Analisis faktor yang berhubungan degan perilaku membaca dan tingkat kepuasan remaja terhadap penerbit komik jepang (manga)


 

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU MEMBACA DAN TINGKAT KEPUASAN REMAJA
TERHADAP PENERBIT KOMIK JEPANG (MANGA)

IBNU AKBAR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

 


 

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Salah satu kegiatan remaja mengisi waktu luang digunakan untuk
melakukan hobi mereka masing-masing. Dalam keadan penat, hobi dapat
menjadi pemicu untuk kembali semangat lagi dalam beraktivitas sehari-hari, dan
menghilangkan

rasa

penat

dengan

rutinitas

yang

ada.

Remaja

biasa


menyebutkan bahwa hobi sebagai media untuk refreshing. Ada banyak hobi yang
yang biasa remaja lakukan, seperti menonton film, mendengarkan musik,
berolahraga, berbelanja, pergi ke supermarket/toko/mal, atau hobi yang baik
untuk menambah pengetahuan yaitu membaca serta hobi yang membutuhkan
kreativitas mereka seperti memainkan alat musik, menulis dan melukis. Sekian
banyaknya hobi yang dilakukan remaja tersebut, membaca merupakan hobi yang
cukup banyak ditemukan, bukan hanya menimbulkan ketenangan tetapi juga
menambah pengetahuan dan merupakan sumber informasi.
Dalam abad informasi, budaya atau kebiasaan membaca, kemampuan
mencari dan memanfaatkan informasi perlu dikembangkan pada diri remaja sejak
dini. Keterampilan informasi merupakan bekal yang diperlukan remaja untuk
terjun ke dunia modern yang penuh persaingan. Mereka yang berhasil adalah
mereka yang menguasai informasi. Hal ini tentunya ditunjang dengan adanya
minat membaca, dan minat terkadang didapatkan dari hobi. Menurut Hodgson
dikutip dari Tarigan (1985) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan

oleh


pembaca

untuk

memperoleh

pesan,

yang

hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses
yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik
Remaja seringkali membaca bacaan yang ’ringan’ sebagai hobi. Bacaan
ringan tersebut berupa buku dalam bentuk cerita yang dikenal novel (novel bagi

remaja disebut ’teenlit’), tabloid atau majalah yang berisi berita terhangat yang
diinginkan remaja. Yang terpopuler dibaca remaja saat ini adalah komik (buku
cerita bergambar). Diharapkan dengan adanya bacaan ringan khususnya komik
ini minat membaca remaja dapat meningkat, hal ini dapat terjadi apabila

 


 
perpustakaan

sekolah

baik

tingkat

SMA

maupun


tingkat

SMP

sudah

menyediakan komik, novel, tabloid dan majalah untuk remaja.
Belakangan ini komik Indonesia memang sudah tidak populer lagi di
kalangan remaja. Komik yang sering dibaca remaja merupakan jenis komik yang
sedikit berbeda dari komik yang biasanya dikenal. Jenis komik ini adalah komik
khusus yang dibuat oleh penulis/komikus Jepang atau secara internasional
dikenal dengan ’manga (dibaca mangga). Karena begitu terkenalnya manga di
dunia internasional menurut Raab (2005) penulisan ’manga’ tidak lagi
menggunakan huruf miring karena ’manga’ sudah termasuk kedalam bahasa
internasional dan sudah masuk kedalam kamus besar Oxford English Dictionary
dan Grolier’s Multimedia Encyclopedia. Sama halnya dengan ’anime’ (kartun asal
Jepang) dan ’Ikebana’ (seni merancang bunga ala Jepang).
’Manga’ sama seperti karya-karya budaya lainnya seperti serial televisi,
film, novel, koran, tabloid dan majalah merupakan karya yang berkelanjutan,

bukan karya ‘satu untuk selamanya’. Bahkan ’manga’ lebih banyak mengandung
unsur norma, nilai-nilai budaya dan pendidikan. Hal ini dikarenakan ’manga’ lebih
banyak menceritakan tentang kehidupan sosial pada umumnya. Selain itu
’manga’ memberitahukan kita mengenai sejarah, budaya politik, ekonomi,
pendidikan, keluarga, kepercayaan, seks dan gender, hubungan antar bangsa,
kependudukan, kriminalitas bahkan hal-hal yang menyimpang (Raab 2005)
Hobi membaca ’manga’ ini dimulai sejak kedatangan ’manga’ ke Asia
Tenggara awal tahun 80-an. Kurang diketahui secara pasti kapan ’manga’ masuk
ke Indonesia. Awal tahun 90-an ketika mulai bermunculan tokoh-tokoh pahlawan
fiktif Jepang yang dibuat kedalam sebuah film dan serial televisi yang dikenal
dengan ’tokusatsu’, ’manga’ mulai banyak dikenal oleh rakyat Indonesia.
Seiring dengan perkembangan jaman, ’manga’-pun memiliki 16 jenis.
Jenis yang saat ini banyak dikenal oleh publik adalah jenis ’manga’ untuk
kategori remaja baik laki-laki atau perempuan. ’Manga’ untuk remaja laki-laki
disebut denga Shounen ’manga’, sedangkan untuk remaja perempuan disebut
dengan Shoujo ’manga’. Shounen ’manga’ sebagian besar menceritakan
mengenai petualangan dan superheroes. Shoujo ’manga’ ceritanya lebih banyak
menekankan cerita roman dan percintaan (Anonymous 2002 dan Poole 2005).
Akibat banyaknya jenis ’manga’, mampu menimbulkan perbedaanperbedaan kualitas antar ’manga’ tersebut. Dilihat dari adanya perbedaan jalan
cerita,


 

penulis

’manga’

(mangaka),

penerbit,

bahkan

tampilan

mampu


 
mempengaruhi apakah ’manga’ tersebut dapat berhasil membuat remaja tertarik

atau tidak, bahkan apakah berhasil membuat remaja merasa puas atau tidak.
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil)
suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari
persepsi/kesan atas kinerja dan harapan (Kotler 2000). Untuk memperoleh
kepuasan dari membaca manga ini, pembaca ’manga’ atau konsumen
mengeluarkan sejumlah biaya yang biasanya dari uang saku mereka, karena
banyak para pembaca ’manga’ ini belum memiliki penghasilan tetap.
Oleh karena itu banyak diantara mereka yang pada akhirnya meilih-milih
dalam membeli ’manga’. Hal ini dikarenakan selain harga ’manga’ yang cukup
mahal (awal Juni 2007 harga manga untuk penerbit-penerbit tertentu naik
Rp1000,00) mereka takut dikecewakan atau tidak terpuaskan akibat isi dan
kualitas dari manga tersebut. Maka dari itu ada yang memutuskan untuk membeli
’manga’ tertentu saja sesuai dengan penilis ’manga’ (mangaka) favoritnya, ada
juga yang menyewa ’manga’ di tempat penyewaan ’manga’, bahkan ada juga
yang membaca ’manga’ di toko buku yang menyediakan arena untuk membaca
’manga’ yang telah dibuka plastik kemasannya walaupun terbatas.
Belum banyak yang mengulas perilaku konsumen terutama tingkat
kepuasan untuk produk yang cukup terkenal dikalangan remaja diperkotaan
seperti ’manga’. Selain itu tidak banyak juga penelitian faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku membaca ’manga’ serta kaitannya dengan prestasi
akademik. Maka dari itu diharapkan penelitian mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku membaca dan tingkat kepuasan penerbit komik
Jepang (manga) pada remaja ini bisa menjadi referensi bahan pustaka
selanjutnya.

