The Entrepreneur Characteristics, Entrepreneurial Competencies and Business Performance of The Dairy Farm in Kania Dairy Farmer Group Bogor

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA, KOMPETENSI
KEWIRAUSAHAAN, DAN KINERJA USAHA
PETERNAKAN SAPI PERAH DI KTTSP KANIA BOGOR

YUSTIKA MUHARASTRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Karakteristik Wirausaha,
Kompetensi Kewirausahaan, dan Kinerja Usaha Peternakan Sapi Perah di KTTSP
Kania Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Yustika Muharastri
NIM H451110541

RINGKASAN
YUSTIKA
MUHARASTRI.
Karakteristik
Wirausaha,
Kompetensi
Kewirausahaan, dan Kinerja Usaha Peternakan Sapi Perah di KTTSP Kania
Bogor. Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY dan WAHYU BUDI
PRIATNA.
Kewirausahaan memiliki hubungan positif yang sangat erat dengan
pertumbuhan ekonomi dimana peningkatan jumlah wirausaha menyebabkan
peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam perannya pada
pertumbuhan ekonomi, aktivitas kewirausahaan menyerap sumber daya lokal dan
membuka lapangan kerja. Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian dari
sektor pertanian yang memiliki berbagai jenis usaha yang dikembangkan dan

menyerap banyak tenaga kerja, salah satunya yaitu usaha peternakan sapi perah.
Usaha peternakan sapi perah memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan
karena kebutuhan pasar akan susu masih besar dan sekitar 74 persen kebutuhan
susu di Indonesia dipenuhi dari susu impor.
Provinsi Jawa Barat yang merupakan provinsi yang memiliki populasi sapi
perah ketiga terbesar di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga
tahun 2012. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa
Barat yang memiliki banyak populasi sapi perah. Sapi perah juga ditetapkan
sebagai salah satu dari 17 komoditas unggulan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.
Peternakan sapi perah di Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk merupakan salah
satu sentra peternakan sapi perah yang terdapat di Kabupaten Bogor. Para
peternak sapi perah di Desa Tajurhalang tergabung dalam Kelompok Tani Ternak
Sapi Perah (KTTSP) Kania.
Para peternak di KTTSP Kania memiliki keterampilan dalam
membudidayakan ternak sapi perah dan membuat produk olahan susu, namun
keterampilan tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal untuk
mengembangkan potensi-potensi dan memanfaatkan peluang yang ada. Apabila
hal tersebut dimanfaatkan dengan baik, maka dapat meningkatkan kinerja usaha
peternak sapi perah. Penilaian kinerja merupakan salah satu cara untuk mengukur
keberhasilan suatu usaha. Kinerja berhubungan dengan keterampilan, kemampuan,

dan sifat-sifat individu. Oleh karena itu, penelitian mengenai karakteristik
individu, kompetensi kewirausahaan, dan kinerja usaha perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis karakteristik wirausaha,
kompetensi kewirausahaan, dan kinerja usaha peternak sapi perah, (2)
menganalisis hubungan karakteristik wirausaha dan kompetensi kewirausahaan
dengan kinerja usaha peternak sapi perah, (3) menganalisis hubungan karakteristik
wirausaha dan kompetensi kewirausahaan secara bersama-sama dengan kinerja
usaha peternak sapi perah. Untuk menjawab tujuan penelitian digunakan analisis
kualitatif deskriptif dan analisis kuantitatif dengan uji Korelasi Kendall Tau (τ)
dan Kendall W. Responden peternak sapi perah sebanyak 39 orang ditentukan
menggunakan metode sensus, yaitu seluruh anggota KTTSP Kania yang aktif
berproduksi susu. Data kuantitatif pada penelitian ini diolah dengan menggunakan
program SPSS (Statistical Package for The Social Sciences). Dalam penelitian ini,
variabel yang diukur dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu variabel karakteristik
wirausaha dengan indikator sebanyak 18 indikator, variabel kompetensi

kewirausahaan sebanyak 18 indikator, dan variabel kinerja usaha sebanyak tiga
indikator.
Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) tingkat karakteristik wirausaha,
kompetensi kewirausahaan, dan kinerja usaha peternak sapi perah berada pada

tingkat rendah, (2) karakteristik wirausaha memiliki hubungan nyata positif yang
cukup dengan kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah. Karakteristik
wirausaha dan kompetensi kewirausahaan masing-masing dengan kinerja usaha
tidak memiliki hubungan nyata positif, (3) karakteristik wirausaha dan kompetensi
kewirausahaan secara bersama-sama dengan kinerja usaha peternak sapi perah
memiliki hubungan nyata positif yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
meningkatkan kinerja usaha peternak, peningkatan karakteristik wirausaha dan
kompetensi kewirausahaan harus dilakukan secara bersama-sama.
Tingkat karakteristik wirausaha, kompetensi kewirausahaan, dan kinerja
usaha peternakan usaha sapi perah di KTTSP Kania dapat ditingkatkan melalui
pembinaan dari kelompok ternak. Kelompok ternak memiliki peranan penting
dalam upaya penguatan kewirausahaan para peternak dan pengembangan
peternakan sapi perah di Desa Tajurhalang. Para peternak harus kuat secara
kelompok untuk dapat menghadapi tantangan dalam menjalankan usaha
peternakan sapi perah. Oleh karena itu, penguatan KTTSP Kania sebagai
kelompok ternak yang menaungi para peternak juga harus dilakukan.
Kementerian Pertanian selaku lembaga pemerintah memiliki peranan dalam
pemberian penyuluhan untuk meningkatkan kompetensi para peternak dan sebagai
pembuat kebijakan peternakan diharapkan membuat kebijakan-kebijakan yang
berpihak kepada pengembangan usaha peternakan rakyat. Selain itu, Kementerian

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah juga diharapkan memberikan kebijakan
penentuan harga susu yang lebih baik kepada peternak sehingga para peternak
sapi perah memiliki insentif yang lebih baik dan akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerja usahanya. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah juga memiliki peranan mendukung kegiatan kewirausahaan peternak
sapi perah melalui pembinaan usaha kecil dan menengah sehingga para peternak
lebih berdaya dalam menjalankan usaha peternakan sapi perah.
Kata kunci: karakteristik, kompetensi, kinerja usaha, kewirausahaan, peternak
sapi perah

