BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Terjaganya lingkungan menjadikan kualitas hidup manusia lebih baik. Kenyataan
yang dihadapi saat ini adalah terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup. Faktor penyebabnya antara lain adalah kegiatan manusia yang mencemari
lingkungan hidup dan mengeksploitasi sumber daya alam. Pemanfaatan sumber daya alam tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan dan fungsi ekologi telah
merusak kelestarian lingkungan. Kerusakan lingkungan hidup akibat aktivitas manusia pada umumnya disebabkan oleh: 1 Ketidaktahuan masyarakat terhadap
akibat dari tindakannya, misalnya kebiasaan membuang sampah di sungai atau sembarang tempat yang tidak disadari akan menyebabkan pencemaran; 2
Desakan kebutuhan hidup, sehingga tanpa disadari kegiatan merusak lingkungan terus berlangsung seperti penebangan kayu untuk pembakaran batubata yang telah
menjadi pekerjaan dan penghasilan keluarga; 3 Kurangnya pengetahuan tentang keseimbangan dan fungsi ekosistem, misalnya penggunaan pestisida yang tanpa
disadari mengakibatkan musnahnya organisme lain; 4 Kepedulian yang rendah terhadap kelestarian lingkungan misalnya industri membuang limbah tanpa
mempertimbangkan akibatnya pada lingkungan; 5 Kurang memasyarakatnya hukum tentang lingkungan hidup dan kurang tegasnya penerapan sangsi hukum
bagi pelanggar Suranto Kusrahmadi, 1993.
Budaya hidup selaras dengan alam telah diajarkan secara turun temurun dalam masyarakat. Namun seiring derasnya arus globalisasi yang berimbas pada
pola hidup konsumtif pada masyarakat, budaya itu kini telah semakin menipis. Budaya mencintai lingkungan sejak dini dapat ditanamkan di lingkungan keluarga
dan sekolah. Siswa sejak dini diperkenalkan pada krisis lingkungan, seperti perubahan iklim dan pemanasan global. Isu-isu lingkungan dapat diperkenalkan
secara integral dalam berbagai mata pelajaran yang relevan di sekolah. Hal ini berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri
Pendidikan Nasional No. Kep.07MenLH062005 dan No. 05VIKB2005 tentang pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Dalam
keputusan bersama ini sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara terintegrasi dengan mata pelajaran yang ada.
Penanaman fondasi pendidikan lingkungan seharusnya dilakukan sejak dini, agar siswa memiliki pemahaman tentang lingkungan hidup. Pendidikan
lingkungan diharapkan mampu mendidik siswa agar berperilaku peduli terhadap lingkungan. Dumouchel. 2003 mengemukakan bahwa tujuan pendidikan
lingkungan hidup sejak usia dini bukanlah sekedar mempelajari permasalahan lingkungan hidup, tetapi harus dapat mendorong siswa agar memiliki sikap dan
perilaku peduli pada lingkungan. Contoh-contoh dalam memelihara lingkungan hidup dapat diberikan oleh guru sehingga siswa dapat mencintai lingkungan,
misalnya memberi pelajaran tentang cara membuang sampah pada tempatnya, mengajak siswa melihat keindahan taman laut dan keanekaragaman biota laut,
serta membawa siswa melihat sistem pengelolaan air minum yang berasal dari air sungai. Hurlock 2003 menyatakan bahwa masa anak-anak merupakan perjalanan
yang kritis sebagai generasi bangsa di masa mendatang. Jika pengetahuan dan sikap peduli terhadap lingkungan dapat ditanamankan pada masa anak-anak, dapat
diharapkan ketika mereka sudah remaja dan dewasa, maka bekal pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam dirinya terhadap lingkungan akan berdampak positif.
Hasil wawancara dengan beberapa guru sekolah dasar SD di Bandung pada tahun 2008 menunjukkan bahwa mereka kurang memperhatikan kebersihan
sekolah karena terfokus untuk mengajar siswa setiap hari, sehingga tidak ada waktu untuk memonitor sikap dan perilaku siswa terhadap kebersihan sekolah.
Dalam pembelajaran guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan keterampilan daripada aspek sikap peduli terhadap lingkungan bagi siswa. Hasil
wawancara dengan beberapa guru SD di Padang pada tahun 2008 menunjukkan bahwa mereka kurang memperhatikan kebersihan sekolah karena mereka
menganggap bahwa masalah kebersihan sekolah adalah tugas penjaga sekolah. Dalam pembelajarannya, guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan
daripada aspek keterampilan pada siswa. Hasil survei tentang perilaku siswa dan kebersihan lingkungan sekolah di beberapa SD adalah sebagai berikut: 1 Siswa
jajan di pinggir jalan, membeli makanan yang tidak ditutup atau tidak dibungkus, membeli makanan di sembarang tempat yang tidak bersih berdebu, dihinggapi
lalat, asap kendaraan; 2 Siswa membuang sampah di sembarang tempat di sekolah selasar, ruang kelas, halaman sekolah; 3 Perabotan lemari, meja, kursi
di dalam kelas tidak tertata rapi; 4 Toilet siswa kotor dan berbau; 5 Saluran air di lingkungan sekolah penuh sampah.