 


 
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang
berhubungan dengan perilaku membaca ’manga’ dan analisis tingkat kepuasan
remaja terhadap penerbit ’manga’.
Tujuan Khusus
Tujuan khususnya adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik remaja yang membaca ’manga’.
2. Mengidentifikasi perilaku membaca ‘manga’ pada remaja.
3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku membaca.

4. Menganalisis tingkat kepuasan penerbit ’manga’ yang dibaca.
5. Menentukan perbaikan atribut pada penerbit ’manga’ yang dibaca.

Manfaat Penelitian
Penelitian

ini

secara

umum

dapat

digunakan

dalam

membantu


mengetahui kepuasan konsumen (khususnya remaja) terhadap ’manga’. Bagi
penulis, peneliian ini berguna sebagai salah satu syarat kelulusan. Bagi penerbit
dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas ‘manga’ dilihat atribut-atribut
‘manga’ untuk memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
konsumen (khususnya remaja). Penelitian ini juga dapat dijadikan sumber
informasi bagi mahasiswa dan anggota masyarakat yang membutuhkan
informasi

mengenai

perilaku

konsumen,

khususnya

tentang

kepuasan

konsumen, juga berfungsi bagi pegiat konsumen dalam suatu organisasi (YLKI).
Selain itu penelitan ini diharapkan berguna bagi orang tua atau guru siswa/siswi
tingkat SMA untuk mempelajari perilaku membaca pada remaja khususnya
remaja yang membaca komik Jepang (manga). Bagi pemerintah penelitian ini
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meregulasi ’manga’ yang ada di
Indonesia.

 


 

TINJAUAN PUSTAKA
Komik Jepang (Manga)
Definisi ‘Manga’
‘Manga’ adalah komik pada umumnya, yang merupakan buku cerita
bergambar tetapi berasal dari Jepang. Menurut Raab (2005) komik adalah media
atau format yang memuat tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang berguna
untuk menjelaskan garis cerita atau kandungan cerita yang dimaksud oleh
penulis. Pada umumnya berisi panel-panel kotak bergambar untuk menjelaskan
cerita didalamnya.
Pada awalnya pengertian ’manga’ adalah media untuk menyindir secara
halus dengan gambar-gambar yang mengandung unsur humor di abad 12, tetapi
pengertian ‘manga’ sekarang berubah menjadi “komik dari Jepang”. ‘Manga’
yang dibaca MAHN-gah atau MANG-gah pada harfiahnya memiliki arti majalah
bergambar yang bertingkah (bergerak) (anonymous 2002).
Semakin maju jaman pengertian ‘manga’ bukan lagi gambar-gambar
dengan sedikit panel kotak, tetapi lebih menuntut banyaknya panel kotak
bergambar kartun. Bahkan di era setelah perang dunia ke dua banyak ‘manga’
yang menjadi satu buku penuh dan berseri. Sehingga pengertian ‘manga’
sekarang lebih kearah buku komik asli dari Jepang (Raab 2005). Selain itu
‘manga’ dikondisikan agar dapat mudah disimpannya, bisa masuk kedalam saku
karena luas permukaannya yang tidak terlalu luas. Terakhir yang menjadi khas
dari ‘manga’ yang dapat dibedakan dari komik lainnya adalah formatnya yang
cara membacanya dari kanan ke kiri bukan kiri ke kanan (Poole 2005).
‘Manga’ merefleksikan realitas dari kehidupan sosial di Jepang pada
umumnya yang dihubungkan dengan mitos, kepercayaan, ritual-ritual tertentu,
kebudayaan, fantasi dan cara hidup orang Jepang. ‘Manga’ juga melukiskan
fenomena kehidupan sosial yang lainnya, seperti kelainan hidup bersosial,
hirarki, sexism, racism, ageism, classism dan lainnya (Kinko 2005).
Sejarah Komik Jepang ‘Manga’
‘Manga’ sendiri baru dikenal oleh publik Jepang di awal jaman Meiji
(1868–1912). Sebelumnya terjadi restorasi Meiji yang menyebabkan perubahanperubahan pada masyarakat Jepang kearah modernisasi akibat datangnya
tentara-tentara penjajah dari luar negeri. Saat itulah ‘manga’ dijadikan bahan
sindiran politik yang mulai dikenal banyak dan dipublikasikan ke umum melalui

 


 
majalah-majalah dan koran-koran. ‘Manga’ yang dipublikasikan di koran dan
majalah saat itu bersamaan dengan masuknya politisi-politisi besar seperti
Taisuke Itagaki, Shojiro Goto, and Shimpei Eto kedalam dewan pemerintahan
Jepang yang telah terpengaruh oleh filosofi Jean Jaques Rousseou. ‘Manga’ ini
sengaja digambarkan oleh mangaka amatir yang anti pemerintah dan pendukung
Hak Pergerakan Masyarakat, akibat terlalu dikekangnya pemerintah Jepang oleh
pihak-pihak asing (Kinko 2005).
Menurut Raab (2005) bahwa ‘manga’ adalah karya artifak budaya dari
jaman terdahulu yang dikirimkan ke budaya popular di jaman sekarang (1868
sampai sekarang). ‘Manga’ yang cukup dikenal pada jaman pra-modern Jepang
adalah gambar dari pendeta budha Toba pada abad ke-12, terutama Chōjūgiga
(鳥獣戯画) merupakan gambar hewan dengan kata-kata dengan gaya komikal
yang kemudian dikenal dengan toba-e (鳥羽絵; yang berarti, “gambar Toba”).
Konsep ’manga’ saat itu adalah gambar yang dilukis di atas kain cukup panjang
(terbuat dari selaput kayu yang cukup tipis) dan hanya berupa satu gambar saja
(Kinko 2005) Gambar-gambar ini juga cukup dikenal oleh masyarakat China dan
Korea (Raab 2005). Pada saat itu ’manga’ belum terpengaruh oleh budayabudaya lain kecuali budaya budhist. ‘Manga’ mulai dipengaruhi oleh budayabudaya dari pihak luar ketika ’manga’ di jaman modern (jaman setelah perang),
tepatnya jaman Meiji. Dengan adanya percampuran budaya antara budaya barat
dengan budaya asli Jepang, maka mempengaruhi keadaan sosial di masyarakat
Jepang. Hal inilah yang mengubah komunikasi di Jepang seperti koran-koran
dan majalah, dan inilah yang pertama kali mengubah konsep ‘manga’ dari
sebelumnya (Raab 2005, Kinko 2005).
Tidak semua ‘manga’ yang ditulis di akhir abad ke-19 dan di awal ke-20
merupakan ‘manga’ yang berbau politik. Ada juga ‘manga’ yang menceritakan
kehidupan sehari-hari, seprti karya Aso Yutaka Nonki no Tosan (Ayah yang
‘Gampangan’). Di awal abad ke-20 koran-koran mulai membuat ‘manga’ untuk
anak-anak yang ditulis oleh Kabashima Katsuichi dan Miyao Shigeo. Kemudian
‘manga’ ini menjadi manga yang paling disukai di jaman itu. Hal ini menyebabkan
Kabashima Katsuichi dan Miyao Shigeo pergi keluar negeri dan membuat
‘manga’ di Amerika Serikat, hingga terkenal disana (Raab 2005).
Charles Wirgman (1832-1891), telah membuat dan mempublikasikan The
Japan Punch di Yokohama 1862. Dia adalah koresponden dari Inggris untuk The

