Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2004 46-3
pengendapan emas primer yang terjadi di daerah penyelidikan berupa tipe urat. Endapan
aluvial khususnya hasil erosi dari Gunung Api Sekadau berpotensi untuk endapan emas
primer. Endapan aluvial ini berupa endapan koluvial dan aluvial sungai tua berupa
kerakal,kerikil, pasir dan lempung. Endapan koluvial umumnya menempati bagian tinggian
tersebar dengan ketebalan yang relatif tipis 0,5-1m sedangkan endapan aluvial sungai
tua terendapkan sepanjang aliran sungai dan umumnya mepunyai ketebalan yang relatif
lebih tebal 1-3m. Endapan aluvial tua ini ditutupi oleh endapan aluvial sungai muda
yang didominasi oleh pasir dan lempung.
4.2. Kondisi Pertambangan
Para penambang PETI emas aluvial hanya menggali endapan aluvial tua yang
diyakini berpotensi mengandung emas. Karena kemudahan dan keterbatasan alat para
penambang hanya menggali di bagian hulu sungai yang kondisi lapisan aluvial tuanya
tidak tertutuphanya sedikit tertutup oleh lapisan aluvial sungai muda.Hal ini bisa
dilihat dari letak kawasan PETI emas yang ada yang letaknya relatif di hulu S. Seminis dan
hulu S. Tebas.
Berdasarkan geografinya lokasi keterdapatan PETI emas di Kecamatan
Sambas dan Kecamatan Tebas dapat dibagi 2 yaitu di :
1. S. Seminis, Dusun Praja Sekadau, Desa
Sebawi, Kecamatan Sambas. 2. Dusun Kelingkau, Desa Sebatang,
Kecamatan Tebas. Peta lokasi PETI emas dan sebaran
aluvial tua di kedua kecamatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
4.2.1. Lokasi PETI Emas di S. Seminis, Desa Sebawi, Kec. Sambas
Lokasi PETI emas terletak sepanjang S. Seminis mulai dari Dusun Praju Sekadau ke
arah hulu. Lokasi PETI emas tersebut menyebar di antara ke dua anak S. Seminis.
Pada saat dilakukan peninjauan terdapat 16 lokasi PETI emas dengan menggunakan 32
unit mesin dongfeng. Aktivitas PETI emas di lokasi ini sudah dilakukan sejak 6 bulan lalu,
seiring dengan diusirnya PETI emas di kawasan Kelingkau. Luas areal penambangan
di wilayah ini sekitar 338,25 Ha.
4.2.2.Lokasi PETI Emas Kelingkau, Desa Sebatang, Kecamatan Tebas
Lokasi kegiatan PETI emas terletak di hulu S. Tebas. Kegiatan penambangan di
lokasi ini dilakukan sejak tahun 2001 akhir, puncaknya sekitar tahun 2002. Dilihat dari
pola penyebaran aluvial tua, kawasan penambangan di daerah ini masih bisa
diperluas, tapi di bagian hilir berbatasan dengan perkebunan jeruk yang dikelola oleh
suatu perusahaan swasta. Luas areal pertambangan di daerah ini sekitar 44,03 Ha.
Sejak pertengahan tahun 2003 penambangan di daerah ini ditutup oleh masyarakat
Kecamatan Tebas, karena limbah berupa lumpur mencemari S. Tebas di bagian hilir.
Jumlah dongfeng pada masa puncak sekitar 10 unit. Pada saat dilakakukan peninjauan hanya
tinggal 2 unit yang masih menambang
4.3. Sistem Penambangan
Sistem penambangan PETI emas aluvial di daerah pendataan hampir sama dengan
PETI emas aluvial di daerah lain di Kalimantan Barat, yaitu dengan cara tambang
semprot; dimana material aluvial disemprot dengan air bertekanan tinggi untuk
melepaskan butiran emas yang terdapat diantara fragmen aluvial; selanjutnya aliran
lumpur hasil penyemprotan, disedot dengan mesin penyedot lumpur dan selanjutnya
dialirkan ke alat sluice box.
Peralatan yang digunakan : 1 unit mesin penyemprot air dan 1 unit mesin penyedot air
yang pada umumnya menggunakan mesin penggerak dongfeng berbahan bakar solar dan
sejumlah slang pengantar berupa pipa pralon, slang fleksibel dan slang biasa.
4.4. Sistem Pengolahan
Peralatan yang digunakan : 1 unit sluice box sederhana berukuran panjang 6 m dan
lebar 0,5 m dengan kemiringan 40°, berlantai karpet, 1 buah drum pencuci, dulang, air raksa
dan penyemprot apipenggarangan.
