Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis, dan Ketahanan Rayap Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida

PENGARUH PERENDAMAN AWAL TERHADAP SIFAT FISIS, MEKANIS, DAN KETAHANAN RAYAP PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT
DENGAN PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA
SKRIPSI Oleh:
GUIDO SIMBOLON 091201102
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PERENDAMAN AWAL TERHADAP SIFAT FISIS, MEKANIS, DAN KETAHANAN RAYAP PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT
DENGAN PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA Oleh :
GUIDO SIMBOLON 091201102/ TEKNOLOGI HASIL HUTAN Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Peneletian
Nama NIM Program Studi


: Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis, dan Ketahanan Rayap Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida : Guido Simbolon : 091201102 : Kehutanan

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

Dr. Rudi Hartono, S.Hut., M.Si Ketua

Tito Sucipto, S.Hut., M.Si Anggota

Mengetahui, Ketua Program Studi Kehutanan

Siti Latifah, S.Hut., M.Si, Ph. D Ketua Program Studi Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

Guido Simbolon. Effect of Early Immersion Against Physical Properties, Mechanical and Resilience Particle Board From Waste Oil Palm Trunk With Phenol Formaldehyde Adhesives. Under the guidance of Rudi Hartono and Tito Sucipto.
ABSTRACT

Study the influence of the physical properties of the initial soaking, mechanical and termite resistance of particleboard from oil palm trunk waste was conducted in June 2012 until March 2013. The purpose of this study was to evaluate the effect of early immersion (immersion hot water and cold water) to the physical properties, mechanical and termite resistance of particleboard from oil palm trunk waste and determine the effect of immersion is the best start to the quality of the particle board. This study uses a completely randomized design (CRD) with factorial non hot water immersion treatment (1, 2 and 3 hours) and cold water immersion ( 24, 48 and 72 hours ) and the results were compared with the Indonesian National Standard (SNI) 03-2105-2006 and to test weight reduction the results were compared with the Indonesian National Standard (SNI) 01-7202-2006. The results showed that the physical properties of particle board that meets the standards of density, moisture content, while the thickness of only 2 types of development boards, while not required water absorption and mechanical properties of particle board for only a broken modulus values (MOR) in accordance with the standards, while internal bond and modulus of elasticity (MOE) does not meet the standards and values of the resulting particle board resistance to attack by subterranean termites is very high.

Keywords:


particle board, waste oil palm trunks, early immersion treatment, physical properties, mechanical, and particle board resistance to termite attack.

Universitas Sumatera Utara

Guido Simbolon. Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Papan Partikel Dari Limbah Batang Kelapa Sawit Dengan Perekat Phenol Formaldehida. Dibawah bimbingan Rudi Hartono dan Tito Sucipto.
ABSTRAK
Penelitian pengaruh perendaman awal terhadap sifat fisis, mekanis dan ketahanan rayap papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dilakukan pada bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Maret 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh perendaman awal (perendaman air panas dan air dingin) terhadap sifat fisis, mekanis dan ketahanan rayap papan partikel dari limbah batang kelapa sawit serta mengetahui pengaruh perendaman awal yang terbaik terhadap kualitas papan partikel. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuan perendaman air panas (1,2 dan 3 jam) dan perendaman air dingin (24, 48 dan 72 jam) dan hasilnya dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2105-2006 dan untuk uji penurunan berat hasilnya dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7202-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisis papan partikel yang memenuhi standar yaitu kerapatan, kadar air, sedangkan pengembangan tebal hanya 2 jenis papan, sementara daya serap air tidak disyaratkan dan untuk sifat mekanis papan partikel hanya nilai modulus patah (MOR) yang sesuai dengan standar sedangkan internal bond dan modulus elastisitas (MOE) tidak memenuhi standar serta nilai ketahanan papan partikel yang dihasilkan terhadap serangan rayap tanah sangat tinggi. Kata kunci: papan partikel, limbah batang kelapa sawit, perlakuan perendaman
awal, sifat fisis, mekanis, dan ketahanan papan partikel terhadap serangan rayap.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 15 Mei 1990. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Mangasi Simbolon dan Roide Sihombing.
Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMK Telkom Sandhy Putra, Medan dan pada tahun 2009 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selama menuntut ilmu di USU, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan yakni sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Khatolik (IMK) Pertanian USU tahun 2009-2010. Selain itu pada tanggal 20 Juni–10 Juli 2010 penulis menjadi panitia dalam program Aceh Community Conservation Initiatif melalui kegiatan sekolah lapangan di Aceh Tenggara dan pada tahun 2012-2013 penulis menjadi koordinator bidang minat dan bakat Himpunan Mahasiswa Sylva (Himas) USU.
Pada tahun 2012 menjadi asisten praktikum Sifat Fisis dan Mekanis Kayu dan menjadi asisten lapangan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di kawasan Tahura Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan USU, Tongkoh pada tanggal 7–16 Juli 2012.
Pada tanggal 27 Juni – 6 Juli 2011 penulis juga melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di kawasan Tahura Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan USU, Tongkoh, dan pada tahun 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Musi Hutan Persada, Palembang, Sumatera Selatan.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Rayap Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitinginya kepada : 1. Dr. Rudi Hartono, S.Hut., M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan
Tito Sucipto, S.Hut., M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. 2. Bapak Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si sebagai dosen yang telah membantu penulis dalam pembuatan papan partikel serta pengujian sifat mekanis papan partikel di Laboratorium Keteknikan Kayu Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 3. Ayah saya Mangasi Simbolon, S.E dan ibunda tercinta Roide Sihombing serta adik-adikku (Edmond, Yohana dan Dian) yang senantiasa memberikan semangat dan doa untuk penulis selama kuliah. 4. Teman-teman THH’09 yaitu Kaya Muda, Syahroni, Lasma, Riris dan Cut Yulia selaku teman kerja selama penelitian. 5. Teman-teman Kehutanan’09 yaitu Pandapotan, Hot Parasian, Donni, Marta, Rajesh, Tabita, Rena, Maria, Monnica, Samuel, Linda, Esthy, Citra, Irfan, Sudianto, Novrianti, Sari, Ade, Aiko, Susan, Natanael, Dutinov, Rudianto,
Universitas Sumatera Utara

