ANALISIS TINGKAT KERENTANAN DAERAH DALAM MENGHADAPI BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN JOMBANG (Studi di Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno)

Digital Repository Universitas Jember

ANALISIS TINGKAT KERENTANAN DAERAH DALAM MENGHADAPI
BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN JOMBANG
(Studi di Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno)

SKRIPSI

Oleh
Amalia Dwi Aryanti
112110101060

BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA KEPENDUDUKAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2015

Digital Repository Universitas Jember

ANALISIS TINGKAT KERENTANAN DAERAH DALAM MENGHADAPI
BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN JOMBANG

(Studi di Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno)

SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Pendidikan S-1 Kesehatan Masyarakat
dan mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
Amalia Dwi Aryanti
112110101060

BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIKA KEPENDUDUKAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2015

ii

Digital Repository Universitas Jember


PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku Ibu Dra. Marmi dan Bapak Drs. Sutedjo M.Pd.
tercinta yang telah membesarkanku, mendidikku tanpa lelah, dan
selalu mengucap do‟a untukku;
2. Guru-guru sejak taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi
yang telah mendidik dan memberikan ilmu;
3. Agama, Bangsa, dan Almamater Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember;

iii

Digital Repository Universitas Jember

MOTTO

Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia
menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” Dan
orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong

selain Allah.
(Terjemahan Surat Ar-Ahzab ayat 17)*)

*)

Departemen Agama Republik Indonesia. 2014. Al-Qur’an Transliterasi
latin Terjemah Indonesia. Jakarta: Suara Agung

iv

Digital Repository Universitas Jember

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Amalia Dwi Aryanti

NIM


: 112110101060

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Tingkat
Kerentanan Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Jombang (Studi di Kecamatan
Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno) adalah benar-benar hasil karya sendiri,
kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah
diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung
jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan skripsi ilmiah yang
harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 30 Juni 2015
Yang menyatakan,

Amalia Dwi Aryanti
NIM 112110101060


v

Digital Repository Universitas Jember

SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT KERENTANAN DAERAH DALAM MENGHADAPI
BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN JOMBANG
(Studi di Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno)

Oleh
Amalia Dwi Aryanti
112110101060

Pembimbing:

Dosen Pembimbing Utama

: dr. Pudjo Wahjudi, M.S.


Dosen Pembimbing Anggota

: Dwi Martiana Wati, S.Si., M.Si.

vi

Digital Repository Universitas Jember

PENGESAHAN

Skripsi berjudul Analisis Tingkat Kerentanan Bencana Tanah Longsor di
Kabupaten Jombang (Studi di Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno)
telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
pada:
Hari

: Selasa

tanggal


: 30 Juni 2015

tempat

: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Tim Penguji
Ketua,

Sekertaris,

Dr. Isa Ma‟rufi, S.KM., M.Kes.
NIP. 197509142008121002

Andrei Ramani, S.KM., M.Kes.
NIP. 198008522006041005
Anggota,

Heru Widagdo, S.P., M.Si.
NIP. 196601051998031004

Mengesahkan
Dekan,

Drs. Husni Abdul Gani, M.S.
NIP. 195608101983031003
vii

Digital Repository Universitas Jember

RINGKASAN

Analisis Tingkat Kerentanan Daerah dalam Menghadapi Bencana Tanah
Longsor di Kabupaten Jombang (Studi di Kecamatan Bareng, Wonosalam,
dan Mojowarno); Amalia Dwi Aryanti; 112110101060; 2015; xix + 117
halaman;

Bagian

Epidemiologi


dan

Biostatistika

Kependudukan

Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Kabupaten Jombang dibagi menjadi 21 kecamatan, yang mencakup 302
desa dan 4 kelurahan. Tiga diantaranya merupakan wilayah pegunungan dengan
curah hujan yang tinggi serta memiliki memiliki topografi wilayah berbukit-bukit
dengan risiko bahaya longsor yang besar, yaitu Kecamatan Wonosalam, Bareng
dan

Mojowarno.

Bencana tanah longsor merupakan bencana alam yang


menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang besar, seperti rusaknya
pemukiman, lahan produktif, dan prasarana fisik lainnya. Salah satu upaya untuk
mengurangi dampak bencana tanah longsor adalah melalui kegiatan mitigasi
bencana. Analisis tingkat kerentanan bencana tanah longsor merupakan salah satu
bentuk mitigasi bencana yang bertujuan untuk membangun kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana tanah longsor di masa yang akan datang.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kerentanan bencana
tanah longsor pada daerah rawan tanah longsor di Kabupaten Jombang. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Objek dalam
penelitian adalah tiga kecamatan rawan tanah longsor yakni Kecamatan Bareng,
Wonosalam, dan Mojowarno. Penelitian ini menggunakan data sekunder meliputi
kepadatan penduduk, jumlah kelompok rentan, jumlah fasilitas kritis dan umum,
luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor, dan luas kawasan hutan pada
masing-masing

kecamatan.