Di dalam sluice box lumpur hasil penyedotan konsentrat yang mengandung
emas yang terdapat dalam aliran lumpur dapat ditangkap terendapkan karena berat jenisnya
tinggi dengan bantuan dasar sluice box dilapisi karpet. Tahap selanjutnya setelah
dilakukan penyemprotan, karpet lantai sluce box dicuci dalam tempat tertutup drum,
supaya butiran emas yang tertangkap dalam karpet terlepas dan terkumpul menjadi
konsentrat. Konsentat yang berisi campuran mineral berat, selanjutnya didulang untuk
dipisahkan butir emasnya. Pada saat sekarang proses pendulangan pemisahan tidak
dilakukan secara tuntas untuk menghindari butir emas berukuran halus turut terbuang
dalam proses pendulangan. Konsentrat yang
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2004 46-4
kaya butir emas tersebut dicampur dengan air raksa sehingga terjadi proses amalgamasi,
untuk menangkap seluruh butir emas yang ada dalam kosentat tersebut. Proses selanjutnya air
raksa yang mengandung emas disaring dengan menggunakan kain payung untuk memisahkan
air raksa yang mengandung emas. Hasil penyaringan berupa butir air raksa yang
mengandung emas yang disebut bulion, selanjutnya dilakukan proses pembakaran
untuk memisahkan emas dari air raksa. Proses pembakaran dan pemurnian ini biasanya tidak
dilakukan di tempat penambangan tapi dilakukan di tempat terpisah.
Dari hasil wawancara dengan beberapa penambang di lokasi, rata-rata perolehan emas
dari 1 group penambang 8 orang berkisar antara 6-8 gram dan diketahui kadar emas dari
daerah ini diatas 90 Au.
5. PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendataan Bahan Galian
Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, sumberdaya bahan galian emas
aluvial di daerah Kecamatan Sambas dan Kecamatan Tebas cukup besar, potensi
endapan aluvial terletak sepanjang S. Seminis dan S. Tebas.
Karena faktor kemudahan dan keterbatasan teknologi penambangan yang
dimiliki oleh para PETI emas aluvial, maka baru menambang endapan aluvial tua yang
terletak di ke 2 hulu sungai tersebut; karena di bagian hilir aluvial tertutup tebal oleh endapan
aluvial sungai muda dan letaknya dalam.
Hasil pengukuran sebaran aluvial yang dilakukan dilakukan di Hulu S. Seminis seluas
338,25 Ha dan di kawasan penambangan Kelingkau seluas 44,03 Ha. Ketebalan
aluvial di kedua tempat tersebut bervariasi antara 0,5 m sampai 3 m tergantung posisi
ketinggian aluvial tersebut diendapkan. Dari data tersebut di atas apabila diambil rata-rata
ketebalan aluvial di kedua daerah tersebut 1,5 m ; diperkirakan jumlah potensi awal endapan
aluvial di S. Seminis sebesar : 507.375 m
3
dan di Kawasan Kelingkau sebesar : 66.045 m
3
. Dilihat dari aktivitas dan areal tambang
yang telah dibuka, di Hulu S. Seminis baru sekitar 25 aluvial yang ditambang
sedangkan di Kelingkau sebesar 50. Dari data tersebut dapat dihitung jumlah sisa
endapan aluvial yang belum di tambang yaitu di S. Seminis sebesar 380.531,25 m
3
dan di Kawasan Kelingkau sebesar 33.022,5 m
3
. Untuk mengetahui jumlah sumber
dayacadangan emas dan recovery pengolahan maupun pengolahan di ke 2 lokasi PETI emas
aluvial tersebut telah dilakukan penyontohan aluvial dan tailing. Conto aluvial berupa conto
chaneling sepanjang tebal lapisan aluvial dan selanjutnya didulang untuk memisahkan
mineral beratnya. Conto tailing diambil dari sisa pengolahanbuangan slice box, conto ini
juga didulang untuk dipisahkan mineral beratnya dan selanjutnya diperiksa mineralogi
butirnya di Laboratorium Fisika Mineral Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral. Volume conto yang diambil baik itu
conto aluvial maupun conto tailing sebanyak 10 lt. Jumlah conto yang dikoleksi sebanyak
22 conto yaitu 11 conto aluvial dan 11 conto tailing. Daftar conto dapat dilihat pada dan
Tabel 1.
Hasil pengamatan megaskopis di lapangan pada kosentrat dulang conto aluvial,
terdapat banyak butir emas 5-20 butir berukuran sangat halus – sedang VFC – MC,
begitu pula dari conto tailing ditemukan beberapa butir 1-5 butir emas berukuran
sangat halus-halus VFC-FC. Hasil analisis mineralogi butir secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran.
Dilihat dari bentuk butir emas yang terdapat yang pada umumnya menyudut dan
menyudut tanggung serta menjarum dan beberapa butir emas berukuran relatif besar,
hal ini memperkuat dugaan bahwa butir emas tersebut tidak mengalami transportasi yang
jauh selama proses pengendapannya dan diendapkan berupa endapan koluvial dan
aluvial di hulu-hulu sungai.
Potensi bahan galian lain selain emas aluvial adalah pasir kuarsa yang
keterdapatannya bersama-sama dalam endapan aluvial, jumlah cadangannya cukup
besar hampir sama dengan jumlah endapan aluvial yang ada di kedua kawasan
penambangan PETI emas aluvial tersebut. Disamping pasir kuarsa di sekitar daerah
penambangan terdapat juga diorit, dasit, andesit yang berasal dari Batuan Terobosan
Sintang Toms dan tanah urug yang berasal dari lapukan batuan Batuan Gunungapi
Sekadau Trusk. 5.2. Evaluasi Pemanfaatan Bahan Galian
Dari hasil pemantauan yang dilakukan terdapat beberapa aspek tidak sesuai dengan
kaidah konservasi bahan galian, untuk itu perlu dilakukan beberapa langkahtindakan
konservasi sehingga pemanfaatan bahan galian emas aluvial yang ada dapat seoptimal