Perencanaan lanskap sempadan sungai Ciliwung untuk peningkatan kualitas lingkungan alami kota Bogor

i

PER
RENCAN
NAAN LAN
NSKAP SE
EMPADA
AN SUNGA
AI
CIL
LIWUNG
G UNTUK PENINGK
KATAN K
KUALITA
AS
LINGK
KUNGAN ALAMI KOTA
K
BO
OGOR


DED
DI RUSPEN
NDI

DEPART
TEMEN A
ARSITEK
KTUR LAN
NSKAP
FAKULT
TAS PERT
TANIAN
INS
STITUT P
PERTANIA
AN BOGO
OR
BOGOR
2011


ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Perencanaan Lanskap
Sempadan Sungai Ciliwung untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Alami Kota
Bogor” adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Penulis

iii

RINGKASAN
DEDI RUSPENDI. Perencanaan Lanskap Sempadan Sungai Ciliwung untuk

Peningkatan Kualitas Lingkungan Alami Kota Bogor. Dibimbing oleh SITI
NURISJAH.
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai jumlah sungai cukup
banyak termasuk juga dalam kota-kotanya. Secara historik, kota-kota di Indonesia
memulai perkembangannya dari daerah-daerah sekitar tepian sungai. Selanjutnya,
dalam perkembangannya juga menghadirkan sungai sebagai bagian dari wajah
alami kota.
Sungai Ciliwung yang melalui Kota Bogor, membelah kota ini menjadi dua
bagian. Pada zaman dahulu, Kota Bogor memiliki kualitas lingkungan alami yang
sangat tinggi. Pesatnya pembangunan yang terjadi di Kota Bogor berakibat
kepada penurunan kualitas lingkungan alami Kota Bogor, tidak terkecuali pada
daerah sekitar Sungai Ciliwung. Sebaiknya sempadan sungai diperuntukkan untuk
meningkatkan kawasan alami kota. Selain itu, sempadan dan juga sungainya dapat
difungsikan sebagai aset keindahan kota, pengontrol suhu kota dan habitat dari
beberapa satwa liar. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan sempadan
Sungai Ciliwung guna meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Bogor.
Penelitian ini dilakukan di sempadan Sungai Ciliwung, Kota Bogor
sepanjang 14,5 km dengan garis sempadan sungai (GSS) + 15 m dari tepi sungai.
Untuk kepentingan analisis, sempadan Sungai Ciliwung dibagi menjadi 11
segmen dengan grid berukuran 1.850 m x 925 m. Tahapan penelitian meliputi

persiapan penelitian, pengumpulan data, analisis data, sintesis dan perencanaan
lanskap. Data diperoleh dengan cara survey langsung ke lapang dan wawancara
dengan perwakilan masyarakat di sekitar tapak untuk data primer dan dengan cara
mengumpulkan data dari instansi-instansi terkait, yaitu Bappeda Kota Bogor,
BPSDA, Dinas Tata Kota, Bina Marga, BMKG Baranagsiang, Balittanah, dan
studi pustaka yang berkaitan dengan sempadan Sungai Ciliwung untuk data
sekunder.
Analisis dilakukan terhadap data ekologis dengan perhitungan rasio
sinuositas dan analisis data fisik dengan perhitungan kemiringan lahan, jenis tanah
dan curah hujan. Rasio sinuositas diperoleh dengan cara membandingkan antara
panjang kelokan sungai yang menghubungkan dua titik yang telah ditentukan
pada sungai tersebut dengan panjang garis lurus yang dibentuk oleh dua titik
tersebut. Data ekologis dianalisis untuk menentukan zonasi kualitas alami Sungai
Ciliwung berdasarkan kepekaannya (tinggi, sedang dan rendah). Kualitas alami
yang tinggi menandakan semakin tingginya potensi Sungai Ciliwung untuk dapat
berfungsi sebagai kawasan alami yang dapat menjadi habitat bagi biota sungai.
Pada data fisik, analisis dilakukan untuk mengetahui peluang terjadinya erosi
dan longsor pada sempadan Sungai Ciliwung. Analisisnya dengan kriteria
penetapan kawasan lindung berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
837/Kpts/Um/11/1980. Tingkat bahaya fisik yang tinggi menandakan tidak

stabilnya kawasan tersebut dan perlu dijadikan sebagai kawasan lindung. Data
ekologis dan data fisik diintegrasikan secara spasial dengan data penutupan lahan
eksisting untuk mendapatkan alternatif pemanfaatan lahan guna memperbaiki dan
meningkatkan kualitas lingkungan alami sempadan Sungai Ciliwung.

iv

Perencanaan ini didasari oleh konsep perbaikan dan mengembalikan fungsi
lanskap Sungai Ciliwung sebagai kawasan ekologi yang dapat mendukung
keberlangsungan kehidupan ekosistem Sungai Ciliwung dan untuk meningkatkan
keindahan alami kota. Konsep ini akan dikembangkan menjadi rencana ruang
fungsional, perbaikan dan perlindungan sungai. Rencana ruang fungsional yang
memilki total luas 43,66 Ha terbagi menjadi tiga zona fungsional, yaitu : (1) zona
konservasi memiliki luas 15,64 Ha (36 % dari luas total keseluruhan) yang
meliputi kelurahan Kedunghalang, Sukaresmi, Bantarjati, Sempur, Tanah Sareal,
Sukasari dan Baranangsiang. (2) zona semi konservasi memiliki luas 17,27 Ha
( 40 % dari luas total keseluruhan) meliputi kelurahan Paledang, Sukasari,
Baranangsiang, Babakan Pasar, Katulampa, Tajur dan Sindangrasa. (3) zona non
konservasi memiliki luas 10,75 Ha (24 % dari luas total keseluruhan) meliputi
kelurahan Sukaresmi, Kedungbadak, Cibuluh, Kedunghalang, Bantarjati dan