 


 
Illustrated London News dari tahun 1861-1887. The Japan Punch ini
menceritakan gambaran-gambaran peristiwa di Jepang saat itu, salah satunya
adalah “Peristiwa Nanamugi”. Kisah ini menceritakan seorang samurai dari
Satsuma yang membantai orang-orang Inggris pada saat tahun 1862, yang
menyebabkan terjadinya perang Satsuma di tahun 1863. Kebanyakan cerita
yang ditulis adalah peristiwa perubahan keshogunan Tokugawa menjadi jaman
Meiji. Karya ini menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat luar Jepang
terutama rakyat Jepang yang tinggal di luar negeri (Kinko 2005). Beberapa tahun
kemudian Jepang mempublikasikan The Japan Punch dengan bahasa mereka
sendiri, yang diberi nama Punchie (ポンチ絵) (Raab 2005).
Punchie inilah yang merupakan konsep dari ’manga’ yang dikenal
sekarang. Sedangkan toba-e dan konsep ’manga’ yang lainnya seperti Otsue
dan Kyouga dikenal dengan gambar karikatur atau gambar-gambar jenaka.
Konsep yang dipakai oleh Wirgman yaitu dengan menggunakan balon-balon
yang berisi kata-kata, merupakan trendsetter yang digunakan ’manga’ modern
hingga sekarang (Kinko 2005).
Jenis–Jenis Komik Jepang ‘Manga’
Terdapat tiga jenis ‘manga’ yang banyak dikenal orang karena ‘manga’
dengan jenis ini merupakan ‘manga’ yang paling banyak dipublikasikan. ‘Mangamanga’ tersebut adalah Kodomo ’manga’, Shounen ‘manga’ dan Shoujo ‘manga’
(Raab 2005, Anonymous 2002).
Menurut Raab (2005) dan Ito (2006). Kodomo ‘manga’ merupakan
‘manga’ yang diperuntukkan anak-anak dan juga bisa dibaca oleh semua usia.
Biasanya berisi tentang kehidupan seorang anak menghadapi lingkungan dan
kehidupan sosialnya. Selain itu tentang bagaimana cara mereka dapat tumbuh
dan berkembang serta mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.
Contohnya adalah Doraemon atau Chibi Maruko-Chan. Pada awalnya, ‘manga’
jenis ini bersisi kisah-kisah pahlawan yang membrantas kejahatan. Tetapi hal ini
beralih karena banyaknya masukan-masukan baru dari luar sehingga kisah-kisah
pahlawan ini lebih diperuntukkan untuk pembaca remaja laki-laki hingga dewasa,
yang kemudian menjadi topik utama untuk Shounen ‘manga’ (Raab 2005 dan Ito
2006). Contoh dari kodomo ‘manga’ yang menceritakan tentang kepahlawanan
yang saat ini populer adalah Pokemon, Digimon, atau Anpa-Man. ’Manga’ untuk
kisah pahlawan versi shounen ‘manga’ contohnya yaitu Dragon Ball, One Piece,

 


 
Naruto, Yugi-Oh, Samurai Deeper Kyo, Bleach, Death Note dan masih banyak
lagi (semua judul ‘manga’ sudah mengalami modifikasi menjadi judul versi
Amerika).
Hal serupa dengan Shoujo ‘manga’, memiliki kisah kepahlawanan sendiri
tetapi pemeran utama dari kisah ini adalah perempuan, contohnya adalah Sailor
Moon, Magic Knight Rayearth, Card Captor Sakura dan yang lainnya (semua
judul ‘manga’’ sudah mengalami modifikasi menjadi judul versi Amerika). Selain
itu shoujo ‘manga’ lebih fleksibel dibandingkan dengan shounen ‘manga’. Hal ini
dikarenakan jenis-jenis shoujo ’manga’ banyak menitikberatkan pada kisah
percintaan dan romantisme sedangkan shounen ’manga’ sangat jarang sekali
yang menampilkan kisah percintaan (Anonymous 2006). Contohnya yang saat ini
populer adalah Nana, Crimson Hero, Backstage Prince, Nodame Contabile dan
masih banyak lagi (semua judul ‘manga’ sudah mengalami modifikasi menjadi
judul versi Amerika).
Jenis ‘manga’ yang saat ini banyak dikenal dan dipublikasikan di asia
timur terutama Jepang sebanyak 16 jenis, hal ini sudah termasuk kodomo
‘manga’, shounen ‘manga’ dan shoujo ‘manga’. Berikut ini adalah tabel yang
berisi jenis-jenis ‘manga’ beserta pengertiannya.
Tabel 1. Jenis-jenis ‘manga’ dan pengertiannya
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis manga
Kodomo ‘manga’
Shounen ‘manga’
Shoujo ‘manga’
Seinen ‘manga’
Redisu ‘manga’
Shounen-ai ‘manga’
Shounen-yaoi ‘manga’
Shoujo-ai ‘manga’
Shoujo-yuri ‘manga’
Seijin ‘manga’

11

Redikomi ‘manga’

12
13
14

Doujinshi ‘manga’
Yonkoma ‘manga’
Gekiga ‘manga’

15

Echii ‘manga’

16

Hentai ‘manga’

Pengertian
‘Manga’ untuk anak-anak
‘Manga’ untuk remaja laki-laki
‘Manga’ untuk remaja perempuan
‘Manga’ untuk dewasa muda laki-laki
‘Manga’ untuk dewasa muda perempuan
‘Manga’ dengan kisah percintaan untuk laki-laki
‘Manga’ yang berisi homosexualitas laki-laki
‘Manga’ kisah percintaan untuk perempuan
‘Manga’ yang berisi homosexualitas perempuan
‘Manga’ untuk dewasa laki-laki (menceritakan logika
kehidupan untuk laki-laki)
‘Manga’ untuk dewasa wanita (menceritakan logika
kehidupan untuk perempuan)
‘Manga’ yang ditulis oleh para mangaka amatir
‘Manga’ dengan empat panel, biasanya di koran-koran
‘Manga’ yang memfokuskan pada permasalahanpermasalahan serius; diperuntukkan dewasa
‘Manga’ yang berisi gambar-gambar pornografi secara
halus. Biasanya diperuntukkan laki-laki.
‘Manga’ yang berisi gambar-gambar pornografi secara
gamblang.