SUMMARY
YUSTIKA MUHARASTRI. The Entrepreneur Characteristics, Entrepreneurial
Competencies and Business Performance of The Dairy Farm in Kania Dairy
Farmer Group Bogor. Supervised by RACHMAT PAMBUDY and WAHYU
BUDI PRIATNA.
The entrepreneurship has a very strong positive relationship with economic
growth in which an increasing number of entrepreneurs led to an increase in
economic growth of a country. In its role in the economic growth, the
entrepreneurship activities absorb local resources and create jobs. The livestock
sub-sector is one part of the agricultural sector has developed various types of

business and labor-intensive, one of which is dairy farm business. The dairy farm
business has a good chance to develop because of the market demand for milk is
still large and about 74 percent of the milk demand in Indonesia supplied by
imported milk.
The West Java Province is a province that has the third largest population of
dairy cows in Indonesia that increased from 2008 through 2012. The Bogor
Regency is one of the areas in the West Java Province that has a lot of dairy cow
population. Dairy cow is also designated as one of 17 leading commodities by the
Government of Bogor Regency. The dairy farms in Tajurhalang Village, Cijeruk
District is one of areas of dairy farm which is located in Bogor Regency. The
dairy farmers in Tajurhalang Village incorporated in Kania Dairy Farmer Group.
The dairy farmers in Kania Dairy Farmer Group have skills in cultivating
the dairy cow and processing the dairy products, but these skills have not been
optimally utilized to develop the potential opportunities that exist. If it is utilized
properly, it can improve the business performance of dairy farmers. The
performance appraisal is one way to measure the success of a business. The
performance related to skills, abilities and individual traits. Therefore, the research
on the entrepreneur characteristics, entrepreneurial competencies and business
performance needs to be conducted.
This study aims to (1) analyze the entrepreneur characteristics,

entrepreneurial competencies and business performance of the dairy farmers,
(2) analyze the relationship of entrepreneur characteristics and entrepreneurial
competencies with business performance of the dairy farmers, (3) analyze the
relationship between the entrepreneur characteristics and entrepreneurial
competencies together with business performance of the dairy farmers. The
research objectives used descriptive qualitative analysis and quantitative analysis
with correlation Kendall Tau (τ) test and Kendall W test. The respondents were 39
dairy farmers, determined using the census method, which the respondents are all
active members of Kania Dairy Farmer Group who produce milk. The quantitative
data in this study were processed using SPSS ( Statistical Package for the Social
Sciences). In this study, the measured variable is divided into three sections, i.e
the entrepreneur characteristics variable with 18 indicators, the entrepreneurial
competencies variable with 18 indicators and the business performance variable
with three indicators .
The results showed that (1) the level of entrepreneur characteristics,
entrepreneurial competencies and business performance of the dairy farmers are at

a low level, (2) the entrepreneur characteristic has an adequate real positive
significant relationship with entrepreneurial competencies of the dairy farmers.
The entrepreneur characteristics and entrepreneurial competencies each with

business performance has no real positive relationship, (3) the entrepreneur
characteristics and entrepreneurial competencies together with business
performance of the dairy farmers have a real strong positive relationship. This
suggests that the efforts to improve the business performance of the dairy farmers,
improvement in entrepreneur characteristics and entrepreneurial competencies
level should be conducted jointly .
The entrepreneur characteristics, entrepreneurial competencies and business
performance of the dairy farm businesses in KTTSP Kania can be enhanced
through the development of the dairy farmer group. The dairy farmer group has an
important role in strengthening and developing of the entrepreneurial acitivities
among dairy farmers in Tajurhalang Village. The dairy farmers should be stronger
as a group to be able to face the challenges in operating a dairy farm. Therefore,
strengthening Kania Dairy Farmer Group as a group that accomodate the dairy
farmers should also be performed .
The Ministry of Agriculture as government agencies has a role in providing
counseling to improve the competencies of dairy farmers and as a policy maker is
expected to make a better policies that take side the development of dairy farmers.
In addition, the Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises is
expected to create a better milk pricing policy for dairy farmers so the dairy
farmers have a better incentives and will be motivated to improve their business

performance. The Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises
also has a role in supporting the entrepreneurial activities of the dairy farmers
through the development of small and medium enterprises, so the dairy farmers
can be more efficient in running the dairy farm business .
Keywords: characteristics, competencies, business performance, entrepreneurship,
dairy farmers

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA, KOMPETENSI
KEWIRAUSAHAAN, DAN KINERJA USAHA
PETERNAK SAPI PERAH DI KTTSP KANIA BOGOR


YUSTIKA MUHARASTRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Sains Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi

: Dr Ir Heny Kuswanti Suwarsinah, MEc

Penguji Program Studi


: Dr Ir Dwi Rachmina, MSi

Judul Tesis : Karakteristik Wirausaha, Kompetensi Kewirausahaan, dan Ki nerja
Usaha Petemakan Sapi Perah di KTTSP Kani a Bogor
: Yustika M uharastri
Nama
: H4 51110541
NIM

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Anggota

Dr Ir Rachrnat Parnbudy, MS
Ketua

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Sains Agribisnis

Prof Dr Ir Rita Nurrnalina, MS

Tanggal Ujian:
4 September 2013

Tanggal Lulus :

0 7 SEP 2

Judul Tesis : Karakteristik Wirausaha, Kompetensi Kewirausahaan, dan Kinerja
Usaha Peternakan Sapi Perah di KTTSP Kania Bogor
Nama
: Yustika Muharastri
NIM
: H451110541

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Rachmat Pambudy, MS
Ketua

Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Sains Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
4 September 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Karakteristik Wirausaha, Kompetensi
Kewirausahaan, dan Kinerja Usaha Peternakan Sapi Perah di KTTSP Kania
Bogor” ini telah diselesaikan. Tesis ini dapat diselesaikan atas dukungan dan
bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya
kepada:
1. Dr Ir Rachmat Pambudy, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir
Wahyu Budi Priatna, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan.
2. Dr Ir Heny Kuswanti Suwarsinah, MEc selaku dosen penguji luar komisi dan
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku dosen penguji perwakilam program studi
pada ujian tesis yang memberikan masukan dalam membangun
penyempurnaan tesis ini.
3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr
Ir Suharno, M. Adev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta seluruh
staf Program Studi Sains Agribisnis atas bantuan dan dukungan yang diberikan
selama penulis menjalani pendidikan.
4. Para pengurus KTTSP Kania, Desa Tajurhalang, Kabupaten Bogor.
5. Rekan-rekan di Program Studi Sains Agribisnis atas diskusi, kerjasama, saran,
dan bantuan selama menjalani pendidikan.
6. Orang tua penulis Ir Agus Widartono dan Ir Jun Lestariati, kakak Tantri
Yulandari, ST dan adik Novan Nandiwilastio, STP atas segala doa dan
motivasinya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Yustika Muharastri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Hipotesis

