ANALISA PEMENUHAN ASPEK KEPASTIAN HUKUM DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM TENTANG TINDAK PIDANA CUKAI (Studi Surat Dakwaan NO.REG.PERKARA : PDS-01/TG.PRK/02/2011 Surabaya Dengan Terdakwa Purnomo Yanto).

(1)

1

Kasus atau perkara pidana merupakan perkara publik, yang proses pengaturannya adalah diatur oleh negara sebagai puncak dari pengaturan terhadap publik. Dalam kasus pidana ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam proses penyelesaiannya. Kasus pidana melibatkan orang atau subyek hukum yang melawan negara yang dalam hal ini dijalankan oleh lembaga penegak hukum baik kepolisian dan kejaksaan sekaligus hakim sebagai tonggak keadilan dalam memberikan putusan dalam penyelesaian kasus pidana.

Proses penyelesaian kasus pidana diatur dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) yang merupakan hasil karya pertama bangsa Indonesia yang telah dituangkan dalam aturan No. 8 tahun 1981 yang mengatur proses beracara tersebut. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum secara jujur dan tepat.1

Surat dakwaan merupakan suatu akta yang dikenal dalam proses penuntutan perkara pidana dan merupakan bagian dari hukum acara pidana.

1

Ramdlon Naning, Himpunan Perangkat Peraturan Perundang-undangan Pelaksanaan KUHAP,Liberty,Yogyakarta,1984,hlm 28.


(2)

Proses penuntutan terhadap perkara pidana merupakan tindak lanjut dari proses penyidikan terhadap dugaan terjadinya suatu tindak pidana oleh seseorang atau suatu badan hukum. Di dalam pasal 140 ayat (1) KUHAP sebagaimana diatur dalam Undang-Undang bahwa, “dalam hal Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat dilakukan

penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan.”

Di dalam pasal 143 ayat (1) KUHAP dinyatakan bahwa, “Penuntut

Umum melimpahkan perkara ke Pengadilam Negeri dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan.”

Hampir tidak ada literatur yang dapat dipakai sebagai acuan tentang pengertian surat dakwaan. Pada umumnya surat dakwaan diartikan oleh para ahli hukum berupa pengertian surat akta yang memuat perumusan maupun ditarik atau disimpulkan dari hasil pemeriksaan penyidik dihubungkan dengan pasal tindak pidana yang dilanggar dan didakwakan kepada terdakwa, dan surat dakwaan tersebutlah yang menjadi dasar pemeriksaan bagi hakim dalam sidang pengadilan.2

Menurut rusli muhammad,3 KUHAP tidak menyebutkan pengertian surat dakwaan. KUHAP hanya menyebutkan ciri dan isi surat dakwaan itu seperti di sebutkan pasal 143 ayat(2), yakni;

“Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan

ditandatangani serta berisi:

2

M. Yahya Harahap, 1997, Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP, jilid 1, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 414

3

Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Kontenporer, Citra Aditya bakti, Bandung, hlm 83.


(3)

a. Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.

b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Di dalam KUHAP tidak dijelaskan bahwa surat dakwaan merupakan dasar dari pemeriksaan oleh hakim dipersidangan, tetapi dari rumusan pasal 140 ayat (1), 141 ayat (1), 143 ayat(1) dan (2), 144 dan pasal 155 ayat (2) maupun pengertian surat dakwaan yang dikemukakan oleh M. Yahya Harahap, SH dan praktek persidangan pidana yang selama ini berlaku di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa surat dakwaan merupakan dasar bagi pemeriksaan oleh hakim dalam sidang pengadilan. Selain berfungsi sebagai dasar bagi pemeriksaan di persidangan, surat dakwaan berfungsi sebagai dasar bagi Penuntut Umum dalam mengajukan tuntutan pidana terhadap terdakwa, sebagai dasar bagi terdakwa untuk membela dirinya dan sebagai dasar bagi hakim untuk menjatuhkan putusannya.

Berdasarkan rumusan-rumusan tersebut di atas dapat juga disimpulkan bahwa surat dakwaan merupakan suatu rumusan dari tindak pidana, hasil proses penyidikan yang dibuat dalam bentuk suatu akta guna membawa hasil penyidikan tersebut ke dalam pemeriksaan pengadilan untuk memperoleh putusan hakim tentang perbuatan terdakwa yang


(4)

disangkakan atasnya. Tanpa surat dakwaan penyidikan tentang tindak pidana tidak dapat diperiksa dan diputus oleh pengadilan.