Sumber : Anonymous 2002 dari jurnal Welcome to ‘Manga’ World hal 10-11.

 


 
Remaja
Definisi Remaja
Remaja atau adolesence berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang
berarti tumbuh atau “tumbuh menjadi dewasa”. Remaja merupakan suatu masa
untuk tumbuh dari ketidakmatangan pada masa kanak-kanak menuju pada
kematangan masa dewasa. Remaja pada masa transisi dalam aspek biologis,
psikologis, sosial dan ekonomi. Hal ini merupakan periode yang sangat
mengesankan dalam kehidupan mereka (Rasalwati 2004).
Piaget dalam Rola, (2006) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa
individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Mereka tidak lagi merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan
yang sama. Selanjutnya Kartono (1990) mengatakan bahwa masa remaja
merupakan masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Perubahan yang cukup menonjol pada periode remaja ini
adalah kesadaran yang dalam mengenai diri sendiri bahwa remaja meyakini
kemampuannya, potensi dan cita-cita sendiri.
Batasan usia remaja sangat beragam. Tidak ada satu pun angka yang
pasti untuk memberikan tanda bahwa individu sedang berada pada masa remaja.
Batasan usia remaja menurut Monks, Knoers dan Harditono (1999) yaitu masa
remaja awal (12 sampai 15 tahun), masa remaja pertengahan (15 sampai 18
tahun) dan masa remaja akhir (18 sampai 21 tahun). Beberapa ahli lainnya
memberikan batasan remaja yang berbeda-beda, seperti: Hurlock (1973) usia
remaja berkisar antara 13-18 tahun, Jersild (1967) usia antara 12-21 tahun,
sedangkan Cole (1963) antara 13-21 tahun. Berdasarkan beberapa definisi dan
batasan usia remaja yang telah disebutkan, Rasalwati (2004) menyatakan bahwa
jika dilihat dari usia, maka pada umumnya remaja masih duduk di bangku SMP
setingkatnya, SMA setingkatnya serta sebagian sudah di perguruan tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja yang sedang
tumbuh kedewasaan, antara lain perkembangan teknologi, termasuk teknologi
komunikasi massa, stress atau emosional, situasi ekonomi, gaya hidup, mobilitas
geografis dan kehidupan keluarga (Andelas 1995).
Minat pada Masa Remaja
Pada masa perkembangan, remaja mengalami perkembangan minat
dalam dirinya. Minat remaja akan terus berubah sejalan dengan waktu dan minat

 


 

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU MEMBACA DAN TINGKAT KEPUASAN REMAJA
TERHADAP PENERBIT KOMIK JEPANG (MANGA)

IBNU AKBAR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

 


 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu kegiatan remaja mengisi waktu luang digunakan untuk
melakukan hobi mereka masing-masing. Dalam keadan penat, hobi dapat
menjadi pemicu untuk kembali semangat lagi dalam beraktivitas sehari-hari, dan
menghilangkan

rasa

penat

dengan

rutinitas

yang

ada.

Remaja

biasa

menyebutkan bahwa hobi sebagai media untuk refreshing. Ada banyak hobi yang
yang biasa remaja lakukan, seperti menonton film, mendengarkan musik,
berolahraga, berbelanja, pergi ke supermarket/toko/mal, atau hobi yang baik
untuk menambah pengetahuan yaitu membaca serta hobi yang membutuhkan
kreativitas mereka seperti memainkan alat musik, menulis dan melukis. Sekian
banyaknya hobi yang dilakukan remaja tersebut, membaca merupakan hobi yang
cukup banyak ditemukan, bukan hanya menimbulkan ketenangan tetapi juga
menambah pengetahuan dan merupakan sumber informasi.
Dalam abad informasi, budaya atau kebiasaan membaca, kemampuan
mencari dan memanfaatkan informasi perlu dikembangkan pada diri remaja sejak
dini. Keterampilan informasi merupakan bekal yang diperlukan remaja untuk
terjun ke dunia modern yang penuh persaingan. Mereka yang berhasil adalah
mereka yang menguasai informasi. Hal ini tentunya ditunjang dengan adanya
minat membaca, dan minat terkadang didapatkan dari hobi. Menurut Hodgson
dikutip dari Tarigan (1985) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan

oleh

pembaca

untuk

memperoleh

pesan,

yang

hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses
yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik
Remaja seringkali membaca bacaan yang ’ringan’ sebagai hobi. Bacaan
ringan tersebut berupa buku dalam bentuk cerita yang dikenal novel (novel bagi
remaja disebut ’teenlit’), tabloid atau majalah yang berisi berita terhangat yang
diinginkan remaja. Yang terpopuler dibaca remaja saat ini adalah komik (buku
cerita bergambar). Diharapkan dengan adanya bacaan ringan khususnya komik
ini minat membaca remaja dapat meningkat, hal ini dapat terjadi apabila

 


 
perpustakaan

sekolah

baik

tingkat

SMA

maupun

tingkat

SMP

sudah

menyediakan komik, novel, tabloid dan majalah untuk remaja.
Belakangan ini komik Indonesia memang sudah tidak populer lagi di
kalangan remaja. Komik yang sering dibaca remaja merupakan jenis komik yang
sedikit berbeda dari komik yang biasanya dikenal. Jenis komik ini adalah komik
khusus yang dibuat oleh penulis/komikus Jepang atau secara internasional
dikenal dengan ’manga (dibaca mangga). Karena begitu terkenalnya manga di
dunia internasional menurut Raab (2005) penulisan ’manga’ tidak lagi
menggunakan huruf miring karena ’manga’ sudah termasuk kedalam bahasa
internasional dan sudah masuk kedalam kamus besar Oxford English Dictionary
dan Grolier’s Multimedia Encyclopedia. Sama halnya dengan ’anime’ (kartun asal
Jepang) dan ’Ikebana’ (seni merancang bunga ala Jepang).
’Manga’ sama seperti karya-karya budaya lainnya seperti serial televisi,
film, novel, koran, tabloid dan majalah merupakan karya yang berkelanjutan,
bukan karya ‘satu untuk selamanya’. Bahkan ’manga’ lebih banyak mengandung
unsur norma, nilai-nilai budaya dan pendidikan. Hal ini dikarenakan ’manga’ lebih
banyak menceritakan tentang kehidupan sosial pada umumnya. Selain itu
’manga’ memberitahukan kita mengenai sejarah, budaya politik, ekonomi,
pendidikan, keluarga, kepercayaan, seks dan gender, hubungan antar bangsa,
kependudukan, kriminalitas bahkan hal-hal yang menyimpang (Raab 2005)
Hobi membaca ’manga’ ini dimulai sejak kedatangan ’manga’ ke Asia
Tenggara awal tahun 80-an. Kurang diketahui secara pasti kapan ’manga’ masuk
ke Indonesia. Awal tahun 90-an ketika mulai bermunculan tokoh-tokoh pahlawan
fiktif Jepang yang dibuat kedalam sebuah film dan serial televisi yang dikenal
dengan ’tokusatsu’, ’manga’ mulai banyak dikenal oleh rakyat Indonesia.
Seiring dengan perkembangan jaman, ’manga’-pun memiliki 16 jenis.
Jenis yang saat ini banyak dikenal oleh publik adalah jenis ’manga’ untuk
kategori remaja baik laki-laki atau perempuan. ’Manga’ untuk remaja laki-laki
disebut denga Shounen ’manga’, sedangkan untuk remaja perempuan disebut
dengan Shoujo ’manga’. Shounen ’manga’ sebagian besar menceritakan
mengenai petualangan dan superheroes. Shoujo ’manga’ ceritanya lebih banyak
menekankan cerita roman dan percintaan (Anonymous 2002 dan Poole 2005).
Akibat banyaknya jenis ’manga’, mampu menimbulkan perbedaanperbedaan kualitas antar ’manga’ tersebut. Dilihat dari adanya perbedaan jalan
cerita,