1
1
6
9
9
9
10

2 TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Sistem Agribisnis Sapi Perah di Indonesia
Subsistem Input dan Sarana Produksi
Subsistem Budidaya
Subsistem Pengolahan
Subsistem Pemasaran
Subsistem Lembaga Penunjang
Perkembangan Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia
Periode Sebelum Tahun 1980
Periode Tahun 1980-1997
Periode Tahun 1997-Sekarang

10
10
10
12
12
12
13
14
14
15
15

3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoretis
Kewirausahaan
Karakteristik Wirausaha
Kompetensi Kewirausahaan Peternak
Kinerja Usaha
Hubungan Karakteristik Wirausaha dengan Kompetensi
Kewirausahaan
Hubungan Karakteristik Wirausaha dengan Kinerja Usaha
Hubungan Kompetensi Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha
Kerangka Pemikiran Operasional

16
16
16
17
24
29

4 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Penentuan Responden
Pengumpulan Data
Variabel dan Pengukuran
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Metode Pengolahan dan Analisis Data

33
33
34
35
35
35
35
36

30
32
32
33

5 GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI TERNAK SAPI PERAH
(KTTSP) KANIA BOGOR

37

6 KARAKTERISTIK WIRAUSAHA, KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN,
DAN KINERJA USAHA PETERNAK SAPI PERAH
39
Karakteristik Wirausaha Peternak Sapi Perah
39
Karakteristik Individu Peternak Sapi Perah
41
Karakteristik Kewirausahaan Peternak Sapi Perah
47
Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah
54
Kompetensi Teknis Peternak Sapi Perah
55
Kompetensi Manajerial Peternak Sapi Perah
56
Kinerja Usaha Peternak Sapi Perah
68
7 HUBUNGAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA, KOMPETENSI
KEWIRAUSAHAAN, DAN KINERJA USAHA PETERNAK SAPI
PERAH
Hubungan Karakteristik Wirausaha dengan Kompetensi
Kewirausahaan Peternak Sapi Perah
Hubungan Karakteristik Wirausaha dengan Kinerja Usaha Peternak
Sapi Perah
Hubungan Kompetensi Kewirausahaan dengan Kinerja Usaha
Hubungan Karakteristik Wirausaha dan Kompetensi Kewirausahaan
dengan Kinerja Peternak Sapi Perah

71
71
76
78
80

8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

80
80
80

DAFTAR PUSTAKA

81

LAMPIRAN

85

RIWAYAT HIDUP

91

DAFTAR TABEL
1 Produk domestik bruto tahun 2007-2011 subsektor peternakan
(atas harga dasar konstan 2000)
2 Konsumsi susu segar dan produk olahan susu lainnya per kapita
per tahun pada tahun 2009-2011
3 Produksi susu di Indonesia tahun 2005-2012
4 Impor susu dan produk olahan susu di Indonesia tahun 2010-2012
5 Populasi sapi perah di Provinsi Jawa Barat dibandingkan dengan
populasi sapi perah nasional tahun 2008-2012
6 Produksi susu segar Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2012
7 Produksi susu sapi perah di Kabupaten Bogor tahun 2008-2010
8 Usia peternak di KTTSP Kania
9 Tingkat karakteristik wirausaha peternak sapi perah
10 Tingkat karakteristik wirausaha peternak sapi perah per indikator
11 Tingkat karakteristik individu peternak sapi perah
12 Tingkat pendidikan formal peternak sapi perah
13 Tingkat pendapatan rumah tangga peternak sapi perah per bulan
14 Tingkat pendidikan informal peternak sapi perah
15 Tingkat motivasi usaha peternak sapi perah
16 Tingkat pemanfaatan media informasi usaha peternak sapi perah
17 Tingkat modal usaha peternak sapi perah
18 Tingkat karakteristik kewirausahaan peternak sapi perah
19 Tingkat kemauan bekerja keras peternak sapi perah
20 Tingkat inisiatif peternak sapi perah
21 Tingkat memiliki tujuan atau sasaran pada peternak sapi perah
22 Tingkat keuletan peternak sapi perah
23 Tingkat kepercayaandiri peternak sapi perah
24 Tingkat kemauan menerima ide baru peternak sapi perah
25 Tingkat keinginan mengambil risiko peternak sapi perah
26 Tingkat keinginan mencari informasi peternak sapi perah
27 Tingkat kemauan belajar peternak sapi perah
28 Tingkat kemauan untuk mencari peluang peternak sapi perah
29 Tingkat kemauan untuk berubah peternak sapi perah
30 Tingkat ketegasan peternak sapi perah
31 Tingkat kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah
32 Tingkat kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah per indikator
33 Tingkat kompetensi teknis peternak sapi perah
34 Tingkat kompetensi pengembangan bibit ternak peternak sapi perah
35 Tingkat kompetensi nutrisi dan pakan ternak peternak sapi perah
36 Tingkat kompetensi reproduksi ternak peternak sapi perah
37 Tingkat kompetensi laktasi peternak sapi perah
38 Tingkat kompetensi keamanan ternak peternak sapi perah
39 Tingkat kompetensi kenyamanan ternak peternak sapi perah
40 Tingkat kompetensi pencatatan peternak sapi perah
41 Tingkat kompetensi pengolahan hasil ternak peternak sapi perah
42 Tingkat kompetensi manajerial peternak sapi perah
43 Tingkat kompetensi perencanaan usaha peternak sapi perah

2
3
4
5
5
6
7
39
40
41
42
42
43
44
45
46
46
47
48
48
49
49
49
50
51
51
52
53
53
54
54
55
56
57
57
58
58
59
60
60
61
62
62