Tanah Sareal.
Ruang-ruang fungsional tersebut akan direncanakan untuk dapat
meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Bogor. Zona konservasi akan
direncanakan sebagai daerah bervegetasi dengan kerapatan yang tinggi dalam
bentuk RTH dengan jenis riparian forest. Vegetasi tersebut diharapkan dapat
menjaga alur tepian sungai dan meminimumkan bahaya fisik pada sempadan
sungai. Zona semi konservasi akan direncanakan sebagai daerah dengan kerapatan
vegetasi yang cukup tinggi dan pada segmen ini diharapkan dapat
mengakomodasikan aktivitas rekreasi masyarakat Kota Bogor. Zona ini akan
dikembangkan sebagai taman kota. Zona non konservasi adalah daerah yang
boleh dibangun. Arah muka bangunan yang didirikan pada zona ini direncanakan
menghadap sungai. Fasilitas utama yang dikembangkan antara sungai dan
bangunan adalah jalan inspeksi.
Rencana perbaikan sungai yang dikembangkan adalah dengan metode
vegetatif dan metode bio-engineering. Metode vegetatif adalah penggunaan
komponen biotik (vegetasi) dalam memperbaiki struktur fisik wilayah sungai
dengan cara menanam berbagai jenis tanaman (kombinasi tanaman penutup tanah
dan pohon) dengan kerapatan yang tinggi dan pola penanaman yang tidak teratur
yang direncanakan pada zona konservasi. Sedangkan metode bio-engineering
adalah teknik rekayasa yang memanfaatkan komponen biotik dan abiotik dalam

memperbaiki struktur fisik wilayah sungai dengan cara menutup tebing sungai
dengan menggunakan jerami kering yang diantara penutup tebing ditanami
tanaman, diterapkan pada zona semi konservasi serta menanam tanaman yang
dikombinasikan dengan batu pada zona non konservasi. Perlindungan pada sungai
dilakukan dengan memanfaatkan komponen ekologi guna menghasilkan tempat
yang nyaman bagi biota air untuk hidup dan berkembangbiak melalui metode
bendung rendah dan mempertahankan batu-batuan di sungai tersebut. Hasil dari
perencanaan ini adalah sebuah rencana yang dapat melindungi sungai dengan
menyediakan tempat untuk hidup dan berkembangbiak bagi biota sungai sehingga
Sungai Ciliwung dapat berfungsi dengan baik dalam meningkatkan kualitas
lingkungan alami.

v

PER
RENCAN
NAAN LAN
NSKAP SE
EMPADA
AN SUNGA

AI
CIL
LIWUNG
G UNTUK PENINGK
KATAN K
KUALITA
AS
LINGK
KUNGAN ALAMI KOTA
K
BO
OGOR

DED
DI RUSPEN
NDI

Skripsi
Sebagaii salah satu syarat
s

untuk memperolehh gelar Sarjaana Pertaniann pada
Departem
men Arsitekttur Lanskap Fakultas Perrtanian,
Institutt Pertanian Bogor
B

DEPART
TEMEN A
ARSITEK
KTUR LAN
NSKAP
FAKULT
TAS PERT
TANIAN
INS
STITUT P
PERTANIA
AN BOGO
OR
BOGOR

2011

vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seruruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

vii

Judul Skripsi

: Perencanaan Lanskap Sempadan Sungai Ciliwung untuk
Peningkatan Kualitas Lingkungan Alami Kota Bogor


Nama Mahasiswa

: Dedi Ruspendi

NRP

: A44062044

Disetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA.
NIP. 19480912 197412 2 001

Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA.
NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Disetujui :

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat pada
tanggal 1 Februari 1988. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari
pasangan Dursin dan Carsem.
Penulis menghabiskan masa kecilnya di Kota Karawang, tepatnya di
Kecamatan Cilamaya dan mengawali masa jenjang pendidikan formal pada tahun
1994 di SDN Rawagempol Wetan II, kemudian pada tahun 2000 sampai dengan
tahun 2003 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat SLTP di SLTPN 1
Cilamaya, Kabupaten Karawang.
Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA di SMA PGII
1 Kota Bandung dan berhasil menyelesaikan masa pendidikan SMA pada tahun
2006. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI. Pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa penulis
aktif mengikuti sayembara perancangan Taman Kota Pisangan, Kota Jakarta dan
Taman Topi, Kota Bogor serta Pekan Kreatifitas mahasiswa bidang penelitian.
Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten Mata Kuliah Rekayasa Lanskap,
Perencanaan Lanskap dan anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap
(HIMASKAP).

ix

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya kepunyaan Allah SWT, shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Atas rahmat dan hidayahNya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perencanaan Lanskap Sempadan
Sungai Ciliwung Untuk Peningkatan Kualitas Lingkungan Alami Kota
Bogor”. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA sebagai pembimbing skripsi yang banyak
memberikan nasehat, masukan dan motivasi kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Vera D Damayanti, SP, MLA dan Ibu Fitriyah Nurul HU, ST, MT atas
segala nasehatnya dalam segala hal tentang akademik.
3. Bapak, emak, aa dan teteh yang tidak pernah bosan memberikan dukungan
dan doa kepada penulis.
4. Agung, manceu, om jun, rido dan dicky yang telah menemani penulis
dalam mengumpulkan data penelitian.
5. Teman-teman satu bimbingan, wiwiek, hani, wemby, irvan dan ray,
semoga kita dipertemukan kembali pada hari nanti dan tentunya kita telah
menjadi orang sukses, amien.
6. Teman-teman seperjuangan di lanskap 43 semoga kita selalu kompak.
7. Teman-teman lanskap lainnya dari angkatan 40, 41, 42, 44 dan 45.
8. Teman-teman d’sabarz terimakasih atas semua canda tawanya.
9. Pihak-pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai tambahan ilmu dibidang Arsitektur Lanskap dan dapat menjadi
masukan yang berguna dalam perencanaan kota khususnya pada sempadan Sungai

x

Ciliwung di Kota Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri atas kritik dan
saran dalam penyempurnaan skripsi ini agar diperoleh hasil yang lebih maksimal.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Maret 2011

