Planting Medium, Nutrition and Mowing Engineering to Improve Visual and Functional Qualities of Soccer Field’s Grass

REKAYASA MEDIA TANAM, NUTRISI DAN PEMANGKASAN
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS VISUAL DAN
FUNGSIONAL RUMPUT LAPANGAN SEPAKBOLA

EMY JUNATAN MUAKHOR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Rekayasa Media Tanam,
Nutrisi dan Pemangkasan untuk Meningkatkan Kualitas Visual dan Fungsional
Rumput Lapangan Sepakbola adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Emy Junatan Muakhor
NIM A451110061

RINGKASAN
EMY JUNATAN MUAKHOR. Rekayasa Media Tanam, Nutrisi dan
Pemangkasan untuk Meningkatkan Kualitas Visual dan Fungsional Rumput
Lapangan Sepakbola. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH dan AFRA DN.
MAKALEW.
Permainan sepakbola merupakan salah satu jenis olahraga yang sudah
populer di seluruh dunia. Olahraga ini membutuhkan kondisi lapangan yang prima
untuk perfomance para pemain. Lapangan sepakbola harus memenuhi kualitas
standar, baik standar nasional maupun standar internasional. Masalah terkait
rumput lapangan sepakbola di Indonesia yaitu kesesuaian pemilihan jenis rumput,
media tanam, dan pertumbuhan rumput yang dipengaruhi kondisi iklim dan
ketersediaan nutrisinya. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kualitas
rumput dengan melihat pengaruh komposisi media tanam, pemberian nutrisi, dan
pemangkasan di tiga lapangan sepakbola yang digunakan kompetisi, mempelajari
pengaruh perbedaan komposisi media tanam, pemberian nutrisi, dan pemangkasan

terhadap pertumbuhan rumput ditinjau dari kualitas visual dan fungsional rumput
lapangan sepakbola, memberikan rekomendasi pada pengelola lapangan
sepakbola terkait media tanam, nutrisi, dan pemangkasan yang dapat
menghasilkan performa yang prima bagi rumput lapangan sepakbola. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode survei dan eksperimental. Survei lapang
dilakukan dengan mengunjungi tiga lapangan sepakbola untuk mengidentifikasi
teknik pengelolaan dan permasalahan lapangan sepakbola. Penelitian
eksperimental dilakukan dengan menanam rumput manila dan menerapkan
perlakuan berupa rekayasa media tanam, pemberian nutrisi dengan level yang
berbeda, dan pemangkasan dengan ketinggian yang berbeda. Parameter yang
digunakan yaitu kepadatan, warna, tekstur, elastisitas, hasil pangkasan, panjang
akar, dan berat kering akar.
Survei dilakukan di tiga stadion yaitu Stadion Gelora Bung Karno, Stadion
Si Jalak Harupat, dan Stadion Maguwoharjo. Hasil survei menyatakan bahwa
kualitas rumput di lapangan sepakbola Stadion Maguwoharjo memiliki kualitas
yang lebih rendah dibandingkan dua stadion lainnya. Hal ini disebabkan oleh
kondisi kesuburan media tanam yang kurang sehingga mempengaruhi
pertumbuhan dan performa rumput di stadion tersebut. Perlu dilakukan perbaikan
kesuburan media tanam pada Stadion Maguwoharjo. Hasil percobaan lapang di
kebun percobaan menunjukkan bahwa interaksi ketiga faktor perlakuan yang

diberikan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Pengaruh nyata hanya
ditunjukkan satu atau dua interaksi faktor perlakuan dan pengaruh tersebut tidak
semuanya terlihat nyata pada setiap variabel yang diamati. Rekomendasi
pengelolaan rumput Zoysia matrella yaitu menggunakan media tanam pasir,
pemupukan dengan dosis 5 g/m2 N, 2,5 g/m2 P2O5, dan 2,5 g/m2 K2O yang
diberikan setiap satu bulan sekali serta pemangkasan dengan ketinggian 2 cm.
Kata kunci: kualitas lapangan sepakbola, pengelolaan, Zoysia matrella

SUMMARY
EMY JUNATAN MUAKHOR. Planting Medium, Nutrition and Mowing
Engineering to Improve Visual and Functional Qualities of Soccer Field’s
Grass. Guided by the NIZAR NASRULLAH and AFRA DN. MAKALEW.
Soccer is one of the popular sport around the world. Soccer requires field
with excellent performance for the player perfomance. Soccer field have to
comply quality standards, including national and international standards. The
problems of soccer field occurred in Indonesia were the suitability of grass type
election, planting medium, and grass growth which were influenced by climate
and nutrition availability. This was conducted to evaluate the effect of planting
medium composition, nutrient, and mowing on grass quality of three soccer fields,
to observe the effect of different planting medium composition, nutrition, and

mowing on visual and functional qualities of grass growth, to give suggestion for
management of soccer field related planting medium, nutrient, and mowing in
order to produce excellent grass field. The methods consisted of survey and
experiment. Survey method involves visiting three soccer fields to identify
management techniques and soccer field issues. Experiment method was divided
into planting manila grass and applying the treatment namely planting medium
modification, different level of nutrient, and different height of mowing. The
parameter of this method was density, color, texture, elasticity, yield, root length,
and dry weight of root.
The survey was conducted in three soccer stadiums namely Gelora Bung
Karno Stadium, Si Jalak Harupat Stadium, and Maguwoharjo Stadium. Grass
quality of Maguwoharjo Stadium has the lowest quality than the others because
the shortage of fertilizers condition in planting medium. Consequently, it affected
grass growth and performance. Based on the existing problems, some
improvements of planting medium fertility were needed to get the optimal growth
and performance in Maguwoharjo Stadium. As for the results, the interaction of
three treatment factors was not significant. Significant influence was only detected
in one or two treatment factors interaction, but the significant influence was not
seen at all in each observation variables. It was recommended for manila turfgrass
using medium of sand, fertilizing 5 g/m2 of N, 2,5 g/m2 of P2O5, and 2,5 g/m2 of

K2O once a month, and mowing at height of 2 cm.
Keywords: management, soccer field quality, Zoysia matrella

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

REKAYASA MEDIA TANAM, NUTRISI DAN PEMANGKASAN
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS VISUAL DAN
FUNGSIONAL RUMPUT LAPANGAN SEPAKBOLA

EMY JUNATAN MUAKHOR

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Arsitekstur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Tesis Luar Komisi: Dr Dwi Guntoro, SP, MSi

Judul Tesis : Rekayasa Media Tanam, Nutrisi dan Pemangkasan untuk
Meningkatkan Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Lapangan
Sepakbola
Nama
: Emy Junatan Muakhor
NIM
: A451110061


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr
Ketua

Dr Ir Afra DN. Makalew MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Arsitekstur Lanskap

