Kemampuan Tiga Isolat Pseudomonas fluorescens sebagai Agen Antagonis untuk Mengendalikan Pseudomonas solanacearum E. F. Smith Penyebab Penyakit Layu Tanaman Tomat
KEMAMPUAN TIGA ISOLAT Pseudomonas fluorescens
SEBAGAI AGENS ANTAGONIS UNTUK MENGENDALIKAN
Pseudomonas solanacearum E .F . Smith PENYEBAB
PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT
Oleh
ERNA LISBETH SIAHAAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
RINGKASAN
ERNA LISBETH SIAHAAN.
Kemampuan Tiga Isolat Pseudomonas
fluorescens sebagai Agens ktagonis untuk Mengendalikan
Pseudomonas solanacearum E.F. Smith Penyebab Penyakit Layu Tanaman Tomat.
GIYANTO)
(Di bawah bimbingan BUD1 TJAHJONO dan
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
tiga isolat P. fluorescens sebagai agens antagonis terhadap P. solanacearum penyebab penyakit layu tanaman tomat.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Patogen
Tumbuhan dan rumah kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor.
Metode penelitian dibagi atas empat tahap, yaitu
isolasi patogen, uji antagonisme in vitro, in vivo dan
reisolasi.
Patogen yang diisolasi kemudian diidentifika-
si meliputi uji gram, oksidatif-fermentatif, akumulasi
poli-beta hidroksibutirat, arginin dihidrolase, hidrolisis pati, virulensi dan reaksi hipersensitif pada tanaman
tembakau.
Hasil identifikasi menyimpulkan bahwa patogen
tersebut adalah P. solanacearum E.F. Smith.
Hasil penqujian antagonisme secara in vitro menunjukkan bahwa isolat P. fluorescens B29 dan I3 memiliki
kemampuan menghambat yang lebih baik dibandingkan dengan
isolat W1.
Kemampuan menghambat diperlihatkan dengan
adanya zone bening di sekeliling koloni ketiga isolat P.
fluorescens.
Hasil pengamatan pada uji antagonisme secara in vivo
menunjukkan tidak terjadi kelayuan pada semua tanaman
uji,
terutama
tanaman-tanaman yang
dengan patogen.
hanya
diinokulasi
Keadaan tanaman-tanaman yang diinokulasi
hanya dengan patogen menunjukkan gejala daun keriting dan
terbentuk banyak
akar
adventif
pada
pangkal
batang.
Sedangkan tanaman-tanaman yang diinokulasi dengan kombinasi perlakuan isolat P. fluorescens dan P. solanacearum
tidak mengalami kelayuan, keriting pada daun dan tidak
terbentuk akar adventif pada pangkal batang.
Pengujian statistik menunjukkan bahwa inokulasi P.
fluorescens dengan cara siram lebih baik dalam peningkatan produksi dibandingkan cara celup.
Pengaruh isolat P.
fluorescens B29 dan W1 terhadap produksi tidak berbeda
nyata, tetapi keduanya berbeda nyata terhadap isolat 13.
Produksi yang dihasilkan oleh tanaman yang diinokulasi
dan tidak diinokulasi P. solanacearum tidak berbeda nyata.
P. solanacearum yang avirulen kemungkinan menjadi
faktor penyebab.
Secara keseluruhan, pengujian setiap
kombinasi perlakuan menunjukkan bahwa inokulasi isoiat P.
fluorescens Wl
dengan
cara
siram
dan
inokulasi
P.
solanacearum pada
tanaman tomat menghasilkan produksi
tertinggi dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain.
Meskipun
P.
solanacearum
yang
diinokulasikan
diduga
avirulen, hasil ini kemungkinan akan memberi harapan dalam peningkatan produksi tanaman tomat di lapangan.
pendahuluan
di
lapangan dibutuhkan
untuk
Uji
membuktikan
kemampuan kombinasi perlakuan ini.
Hasil reisolasi menunjukkan bahwa P. solanacearum
dan ketiga isolat P. fluorescens masih mampu bertahan dalam tanah dekat daerah perakaran.
fluorescens dapat menunjukkan
Kemampuan bertahan P.
bahwa
perannya
sebagai
agens antagonis masih berguna bagi tanaman selanjutnya
dalam mengendalikan P. solanacearum.