 

penulis

’manga’

(mangaka),

penerbit,

bahkan

tampilan

mampu


 
mempengaruhi apakah ’manga’ tersebut dapat berhasil membuat remaja tertarik
atau tidak, bahkan apakah berhasil membuat remaja merasa puas atau tidak.
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil)
suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari
persepsi/kesan atas kinerja dan harapan (Kotler 2000). Untuk memperoleh
kepuasan dari membaca manga ini, pembaca ’manga’ atau konsumen
mengeluarkan sejumlah biaya yang biasanya dari uang saku mereka, karena
banyak para pembaca ’manga’ ini belum memiliki penghasilan tetap.
Oleh karena itu banyak diantara mereka yang pada akhirnya meilih-milih
dalam membeli ’manga’. Hal ini dikarenakan selain harga ’manga’ yang cukup
mahal (awal Juni 2007 harga manga untuk penerbit-penerbit tertentu naik
Rp1000,00) mereka takut dikecewakan atau tidak terpuaskan akibat isi dan
kualitas dari manga tersebut. Maka dari itu ada yang memutuskan untuk membeli
’manga’ tertentu saja sesuai dengan penilis ’manga’ (mangaka) favoritnya, ada
juga yang menyewa ’manga’ di tempat penyewaan ’manga’, bahkan ada juga
yang membaca ’manga’ di toko buku yang menyediakan arena untuk membaca
’manga’ yang telah dibuka plastik kemasannya walaupun terbatas.
Belum banyak yang mengulas perilaku konsumen terutama tingkat
kepuasan untuk produk yang cukup terkenal dikalangan remaja diperkotaan
seperti ’manga’. Selain itu tidak banyak juga penelitian faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku membaca ’manga’ serta kaitannya dengan prestasi
akademik. Maka dari itu diharapkan penelitian mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku membaca dan tingkat kepuasan penerbit komik
Jepang (manga) pada remaja ini bisa menjadi referensi bahan pustaka
selanjutnya.

 


 
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis faktor yang
berhubungan dengan perilaku membaca ’manga’ dan analisis tingkat kepuasan
remaja terhadap penerbit ’manga’.
Tujuan Khusus
Tujuan khususnya adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik remaja yang membaca ’manga’.
2. Mengidentifikasi perilaku membaca ‘manga’ pada remaja.
3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku membaca.
4. Menganalisis tingkat kepuasan penerbit ’manga’ yang dibaca.
5. Menentukan perbaikan atribut pada penerbit ’manga’ yang dibaca.

Manfaat Penelitian
Penelitian

ini

secara

umum

dapat

digunakan

dalam

membantu

mengetahui kepuasan konsumen (khususnya remaja) terhadap ’manga’. Bagi
penulis, peneliian ini berguna sebagai salah satu syarat kelulusan. Bagi penerbit
dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas ‘manga’ dilihat atribut-atribut
‘manga’ untuk memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
konsumen (khususnya remaja). Penelitian ini juga dapat dijadikan sumber
informasi bagi mahasiswa dan anggota masyarakat yang membutuhkan
informasi

mengenai

perilaku

konsumen,

khususnya

tentang

kepuasan

konsumen, juga berfungsi bagi pegiat konsumen dalam suatu organisasi (YLKI).
Selain itu penelitan ini diharapkan berguna bagi orang tua atau guru siswa/siswi
tingkat SMA untuk mempelajari perilaku membaca pada remaja khususnya
remaja yang membaca komik Jepang (manga). Bagi pemerintah penelitian ini
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meregulasi ’manga’ yang ada di
Indonesia.

 


 

TINJAUAN PUSTAKA
Komik Jepang (Manga)
Definisi ‘Manga’
‘Manga’ adalah komik pada umumnya, yang merupakan buku cerita
bergambar tetapi berasal dari Jepang. Menurut Raab (2005) komik adalah media
atau format yang memuat tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang berguna
untuk menjelaskan garis cerita atau kandungan cerita yang dimaksud oleh
penulis. Pada umumnya berisi panel-panel kotak bergambar untuk menjelaskan
cerita didalamnya.
Pada awalnya pengertian ’manga’ adalah media untuk menyindir secara
halus dengan gambar-gambar yang mengandung unsur humor di abad 12, tetapi
pengertian ‘manga’ sekarang berubah menjadi “komik dari Jepang”. ‘Manga’
yang dibaca MAHN-gah atau MANG-gah pada harfiahnya memiliki arti majalah
bergambar yang bertingkah (bergerak) (anonymous 2002).
Semakin maju jaman pengertian ‘manga’ bukan lagi gambar-gambar
dengan sedikit panel kotak, tetapi lebih menuntut banyaknya panel kotak
bergambar kartun. Bahkan di era setelah perang dunia ke dua banyak ‘manga’
yang menjadi satu buku penuh dan berseri. Sehingga pengertian ‘manga’
sekarang lebih kearah buku komik asli dari Jepang (Raab 2005). Selain itu
‘manga’ dikondisikan agar dapat mudah disimpannya, bisa masuk kedalam saku
karena luas permukaannya yang tidak terlalu luas. Terakhir yang menjadi khas
dari ‘manga’ yang dapat dibedakan dari komik lainnya adalah formatnya yang
cara membacanya dari kanan ke kiri bukan kiri ke kanan (Poole 2005).
‘Manga’ merefleksikan realitas dari kehidupan sosial di Jepang pada
umumnya yang dihubungkan dengan mitos, kepercayaan, ritual-ritual tertentu,
kebudayaan, fantasi dan cara hidup orang Jepang. ‘Manga’ juga melukiskan
fenomena kehidupan sosial yang lainnya, seperti kelainan hidup bersosial,
hirarki, sexism, racism, ageism, classism dan lainnya (Kinko 2005).
Sejarah Komik Jepang ‘Manga’
‘Manga’ sendiri baru dikenal oleh publik Jepang di awal jaman Meiji
(1868–1912). Sebelumnya terjadi restorasi Meiji yang menyebabkan perubahanperubahan pada masyarakat Jepang kearah modernisasi akibat datangnya
tentara-tentara penjajah dari luar negeri. Saat itulah ‘manga’ dijadikan bahan
sindiran politik yang mulai dikenal banyak dan dipublikasikan ke umum melalui