44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Tingkat kompetensi pengelolaan tenaga kerja peternak sapi perah
Tingkat kompetensi pemasaran peternak sapi perah
Tingkat kompetensi pengelolaan keuangan peternak sapi perah
Tingkat kompetensi evaluasi usaha peternak sapi perah
Tingkat kompetensi peternak kemampuan berkomunikasi peternak sapi
perah
Tingkat kompetensi negosiasi peternak sapi perah
Tingkat kompetensi kepemimpinan peternak sapi perah
Tingkat kompetensi kemampuan mencari peluang peternak sapi perah
Tingkat kompetensi kemampuan menjalin kerjasama dengan mitra
peternak sapi perah
Tingkat kinerja usaha peternak sapi perah
Tingkat kinerja usaha peternak Sapi perah per indikator
Produktivitas sapi perah laktasi
Persentase kepemilikan sapi perah laktasi terhadap total induk sapi
perah
Pendapatan peternak dari usaha sapi perah per bulan
Hubungan karakteristik wirausaha dengan kompetensi kewirausahaan
peternak sapi perah
Hubungan karakteristik wirausaha dengan kinerja usaha peternak sapi
perah
Hubungan kompetensi kewirausahaan dengan kinerja usaha

63
64
64
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
71
73
77
79

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Pola agribisnis peternakan sapi perah di Indonesia
Proses pengolahan susu di industri pengolahan di Indonesia
Kerangka pemikiran penelitian
Kerangka pemikiran operasional

11
13
19
34

DAFTAR LAMPIRAN
5 Hasil uji validitas variabel-variabel karakteristik wirausaha peternak
6 Hasil uji validitas variabel-Variabel kompetensi kewirausahaan
peternak
7 Hasil uji validitas variabel-variabel kinerja usaha peternak
8 Hasil uji reliabilitas
9 Hubungan karakteristik wirausaha dengan kompetensi kewirausahaan
10 Hubungan karakteristik wirausaha dengan kompetensi teknis dan
kompetensi manajerial peternak sapi perah
11 Hubungan karakteristik individu dan karakteristik kewirausahaan
dengan kompetensi teknis dan kompetensi manajerial peternak sapi
perah

85
86
87
87
87
87

88

12 Hubungan karakteristik wirausaha, karakteristik individu, dan
karakteristik kewirausahaan dengan kinerja usaha
13 Hubungan karakteristik wirausaha dan kompetensi kewirausahaan
secara bersama-sama dengan kinerja usaha

88
88

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kewirausahaan merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa. Schumpeter dalam Casson et al. (2006) menyebutkan bahwa
kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat
dan positif dimana peningkatan jumlah wirausaha menyebabkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Schumpeter dalam Smallbone et al. (2009)
menyatakan bahwa wirausaha merupakan inovator utama dan sebagai suatu
kekuatan dibalik pembangunan ekonomi.
Winardi (2004) menyatakan bahwa peranan kewirausahaan dalam
pengembangan ekonomi tidak hanya mencakup upaya peningkatan output dan
pendapatan per kapita, namun juga upaya menimbulkan perubahan pada struktur
usaha dan masyarakat. Perubahan tersebut diikuti oleh pertumbuhan dan output
yang meningkat, yang memungkinkan lebih banyak hasil yang dapat dibagikan
kepada berbagai partisipan. Kewirausahaan juga dapat mendorong masyarakat
untuk berkembang dan berpartisipasi dalam perekonomian nasional. Dalam
perannya pada pertumbuhan ekonomi, kewirausahaan tidak hanya menyerap
sumber daya lokal. Dengan adanya aktivitas kewirausahaan, kesempatan kerja
menjadi lebih terbuka sehingga dapat berimplikasi pada berkurangnya angka
pengangguran. Kewirausahaan juga dipandang sebagai sarana pendistribusian dan
pemerataan pendapatan nasional sehingga kesenjangan ekonomi antara
masyarakat berpendapatan tinggi dan rendah dapat berkurang.
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan untuk menciptakan
dan menyediakan produk yang bernilai tambah (value added) dengan menerapkan
cara kerja yang efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas, dan
inovasi serta kemampuan manajemen untuk mencari dan membaca peluang. Nilai
tambah dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru,
menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang
dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan
kepada konsumen. 1 Kewirausahaan menuntut semangat yang pantang menyerah,
berani mengambil risiko, kreatif, dan inovatif untuk dapat memenangkan
persaingan usaha. Kasmir (2006) mendefinisikan bahwa kewirausahaan
merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha.
Kemampuan menciptakan kegiatan usaha memerlukan adanya kreativitas dan
inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang
sudah ada sebelumnya sehingga kreativitas dan inovasi tersebut pada akhirnya
mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak. Wirausahawan selalu
mencari perubahan, serta menanggapi dan memanfaatkan perubahan sebagai
peluang (Drucker 1985).
Membangun kemandirian ekonomi melalui kewirausahaan merupakan suatu
hal yang sangat penting. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai
241.547 juta dengan jumlah angkatan kerja mencapai 120.41 juta orang. Jumlah
penduduk yang bekerja sebanyak 112.80 juta orang, sedangkan 7.61 juta orang
1

Daryanto, Arief. 1 Juni 2009. Peran Kewirausahaan dalam “Agro-Food
Complex”.http://www.trobos.com/show_article.php?rid=22&aid=1660 [25 Juni 2012]

2

atau sekitar 6.32 persen dari total angkatan kerja masih menganggur. Untuk
mengatasi keterbatasan penyerapan tenaga kerja pada sektor usaha formal,
berbagai upaya terus dilakukan. Salah satu langkah strategis yang dilakukan
adalah pengembangan kewirausahaan terutama bagi kalangan terdidik. Gerakan
Kewirausahaan Nasional (GKN) yang dicanangkan pemerintah diharapkan dapat
meningkatkan rasio antara jumlah wirausaha dan jumlah penduduk Indonesia.
Apabila hal ini tercapai, penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat. 2
Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian
yang memiliki berbagai jenis usaha yang dikembangkan. Subsektor peternakan
menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai ekonomis sehingga dapat
memberikan kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
Nasional Indonesia. Data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
menunjukkan bahwa pada tahun 2011 nilai PDB dari subsektor peternakan
mencapai 39 929.2 milyar rupiah atau sebesar 1.62 persen dari total nilai PDB
nasional. Nilai PDB dari subsektor peternakan dari tahun 2007 sampai dengan
tahun 2011 mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar
3.93 persen per tahun. Nilai PDB dari subsektor peternakan pada tahun 2007
sampai dengan tahun 2011 dapat diamati pada Tabel 1.
Tabel 1 Produk domestik bruto tahun 2007-2011 subsektor peternakan (atas
harga dasar konstan 2000)
Tahun
Nilai PDB
Nilai PDB
Laju
Persentase
subsektor
nasional
pertumbuhan
nilai PDB subsektor
peternakan
(milyar
nilai PDB
peternakan terhadap
(milyar rupiah)
rupiah)
subsektor
nilai PDB nasional
peternakan
(dalam persen)
(persen)
2007
34 220.7
1 964 327.3
1.74
2008
35 425.3
2 082 456.1
3.52
1.70
2009
36 648.9
2 178 850.4
3.45
1.68
2010
38 135.2
2 313 838.0
4.06
1.65
2011
39 929.2
2 463 242.0
4.70
1.62
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Usaha di subsektor peternakan juga merupakan penyerap tenaga kerja yang
cukup besar. Data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan
bahwa pada tahun 2011 subsektor peternakan menyerap tenaga kerja sebanyak
4 204 213 orang atau sebesar 11.51 persen dari jumlah tenaga kerja di sektor
pertanian. Dari jumlah tenaga kerja tersebut, jumlah tenaga kerja laki-laki
sebanyak 2 387 097 orang (56.78 persen) dan tenaga kerja perempuan sebanyak
1 817 116 orang (43.22 persen).
2