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 06 Februari 2014
(tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:
(tanggal penandatanganan tesis
oleh Dekan Sekolah
Pascasarjana)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
rumput lapangan sepakbola, dengan judul Rekayasa Media Tanam, Nutrisi dan
Pemangkasan terhadap Kualitas Visual dan Fungsional Rumput Lapangan
Sepakbola.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr
dan Ibu Dr Ir Afra DN. Makalew, MSc selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada pihak pengelola Stadion Gelora Bung
Karno (Jakarta), pihak pengelola Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), dan pihak
pengelola Stadion Maguwoharjo (Kabupaten Sleman) yang telah membantu

selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang dan bantuan yang telah
diberikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Yudha Kartana,
Florenthius Agung, Vina Pratiwi, Ratsio Wibisono, E. Yusuf Tammara, dan
Oktaviana Herlin yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini dari awal
hingga penelitian ini selesai terlaksana, serta teman-teman Pascasarjana
Arsitekstur Lanskap yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis
sehingga penelitian ini berjalan dengan baik.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2014
Emy Junatan Muakhor

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA
Media Tanam Rumput Lapangan
Kebutuhan Nutrisi Rumput


4
10
12

METODE
Waktu dan Tempat
Metode Survei
Metode Rancangan Percobaan
Metode Eksperimental

15
15
15
16
18

KONDISI UMUM
Lokasi Penelitian Survei
Iklim
Pengelola
Jenis Rumput

21
21
22
23
23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian Kualitas Tiga Lapangan
Penilaian Kualitas Rumput Percobaan

25
25
51

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

62
62
62

DAFTAR PUSTAKA

63

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

665
66

DAFTAR TABEL
1. Rancangan faktorial 3 faktor
2. Parameter dan teknik pengamatan kualitas visual
3. Parameter dan teknik pengamatan kualitas fungsional
4. Standar penilaian rumput lapangan sepakbola
5. Kondisi iklim bulanan tahun 2011 pada ketiga lokasi survei
6. pH dan KTK media tanam di ketiga stadion
7. BD, porositas, dan permeabilitas media tanam di ketiga stadion
8. Kelas permeabilitas dan perkolasi tanah
9. Jenis dan susunan material konstruksi lapangan di ketiga stadion
10. Hasil penghitungan jumlah tunas di ketiga stadion
11. Hasil pengukuran warna daun di ketiga stadion
12. Hasil analisis laboratorium total klorofil daun di ketiga stadion
13. Hasil pengukuran tekstur daun di ketiga stadion
14. Hasil pengukuran elastisitas rumput di ketiga stadion
15. Hasil pengukuran berat kering pucuk di ketiga stadion
16. Hasil pengukuran panjang akar di ketiga stadion
17. Hasil pengukuran berat kering akar di ketiga stadion
18. Jenis, Dosis, dan Waktu Pemupukan
19. Intensitas Penyiraman pada ketiga stadion
20. Intensitas pemangkasan rumput pada ketiga stadion sepakbola
21. Jenis gulma da intensitas penyiangan di ketiga stadion
22. Jenis hama atau penyakit pada ketiga stadion
23. Korelasi antarvariabel Stadion Gelora Bung Karno
24. Korelasi antarvariabel Stadion Si Jalak Harupat
25. Korelasi antarvariabel Stadion Maguwoharjo
26. pH dan KTK media tanam
27. BD, porositas, dan permeabilitas media tanam
28. Pengaruh faktor pemupukan (F) terhadap pH media tanam
29. Jumlah tunas rumput
30. Pengaruh faktor pemangkasan (M) terhadap jumlah tunas/100 cm2
31. Pengaruh interaksi faktor pemupukan dan pemangkasan (F*M)
terhadap jumlah tunas/100 cm2
32. Skor warna daun rumput
33. Ukuran tekstur daun rumput
34. Hasil pengamatan jarak pantulan bola
35. Pengaruh faktor pemupukan (F) terhadap elastisitas
36. Pengaruh faktor pemangkasan (M) terhadap elastisitas
37. Pengaruh interaksi faktor pemupukan dan pemangkasan (F*M)
terhadap elastistas
38. Berat kering pucuk rumput
39. Pengaruh faktor pemangkasan (M) terhadap hasil pangkasan
40. Korelasi antarvariabel pengamatan rumput plot percobaan
41. Skoring dan selang kelas variabel pengamatan
42. Hasil skoring variabel pada setiap interaksi perlakuan

17
20
20
20
23
26
26
27
29
31
32
34
35
36
37
39
41
43
45
46
48
49
50
50
50
51
51
52
52
53
53
54
55
55
56
56
56
57
57
59
60
61

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kerangka pikir penelitian
Tipe pertumbuhan rumput
Alat pengukur pantulan bola
Alat pengukur sudut pantulan bola
Alat pengukur jarak gelinding bola
Kualitas densitas rumput yang baik dan buruk
Kualitas tekstur rumput yang baik dan buruk
Kualitas keseragaman rumput yang baik dan buruk
Ilustrasi konstruksi media tanam lapangan sepakbola (a) Stadion
Siliwangi, (b) Stadion Singaperbangsa, (c) Stadion Haji Agus Salim
10. Lokasi penelitian eksperimental
11. Ilustrasi titik sampel survei lapangan sepakbola
12. Lay out plot percobaan yang diacak
13. Ilustrasi konstruksi media tanam plot percobaan
14. Lokasi Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta
15. Lokasi Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung
16. Lokasi Stadion Maguwoharjo, Kabupaten Sleman
17. Ilustrasi media tanam Stadion Gelora Bung Karno
18. Ilustrasi media tanam Stadion Si Jalak Harupat
19. Ilustrasi media tanam Stadion Maguwoharjo
20. Warna rumput pada Stadion Gelora Bung Karno
21. Warna rumput pada Stadion Si Jalak Harupat
22. Warna rumput pada Stadion Maguwoharjo
23. Hubungan jumlah klorofil dengan warna daun
24. Perbandingan panjang akar rumput
25. Perbandingan berat kering akar rumput

3
4
6
6
7
7
8
8
11
15
16
17
18
21
22
22
29
30
30
33
33
33
35
58
59

DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap tunas rumput
2. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap elastisitas rumput
3. Analisis ragan pengaruh perlakuan terhadap berat kering pucuk