Pasal 140 ayat (1) KUHAP memberikan petunjuk bahwa yang berwenang membuat surat dakwaan adalah Jaksa Penuntut Umum. Dengan fungsi surat dakwaan seperti demikian maka seorang Jaksa Penuntut Umum dituntut untuk memiliki kapabilitas dalam membuat surat dakwaan sehingga kesalahan membuat surat dakwaan yang mengakibatkan seorang terdakwa yang benar-benar bersalah dapat dibebaskan dari dakwaan tidak perlu terjadi.

Walaupun di dalam KUHAP tidak diatur tentang bentuk-bentuk surat dakwaan tetapi pembuatan suatu dakwaan terkait dengan tindak pidana secara materiil, misalnya kejadiannya seperti yang diatur dalam pasal 65 ayat (1) KUHAP yaitu gabungan dari beberapa perbuatan yang masing-masing harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri dan yang masing-masing menjadi kejahatan yang terancam dengan hukuman utama yang sejenis (concursus realis), dimana dakwaannya harus berbentuk kumulatif, atau jika ada beberapa perbuatan yang diduga dilakukan oleh terdakwa tetapi Penuntut Umum ragu-ragu perbuatan mana yang tepat didakwakan terhadap terdakwa maka Penuntut Umum membuat dakwaan secara alternatif.4

4

Osman Simanjuntak, 1999, Teknik Penerapan Surat Dakwaan, Cetakan. Pertama, Sumber Ilmu Jaya, Jakarta.


(5)

Di dalam praktek, surat dakwaan dibuat dalam beberapa bentuk sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya yaitu, Dakwaan tunggal, Dakwaan kumulatif, Dakwaan subsidair, Dakwaan alternatif, Dakwaan kombinasi.

Bentuk surat dakwaan ini merupakan gabungan antara hukum acara pidana dan hukum pidana, Sedang bentuk subsidair, alternatif dan kombinasi tidak ditemukan dalam hukum pidana maupun hukum acara pidana. Ketiga bentuk dakwaan tersebut lahir dari praktek yang kemudian yang diterima didalam persidangan sehingga menjadi kebiasaan yang diterima sebagai hukum.5

Alasan adanya dakwaan dengan bentuk subsidair dan alternatif adalah apabila penuntut umum ragu-ragu pasal mana yang paling tepat diterapkan terhadap perbuatan yang didakwakan terhadap terdakwa (apakah penipuan atau penggelapan, apakah pembunuhan berencana atau pembunuhan biasa). Oesman Simanjuntak berpendapat dakwaan alternatif berbeda dengan dakwaan subsidair, tetapi M.Yahya Harahap berpendapat bahwa kedua bentuk dakwaan tersebut sama. Pendapat bahwa kedua bentuk dakwaan tersebut sama mengakibatkan sering dipersidangan kedua bentuk dakwaan tersebut (alternatif dan subsidair) diperiksa didalam pengertian yang sama, yaitu jika dakwaan pertama tidak terbukti, maka hakim akan menyatakan bahwa dakwaan pertama tidak terbukti secara sah menurut hukum dan oleh karena itu terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan

5


(6)

tersebut. Selanjutnya hakim akan memeriksa dakwaan kedua dan jika terbukti maka terdakwa akan diputuskan dipidana berdasarkan kedua dakwaan tersebut.

Surat dakwaan harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam pasal 143 ayat (2) huruf a (syarat formil) dan huruf b (syarat materil) KUHAP. Kesalahan dalam membuat atau menyusun surat dakwaan baik bentuknya maupun syarat-syarat yang ditentukan bagi materilnya dapat mengakibatkan surat dakwaan batal demi hukum atau surat dakwaan dianggap tidak terbukti secara sah dan menurut hukum, walaupun secara faktual dan secara yuridis terdapat cukup alasan adanya kesalahan terdakwa seperti yang didakwakan. Salah satu contoh perbuatan dalam hal ini adalah dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Kepabeanan beserta perubahannya pada Undang-Undang Nomor 39 TAHUN 2007 yaitu mengenai kejahatan tindak pidana cukai dan lebih spesifiknya adalah mengelakkan pembayaran cukai.

Mengelakkan pembayaran cukai merupakan suatu tindak pidana yang telah diatur dalam pasal 50 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 yaitu. Setiap orang yang tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 menjalankan kegiatan pabrik, tempat penyimpanan, atau mengimpor barang kena cukai dengan maksud mengelakkan pembayaran cukai dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan pidana


(7)

denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.