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................. III
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. IV
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................1
Tujuan Penelitian .............................................................................................2
Manfaat Penelitian ...........................................................................................2
Kerangka Pikir Penelitian ................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
Perencanaan Lanskap .......................................................................................4
Sungai ..............................................................................................................4
Badan Sungai .............................................................................................4
Sempadan Sungai .......................................................................................7
Vegetasi Sempadan Sungai ........................................................................9
Pendugaan Kondisi Ekologis Sungai .............................................................11
Pendugaan Erosi dan Longsor Tebing Sungai ...............................................12
KONDISI UMUM KOTA BOGOR ...................................................................... 13
Letak Geografis Kota Bogor ..........................................................................13
Sejarah Kota Bogor ........................................................................................13
Keadaan Fisik Kota Bogor .............................................................................14
Topografi .................................................................................................14
Geologi dan Tanah ...................................................................................14
Hidrologi ..................................................................................................15
Iklim dan Kenyamanan ............................................................................15
Keanekaraman Jenis Vegetasi .................................................................15
Kondisi Sosial Budaya Kota Bogor ...............................................................16
Kependudukan Kota Bogor ...........................................................................16
Penggunaan Lahan .........................................................................................17

ii

METODOLOGI .................................................................................................... 19
Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................................19
Batasan Penelitian ..........................................................................................21
Metode dan Tahapan Penelitian .....................................................................21
Persiapan Penelitian .................................................................................22
Pengumpulan Data ...................................................................................22
Analisis Data ............................................................................................23
Sintesis .....................................................................................................26
Perencanaan Lanskap ...............................................................................27
Keluaran .........................................................................................................27
DATA DAN ANALISIS ....................................................................................... 28
Aspek Ekologis ..............................................................................................28
Aspek Fisik ....................................................................................................33
Integrasi Aspek Ekologis dan Fisik ...............................................................37
PERENCANAAN LANSKAP SEMPADAN SUNGAI CILIWUNG .................. 40
Konsep Dasar .................................................................................................40
Rencana Ruang Fungsional ...........................................................................40
Rencana Perbaikan dan Perlindungan Sungai ...............................................41
Rencana Lanskap Sempadan Sungai Ciliwung .............................................46
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 56
Kesimpulan ....................................................................................................56
Saran ..............................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 57
LAMPIRAN .......................................................................................................... 59 

iii

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

Halaman

1. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan .............................................. 14 
2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Kota Bogor Tahun
2008 ............................................................................................................... 17 
3. Persentase Luasan Penggunaan Lahan Tahun 2005 ..................................... 18 
4. Segmen Kawasan Penelitian ......................................................................... 20 
5. Kelompok Data, Jenis, Sumber dan Cara Pengambilan Data ....................... 23 
6. Kriteria dan Tata Cara Penetapan Kawasan Lindung ................................... 25 
7. Ketentuan lain dalam menentukan Kawasan Lindung.................................. 26 
8. Penentuan Zona berdasarkan luas Penutupan Lahan .................................... 27 
9. Nilai Sinuositas Sungai Ciliwung ................................................................. 28 
10. Persentase Kualitas Alami Sungai Ciliwung .............................................. 29 
11. Vegetasi yang dapat ditanam di sempadan Sungai Ciliwung ..................... 32 
12. Pendugaan Kepekaan Longsor dan Erosi.................................................... 33 
13. Hasil Overlay untuk Tiap Segmen .............................................................. 37 
14. Alternatif Pemanfaatan Sempadan Sungai Ciliwung .................................. 39 
15. Pembagian dan Luas Zona terhadap Kawasan Penelitian ........................... 40 
16. Arahan Rencana Lanskap Sempadan Sungai Ciliwung .............................. 47 

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Teks

Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................... 3 
2. Orde Sungai (Forman dan Gordon, 1986) ...................................................... 5 
3. Perubahan Penampang yang Menunjukan Umur Sungai ................................ 6 
4. Sempadan Sungai Cara Ekologi, Hidraulik dan Morphologi ......................... 8 
5. Bentuk Alur Sungai (Miall, 1997) ................................................................ 11 
6. Perhitungan Sinuosity Ratio .......................................................................... 12 
7. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 19 
8. Garis Sempadan Sungai (GSS) berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa
Barat Nomor 8 Tahun 2005 .......................................................................... 20 
9. Peta Kawasan Penelitian ............................................................................... 21 
10. Alur dan Tahapan Perencanaan lanskap ..................................................... 22 
11. Perhitungan Nilai Sinuositas ....................................................................... 24 
12. Peta Kualitas Alami Sungai Ciliwung Kota Bogor..................................... 29 
13. Kondisi Kawasan Sungai Ciliwung pada Segmen Sungai dengan Kualitas
Alami Tinggi (Segmen 1) ........................................................................... 31 
14. Kondisi Kawasan Sungai Ciliwung pada Segmen Sungai dengan Kualitas
Alami Sedang (Segmen 6) .......................................................................... 31 
15. Kondisi Kawasan Sungai Ciliwung pada Segmen Sungai dengan Kualitas
Alami Rendah (Segmen 8) .......................................................................... 31 
16. Peta Kepekaan Longsor dan Erosi Tebing Sungai Ciliwung ...................... 34 
17. Sawah dan Kebun........................................................................................ 36 
18. Permukiman ................................................................................................ 36 
19. Dinding Penahan ......................................................................................... 37 
20. Peta Komposit Aspek Ekologis dan Aspek Fisik ....................................... 38 
21. Metode Vegetatif......................................................................................... 44 
22. Penutup Tebing ........................................................................................... 44 
23. Tanaman antara Pasangan Batu Kosong ..................................................... 44 
24. Bendung Rendah dari Batu Lepas (Tampak Atas)...................................... 45 
25. Batuan di Badan Sungai dan Ilustrasi Jenis Lumutnya ............................... 46 
26. Rencana Lanskap Sempadan Sungai Ciliwung ........................................... 50 
27. Rencana Lanskap (Segmen 1 – Ruang Konservasi Alami) ........................ 51 

v

28. Rencana Lanskap (Segmen 8 – Ruang Semi Konservasi Alami) ............... 52 
29. Rencana Lanskap (Segmen 3 – Ruang Non Konservasi Alami) ................ 53 
30. Potongan A-A’ (Segmen 1 – Ruang Konservasi Alami) ............................ 54 
31. Potongan B-B’ (Segmen 8 – Ruang Semi Konservasi) .............................. 54 
32. Potongan C-C’ (Segmen 3 – Ruang Non Konservasi) ................................ 54 
33. Ilustrasi Segmen 1 (Ruang Konservasi Alami) ........................................... 55 
34. Ilustrasi Segmen 8 (Ruang Semi Konservasi)............................................. 55 
35. Ilustrasi Segmen 3 (Ruang Non Konservasi) .............................................. 55 