Jurnal Nasional. 15 Agustus 2012. Pengembangan Kewirausahaan Melalui Pemberdayaan
Koperasi.
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=958:pengembangankewirausahaan-melalui-pemberdayaan-koperasi&catid=54:bind-berita-kementerian&Itemid=98.
[2 Januari 2013]

3

Peternakan sapi perah merupakan salah satu jenis usaha pada subsektor
peternakan yang memiliki peluang baik untuk dikembangkan. Pada tahun 2011,
konsumsi susu di Indonesia hanya mencapai 12.85 liter per kapita per tahun. 3
Konsumsi susu di Indonesia tergolong rendah jika dibandingkan dengan negaranegara tetangga di Asia Tenggara. Konsumsi susu Malaysia mencapai 36 liter per
kapita per tahun dan Thailand mencapai 22 liter per kapita per tahun. Konsumsi
susu Amerika Serikat mencapai 117 liter per kapita per tahun dan Irlandia
mencapai 174 liter per kapita per tahun, yang merupakan konsumsi susu tertinggi
di dunia. 4
Meskipun konsumsi susu di Indonesia masih lebih rendah, namun nilai
konsumsi susu di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
Peningkatan konsumsi susu sapi merupakan peluang bagi usaha peternakan sapi
perah di dalam negeri. Konsumsi produk-produk susu mengalami peningkatan
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2011, konsumsi susu
segar di Indonesia mencapai 0.156 liter per kapita per tahun atau mengalami
peningkatan sebesar 50 persen dari konsumsi susu segar pada tahun 2010, yaitu
sebesar 0.104 liter per kapita per tahun (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
2012). Konsumsi produk-produk olahan susu yang meliputi susu segar, susu cair
pabrik, susu kental manis, susu bubuk, susu bubuk bayi, dan keju secara umum
dari tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan tren yang meningkat. Data
mengenai konsumsi susu segar dan produk-produk olahan susu lainnya per kapita
per tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Konsumsi susu segar dan produk olahan susu lainnya per kapita per
tahun pada tahun 2009-2011
Komoditas
Satuan
Tahun
Tahun
Tahun
2009
2010
2011
Susu segar
Liter
0.104
0.104
0.156
Susu cair pabrik
Mililiter
0.834
0.939
1.147
Susu kental manis
Gram
3.024
3.337
3.285
Susu bubuk
Gram
1.199
1.199
1.356
Susu bubuk bayi
Kilogram
0.005
0.005
0.010
Keju
Kilogram
0.031
0.037
0.037
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Produksi susu di Indonesia selama lima tahun terakhir mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012, produksi susu mencapai 974 694 ton. Pada tahun
2012**, produksi susu mencapai 1 017 930 ton (Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan 2012). Rata-rata laju peningkatan produksi susu di Indonesia dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2012 mencapai 12.36 persen per tahun. Data produksi
3

Purwanto, Didik. 9 September 2012. Konsumsi Susu di Indonesia Terendah se-Asia. http://bisnis
keuangan.kompas.com/read/2012/09/09/14522621/Konsumsi.Susu.di.Indonesia.Terendah.e_Asia.
[2 Januari 2013]
4
Dhany, Rista Rama. 3 Juni 2012. Wawancaca Khusus Wamentan: Konsumsi Susu Orang
Indonesia
Terendah
se-ASEAN.
http://finance.detik.com/read/2013/06/03/104636/2262856/459/konsumsi-susu-orang-indonesiaterendah-se-asean. [24 Juli 2013]

4

susu di Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012** dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Produksi susu di Indonesia tahun 2005-2012**
Tahun
Produksi susu (ton)
Laju peningkatan
produksi susu (persen)
2008
646 953
2009
827 249
27.87
2010
909 533
9.95
2011*
974 694
7.16
2012**
1 017 930
4.44
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Keterangan: *Angka sementara;** Angka sangat sementara

Peningkatan konsumsi susu tidak diimbangi dengan peningkatan produksi
susu dalam negeri yang signifikan. Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai
kebijakan untuk mendukung kecukupan susu produksi dalam negeri dan upaya
peningkatan konsumsi susu Indonesia untuk mendukung swasembada susu
nasional 2019 melalui berbagai program revitalisasi persusuan nasional 20122014. 5 Impor susu Indonesia saat ini mencapai 74 persen dari total kebutuhan
susu sebanyak 2.7 juta liter per tahun. 6 Indonesia mengimpor susu dari negaranegara pengekspor susu seperti Australia dan dan Selandia Baru. 7 Sebanyak 4-5
industri susu besar di Indonesia mengimpor susu sebagai bahan baku 70 persen
dari kebutuhannya yang umumnya diimpor dari Selandia Baru. 8
Pada tahun 2012* impor susu dan produk olahan susu mencapai
178 834 879 kilogram. Nilai impor susu pada tahun 2012 tersebut mencapai
602 946 289 USD (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Impor susu
tersebut meliputi susu dan kepala susu, yogurt, mentega, dan keju. Impor susu dan
produk olahannya menunjukkan tren meningkat setiap tahunnya. Data mengenai
volume impor susu dan produk olahan susu dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2012* dapat dilihat pada Tabel 4.
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menyatakan bahwa dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 populasi sapi perah di Indonesia
mengalami peningkatan rata-rata sebesar 24.18 persen per tahun. Pada tahun
2012, populasi sapi perah di Indonesia mencapai 621 980 ekor dengan penyebaran
lokasi yang terkonsentrasi di Provinsi Jawa Timur sebanyak 309 775 (49.80
persen), di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 149 931 ekor (24.11 persen), di
5