Berliana, Masderita, Rezky, Frans Soit, Rionaldo, Purnama, Kholis, Sabda, Sondang, Felix, Bastanta, Benyamin dan lain-lain.
Penulis mengharapkan agar karya ilmiah ini dapat menjadi panduan belajar dan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa/i kehutanan secara khusus dan masyarakat secara umum. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Oktober 2013 Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ............................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iii


KATA PENGANTAR............................................................................... iv

DAFTAR ISI.............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

PENDAHULUAN
Latar Belakang. ................................................................................. Tujuan Penelitian .............................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................................ Hipotesis Penelitian ..........................................................................

1 4 4 4

TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit.......................................................................... Papan Partikel .................................................................................... Macam Papan Partikel ....................................................................... Perekat Phenol Formaldehida ............................................................ Perendaman Dingin ........................................................................... Perendaman Panas ............................................................................. Rayap Sebagai Organisme Perusak Kayu..........................................

5 8 9 12 13 14 15

METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. Bahan dan Alat .................................................................................. Prosedur Penelitian. ........................................................................... Pengujian Sifat Fisis Papan Partikel .................................................. Pengujian Sifat Mekanis Papan Partikel............................................ Pengujian Penurunan Berat Papan Partikel ....................................... Rancangan Percobaan dan Analisis Data ..........................................


18 18 18 22 23 26 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisis Papan Partikel ................................................................... Nilai Kerapatan ........................................................................ Nilai Kadar Air......................................................................... Nilai Daya Serap Air ................................................................

29 29 32 34

Universitas Sumatera Utara

Nilai Pengembangan Tebal ...................................................... Sifat Mekanis Papan Partikel.............................................................
Nilai Internal Bond................................................................... Nilai MOE ................................................................................ Nilai MOR................................................................................ Nilai Penurunan Berat Papan Partikel ............................................... Kualitas Papan Partikel......................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................

36 39 39 41 44 46 49
51
53
57


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Luas areal kelapa sawit menurut provinsi di seluruh Indonesia ...........

5

2. Beberapa sifat-sifat penting kayu kelapa sawit.....................................

7

3. Sifat fisis dan mekanis papan partikel berdasarkan SNI 03-2105-2006.................................................................................

26

4. Tabel 4. Penilaian terhadap kerusakan contoh uji pada grave yard test ..............................................................................


27

5. Klasifikasi penurunan berat papan partikel terhadap rayap tanah berdasarkan SNI 01-7202-2006 ............................................................

28

6. Kelas ketahanan papan partikel terhadap serangan rayap tanah ...........

47

7. Peringkat kualitas papan partikel ..........................................................

50

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Halaman


1. Pemotongan horizontal permukaan contoh uji untuk pengujian...........

21

2. Bagan alur penelitian.............................................................................

22

3. Pengujian keteguhan rekat internal .......................................................

25

4. Pengujian MOE dan MOR ....................................................................

26

5. Histogram kerapatan papan partikel......................................................

29


6. Histogram kadar air papan partikel .......................................................

32

7. Histogram daya serap air papan partikel ...............................................

35

8. Histogram pengembangan tebal papan partikel ....................................

37

9. Histogram internal bond papan partikel ...............................................

39

10. Histogram MOE papan partikel ............................................................

41


11. Histogram MOR papan partikel ............................................................

44

12. Histogram penurunan berat papan partikel ...........................................

46

13. Contoh uji papan partikel yang sedang diserang rayap.........................

48

14. Sampel papan partikel yang telah diuji kubur.......................................

49

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN


Halaman

1. Perhitungan kebutuhan bahan baku papan partikel dari limbah BKS...........................................................................................

57

2. Nilai sifat fisis papan partikel dari limbah BKS ...................................

58

3. Nilai sifat mekanis papan partikel dari limbah BKS.............................

59

4. Nilai penurunan berat papan partikel dari limbah BKS ........................

60

5. Hasil analisis ragam kerapatan papan partikel dari limbah BKS..........

61

6. Hasil analisis ragam kadar air papan partikel dari limbah BKS ..........

61

7. Hasil uji lanjut Duncan kadar air papan partikel dari limbah BKS.......

61

8. Hasil analisis ragam daya serap air papan partikel dari limbah BKS ...

62

9. Hasil analisis ragam pengembangan tebal papan partikel dari limbah BKS...........................................................................................

62

10. Hasil analisis ragam MOE papan partikel dari limbah BKS.................

62

11. Hasil uji lanjut Duncan MOE papan partikel dari limbah BKS............

63

12. Hasil analisis ragam MOR papan partikel dari limbah BKS ................

63

13. Hasil analisis ragam internal bond papan partikel dari limbah BKS...........................................................................................

63

14. Hasil analisis ragam penurunan berat papan partikel dari limbah BKS...........................................................................................

64

15. Hasil uji lanjut Duncan penurunan berat papan partikel dari limbah BKS ..........................................................................................