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sungai adalah satu elemen lanskap yang merupakan mata rantai hidrologis
dengan segala komponen-komponennya dimana terjadi erosi, transportasi,
desposisi yang membawa materi geologi bumi. Sungai dan bantarannya
merupakan habitat yang sangat kaya akan flora dan fauna sekaligus sebagai
barometer kondisi ekologis daerah tersebut. Sungai yang masih alamiah dapat
berfungsi sebagai aerasi alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga
kandungan oksigen air sungai (Maryono, 2005).
Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai jumlah sungai cukup
banyak termasuk juga dalam kota-kotanya. Secara historik, kota-kota di Indonesia
memulai perkembangannnya dari daerah-daerah sekitar tepian sungai. Dalam
perkembangannya, umumnya selalu menghadirkan sungai sebagai bagian dari
wajah kota. Selain memberikan nilai keindahan dan pemandangan yang khas,
sungai juga dapat memberikan iklim mikro yang lebih baik pada kota tersebut.
Sungai Ciliwung yang melalui Kota Bogor, membelah kota ini menjadi dua
bagian. Pada zaman dahulu, Kota Bogor memiliki kualitas lingkungan alami yang
sangat tinggi. Pesatnya pembangunan yang terjadi di Kota Bogor berakibat
kepada penurunan kualitas lingkungan alami Kota Bogor, tidak terkecuali pada
daerah sekitar Sungai Ciliwung. Seharusnya sempadan sungai diperuntukan untuk
kawasan alami kota. Selain itu, sempadan dan juga sungainya dapat difungsikan
sabagai aset keindahan kota, pengontrol suhu kota dan habitat dari beberapa
satwa. Banyaknya fungsi yang dimiliki Sungai Ciliwung sudah sepatutnya
lingkungan sungai ini dijaga dan dilestarikan.
Penurunan kualitas lingkungan alami Sungai Ciliwung Kota Bogor
disebabkan oleh makin bertambahnya jumlah dan luasan hunian pada lahan
disepanjang sempadan Sungai Ciliwung, terjadinya longsor dan erosi pada
sempadan sungai dan banyaknya tumpukan sampah. Hal ini akan mengurangi
ketersediaan kawasan alami pada sempadan Sungai Ciliwung. Selanjutnya lahan
alami semakin lama akan terus berkurang luasannya. Untuk meningkatkan fungsifungsi sungai dan untuk meminimalkan dampak negatif yang terjadi diperlukan

2

perencanaan pada sempadan Sungai Ciliwung. Sempadan sungai yang tertata
dengan baik selain memperbaiki kualitas sungai diharapkan juga akan dapat
meningkatkan kualitas lingkungan alami Kota Bogor.

Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini untuk merencanakan lanskap sempadan
Sungai Ciliwung guna peningkatan kualitas lingkungan alami Kota Bogor.
Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya:
1. Menganalisis aspek ekologis sempadan Sungai Ciliwung untuk mendukung
kualitas alami sungai,
2. Menganalisis aspek fisik sempadan Sungai Ciliwung untuk menduga peluang
kejadian longsor dan erosi pada sempadan sungai,
3. Merencanakan lanskap sempadan Sungai Ciliwung untuk peningkatan
kualitas lingkungan alami Kota Bogor.

Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menjadi masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah Kota Bogor dalam
merencanakan pengembangan Sungai Ciliwung,
2. Wawasan bagi perencana lanskap secara umum dalam perencanaan Sungai
yang memperhatikan keseimbangan ekosistem, 
3. Meyediakan ruang terbuka publik untuk aktivitas ruang luar (outdoor
recreation) masyarakat kota. 

Kerangka Pikir Penelitian
Sungai Ciliwung terus mengalami penurunan kualitas lingkungan alami.
Untuk mengendalikannya, maka sempadan sungai ini direncanakan guna
mempertahankan nilai lingkungannya dan meminimumkan dampak negatif dari
bahaya fisik yang dapat terjadi di sempadan sungainya. Sempadan sungai ini
direncanakan dengan mempertimbangkan aspek ekologis dan aspek fisiknya.
Hasil overlay dari dua aspek ini diintegrasikan dengan data penutupan lahan untuk
menentukan tata ruang pada kawasan Sungai Ciliwung beserta alternatif bentuk

3

pemanfaatannya untuk peningkatan kualitas lingkungan alami Kota Bogor.
Kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Kota Bogor

Kawasan Sungai Ciliwung dalam Kota Bogor
Peningkatan Kualitas Lingkungan Alami Kota

Aspek Ekologis
(Mendukung Nilai Lingkungan)

Aspek Fisik
(Mengendalikan Kawasan dari
Bahaya Fisik)

Penutupan Lahan Eksisting

Tata Ruang Kawasan Sungai

Konsep Pengembangan

Rencana Lanskap Sempadan Sungai Ciliwung
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Lanskap
Menurut Simond (1983), proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis
yang menentukan awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk
mencapai keadaan tersebut. Suatu lanskap memerlukan perencaan yang matang
agar tertata dengan baik. Rencana awal yang dibuat akan menjadi dasar dalam
pengembangan selanjutnya.
Perencanaan lanskap merupakan suatu penyesuaian antara lanskap dan
program yang akan dikembangkan untuk menjaga kelestarian ekosistem dan
pemandangan

lanskap

sehingga

mencapai

penggunaan

terbaik.

Proses

perencanaan yang baik harus merupakan suatu proses yang dinamis, saling terkait
dan saling menunjang (Gold, 1980).
Nurisyah dan Pramukanto (2009) mengatakan bahwa perencanaan lanskap
adalah salah satu bentuk utama dalam kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan
lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (Land
based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan
merupakan proses

untuk pengambilan keputusan berjangka panjang guna

mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan
lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan, termasuk kesehatannya. Kegiatan
merencana suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan
atau konsep kehidupan manusia/masyarakat kearah suatu bentuk lanskap atau
bentang alam yang nyata dan berkelanjutan.