65
65
65

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Permainan sepakbola merupakan salah satu jenis olahraga yang sudah
populer di seluruh dunia. Permainan yang dilakukan oleh dua tim dengan masingmasing anggota tim berjumlah sebelas pemain dengan cara menggiring bola di
lapangan rumput dan memasukkannya ke gawang lawan. Di Indonesia, permainan
ini sangat populer dan dimainkan oleh semua kalangan dan tingkatan usia.
Indonesia kurang lebih memiliki 170 buah lapangan sepakbola, baik yang berupa
stadion maupun gelanggang olahraga, dan sebagian memiliki fungsi lain (multi
use). Stadion-stadion tersebut berada di bawah pengawasan lembaga sepakbola
resmi Indonesia yaitu PSSI, diantaranya terdapat 7 stadion yang memiliki daya
tampung penonton mencapai 40.000 hingga 88.000 orang (Riezkan 2012).
Berbagai jenis pertandingan banyak dilakukan di lapangan sepakbola Indonesia,
baik pertandingan nasional maupun internasional. Pertandingan tingkat nasional
yang rutin dilaksanakan yaitu Indonesia Super League (ISL). Selain itu,
pertandingan internasional juga kerap dilaksanakan di Indonesia seperti ASEAN
Games, Asian Football Cup (AFC), Liga Champions Asia, pertandingan pramusim maupun pertandingan amal yang mendatangkan klub-klub internasional
bermain di Indonesia.
Olahraga ini membutuhkan kondisi lapangan yang prima untuk perfomance
para pemain. Lapangan sepakbola harus memenuhi kualitas standar, baik standar
nasional maupun standar internasional. Kondisi lapangan yang prima tercipta
melalui kondisi topogafi dan rumput sebagai faktor utamanya. Kondisi topogafi
dan rumput mempengaruhi kelancaran pertandingan. Kondisi topogafi yang
kurang baik akan memengaruhi gerakan bola dan saat terjadi hujan akan terjadi
genangan air yang akan mengganggu permainan. Untuk itu diperlukan drainase
yang efektif untuk mengatasi genangan air (Puhalla et al. 1999). Masalah terkait
rumput lapangan sepakbola di Indonesia yaitu kesesuaian pemilihan jenis rumput,
media tanam, dan pertumbuhan rumput yang dipengaruhi kondisi iklim dan
ketersediaan nutrisinya.
Pertumbuhan rumput yang baik memiliki kriteria tipe pertumbuhan yang
seragam, warna rumput yang hijau, daun yang lentur dan kuat, serta mampu
tumbuh prima seperti sediakala setelah digunakan dalam pertandingan (Turgeon
2005). Salah satu teknik untuk menghasilkan kondisi rumput yang prima yaitu
dengan memberikan pupuk untuk meningkatkan performa rumput. Menurut
Emmons (2000), rumput membutuhkan tujuh belas nutrisi esensial untuk
pertumbuhan dan memenuhi siklus hidupnya. Tiga nutrisi utama yang dibutuhkan
adalah nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) karena nutrisi tersebut perlu
ditambahkan ke dalam tanah secara teratur. Rumput membutuhkan nitrogen,
fosfor, dan kalium dalam jumlah besar dibanding jenis nutrisi lainnya.
Perbandingan jumlah pupuk yang tepat diberikan tergantung pada jumlah nutrisi
yang tersedia dalam tanah. Jumlah fosfor dan kalium yang tersedia dalam tanah
dapat diketahui melalui uji tanah. Hasil uji tanah dimanfaatkan oleh pengelola
rumput untuk menentukan kegiatan pemupukan yang efektif dan efisien. Saat ini

2
banyak terjadi kerusakan kondisi lapangan rumput yang salah satunya disebabkan
oleh pemberian nutrisi dengan komposisi yang tidak tepat.
Turgeon (2005) menyatakan bahwa nitrogen merupakan komponen penting
dari klorofil. Ketersediaan nitrogen yang cukup akan memberikan hasil rumput
yang berwarna hijau. Pada saat ini banyak pengelola lapangan sepakbola yang
terus menerus memberikan pupuk nitrogen dalam jumlah yang banyak demi
menghasilkan visual rumput yang hijau dan terlihat segar. Namun, kondisi
tersebut tidak diikuti dengan pemberian nutrisi lain yang seimbang sehingga
menyebabkan pertumbuhan rumput yang tidak prima yaitu rumput mudah rusak
(daun sobek dan perakaran lemah). Hal ini dapat mengganggu kelancaran
permainan sepakbola dan menyebabkan kondisi visual yang buruk bagi suatu
lapangan sepakbola. Perlu adanya suatu solusi pemberian nutrisi dengan
komposisi yang tepat dan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut sehingga
dihasilkan rumput yang berkualitas, baik secara estetik maupun fungsional.
Menurut Puhalla et al. (1999), respon bola merupakan faktor paling penting
dalam permainan sepakbola maka rumput yang pendek lebih diutamakan.
Pengelola lapangan harus memilih jenis spesies rumput yang baik dan cara
budidaya yang tepat dengan pemangkasan yang pendek. Selain itu, pengelola juga
harus mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memangkas. Pemangkasan
berguna untuk mempertahankan ketinggian rumput sesuai dengan standar
sehingga bola dapat memantul dan menggelinding sesuai dengan perkiraan
pemain. Kondisi Indonesia yang berada di wilayah tropis dengan tingkat curah
hujan cukup tinggi memicu pertumbuhan tanaman yang lebih cepat. Pada
lapangan sepakbola, kondisi curah hujan memicu pertumbuhan rumput cepat dan
memerlukan pemangkasan yang tepat untuk menjaga kualitas rumput tetap prima
saat digunakan dalam pertandingan.
Permasalahan terkait kondisi pertumbuhan rumput lapangan sepakbola di
Indonesia dapat disebabkan oleh faktor seperti media tanam rumput yang kurang
sesuai, dan komposisi nutrisi bagi pertumbuhan rumput yang kurang tepat. Untuk
itu, penelitian kesesuaian dan keefektifan media tanam dan pemberian nutrisi bagi
pertumbuhan rumput lapangan sepak bola sangatlah penting dilakukan sehingga
dapat menciptakan kondisi rumput lapangan yang prima, fungsional dan estetik.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu:
1) mengevaluasi kualitas rumput dengan melihat pengaruh komposisi media
tanam, pemberian nutrisi, dan pemangkasan di tiga lapangan sepakbola,
2) menganalisis pengaruh perbedaan komposisi media tanam, pemberian nutrisi,
dan pemangkasan terhadap pertumbuhan rumput ditinjau dari kualitas visual
dan fungsional rumput lapangan sepakbola,
3) memberikan rekomendasi media tanam, nutrisi, dan pemangkasan dalam
pengelolaan lapangan sepakbola agar memenuhi kualitas visual dan fungsional.

3
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah mendapatkan
komposisi media tanam, nutrisi dan pemangkasan yang tepat dan efektif bagi
pertumbuhan rumput lapangan sepakbola, untuk menghasilkan kualitas rumput
lapangan sepakbola yang prima secara visual dan fungsional, serta menjadi acuan
bagi para pengelola lapangan sepakbola/stadion/gelanggang olahraga.

Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Lapangan olahraga harus memberikan rasa aman dan nyaman. Kualitas
lapangan rumput alami dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Penelitian
didahului dengan melakukan survei di tiga lapangan sepakbola untuk
menganalisis kondisi eksisting dan permasalahan terkait faktor eksternal,
kemudian dilakukan percobaan dengan memberikan perlakuan pada rumput untuk
mengetahui pengaruh media tanam, nutrisi, dan pemangkasan sehingga
menghasilkan kualitas rumput lapangan yang estetik dan fungsional. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

TINJAUAN PUSTAKA

Rumput
Rumput merupakan jenis tanaman yang termasuk dalam kelompok tanaman
monokotiledon atau biasa disingkat monokotil.Tanaman monokotil adalah
tanaman berbunga yang hanya memiliki satu buah benih (kotiledon) disetiap biji
mereka. Biasanya jaringan meristematik pada tanaman berada pada bagian ujung
tanaman. Namun, hal yang berbeda terdapat pada rumput. Jaringan meristem pada
rumput berada dibawah pucuk. Hal ini yang memungkinkan rumput memiliki
toleransi tinggi terhadap pemangkasan dan tekanan. Selain itu, rumput memiliki
bagian yang disebut crown yang merupakan pusat aktivitas dari rumput, apabila
bagian ini mati maka rumput pun ikut mati (Christians 2004).
Rumput memiliki beberapa tipe pertumbuhan, yaitu anakan (bunch type),
rhizom (rhizomes), dan stolon (stoloniferous) (Gambar 2). Tipe pertumbuhan
rumput dengan anakan (bunch type) terjadi ketika tunas mulai berkembang
menjadi anakan baru yang disebut tiller. Setelah musim pertumbuhan dari rumput
dengan tipe anakan, beberapa tiller akan tumbuh dalam kelompok yang rapat di
sekitar crown tanaman induknya. Setiap tiller memiliki crown masing-masing
sehingga ketika tiller dipisahkan dari tanaman induk maka dapat tumbuh dan
berkembang sendiri menjadi tanaman baru.

Sumber: Anonim (2014)

Gambar 2 Tipe pertumbuhan rumput
Pada beberapa rumput, perkembangan tunas mungkin juga muncul secara
lateral dan menembus sheat dari tanaman induk. Perkembangan tunas yang
menembus sheat secara lateral menghasilkan batang yang dapat menjadi struktur
reproduktif, yang dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, batang lateral tersebut
tumbuh lateral disepanjang permukaan tanah. Bentuk cabang permukaan tanah ini
disebut stolon. Stolon memiliki panjang jarak yang bervariasi yang menghasilkan
tunas baru sebagai struktur reproduktif. Tunas tersebut dapat tumbuh dengan akar

5
baru dan tanaman baru yang sangat mirip dengan tanaman induknya. Kedua,
batang lateral yang muncul dari tanaman induk tumbuh di bawah permukaan
tanah, yang disebut dengan rhizom. Rhizom tidak memiliki klorofil dan terlihat
seperti akar berwarna putih, tetapi bukan akar. Rhizom memiliki node seperti pada
stolon yang setiap node dapat tumbuh akar dan tunas baru. Setiap jenis rumput
memiliki tipe pertumbuhan yang berbeda-beda. Terdapat rumput yang memiliki
tipe pertumbuhan hanya dengan stolon atau rhizome ataupun memiliki keduaduanya (Christians 2004).
Menurut Emmons (2000), rumput merupakan penutup tanah yang sangat
baik untuk lapangan olahraga dan tempat rekreasi. Rumput dapat membuat
permukaan yang kuat dan tahan injakan. Ketika luka, rumput mempunyai
kemampuan menyembuhkan diri yang baik. Rumput juga dapat menyediakan
permukaan yang baik untuk pijakan atlet dan permukaan yang lembut untuk
menahan atlet ketika jatuh.
Pemain sepakbola melakukan gerakan berlari dan berhenti dengan cepat dan
frekuensi perubahan arah yang sering merupakan taktik dasar permainan
sepakbola. Hal ini memberikan stres lokal atau pada daerah-daerah tertentu saja
pada permukaan lapangan sepakbola. Kerusakan sekecil apapun pada permukaan
rumput dapat menyebabkan pantulan yang buruk dan gelindingan bola yang tidak
tepat arah sehingga permainan tidak berjalan dengan baik (Puhalla et al. 1999).

Rumput Lapangan Sepakbola
Puhalla et al. (1999) menjelaskan bahwa respon bola merupakan faktor
paling penting maka rumput yang pendek lebih diutamakan. Selain itu, pengelola
lapangan tidak hanya harus memilih jenis spesies rumput yang baik dan cara
budidaya yang tepat dengan pemangkasan yang pendek, tetapi pengelola juga
harus mempertimbangkan kebutuhan waktu yang tepat untuk memangkas.
Drainase yang efektif merupakan bagian yang penting dalam permainan sepakbola,
karena pada lokasi yang menggenang pada permukaan rumput dapat
menghentikan bola yang sedang menggelinding.
Terdapat tiga faktor penting yang berpengaruh terhadap permukaan
lapangan sepakbola, yaitu kondisi permukaan, pemain, dan interaksi bola. Kondisi
permukaan lapangan dipengaruhi oleh lingkungan, jenis lapangan, lokasi
geografis, dan pengelolaan lapangan. Kondisi permukaan lapangan akan
mempengaruhi interaksi bola. Faktor yang berpengaruh terhadap pemain yaitu
pengalaman masa lalu, atribut psikologi, atribut fisik, dan karakter bermain.
Interaksi bola dilihat dari faktor kecepatan bola, pantulan bola, dan gelindingan
bola. Ketiga karakteristik bola tersebut yang dirasakan signifikan berbeda
antarlapangan, terutama antarjenis permukaan lapangan, dan banyak pemain
berpikir perbedaannya cukup mencolok tiap jenis permukaan lapangan
(Ronkainen et al. 2012)
FIFA (2012a) menyebutkan tiga kategori yang menentukan kinerja bola di
permukaan lapangan yaitu pantulan bola, gelindingan bola dan sudut lengkung
bola. Perilaku bola di permukaan berkorelasi dengan antisipasi yang harus
dilakukan oleh pemain. Seorang pemain mengharapkan untuk menerima bola dan

6
dapat memperkirakan pantulan bola, laju bola di permukaan, dan kecepatan sudut
pantul bola di permukaan.
 Pantulan bola vertikal (vertical ball rebound). Jika bola memantul lebih
tinggidari perkiraan,pemain mungkin gagal untuk mengontrol bola atau
mungkin memantul tinggi melampaui kepala atau memantul terlalu rendah dan
melewati kaki saat terangkat. Oleh karena itu, perlu untuk mengukur
ketinggian pantulan bola ketika jatuh kepermukaan dari ketinggian tertentu.
Pantulan bola vertikal diukur dengan menjatuhkan bola dari ketinggian 2 meter
dan diukur ketinggian pantulan bola (Gambar 3). Rumput memiliki nilai
pantulan antara 50-100 cm, tetapi idealnya rumput memiliki nilai pantulan
antara 60-85 cm.

Sumber: FIFA (2012a)

Gambar 3 Alat pengukur pantulan bola
 Perilaku sudut lengkung bola (angled ball behaviour). Efek gabungan pantulan
dan gelindingan ketika bola diluncurkan ke udara dan membentur permukaan
di sudut disebut sebagai Perilaku sudut lengkung bola (Gambar 4). Perilaku
sudut lengkung bola adalah interaksi yang kompleks antara bola dan
permukaan melibatkan gesekan antara bola dan permukaan, kecepatan
horizontal dan pantulan bola vertikal. Hantaman bola memiliki nilai sudut dan
kecepatan, khususnya bola panjang, akan memantul dari permukaan pada sudut
dan kecepatan tertentu. Jika bola datang pada lintasan dan kecepatan yang
berbeda dari yang diperkirakan, hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam
mengontrol bola. Oleh karena itu, perlu untuk mengukur efek gabungan dari
Perilaku sudut lengkung bola.