KEMAMPUAN TIGA ISOLAT Pseudomonas fluorescens
SEBAGAI AGENS ANTAGONIS UNTUK MENGENDALIKAN
Pseudomonas solanacearum E .F . Smith PENYEBAB
PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT
Oleh
ERNA LISBETH SIAHAAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
RINGKASAN
ERNA LISBETH SIAHAAN.
Kemampuan Tiga Isolat Pseudomonas
fluorescens sebagai Agens ktagonis untuk Mengendalikan
Pseudomonas solanacearum E.F. Smith Penyebab Penyakit Layu Tanaman Tomat.
GIYANTO)
(Di bawah bimbingan BUD1 TJAHJONO dan
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
tiga isolat P. fluorescens sebagai agens antagonis terhadap P. solanacearum penyebab penyakit layu tanaman tomat.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Patogen
Tumbuhan dan rumah kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor.
Metode penelitian dibagi atas empat tahap, yaitu
isolasi patogen, uji antagonisme in vitro, in vivo dan
reisolasi.
Patogen yang diisolasi kemudian diidentifika-
si meliputi uji gram, oksidatif-fermentatif, akumulasi
poli-beta hidroksibutirat, arginin dihidrolase, hidrolisis pati, virulensi dan reaksi hipersensitif pada tanaman
tembakau.
Hasil identifikasi menyimpulkan bahwa patogen
tersebut adalah P. solanacearum E.F. Smith.
Hasil penqujian antagonisme secara in vitro menunjukkan bahwa isolat P. fluorescens B29 dan I3 memiliki
kemampuan menghambat yang lebih baik dibandingkan dengan
isolat W1.
Kemampuan menghambat diperlihatkan dengan
adanya zone bening di sekeliling koloni ketiga isolat P.
fluorescens.
Hasil pengamatan pada uji antagonisme secara in vivo
menunjukkan tidak terjadi kelayuan pada semua tanaman
uji,
terutama
tanaman-tanaman yang
dengan patogen.
hanya
diinokulasi
Keadaan tanaman-tanaman yang diinokulasi
hanya dengan patogen menunjukkan gejala daun keriting dan
terbentuk banyak
akar
adventif
pada
pangkal
batang.
Sedangkan tanaman-tanaman yang diinokulasi dengan kombinasi perlakuan isolat P. fluorescens dan P. solanacearum
tidak mengalami kelayuan, keriting pada daun dan tidak
terbentuk akar adventif pada pangkal batang.
Pengujian statistik menunjukkan bahwa inokulasi P.
fluorescens dengan cara siram lebih baik dalam peningkatan produksi dibandingkan cara celup.
Pengaruh isolat P.
fluorescens B29 dan W1 terhadap produksi tidak berbeda
nyata, tetapi keduanya berbeda nyata terhadap isolat 13.
Produksi yang dihasilkan oleh tanaman yang diinokulasi
dan tidak diinokulasi P. solanacearum tidak berbeda nyata.
P. solanacearum yang avirulen kemungkinan menjadi
faktor penyebab.
Secara keseluruhan, pengujian setiap
kombinasi perlakuan menunjukkan bahwa inokulasi isoiat P.
fluorescens Wl
dengan
cara
siram
dan
inokulasi
P.
solanacearum pada
tanaman tomat menghasilkan produksi
tertinggi dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain.
Meskipun
P.
solanacearum
yang
diinokulasikan
diduga
avirulen, hasil ini kemungkinan akan memberi harapan dalam peningkatan produksi tanaman tomat di lapangan.
pendahuluan
di
lapangan dibutuhkan
untuk
Uji
membuktikan
kemampuan kombinasi perlakuan ini.
Hasil reisolasi menunjukkan bahwa P. solanacearum
dan ketiga isolat P. fluorescens masih mampu bertahan dalam tanah dekat daerah perakaran.
fluorescens dapat menunjukkan
Kemampuan bertahan P.
bahwa
perannya
sebagai
agens antagonis masih berguna bagi tanaman selanjutnya
dalam mengendalikan P. solanacearum.
