30
proses serta pelaksanaannya diawasi oleh pengguna barangjasa.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka pekerjaan pemborongan proyek-proyek pemerintah termasuk dalam
ruang lingkup pengadaan barangjasa pemerintah sebagaimana diatur dalam KEPPRES Nomor 80 Tahun
2003.
2.2.2. Pihak-pihak Dalam Perjanjian Pemborongan
Dalam proses pemborongan bangunan dikenal pihak- pihak yang terdiri atas unsur-unsur :
a. Pemberi tugas Bouwheer; Aanbestender; Prinsipal.
b. Pemborong Kontraktor; Rekanan; Aanemer.
c. Perencanaan Arsitek.
d. Pengawas Direksi.
Pemberi tugas Bouwheer dapat berupa perorangan atau badan hukum, instansi pemerintah atau swasta. Si
pemberi tugaslah yang mempunyai prakarsa memborongkan bangunan sesuai dengan isi kontrak, serta apa yang
tercantum dalam bestek dan syarat-syarat. Dalam pelaksanaan pemborongan tersebut pemberi tugas dapat
diwakili oleh direksi yang bertugas mengawasi pelaksanaan
31
pekerjaan dalam hal ini dapat ditunjuk seorang arsitek atau utusan yang berwenang untuk melaksanakan.
Adapun hubungan antara pemberi tugas dengan perencana jika pemberi tugas adalah pemerintah dan
perencana juga dari pemerintah maka terdapat hubungan kedinasan. Jika pemberi tugas dari pemerintah dan atau
swasta, perencana adalah pihak swasta yang bertindak sebagai penasihat pemberi tugas maka hubungannya
dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal. Sedangkan apabila pemberi tugas dari pemerintah atau
swasta dengan perencana dari pihak swasta yang bertindak sebagai wakil pemberi tugas sebagai direksi maka
hubungannya dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 KUH Perdata.
Pemborong atau pelaksana adalah pihak yang melakukan pemborongan bangunan sesuai dengan bestek
dan syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam kontrak. Pemborong bisa perorangan, badan hukum, swasta maupun
pemerintah. Dalam melaksanakan pekerjaan pemborongan, pihak pemborong dapat menguasakan pekerjaan tersebut
kepada pelaksana yang lain. Tugas perencana dalam pemborongan bangunan dilakukan oleh orang yang ahli,
yaitu arsitek. Meskipun perencana namun mempunyai
32
peranan yang penting sebagai perencana dalam pemborongan desain bangunan sesuai dengan peranan
pemberi tugas. Hubungan pemberi tugas dengan perencana sebagai penasihat dituangkan dalam perjanjian melakukan
jasa-jasa yang biasanya dalam praktek disebut perjanjian pekerjaan perencana. Untuk pemborongan yang dilakukan
melalui pelelangan, arsitek selaku wakil dari pemberi tugas mewakili pemberi tugas melakukan pengumuman,
menyampaikan undangan, memberikan penjelasan- penjelasan tentang pekerjaan dan syarat-syarat bangunan
serta mempersiapkan kontrak bangunannya. Fungsi mewakili yang terbanyak dari direksi adalah
pada fase pelaksana pekerjaan dimana direksi bertindak sebagai pengawas terhadap pekerjaan pemborong. Jadi
kewenangan mewakili dari direksi ini ada selama tidak ditentukan sebaliknya oleh pemberi tugas secara tertulis
dalam perjanjian yang bersangkutan bahwa dalam hal-hal tertentu hanya pemberi tugas yang berwenang untuk
menangani.
16
Dalam Ketentuan Umum, Bagian Pertama, Pasal 1 angka 2 dan 3 KEPPRES Nomor 80 Tahun 2003 dapat
diketahui bahwa pihak-pihak dalam perjanjian pemborongan
16
F.X., Djumialdi, Perjanjian Pemborongan, Bina Aksara, Jakarta, 1991. Hal 53.
33
proyek-proyek pemerintah yang memakai dana APBN maupun APBD adalah :
1. Pengguna barangjasa
Pengguna barangjasa adalah kepala kantorsatuan kerjapemimpin proyekpemimpin
bagian proyekpengguna anggaran daerahpejabat yang disamakan sebagai
pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barangjasa
dalam lingkungan unit kerjaproyek tertentu; 2. Penyedia
barangjasa Penyedia barangjasa adalah badan usaha
atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan baranglayanan jasa.
2. 2. 3. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanian Pemborongan
Hukum perjanjian yang sifatnya timbal balik dimana hak pada satu pihak merupakan kewajiban
pihak lain dan sebaliknya. Hak dan kewajiban para pihak adalah ketentuan mengenai hak-hak yang
dimiliki serta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pengguna barangjasa dan
34
penyedia barangjasa dalam melaksanakan kontrak. Ada pun hak-hak dan kewajiban dari para pihak
dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan menurut Pasal 32 ayat 1 – ayat 5 KEPPRES Nomor 80
Tahun 2003 adalah : 1
Setelah penandatangan kontrak pengguna barangjasa segera melakukan pemeriksaan
lapangan bersama-sama dengan penyedia barangjasa dan membuat berita acara
keadaan lapanganserah terima lapangan;
2. Penyedia barangjasa dapat menerima uang
muka dari pengguna barangjasa; 3.
Penyedia barangjasa dilarang mengalihkan seluruh pekerjaan utama dengan
mensubkontrakan kepada pihak lain; 4.
Penyedia barangJasa dilarang mengalihkan tanggungjawab sebagian pekerjaan utama
dengan mengsubkontrakan kepada pihak lain dengan cara dan alas an apapun kecuali
disubkontrakan kepad penyedia barangjasa spesialis;
5. Terhadap pelanggaran atas larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3,
dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam kontrak.
Dalam Lampiran I KEPPRES Nomor 80 Tahun 2003 disebutkan bahwa hak dan kewajiban pihak pengguna barangjasa dan
pihak penyedia barangjasa dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hak dan Kewajiban pihak pengguna barangjasa
35
1. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia barangjasa;
2. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak
penyedia barangjasa; 3. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga kontrak yang
telah ditetapkan kepada pihak penyedia barangjasa; 4. Memberikan fasilitas berupa sarana dan pra sarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia barangjasa untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan
kontrak. b. Hak dan Kewajiban pihak penyedia barangjasa
1. Menerima pembayaran untuk pelaksaan pekerjaan sesuai denga harga yang telah ditentukan dalam kontrak;
2. Berhak meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan pra sarana dari pihak pengguna barangjasa untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak;
3. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodic kepada pihak penguna barangjasa;
4. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai denga jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah
ditentukan dalam kontrak;
36
5. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan oleh
pihak pengguna barangjasa; 6. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal
penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;
7. Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi lingkungan di dalam maupun
di luar tempat kerja dan membatasi perusakan dan pengaruhgangguan kepada masyarakat maupun
miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain sebagai akibat kegiatan kontraktor.
2.2.4. Jangka Waktu Perjanjian Pemborongan