Seperti kasus yang terjadi pada Purnomo Yanto yang didakwa telah menyalahi ketentuan cukai dan menjalankan kegiatan pabrik. Berdasarkan surat dakwaan dalam perkara no : PDS-01/Tg.Prk/02/2011, membuat tempat penyimpanan dan mengimpor barang kena cukai dengan maksud mengelakkan pembayaran cukai.6 Pada hal ini motif pelaku dengan sengaja agar meraup keuntungan dengan mejual minuman keras tanpa dilekati ataupun dilekati pita cukai, Diduga pelaku tidak memiliki ijin dan mengelakkan barang kena cukai dengan membubuhi pita cukai palsu, sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 yaitu, menjalankan kegiatan pabrik, tempat penyimpanan atau mengimpor barang kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan eceranatau tidak dilekati pita cukai atau tidak di bubuhi tanda pelunasan.7

Dipilihnya tindak pidana dalam bidang cukai dikarenakan tingginya angka-angka kejahatan dalam tindak pidana bidang cukai yang sering terjadi. Mengingat keuntungan yang di dapatkan pelaku usaha, dalam pengelakan tersebut akan sangatlah besar kerugian yang ditanggung negara dalam hal ini. Oleh karena itu dalam penyusunan surat dakwaan haruslah sesuai. Menurut penulis yang menarik Hakim pada prinsipnya tidak dapat

6

Nurul Arifin, Ribuan Botol Miras dan 400 Bal Pakaian Dimusnahkan ,

http://news.okezone.com/read/2011/10/12/340/514367/ribuan-botol-miras-dan-400-bal-pakaian-dimusnahkan, 12 januari 2014.

7

Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai dan telah dirubah undang-undang nomor 39 tahun 2007.


(8)

memeriksa dan mengadili keluar dari lingkup yang didakwakan, ini berarti hakim tidak dapat memeriksa, mengadili dan memutuskan suatu perkara pidana diluar yang tercantum dalam surat dakwaan.8

Dengan demikian surat dakwaan berfungsi sentral dalam persidangan pengadilan dalam perkara-perkara pidana. Konsekuensinya adalah jika terjadi kesalahan dalam penyusunan surat dakwaan dapat berakibat seseorang dapat dibebaskan oleh pengadilan walaupun orang tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana. Di dalam proses pengadilan pidana Indonesia, sudah banyak terjadi seorang terdakwa dibebaskan oleh pengadilan walaupun terbukti bersalah karena kesalahan yang dibuat dalam penyusunan surat dakwaan.

Setelah melihat dan mengamati penjabaran dari uraian fakta-fakta yang telah dijabarkan oleh penulis, maka penulis tertarik mengangkat judul

mengenai “ANALISA PEMENUHAN ASPEK KEPASTIAN HUKUM

DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM TENTANG TINDAK

PIDANA CUKAI”.

8

Gatot Supramono,1991, Surat Dakwaan dan Putusan Hakim Yang Batal Demi Hukum, Djambatan, Jakarta.


(9)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pemenuhan aspek kepastian hukum dalam menyusun surat dakwaan dalam perkara no: PDS-01/Tg.Prk/02/2011 ditinjau dari pemenuhan syarat formil dari suatu dakwaan sebagaimana ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf a?

2. Bagaimanakah pemenuhan aspek kepastian hukum dalam menyusun surat dakwaan dalam perkara no: PDS-01/Tg.Prk/02/2011 ditinjau dari pemenuhan syarat materil dari suatu dakwaan sebagaimana ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pemenuhan aspek kepastian hukum dalam menyusun surat dakwaan dalam perkara no: PDS-01/Tg.Prk/02/2011 ditinjau dari pemenuhan syarat formil dari suatu dakwaan sebagaimana ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf a.

2. Untuk mengetahui pemenuhan aspek kepastian hukum dalam menyusun surat dakwaan dalam perkara no: PDS-01/Tg.Prk/02/2011 ditinjau dari pemenuhan syarat materil dari suatu dakwaan sebagaimana ketentuan pasal 143 ayat (2) huruf b.

D. Kegunaan Penelitian

Penulisan yang dilakukan ini mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis:


(10)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mafaat dalam bentuk sumbangan pemikiran serta juga dalam bentuk saran demi kemajuan perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan untuk bidang ilmu hukum pada khususnya yang berhubungan dengan perumusan surat dakwaan tindak pidana cukai oleh Jaksa Penuntut Umum.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum, selain itu juga diharapkan memperluas, meningkatkan,mengkaji dan menggali kemampuan dalam wawasan ilmu khususnya ilmu hukum.

b. Bagi Jaksa Penuntut Umum

Sebagai sumbangan pemikiran kepada Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan perumusan surat dakwaan dengan benar serta mekanisme penyusunannya tersebut sesuai dengan hukum acara pidana yang berlaku dalam hal perumusan atau pembuatan surat dakwaan terhadap perkara tindak pidana cukai.