Data

yang telah terkumpul kemudian dianalisis


dengan menggunakan skoring dan pembobotan berdasarkan Pedoman Pengkajian
Risiko Bencana BNPB (2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ancaman bencana tanah
longsor pada Kecamatan Bareng dan Wonosalam tergolong pada tingkat ancaman

viii

Digital Repository Universitas Jember

sedang, sedangkan Kecamatan Mojowarno tergolong pada tingkat ancaman
rendah. Kerentanan fisik, kerentanan ekonomi, dan kerentanan lingkungan ketiga
kecamatan cenderung tinggi, sedangkan Kerentanan Sosial, pada Kecamatan
Bareng

tergolong

sedang,

Kecamatan

Wonosalam tergolong

rendah,

dan

Kecamatan Mojowarno tergolong tinggi. Setelah dilakukan analisis terhadap
indeks

kerentanan,

diketahui

bahwa

Kecamatan

Bareng

memiliki indeks

kerentanan fisik sebesar 1,00, kerentanan ekonomi sebesar 1,00, kerentanan sosial
sebesar 0,79, dan kerentanan lingkungan sebesar 0,66. Indeks kerentanan
Kecamatan Wonosalam yakni kerentanan fisik sebesar 1,00, kerentanan ekonomi
sebesar 0,59, kerentanan sosial sebesar 0,59, dan kerentanan lingkungan sebesar
0,73. Indeks Kecamatan Mojowarno yakni kerentanan fisik, kerentanan ekonomi,
dan kerentanan sosial memiliki nilai yang sama yakni sebesar 1,00, sedangkan
kerentanan lingkungan sebesar 0,66.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat kerentanan
bencana tanah longsor di Kecamatan Bareng dan Kecamatan Mojowarno
tergolong tinggi, sedangkan Kecamatan Wonosalam tergolong sedang. Srategi
penanggulangan yang dapat diterapkan untuk

Kecamatan Mojowarno

dan

Kecamatan Bareng yakni strategi protektif, melalui pembuatan bangunan penahan
longsor di sepanjang kawasan yang dilindungi, sedangkan untuk Kecamatan
Wonosalam,

adalah

perlindungan

bencana,

strategi

akomodatif,

perubahan

melalui

perencanaan

tata guna lahan dan praktik

emergensi,
pertanian,

pengaturan yang ketat untuk kawasan bencana dan meningkatkan sistem drainase.

ix

Digital Repository Universitas Jember

SUMMARY

Analysis of Regional Vulnerability in Facing Landslide Disaster in Jombang
Regency (A Study in Bareng, Wonosalam, and Mojowarno); Amalia Dwi
Aryanti; 112110101060; 2015; xix + 117 pages; Department of Epidemiology
and Biostatistics Population, Faculty of Public Health, University of Jember.

Jombang Regency is divided into 21 sub-districts, which include 302
villages and 4 administrative villages. Three of the sub-districts are mountainous
areas with high rainfall rate and hilly topography which has a greatest risk of
dangerous landslide, namely, Wonosalam, Bareng and Mojowarno. Landslide is a
natural disaster that causes casualties and great material losses, such as damages
to residential site, productive land, and other physical infrastructure. One effort
to reduce the impacts of landslides is by disaster mitigation. Analysis of
vulnerability level of landslides is one form of disaster mitigation which aims to
build disaster preparedness in facing landslides in the future.
This research was conducted to determine the vulnerability level of
landslides in landslide-prone areas in Jombang Regency. The research used
descriptive design with quantitative approach. The objects of this research were
three landslide-prone sub-districts i.e. Districts of Bareng, Wonosalam, and
Mojowarno. The research used secondary data including population density,
number of vulnerable groups, number of critical and public facilities, productive
land area, contribution of GRDP per sector, and forest area in each district. The
collected data were then analyzed using scoring and weighting based on Disaster
Risk Assessment Guidelines published by BNPB (National Agency for Disaster
Management) (2012).
The results showed that the threat level of landslides in Bareng and
Wonosalam was classified as moderate, while in Mojowarno was classified as
low. The physical vulnerability, economic vulnerability and environmental
vulnerability in the three districts tended to be high, while the social vulnerability
in Bareng was classified moderate, in Wonosalam was low, and in Mojowarno

x

Digital Repository Universitas Jember

was high. After analysis of the vulnerability index, it is known that the Sub-district
of Bareng have physical vulnerability index of 1.00, the economic vulnerability
index of 1.00, social vulnerability index of 0.79, and environmental vulnerability
index of 0.66. The Sub-district of Wonosalam have physical vulnerability index of
1.00, economic vulnerability index of 0.59, social vulnerability index of 0.59, and
environmental vulnerability index of 0.73. The Sub-district of Mojowarno have
physical vulnerability index, economic vulnerability index and social vulnerability
index has the same value which is equal to 1.00, while the environmental
vulnerability of 0.66.
The results of this study concluded that the level of vulnerability of
landslides in Sub-district of Bareng and Mojowarno was high while in Subdistrict Wonosalam was moderate. Preventive strategy, which can be applied to
Mojowarno and the Sub-district of Bareng the protective strategy, through the
manufacture of building retaining landslides along the protected areas, whereas
for the Sub-district of Wonosalam, is accommodative strategy, through emergency
planning, disaster protection, land use changes and agricultural practices, strict
arrangements for disaster area and improve the drainage system.

xi

Digital Repository Universitas Jember

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat
Kerentanan Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Jombang (Studi di Kecamatan
Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno). Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Strata
Satu (S1) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Skripsi ini mendeskripsikan tingkat kerentanan bencana tanah longsor
pada daerah rawan tanah longsor di Kabupaten Jombang. Analisis tingkat
kerentanan daerah merupakan salah satu upaya mitigasi bencana tanah longsor.
Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

menjadi

referensi

dalam

upaya

penanggulangan bencana dan peningkatan kesiapsiagaan bencana tanah longsor di
masa yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga dalam kesempatan kali ini
penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada:
1.