Rendahnya sikap dan kepedulian siswa terhadap lingkungan tentu memprihatinkan, karena melalui pendidikan di sekolah mestinya siswa memiliki
sikap peduli terhadap lingkungan. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA tern
y
ata belum mampu membekali sis
w
a dengan sikap peduli terhadap lingkungan
.
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru seyogianya memiliki sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan. Dalam pembelajaran, guru hendaknya menekankan
pada aspek sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan bagi siswa di samping aspek kognitif dan psikomotor. Sehubungan dengan hal ini, seyogianya guru SD
dapat meningkatkan kemampuannya dalam pendidikan lingkungan dan menanam- kan sikap peduli terhadap lingkungan bagi siswa. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Soemarwoto 2001 bahwa pendidikan lingkungan hidup mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi perlu dikaji ulang agar dapat menumbuhkan
sikap hemat dan perilaku peduli terhadap lingkungan hidup. Untuk dapat menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan
bagi siswa, guru seyogianya mempunyai sikap dan kepedulian terhadap lingkungan, khususnya lingkungan sekolah karena mereka setiap hari di sekolah.
Menanamkan sikap peduli terhadap kelestarian lingkungan bukan hal yang mudah, tetapi bisa dilakukan. Sikap dan kepedulian terhadap lingkungan dimulai
dengan kesadaran diri sendiri sebagai bagian dari ekosistem, untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kesadaran tersebut harus dimulai dari diri sendiri, mulai
saat ini tanpa harus menunggu saat yang tepat untuk melakukannya, dan mulai dari hal yang sederhana. Misalnya menanamkan kesadaran pada diri sendiri
bahwa perilaku membuang sampah sembarangan bukan hanya melanggar hukum tetapi juga melanggar aturan norma moral, karena selain membuat lingkungan
menjadi tidak indah dan tidak nyaman juga membahayakan orang lain,
menimbulkan pencemaran air, tanah, dan udara yang dapat menyebabkan turunnya kualitas kehidupan manusia.
Untuk menghasilkan guru yang peduli terhadap lingkungan dan memiliki kemampuan menanamkan sikapperilaku peduli terhadap lingkungan bagi siswa,
program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan FIP sebagai lembaga penghasil guru SD perlu mendidik mahasiswanya agar
dapat mengajarkan pendidikan lingkungan dan menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan. Melalui mata kuliah Basic Pendidikan Lingkungan, calon guru SD
mahasiswa PGSD diberi bekal pengetahuan tentang konsep dasar lingkungan. Untuk dapat mengajarkan pendidikan lingkungan pada siswa SD, calon guru
dibekali dalam mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD UPI, 2007. Walaupun calon guru SD sudah mengikuti kedua mata kuliah ini, kenyataannya
mereka masih mengalami kesulitan dalam merencanakan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kekurangmampuan mereka dalam memilih metode pembelajaran
yang cocok untuk menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan. Di samping itu, perkuliahan pendidikan lingkungan untuk SD yang berjalan selama
ini kurang menekankan pada aspek sikap dan cara menanamkan sikap peduli lingkungan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan membekali calon guru SD
dengan pengalaman belajar yang dapat menanamkan sikap dan perilaku peduli terhadap lingkungan dalam perkuliahan pendidikan lingkungan untuk SD.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menanamkan sikap dan perilaku peduli lingkungan adalah pembelajaran di luar kelas. Dumouchel 2003
menyatakan bahwa pembelajaran di luar kelas outdoor bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran siswa terhadap: 1 diri sendiri melalui masalah sehari- hari yang ditemui, 2 orang lain melalui permasalahan kelompok dan dalam
pengambilan keputusan, 3 lingkungan melalui pengamatan secara langsung. Melalui pendidikan lingkungan berbasis outdoor, guru dapat menumbuhkan
literasi lingkungan bagi siswa dan membekali siswa dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peduli terhadap lingkungan. Tumisem 2007 dalam penelitiannya menemukan bahwa pelaksanaan program pendidikan lingkungan di
luar sekolah berbasis ekologi perairan melalui kegiatan pramuka di SD mampu meningkatkan literasi lingkungan sebesar 47 dan mengubah sikap siswa
terhadap lingkungan perairan sebesar 52. American Institutes for Research 2005 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa siswa yang berpartisipasi dalam
program pendidikan outdoor secara signifikan mempunyai kepedulian yang lebih besar terhadap lingkungan, dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti
program tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dan pengem-
bangan pembelajaran
pendidikan lingkungan
berbasis outdoor
untuk meningkatkan kemampuan dasar calon guru SD dalam mengelola pembelajaran,
menanamkan sikap dan perilaku peduli pada lingkungan. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini berupa model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis
outdoor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dasar calon guru SD, meningkatkan sikap dan kepedulian terhadap lingkungan, sehingga timbul
kesadaran untuk mau mengubah sikapperilaku menjadi peduli pada lingkungan.
B. Perumusan Masalah