64

Universitas Sumatera Utara

Guido Simbolon. Effect of Early Immersion Against Physical Properties, Mechanical and Resilience Particle Board From Waste Oil Palm Trunk With Phenol Formaldehyde Adhesives. Under the guidance of Rudi Hartono and Tito Sucipto.
ABSTRACT

Study the influence of the physical properties of the initial soaking, mechanical and termite resistance of particleboard from oil palm trunk waste was conducted in June 2012 until March 2013. The purpose of this study was to evaluate the effect of early immersion (immersion hot water and cold water) to the physical properties, mechanical and termite resistance of particleboard from oil palm trunk waste and determine the effect of immersion is the best start to the quality of the particle board. This study uses a completely randomized design (CRD) with factorial non hot water immersion treatment (1, 2 and 3 hours) and cold water immersion ( 24, 48 and 72 hours ) and the results were compared with the Indonesian National Standard (SNI) 03-2105-2006 and to test weight reduction the results were compared with the Indonesian National Standard (SNI) 01-7202-2006. The results showed that the physical properties of particle board that meets the standards of density, moisture content, while the thickness of only 2 types of development boards, while not required water absorption and mechanical properties of particle board for only a broken modulus values (MOR) in accordance with the standards, while internal bond and modulus of elasticity (MOE) does not meet the standards and values of the resulting particle board resistance to attack by subterranean termites is very high.

Keywords:

particle board, waste oil palm trunks, early immersion treatment, physical properties, mechanical, and particle board resistance to termite attack.

Universitas Sumatera Utara

Guido Simbolon. Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Papan Partikel Dari Limbah Batang Kelapa Sawit Dengan Perekat Phenol Formaldehida. Dibawah bimbingan Rudi Hartono dan Tito Sucipto.
ABSTRAK
Penelitian pengaruh perendaman awal terhadap sifat fisis, mekanis dan ketahanan rayap papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dilakukan pada bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Maret 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh perendaman awal (perendaman air panas dan air dingin) terhadap sifat fisis, mekanis dan ketahanan rayap papan partikel dari limbah batang kelapa sawit serta mengetahui pengaruh perendaman awal yang terbaik terhadap kualitas papan partikel. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuan perendaman air panas (1,2 dan 3 jam) dan perendaman air dingin (24, 48 dan 72 jam) dan hasilnya dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2105-2006 dan untuk uji penurunan berat hasilnya dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7202-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat fisis papan partikel yang memenuhi standar yaitu kerapatan, kadar air, sedangkan pengembangan tebal hanya 2 jenis papan, sementara daya serap air tidak disyaratkan dan untuk sifat mekanis papan partikel hanya nilai modulus patah (MOR) yang sesuai dengan standar sedangkan internal bond dan modulus elastisitas (MOE) tidak memenuhi standar serta nilai ketahanan papan partikel yang dihasilkan terhadap serangan rayap tanah sangat tinggi. Kata kunci: papan partikel, limbah batang kelapa sawit, perlakuan perendaman
awal, sifat fisis, mekanis, dan ketahanan papan partikel terhadap serangan rayap.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai bahan bangunan hingga
peralatan rumah tangga akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya teknologi. Hal ini akan meningkatkan tekanan terhadap hutan alam sebagai penyedia bahan baku kayu. Luas hutan alam terus mengalami penurunan, pada tahun 2001, luas hutan alam sekitar 36,42 juta ha dan terus menurun hingga pada tahun 2011 menjadi 23,41 juta ha (Kementrian Kehutanan, 2012). Penurunan luas hutan alam ini akan berdampak terhadap supply kayu untuk keperluan manusia. Sehingga perlu mencari alternatif bahan baku yang potensinya lebih besar dan murah sebagai bahan pengganti kayu.
Salah satu bahan baku alternatif tersebut adalah limbah batang kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq). Potensi kelapa sawit saat ini terus meningkat, dengan semakin luasnya perkebunan kelapa sawit yang terdapat di Indonesia. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian (2010) luas areal kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 yaitu 5,45 juta ha, dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2009 luas areal kelapa sawit mencapai 8,25 juta ha.
Pemanfaatan limbah yang dihasilkan saat ini hanya terbatas pada buah, sabut, tandan dan pelepah sawit tersebut, sedangkan pada bagian batang umumnya dibakar atau dibiarkan menumpuk menjadi limbah yang dapat menimbulkan berbagai dampak dan gangguan lingkungan (Bakar, 2003). Menurut Febrianto dan Bakar (2004) bahwa dalam setiap peremajaan satu tanaman kelapa sawit pada umur 25 tahun dihasilkan sebanyak 1,193 m3 log sawit. Bila dalam 1 ha ada 140 batang maka dari setiap ha peremajaan akan menghasilkan 167 m3 log sawit.
Universitas Sumatera Utara

Bila limbah batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan, selain akan mengurangi tekanan terhadap hutan juga akan bermanfaat dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit yang mengarah pada zero-waste (penurunan limbah). Masalah-masalah yang ada khususnya peremajaan yang menghasilkan limbah dan polusi pembakaran dapat diatasi. Secara bersamaan kelangkaan kayu untuk bahan bangunan dan furniture dapat diatasi.
Salah satu cara yang dapat mengatasi limbah hasil peremajaan kelapa sawit ini adalah pembuatan papan partikel. Papan partikel dapat diproduksi dari serbuk kayu, limbah pertanian atau bahan berlignoselulosa lainnya. Batang kelapa sawit merupakan salah satu bahan yang berlignoselulosa sehingga dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku papan partikel. Batang kelapa sawit merupakan salah satu hasil peremajaan yang sangat berpotensi digunakan sebagai bahan baku papan partikel (Jamilah, 2009).
Kualitas papan partikel sangat ditentukan oleh jenis perekat. Dalam penelitian ini perekat yang digunakan adalah perekat phenol formaldehida (PF). Perekat PF merupakan salah satu jenis perekat untuk penggunaan eksterior yang memiliki sifat tahan cuaca dan tahan air. Secara lebih rinci, Kliwon dan Iskandar (2008) menjelaskan sifat yang dimiliki perekat jenis ini, antara lain : (1) daya rekat baik walau dipakai di luar (tempat yang tidak terlindung), (2) kelarutan dalam air baik (3) cepat menjadi stabil, lamanya pengempaan dapat diperpendek, dan (4) kestabilan kekentalan baik selama operasi.
Dalam proses perekatan antara PF dengan kayu terdapat prinsip kohesi dan prinsip adhesi. Hasil ikatan antara kayu dengan perekat dikenal adanya teori adhesi spesifik dan adhesi mekanis. Perekat spesifik terjadi karena adanya ikatan
Universitas Sumatera Utara

