Dari Seminar Internasional Ekonomi Islam di Banjarmasin

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
lab-akuntansi.umm.ac.id

Dari Seminar Internasional Ekonomi Islam di Banjarmasin
Tanggal: 2011-12-05
Farooq Haaq Ph.D pada saat seminar internasional ekonomi islam di Banjarmasin

Perkembangan yang dinamis pada bisnis syariah memunculkan perlunya perhatian khusus pada sektor pemasaran
yang syariah (Shariah Marketing) ungkap Farooq Haaq, Ph.D dalam seminar internasional ekonomi islam yang
diadakan di hotel Rattan INN Banjarmasin, Rabu, 30 desember 2011. Perkembangan sistem ekonomi Islam dan sektor
binis islam yang mulai menjamur diseluruh belahan dunia tentunya memerlukan sistem pemasaran yang syariah pula.
Dalam Islam, kehalalan suatu produk tidak cukup hanya dengan membubuhkan label halal pada kemasan produk
tersebut. Islam mengatur bahwa halalnya suatu produk ditentukan oleh proses pembuatan dan kandungan zat yang ada
pada suatu produk yang dihasilkan.
Sejauh ini, para pelaku bisnis islami sangat jarang mengamati hal-hal yang berkaitan dengan pemasaran secara islami.
Pernahkah kita berfikir bahwa Etihad airlines dan Emirates merupakan jasa penerbangan yang sudah menjalankan
bisnisnya secara syariah?. Kebanyakan orang memang mengetahui bahwa kedua perusahaan itu merupakan maskapai
penerbangan milik Uni Emirates Arab. Akan tetapi, ketika diperjalanan, kedua maskapai itu menawarkan bir dan wine
sebagai menu minuman bagi para penumpang pesawat terbang. Apakah itu masih bisa sesuai dengan syariah?.”
Lanjut Dosen Charles Darwin University tersebut.

Dilain kasus misalnya, di China, ada sebuah hotel yang mengklaim dirinya halal dengan menaruh papan tulisan di
depan hotel bertuliskan “Halal Hotel”. Dan setelah diamati, ternyata hotel tersebut berani mengklaim halal hanya
karena ada lukisan ka’bah di ruang tamu hotel. Ini sangat lucu.” Tandas beliau.
Kehalalan suatu produk tidak bisa hanya dengan cara memberikan kesan Islami atau menampakkan sesuatu-sesuatu
yang berhubungan dengan orang Islam seperti sajadah, gambar masjid, orang dengan kopiah, atau label halal. Karena,
saya punya teman seorang Nasrani yang ketika membeli suatu makanan yangmana kemasan produk makanan itu
bertuliskan halal dengan tulisan arab, dia malah mengklaim “ini pasti produk buatan Al-qaeda”. Meskipun saya sudah
menjelaskan bahwa itu maksudnya Halal, atau boleh dikonsumsi oleh orang muslim, ia tetap bersikeras bahwa itu
produk buatan Al-Qaeda, sehingga ia enggan untuk mengkonsumsinya. Itu artinya, mekanisme pemasaran dengan
membubuhkan tulisan halal dengan tulisan arab itu, di samping tidak menjamin kehalalannya (karena bisa dicetak
sekehendak hati) juga memberikan kesan yang negatif bagi segelintir konsumen dari negara tertentu. ” Jelas dosen
kelahiran India tersebut.
Sehingga, konsep, metode, dan mekanisme pemasaran yang dilakukan secara islami, yang harusnya kita
implementasikan dalam rangka memajukan bisnis yang benar-benar islami itu, memang sangat penting untuk kita kaji
lebih mendalam. “Saya berharap, suatu saat, semua lini atau sektor bisnis, baik Manufaktur, perdagangan, ekspedisi,
travel, hotel, dan semuanya yang dimiliki muslim, benar-benar bisa menjalankan bisnisnya secara islami, dan bisa
dipasarkan dengan cara yang islami pula, yang sesuai dengan syariah Islam. Karena kita tahu, suatu bisnis, tidak akan
maju tanpa peran pemasaran. Tetapi peran pemasaran yang baik, bagi bisnis Islami, tentunya harus dilakukan dengan
cara yang baik lagi islami. Wallahu’alam” ungkap dosen yang baru pertama kali berkunjung ke Banjarmasin itu.(hs)


page 1 / 1