SEBAGAI AGENS ANTAGONIS UNTUK MENGENDALIKAN
Pseudomonas solanacearum E .F . Smith PENYEBAB
PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT
Oleh
ERNA LISBETH SIAHAAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
RINGKASAN
ERNA LISBETH SIAHAAN.
Kemampuan Tiga Isolat Pseudomonas
fluorescens sebagai Agens ktagonis untuk Mengendalikan
Pseudomonas solanacearum E.F. Smith Penyebab Penyakit Layu Tanaman Tomat.
GIYANTO)
(Di bawah bimbingan BUD1 TJAHJONO dan
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
tiga isolat P. fluorescens sebagai agens antagonis terhadap P. solanacearum penyebab penyakit layu tanaman tomat.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Patogen
Tumbuhan dan rumah kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor.
Metode penelitian dibagi atas empat tahap, yaitu
isolasi patogen, uji antagonisme in vitro, in vivo dan
reisolasi.
Patogen yang diisolasi kemudian diidentifika-
si meliputi uji gram, oksidatif-fermentatif, akumulasi
poli-beta hidroksibutirat, arginin dihidrolase, hidrolisis pati, virulensi dan reaksi hipersensitif pada tanaman
tembakau.
Hasil identifikasi menyimpulkan bahwa patogen
tersebut adalah P. solanacearum E.F. Smith.
Hasil penqujian antagonisme secara in vitro menunjukkan bahwa isolat P. fluorescens B29 dan I3 memiliki
kemampuan menghambat yang lebih baik dibandingkan dengan
isolat W1.
Kemampuan menghambat diperlihatkan dengan
adanya zone bening di sekeliling koloni ketiga isolat P.
fluorescens.
Hasil pengamatan pada uji antagonisme secara in vivo
menunjukkan tidak terjadi kelayuan pada semua tanaman
uji,
terutama
tanaman-tanaman yang
dengan patogen.
hanya
diinokulasi
Keadaan tanaman-tanaman yang diinokulasi
hanya dengan patogen menunjukkan gejala daun keriting dan
terbentuk banyak
akar
adventif
pada
pangkal
batang.
Sedangkan tanaman-tanaman yang diinokulasi dengan kombinasi perlakuan isolat P. fluorescens dan P. solanacearum
tidak mengalami kelayuan, keriting pada daun dan tidak
terbentuk akar adventif pada pangkal batang.
Pengujian statistik menunjukkan bahwa inokulasi P.
fluorescens dengan cara siram lebih baik dalam peningkatan produksi dibandingkan cara celup.
Pengaruh isolat P.
fluorescens B29 dan W1 terhadap produksi tidak berbeda
nyata, tetapi keduanya berbeda nyata terhadap isolat 13.
Produksi yang dihasilkan oleh tanaman yang diinokulasi
dan tidak diinokulasi P. solanacearum tidak berbeda nyata.
P. solanacearum yang avirulen kemungkinan menjadi
faktor penyebab.
Secara keseluruhan, pengujian setiap
kombinasi perlakuan menunjukkan bahwa inokulasi isoiat P.
fluorescens Wl
dengan
cara
siram
dan
inokulasi
P.
solanacearum pada
tanaman tomat menghasilkan produksi
tertinggi dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain.
Meskipun
P.
solanacearum
yang
diinokulasikan
diduga
avirulen, hasil ini kemungkinan akan memberi harapan dalam peningkatan produksi tanaman tomat di lapangan.
pendahuluan
di
lapangan dibutuhkan
untuk
Uji
membuktikan
kemampuan kombinasi perlakuan ini.
Hasil reisolasi menunjukkan bahwa P. solanacearum
dan ketiga isolat P. fluorescens masih mampu bertahan dalam tanah dekat daerah perakaran.
fluorescens dapat menunjukkan
Kemampuan bertahan P.
bahwa
perannya
sebagai
agens antagonis masih berguna bagi tanaman selanjutnya
dalam mengendalikan P. solanacearum.