Bapak Drs. Husni Abdul Gani, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember;

2.

Bapak dr. Pudjo Wahjudi, M.S selaku dosen pembimbing utama dan Ibu
Dwi Martiana Wati, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing anggota yang
telah membimbing, meluangkan waktu, pikiran, perhatian, dan tenaga
dalam penyusunan skripsi ini.

3.

Pemerintah

Daerah

Kabupaten

Jombang,

Mojowarno,

Bareng,

dan Wonosalam,

Pemerintah

Kecamatan

yang telah memberikan ijin

pengambilan data dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
4.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang,
khususnya

Bapak

Gunadi yang

telah memberikan masukan dalam

penyusunan skripsi ini.
5.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jombang yang telah memberikan

xii

Digital Repository Universitas Jember

ijin pengambilan data.
6.

Kakakku dr. Ika Rahmawati Sutejo, M.Biotech. yang memberikan
dukungan doa, semangat, serta nasehat;

7.

Sahabat seperjuangan, Sulistiani dan Rafika Respitasari yang sudah
bersedia menjadi tempat berkeluh kesah, dan memberikan motivasi dikala
gundah, semoga kalian kelak suskes dengan jalan kalian masing-masing,
Amin;

8.

Teman-teman angkatan 2011 dan peminatan epidemiologi 2011 atas
segala persahabatan dan dukungan yang diberikan selama masa kuliah;

9.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak, terutama bagi seluruh sivitas akademika Universitas Jember. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, sehingga saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan.

Jember, 30 Juni 2015

Penulis

xiii

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..............................................................................
HALAMAN JUDUL .................................................................................

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................

iii

HALAMAN MOTTO ...............................................................................

iv

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................

v

HALAMAN PEMBIMBINGAN ..............................................................

vi

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................

vii

RINGKASAN ............................................................................................

viii

SUMMARY .................................................................................................

x

PRAKATA ................................................................................................

xii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

xiv

DAFTAR TABEL ......................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xvii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xviii

DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................

xix

DAFTAR LAMBANG ..............................................................................

xx

BAB 1. PENDAHULUAN .........................................................................

1

1.1 Latar Belakang........................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................

5

1.3 Tujuan......................................................................................

5

1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................

5

1.3.2 Tujuan Khusus ..............................................................

5

1.4 Manfaat ..................................................................................

6

1.4.1 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat ...........................

6

1.4.2 Bagi Mahasiswa ............................................................

6

1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang .................

6

1.4.4 Bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
Jombang ........................................................................

6

1.4.5 Bagi Masyarakat ...........................................................

6

xiv

Digital Repository Universitas Jember

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................

7

2.1 Definisi Bencana......................................................................

7

2.2 Jenis Bencana ..........................................................................

7

2.3 Definisi Tanah Longsor ..........................................................

8

2.4 Proses Terjadinya Tanah Longsor ........................................

9

2.5 Penyebab Te rjadinya Tanah Longsor ..................................

9

2.5.1 Faktor Pengontrol .........................................................

10

2.5.2 Faktor Pemicu ...............................................................

11

2.6 Jenis Tanah Longsor ..............................................................

15

2.7 Dampak Tanah Longsor ........................................................

17

2.8 Risiko Bencana ........................................................................

18

2.9 Ancaman ..................................................................................

19

2.10 Kerentanan ............................................................................

21

2.10.1 Kerentanan Sosial .........................................................

21

2.10.2 Kerentanan Ekonomi ....................................................

22

2.10.3 Kerentanan Fisik ...........................................................

23

2.10.4 Kerentanan Lingkungan................................................

24

2.10.5 Tingkat Kerentanan ......................................................

25

2.11 Metode Penyusunan Peta Kerentanan Bencana ................

26

2.12 Sistem Informasi Geografis (SIG) .......................................

27

2.12.1 Pengertian SIG ............................................................

27

2.12.2 Tahapan Kerja SIG ......................................................

27

2.12.3 Manfaat dan Penerapan SIG........................................

27

2.12.4 Pemanfaatan SIG dalam Mitigasi Bencana Tanah
Longsor........................................................................

28

2.13 Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...............................

29

2.13.1 Kabupaten Jombang ....................................................

29

2.13.2 Kecamatan Mojowarno ...............................................

31

2.13.3 Kecamatan Bareng ......................................................

33

2.13.4 Kecamatan Wonosalam ...............................................

34

xv

Digital Repository Universitas Jember

2.14 Kerangka Teori .....................................................................

37

2.15 Kerangka Konsep .................................................................

38

BAB 3. METODE PENELITIAN .............................................................

40

3.1 Jenis Penelitian........................................................................

40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...............................................

40

3.2.1 Tempat Penelitian .........................................................

40

3.2.2 Waktu Penelitian .........................................................

40

3.3 Objek Penelitian......................................................................

40

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ........................................

