Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjad

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

Rinaldo Sijabat

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan
Rinaldo Sijabat
Departemen Arsitektur, Fakultas teknik, Universitas Sumatera Utara
Email: sijabatrinaldo@gmail.com
Abstrak

Tulisan ini mengkaji bagaimana penambahan fungsi yang terjadi pada area sempadan
bangunan, penggunaan fungsi pada siang hari dan malam hari yang berbeda. Penelitian
dilakukan di sekitar jalan Setia Budi, Tanjung Rejo Medan, yakni dengan menganalisa
bagaimana penambahan fungsi ruang yang terjadi pada lokasi-lokasi dan apa faktor yang
menyebabkannya. Penelitian dititikkan pada 8 lokasi yang terjadi penambahan fungsi ruang,
fungsi parkir di siang hari dan fungsi komersial di malam hari. Hasilnya menunjukkan bahwa
penambahan fungsi terjadi karena ada permintaan dengan gaya hidup perkotaan yang
instant¸cepat, mudah didapat dan terjangkau. Hasil lain menunjukkan bahwa terdapat area

komersial yang sepi pelanggan dan ramai pelanggan. Setelah dianalisa diketahui bahwa
terdapat faktor area dan banyaknya pilihan akan barang lebih berpengaruh pada daya tarik
pengunjung dibandingkan dengan kondisi pedestrian dan perkerasan pada lokasi.
Kata kunci: sempadan bangunan, fungsi ruang, penambahan fungsi

Abstract

This research examines how the additional functions that occur in the border area of
the building , the different of the use of function during the day and night. Research conducted
around Setia Budi street in Tanjung Rejo Medan , by analyzing how the addition of space
functions that occur at these locations could be happened and what factors caused it. This
research focus at 8 locations there was an additional function space, parking function in
daytime and commercial functions in the evenings . The results show that the addition of
functionality occurs because there is a demand by the instant¸urban lifestyle, quickly, easily
optainable and affordable . Other results indicate that there is a quiet commercial area
customers and crowded. By data analizyng that there are factors area and the many choices
for goods more influence on the attractiveness of visitors compared with pedestrian and
pavement conditions at the location .
Keywords: border, space function, additional function


1

2

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

PENDAHULUAN
Kebutuhan
yang
banyak menyebabkan
permintaan
yang
tinggi. Jarak antara
permintaan
dengan
ketersediaan kebetuhan
menjadi pertimbangan
besar.

Kebutuhan yang tinggi
pada lokasi jalan Setia
Budi, Tanjung Rejo
Medan, mengakibatkan
munculnya
supply
barang
di
sekitar
daerah
tersebut,
sehingga
bermunculanlah,
sehingga
bermunculanlah
supllier, aneka kuliner,
pakaian,
serta
perlengkan
sepatu

dalam skala yang kecil.
Ketika
berdagang,
pastilah
mereka
membutuhkan ruang
untuk tempat berjualan.
Di sisi lain ketersedian
ruang yang tidak cukup
serta mahalnya lahan di
sekitar
area,
mengakibatkan penjual
memanfaatkan ruang
yang
sudah
ada.
Sehingga
memunculkan
penambahan

fungsi
pada ruang. Ruang
yang
dimaksudkan
ialah
sempadan
bangunan (jarak bebas
antara rumah dengan
jalan).
Dalam penelitian ini,
rumasan masalah yang
ditelaah
ialah
bagaimana dan apa
faktor-faktor
yang
memunculkan
perubahan fungsi yang
terjadi pada sempadan
di sekitar jalan Setia


Budi, Tj. Rejo Medan.
Kemudian, bagaimana
peruntukan
ruang
aktivitas yang terjadi di
sekitar jalan Setia budi,
Tj. Rejo medan.
Adapun
tujuannya
ialah untuk mengetahui
perubahan fungsi pada
sempadan jalan, serta
faktor
yang
mempengaruhinya dan
untuk
mengetahui
peuntukan fungsi ruang
pada sempadan jalan

