Lagi, UMM Tambah Mahasiswa Asing

Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id

Lagi, UMM Tambah Mahasiswa Asing
Tanggal: 2011-02-21
Dave sedang mengenakan almamater sebagai tanda telah resmi menjadi mahasiswa UMM

Empat mahasiswa asing peserta program Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (Acicis) kembali diterima di Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka adalah Christopher Radford, Yasmin Winnet, David Wyatt dan Natha Middlemas. Kali ini merupakan angkatan
ke-32 sejak 15 tahun UMM bekerjasama dengan konsorsium belasan universitas di Australia itu. Acara penerimaan mahasiswa asing itu berlangsung
Senin (21/02).
Menariknya, meski mereka memperoleh beasiswa dari Australia, tidak semua berasal dari Negeri Kanguru itu. Christopher Radford dan
Yasmin Winnet merupakan warga Inggris yang studi di School of Oriental and African Studies, University of London. Sedangkan David Wyatt dan Natha
Middlemas, keduanya memang warga Australia, masing-masing studi di Murdoch University dan Curtin University of Technology, Australia Barat.
Direktur Acicis UMM, Prof. Dr. M. Mas’ud Said membenarkan tidak semua mahasiswa Acicis dari Australia. Pada periode-periode
sebelumnya, ada juga yang dari Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. “Ini membuat variabililitas budaya mahasiswa Acicis sangat bervariasi sehingga
lebih menarik bagi kami,” ujarnya.
Di UMM, mahasiswa Acicis akan menempuh studi dan melakukan riset selama satu semester. Kuliah klasikal dibimbing oleh dosen-dosen dari
FISIP, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Sedangkan riset dibimbing oleh supervisor dari fakultas yang relevan. “Misalnya, Radford akan dibimbing
oleh Dekan Ekonomi karena dia mengkaji perbankan Indonesia. Begitu juga Yasmin Winnet yang tertarik di pertanian dibimbing oleh pakar agribisnis, Dr.

Ir. Dyah Erni,” terang Mas’ud.

Asisten Rektor Bidang Kerjasama Luar Negeri, Drs. Soeparto, M.Pd, menyatakan saat ini semakin banyak orang asing yang studi di UMM. Di
luar mahasiswa program reguler, mahasiswa asing di UMM selain program Acicis, ada juga program Erasmus Mundus dan Darmasiswa. “Bulan depan,
kita juga akan menerima 33 mahasiswa asal Amerika Serikat yang akan mengikuti training pre-service sebelum mengikuti program Peace Corps,” lanjut
Suparto. Tahun lalu, Peace Corps hanya mengirim 19 orang. UMM merupakan satu-satunya host yang dipercaya melatih relawan asal AS itu.
Dekan FISIP, Dr. Wahyudi berpesan agar mahasiswa Acicis merasa lebih rileks belajar di UMM. Berbeda dengan studi di kota lain, di UMM
sudah terbiasa dengan suasana akademik yang multikulturalis. Apalagi hubungan antara mahasiswa dan dosen cukup santai, bersifat kolegial. “Jangan
segan-segan berkomunikasi dengan mahasiswa lokal karena kami juga berkepentingan agar mahasiswa kami terbiasa dengan berbahasa Inggris dan
mengenal budaya asing,” kata Wahyudi.

Salah seorang mahasiswa Acicis, David Wyatt, mengaku senang ketika pertama kali menginjakkan kaki di Malang dua hari lalu. Sebelum di
UMM, dia mengambil studi filsafat di UGM. Dari Yogyakarta dia nekat mengendarai sepeda motor menuju Malang yang ditempuh seorang diri selama 10
jam. “Saya senang di sini, lebih dingin. Kampus UMM juga sejuk, saya suka suasananya,” kata Wyatt.
Suparto menambahkan, UMM telah menapaki tiga strategi internasionalnya untuk menuju ke international class university. Ketiga tahap strategi itu,
terangnya, adalah international awareness, international exposure, international recognition. “Saat ini pengakuan internasional sedang kita peroleh.
Selain dari bertambahnya mahasiswa asing juga dari anugerah bintang dua dari Institusi Akreditasi universitasinternasional, QS Star,” pungkas Suparto.
(rwp/nas)

page 1 / 1