Tingkat kematangan oosit sapi secara in vitro setelah inkubasi pada kondisi temperatur dan komposisi gas Co2 berbeda

TINGKAT KEMATANGAN OOSIT SAPI SECARA IN VITRO
SETELAH INKUBASI PADA KONDISI TEMPERATUR
DAN KOMPOSISI GAS CO2 BERBEDA

DWI WALID RETNAWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
DWI WALID RETNAWATI. B04101130. Tingkat Kematangan Oosit Sapi
Secara In Vitro Setelah Inkubasi pada Kondisi Temperatur dan Komposisi
Gas CO2 Berbeda. Di bawah bimbingan MOHAMAD AGUS SETIADI
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi oosit dari ovarium sapi
yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan dan mengetahui keunggulan sistem
inkubator Oxoid anaerob pada in vitro maturasi. Inkubator yang digunakan adalah
inkubator CO2 dan inkubator Oxoid anaerob dengan berbagai tingkatan suhu
38.50C, 360C dan 290C. Media yang digunakan adalah Tissue Culture Medium
199. Proses pematangan dilakukan selama 23 jam pada setiap inkubator.
Oosit dikoleksi dengan cara slicing diikuti dengan flushing kemudian oosit

yang terseleksi dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan. Perlakuan pertama oosit
dimatangkan pada inkubator CO2 temperatur 38.50C, perlakuan kedua pada
inkubator Oxoid anaerob temperatur 360C dan perlakuan ketiga pada inkubator
Oxoid anaerob temperatur 290C. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan
sebanyak 5 kali.
Tingkat pematangan oosit dapat diamati pada derajat ekspansi sel-sel
kumulus dan tingkat kematangan inti oosit. Derajat ekspansi sel-sel kumulus dan
tingkat kematangan inti dianalisa menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang
dilanjutkan dengan uji Duncan, dengan selang kepercayaan 95% (รก = 0.05).
Hubungan antara derajat ekspansi 3 dan metafase II diuji dengan menggunakan
Regresi Liniar Sederhana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa oosit yang dimatangkan pada
perlakuan pertama, kedua dan ketiga menunjukkan hasil yang berbeda nyata
(p0.05).

Tabel 1. menunjukkan bahwa kondisi inkubator pada tekanan gas atmosfer
dan temperatur yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap ekspansi
derajat 3 sel-sel kumulus. Dalam penelitian terlihat bahwa oosit yang dikultur
pada inkubator Oxoid temperatur 290C mencapai ekspansi derajat 3 lebih sedikit
(34.74%) dibandingkan pada oosit yang dikultur pada inkubator Oxoid temperatur

360C mencapai ekspansi derajat 3 adalah 51%, sedangkan oosit yang dikultur
pada inkubator CO2 temperatur 38.50C adalah 62.61%. Hasil uji statistik pada
ekspansi derajat 3 pada ketiga inkubator berbeda nyata (p < 0.05).
Derajat ekspansi 3 pada ketiga inkubator lebih tinggi dibandingkan derajat
ekspansi 2. Hal ini disebabakan, pada ketiga inkubator terdapat komponenko