41

3.4.1 Variabel Penelitian .......................................................

41

3.4.2 Definisi Operasional ...................................................

41

3.5 Data dan Sumber Data ...........................................................

44

3.5.1 Data primer ..................................................................

44

3.5.2 Data sekunder .............................................................

45

3.6 Teknik dan Instrume n Pengumpulan Data ........................

45

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ..........................................

45

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data .....................................

46

3.7 Teknik Pengolahan, Penyajian, Dan Teknik Analisis Data

46

3.7.1 Teknik pengolahan data ...............................................

46

3.7.2 Teknik penyajian data .................................................

48

3.7.3 Teknik Analisis Data ...................................................

48

3.8 Kerangka Operasional ........................................................

50

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................

51

4.1 Hasil ......................................................................................

51

4.1.1 Indeks Ancaman Bencana Tanah Longsor pada Daerah
Rawan Tanah Longsor di Kabupaten Jombang ...........

51

4.1.2 Kerentanan Bencana Tanah Longsor pada Daerah
Rawan Tanah Longsor di Kabupaten Jombang ............

52

4.1.3 Indeks Kerentanan Bencana Tanah Longsor pada
Daerah Rawan Tanah Longsor di Kabupaten Jombang

xvi

59

Digital Repository Universitas Jember

4.1.4 Tingkat

Kerentanan

Daerah

dalam

menghadapi

Bencana Tanah Longsor pada Daerah Rawan Tanah
Longsor di Kabupaten Jombang ...................................

63

4.1.5 Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor pada Daerah
Rawan Tanah Longsor di Kabupaten Jombang ............

64

4.2 Pembahasan..........................................................................

66

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

80

5.1 Kesimpulan...........................................................................

80

5.2 Saran .....................................................................................

81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xvii

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1

Klasifikasi

besar

curah

hujan

harian

menurut

Badan

Meteorologi dan Geofisika ..........................................................

13

2.2

Komponen Indeks Ancaman Bencana Tanah Longsor ...............

20

2.3

Skoring Komponen Indeks Ancaman Bencana Tanah Longsor

21

2.4

Komponen Indeks Kerentanan Sosial Bencana Tanah Longsor .

22

2.5

Komponen

Indeks

Penduduk

Terpapar

Bencana

Tanah

Longsor.......................................................................................
2.6

23

Komponen Indeks Kerentanan Ekonomi Bencana Tanah
Longsor.......................................................................................

23

2.7

Komponen Indeks Kerentanan Fisik Bencana Tanah Longsor ..

24

2.8

Komponen Indeks Kerentanan Lingkungan Bencana Tanah
Longsor.......................................................................................

24

Komponen Indeks Kerugian Bencana Tanah Longsor ..............

24

2.10 Klasifikasi Tingkat Kerentanan Bencana Tanah Longsor..........

25

3.1

Variabel dan Definisi Operasional .............................................

42

3.2

Klasifikasi Tingkat Kerentanan Bencana Tanah Longsor..........

47

4.1

Indeks Ancaman Bencana Tanah Longsor pada Daerah Rawan

2.9

Tanah Longsor di Kabupaten Jombang......................................
4.2

Jumlah Rumah pada Daerah Rawan Tanah Longsor di
Kabupaten Jombang ...................................................................

4.3

54

Jumlah Produk Domestik Regional Bruto pada Daerah Rawan
Tanah Longsor di Kabupaten Jombang......................................

4.6

53

Jumlah Fasilitas Kritis pada Daerah Rawan Tanah Longsor di
Kabupaten Jombang ...................................................................

4.5

53

jumlah Fasilitas Umum pada Daerah Rawan Tanah Longsor di
Kabupaten Jombang ...................................................................

4.4

51

55

Luas Lahan Produktif pada Daerah Rawan Tanah Longsor di
Kabupaten Jombang ...................................................................

xv

56

Digital Repository Universitas Jember

4.7

Kepadatan Penduduk pada Daerah Rawan Tanah Longsor di
Kabupaten Jombang ...................................................................

4.8

Jumlah Penduduk Rentan pada Daerah Rawan Tanah Longsor
di Kabupaten Jombang ...............................................................

4.9

57

57

Luas Wilayah Hutan pada Daerah Rawan Tanah Longsor di
Kabupaten Jombang ...................................................................

58

4.10 Indeks Kerentanan Kecamatan Bareng ......................................

59

4.11 Indeks Kerentanan Kecamatan Wonosalam...............................

60

4.12 Indeks Kerentanan Kecamatan Mojowarno ...............................

62

xvi

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1

Longsoran Translasi ...................................................................

15

2.2

Longsoran Rotasi........................................................................

15

2.3

Pergerakan Blok .........................................................................

16

2.4

Runtuhan Batu ............................................................................

16

2.5

Rayapan Tanah ...........................................................................

17

2.6

Aliran Bahan Rombakan ............................................................

17

2.7

Metode Penyusunan Peta Kerentanan Bencana .........................

26

2.8

Kerangka Teori...........................................................................

37

2.9

Kerangka Konsep .......................................................................

38

3.1

Kerangka Operasional ................................................................

50

4.1

Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor pada Daerah Rawan
Tanah Longsor di Kabupaten Jombang .....................................