Sumber: FIFA (2012a)

Gambar 4 Alat pengukur sudut pantulan bola

7
 Gelindingan Bola (ball roll). Bola yang bergerak di atas tanah menuju pemain
dapat bergerak lebih cepat atau lambat dari yang diperkirakan akan
mengakibatkan pemain gagal mengontrol bola dengan benar. Pemain yang
mengoper menganggap bola akan memperlambat di atas permukaan dan
kemudian akan menendang dengan kekuatan tertentu. Tes untuk memprediksi
perlambatan dari bola melewati permukaan disebut Gelinding Bola (Gambar 5).
Permukaan lapangan diklasifikasikan dalam hal kecepatan permukaan atau
perlambatan bola melewati permukaan lapangan. Nilai gelinding bola untuk
rumput bervariasi antara 4-10 meter. Rumput yang ideal memiliki nilai
gelinding dari 4-8 m. Semakin rendah nilai, semakin lambat lapangan.

Sumber: FIFA (2012a)

Gambar 5 Alat pengukur jarak gelinding bola

Fungsional dan Estetika Rumput
Menurut Turgeon (2005), banyak faktor yang mempengaruhi kualitas
rumput. Turgeon membedakan kualitas rumput menjadi dua bagian yaitu kualitas
visual dan kualitas fungsional. Hal yang paling berpengaruh terhadap kualitas
visual rumput yaitu kepadatan (density), tekstur (texture), keseragaman
(uniformity), warna (color), perilaku pertumbuhuan (growth habit), dan
kelembutan (smoothness).
 Kepadatan (density) adalah ukuran atau jumlah dari tunas per satuan area.
Jumlah tunas yang tumbuh tiap individu rumput sangat bervariasi tergantung
genotip, lingkungan sekitar, dan teknik budidaya. Rumput lapangan sepakbola
akan menjadi jarang jika pertumbuhannya buruk. Ilustrasi mengenai
perbandingan kualitas densitas rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada
Gambar 6.

Sumber: Turgeon (2005)

Rendah

Tinggi

Gambar 6 Kualitas densitas rumput yang baik dan buruk

8
 Tekstur (texture) merupakan ukuran lebar dari helaian daun. Rumput dengan
lebar daun yang kecil dianggap lebih menarik. Tekstur rumput berpengaruh
pada penggunaan tiap jenis rumput untuk digunakan secara bersama (mixtures).
Rumput yang memiliki tekstur halus dan kasar tidak dapat digunakan secara
bersama karena akan menyebabkan penampilan rumput yang tidak seragam.
Kepadatan dan tekstur rumput merupakan faktor yang saling terkait, pada saat
kepadatan rumput meningkat maka tekstur daun akan semakin halus.
Kehalusan adalah tampilan permukaan rumput yang berpengaruh pada kualitas
visual dan kualitas permainan. Kecepatan dan durasi perputaran bola
akanberkurang apabila rumput tidak halus dan tidak seragam. Ilustrasi
mengenai perbandingan tekstur rumput yang baik dan buruk dapat dilihat pada
Gambar 7.

Sumber: Turgeon (2005)

Kasar

Halus

Gambar 7 Kualitas tekstur rumput yang baik dan buruk
 Keseragaman (uniformity) merupakan pekiraan penilaian terhadap tampilan
rumput yang terlihat. Dua hal terkait dengan keseragaman tampilan rumput
yaitu komposisi dan karakteristik permukaan. Komposisi terkait dengan jumlah
cabang dari anakan, sedangkan karakteristik permukaan terkait dengan
kesamaan jenis rumput yang digunakan. Keseragaman rumput tidak dapat
dinilai secara akurat seperti menilai tekstur dan kepadatan. Keseragaman
rumput dipengaruhi oleh tekstur, kepadatan, komposisi spesies, warna,
ketinggian pangkasan, dan faktor lain yang menyebabkan keseragaman.
Ilustrasi mengenai perbandingan keseragaman rumput yang baik dan buruk
dapat dilihat pada Gambar 8.

Sumber: Turgeon (2005)

Rendah

Tinggi

Gambar 8 Kualitas keseragaman rumput yang baik dan buruk
 Warna (color) merupakan ukuran cahaya yang direfleksikan oleh rumput.
Spesies rumput yang berbeda dan variasi budidaya rumput mempengaruhi
warna rumput dari yang berwarna terang hingga hijau gelap. Warna dapat
digunakan sebagai indikator kondisi umum dari rumput. Warna rumput yang
menguning bisa mengindikasikan bahwa rumput kekurangan nutrisi, terkena
penyakit, atau faktor lain yang tidak sesuai dalam pertumbuhannya. Kualitas
pemangkasan juga dapat berpengaruh terhadap warna dari rumput.

9
 Perilaku pertumbuhan (growth habit) dideskripsikan sebagai tipe pertumbuhan
tunas pada tiap bagian individu rumput. Tiga tipe dasar pertumbuhan rumput
yaitu anakan (bunch type), rhizome (rhizomatous), dan stolon (stoloniferous).
 Kelembutan (smoothness) adalah fitur permukaan dari rumput yang
mempengaruhi kualitas visual dan kemampuan penggunaan dalam permainan.
Percepatan dan durasi bola yang menggelinding akan berkurang jika
permukaan rumput tidak lembut dan tidak seragam.
Kualitas fungsional dari rumput dipengaruhi oleh kekakuan (rigidity),
elastisitas (elasticity), keempukan (resiliency), hasil pangkasan (yield), pertunasan
(verdure), perakaran (rooting), dan kemampuan memulihkan diri (recuperative
capacity).
 Kekakuan (rigidity) adalah ketahanan daun rumput terhadap tekanan dan
berhubungan dengan ketahanan rumput. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi
kimiawi dari jaringan tanaman, kandungan air, suhu, ukuran tanaman, dan
densitas.
 Elastisitas (elasticity) adalah kemampuan rumput untuk kembali tegak setelah
tekanan diatasnya berpindah. Elastisitas rumput akan berkurang secara
dramatis apabila rumput membeku.
 Keempukan (resiliency) adalah kemampuan rumput dalam menyerap beban
tanpa merubah karakteristik permukaannya. Pada beberapa kasus, ketahanan
dipengaruhi oleh kondisi daun dan akar. Pada lapangan golf, ketahanan ini
dapat menahan bola secara baik sehingga dapat dibidikkan sesuai target. Pada
lapangan sepakbola, ketahanan ini membantu dalam mengurangi potensi
cedera pada pemain.
 Hasil pangkasan (yield) adalah ukuran jumlah sisa potongan rumput yang telah
dipangkas. Hal ini merupakan indikasi pertumbuhan rumput dipengaruhi oleh
pemupukan, irigasi, dan faktor-faktor alami lainnya. Jumlah yield yang
berlebihan, mengindikasi penggunaan pupuk yang berlebihan, terutama
nitrogen dan indikasi lainnya seperti perakaran lemah, toleransi terhadap stres,
dan ketahanan terhadap penyakit.
 Pertunasan (verdure) adalah jumlah rumpun rumput yang masih tertanam
setelah pemotongan. Pada beberapa genotip rumput tertentu, peningkatan
verdure berhubungan dengan peningkatan rigiditas dan kemampuan menahan
beban.
 Perakaran (rooting) adalah jumlah pertumbuhan akar dalam suatu masa tanam.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah akar yang berwarna putih dan dari
kedalamannya. Semakin banyak jumlah dan semakin dalam perakarannya,
maka semakin baik kualitas rumputnya.
 Kemampuan memulihkan diri (recuperative capacity) adalah kemampuan
rumput dalam memulihkan diri setelah terserang hama penyakit, penggunaan
diatasnya, dan sebagainya. Kemampuan memulihkan diri sangat bervariasi
bergantung pada genotip rumput dan dipengaruhi oleh kondisi alam maupun
buatan. Faktor-faktor yang mengurangi kemampuan memulihkan diri adalah
kepadatan tanah yang kurang baik, pemupukan yang berlebihan ataupun
kurang, kelembaban, suhu yang kurang baik, penyinaran yang kurang baik,
tanah yang masih menyimpan residu racun dan penyakit.