c. Bagi Masyarakat

Sebagai wawasan kepada masyarakat dasar atau landasan apa yang dipakai oleh Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan perumusan surat dakwaan dengan benar serta mekanisme penyusunannya tersebut sesuai dengan hukum acara pidana yang berlaku dalam hal


(11)

perumusan atau pembuatan surat dakwaan terhadap perkara tindak pidana cukai.

d. Bagi Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat berguna, utamanya dalam rangka menambah wawasan ilmu hukum, khususnya perumusan surat dakwaan dengan benar serta mekanisme penyusunannya tersebut sesuai dengan hukum acara pidana yang berlaku dalam hal perumusan atau pembuatan surat dakwaan terhadap perkara tindak pidana cukai.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian sebagai alat atau cara untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga dalam penelitian tersebut peneliti selalu mengarahkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang bersifat ilmiah.9

Dalam penelitian ini penulis mengnukan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif, yaitu pendekatan yang mengkaji hukum sebagai norma dalam masyarakat. Selain itu konsep ini juga memandang hukum

9


(12)

sebagai sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat.10

2. Sumber Bahan Hukum:

a. Bahan Hukum Primer adalah Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:11 yaitu bahan hukum yang diperoleh dari surat dakwaan dalam perkara no : PDS-01/Tg.Prk/02/2011.

b. Bahan hukum sekunder adalah jenis sumber bahan hukum yang mendukung serta melengkapi bahan hukum primer diatas.diantaranya:12

1) Undang-undang republik Indonesia Nomor. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan umum.

2) Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai dan telah dirubah undang-undang nomor 39 tahun 2007.

3) KUHP (kitab Undang-undang Hukum Pidana), KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)

c. Bahan Hukum Tersier adalah yaitu bahan hukum yang digunakan sebagai pelengkap penjelasan, penafsiran dan pengembangan dari bahan hukum primer maupun sekunder seperti Ensiklopedi dan Kamus.

10

Ronny Hanitijo Soemitro, , 1988, Metode Penelitian Hukum dan jurimetri, Ghalia Indonesia,Jakarta, hal. 11

11

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan ke Tiga, Penerbit University Indonesia Press, Jakarta, Hal 51.

12 Op.cit.


(13)

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum dan Data

a. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara menggali kerangka normatif menggunakan bahan hukum yang membahas tentang teori-teori hukum, tidak pidana Mengelakkan Pembayaran Cukai dengan Terdakwa Purnomo Yanto (surat dakwaan dalam perkara no : PDS-01/Tg.Prk/02/201). Baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan sistem bola salju dan diklasifikasi menurut sumber dan hierarkinya untuk dikaji secara komprehensif.

b. Teknik Pengumpulan Data

Data ini diperoleh untuk mendukung kelengkapan bahan hukum yang akan dianalisis yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, data tersebut diperoleh dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Studi Dokumentasi:

Penggunaan dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersumber dari non manusia dan merupakan sesuatu yang sudah ada, sehingga penulis tinggal memanfaatkanya untuk melengkapi data-data yang diperoleh


(14)

dari observasi.13 Dalam penelitian ini dokumen yang diteliti oleh penulis adalah dokumen tentang bahan-bahan yang berupa, Surat dakwaan Pengadilan Negeri Surabaya dalam perkara no : PDS-01/Tg.Prk/02/2011 yang diperoleh di Pengadilan Negeri.

2) Penelusuran Kepustakaan

Yaitu berupa metode pengumpulan data dengan cara membaca berbagai literatur, media masa, serta mempelajari peraturan perundang-undangan yang terkait yakni dan juga sumber-sumber lain yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti.

4. Teknik Analisa Bahan Hukum

Teknik analisa bahan hukum dalam penulisan hukum normatif adalah analisa isi. Bahan hukum Diperoleh dari bahan-bahan pustaka dianalisis secara kualitatif. Selanjutnya, hasil analisis tersebut, penulis tuang dalam suatu rumusan kesimpulan. Dengan menyusun dasar-dasar argumentasi demikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan perkara khusunya perkara pidana bidang kepabeanan mengelakan pembayaran cukai.