Setia Budi, Tanjung
Rejo Medan.
Dengan
adanya
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
sebagai
usaha
pemahaman
bagaiman
terjadinya
penambahan
fungsi
sempadan
bangunan
dengan adanya fungsi
komersial. Selain itu

juga sebagai eksplorasi
hasil
penelitian
lapangan dan studi
literatur yang berguna
bagi
pengetahuan
arsitektur
dan
menambah
ilmu
pengetahuan
bagi
pembaca
GSB
atau
Garis
Sempadan Bangunan,
dibuat supaya setiap
orang tak

semaunya
membangun
sebuah
bangunan. Selain itu
GSB tersebut nantinya
juga bergunan untuk
terciptanya pemukiman
yang nyaman, rapi dan
aman.
Perhitungan
garis
sempadan
bangunan
pada
umumnya
menggunankan

Rinaldo Sijabat

konfigurasi

perhitungan, yakni:

Tambahan
Dengan
Keanekaragam
an Fungsi
Sempadan= ½ x lebar jalan
+ 1 Dan
Meningkat
Ket: +1 digunakan
4. Peruntukan
apabila
lebar
Fungsi
jalan
sama
Tambahan
dengan ganjil.
Terjadi Dengan
Peningkatan

Fungsi tambahan pada
5. Peruntukan
bangunan merupakan
Fungsi
hal baru di Indonesia,
Tambahan
namun hal ini terjadi
Terjadi Dengan
secara nyata dalam
Proses
penggunaan
ruang.
Peningkatan
Pada
dasarnya
Peningkatan
penggunaan
ruang
harus dapat melindungi
Dalam
masyarakat
agar
perkembangannya
memenuhi kebutuhan
lokasi
perdagangan
publik dan kesesuaian
bagian dari fasilitas
dengan rencana kota,
sosial, tidak selamanya
oleh karena itu fungsi
mengacu
kepada
tambahan
hanya
peraturan yang telah
bersifat
membatasi
ditetapkan
oleh
zona,
menekan
pemerintah. Khususnya
kelebihan
bangunan
pengembangan
fisik
atau
kegiatan
yang
menggambarkan
berorientasi
pada
penggunaan
ruang
keuntungan, penetapan
yang sama dengan
lokasi
bagi
beberapa
fungsi
pengembangan
didalamnya (Adelman,
kawasan perdagangan
2005: 3).
saat ini lebih banyak
Dalam
bukunya
ditentukan
oleh
Multifunctional Land
keuntungan
(profit
Use In The City,
oriented).
Lokasi
Rietveld & Rodenburg
sangat
memegang
menyatakan
bahwa
peran yang sangat
terdapat
beberapa
penting
untuk
bentuk
peruntukan
mengembangkan
fungsi ruang, yakni :
fasilitas perdagangan,
1. Peruntukan
karena
dalam
Ruang Dengan
pengembangan fasilitas
1 Fungsi
perlu memilih lokasi2. Peruntukan
lokasi
yang
Fungsi
mempunyai
peluang
Tambahan
untuk
mendapatkan
Dengan
keuntungan
secara
Adanya Fungsi
maksimal,
sehingga
Lain
memudahkan
3. Peruntukan
konsumen
untuk
Fungsi
mengunjungi kawasan

3

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

perdagangan tersebut
(Berry, 1970, dalam
Kumpulan Teori-Teori
Pegembangan Wilayah
Kota)
Pusat
perbelanjaan
pada awalnya adalah
suatu tempat yang
befungsi
sebagai
tempat
perdagangan
(tempat
bertemunya
penjual dan pembeli
dalam
melakukan
transaksi)
dibidang
barang maupun jasa
yang
bersifat
kegiatannya
untuk
melayani umum dan
lingkungan sekitarnya
atau
dapat
juga
diartikan
sebagai
tempat
perdagangan
eceran atau retail yang
lokasinya
digabung
dalam satu bangunan
atau kompleks.
Terdapat
beberapa
jenis
fasilitas
perdagangan
sesuai
dengan lokasi dan
skala
pelayanan
(Yeates dan Garner,
1980), yaitu :
a. Nucleatios
(Daerah pusatpusat
perdagangan
berkelompok)
Daerah
untuk
jenis fasilitas ini
biasanya tersebar
merata di seluruh
kota
dan
mempunyai
hirarki.
Jumlah
tingkatan
dari
hirarki
dan
barang-barang
yang
dijual
tergantung pada