10
FIFA (2012b) menyebutkan bahwa kebutuhan pengelolaan lapangan
sepakbola sangat mendasar untuk beberapa alasan yaitu estetika, keamanan,
penampilan permainan, dan daya tahan.
 Estetika. Lapangan yang bagus akan menarik untuk bermain dan mendorong
pengguna menggunakan lapangan dengan cara yang baik. Lapangan yang
buruk tidak menarik untuk bermain, akan mengurangi pengguna lapangan
bermain dalam waktu yang lama, dan mengundang perilaku vandalisme.
 Keamanan. Lapangan yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan
bahaya bagi pengguna. Selain itu, bisa menyebabkan kecelakaan dan kerugian
lain.
 Penampilan bermain. Pengelolaan yang buruk akan menyebabkan
ketidaknyamanan dan rasa frustasi bagi pemain karena bola bergerak lebih
cepat, ketidakpastian arah gelinding bola, pantulan bola bervariasi, pemain
berlari dipermukaan yang kasar, dan rendahnya cekaman permukaan.
 Daya tahan. Jangka waktu dari rumput sepakbola akan berkurang dengan cepat
disebabkan oleh buruknya perawatan, atau investasi pengelolaan yang
diabaikan.
Menurut Brosnan dan Deputy (2008) pemangkasan Zoysia sp. tidak boleh
melebihi ketinggian 5 cm. Pemangkasan yang baik dilakukan setiap 7-10 hari
dengan ketinggian antara 1,25 cm hingga 4,75 cm.

Media Tanam Rumput Lapangan
Menurut Christians (2004), uji tanah merupakan proses pengukuran status
kandungan nutrisi dalam tanah yang mungkin diperoleh oleh tanaman dan dapat
dijadikan dasar rekomendasi dalam progam penyuburan tanah. Proses pengujian
dapat juga menggunakan alat yang dapat menilai tingkat salinitas dan untuk
mengidentifikasi potensi terkena penyakit/racun. Pengujian tanah dapat
memberikan informasi yang sangat berguna yang dapat menentukan kesuksesan
atau kegagalan dalam progam pengelolaan rumput.
Jika uji tanah telah dilakukan, perlakuan pemberian pupuk yang tepat dapat
diberikan sesuai tingkat rekomendasi. Jika uji tanah tidak dapat dilakukan
keseluruhan, minimal harus dapat diketahui tingkat pH tanah sehingga dapat
diketahui pH tanah yang sesuai untuk kebutuhan material/jenis tanaman yang
akan digunakan. Tanah berpasir memiliki kapasitas penyangga yang rendah
(porous), kurang respon terhadap perubahan tingkat keasaman, dan membutuhkan
sedikit kapur (lime) per unit untuk merubah pH. Tanah yang mengandung bahan
organik tinggi memiliki kapasitas penyangga sangat tinggi dan biasanya tidak
membutuhkan perlakuan untuk merubah pH (Carpenter et al. 1975).
Menurut Emmons (2000), permasalahan utama pada lapangan olahraga
yaitu pemadatan dan kualitas rumput yang buruk. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan konstruksi lapangan yang baik dan pemilihan spesies dan kultivar rumput
yang sesuai. Kunci utama dalam membuat lapangan olahraga yang baik adalah
dengan menyediakan zona akar yang cukup. Drainase dan irigasi yang baik
diperlukan untuk menjaga rumput agar tetap padat dan subur.
Lapangan dengan media pasir memerlukan irigasi yang hati-hati karena
zona perakaran sangat mudah kehilangan air. Penyiraman sebaiknya tidak

11
dilakukan sehari sebelum lapangan digunakan agar lapangan tidak digenangi air.
Penyiraman segera setelah lapangan digunakan sangat disarankan untuk
mempercepat pemulihan rumput. Lapangan yang menggunakan tanah liat akan
mengeras jika tidak disiram secara regular. Coring untuk mengurangi kepadatan
sangat penting. Coring adalah pembuatan lubang pada tanah untuk menjaga agar
tanah menjadi gembur, terjaga porositasnya, terjaga kestabilan oksigen dalam
tanah, dan mengurangi kepadatan tanah (Emmons 2000).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatmasari (2011), terdapat
tiga tipe media tanam yang digunakan pada lapangan sepak bola pada tiga lokasi
yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Stadion Siliwangi (Bandung),
Singaperbangsa (Karawang), dan Haji Agus Salim (Padang). Pada Stadion
Siliwangi konstruksi media tanam lapangan terdiri dari pipa paralon (ø 10 cm),
batu kali, ijuk, kerikil, serta campuran tanah andosol dan pasir. Pada Stadion
Singaperbangsa konstruksi media tanam lapangan terdiri dari pipa paralon (ø 10
cm), batu kali, ijuk dan kerikil, serta campuran tanah latosol, pasir, dan pupuk
kandang.Pada Stadion Haji Agus Salim konstruksi media tanam terdiri dari pipa
paralon (ø 10 cm), kerikil, ijuk, serta campuran tanah entisol dan pasir. Ketiga
ilustrasi konstruksi media tanam masing-masing stadion dapat dilihat pada
Gambar 9.