kimia kayu dengan perekat, yaitu melalui ikatan hidrogen. Perekat mekanis terjadi karena bahan perekat masuk ke dalam rongga-rongga yang ada pada kayu lalu mengeras dan terjadi proses penjangkaran (Achmadi, 1990).
Masalah utama dalam pemanfaatan limbah kelapa sawit berlignoselulosa ini adalah tingginya kandungan zat ekstraktif (terutama pati), sifat higroskopis yang berlebihan dan asam lemak yang tinggi dibandingkan dengan kayu biasa yang dapat menurunkan sifat perekatan dalam pembuatan panel, baik yang menggunakan perekat thermoplastic, semen maupun perekat thermosettting. Masalah ini dapat diatasi dengan cara memberi perlakuan khusus pada limbah kelapa sawit untuk menghilangkan atau menurunkan kandungan zat ektraktif tersebut sebelum digunakan sebagai bahan baku papan partikel (Darnoko et al., 1994, Hermiati et al., 2003).
Pada penelitian ini, perlakuan pendahuluan pada partikel batang kelapa sawit yang berupa perendaman panas dan perendaman dingin merupakan suatu usaha untuk memperbaiki sifat partikel yang dihasilkan. Perendaman panas dan dingin menyebabkan sebagian zat ekstraktif yang terdapat dalam partikel terlarut, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas perekatan dalam pembuatan papan partikel. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis, dan Ketahanan Rayap Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida (PF)”. Pada penelitian ini diharapkan limbah batang kelapa sawit lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi pengaruh perendaman awal bahan baku terhadap sifat fisis papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan menggunakan perekat PF.
2. Mengevaluasi pengaruh perendaman awal bahan baku terhadap sifat mekanis papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan menggunakan perekat PF.
3. Mengevaluasi tingkat ketahan papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan perekat PF terhadap serangan rayap tanah.
4. Mendapatkan perlakuan perendaman awal yang paling optimal terhadap kualitas papan partikel dari limbah batang kelapa sawit dengan menggunakan perekat PF.
Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan alternatif penggunaan bahan baku pengganti kayu yang
semakin berkurang ketersediaannya. 2. Sebagai sumber informasi tentang pemanfaatan batang kelapa sawit yang
selama ini menjadi limbah.
Hipotesis Pemberian perlakuan awal berupa perendaman air panas dan air dingin
pada partikel limbah batang kelapa sawit diduga memberikan pengaruh terhadap sifat fisis, sifat mekanis, dan ketahanan rayap papan partikel yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Batang Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) telah berkembang pesat

di Indonesia. Berdasarkan data Departemen Pertanian (2010) luas perkebunan

kelapa sawit pada tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan sebesar 33,9%. Laju

pertambahan areal perkebunan kelapa sawit tersebut diperkirakan akan terus

bertambah tiap tahunnya mengingat kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang

tinggi dan dapat berproduksi dalam waktu yang singkat. Luas areal perkebunan

kelapa sawit menurut provinsi di seluruh Indonesia dapat dilihat seperti yang

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas areal kelapa sawit menurut provinsi di seluruh Indonesia

No. Provinsi

Luas Lahan Perkebunan Sawit (Ha) pada Tahun

2005

2006

2007

2008

2009

1 Nanggroe Aceh D. 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Kepulauan Riau 6 Jambi 7 Sumatera Selatan 8 Bangka Belitung 9 Bengkulu 10 Lampung 11 Jawa Barat 12 Banten 13 Kalimantan Barat 14 Kalimantan Tengah 15 Kalimantan Selatan 16 Kalimantan Timur 17 Sulawesi Tengah 18 Sulawesi Selatan 19 Sulawesi Tenggara 20 Sulawesi Barat 21 Papua 22 Papua Barat

254.261 894.911 282.518 1.277.703 13.698 403.477 548.678 130.037 147.125 148.535
8.744 14.076 381.791 434.481 134.621 201.236 48.334 16.018
466 57.476 39.090 16.540

308.560 979.541 315.618 1.547.942
6.933 568.751 630.214 133.284 165.221 157.229
9.831 14.077 492.112 571.874 243.451 237.765 48.431 24.490
2.966 75.154 29.736 31.734

274.822 998.966 291.734 1.620.882
6.678 448.899 682.730 172.227 163.455 152.409 10.550 14.894 451.400 616.331 257.862 339.294 52.298 15.708 18.912 115.906 29.736 31.144

287.038 1.017.574
327.653 1.673.553
8.256 484.137 690.729 185.508 202.863 152.511 11.531 14.894 499.548 870.201 290.852 409.566 47.336 15.944 21.033 94.319 27.657 31.144

313.745 1.044.854
344.352 1.925.344
2.645 489.384 775.339 141.897 224.651 153.160 12.140 15.023 602.124 1.091.620 312.719 530.552 65.055 17.407 21.669 107.249 26.256 31.142