Litbang Deptan. 28 Juni 2013. Pembangunan Gizi Bangsa melalui Gerakan Percepatan Produksi
Susu Nasional. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1206/. [24 Juli 2013]
6
Fatchurochman, Much. 23 Mei 2012. Konsumsi Susu Hanya 11,09 Liter per Tahun.
http://www.jurnas.com/halaman/15/2012-05-23/209853. [25 Juni 2012]
7
Dhany, Rista Rama. 3 Juni 2012. Wawancaca Khusus Wamentan: Konsumsi Susu Orang
Indonesia
Terendah
se-ASEAN.
http://finance.detik.com/read/2013/06/03/104636/2262856/459/konsumsi-susu-orang-indonesiaterendah-se-asean. [24 Juli 2013]
8
Dhany, Rista Rama. 3 Juni 2012. Susu Lokal Berkualitas Rendah, Produsen Pilih Bahan Baku
Impor. http://finance.detik.com/read/2013/06/03/120822/2262992/4/susu-lokal-berkualitas-rendahprodusen-pilih-bahan-baku-impor. [24 Juli 2013]

5

Provinsi Jawa Barat sebanyak 147 958 (23.79 persen), dan sisanya tersebar di
provinsi-provinsi lain.
Tabel 4 Impor susu dan produk olahan susu di Indonesia tahun 2010-2012*
Laju volume impor (kilogram)
Komoditas
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012*
Susu
231 396 006
247 495 230
178 834 879
Susu dan kepala susu
4 150 744
5 487 521
108 381 437
Yogurt
61 489
100 851
117 090
Mentega
29 416 812
22 291 054
60 234 994
Keju
15 683 427
17 717 022
10 101 358
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Keterangan: *Data sampai bulan Juni 2012

Provinsi Jawa Barat yang merupakan provinsi yang memiliki populasi sapi
perah ketiga terbesar di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2008
hingga tahun 2012. Data mengenai populasi sapi perah di Provinsi Jawa Barat
dibandingkan dengan populasi sapi perah nasional dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012* dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Populasi sapi perah di Provinsi Jawa Barat dibandingkan dengan populasi
sapi perah nasional tahun 2008-2012
Tahun
Populasi sapi perah di
Populasi sapi perah
Persentase
Provinsi Jawa Barat (ekor)
nasional (ekor)
(persen)
2008
111 250
457 577
24.31
2009
117 337
474 701
24.72
2010
120 485
488 448
24.66
2011
139 973
597 129
23.44
2012*
147 958
621 980
23.79
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Keterangan: *angka sementara

Susu segar merupakan hasil utama dari peternakan sapi perah. Pada tahun
2012, produksi susu segar di Provinsi Jawa Barat merupakan produksi susu segar
terbesar kedua di Indonesia, yaitu sebesar 326 115 ton atau sekitar 32.04 persen
dari total produksi susu segar di Indonesia (Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan 2012). Provinsi penghasil susu segar terbesar pertama adalah Jawa Timur
dengan produksi susu segar sebesar 570 082 ton atau 56.00 persen dan ketiga
terbesar yaitu Jawa Tengah dengan produksi susu segar sebesar 106 224 ton atau
10.44 persen dari total produksi susu segar di Indonesia.
Produksi susu segar di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2008 hingga tahun
2012 mengalami peningkatan. Data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
(2012) menunjukkan bahwa produksi susu segar di Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2012 mencapai 326 115 ton. Rata-rata laju peningkatan produksi susu segar
di Provinsi Jawa Barat mencapai 11.60 persen per tahun. Data peningkatan
produksi susu segar di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 hingga tahun 2012
dapat dilihat pada Tabel 6.

6
Tabel 6 Produksi susu segar Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2012* a
Tahun
Produksi susu segar
Laju peningkatan produksi susu
b
(ton)
(dalam persen)
2008
211 889
2009
255 348
20.51
2010
262 177
2.67
2011
302 603
15.44
2012*
326 115
7.77
a

Sumber: Data diolah (2013); bDitjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Keterangan: *Angka sementara

Selain menghasilkan produk susu, peternakan sapi perah juga menghasilkan
produk-produk lain yang memiliki nilai ekonomis, yaitu pedet (anak sapi) dan
kotoran sapi. Pedet menambah populasi sapi perah sehingga populasi sapi perah
semakin berkembang, sedangkan kotoran sapi dapat dimanfaatkan untuk biogas
atau bio arang untuk mencukupi kebutuhan energi, dimanfaatkan sebagai kompos
untuk memupuk tanaman pertanian, dan digunakan untuk media beternak cacing
(Zandos 2011). Urine dari sapi dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman dan
pestisida alami (Syarif dan Harianto 2011).
Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat yang
memiliki banyak populasi sapi perah. Sapi perah juga ditetapkan sebagai salah
satu dari 17 komoditas unggulan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor (BP4K 2011).
Populasi sapi perah dan produksi susu di Kabupaten Bogor mengalami
peningkatan dari tahun 2004 hingga tahun 2010. Rata-rata laju peningkatan
populasi sapi perah di Kabupaten Bogor dari tahun 2004 sampai tahun 2010
mencapai 5.60 persen per tahun. Rata-rata laju peningkatan produksi susu di
Kabupaten Bogor dari tahun 2004 hingga tahun 2010 mencapai 0.16 persen yang
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Produksi susu sapi perah di Kabupaten Bogor tahun 2008-2010
Tahun Populasi
Laju peningkatan
Produksi
Laju peningkatan
sapi perah populasi sapi perah
susu (ton)
produksi susu
(ekor)
(persen)
(persen)
2004
5 356
11 279
2005
5 435
1.47
11 446
1.48
2006
5 123
(5.74)
9 038
(21.04)
2007
5 268
2.83
9 294
2.83
2008
5 907
12.13
10 422
12.14
2009
7 131
20.72
10 767
3.31
2010
7 288
2.20
11 005
2.21
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011)

Peternakan sapi perah di Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk merupakan
salah satu sentra peternakan sapi perah yang terdapat di Kabupaten Bogor.
Populasi sapi perah di Desa Tajurhalang pada tahun 2011 mencapai 321 ekor