 


 
majalah-majalah dan koran-koran. ‘Manga’ yang dipublikasikan di koran dan
majalah saat itu bersamaan dengan masuknya politisi-politisi besar seperti
Taisuke Itagaki, Shojiro Goto, and Shimpei Eto kedalam dewan pemerintahan
Jepang yang telah terpengaruh oleh filosofi Jean Jaques Rousseou. ‘Manga’ ini
sengaja digambarkan oleh mangaka amatir yang anti pemerintah dan pendukung
Hak Pergerakan Masyarakat, akibat terlalu dikekangnya pemerintah Jepang oleh
pihak-pihak asing (Kinko 2005).
Menurut Raab (2005) bahwa ‘manga’ adalah karya artifak budaya dari
jaman terdahulu yang dikirimkan ke budaya popular di jaman sekarang (1868
sampai sekarang). ‘Manga’ yang cukup dikenal pada jaman pra-modern Jepang
adalah gambar dari pendeta budha Toba pada abad ke-12, terutama Chōjūgiga
(鳥獣戯画) merupakan gambar hewan dengan kata-kata dengan gaya komikal
yang kemudian dikenal dengan toba-e (鳥羽絵; yang berarti, “gambar Toba”).
Konsep ’manga’ saat itu adalah gambar yang dilukis di atas kain cukup panjang
(terbuat dari selaput kayu yang cukup tipis) dan hanya berupa satu gambar saja
(Kinko 2005) Gambar-gambar ini juga cukup dikenal oleh masyarakat China dan
Korea (Raab 2005). Pada saat itu ’manga’ belum terpengaruh oleh budayabudaya lain kecuali budaya budhist. ‘Manga’ mulai dipengaruhi oleh budayabudaya dari pihak luar ketika ’manga’ di jaman modern (jaman setelah perang),
tepatnya jaman Meiji. Dengan adanya percampuran budaya antara budaya barat
dengan budaya asli Jepang, maka mempengaruhi keadaan sosial di masyarakat
Jepang. Hal inilah yang mengubah komunikasi di Jepang seperti koran-koran
dan majalah, dan inilah yang pertama kali mengubah konsep ‘manga’ dari
sebelumnya (Raab 2005, Kinko 2005).
Tidak semua ‘manga’ yang ditulis di akhir abad ke-19 dan di awal ke-20
merupakan ‘manga’ yang berbau politik. Ada juga ‘manga’ yang menceritakan
kehidupan sehari-hari, seprti karya Aso Yutaka Nonki no Tosan (Ayah yang
‘Gampangan’). Di awal abad ke-20 koran-koran mulai membuat ‘manga’ untuk
anak-anak yang ditulis oleh Kabashima Katsuichi dan Miyao Shigeo. Kemudian
‘manga’ ini menjadi manga yang paling disukai di jaman itu. Hal ini menyebabkan
Kabashima Katsuichi dan Miyao Shigeo pergi keluar negeri dan membuat
‘manga’ di Amerika Serikat, hingga terkenal disana (Raab 2005).
Charles Wirgman (1832-1891), telah membuat dan mempublikasikan The
Japan Punch di Yokohama 1862. Dia adalah koresponden dari Inggris untuk The

 


 
Illustrated London News dari tahun 1861-1887. The Japan Punch ini
menceritakan gambaran-gambaran peristiwa di Jepang saat itu, salah satunya
adalah “Peristiwa Nanamugi”. Kisah ini menceritakan seorang samurai dari
Satsuma yang membantai orang-orang Inggris pada saat tahun 1862, yang
menyebabkan terjadinya perang Satsuma di tahun 1863. Kebanyakan cerita
yang ditulis adalah peristiwa perubahan keshogunan Tokugawa menjadi jaman
Meiji. Karya ini menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat luar Jepang
terutama rakyat Jepang yang tinggal di luar negeri (Kinko 2005). Beberapa tahun
kemudian Jepang mempublikasikan The Japan Punch dengan bahasa mereka
sendiri, yang diberi nama Punchie (ポンチ絵) (Raab 2005).
Punchie inilah yang merupakan konsep dari ’manga’ yang dikenal
sekarang. Sedangkan toba-e dan konsep ’manga’ yang lainnya seperti Otsue
dan Kyouga dikenal dengan gambar karikatur atau gambar-gambar jenaka.
Konsep yang dipakai oleh Wirgman yaitu dengan menggunakan balon-balon
yang berisi kata-kata, merupakan trendsetter yang digunakan ’manga’ modern
hingga sekarang (Kinko 2005).
Jenis–Jenis Komik Jepang ‘Manga’
Terdapat tiga jenis ‘manga’ yang banyak dikenal orang karena ‘manga’
dengan jenis ini merupakan ‘manga’ yang paling banyak dipublikasikan. ‘Mangamanga’ tersebut adalah Kodomo ’manga’, Shounen ‘manga’ dan Shoujo ‘manga’
(Raab 2005, Anonymous 2002).
Menurut Raab (2005) dan Ito (2006). Kodomo ‘manga’ merupakan
‘manga’ yang diperuntukkan anak-anak dan juga bisa dibaca oleh semua usia.
Biasanya berisi tentang kehidupan seorang anak menghadapi lingkungan dan
kehidupan sosialnya. Selain itu tentang bagaimana cara mereka dapat tumbuh
dan berkembang serta mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru.
Contohnya adalah Doraemon atau Chibi Maruko-Chan. Pada awalnya, ‘manga’
jenis ini bersisi kisah-kisah pahlawan yang membrantas kejahatan. Tetapi hal ini
beralih karena banyaknya masukan-masukan baru dari luar sehingga kisah-kisah
pahlawan ini lebih diperuntukkan untuk pembaca remaja laki-laki hingga dewasa,
yang kemudian menjadi topik utama untuk Shounen ‘manga’ (Raab 2005 dan Ito
2006). Contoh dari kodomo ‘manga’ yang menceritakan tentang kepahlawanan
yang saat ini populer adalah Pokemon, Digimon, atau Anpa-Man. ’Manga’ untuk
kisah pahlawan versi shounen ‘manga’ contohnya yaitu Dragon Ball, One Piece,

 


