bekerja Di Dalam Kota Dan Di Luar Kota Di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Komitmen Pernikahan dengan Kepuasan Pernikahan pada Istri yang Ditinggal Suami Bekerja di Luar Kota

0 0 2

ISTRI YANG BEKERJA DI LUAR RUMAH MENURUT

0 3 79