Sungai

Badan Sungai
Menurut Nurisjah (2004), sungai adalah tempat mengalirnya air yang berasal
dari air hujan pada suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi, dan
merupakan salah satu badan air lotik yang utama. Yaitu :

5

1. Badan air dengan air yang mengalir (sistem lotik)
2. Badan air dengan air yang tidak mengalir (sistem lentik)
Menurut Nurisjah (2004), dalam perjalanan air dari mata airnya di bagian hulu
yang umumnya terletak di daerah pegunungan menuju ke hilir yang terletak di
daerah yang lebih rendah atau dataran, aliran sungai secara lambat laun akan
bersatu dengan beberapa sungai lain hingga pada akhirnya badan sungai menjadi
besar. Sungai yang memiliki daerah aliran yang panjang dan volume air terbesar
disebut sungai utama dan cabang-cabangnya disebut anak sungai. Sungai yang
membentuk beberapa buah cabang sebelum berakhir di sebuah wadah kumpulan
air (danau atau laut) disebut sebagai cabang sungai.

Gambar 2. Orde Sungai (Forman dan Gordon, 1986)
Sungai-sungai yang mengalir disuatu daerah pegunungan dapat dibagi menjadi
2 bagian yaitu pada bagian hulu dimana air mengalir diantara celah-celah
pegunungan yang disebut sungai arus deras. Sungai ini merupakan sungai yang
kedua tebingnya merupakan bagian dari lereng-lereng gunung yang berdampingan
dan sungai yang di luar pegunungan ini selanjutnya dibagi lagi menjadi sungai
yang mengalir di lembah dan sungai di daerah kipas pengendapan. Pada bagian
sungai arus deras di daerah pegunungan akan terbentuk jurang-jurang. Air yang

6

mengalir dari sungai arus deras umumnya mengandung sedimen dengan
konsentrasi yang tinggi. Sebagian dari sedimen ini, dalam perjalanannya, akan
diendapkan disepanjang bagian sungai diluar daerah pegunungan.
Sungai dan lembahnya ibarat organisme hidup yang selalu berubah dari waktu
ke waktu, mulai dari masa muda, dewasa, dan masa tua (Gambar 3). Siklus
kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan
kemudian mengikis tanah tersebut membentuk parit, kemudian parit-parit bertemu
sesamanya membentuk sungai. Selain itu, sungai bisa juga terbentuk dari danau
yang perlahan menghilang sebagai sungai dangkal dan terkikis membentuk sisi
yang curam atau lembah berbentuk V. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari
sungai utamanya seperti cabang pohon. Semakin tua sungai lembahnya akan
semakin dalam dan anak-anak sungainya akan semakin panjang (Morris, 1980).

Sungai masih bayi. Sungai muda. Anak
Sempit dan curam sungainya bertambah

Sungai tua. Daerah
alirannya semakin
melebar dan berkelok

Sungai sudah tua
sekali

Gambar 3. Perubahan Penampang yang Menunjukan Umur Sungai
(Morris, 1980)

Sungai dapat dinyatakan juga merupakan suatu saluran drainase yang
terbentuk secara alami dan berfungsi sebagai saluran drainase. Air yang mengalir
di dalam sungai, selama keberadaan sungai dan secara terus menerus, akan
mengikis tanah bagian dasarnya yang selanjutnya akan membentuk lembahlembah sungai. Volume sedimen yang besar yang dihasilkan dari reruntuhan
tebing sungai di daerah pegunungan dengan kemiringan yang curam akan
memiliki atau menghasilkan aliran yang cukup besar. Tetapi setelah aliran
mencapai dataran maka gaya aliran akan sangat menurun dan beban yang terdapat
dalam arus sungai ini akan secara berangsur diendapkan. Karena itu dapat dilihat

7

ukuran butiran sedimen yang diendapkan di bagian hulu sungai umumnya lebih
besar dan bersudut dibandingkan dengan yang terdapat dibagian hilirnya
(Nurisjah, 2004).
Menurut Maryono (2008), dalam proses morfologi pembentukan sungai,
sungai terbentuk sesuai dengan kondisi geografi, ekologi dan hidrologi daerah
setempat, serta dalam perkembangannya akan mencapai kondisi keseimbangan
dinamiknya. Kondisi geografi banyak menentukan letak dan bentuk alur sungai
memanjang dan melintang. Ekologi menentukan tampang melintang dan
keragaman hayati serta faktor retensi sungai. Sedangkan hidrologi menentukan
besar kecil dan frekuensi aliran air di sungai. Ketiga faktor tersebut saling terkait
dan secara integral membentuk sungai yang alami. Sungai yang alami akan dapat
mendukung kehidupan biota yang tinggal di sungai tersebut karena merupakan
habitat aslinya. Intervensi manusia dalam merubah alur sungai (pelurusan pada
sungai yang meander dan/atau membelokan sungai yang lurus) akan berakibat
terhadap keberlangsungan sungai itu sendiri.

Sempadan Sungai
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan (PP No. 35 tahun 1991). Sempadan sungai
sering juga disebut dengan bantaran sungai walaupun terdapat perbedaan.
Bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang tergenangi air saat banjir
(flood plain). Bantaran sungai bisa juga disebut bantaran banjir sedangkan
sempadan sungai adalah daerah bantaran banjir ditambah lebar longsoran tebing
sungai (sliding) yang mungkin terjadi, ditambah lebar bantaran ekologis dan lebar
keamanan yang diperlukan kaitannya dengan letak sungai (misal areal
permukiman-non permukiman). Sempadan sungai merupakan daerah ekologis dan
hidraulis sungai yang penting. Sempadan sungai tidak dapat dipisahkan dengan
badan (alur) sungai karena secara hidraulis dan ekologis merupakan satu kesatuan.
Secara hidraulis sempadan sungai merupakan daerah bantaran banjir yang
berfungsi memberi kemungkinan luapan air banjir ke samping kanan kiri sungai
sehingga kecepatan air ke hilir dapat dikurangi, energi air dapat diredam di

8

sepanjang sungai, erosi tebing dan erosi dasar sungai dapat dikurangi secara
simultan (Maryono, 2005).