TOTAL

5.453.816 6.594.914 6.766.837 7.363.847 8.248.327

Universitas Sumatera Utara

Pohon kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) termasuk dalam famili arecaceae. Ketinggian tanaman ini dapat mencapai 12 meter dan tumbuh tegak lurus dengan diameter berkisar antara 45 - 60 cm. Usia produktif tanaman kelapa sawit bisa mencapai 25 tahun (Bakar, 2003).
Berdasarkan penelitian Febrianto dan Bakar (2004) pada umur peremajaan tinggi batang sawit dapat mencapai 12 m, sehingga bila 1,5 m batang dari pangkal dan 1 m batang dari ujung dikeluarkan, maka dari setiap batang dihasilkan 9,5 m log sawit dengan diameter rata-rata 40 cm. Dengan demikian dari setiap batang peremajaan akan dihasilkan sebanyak 1,193 m3 log sawit. Bila dalam 1 ha ada 140 batang, maka dari setiap ha peremajaan akan dihasilkan 167 m3 log sawit.
Batang kelapa sawit sebagai salah satu limbah padat dari industri kelapa sawit merupakan bahan berlignoselulosa. Limbah batang sawit masih belum dimanfaatkan secara optimal, seringkali limbah tersebut dibuang atau dibakar tanpa pengolahan lebih lanjut menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Salah satu masalah serius dalam pemanfaatan batang sawit adalah sifat higroskopisnya yang tinggi. Meskipun telah dikeringkan sehingga mencapai kadar air kering tanur, kayu sawit dapat kembali menyerap uap air dari udara hingga mencapai kadar air lebih dari 20%. Pada kondisi ini beberapa jenis jamur dan cendawan dapat tumbuh subur baik pada permukaan maupun bagian dalam kayu sawit (Balfas, 2003).
Batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai produk unggulan apabila diketahui keunggulan dan kelemahan sifat-sifatnya. Kerapatan BKS berumur 25 tahun berkisar antara 0,14–0,60 g/cm3 (Erwinsyah, 2008), sedangkan pada umur 40 tahun berkisar antara 0,23–0,74 g/cm3 (Hartono et al., 2011). Hal ini
Universitas Sumatera Utara

disebabkan adanya variasi struktur dan anatomi batang kelapa sawit yang sangat

lebar pula dari pusat bagian batang yang didominasi oleh jaringan dasar parenkim

dan di daerah tepi dekat kulit didominasi oleh berkas pembuluh yang berdinding

tebal.

Pemanfaatan batang kelapa sawit sebagai bahan untuk konstruksi atau

perabot rumah tangga kurang sesuai karena disamping kerapatannya rendah, pada

waktu pengeringan kayu menjadi pecah atau bengkok. Kadar air kayu kelapa

sawit segar cukup tinggi, yaitu sekitar 65% (Prayitno dan Darnoko 1994).

Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

batang dan bagian ujung, bagian tengah batang, inti dan bagian tepinya. Beberapa

sifat kayu kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2. (Bakar, 2003).

Tabel 2. Beberapa sifat-sifat penting kayu kelapa sawit :

No Sifat-Sifat Penting Kelapa Sawit
1 Kerapatan (g/cm³) 2 Kadar Air (%) 3 Kekuatan Lentur (kg/cm²) 4 Keteguhan Lentur (kg/cm²) 5 Susut Volume (%) 6 Kelas Awet 7 Kelas Kuat

Bagian Dalam Batang

Tepi Tengah Inti

0,35 0,28 0,2 156 257 365

29,99 11,42 6,98

295 129 67 26 39 48 IV V V

III-V

V

V

Zat ekstraktif memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menurunkan higroskopisitas dan permeabilitas serta meningkatkan keawetan kayu. Meskipun jumlahnya sedikit, ekstraktif mempunyai pengaruh yang besar dalam perekatan kayu, yaitu mempengaruhi pH, kontaminasi dan penetrasi. Zat ekstraktif berpindah secara difusi, salah satunya sebagai suatu material volatile (mudah menguap) atau sebagai material terlarut. Panas dan gradient air mempercepat perpindahan zat ekstraktif. Zat ekstraktif juga berpindah dengan gaya kapiler dan

Universitas Sumatera Utara

tegangan permukaaan (Ruhendi et al., 2007). Kadar zat ekstraktif dalam batang kelapa sawit yang diacu dari penelitian Purnomo (1988) dalam Purwadi (1993) terdiri dari kadar zat ekstraktif larut dalam air dingin dan air panas setelah diberi perlakuan perendaman.
Papan Partikel Papan partikel merupakan salah satu produk biokomposit yang dihasilkan
dari potongan kayu kecil (partikel) atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat dengan menggunakan perekat dan dibantu oleh faktor suhu, tekanan dan waktu kempa (Haygreen dan Bowyer, 1996). Sedangkan menurut Badan Standard Nasional (1996) papan partikel adalah produk kayu yang dihasilkan dari pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik serta bahan perekat lainnya yang dibuat dengan cara pengempaan mendatar dengan dua lempeng datar.
Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), tipe partikel yang digunakan untuk bahan baku pembuatan papan partikel adalah : a. Pasahan (shaving), partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang
dihasilkan apabila mengetam lebar atau mengetam sisi ketebalan kayu. b. Serpih (flake), partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan
sebelumnya yang dihasilkan dalam peralatan yang dikhususkan. c. Biskit (wafer), serupa serpih dalam bentuknya tetapi lebih besar. Biasanya
lebih dari 0,025 inci tebalnya dan lebih dari 1 inci panjangnya. d. Tatal (chips), sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang
besar atau pemukul, seperti dengan mesin pembuat tatal kayu pulp.
Universitas Sumatera Utara

e. Serbuk gergaji (sawdust), berupa serpih yang dihasilkan oleh pemotongan dengan gergaji.
f. Untaian (strand), pasahan panjang, tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar.
g. Kerat (silver), hampir persegi potongan melintangnya dengan panjang paling sedikit 4 kali ketebalannya.
h. Wol kayu (excelsior), keratin yang panjang, berombak, ramping juga digunakan sebagai kasuran pada pengepakan.
Macam Papan Partikel Menurut Sutigno (1994) ada beberapa macam papan partikel yang
dibedakan berdasarkan : a. Bentuk
Papan partikel pada umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang tipis sehingga disebut panel. Ada beberapa papan partikel yang tidak datar (papan partikel lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu tergantung pada cetakan yang dipakai seperti bentuk kotak radio. b. Pengempaan Cara pengempaan dapat secara mendatar atau secara ekstrusi. Cara mendatar ada yang kontinyu dan tidak kontinyu. Cara kontinyu berlangsung melalui ban baja yang menekan pada saat bergerak memutar. Cara tidak kontinyu pengempaan berlangsung pada lempeng yang bergerak vertikal dan banyaknya celah dapat satu atau lebih. Pada cara ekstrusi, pengempaan berlangsung kontinyu diantara dua lempeng statis. Penekanan dilakukan oleh semacam piston yang bergerak vertikal dan horizontal.
Universitas Sumatera Utara

