Pengelolaan Wilayah Pesisir Berwawasan Lingkungan

22 dari mangrove meliputi potensi kayu, ikan, nener, benur, kelelawar, kerang, tambak udang dan bandeng, sedangkan manfaat tidak langsung meliputi fungsi penyediaan pakan alami bagi udang dan pencegah terjadinya abrasi. Sementara manfaat pilihan mangrove meliputi penyedia keanekaragaman hayati. Jenis biota asosiasi mangrove lain yang juga memiliki nilai ekonomis tinggi adalah kepiting yang sekarang semakin banyak dimanfaatkan untuk penangkapan Supriyadi dan Wouthuyzen, 2005. Hasil tangkapan ikan yang diperoleh sebagai dampak dari jasa-jasa lingkungan tersebut beriksar antara Rp. 12.000.000,-hatahun sampai Rp. 45.000.000,-hatahun, sedangkan manfaat dari pencegah intrusi air laut mencapai Rp. 1.242.000.000,- tahun, sementara manfaat dari pencegahan abrasi mencapai Rp. 1.380.000.000,- tahun.

C. Pengelolaan Wilayah Pesisir Berwawasan Lingkungan

Pengelolaan dapat diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan secara rasional tentang pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 mendefinisikan pengelolaan sebagai suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan. Fattah 2004 berpendapat bahwa dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pemimpin leading, dan pengawasan controlling. Sedangkan menurut Tandjung 2012 pengelolaan meliputi upaya-upaya penataan, pemulihan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan dan penegakan hukum. Sementara pengelolaan sumberdaya berwawasan lingkungan berarti pengelolaan sumberdaya tanpa mengorbankan aspek lingkungan dalam prosesnya, atau dengan kata 23 lain bersifat ramah lingkungan Purnamawati dan Dewantoro, 2007. Pengelolaan berwawasan lingkungan bertujuan untuk mempertahankan fungsi-fungsi lingkungan seiring dengan pemanfaatan yang dilakukan. Pengelolaan sumberdaya berwawasan lingkungan pada umumnya dilakukan dengan mempertahankan sumber daya hayati seperti hutan mangrove pada wilayah pertambakan. Berwawasan lingkungan dapat diartikan sebagai cara pandang terhadap lingkungan hidup, kemampuan untuk memahami cara-cara penyesuaian diri atau penempatan diri dalam lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup terdiri dari 3 komponen yaitu: pertama, komponen Abiotik atau Fisik air, tanah, udara; kedua, komponen hayati atau Biotik flora, fauna, mikrobia dan unsur-unsurnya airfaunabudaya dan lain-lain dan ketiga, komponen Cultural sosial, ekonomi, budaya. Ketiga komponen tersebut saling dipengaruhi atau mempunyai pengaruh terhadap sesama komponen Tandjung, 2001. Berwawasan lingkungan berasal dari kata wawasan dan lingkungan. Wawasan oleh Poerwodarminto 1999 mempunyai arti cara pandang. Sedangkan lingkungan hidup dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

D. Wanamina Silvofishery