Gambar 4. Sempadan Sungai Cara Ekologi, Hidraulik dan Morphologi
(Maryono, 2005)

Bantaran

sungai

adalah

areal

sempadan

kiri-kanan

sungai

yang

terkena/terbanjiri luapan air sungai, baik dalam periode waktu yang pendek
maupun periode waktu yang cukup panjang, yang merupakan daerah peralihan
(ekoton) antara ekosistem akuatik dengan ekosistem daratan (Anonim, 2005).
Sebagai ekoton, daerah bantaran sungai memiliki peranan penting antara lain
adalah:
1. Menyediakan habitat yang unik bagi biota
a. Keanekaragaman hayati yang tinggi


Hutan aluvial



Satwaliar (burung, mamalia, reptilia, ikan, dll

b. Produktivitas biologi tinggi


Hutan lahan basah



Perikanan



Burung



Sumber penyebaran spesies ke tempat lain

9

2. Mengatur “interpath dynamics”
a. Suplai bahan organik ke ekosistem lain
b. Penyimpan hara untuk aliran permukaan lahan pertanian
c. Mempengaruhi pergerakan serta migrasi burung dan mamalia
3. Indikator dari perubahan hydroklimat (sensitif terhadap external control)
4. Mempunyai kualitas visual yang kuat
a. Menciptakan warna, variasi dan citra yang berbeda
b. Menyediakan Wilderness experience
c. Menciptakan prospek dan refuge image 

Sungai dan sempadannya merupakan habitat yang sangat kaya akan flora
fauna sekaligus sebagai barometer kondisi ekologi daerah tersebut. Sungai dan
sempadan yang masih alamiah dapat berfungsi sebagai aerasi alamiah yang akan
meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen air sungai. Komponen ekologi
sempadan sungai adalah vegetasi pada bantaran sungai. Selain itu, sempadan yang
produktif adalah sempadan yang mampu menyediakan vegetasi untuk obatobatan, pangan dan papan.

Vegetasi Sempadan Sungai
Vegetasi pada sempadan sungai memiliki aneka fungsi ekologi yang akan
hilang jika vegetasi ini hilang. Fungsi ekologi vegetasi sempadan sungai misalnya
menjaga kualitas air sungai, habitat bagi hidupan liar, menjaga suhu air,
mengendalikan pertumbuhan organisme fotosintetik akuatik dan menstabilkan
tebing sungai. Produktivitas perikanan di sungai-sungai akan menurun jika
vegetasi ini tidak dapat dipertahankan. Reservat tidak akan berfungsi jika vegetasi
riparian tidak dipertahankan kehadirannya di rawa banjir (“floodplain”). Kualitas
air sungai yang layak diminum tidak akan dapat diperoleh tanpa kehadiran
vegetasi tersebut. Vegetasi sempadan sungai juga memiliki fungsi ekonomi
misalnya menjadi sumber bahan obat-obatan, pangan dan papan. Berbagai upaya
untuk mempertahankan fungsi ekologi dan ekonomi serta sosial sungai akan sulit
dijaga jika vegetasi sempadan sungai tidak dilestarikan (Siahaan, 2004).
Bantaran sungai yang merupakan rawa banjir (“floodplain”) ditumbuhi oleh
berbagai jenis tumbuhan yang telah beradaptasi untuk hidup di tempat yang seringkali

10

tergenang air sungai terutama saat hujan turun. Vegetasi yang tumbuh di tepian
sungai tersebut dinamakan vegetasi riparian (Siahaan, 2004).

Vegetasi riparian adalah vegetasi yang tumbuh di tepian sungai. Vegetasi ini
memiliki banyak fungsi antara lain menjaga kualitas air sungai, habitat hidupan
liar, menjaga longsor dan mengatur pertumbuhan flora akuatik baik tingkat tinggi
maupun tingkat rendah. Air yang masuk ke sungai yang berasal dari pertanian dan
pemukiman penuh dengan bahan-bahan pencemar misalnya pestisida, pupuk dan
minyak. Pencemar tersebut sebelum memasuki sungai akan diserap oleh vegetasi
riparian dan diubah menjadi bahan-bahan yang tidak berbahaya. Hal tersebut
membantu meningkatkan kualitas air sungai. Kualitas air sungai akan meningkat
jika vegetasi riparian juga meningkat. Dalam hal ini, vegetasi riparian berperan
dalam purifikasi alamiah air sungai (Siahaan, 2004).
Vegetasi riparian juga mengendalikan erosi tebing sungai. Akar tumbuhan
yang hidup di tepian sungai mencengkeram tanah di tepian sungai. Vegetasi
riparian juga mengendalikan air permukaan. Mekanisme tersebut dapat mencegah
longsoran tebing sungai yang sangat sering terjadi saat turun hujan. Vegetasi
riparian mampu menyerap padatan terlarut yang dibawa air permukaan.
Deforestasi di bagian atas sungai telah menyebabkan erosi tanah. Butiran tanah
dibawa oleh air permukaan menuju sungai. Akar-akar vegetasi riparian dapat
mengikat padatan terlarut tersebut sehingga air sungai tampak jernih. Partikel
tanah yang tertangkap oleh vegetasi riparian mencegah terjadinya sedimentasi di
sungai. Hal ini sangat menguntungkan hewan-hewan seperti ikan yang menyukai
dasar sungai tidak berlumpur (Siahaan, 2004).
Vegetasi riparian sangat bermanfaat dalam mengatur suhu air dan
mengendalikan masuknya cahaya matahari ke sungai. Cahaya yang masuk akan
meingkatkan suhu permukaan air sungai. Hal ini sangat membahayakan
kehidupan akuatik yang telah beradaptasi dengan suhu rendah. Jika suhu air
sungai meningkat maka hanya beberapa hewan saja yang dapat hidup.
Peningkatan suhu air akan mengurangi keanekaragaman jenis biota akuatik
(Siahaan, 2004).