7

(BP4K 2011). Desa Tajurhalang merupakan wilayah dengan populasi sapi perah
terbesar ketiga di Kabupaten Bogor setelah Kecamatan Cisarua dengan populasi
sapi perah sebanyak 1 393 ekor dan Kecamatan Cibungbulang dengan populasi
sapi perah sebanyak 604 ekor (BP4K 2011). Desa Tajurhalang memiliki kondisi
geografis yang kondusif sebagai sentra pengembangan usaha peternakan sapi
perah, yaitu terletak di dataran tinggi yang memiliki iklim sejuk, lahan yang
cukup tersedia, dan ketersediaan pakan rumput hijauan yang cukup mudah
diperoleh.
Para peternak sapi perah di Desa Tajurhalang tergabung dalam Kelompok
Tani Ternak Sapi Perah (KTTSP) Kania. KTTSP Kania berdiri sejak 10 Oktober
1991. Para peternak anggota KTTSP Kania merupakan anggota dari Koperasi
Produksi Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Bogor. Sebagian besar peternak
menjadikan usaha beternak sapi perah sebagai pekerjaan utama dan sebagai
sumber pendapatan utama dalam rumah tangga. Sumber daya lainnya yang
mendukung usaha peternakan sapi perah di Desa Tajurhalang adalah kesiapan dari
para peternak yang telah terbiasa memelihara sapi sejak dahulu. Mayoritas usaha
ternak sapi perah di Desa Tajurhalang ini merupakan usaha turun temurun dari
keluarga. Di DesaTajurhalang, para peternak sapi perah merupakan pemilik usaha
peternakan sapi perah. Usaha peternakan sapi perah ini telah mampu
menghidupkan perekonomian desa melalui perluasan lapangan kerja. Perjalanan
panjang KTTSP Kania telah mampu mengangkat perekonomian masyarakat di
Desa Tajurhalang.
Selama perjalanan KTTSP Kania, para peternak memperoleh banyak
penyuluhan dan pelatihan dari lembaga penyuluh seperti Dinas Peternakan
maupun BP4K, KPS Bogor, dan dari beberapa universitas. Pada tahun 2007,
KTTSP Kania pernah mencapai prestasi sebagai juara pertama kelompok peternak
se-Jawa Barat. Pada tahun 2012, jumlah anggota KTTSP Kania yang aktif
memproduksi susu mencapai 56 orang. Jumlah populasi sapi perah di KTTSP
Kania pada tahun 2012 mencapai 570 ekor dengan produksi susu segar mencapai
2 001 liter/hari. Pada tahun 2013, anggota KTTSP Kania memiliki anggota
sebanyak 62 orang, dengan jumlah anggota aktif yang memproduksi susu
sebanyak 39 orang. Jumlah populasi sapi perah pada tahun 2013 sebesar 400 ekor
dengan produksi susu sebesar 1 930 liter/hari. Penurunan jumlah anggota KTTSP
Kania yang aktif memproduksi susu disebabkan karena banyak peternak yang
beralih usaha menjadi peternak sapi pedaging. Hal ini disebabkan karena harga
daging sapi yang meningkat dan harga jual susu ke KPS Bogor yang rendah,
sehingga para peternak tersebut memilih beralih usaha untuk mencari pendapatan
yang lebih baik.
Para peternak di KTTSP Kania memiliki potensi yang besar untuk
mengembangkan usaha sapi perah. Usaha ternak sapi perah yang dilakukan para
peternak KTTSP Kania saat ini meliputi produksi susu segar, penjualan susu
segar, dan pengolahan susu segar. Produksi susu segar yang dihasilkan oleh
KTTSP Kania didistribusikan pada KPS Bogor, pengusaha yang menggunakan
susu sebagai bahan baku (industri rumah tangga produsen yoghurt dan sabun
mandi susu), dan pembelian langsung dari konsumen akhir. Untuk produk olahan
susu, para peternak mengolah susu menjadi dodol susu, permen karamel, kerupuk
susu, pangsit susu, dan stick susu.

8

Saat ini harga jual susu segar yang disetor oleh para peternak ke KPS Bogor
rata-rata berkisar sekitar Rp 3 000 per liter sampai dengan Rp 3 800 per liter.
Untuk kegiatan penjualan susu dari peternak ke flopper (pengusaha yoghurt dan
pengusaha sabun mandi susu), pemesanan yang dilakukan flopper masih belum
kontinyu dan hanya pada saat flopper akan melakukan kegiatan produksi. Harga
susu yang dijual peternak ke pihak flopper berkisar antara Rp 4 000 sampai
dengan Rp 5 000 per liter. Produk susu murni dijual oleh para peternak dengan
harga sekitar Rp 10 000 sampai dengan Rp 13 000 per liter. Kerupuk, pangsit, dan
stick susu dijual dengan harga Rp 45 000 per kilogram. Dodol dan karamel susu
dijual dengan harga Rp 60 000 per kilogram. Para peternak dapat memperoleh
pendapatan yang lebih besar apabila menjual hasil susu dalam bentuk produk
olahan.
KTTSP Kania memiliki Kelompok Wanita Tani (KWT) Kania yang
merupakan kelompok wanita ternak sapi perah di KTTSP Kania yang
memproduksi produk-produk olahan susu secara kolektif. Sebelum akhir tahun
2012, produk-produk olahan susu tersebut diproduksi pada saat mendapatkan
pesanan dari konsumen. Namun saat ini kegiatan KWT Kania tersebut sudah tidak
aktif kembali. Produk-produk olahan susu tersebut hanya diproduksi perseorangan
oleh beberapa peternak pada saat mendapatkan pesanan dari konsumen. Hal ini
disebabkan karena para peternak mengalami kesulitan dalam memasarkan produkproduk olahan susu secara kontinyu dan melemahnya keaktifan kegiatan KWT di
KTTSP Kania. Kegiatan-kegiatan kelompok secara umum di KTTSP Kania pun
mengalami penurunan setelah mengalami pergantian kepemimpinan pengurus
kelompok di tahun 2012.
Para peternak memiliki keterampilan dalam membudidayakan ternak sapi
perah dan membuat produk olahan susu, namun keterampilan tersebut belum
dimanfaatkan dengan optimal untuk mengembangkan potensi-potensi dan
memanfaatkan peluang yang ada. Pengusahaan ternak sapi perah di Desa
Tajurhalang relatif masih tradisional. Sebagian besar usaha peternak pun
tergolong dalam usaha skala kecil. Padahal usaha peternakan sapi perah di KTTSP
Kania Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk masih dapat dikembangkan dengan
lebih baik dan kinerja usaha para peternak dapat ditingkatkan juga sehingga
berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan para peternak sapi perah.
Penilaian kinerja merupakan salah satu langkah untuk mengukur
keberhasilan suatu usaha (Riyanti 2003). Kinerja berhubungan dengan kepuasan
kerja dan tingkat besarnya imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu (Moehoeriono 2009). Hal ini
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara karakteristik wirausaha dan
kompetensi kewirausahaan dengan kinerja usaha wirausaha.
Para peternak sapi perah sebagai wirausaha, memiliki karakteristik
wirausaha dan kompetensi kewirausahaan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
perlu dilakukan analisis apakah karakteristik wirausaha dan kompetensi
kewirausahaan para peternak sapi perah tersebut berhubungan dengan kinerja
usaha. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik
wirausaha dan kompetensi kewirausahaan dengan kinerja usaha peternak sapi
perah di KTTSP Kania Bogor beserta hubungan masing-masing dari ketiganya.