Sumber: Fatmasari (2011)

Gambar 9 Ilustrasi konstruksi media tanam lapangan sepakbola (a) Stadion
Siliwangi, (b) Stadion Singaperbangsa, (c) Stadion Haji Agus Salim

12
Zeolit alam merupakan mineral yang jumlahnya banyak tetapi distribusinya
tidak merata, seperti klinoptilolit, mordenit, phillipsit, chabazit dan laumontit.
Zeolit alam banyak mengandung mineral seperti Na, K, Ca, Mg dan Fe, namun
kristalinitasnya kurang baik. Zeolit merupakan suatu mineral berupa kristal silika
alumina yang terdiri dari tiga komponen yaitu kation yang dapat dipertukarkan,
kerangka alumina silikat dan air. Struktur yang khas dari zeolit, yakni hampir
sebagian besar merupakan kanal dan pori, menyebabkan zeolit memilki luas
permukaan yang besar. Keadaan ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pori
dan kanal dalam maupun antar kristal dianggap berbentuk silinder, maka luas
permukaan total zeolit adalah akumulasi dari luas permukaan (dinding) pori dan
kanal-kanal penyusun zeolit. Semakin banyak jumlah pori yang dimiliki, semakin
besar luas permukaan total yang dimiliki zeolit. Zeolit alam mempunyai rasio
Si/Al sebesar 4,96 (Lestari 2010).
Sifat kimia yang penting dari zeolit alam adalah kemampuannya dalam
pertukaran anion dan kation. Manfaat dari zeolit sendiri adalah mampu
menangkap NH4+ sehingga tidak mudah tercuci atau hilang, serta meningkatkan
kapasitas tukar kation. Pemanfaatan zeolit dalam pembuatan kompos ini dapat
memperbaiki sifat fisik kompos dan mengurangi bau yang menyengat dari gas
amonia serta dapat meningkatkan kadar nitrogen kompos. Hal ini terjadi melalui
penjerapan nitrogen oleh zeolit yang dapat dilepas kembali secara berlahan untuk
keperluan tanaman. Pemberian zeolit dapat meningkatkan pH kompos, N total
kompos, N tersedia kompos, dan P tersedia kompos. Pemberian zeolit juga dapat
menurunkan nisbah C/N kompos (Susanti dan Panjaitan, 2010). Penambahan
zeolit pada media tanam akan meningkatkan jumlah basa-basa K, Na, Ca dan Mg
serta meningkatkan KTK tanah, walaupun media tanam tersebut sudah dipakai
oleh tanaman selama masa pertumbuhannya. Zeolit tidak meningkatkan pH tanah
(Estiaty 2012).
Menurut Nasrullah dan Ansari (2000) penambahan zeolit pada media tanam
pasir dapat menurunkan kadar air dalam tanah. Selain itu, penambahan zeolit juga
meningkatkan permeabilitas tanah dibandingkan media tanam pasir yang
ditambahkan dengan serbuk gergaji pada taraf yang sama. Secara umum,
penambahan zeolit pada media tanam rumput bermuda (Cynodon dactylon var.
Tifdwarf) pada taraf 25% - 50% menghasilkan kualitas fungsional yang lebih
rendah dibandingkan media tanam pasir yang dicampur dengan serbuk gergaji
dilihat pada variabel berat kering pucuk, kepadatan, kepegasan, warna daun,
panjang akar, dan berat kering akar.

Kebutuhan Nutrisi Rumput
Menurut Carpenter et al. (1975) nutrisi dasar kebutuhan tanaman harus
diberikan. Jumlah dan rasio kebutuhan nutrisi yang harus ditambahkan tergantung
pada kebutuhan dasar kesuburan tanah dilihat pada hasil uji tanah, jenis rumput
yang akan ditanam, kondisi iklim seperti curah hujan dan suhu, penggunaan
irigasi dan jenis tanah. Nutrisi dasar yang dibutuhkan tanaman yaitu yang
mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium (K). Woods (2012)
menyatakan bahwa kebutuhan nutrisi rumput berkaitan dengan tingkat
pertumbuhan dari rumput tersebut. Jumlah dari elemen yang diperlukan untuk

13
diberikan sebagai pupuk dapat dihitung berdasarkan pada jumlah elemen tersebut
di dalam tanah dan potensi pertumbuhan dari rumput pada waktu tertentu.
Kebutuhan nutrisi rumput yang akan diberikan harus melihat kondisi awal tanah
berupa pH tanah, kapasitas tukar kation (KTK) dan ketersediaan nutrisi di tanah.
pH tanah merupakan ukuran dari aktivitas ion hidrogen (H+) di dalam tanah dan
biasanya diukur dalam perbandingan 1:1 antara tanah dan air terionisasi. Tanaman
rumput dapat tumbuh dengan baik pada pH tanah antara 5,5-8,3. Kapasitas tukar
kation (KTK) adalah ukuran dari kemampuan tanah untuk melakukan pertukaran
penyerapan kation. Mineral seperti kalsium, magnesium, dan potasium (kalium)
terdegradasi dalam tanah, dan diambil tanaman dalam bentuk ion Ca 2+, Mg2+, dan
K+. KTK tanah sangat penting karena sebagai indikator jumlah mineral tersebut
yang terdapat di dalam tanah.
Nutrisi dasar kebutuhan tanaman harus diberikan, berdasarkan pada hasil uji
tanah, jika dibutuhkan untuk membentuk level tanah pada level yang dapat
diterima untuk pertumbuhan rumput. Jumlah dan rasio kebutuhan nutrisi yang
harus ditambahkan tergantung pada kebutuhan dasar kesuburan tanah dilihat pada
hasil uji tanah, jenis rumput yang akan ditanam, kondisi iklim seperti curah hujan
dan suhu, penggunaan irigasi dan jenis tanah. Nitrogen merupakan unsur utama
yang sangat dibutuhkan dalam jumlah cukup banyak. Rasio perbandingan yang
biasa digunakan dalam pemupukan rumput yaitu 1:2:1 atau 1:3:1. Namun
penambahan unsur fosfor dan potasium jumlahnya tergantung ketersediaan di
tanah. Jika jumlahnya di dalam tanah sudah mencukupi, hanya unsur nitrogen
yang perlu ditambahkan (Carpenter et al. 1975).
Brosnan dan Deputy (2008) menyebutkan bahwa pemberian pupuk N untuk
rumput manila sebesar 4,84 g/m2 dengan perbandingan dosis NPK dalam pupuk
majemuk sebesar 2:1:1. Unsur N paling banyak dibutuhkan oleh rumput yang
berfungsi untuk meningkatkan jumlah klorofil daun sehingga daun terlihat hijau,
sedangkan unsur P dibutuhkan rumput dalam jumlah yang sedikit. Selain itu,
unsur P banyak terkandung dalam tanah sehingga penambahan unsur P melalui
pupuk tidak perlu dalam jumlah besar. Unsur K dibutuhkan rumput dalam jumlah
yang sedang karena unsur K berpengaruh terhadap kelenturan/kekakuan daun
yang akan mempengaruhi performa rumput lapangan.
Pupuk organik hasil fermentasi EM4 memberikan pengaruh perbedaan
jumlah unsur hara pada setiap level pupuk yang diberikan terutama kandungan
unsur nitrogen, dimana unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium yang terkandung
dalam pupuk tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan rumput gajah dwarf. Semakin tinggi konsentrasi pupuk organik
yang diberikan pada media tanam, semakin besar pengaruh yang terlihat pada
pertumbuhan rumput. Pengaruh tersebut terlihat pada setiap variabel pengamatan
seperti tinggi tanaman, lingkar batang, lebar daun, jumlah anakan, dan panjang
daun (Lasamadi et al. 2013)
Penjadwalan irigasi yang tidak menyebabkan air bergerak di luar zona
perakaran menunjukkan hasil dapat mengurangi jumlah nitrat dan amonium yang
hilang pada lapangan rumput di daerah beriklim sedang, tanpa merugikan
pertumbuhan dan kualitas rumput. Pemberian pupuk N pada tingkat dan frekuensi
yang sesuai kebutuhan rumput dapat menurunkan kehilangan N dari lapangan
rumput, meskipun manfaatnya mungkin kurang terlihat pada aturan irigasi yang
optimal. Pemberian pupuk yang larut dalam air mengurangi kehilangan N,