 
Naruto, Yugi-Oh, Samurai Deeper Kyo, Bleach, Death Note dan masih banyak
lagi (semua judul ‘manga’ sudah mengalami modifikasi menjadi judul versi
Amerika).
Hal serupa dengan Shoujo ‘manga’, memiliki kisah kepahlawanan sendiri
tetapi pemeran utama dari kisah ini adalah perempuan, contohnya adalah Sailor
Moon, Magic Knight Rayearth, Card Captor Sakura dan yang lainnya (semua
judul ‘manga’’ sudah mengalami modifikasi menjadi judul versi Amerika). Selain
itu shoujo ‘manga’ lebih fleksibel dibandingkan dengan shounen ‘manga’. Hal ini
dikarenakan jenis-jenis shoujo ’manga’ banyak menitikberatkan pada kisah
percintaan dan romantisme sedangkan shounen ’manga’ sangat jarang sekali
yang menampilkan kisah percintaan (Anonymous 2006). Contohnya yang saat ini
populer adalah Nana, Crimson Hero, Backstage Prince, Nodame Contabile dan
masih banyak lagi (semua judul ‘manga’ sudah mengalami modifikasi menjadi
judul versi Amerika).
Jenis ‘manga’ yang saat ini banyak dikenal dan dipublikasikan di asia
timur terutama Jepang sebanyak 16 jenis, hal ini sudah termasuk kodomo
‘manga’, shounen ‘manga’ dan shoujo ‘manga’. Berikut ini adalah tabel yang
berisi jenis-jenis ‘manga’ beserta pengertiannya.
Tabel 1. Jenis-jenis ‘manga’ dan pengertiannya
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis manga
Kodomo ‘manga’
Shounen ‘manga’
Shoujo ‘manga’
Seinen ‘manga’
Redisu ‘manga’
Shounen-ai ‘manga’
Shounen-yaoi ‘manga’
Shoujo-ai ‘manga’
Shoujo-yuri ‘manga’
Seijin ‘manga’

11

Redikomi ‘manga’

12
13
14

Doujinshi ‘manga’
Yonkoma ‘manga’
Gekiga ‘manga’

15

Echii ‘manga’

16

Hentai ‘manga’

Pengertian
‘Manga’ untuk anak-anak
‘Manga’ untuk remaja laki-laki
‘Manga’ untuk remaja perempuan
‘Manga’ untuk dewasa muda laki-laki
‘Manga’ untuk dewasa muda perempuan
‘Manga’ dengan kisah percintaan untuk laki-laki
‘Manga’ yang berisi homosexualitas laki-laki
‘Manga’ kisah percintaan untuk perempuan
‘Manga’ yang berisi homosexualitas perempuan
‘Manga’ untuk dewasa laki-laki (menceritakan logika
kehidupan untuk laki-laki)
‘Manga’ untuk dewasa wanita (menceritakan logika
kehidupan untuk perempuan)
‘Manga’ yang ditulis oleh para mangaka amatir
‘Manga’ dengan empat panel, biasanya di koran-koran
‘Manga’ yang memfokuskan pada permasalahanpermasalahan serius; diperuntukkan dewasa
‘Manga’ yang berisi gambar-gambar pornografi secara
halus. Biasanya diperuntukkan laki-laki.
‘Manga’ yang berisi gambar-gambar pornografi secara
gamblang.

Sumber : Anonymous 2002 dari jurnal Welcome to ‘Manga’ World hal 10-11.

 


 
Remaja
Definisi Remaja
Remaja atau adolesence berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang
berarti tumbuh atau “tumbuh menjadi dewasa”. Remaja merupakan suatu masa
untuk tumbuh dari ketidakmatangan pada masa kanak-kanak menuju pada
kematangan masa dewasa. Remaja pada masa transisi dalam aspek biologis,
psikologis, sosial dan ekonomi. Hal ini merupakan periode yang sangat
mengesankan dalam kehidupan mereka (Rasalwati 2004).
Piaget dalam Rola, (2006) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa
individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Mereka tidak lagi merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan
yang sama. Selanjutnya Kartono (1990) mengatakan bahwa masa remaja
merupakan masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Perubahan yang cukup menonjol pada periode remaja ini
adalah kesadaran yang dalam mengenai diri sendiri bahwa remaja meyakini
kemampuannya, potensi dan cita-cita sendiri.
Batasan usia remaja sangat beragam. Tidak ada satu pun angka yang
pasti untuk memberikan tanda bahwa individu sedang berada pada masa remaja.
Batasan usia remaja menurut Monks, Knoers dan Harditono (1999) yaitu masa
remaja awal (12 sampai 15 tahun), masa remaja pertengahan (15 sampai 18
tahun) dan masa remaja akhir (18 sampai 21 tahun). Beberapa ahli lainnya
memberikan batasan remaja yang berbeda-beda, seperti: Hurlock (1973) usia
remaja berkisar antara 13-18 tahun, Jersild (1967) usia antara 12-21 tahun,
sedangkan Cole (1963) antara 13-21 tahun. Berdasarkan beberapa definisi dan
batasan usia remaja yang telah disebutkan, Rasalwati (2004) menyatakan bahwa
jika dilihat dari usia, maka pada umumnya remaja masih duduk di bangku SMP
setingkatnya, SMA setingkatnya serta sebagian sudah di perguruan tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja yang sedang
tumbuh kedewasaan, antara lain perkembangan teknologi, termasuk teknologi
komunikasi massa, stress atau emosional, situasi ekonomi, gaya hidup, mobilitas
geografis dan kehidupan keluarga (Andelas 1995).
Minat pada Masa Remaja
Pada masa perkembangan, remaja mengalami perkembangan minat
dalam dirinya. Minat remaja akan terus berubah sejalan dengan waktu dan minat

 

10 
 
mereka akan semakin matang dari waktu sebelumnya. Menurut Hurlock (1980),
pengalaman merupakan salah satu faktor yang membantu remaja untuk menilai
minatnya secara lebih kritis dan benar-benar mengetahui mana hal yang paling
penting. Minat-minat tersebut adalah:
a. Minat Rekreasi
Remaja cenderung membatasi aktivitas rekreasi yang menuntut banyak
pengorbanan tenaga dan berhenti dari perkembangan kesukaan akan
rekreasi yang didalamnya bertindak sebagai pengamat pasif. Hal ini
dikarenakan banyaknya tekanan dari tugas-tugas sekolah, tugas-tugas
rumah, ekstrakulikuler atau kegiatan kursus (les). Sebagian remaja sudah
terbatasi waktunya untuk berekreasi. Maka dari itu remaja lebih memilih
kegiatan yang paling mereka kuasai, sebagai suatu aktifitas rekreasi.
Rekreasi yang diikuti remaja sangat dipengaruhi oleh derajat kepopuleran.
b. Minat Sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang dipeoleh
remaja untuk mengembangkan minat tersebut dan pada kepopulerannya
dalam kelompok. Seorang remaja yang berada pada statsus ekonomi yang
rendah, mempunyai sedikit kesempatan untuk mengembangkan minat pada
pesta, apabila dibandingkan dengan remaja yang mempunyai latar belakang
keluarga lebih baik.
c. Minat Pribadi
Minat pada diri sendiri merupakan minat terjuat di kalangan remaja.
Sebabnnya adalah mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar
dipengaruhi oleh penampilan diri sendiri. Begitu pula dengan kelompok sosial
yang menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimiliki, kemandirian,
sekolah dan lain-lain. Ini adalah simbol status yang mengangkat wibawa
remaja diantara teman-teman sebaya dan memperbesar kesempatan untuk
memperoleh dukungan sosial yang lebih besar. Minat pribadi biasanya yaitu:
minat pada penampilan diri sendiri, minat pada pakaian, dan minat pada
pendidikan.
d. Minat pada Pekerjaan
Remaja laki-laki menginginkan suatu pekerjaan menarik dan menggairahkan
tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut oleh pekerjaan ataupun
kesempatan yang telah tersedia. Remaja laki-laki biasanya menginginkan
pekerjaan yang bermartabat tinggi, sekalipun bayaranya lebih sedikit