13

Lexy J Moleong, 2005, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 162


(15)

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan rangkaian penulisan ini, maka penulis akan membuat sistematika penulisan dengan tujuan untuk memberikan landasan yang dapat ditelusuri serta dapat dipertanggung jawabkan secara hukum, selain itu untuk mempermudah dalam penulisan sehingga dapat sistematis serta terstruktur. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam pedoman penulisan hukum “pendahuluan” berisi dalam

berbagai sub bab yaitu: Latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini membahas mengenai uraian doktrin, pendapat para ahli, kaijan yuridis serta bahan-bahan kerangka teori yang dipakai oleh penulis untuk mendukung analisa terhadap masalah yang di teliti. Seperti tentang Tinjauan umum tindak pidana, Tinjauan umum bea dan cukai. Tinjauan umum cukai, dan Tinjauan umum mengenai surat dakwaan.

BAB III: PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan permasalahan yang akan di angkat peneliti serta dianalisis dengan menggunakan Metode Analisa Isi yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Adapun pemaparan gambaran analisis penulis berfokus padaJaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaan dalam perkara no : PDS-01/Tg.Prk/02/2011


(16)

dalam suatu perkara khusunya perkara pidana bidang kepabeanan mengelakan pembayaran cukai. Pada bab ini juga penulis akan memaparkan bagaimana cara dalam menyusun surat dakwaan dalam agar sesuai dengan tujuan dan fungsi dari Surat Dakwaan tersebut sehingga mampu diterima dan dianggap adil oleh berbagai pihak.

BAB IV: PENUTUP

Dalam bab ini adalah bab terakhir yang berisikan dengan dua sub yaitu kesimpulan dan saran atau rekomendasi. Apa yang disimpulkan oleh peneliti, pada dasarnya hasil analisa pada bab III, kesimpulan permasalahan

dapat disebut dengan “ringkasan jawaban” atas permasalahan yang telah

dirumuskan dan dibahas sebelumnya. Selain kesimpulan “inti” peneliti

menambah kesimpulan lain. Kemudian dari kesimpulan tersebut peneliti memberikan saran, sebagai rekomendasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.


(17)

Surabaya Dengan Terdakwa Purnomo Yanto)

PENULISAN HUKUM

Oleh :

YOGI PRIYAMBODO 08400014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(18)

Surabaya Dengan Terdakwa Purnomo Yanto) Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh :

YOGI PRIYAMBODO 08400014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(19)

(20)

(21)

ini dengan judul “ANALISA PEMENUHAN ASPEK KEPASTIAN HUKUM

DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM TENTANG TINDAK PIDANA CUKAI (Studi Surat Dakwaan NO.REG.PERKARA :

PDS-01/TG.PRK/02/2011 Surabaya Dengan Terdakwa Purnomo Yanto).”

Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas dan pemenuhan persyaratan dalam menempuh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis membutuhkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis memberikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu secara moril dan materiil.

Ucapan terima kasih ini, penulis sampaikan pula kepada :

1. Untuk Papa dan Mama serta adikku, Najwa yang selalu banyak memberikan doa dan dukungan selama ini.

2. Untuk Dosen Pembimbing I, Bayu Dwiwiddy Jatmiko, SH., M.Hum dan Dosen Pembimbing II, Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M.

3. Bapak Muhadjir Effendy, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Dr. Sulardi, SH.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

5. Dosen-dosen FH-UMM dan Staf FH-UMM

6. M. Widhayati SH.,M.Hum selaku Panitera Muda Hukum di Pengadilan Negeri Surabaya.

7. Untuk Ketut Setefi Savitri, S.Ikom, yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta selalu menemani penulis disaat susah maupun senang. 8. Teman-teman Kos Al-Kautsar No. 10 dan Teman-teman Fakultas Hukum


(22)

serta Keluarga di Mojokerto, Bude Japar, mas Wiwin, Yopi, Mbak Yayuk dan Mbak Yuli di Jakarta , dan Om Ermansyah dan Tante di Lampung terima kasih atas saran-sarannya dan dukungannya.

10.Dan untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 1 Februari 2015 Penulis,


(23)

Surat Pernyataan ... iv

Ungkapan Pribadi Penulis ... v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 9

D. Kegunaan Penulisan ... 9

E. Metode Penulisan ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jaksa dan Penuntut Umum ... 17

1. Pengertian Jaksa dan Penuntut Umum ... 17

B. Tinjauan Surat Dakwaan ... 21

1. Pengertian Surat Dakwaan ... 21

2. Syarat Surat Dakwaan ... 23

3. Bentuk Surat Dakwaan ... 29

4. Perubahan Surat Dakwaan ... 32

C. Pengertian Kepastian Hukum ... 33

D. Pengertian Tindak Pidana, Unsur-unsur dan Jenis Tindak Pidana ... 35

1.PengertianTindakPidana ... 35

2. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 38


(24)

4. Unsur-unsur Terkait Tindak Pidana Cukai ... 49

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Indentitas Terdakwa dan Surat Dakwaan ... 53