11

Pendugaan Kondisi Ekologis Sungai
Sinuositas sungai cenderung bergerak berkelok melewati bantaran banjir,
dengan pola huruf S. Kelokan yang melewati bantaran banjir tersebut
meninggalkan bekas dimana alur sungai terbentuk. Perbandingan sinousitas
sungai dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas alami dari suatu sungai.
Menurut Allen (1970) dalam Anisa (2009), bentuk sungai secara garis besar
dibagi kedalam tiga jenis berdasarkan perbandingan sinousitasnya (Sinousity
ratio), yaitu : lurus, sinous dan meander. Bentuk alur sungai dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 5. Bentuk Alur Sungai (Miall, 1997)

Sinousity ratio diperoleh dengan menghitung perbandingan antara panjang
alur suungai dari satu titik ke titik tertentu dengan panjang garis lurus yang
menghubungkan kedua titk tersebut. Nilai Sinuosity Ratio ≈ 1 menunjukan bahwa
alur sungai tersebut lurus. Nilai Sinuosity Ratio antara 1-1.5 menunjukan bahwa
bentuk alur sungai tersebut sinuous. Serta nilai Sinuosity Ratio > 1.5 menunjukan
bahwa bentuk alur sungai tersebut meander. Ilustrasi mengenai perhitungan
Sinousity ratio dapat dilihat pada Gambar 6.

12

Gambar 6. Perhitungan Sinuosity Ratio

Pendugaan Erosi dan Longsor Tebing Sungai
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian
tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi,
tanah atau bagian-bagian dari tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang
kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan ayau pemindahan
tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu air atau angin. Erosi tebing sungai
terjadi sebagai akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas
tebing atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan sungai. Erosi tebing
akan lebih hebat terjadi jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika
dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing (Arsyad, 2000).
Longsor (landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau
pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar. Pada
longsor pengangkutan tanah itu terjadi sekaligus. Longsor terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh
air. Lapisan tersebut yang terdiri dari liat atau mengandung kadar liat tinggi yang
setelah jenuh air barlaku sebagai peluncur (Arsyad, 2000).
Tujuan utama dari pendugaan erosi adalah untuk meramalkan besar erosi yang
telah, sedang dan/atau akan terjadi pada suatu lahan dengan atau tanpa
pengelolaan tertentu dan memilih praktek penggunaan lahan dalam arti luas yang
mempunyai produktifitas tinggi dan berkelanjutan. Selain itu, sempadan yang
longsor akan mengurangi ketersedian kawasan alami yang berakibat terhadap
penurunan kualitas lingkungan alami.

13

KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Letak Geografis Kota Bogor
Kota Bogor terletak di antara koordinat 106o43’30” BT - 106o51’00” BT dan
6o30’30” LS - 6o41’00” LS dengan jarak dari ibu kota kurang lebih 60 km. Kota
Bogor mempunyai luas wilayah 11.850 Ha dan mengalir beberapa sungai yang
permukaan airnya jauh di bawah permukaan dataran, yaitu : Ci (Sungai) Liwung,
Ci Sadane, Ci Pakancilan, Ci Depit, Ci Parigi dan Ci Balok. Batas-batas wilayah
kota meliputi :
Sebelah Utara

: Kecamatan Kemang, Bojong Gede dan Sukaraja,

Sebelah Timur

: Kecamatan Sukaraja dan Ciawi

Sebelah Selatan

: Kecamatan Cijeruk dan Caringin,

Sebelah Barat

: Kecamatan Darmaga dan Ciomas.

Sejarah Kota Bogor
Kota Bogor merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang telah berdiri
pada abad XV (tahun 1579) sebelum masuknya VOC. Dahulu merupakan pusat
Kerajaan Padjajaran, namun setelah penyerangan pasukan Banten kota ini menjadi
hancur lebur dan hampir hilang ditelan sejarah selama satu abad. Pada saat VOC
menguasai Banten dan sekitarnya, wilayah Bogor berada di dalam pengawasan
VOC. Dalam rangka membangun wilayah kekuasaannya Pemerintah Belanda
melakukan ekspedisi dan dari hasil ekspedisi tersebut ternyata tidak ditemukan
reruntuhan bekas Ibukota Pajajaran (Scipio-1687) kecuali di daerah Cikeas,
Citereup, Kedung Halang dan Parung Angsana.
Selanjutanya Parung Angsana diberi nama Kampung Baru dan dari sinilah
cikal bakal Bogor dibangun (Tanuwijaya 1689-1705). Di kampung baru inilah
didirikan tempat peristirahatan yang sekarang dikenal dengan Istana Bogor oleh
G. J. Baron Van Imhoff (1740) dan tahun 1745 Bogor ditetapkan sebagai Kota
Buitenzorg. Selanjutnya di sekitar tempat peristirahatan tersebut dibangunlah
Pasar Bogor (1808) dan Kebun Raya (1817). Tahun 1904 Buitenzorg resmi
menjadi pusat kedudukan dan kediaman Gubernur Jenderal dengan wilayah seluas
1.205 Ha, terdiri dari 2 kecamatan dan 7 desa.

14

Keadaan Fisik Kota Bogor
Topografi
Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan ketinggian
yang bervariasi antara 190 sampai dengan 350 m di atas permukaan laut dengan
kemiringan lereng berkisar 0-2 % (datar) seluas 1.763,94 Ha, 2-15 % (landai)
seluas 8.091,27 Ha, 15-25 % (agak curam) seluas 1.109,89 Ha, 25-40 % (curam)
seluas 764,96 Ha dan > 40 % (sangat curam) seluas 119,94 Ha. Kemiringan
lereng berdasarkan wilayah kecamatan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kemiringan Lereng Berdasarkan Luas Lahan
Kemiringan Lereng (Ha)
Kecamatan

0-2 %

2-15 %

15-25 %

25-40 %

> 40 %

Datar

Landai

Agak
Curam

Curam

Sangat
Curam

Jumlah
(Ha)