KEMAMPUAN TIGA ISOLAT Pseudomonas fluorescens
SEBAGAI AGENS ANTAGONIS UNTUK MENGENDALIKAN
Pseudomonas solanacearum E .F . Smith PENYEBAB
PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT
Oleh
ERNA LISBETH SIAHAAN
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1996
RINGKASAN
ERNA LISBETH SIAHAAN.
Kemampuan Tiga Isolat Pseudomonas
fluorescens sebagai Agens ktagonis untuk Mengendalikan
Pseudomonas solanacearum E.F. Smith Penyebab Penyakit Layu Tanaman Tomat.
GIYANTO)
(Di bawah bimbingan BUD1 TJAHJONO dan
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
tiga isolat P. fluorescens sebagai agens antagonis terhadap P. solanacearum penyebab penyakit layu tanaman tomat.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteri Patogen
Tumbuhan dan rumah kaca Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor.
Metode penelitian dibagi atas empat tahap, yaitu
isolasi patogen, uji antagonisme in vitro, in vivo dan
reisolasi.
Patogen yang diisolasi kemudian diidentifika-
si meliputi uji gram, oksidatif-fermentatif, akumulasi
poli-beta hidroksibutirat, arginin dihidrolase, hidrolisis pati, virulensi dan reaksi hipersensitif pada tanaman
tembakau.
Hasil identifikasi menyimpulkan bahwa patogen
tersebut adalah P. solanacearum E.F. Smith.
Hasil penqujian antagonisme secara in vitro menunjukkan bahwa isolat P. fluorescens B29 dan I3 memiliki
kemampuan menghambat yang lebih baik dibandingkan dengan
isolat W1.
Kemampuan menghambat diperlihatkan dengan
adanya zone bening di sekeliling koloni ketiga isolat P.
fluorescens.
Hasil pengamatan pada uji antagonisme secara in vivo
menunjukkan tidak terjadi kelayuan pada semua tanaman
uji,
terutama
tanaman-tanaman yang
dengan patogen.
hanya
diinokulasi
Keadaan tanaman-tanaman yang diinokulasi
hanya dengan patogen menunjukkan gejala daun keriting dan
terbentuk banyak
akar
adventif
pada
pangkal
batang.
Sedangkan tanaman-tanaman yang diinokulasi dengan kombinasi perlakuan isolat P. fluorescens dan P. solanacearum
tidak mengalami kelayuan, keriting pada daun dan tidak
terbentuk akar adventif pada pangkal batang.
Pengujian statistik menunjukkan bahwa inokulasi P.
fluorescens dengan cara siram lebih baik dalam peningkatan produksi dibandingkan cara celup.
Pengaruh isolat P.
fluorescens B29 dan W1 terhadap produksi tidak berbeda
nyata, tetapi keduanya berbeda nyata terhadap isolat 13.
Produksi yang dihasilkan oleh tanaman yang diinokulasi
dan tidak diinokulasi P. solanacearum tidak berbeda nyata.
P. solanacearum yang avirulen kemungkinan menjadi
faktor penyebab.
Secara keseluruhan, pengujian setiap
kombinasi perlakuan menunjukkan bahwa inokulasi isoiat P.
fluorescens Wl
dengan
cara
siram
dan
inokulasi
P.
solanacearum pada
tanaman tomat menghasilkan produksi
tertinggi dibandingkan kombinasi perlakuan yang lain.
Meskipun
P.
solanacearum
yang
diinokulasikan
diduga
avirulen, hasil ini kemungkinan akan memberi harapan dalam peningkatan produksi tanaman tomat di lapangan.
pendahuluan
di
lapangan dibutuhkan
untuk
Uji
membuktikan
kemampuan kombinasi perlakuan ini.
Hasil reisolasi menunjukkan bahwa P. solanacearum
dan ketiga isolat P. fluorescens masih mampu bertahan dalam tanah dekat daerah perakaran.
fluorescens dapat menunjukkan
Kemampuan bertahan P.
bahwa
perannya
sebagai
agens antagonis masih berguna bagi tanaman selanjutnya
dalam mengendalikan P. solanacearum.