 

11 
 
daripada pekerjaan lain yang tidak memiliki gengsi yang tinggi. Berbeda
dengan remaja perempuan yang menginginkan pekerjaan yang memberikan
rasa aman dan tidak banyak menuntut waktu. Walaupun begitu, remaja yang
sudah mencapai taraf kedewasaan tidak lagi memiirkan gengsi ataupun
martabat yang tinggi, karena mereka sudah mulai menyadari besar dan
tingginya biaya hidup.
e. Minat pada Simbol Status
Simbol status adalah simbol prestise yang menunjukkan bahwa orang yang
memilikinya, mempunyai status yang lebih tinggi dalam sebuah kelompok.
Pada saat remaja, simbol status memiliki empat fungsi, yaitu menunjukkan
bahwa remaja mempunyai statsu ekonomi yang lebih tinggi daripada temanteman lain dalam berkelompok; bahwa remaja mencapai prestasi yang tingi;
bahwa remaja mampu bergabung dengan kelompok dan merupakan anggota
karena penampilan dan perbuatan yang sama dengan penampilan dan
perbuatan anggota kelompok yang lain; dan bahwa remaja mempunyai status
hampir dewas didalam masyarakat.
Aktivitas dan Kebutuhan Remaja
Aktivitas remaja dapat dilihat dari batasan usia remaja yang dikategorikan
menjadi 3 kelompok. Aktivitas remaja pada umumnya adalah belajar, baik belajar
dalam hubungannya dengan akademik atau belajar untuk mensejajarkan dirinya
dengan publik dan orang yang lebih dewasa. Selebihnya aktivitas remaja pada
umumnya adalah menjalankan hobi mereka atau menjalankan hal-hal yang
mereka sukai (Burns 1993 dikutip dari Rola 2006).
Kebutuhan remaja adalah sesuatu hal yang remaja butuhkan untuk
menghadapi dan masa dewasa kelak, kebutuhan ini ada yang bersifat kebutuhan
sementara ada juga kebutuhan bersifat disesuaikan dengan situasinya dan juga
kebutuhan manusia pada umumnya. Kebutuhan remaja menurut Hurlock dikutip
dari Rola (2006) yaitu kebutuhan persamaan hak dengan orang dewasa,
kebutuhan akan aktualisasi dan integrasi diri, kebutuhan seksual dan kebutuhan
akan adanya informasi dan pengetahuan dan teknologi.
Perilaku Membaca
Engle, Blackwell dan Miniard (1993) menyatakan perilaku konsumen
adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului

 

12 
 
dan mengikuti tindakan ini. Menrut Sumarwan dalam ilmu perilaku konsumen
perlu diketahui tentang penggunaan produk (product use) yang lebih mendalam,
seperti frekeunsi konsumsi, jumlah konsumsi dan tujuan konsumsi.
Perilaku membaca adalah tindakan yang langsung terlibat dalam kegiatan
membaca meliputi pemilihan jenis bacaan yang dibaca, jumlah buku dan
sejenisnya yang dibaca dan frekuensi membaca. Membaca merupakan salah
satu kegiatan konsumsi dari produk atau barang seperti buku dan sejenisnya.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku membaca yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi karakteristik individu (jenis
kelamin, usia, pendapatan, keluarga, pendidikan dan budaya),serta motivasi
membaca. Faktor eksternal meliputi informasi (sumber informasi dan jenis
informasi) serta pengaruh dari luar (lingkungan).
Karakteristik Individu
Usia
Menurut Kotler (2003), konsumen melakukan pembelian sepanjang
hidupnya dan setiap tahapan kehidupan dari mulai bayi hingga dewasa akan
membeli barang atau jasa yang berbeda sesuai dengan adanya perbedaan
kebutuhan. Pemilihan dan selera terhadap suatu pangan dan barang lainnya
dipengaruhi oleh faktor usia.
Uang Saku
Tersedianya berbagai jenis jajanan baik berupa benda atau barang dan
berupa makanan atau minuman akan mempengaruhi pengeluaran dan
penggunaan uang saku remaja. Uang saku adalah bagian dari alokasi
pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu.
Menurut Napitu (1994) bahwa perolehan uang saku anak sebanding lurus
dengan pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan keluarga maka uang
saku anak juga semakin besar.
Pendapatan Keluarga
Pendapatan adalah sumber materi yang sangat diperlukan oleh
konsumen. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang dari
pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Menurut Sumarwan (2004),
pada umumnya pendapatan diterima dalam bentuk uang.

 

13 
 
Besar Keluarga
Menurut BKKBN (1998), besar keluarga dibagi ke dalam 3 kategori yaitu
keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (>7
orang). Pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari keluarga akan lebih mudah
dipenuhi apabila jumlah anggota keluarganya sedikit.
Prestasi Akademik
Pendidikan merupakan hal yang erat kaitannya dengan kualitas SDM.
Pada hakikatnya pendidikan bertujuan mengantarkan anak didik untuk
menemukan jati diri sehingga menjadi manusia yang selaras, serasi dan
seimbang. Prestasi akademik merupakan salah satu implementasi atau
gambaran dari penguasaan siswa terhadap materi pelajaran di sekolah. Faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi akademik berasal dari dalam diri (faktor
internal) seperti motivasi belajar dan potensi akademik. Selain itu terdapat faktor
dari luar diri seseorang (faktor eksternal) seperti pola asuh, lingkungan dan
kegemaran (hobi).
Prestasi akademik merupakan salah satu gambaran penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran di sekolah. Menurut Soemantri (1978) dalam Nurani
(2004) skor prestasi akademik adalah hasil yang dicapai siswa dalam kurun
waktu tertentu pada mata pelajaran tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk
angka dan dirumuskan dalam rapor. Menurut peraturan pemerintah no. 20 tahun
2007 tentang standar penilaian terdapat 3 kategori standar penilaian untuk
prestasi akademik, yaitu: 80 kategori baik.
Membaca
Definisi Membaca
Menurut Harris dan Sipay (1980) bahwa membaca adalah proses
memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Juel (1988)
mengartikan bahwa membaca adalah proses untuk mengenal kata dan
memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses
membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
Menurut Hodgson dikutip dari Tarigan (1985) membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media katakata/ bahasa
tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang meru