B. Pemenuhan Aspek Kepastian Hukum Dalam Menyusun Surat Dakwaan Dalam Perkara No: PDS-01/Tg.Prk/02/2011 Ditinjau Dari Pemenuhan Syarat Formil Dari Suatu Dakwaan Sebagaimana Ketentuan Pasal 143 Ayat (2) Huruf a ... 56

C. Pemenuhan Aspek Kepastian Hukum Dalam Menyusun Surat Dakwaan Dalam Perkara No: PDS-01/Tg.Prk/02/2011 Ditinjau Dari Pemenuhan Syarat Materil Dari Suatu Dakwaan Sebagaimana Ketentuan Pasal 143 Ayat (2) Huruf b ... 73

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

INDEKS ... 122


(25)

Kesatuan Bangsa dan Politik

3. Lampiran 3, Surat izin penelitian dari Fakultas untuk Pengadilan Tingi Surabaya

4. Lampiran 4, Surat izin penelitian dari Fakultas untuk Pengadilan Negeri Surabaya

5. Lampiran 5, Surat Rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik untuk Pengadilan Tingi Surabaya

6. Lampiran 6, Surat Rekomendasi dari Pengadilan Tinggi Surabaya untuk Pengadilan Negeri Surabaya

7. Lampiran 7, Surat keterangan dari lokasi penelitian Tugas Akhir Pengadilan Negeri Surabaya

8. Lampiran 8, Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir

9. Lampiran 9, Surat Dakwaan NO.REG.PERKARA : PDS-01/TG.PRK/02/2011 Surabaya


(26)

Burhanuddin S. SHI, M.Hum., 2013, Prosedur Hukum Pengurusan Bea dan Cukai, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, 2004, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta, Pradnya Paramita.

Erdianto Effendi. 2011. Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Penerbit PT Refika Aditama.

Gatot Supramono,1991, Surat Dakwaan dan Putusan Hakim Yang Batal Demi Hukum, Djambatan, Jakarta.

Harun M.Husein SH., 1994, Surat Dakwaan (Teknik Penyusunan,Fungsi dan Permasalahannya), Rineka Cipta

HMA Kuffal S.H., 2010, Penerapan Kuhap Dalam Praktik Hukum, edisi revisi, Jakarta, UMM Press

H.M. Syarif Arbi, M.M, 2003, Petunjuk Praktis Perdangan Luar Negeri, Cetakan pertama, BPFE, Yogyakarta

Lilik Mulyadi, SH, 2002, Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan,Eksepsi dan Putusan Peradilan, Bandung

Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya bhakti, Bandung

Lamintang dan Djisman Samosir, 1981, Delik-delik Khusus Kejahatan Yang Ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul

Dari Hak milik, Tarsito, Bandung, hal. 25 dalam Tongat, 2002,

Hukum Pidana Materiil , UMM Press, Malang.

Lexy J Moleong, 2005, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung

M. Yahya Harahap, 1997, Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP, jilid 1, Sinar Grafika, Jakarta

M. Yahya Harahap S.H., 2006, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta.

Martiman Prodjohajojo, 1986, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Edisi Kedua, Eresco, Bandung.

Martiman Prodjohamidjojo, 2001, Teori dan Teknik Membuat Surat Dakwaan, Jakarta, Ghalia Indonesia.


(27)

Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum dan jurimetri, Ghalia Indonesia,Jakarta.

Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Kontenporer, Citra Aditya bakti, Bandung

Satjipto Rahardjo, SH., 2010, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, cetakan ke 3, Yogyakarta, Genta.

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan ke Tiga, Penerbit University Indonesia Press, Jakarta.

Sulistyowati Irianto dkk., 2012, Kajian sosio-legal, edisi pertama, Jakarta, Pustaka Larasan

Tongat, 2009, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, Umm press, Malang.

Usman Simanjutak, 1994, Teknik Penuntutan dan Upaya Hukum, Bina Cipta, Jakarta

Zainudin Ali,2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta

Internet :

Nurul Arifin, Ribuan Botol Miras dan 400 Bal Pakaian Dimusnahkan, http://news.okezone.com/read/2011/10/12/340/514367/ribuan-botol-miras-dan-400-bal-pakaian-dimusnahkan, 12 januari 2014.

Official Website DJBC, Pengertian Tempat Penimbunan Berikat, http://www.beacukai.go.id/index.html?page=faq/pengertian-tempat-penimbunan-berikat.html, 12 Oktober 2014.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian kata dasar “elak”,

http://kbbi.web.id/elak, 10 Januari 2015.