14
dibanding menggunakan pupuk lambat larut. Pertumbuhan dan kualitas rumput
juga sering lebih konsisten ketika pupuk larut air diberikan secara hemat dan
teratur. Rumput yang sehat, bebas dari defisiensi pupuk lainnya dan bebas dari
hama dan penyakit, juga harus mampu mengambil N yang diberikan secara
maksimal (Barton dan Colmer 2005).
Rusdy (2010) menyebutkan bahwa peningkatan dosis N akan meningkatkan
produksi bahan kering, rasio daun (tunggul-bagian tanaman bawah tanah),
konsentrasi N, dan pengambilan N pada rumput alang-alang (Imperata
cylindrical), rumput bahia (Paspalum notatum), dan rumput benggala (Panicum
maximum). Pemupukan nitrogen tidak mempunyai pengaruh yang konsisten
terhadap kandungan karbohidrat cadangan, proporsi nitrogen pada tanaman, dan
efisiensi penggunaan nitrogen. Pemangkasan 70 hari setelah pemupukan nitrogen
meningkatkan produksi bahan kering dan pengambilan nitrogen, tetapi
menurunkan konsentrasi nitrogen pada ketiga rumput.
Inokulasi cendawan mikiroza arbuskula (CMA) dan bakteri Azospirillum
meningkatkan serapan hara, efisiensi pemupukan pada turfgrass, dan kepadatan
pucuk Tifdwarf. Inokulasi CMA pada dosis pupuk 25% RD (recommended
dosage) meningkatkan efisiensi pemupukan N sebesar 1069% dibandingkan
control. Inokulasi Azospirillum efektif pada dosis pupuk 75% RD dengan
meningkatkan kandungan N tajuk, tetapi tidak meningkatkan serapan N dn
efisiensi pemupukan N dibandingkan control. Penggunaan CMA+Azospirillum
efektif pada dosis 100% RD (Guntoro et al. 2006).
Nasrullah dan Tunggalini (2000) menyebutkan bahwa pemupukan Polymer
Coated Urea (PCU) sebesar 13,5 g N/m2 memberikan hasil kualitas rumput
Bermuda yang tertinggi. Nilai tertinggi terlihat pada variabel tinggi tanaman,
jumlah pucuk, berat basah dan berat kering pangkasan. Pertumbuhan rumput yang
dipupuk menggunakan pupuk slow release menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik dibandingkan pertumbuhan rumput menggunakan pupuk quick release.
Pemberian pupuk hayati mikoriza pada tanaman rumput dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan persentase penutupan
rumput dan meningkatkan bobot kering clipping. Pemberian pupuk hayati
mikoriza mulai dosis 300 g/pot menghasilkan pertumbuhan tanaman rumput yang
lebih baik dibandingkan dengan control. Pemberian pupuk hayati mikoriza pada
semua tingkat dosis yang dicobakan tidak menunjukkan peningkatan serapan hara
N dan P pada tajuk tanaman serta kualitas rumput (Guntoro et al. 2007)

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2013 hingga bulan Agustus
2013. Tahap pengambilan data terdiri dari dua bagian yaitu tahap survei dan tahap
percobaan. Penelitian tahap percobaan dilakukan pada mulai Mei-Agustus 2013 di
University Farm Institut Pertanian Bogor yang berada di Desa Loji, Sindang
Barang, Kota Bogor Barat (Gambar 10). Pemilihan lokasi didasarkan karena
Kebun Percobaan Pagentongan pernah dikelola oleh Departemen Arsitekstur
Lanskap serta menjadi lokasi penelitian dan budidaya rumput. Pada lokasi tersebut
telah dilengkapi dengan fasilitas pembudidayaan rumput.

Sumber: Wikimapia.com

Gambar 10 Lokasi penelitian eksperimental

Metode Survei
Tahap awal penelitian dilakukan survei pengelolaan lapangan sepakbola
pada bulan Januari-Februari 2013. Survei dilakukan untuk mengetahui kondisi
dan permasalahan di lapangan sepakbola, khususnya terkait media tanam, nutrisi
dan pemangkasan. Permasalahan yang ditemukan kemudian dipelajari solusinya
dengan melakukan percobaan di lapang. Lapangan sepakbola yang dipilih yaitu
lapangan berstandar internasional dan menggunakan jenis rumput manila (Zoysia
matrella). Ketiga lapangan yang dipilih sebagai lokasi survei yaitu (1) Stadion
Gelora Bung Karno (Jakarta), (2) Stadion Maguwoharjo (Yogyakarta), dan (3)
Stadion Si Jalak Harupat (Bandung). Pemilihan ketiga lokasi survei juga
didasarkan pada kemudahan jangkauan (jarak) peneliti menuju lokasi survei.
Pengambilan data tahap survei dilakukan dengan dua cara, yaitu wawancara
dan pengamatan langsung. Wawancara dilakukan terhadap pengelola stadion
untuk mengetahui kondisi pengelolaan terkait kualitas visual, fungsional, dan
pemeliharaan rumput lapangan sepakbola. Jenis data yang dikumpulkan antara
lain jenis media tanam, intensitas pemupukan, jenis dan dosis pupuk yang

16
diberikan, waktu pemupukan, intensitas penyiraman, intensitas pemangkasan,
ketinggian pemangkasan, kualitas rumput lapangan, hama dan penyakit yang
menyerang rumput lapangan, serta masalah-masalah terkait pengelolaan rumput.
Tahap survei dengan metode pengamatan lapang secara langsung dilakukan
dengan mengamati parameter kualitas yang mencakup kepadatan rumput, warna,
tekstur, elastisitas, hasil pangkasan, dan perakaran. Pengamatan dilakukan pada
sampel rumput di lapang kemudian parameter diukur dan dibandingkan dengan
standar rumput lapangan sepak bola (Tabel 4). Selain itu, dilakukan pengambilan
sampel tanah dan daun pada ketiga lokasi survei untuk dilakukan uji laboratorium.
Pengamatan lapang, samp