ukuran
kota.
Pertumbuhannya
secara
spontan
maupun
sesuai
dengan
perencanaan.
Pertumbuhan
secara
spontan
biasanya terdapat
di tempat-tempat
yang mempunyai
aksesibilitas
tinggi
bagi
penduduk
yang
dilayaninya,
seperti
di
persimpangan
jalan-jalan utama,
di
pusat-pusat
lingkungan, dan
sebagainya.
b. Ribbons (Daerah
perdagangan
sepanjang jalan)
Daerah
untuk
jenis fasilitas ini
biasanya terdapat
dan berlokasi di
jalan-jalan utama
yang
sering
dilalui
masyarakat.
Kebutuhan
terhadap
lokasi
yang
paling
sentral
tidak
terlalu
diperhitungkan,
tetapi mempunyai
aksesibilitas
maksimum
kepada penduduk
yang dilayaninya.
Berbagai
tipe/jenis daerah
perdagangan ini
biasanya
mempunyai lokasi
yang berbeda di
suatu kota, tetapi
membentuk pitapita yang saling

berhubungan,
seperti :
1) Daerah
perdagangan
tradisional
(traditional
shopping
street)
2) Daerah
perdagangan
di
jalan
utama kota
(urban
arterial)
3) Daerah
perdagangan
ke
daerah
sub-urban
(new
suburban
ribbon)
4) Daerah
perdagangan
dekat jalanjalan utama
antar kota
c. Specialized
Areas (Daerahdaerah
perdagangan
khusus)
Daerah
perdagangan
khusus ini terdiri
dari
2
jenis,
yaitu :
1) Menjual
barangbarang atau
memberi
pelayanan
khusus yang
sama/serupa,
misalnya
daerah
pembuatan
sepatu, kaos,
rekreasi, dan
sebagainya.
2) Menjual/mel
ayani
kebutuhan-

Rinaldo Sijabat

kebutuhan
yang saling
terkait secara
fungsional,
misalnya
suku cadang
mobil,
meubel, dan
barangbarang
kebutuhan
rumah
tangga
lainnya.
Berry
(1963),
menyatakan
bahwa
struktur perdagangan
kota memiliki 3 kelas
yaitu :
1) Terpusat,
yaitu
toko
yang
menyediakan
kebutuhan
hidup yang
berkumpul
pada
satu
lokasi
tertentu.
2) Pita,
yang
berorientasi
pada
jalan
raya. Jalanjalan
yang
mempunyai
aksesibilitas
tinggi.
3) Daerah
khusus,
terdapat
pembagian
dari daerahdaerah
seperti pusat
perkantoran,
pusat mebel,
dan lain-lain.
Adapun
faktor
membentuk
pengunjung

beberapa
yang
penilaian
terhadap

4

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

suatu
pusat
perbelanjaan
dapat
diidentifikasikan
sebagai
berikut
(Wyckham,
dalam
Carn, 1998:200 dalam
Ihsan, 1998) :
1.
Ketepatan
Lokasi
 Akses,
waktu
tempuh,
ketersedia
an parkir
 Hambatan
perjalanan
2. Keserasian dan
ketersediaan
barang dagang
 Kualitas,
keragama
n
dan
kedalama
n
jenis
barang
 Keragama
n merek
dagang,
jumlah
outlet.
 Jumlah
toko
dalam
pusat
belanja
 Jumlah
toko/pusat
belanja di
sekitarnya
3. Pertimbangan
nilai dan harga
 Harga dari
suatu
produk
yang
sejenis
terhadap
para
pesaing,
potongan
harga,
kebijaksan

4.

5.

6.