c. Kerapatan Ada tiga kelompok kerapatan papan partikel, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap kelompok tersebut, tergantung pada standar yang digunakan.
d. Kekuatan (sifat mekanis) Pada prinsipnya sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan kekuatan pun ada yang rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap macam (tipe) tersebut, tergantung pada standar yang digunakan. Ada standar yang menambahkan persyaratan beberapa sifat fisis.
e. Macam perekat Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan partikel terhadap pengaruh kelembaban, yang selanjutnya menentukan penggunaannya. Ada standar yang membedakan berdasarkan sifat perekatnya, yaitu interior dan eksterior. Ada standar yang memakai penggolongan berdasarkan macam perekat, yaitu Tipe U (urea formaldehyde atau yang setara), Tipe M (melamin urea formaldehyde atau yang setara) dan tipe P (phenol formaldehyde atau yang setara).
f. Susunan partikel Pada saat membuat partikel dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu halus dan kasar. Pada saat membuat papan partikel kedua macam partikel tersebut dapat disusun tiga macam sehingga menghasilkan papan partikel yang berbeda yaitu papan partikel homogen (berlapis tunggal), papan partikel berlapis tiga dan papan partikel berlapis bertingkat.
Universitas Sumatera Utara

g. Arah partikel Pada saat membuat hamparan, penaburan partikel (yang sudah dicampur dengan perekat) dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak teratur) atau arah serat diatur, misalnya sejajar atau bersilangan tegak lurus. Untuk yang disebutkan terakhir dipakai partikel yang relatif panjang, biasanya berbentuk untai (strand) sehingga disebut papan untai terarah (oriented strand board atau OSB).
h. Penggunaan Berdasarkan penggunaan yang berhubungan dengan beban, papan partikel dibedakan menjadi papan partikel penggunaan umum dan papan partikel struktural (memerlukan kekuatan yang lebih tinggi). Untuk membuat mebel, pengikat dinding dipakai papan partikel penggunaan umum. Untuk membuat komposisi dinding, peti kemas dipakai papan partikel struktural.
i. Pengolahan Ada dua macam papan partikel berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Papan partikel pengolahan primer adalah papan partikel yang dibuat melalui pembuatan partikel, pembentukan hamparan dan pengempaan yang menghasilkan papan partikel. Papan partikel pengolahan sekunder adalah pengolahan lanjutan dari papan partikel pengolahan primer misalnya dilapisi vinir indah, dilapisi kertas aneka corak.
Perekat Phenol Formaldehida Perekat (adhesive) adalah suatu substansi yang dapat menyatukan dua
buah benda atau lebih melalui ikatan permukaan (Sutigno, 2000). Dilihat dari
Universitas Sumatera Utara

reaksi perekat terhadap panas, maka perekat dapat dibedakan atas perekat thermosetting dan perekat thermoplastic. Perekat thermosetting merupakan perekat yang dapat mengeras bila terkena panas atau reaksi kimia dengan bantuan katalisator atau hardener dan bersifat irreversible. Perekat jenis ini jika sudah mengeras tidak dapat lagi menjadi lunak. Contoh perekat yang termasuk jenis ini adalah fenol formaldehida, urea formaldehida, melamin formaldehida, isosianat, dan resorsinol formaldehida. Perekat thermoplastic adalah perekat yang dapat melunak jika terkena panas dan mengeras kembali apabila suhunya telah rendah. Contoh perekat yang termasuk jenis ini adalah polyvynil adhesive, cellulose adhesive, dan acrylic resin adhesive (Pizzi, 1983).
Phenol formaldehida merupakan hasil kondensasi formaldehida dengan monohidrik phenol, termasuk phenol itu sendiri, creosol dan xylenol. Phenol formaldehida ini dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu resol yang bersifat thermosetting dan novolak yang bersifat thermoplastik. Perbedaan kedua ini disebabkan oleh perbandingan molar phenol dan formaldehida, serta katalis atau kondisi yang terjadi selama berlangsungnya reaksi (Ruhendi dan Hadi, 1997).
Perekat Phenol formaldehida adalah prapolimer berbobot molekul rendah yang terbentuk phenol dan formaldehida. Polimerisasinya dikendalikan oleh kondisi asam atau basa (pH). Kondisi reaksi lainnya yang juga penting yaitu nisbah molar antara phenol dan formaldehida. Dengan mengubah waktu dan suhu reaksi dan pemilihan katalis serta reaktivitas phenol, berbagai sifat perekat dapat dibuat untuk bermacam-macam penerapan (Achmadi, 1990).
Perekat yang biasa yang biasa digunakan untuk pembuatan papan komposit adalah perekat yang bersifat thermosetting seperti urea formaldehida,
Universitas Sumatera Utara