4.2

Peta

Histogram Kerentanan

Bencana Tanah Longsor di

Kecamatan Bareng ....................................................................
4.3

Peta

Histogram Kerentanan

Peta

Histogram Kerentanan

61

Bencana Tanah Longsor di

Kecamatan Mojowarno .............................................................
4.5

60

Bencana Tanah Longsor di

Kecamatan Wonosalam .............................................................
4.4

52

63

Peta Kerentanan Bencana Tanah Longsor pada Daerah Rawan
Tanah Longsor di Kabupaten Jombang......................................

xvii

66

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
A.

Pengantar Kuesioner ..................................................................

89

B.

Lembar Persetujuan (Informed Consent) ...................................

90

C.

Panduan Wawancara ..................................................................

91

D.

Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah .......................................

96

E.

Lembar Checklist........................................................................

97

F.

Pedoman Konversi Kedalam Rupiah .........................................

99

G.

Dokumentasi Penelitian..............................................................

109

H.

Surat Ijin Penelitian ....................................................................

112

I.

Estimasi Rekapitulasi Penilaian Kerugian Berdasarkan Faktor
Fisik dan Ekonomi .....................................................................

xviii

117

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR SINGKATAN

Bakornas PB

= Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana

BPBD

= Badan Penanggulangan Bencana Daerah

BNPB

= Badan Nasional Penanggulangan Bencana

HFA

= Hyogo Framework for Actions

Kepmenkes

= Keputusan Menteri Kesehatan

PDRB

= Produk Domestik Regional Bruto

Perka BNPB

= Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Permenkes

= Peraturan Menteri Kesehatan

SIG

= Sistem Informasi Geografis

UU

= Undang-undang

WHO

= World Health Organization

xix

Digital Repository Universitas Jember

DAFTAR LAMBANG

>

= Lebih dari

<

= Kurang dari

=

= Sama dengan



= Kurang dari sama dengan



= Lebih dari sama dengan



= Sampai

%

= Persen

0

= Derajat

xx

Digital Repository Universitas Jember

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kepulauan Indonesia terletak pada wilayah pertemuan 3 (tiga) lempeng

besar dunia yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah
pertemuan antar lempeng tersebut terjadi zona penunjaman atau subduction zone
yang mengakibatkan pembentukan gunung api di busur kepulauan dengan
kemiringan sedang hingga terjal. Material hasil letusan gunung api mempunyai
porositas tinggi dan kurang kompak dan tersebar di daerah dengan kemiringan
terjal. Jika terganggu keseimbangan hidrologinya, daerah tersebut akan rawan
terhadap tanah longsor. Kondisi tersebut mengakibatkan wilayah yang berada
dalam busur kepulauan bersifat rawan terhadap tanah longsor (BNPB, 2010).
Indonesia yang berada di daerah tropis memiliki curah hujan yang berkisar
>2000 mm/tahun. Faktor tersebut ditambah dengan alih fungsi hutan yang tidak
semestinya, topografi wilayah yang berbukit-bukit, posisi Indonesia yang terletak
di antara tiga lempeng besar dunia dapat memicu gempa, munculnya sesar atau
patahan dan letusan gunung berapi menyebabkan longsor sering terjadi (Rupaka,
2013).
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng (BNPB, 2012). Tanah
longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material laporan, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Secara geologi tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana
terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya
penahan.

Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan

kepadatan tanah. Daya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air,
beban serta berat jenis tanah batuan (Nandi, 2007).
Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008 di Indonesia tercatat 647

1

Digital Repository Universitas Jember

2

kejadian bencana, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir
dan longsor (Fadli dalam Rupaka, 2013). Dilihat dari Indeks Risiko Bencana
Indonesia Tahun 2013, terdapat 27 Kabupaten/Kota di Jawa Timur yang masuk
dalam kelas risiko tinggi bencana tanah longsor, salah satunya adalah Kabupaten
Jombang (BNPB, 2014).
Kabupaten Jombang menurut posisi geografis terletak antara 50 20‟ 01”
sampai 50 30‟ 01” bujur timur dan 070 24‟ 01” sampai 070 45‟ 01” lintang selatan
dengan luas wilayah 115.950 Ha atau 2,4 % luas Provinsi Jawa Timur. Keadaan
iklim khususnya curah hujan di Kabupaten Jombang yang terletak pada ketinggian
500 meter dari permukaan laut mempunyai curah hujan relatif rendah yakni
berkisar antara 1750 - 2500 mm pertahun. Daerah yang terletak pada ketinggian
lebih dari 500 meter dari permukaan air laut, rata-rata curah hujannya mencapai
2500 mm pertahunnya (Pemerintah Kabupaten Jombang, 2012).
Secara administratif wilayah Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21
kecamatan, yang mencakup 302 desa dan 4 kelurahan. Secara topografis,
Kabupaten Jombang dibagi menjadi 3 (tiga) sub area, yaitu kawasan utara, bagian
pegunungan kapur muda Kendeng yang sebagian besar mempunyai fisiologi
mendatar dan sebagian berbukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso,
Kudu dan Ngusikan. Kawasan Tengah, sebelah selatan sungai Brantas, meliputi
Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito,
Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang dan Kesamben. Kawasan
Selatan,

merupakan tanah pegunungan,

cocok

untuk

tanaman perkebunan,

meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno dan Wonosalam. Penggunaan
lahan di Kabupaten Jombang didominasi oleh sawah yang mencapai 42,19 % dari
luas wilayah kabupaten, kemudian permukiman/ perumahan 24,08 %, hutan 19,46
%, tegal 11,62 % dan penggunaan lainnya 2,65 % (BPS Kabupaten Jombang,
2013).
Dari keempat kecamatan yang ada di kawasan selatan, tiga diantaranya
memiliki memiliki topografi yang sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit, yaitu
Wonosalam, Bareng dan Mojowarno. Ketiga kecamatan tersebut merupakan
daerah

pegunungan

dengan kondisi wilayah yang bergelombang.