Adnan Buyung Nasution, “Praperadilan vs Hakim komisaris (on-line)”,

http://www.legalitas.org/content/pra-peradilan-vs-hakim-komisaris beberapapemikiran-mengenai-keberadaan-keduanya, (12 Januari 2015).


(28)

3. SURAT EDARAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE-004/.A/11/1993 TENTANG PEMBUATAN SURAT DAKWAAN.


(1)

DAFTAR ISI

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan ... iv

Ungkapan Pribadi Penulis ... v

Abstraksi ... vi

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Lampiran ... xii

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 9

D. Kegunaan Penulisan ... 9

E. Metode Penulisan ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jaksa dan Penuntut Umum ... 17

1. Pengertian Jaksa dan Penuntut Umum ... 17

B. Tinjauan Surat Dakwaan ... 21

1. Pengertian Surat Dakwaan ... 21

2. Syarat Surat Dakwaan ... 23

3. Bentuk Surat Dakwaan ... 29

4. Perubahan Surat Dakwaan ... 32

C. Pengertian Kepastian Hukum ... 33

D. Pengertian Tindak Pidana, Unsur-unsur dan Jenis Tindak Pidana ... 35

1.PengertianTindakPidana ... 35

2. Unsur-unsur Tindak Pidana ... 38


(2)

1. Pengertian Cukai dan Pita Cukai... 45

2. Kriteria Barang Kena Cukai dan Jenis Barang Kena Cukai ... 47

3. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Cukai ... 48

4. Unsur-unsur Terkait Tindak Pidana Cukai ... 49

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Indentitas Terdakwa dan Surat Dakwaan ... 53

B. Pemenuhan Aspek Kepastian Hukum Dalam Menyusun Surat Dakwaan Dalam Perkara No: PDS-01/Tg.Prk/02/2011 Ditinjau Dari Pemenuhan Syarat Formil Dari Suatu Dakwaan Sebagaimana Ketentuan Pasal 143 Ayat (2) Huruf a ... 56

C. Pemenuhan Aspek Kepastian Hukum Dalam Menyusun Surat Dakwaan Dalam Perkara No: PDS-01/Tg.Prk/02/2011 Ditinjau Dari Pemenuhan Syarat Materil Dari Suatu Dakwaan Sebagaimana Ketentuan Pasal 143 Ayat (2) Huruf b ... 73

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

INDEKS ... 122


(3)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1, Surat Tugas Tugas Akhir

2. Lampiran 2, Surat izin penelitian dari Fakultas untuk Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

3. Lampiran 3, Surat izin penelitian dari Fakultas untuk Pengadilan Tingi Surabaya

4. Lampiran 4, Surat izin penelitian dari Fakultas untuk Pengadilan Negeri Surabaya

5. Lampiran 5, Surat Rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik untuk Pengadilan Tingi Surabaya

6. Lampiran 6, Surat Rekomendasi dari Pengadilan Tinggi Surabaya untuk Pengadilan Negeri Surabaya

7. Lampiran 7, Surat keterangan dari lokasi penelitian Tugas Akhir Pengadilan Negeri Surabaya

8. Lampiran 8, Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir

9. Lampiran 9, Surat Dakwaan NO.REG.PERKARA : PDS-01/TG.PRK/02/2011 Surabaya


(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Adam Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1. Jakarta.Penerbit PT.RajaGrafindo Persada.

Burhanuddin S. SHI, M.Hum., 2013, Prosedur Hukum Pengurusan Bea dan Cukai, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, 2004, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Jakarta, Pradnya Paramita.

Erdianto Effendi. 2011. Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Penerbit PT Refika Aditama.

Gatot Supramono,1991, Surat Dakwaan dan Putusan Hakim Yang Batal Demi Hukum, Djambatan, Jakarta.

Harun M.Husein SH., 1994, Surat Dakwaan (Teknik Penyusunan,Fungsi dan Permasalahannya), Rineka Cipta

HMA Kuffal S.H., 2010, Penerapan Kuhap Dalam Praktik Hukum, edisi revisi, Jakarta, UMM Press

H.M. Syarif Arbi, M.M, 2003, Petunjuk Praktis Perdangan Luar Negeri, Cetakan pertama, BPFE, Yogyakarta

Lilik Mulyadi, SH, 2002, Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap Surat Dakwaan,Eksepsi dan Putusan Peradilan, Bandung

Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya bhakti, Bandung

Lamintang dan Djisman Samosir, 1981, Delik-delik Khusus Kejahatan Yang Ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul Dari Hak milik, Tarsito, Bandung, hal. 25 dalam Tongat, 2002, Hukum Pidana Materiil , UMM Press, Malang.