phenol formaldehida, dan melamin formaldehida. Perekat PF termasuk perekat tipe eksterior yang tahan direbus dan tahan terhadap pengaruh cuaca. Spesifikasi perekat : warna merah tua, encer, pH 10-13, berat jenis 1,180-1,230, resin content 40-44 %, curing time 5-25 menit pada suhu 135℃, water solubility > 20 pada suhu 25℃, masa simpan 2-3 bulan, tekanan kempa 10 kg/cm², suhu pengerasan 130-135℃, berat labur 0,047 gr/cm². Kelebihan lain dari perekat ini adalah tahan terhadap serangan rayap dan jamur perusak kayu, tetapi PF ini memberikan efek warna yang gelap (Maloney, 1993).
Perendaman Dingin Hadi (1991) mengemukakan bahwa perendaman selumbar dengan air
dingin menyebabkan sebagian zat ekstraktif kayu terlarut. Semakin berkurangnya kandungan zat ekstraktif tersebut maka dimungkinkan terbentuknya garis perekatan yang lebih baik atau kontak antar selumbar dengan perekatnya lebih sempurna karena zat ekstraktif yang dapat menghambat pada proses perekatan jumlahnya berkurang.
Perendaman selumbar dengan air dingin tidak mempengaruhi kerapatan dan kadar air papan partikel, tetapi sangat mempengaruhi penyerapan air dan pengembangan tebal papan partikel pada pengujian 24 jam. Apabila ditelaah lebih lanjut ternyata semakin lama selumbar direndam, penyerapan air dan pengembangan tebal papannya semakin kecil. Namun demikian perendaman selumbar selama dua, tiga, dan empat hari tidak menunjukkan penurunan yang besar terhadap penyerapan air dan pengembangan tebal papannya (Hadi 1991).
Universitas Sumatera Utara

Perendaman Panas Kamil (1970) dalam Saputra (2004) menyatakan bahwa perendaman
partikel-partikel kayu dalam air bertujuan untuk melarutkan zat-zat ekstraktif seperti gula, pati, zat warna, dan lain-lain. Zat-zat ekstraktif yang larut dalam air panas meliputi garam-garam anorganik, garam-garam organik, gula siklol, gum pectin, galaktan, yanin, pigmen, polisakarida, dan komponen lain yang terhidrolisa. Pelarutan zat-zat ekstraktif tersebut dapat meningkatkan daya ikat antar partikel kayu dengan bahan pengikatnya.
Maloney (1997) dalam Lukman (2008) menyatakan bahwa zat ekstraktif berpengaruh terhadap konsumsi perekat, laju pengerasan perekat, dan daya tahan papan partikel yang dihasilkan. Selain itu bahan ekstraktif yang mudah menguap dapat menyebabkan terjadinya blowing atau delaminasi pada proses pengempaan panas. Semakin banyak kandungan zat ekstraktif, semakin besar pula pengaruhnya. Perendaman partikel kayu diharapkan dapat mengurangi kandungan zat ekstraktif kayu sehingga pengaruh zat ekstraktif terhadap sifat papan partikel dapat ditekan.
Diduga bahwa kualitas partikel bahan baku partikel batang kelapa sawit berpengaruh terhadap kualitas perekat likuida. Perendaman partikel batang kelapa sawit pada air panas merupakan perlakuan pendahuluan optimal untuk meningkatkan keterbasahan partikel dan akan berpengaruh terhadap perekatan karena beberapa zat ekstraktif terlarut (Ruhendi et al., 2007).
Menurut Winarno (1996), pada saat partikel kayu sawit direndam dengan air panas sebagian pati ada yang terkoagulasi atau terhidrolisa sehingga kontak
Universitas Sumatera Utara

antar partikel dengan perekat jadi lemah akibat terbentuknya gugus hidroksil bebas dan menyebabkan adanya ruang yang berisi udara diantara partikel.
Rayap Sebagai Organisme Perusak Kayu Sebagaimana di negara-negara tropika lainnya, di Indonesia rayap dikenal
sebagai serangga perusak kayu dan bangunan gedung yang paling penting. Serangannya pada kayu konstruksi bangunan dan bahan lignoselulosa lainnya telah dilaporkan hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Bahkan kerugian ekonomis yang terjadi akibat serangannya pada bangunan gedung terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 kerugian tersebut diperkirakan mencapai Rp. 3,73 trilyun (Nandika et al., 2003). Indonesia sebagai negara tropis dengan iklim dan cuaca yang hangat sepanjang tahun merupakan suatu tempat hidup yang sangat sesuai bagi organisme perusak kayu ini (Tarumingkeng, 2000).
Pengalaman selama lebih dari dua puluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa rayap merupakan faktor perusak kayu dan bangunan yang paling mengganggu. Hal ini bukan saja karena kasus serangannya yang sangat banyak dan terjadi hampir di seluruh daerah di Indonesia, tetapi juga karena kerugian ekonomis yang ditimbulkannya sangat besar. Kerusakan bukan hanya terjadi pada konstruksi bangunan gedung, tetapi juga komponen arsitektur, meubel, buku serta barang-barang lain yang disimpan di dalam bangunan. Bahkan saat ini bahaya rayap tidak hanya mengancam bangunan sederhana, tetapi juga bangunanbangunan mewah dan berlantai banyak (Tarumingkeng, 2000).
Tsoumis (1991) menyatakan rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus biogeochemical (dekomposer bahan organik) seperti siklus nitrogen, karbon,
Universitas Sumatera Utara

sulfur, oksigen dan fosfor. Mudahnya rayap beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan mereka bisa ditemui di hampir semua bentuk ekosistem. Dalam pembagian jenisnya, rayap dibagi dalam kelompok besar yaitu rayap kayu kering (dry-wood termites) dan rayap tanah (moist-wood atau subterranean termites). Koloni rayap dibangun oleh seekor raja dan ratu (bertelur ribuan tiap hari) dengan dibantu oleh kasta prajurit dan kasta pekerja.
Kemampuan rayap melakukan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan menyebabkan penyebaran rayap di dunia menjadi sangat luas. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap (Nandika et al., 2003).
Menurut Nandika et al. (2003), rayap tanah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kepala berwarna kuning, antena, labrum, dan pronotum kuning pucat; antena terdiri dari 15 segmen, segmen kedua dan keempat sama panjangnya, mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung diujungnya, batas antar sebelah dalam dari mandibel sama sekali rata; panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang kepala tanpa mandibel 1,56-1,68 mm, lebar kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm, dengan panjang badan 5,5-6,0 mm, bagian abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri; abdomen berwarna putih kekuningan.
Rayap selalu hidup dalam satu kelompok yang disebut koloni dengan pola hidup sosial. Satu koloni terbentuk dari sepasang laron (alates) betina dan jantan
Universitas Sumatera Utara