9

Dengan demikian, maka beberapa permasalahan yang dirumuskan adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakteristik wirausaha, kompetensi kewirausahaan, dan kinerja
usaha peternak sapi perah?
2. Bagaimana hubungan karakteristik wirausaha dan kompetensi kewirausahaan
denga kinerja usaha peternak sapi perah?
3. Bagaimana hubungan karakteristik wirausaha dan kompetensi kewirausahaan
secara bersama-sama dengan kinerja usaha peternak sapi perah?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis karakteristik wirausaha, kompetensi kewirausahaan, dan kinerja
usaha peternak sapi perah.
2. Menganalisis hubungan karakteristik wirausaha dan kompetensi kewirausahaan
dengan kinerja usaha peternak sapi perah.
3. Menganalisis hubungan karakteristik wirausaha dan kompetensi kewirausahaan
secara bersama-sama dengan kinerja usaha peternak sapi perah.
Manfaat Penelitian
Hasil analisis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik wirausaha, kompetensi kewirausahaan, dan kinerja usaha peternak
sapi perah, serta rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk
meningkatkan kinerja usaha peternak sapi perah di KTTSP Kania Desa
Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
2. Penulis, untuk menambah pengetahuan mengenai kewirausahaan peternak sapi
perah dalam upaya peningkatan tingkat karakteristik wirausaha, kompetensi
kewirausahaan, dan kinerja usaha, serta mengaplikasikan materi-materi yang
diterima selama perkuliahan.
3. Pembaca, untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca, serta sebagai
bahan rujukan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada karakteristik wirausaha,
kompetensi kewirausahaan, kinerja usaha peternak sapi perah, serta hubungan
antara karakteristik wirausaha dan kompetensi kewirausahaan dengan kinerja
usaha para peternak di KTTSP Kania Bogor. Hasil penelitian ini tidak dapat
menyimpulkan kondisi di wilayah lain.
Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka berpikir yang telah
dipaparkan di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

10

1. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik wirausaha dan kompetensi
kewirausahaan peternak sapi perah dengan kinerja usaha peternak sapi perah.
2. Terdapat hubungan nyata positif antara karakteristik wirausaha dan kompetensi
kewirausahaan peternak sapi perah secara bersama-sama dengan kinerja usaha
peternak sapi perah.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Sistem Agribisnis Sapi Perah di Indonesia
Saragih (2010) menyatakan bahwa agribisnis merupakan suatu cara untuk
melihat pertanian sebagai suatu sistem yang terdiri dari empat subsistem yang
terkait satu sama lain. Keempat subsistem tersebut adalah subsistem agribisnis
hulu, subsistem agribisnis usahatani, subsistem agribisnis hilir, dan subsistem jasa
penunjang (supporting institution). Sistem agribisnis menekankan pada
keterkaitan dan integrasi vertikal antara beberapa subsistem bisnis dalam suatu
komoditas.
Sistem agribisnis sapi perah juga terbagi menjadi lima subsistem, yaitu
subsistem input dan sarana produksi, subsistem budidaya atau produksi, subsistem
pengolahan, subsistem pemasaran hasil, dan subsistem kelembagaan pendukung
yaitu lembaga keuangan dan lembaga-lembaga penelitian atau penyedia sumber
daya manusia (Firman 2010). Subsistem-subsistem agribisnis tersebut
membutuhkan dukungan keilmuan masing-masing sehingga dapat dikatakan
bahwa agribisnis sapi perah adalah hasil integrasi dari beberapa disiplin keilmuan
yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Keterkaitan antara subsistem
yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Subsistem Input dan Sarana Produksi
Subsistem input dan sarana produksi merupakan penyedia input produksi
bagi subsistem produksi atau budidaya sapi perah. Beberapa contoh input
produksi, antara lain bibit ternak, bakalan ternak, konsentrat, hijauan, air, obatobatan, semen beku (untuk inseminasi buatan), dan sebagainya. Peralatan dan
mesin (alsin) peternakan yang digunakan untuk menunjang kegiatan agribisnis
sapi perah, antara lain alsin untuk pembibitan, penanganan kebuntingan, dan
kastrasi; penandaan dan penguasaan sapi perah; alsin untuk pemotongan tanduk,
perlakuan perut, dan perawatan kuku; alsin di kandang; alsin pemerahan; serta
alsin penilaian kualitas susu (Firman 2010).
Sudono (2003) menyebutkan bahwa usaha ternak di Indonesia berdasarkan
pola pemeliharaannya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu peternak
rakyat, peternak semi komersil, dan peternak komersil. Menurut SK Menteri
Pertanian Nomor 404 Tahun 2002, disebutkan bahwa usaha peternakan rakyat
adalah usaha peternakan sapi perah yang diselenggarakan sebagai usaha
sampingan yang tidak memerlukan ijin usaha dari instansi atau pejabat
berwenang. Batasan peternakan rakyat untuk usaha sapi perah adalah kepemilikan
sapi laktasi kurang dari 10 ekor atau memiliki jumlah keseluruhan sapi kurang

11

dari 20 ekor sapi perah campuran. Saat ini peternakan sapi perah di Indonesia
mayoritas diusahakan oleh peternakan rakyat.
Dukungan
Keilmuan:
Nutrisi Ternak,
Reproduksi dan
Pemuliaan
T