Lexy J Moleong, 2005, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung

M. Yahya Harahap, 1997, Pembahasan permasalahan dan penerapan KUHAP, jilid 1, Sinar Grafika, Jakarta

M. Yahya Harahap S.H., 2006, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta.

Martiman Prodjohajojo, 1986, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Edisi Kedua, Eresco, Bandung.

Martiman Prodjohamidjojo, 2001, Teori dan Teknik Membuat Surat Dakwaan, Jakarta, Ghalia Indonesia.


(5)

Osman Simanjuntak, 1999, Teknik Penerapan Surat Dakwaan, Cetakan. Pertama, Sumber Ilmu Jaya, Jakarta

Ramdlon Naning, 1984, Himpunan Perangkat Peraturan Perundang-undangan Pelaksanaan KUHAP,Liberty,Yogyakarta.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum dan jurimetri, Ghalia Indonesia,Jakarta.

Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Kontenporer, Citra Aditya bakti, Bandung

Satjipto Rahardjo, SH., 2010, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, cetakan ke 3, Yogyakarta, Genta.

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan ke Tiga, Penerbit University Indonesia Press, Jakarta.

Sulistyowati Irianto dkk., 2012, Kajian sosio-legal, edisi pertama, Jakarta, Pustaka Larasan

Tongat, 2009, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, Umm press, Malang.

Usman Simanjutak, 1994, Teknik Penuntutan dan Upaya Hukum, Bina Cipta, Jakarta

Zainudin Ali,2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta

Internet :

Nurul Arifin, Ribuan Botol Miras dan 400 Bal Pakaian Dimusnahkan, http://news.okezone.com/read/2011/10/12/340/514367/ribuan-botol-miras-dan-400-bal-pakaian-dimusnahkan, 12 januari 2014.

Official Website DJBC, Pengertian Tempat Penimbunan Berikat, http://www.beacukai.go.id/index.html?page=faq/pengertian-tempat-penimbunan-berikat.html, 12 Oktober 2014.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian kata dasar “elak”, http://kbbi.web.id/elak, 10 Januari 2015.

Adnan Buyung Nasution, “Praperadilan vs Hakim komisaris (on-line)”,

http://www.legalitas.org/content/pra-peradilan-vs-hakim-komisaris beberapapemikiran-mengenai-keberadaan-keduanya, (12 Januari 2015).


(6)

Perundangan :

1. Undang-undang nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai dan telah dirubah undang-undang nomor 39 tahun 2007.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

3. SURAT EDARAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SE-004/.A/11/1993 TENTANG PEMBUATAN SURAT DAKWAAN.


Dokumen yang terkait

ABALISIS YURIDIS TENTANG DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM TERHADAP PENGGUNA OBAT KERAS (Studi Putusan Perkara Nomor 105/Pid.B/2003/PN.Kdr)

0 2 80

ANALISA PEMENUHAN ASPEK KEPASTIAN HUKUM DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM TENTANG TINDAK PIDANA CUKAI (Studi Surat Dakwaan NO.REG.PERKARA : PDS-01/TG.PRK/02/2011 Surabaya Dengan Terdakwa Purnomo Yanto).

0 9 28

ANALISIS YURIDIS DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (Putusan Nomor : 285/Pid.B/2011/PN.Sby)

0 4 15

ANALISIS YURIDIS DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (Putusan Pengadilan Nomor 285/Pid.B/2011/PN.Sby)

0 13 11

ANALISIS YURIDIS DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN TERKAIT DENGAN BANTUAN HUKUM BAGI TERDAKWA (PUTUSAN NOMOR : 67/Pid.B/2012/PN.SAMPANG)

0 3 9

ANALISIS YURIDIS DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN TERKAIT DENGAN BANTUAN HUKUM BAGI TERDAKWA (PUTUSAN NOMOR : 67/Pid.B/2012/PN.SAMPANG)

0 3 16

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DI LUAR DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK

0 3 16

ANALISIS YURIDIS TENTANG DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA MENGEDARKAN SEDIAAN FARMASI YANG BERAKIBAT PUTUSAN BEBAS

0 13 16

ANALISIS YURIDIS TENTANG DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA MENGEDARKAN SEDIAAN FARMASI YANG BERAKIBAT PUTUSAN BEBAS (Putusan Nomor 297/Pid.Sus/2010/PN.Jr)

0 4 16

DAKWAAN PENUNTUT UMUM DALAM TINDAK PIDANA PENGGELAPAN (Putusan Nomor : 356/Pid.B/2013/PN.MDO)

3 8 38