yang melakukan kopulasi dan mampu memperoleh habitat yang cocok yaitu bahan berselulosa untuk membentuk sarang utama. Koloni rayap dapat juga terbentuk dari fragmen koloni yang terpisah dari koloni utama karena sesuatu bencana yang menimpa koloni utama itu. Individu betina pertama yang dapat kita sebut ratu meletakkan beribu-ribu telur yang kemudian menetas dan berkembang menjadi individu-individu yang polimorfis (Tarumingkeng et al., 1990).
Rayap pada dasarnya adalah serangga daerah tropika dan subtropika. Namun sebarannya kini cenderung meluas ke daerah sedang (temperate ) dengan batas-batas 50 ̊ LU dan LS. Di daerah tropika rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut. Makanan utamanya adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas selulosa. Dari perilaku makan yang demikian kita menarik kesimpulan bahwa rayap termasuk golongan makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam ekosistem kita (Pracaya, 1991).
Rayap termasuk ke dalam ordo blatodea, mempunyai 7 (tujuh) famili termitidae yang merupakan kelompok rayap tinggi. Rayap merupakan serangga pemakan kayu (Xylophagus) atau bahan-bahan yang mengandung selulosa (Nandika et al., 2003). Rayap juga hidup berkoloni dan mempunyai sistem kasta dalam kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai Maret 2013.
Persiapan bahan baku dilakukan di Workshop Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (FP USU), pengovenan partikel BKS dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dan Laboratorium Ilmu Tanah FP USU. Pembuatan papan partikel dan pengujian sifat mekanis dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan Keteknikan Kayu, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian sifat fisis dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan FP USU dan pengujian ketahanan papan partikel terhadap serangan rayap dilaksanakan di hutan tridarma USU. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah partikel batang kelapa sawit dan perekat PF. Alat yang digunakan adalah chainsaw, mesin serut, terpal, plastik, universal testing machine (UTM), alat tulis, timbangan, kalkulator, oven, kalifer, kempa panas dan kamera digital. Prosedur Penelitian 1. Penyiapan bahan baku
Persiapan bahan yang dilakukan adalah dengan memilih batang kelapa sawit yang tidak produktif dan dipotong dengan chainsaw. Batang kelapa sawit dipotong menjadi beberapa bagian membentuk log/batang dan dibersihkan
Universitas Sumatera Utara

bagian kulitnya serta dibentuk menjadi balok dengan menggunakan chainsaw. Balok dari kelapa sawit di serut menjadi bentuk partikel. 2. Perendaman Partikel batang kelapa sawit direndam dengan air panas dan air dingin dengan ketentuan dalam perendaman air panas dilakukan dengan tiga variasi waktu yaitu 1, 2 dan 3 jam dan dengan perendaman air dingin variasi waktunya adalah 24, 48 dan 72 jam. Partikel yang telah direndam kemudian dikeringkan dan dioven sampai kadar airnya 5 %. 3. Pencampuran (blending) Partikel dicampurkan dengan perekat PF dengan kadar perekatnya adalah 8 %. Partikel dicampur dengan cara disemprotkan dengan menggunakan sprayer gun sesuai dengan kebutuhan setiap papan. Papan partikel yang akan dibuat adalah berkerapatan 0,7 g/cm3 dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 1 cm. 4. Pembentukan lembaran Partikel yang telah dicampur dengan perekat dimasukkan ke dalam pencetakan lembaran. Pembentukan lembaran dilakukan dengan menggunakan alat pencetak lembaran ukuran 30 cm x 30 cm x 1 cm. 5. Pengempaan panas (hot pressing) Pengempaan dilakukan adalah kempa panas suhu 1700C dengan waktu 9 menit dan tekanan kempa 25 kg/cm2. 6. Pengkondisian (conditioning) Papan yang baru dibentuk biasanya didinginkan terlebih dahulu sebelum ditumpuk. Penumpukan papan partikel pada kondisi panas akan menghambat proses pendinginannya dan memberikan efek negatif terhadap papan itu
Universitas Sumatera Utara

sendiri, seperti pewarnaan, terlepasnya partikel-pertikel lapisan permukaan pada saat pengemplasan dan menurunkan kekuatan. Pengkondisian dilakukan untuk menyerag

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Partikel dan Kadar Perekat Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida

2 48 64

Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Rayap Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Urea Formaldehida

1 50 64

Variasi Suhu dan Waktu Pengempaan terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Rayap Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit Dengan Perekat Phenol Formaldehida

2 59 69

Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehyde Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Pendek Eceng Gondok

11 70 71

Pengaruh Ukuran Partikel dan Kadar Perekat Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida

0 0 11

Pengaruh Ukuran Partikel dan Kadar Perekat Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida

0 0 11

Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Rayap Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Urea Formaldehida

0 0 9

Variasi Suhu dan Waktu Pengempaan terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Rayap Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit Dengan Perekat Phenol Formaldehida

0 0 11

Variasi Suhu dan Waktu Pengempaan terhadap Sifat Fisis, Mekanis dan Ketahanan Rayap Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit Dengan Perekat Phenol Formaldehida

0 0 14

Pengaruh Perendaman Awal Terhadap Sifat Fisis, Mekanis, dan Ketahanan Rayap Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Phenol Formaldehida

0 0 13