Bogor Utara

137,85

1.565,65

-

68,00

0,50

1.772,00

Bogor Timur

182,30

722,70

56,00

44,00

10,00

1.015,00

Bogor Selatan

169,10

1.418,40

1.053,89

350,37

89,24

3.081,00

Bogor Tengah

125,44

560,47

-

117,54

9,55

813,00

Bogor Barat

618,40

2.502,14

-

153,81

10,65

3.285,00

Tanah Sareal
503,85 1.321,91
31,24
Jumlah (Ha)
1.763,94 8.091,27
1.109,89
764,96
Sumber : Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor (2007)

119,94

1.884,00
11.850,00

Geologi dan Tanah
Secara umum Kota Bogor ditutupi oleh batuan Vulkanik yang berasal dari
endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa
batuan breksi tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa alluvium/kal dan kipas
alluvium/kpal). Struktur batuan yang ada di wilayah Bogor lapisan batuan ini
berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai.
Endapan permukaan umumnya berupa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan
kerikil, hasil dari pelapukan endapan, hal ini baik untuk vegetasi. Dari struktur
geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki jenis Aliran Andesit seluas 2.719,61
Ha, Kipas Alluvial seluas 3.249,96 Ha, Endapan 1.372,68 Ha, Taufan 3.395,75 Ha
dan Lanau Breksi Tufan (Masterplan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Tahun
Anggaran 2007).

15

Hidrologi
Wilayah Kota Bogor dialiri oleh dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan
Sungai Cisadane, dengan tujuh anak sungai. Secara keseluruhan anak-anak sungai
yang ada membentuk pola aliran parallel-subparalel sehingga mempercepat waktu
mencapai debit puncak (time to peak) pada Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane
sebagai sungai utamanya.
Pada umumnya aliran sungai tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat
Kota Bogor serta sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum. Selain
beberapa aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota Bogor, terdapat juga
beberapa mata air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan
air bersih sehari-hari. Kemunculan mata air tersebut umumnya terjadi karena
pemotongan bentuk lahan atau topografi, sehingga secara otomatis aliran air
tersebut terpotong. Kondisi tersebut bias dilihat diantaranya di tebing Jalan Tol
Jagorawi, pinggiran Sungai Ciliwung di Kampung Lebak Kantin, Babakan Sirna
dan Bantar Jati dengan besaran debit bervariasi (Masterplan Ruang Terbuka Hijau
Kota Bogor Tahun Anggaran 2007).

Iklim dan Kenyamanan
Kota Bogor beriklim sejuk, menurut Koppen termasuk iklim Af (tropika
basah). Jumlah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor berkisar dengan curah hujan
minimum terjadi pada Bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan
maksimum terjadi Bulan Oktober sekitar 346 mm. Temperatur rata-rata wilayah
Kota Bogor berada pada suhu 260 C, temperature tertinggi sekitar 30,40 C dengan
kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70%. Kecepatan angin rata-rata pertahun
adalah 2 km/jam dengan arah Timur Laut (Pengamatan Taman dan Pembuatan
Rancangan Penataan Taman se-Kota Bogor Tahun Anggaran 2005).

Keanekaraman Jenis Vegetasi
Kota Bogor memilki jenis pohon yang beraneka ragam. Pohon-pohon yang
sering ditemui di Kota Bogor adalah Mahoni (Swietenia mahogany L.), Kenari
(Canarium amboinense Hock.), Angsana (Pterocarpus indicus willd.), Daun
Kupu-kupu (Bauhunia purpuarea L.), Flamboyan (Delonix regia Raf.), Kidamar

16

(Agathis alba Foxw.), Kirai Payung (Filicium depiciens) dan Bungur
(Langerstroemia speciosa) (Badan Perencanaan Daerah, Kota Bogor Tahun
2004).

Kondisi Sosial Budaya Kota Bogor
Meskipun Kota Bogor merupakan kota tua, namun tidak demikian dengan
masyarakatnya. Sebagian besar penduduk Kota Bogor adalah pendatang dan
tinggal secara turun temurun di kota ini, disamping para pendatang yang belum
terlalu lama tinggal di Kota Bogor. Para pendatang yang dimaksud datang dari
berbagai daerah baik dari lingkungan wilayah Jawa Barat, khususnya dari
hinterland Kota Bogor melalui proses perpindahan penduduk yang sangat panjang
maupun daerah lainnya, sehingga masyarakat Kota Bogor menjadi masyarakat
yang heterogen, namun mempunyai kekerabatan sosial yang masih tinggi. Hal ini
karena masih banyak dipengaruhi oleh norma dan nilai-nilai yang dianut
masyarakat Sunda-Bogor, diantaranya semangat silih asah, silih asih dan silih
asuh yang diakhiri dengan silih wangi. Artinya kebiasaan untuk saling mengkritisi
secara terbuka (heuras genggoreng) namun tetap santun (niat yang baik, asih)
adalah pola laku harian masyarakat Bogor dan budaya saling hormat dan
menghargai pendapat orang lain serta mengayomi yang muda atupun papa (silih
asuh) (Pengamatan Taman dan Pembuatan Rancangan Penataan Taman se-Kota
Bogor Tahun Anggaran 2005).

Kependudukan Kota Bogor
Berdasarkan hasil pendataan penduduk akhir tahun 2008 menunjukan jumlah
penduduk Kota Bogor sebanyak 942.204 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak
476.476 jiwa dan perempuan sebanyak 465.728 jiwa dengan kenaikan sebesar
37.072 jiwa dibanding tahun sebelumnya atau naik sekitar 4,1 %. Kenaikan
tersebut akibat faktor penarik Kota Bogor sendiri mengingat semakin banyaknya
fasilitas sosial yang mudah diperoleh selain itu Kota Bogor merupakan kota
penyangga ibukota negara, sehingga menarik para pendatang untuk tinggal dan
menanamkan usahanya di Kota Bogor.

17

Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
terbanyak yaitu 205.123 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di
Kecamatan Bogor Timur sebanyak 94.329 jiwa. Sedangkan untuk tingkat
kepadatan, Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan terpadat, yaitu
13.770,23 jiwa/km2. Hal ini disebabkan karena pusat pemerintahan dan kegiatan
ekonomi banyak terdapat di Kecamatan Bogor Tengah. Jumlah penduduk, luas
wilayah dan tingkat kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Kota Bogor
Tahun 200