Sebagian

Digital Repository Universitas Jember

3

Kecamatan Wonosalam memiliki ketinggian di atas 500 m. Wilayah pegunungan
dan perbukitan diketahui memiliki risiko bahaya longsor yang besar. Ada enam
titik rawan longsor yang tersebar di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Bareng dan
Kecamatan Wonosalam (Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten
Jombang, 2013).
Fenomena alam tanah longsor berubah menjadi bencana alam manakala
tanah longsor tersebut menimbulkan korban, baik berupa korban jiwa maupun
kerugian harta benda dan hasil budaya manusia. Bencana tanah longsor
merupakan salah satu jenis bencana alam yang banyak menimbulkan korban jiwa
dan kerugian material yang sangat besar, seperti: rusaknya lahan pertanian,
kawasan permukiman,

jalan,

jembatan, irigasi, dan prasarana fisik lainnya

(Fatmasari, 2010).
Pada tanggal 28 Januari 2014 telah terjadi bencana tanah longsor yang
menewaskan 14 orang di Dusun Kopen, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng,
Kabupaten Jombang. Sebanyak 6 rumah rusak berat dan 20 rumah rusak ringan.
Tanah longsor terjadi diduga karena beberapa faktor alam, diantaranya karakter
tanah yang gembur, pepohonan yang masih berusia muda, dan curah hujan yang
tinggi. Hujan intensitas tinggi dalam durasi lebih dari 60 menit mengakibatkan
tanah longsor yang menimbun 6 rumah (BPBD Provinsi Jawa Timur, 2014).
Berdasarkan hasil investigasi tim Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa
Timur, ditemukan bahwa alih fungsi lahan berperan besar dalam kejadian
tersebut. Pemukiman yang ada, berlokasi persis di bawah bukit yang menjadi
hutan produksi yang diduga telah ditebang habis sebelumnya. Dengan tiadanya
tanaman tegakan besar yang mampu menahan lahan dengan kemiringan sekitar 45
derajat, akibatnya, hujan terus menerus yang terjadi sejak sore hari menyebabkan
tanah menjadi gembur dan menyebabkan longsor. Kebijakan mengubah wilayah
hutan lindung yang seharusnya adalah wilayah serapan menjadi hutan produksi
telah mengabaikan daya dukung lingkungan yang ada, karena hutan produksi
ditujukan untuk diambil kayunya dan tidak didesain untuk tutupan lahan (Walhi
Jatim, 2014).

Digital Repository Universitas Jember

4

Bencana (disaster) merupakan fenomena yang terjadi karena komponenkomponen pemicu (trigger), ancaman (hazard), dan kerentanan (vulnerability)
bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko (risk)
pada komunitas (BNPB dalam Sari, 2011). Dengan adanya bencana tanah longsor
beserta dampak negatif yang ditimbulkan di Dusun Kopen, Desa Ngrimbi,
Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang tersebut, menandakan masih tingginya
kerentanan daerah dalam menghadapi ancaman bahaya. Tingkat kerentanan
adalah suatu hal penting untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya bencana, karena bencana baru akan terjadi bila
‟bahaya‟ terjadi pada ‟kondisi yang rentan‟, seperti yang dikemukan Awatona
dalam Sari (2011). Tingkat kerentanan dapat ditinjau dari kerentanan fisik
(infrastruktur), sosial kependudukan, dan ekonomi (Sari, 2011).
Status ancaman dari suatu bencana sangat tergantung dari kapasitas
individu maupun komunitas dalam menguasai sistem peringatan dini (early
warning system) (Mansur dan Sriyana, 2012). Ancaman gerakan tanah/tanah
longsor akan dipahami sebagai sesuatu yang mendadak oleh masyarakat yang
tidak memahami penanggulangan bencana, tetapi akan dipahami sebagai sesuatu
yang berangsur oleh masyarakat yang paham penanggulangan bencana. Bencana
juga akan mereduksi kapasitas komunitas dalam menguasai maupun mengakses
aset penghidupan (livelihoodassets) (Sari, 2011).
Salah satu upaya untuk mengurangi dampak bencana baik kerusakan
infrastruktur maupun korban jiwa adalah melalui kegiatan mitigasi bencana.
Upaya mitigasi bencana tanah longsor merupakan suatu hal yang penting dalam
upaya membangun kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana tanah longsor.
Analisis tingkat kerentanan bencana tanah longsor merupakan salah satu bentuk
mitigasi

bencana

yang

bertujuan

untuk

membangun

kesiapsiagaan

dalam

menghadapi bencana tanah longsor di masa yang akan datang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui
bahwa belum ada kajian mengenai tingkat kerentanan bencana tanah longsor di
Kabupaten Jombang,

sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

tingkat kerentanan daerah dalam menghadapi bencana tanah longsor di Kabupaten

Digital Repository Universitas Jember

5

Jombang agar dapat menjadi rekomendasi pada masyarakat yang tinggal di daerah
rawan longsor serta mengetahui peran serta pemerintah daerah dalam menghadapi
bencana longsor.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat kerentanan daerah dalam menghadapi
bencana longsor pada daerah rawan tanah longsor di Kabupaten Jombang
(Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno)?”

1.3

Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis tingkat kerentanan daerah
dalam menghadapi bencana longsor pada daerah rawan tanah longsor (Kecamatan
Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno) di Kabupaten Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus :
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.

Mengindentifikasi indeks ancaman bencana tanah longsor pada daerah
rawan

tanah

longsor

di Kabupaten Jombang (Kecamatan Bareng,

Wonosalam, dan Mojowarno).
b.

Mengindentifikasi

kerentanan

fisik,

kerentanan

ekonomi,

kerentanan

sosial, dan kerentanan ekologi pada daerah rawan tanah longsor di
Kabupaten Jombang (Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno).
c.

Menganalisis indeks kerentanan pada daerah rawan tanah longsor di
Kabupaten Jombang (Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno).

d.

Menganalisis tingkat kerentanan daerah dalam menghadapi bencana tanah
longsor pada daerah rawan tanah longsor di Kabupaten Jombang
(Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno).

Digital Repository Universitas Jember

e.

6

Menyusun peta kerentanan bencana tanah longsor Kecamatan Bareng,
Wonosalam, dan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

1.4

Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian

ini diharapkan

dapat

menambah

ilmu

pengetahuan,

khususnya dalam bidang Epidemiologi Bencana dan Kedaruratan mengenai
tingkat kerentanan bencana tanah longsor, sehingga dapat digunakan sebagai
referensi dalam bidang Epidemiologi Bencana dan Kedaruratan.

1.4.2 Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan
sarana

informasi mengenai surveilans

epidemiologi bencana

terkait tingkat

kerentanan bencana tanah longsor.

1.4.3 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

digunakan

sebagai

bahan

pertimbangan untuk perencanaan kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan
pengalokasian sumberdaya di bidang kesehatan.

14.4 Bagi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jombang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
rencana menejemen mitigasi tanah longsor di Kecamatan Bareng, Kabupaten
Jombang.

1.4.5

Bagi Masyarakat
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

tentang tingkat kerentanan terhadap bahaya tanah longsor dan kemampuan dalam
menghadapi bencana tanah longsor.

Digital Repository Universitas Jember

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Bencana
Bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan

kesusahan, kerugian atau penderitaan (Purwadarminta, 2006).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor

alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (Bakornas PB, 2007).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (BNPB, 2007).
Definisi bencana diatas mengandung tiga aspek dasar, yaitu terjadinya
peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard), peristiwa atau
gangguan
masyarakat,

tersebut

mengancam

kehidupan,

penghidupan,

dan

fungsi

dari

serta ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui

kemampuan masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka. Bencana
dapat terjadi, karena adanya dua kondisi yaitu peristiwa atau gangguan yang
mengancam dan merusak (hazard) serta kerentanan (vulnerability) masyarakat.
Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka

masyarakat dapat

mengatasi peristiwa yang mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan,
tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana.

2.2

Jenis Bencana
Jenis bencana menurut BNPB (2010) dan Undang-Undang No. 24 Tahun

2007, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bencana alam, bencana non alam,

7

Digital Repository Universitas Jember

8

dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, gelombang pasang dan
tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang
diakibatkan oleh serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Menurut UN International Strategy for Disaster Reduction (dalam Fadilah,
2010) terdapat dua jenis utama bencana, yaitu bencana alam dan bencana
teknologi. Bencana alam terdiri dari tiga yakni bencana hydro-meteorological
berupa banjir, topan, banjir bandang, kekeringan dan tanah longsor, bencana
geophysical berupa gempa,

tsunami,

dan aktifitas vulkanik, dan bencana

biological berupa epidemi, penyakit tanaman dan hewan. Bencana teknologi
terbagi menjadi tiga yakni kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, dan
kecelakaan miscellaneous. Kecelakaan industri berupa kebocoran zat kimia,
kerusakan

infrastruktur

industri,

kebocoran

gas,

keracunan

dan

radiasi.

Kecelakaan transportasi berupa kecelakaan udara, rail, jalan dan transportasi air.
Kecelakaan miscellaneous berupa struktur domestic atau struktur nonindustrial,
ledakan dan kebakaran.

2.3

Definisi Tanah Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,

ataupun

percampuran keduanya,

menuruni atau keluar lereng akibat dari

terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut (BNPB,
2007).
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut landslide adalah
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,
atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng (Pusat
Informasi Bencana Aceh, 2010).

Digital Repository Universitas Jember

9

Longsor merupakan perpindahan bebatuan dan material lainnya dalam
jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di daerah terjal
dan

tidak stabil (Pusat Pendidikan Mitigasi Bencana Universitas Pendidikan

Indonesia, 2010).

2.4

Proses Terjadinya Tanah Longsor
Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng

lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan daya pendorong dipengaruhi
oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan (Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008).
Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah
menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng (Erfandi, 2014). Terjadinya tanah longsor pun dapat dilihat dari
gejala-gejala yang terlihat sebelumnya.
a.

Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.

b.

Biasanya terjadi setelah hujan.

c.

Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.

d.

Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan

2.5

Penyebab Terjadinya Tanah Longsor
Karnawati (dalam Darmawan,

longsor

karena

adanya

faktor-faktor

2014) menjelaskan bahwa terjadinya
pengontrol

gerakan

di

antaranya

geomorfologi, geologi, geohidrologi, dan tata guna lahan, serta adanya prosesproses pemicu gerakan seperti, infiltrasi air ke dalam lereng, getaran, dan aktivitas
manusia.

Digital Repository Universitas Jember

10

2.5.1 Faktor Pengontrol
a.

Kelerengan (slope)
Menurut Karnawati (dalam Effendi, 2008), kelerengan menjadi faktor yang

sangat penting dalam proses terjadinya tanah longsor. Pembagian zona kerentanan
sangat terkait dengan kondisi kemiringan lereng. Kondisi kemiringan lereng lebih
15º perlu mendapat perhatian terhadap kemungkinan bencana tanah longsor dan
tentunya dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung. Pada
dasarnya sebagian besar wilayah di Indonesia merupakan daerah perbukitan atau
pegunungan yang membentuk lahan miring.
Terdapat tiga tipologi lereng yang rentan untuk bergerak/longsor, yaitu :
1)

Lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah gembur di alasi oleh batuan
atau tanah yang lebih kompak

2)

Lereng yang tersusun oleh pelapisan batuan miring searah lereng, dan

3)

Lereng yang tersusun oleh blok-blok batuan.

b.

Kondisi Geologi
Faktor geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah

struktur geologi, sifat batuan, hilangnya perekat tanah karena proses alami
(pelarutan). Struktur geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah
kontak batuan dasar dengan pelapukan batuan, retakan/rekahan, perlapisan batuan,
dan patahan. Zona patahan merupakan zona lemah yang mengakibatkan kekuatan
batuan berkurang sehingga menimbulkan banyak retakan yang memudahkan air
meresap (Surono dalam Effendi, 2008).
Struktur

perlapisan batuan dapat bertindak

sebagai bidang gelincir

sehingga kemiringan perlapisan batuan yang searah dengan kemiringan lereng
berpotensi mengalami gerakan tanah. Retakan batuan sering menjadi saluran air
masuk ke dalam lereng, semakin banyak air yang masuk melewati kekar, tekanan
air juga akan semakin meningkat, mengingat jalur tersebut merupakan bidang
dengan kuat geser lemah, maka kenaikan tekanan air sangat mudah menggerakkan
lereng melalui jalur tersebut.

Digital Repository Universitas Jember

c.

11

Tata guna lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata guna lahan perkebunan,

pemukiman, dan pertanian yang berada pada lokasi lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah
menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan
untuk daerah perkebunan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat
menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah
longsoran lama.

2.5.2 Faktor Pemicu
Gangguan yang merupakan pemicu tanah longsor merupakan proses
alamiah atau tidak alamiah ataupun kombinasi keduanya, yang secara aktif
mempercepat proses hilangnya kestabilan pada suatu lereng. Jadi pemicu ini dapat
berperan dalam mempercepat peningkatan gaya penggerak/peluncur/driving force,
mempercepat

pengurangan

gaya

penahan

gerakan/resisting

force,

ataupun

sekaligus mengakibat keduanya. Secara umum ganguan yang memicu tanah
longsor adalah:
a.

Hujan
Karnawati (dalam Effendi, 2008) menyatakan salah satu faktor penyebab

terjadinya bencana tanah longsor adalah air hujan. Air hujan yang telah meresap
ke dalam tanah lempung pada lereng akan tertahan oleh batuan yang lebih
kompak dan lebih kedap air. Derasnya hujan mengakibatkan air yang tertahan
semakin meningkatkan debit dan volumenya dan akibatnya air dalam lereng
inisemakin menekan butiran-butiran tanah dan mendorong tanah lempung pasiran
untuk bergerak longsor.
Batuan yang kompak dan kedap air berperan sebagai penahan air dan
sekaligus sebagai bidang gelincir longsoran, sedangkan air berperan sebagai
penggerak massa tanah yang tergelincir di atas batuan kompak tersebut. Semakin
curam kemiringan lereng maka kecepatan penggelinciran juga semakin cepat.
Semakin gembur tumpukan tanah lempung maka semakin mudah tanah tersebut

Digital Repository Universitas Jember

12

meloloskan air dan semakin cepat air meresap ke dalam tanah. Semakin tebal
tumpukan tanah, maka juga semakin besar volume massa tanah yang longsor.
Tanah yang longsor dengan cara demikian umumnya dapat berubah menjadi
aliran lumpur yang pada saat longsor sering menimbulkan suara gemuruh. Hujan
dapat memicu tanah longsor melalui penambahan beban lereng dan menurunkan
kuat geser tanah.Hujan pemicu gerakan tanah adalah hujan yang mempunyai
curah tertentu dan berlangsung selama periode waktu tertentu, sehingga air yang
di curahkannya dapat meresap ke dalam lereng dan mendorong massa tanah untuk
longsor.
Secara umum terda