7.

aan dalam
harga jual.
Model
pelayanan
 Keramaht
amahan
dan
kecakapan
staf,
ketersedia
an
karyawan,
pengguna
an
periklanan
, fasilitas
kredit,
prosedur
pembayar
an,
pelayanan
pengantar
an barang,
ketersedia
an outlet
makanan.
Rancangan
 Rancanga
n
lantai
dan luas
utilitas,
dekorasi,
display
barang
dagangan,
pola
sirkuasi
konsumen
Karakteristik
para langganan
 Persepsi
tipe para
konsumen
Kepuasan
secara
transaksi
 Kepuasan
terhadap
kualitas
produk,
harga
pembayar
an,

Rinaldo Sijabat

kebijaksan
aan
pengambil
an
Pedestrian
Pedestrian
juga
diartikan
sebagai
pergerakan
atau
sirkulasi perpindahan
manusia/
pengguna
dari satu tempat asal
(origin) menuju ke
tempat yang ditujunya
(destination) dengan
berjalan kaki. Menurut
Iswanto (2006), suatu
ruas
jalan
perlu
dilengkapi
dengan
adanya jalur pedestrian
apabila
disepanjang
jalan
terdapat
penggunaan lahan yang
memiliki
potensi
menimbulkan pejalan
kaki.
Parkir
Sedangkan
satuan
ruang parkir (SRP)
adalah ukuran luas
efektif
untuk
meletakkan kendaraan
(mobil, bus/truk, atau
sepeda
motor),
termasuk ruang bebas
dan lebar bukaan pintu.
Penentuan
satuan
ruang
parkir
didasarkan
pada:
dimensi
kendaraan
standar untuk mobil
penumpang,
ruang
bebas
kendaraan
parkir,
dan
lebar
bukaan
pintu
kendaraan.
Menurut
Shirvani
(1985:24),
elemen
parkir
mempunyai dua efek
langsung
terhadap
kualitas
lingkungan,
yaitu :





Menghidupkan
aktivitas
komersial
(dimana faktor
parkir sangat
penting)
Mempertajam
benturan visual
terhadap
bentuk
fisik
kota

METODE
PENELITIAN
Survey
penelitian
dilakukan pada April
2015 sampai dengan
Mei 2015. Ruang yang
diteliti ialah sebatas
ruang yang berada
pada di sepanjang ruas
jalan
Setia
Budi,
Tanjung Rejo Medan.
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
metode
rasionalistik
kualitatif yaitu metode
yang
berfokus
rasionalisme
yaitu
persepsi
individu
dalam usaha melihat,
memahami
dan
bagaimana
penambahan
fungsi
ruang yang terjadi pada
garis
sempadan
bangunan di kawasan
sekitar jalan Setia
Budi, Tanjung Rejo
Medan.
Penelitian
diawali
dengan
melakukan observasi
atau
pengamatan
kondisi
eksisting
sempadan
bangunan
pada ruas jalan Setia
Budi.
Dalam proses analisis,
penelitian
ini
menggunakan proses
deduktif dimana hasil

5

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

penelitan pada
lokasi yang
penambahan
ruang akan
dikaitkan
menarik
kesimpulan.

lokasiterjadi
fungsi
saling
untuk
suatu

Objek Penelitian Dan
Sumber Data
Objek penelitian yakni
kawasan sempadan dan
ruang
pengawasan
jalan (koridor jalan).
Sumber data di dapat
dari
hasil
analisa
subjektik peneliti di
lapangan berdasarkan
pengamatan
dan
kejadian yang terjadi.



Berada
dekat
dengan
pasar
tradisional warga
 Berada
pada
jalan
Arteri
Sekunder.
Keberadaan
lokasi
yang berada pada jalur
yang selalu dilalui
masyarakat,
dan
aksesibilitas
maksimum
kepada
penduduk disekitarnya,
menjadikan daerah ini
memiliki potensi pasar
disepanjang
jalur
utamanya. Hal ini
menunjukkan bahwa
jenis
fasilitas
perdagangannya seperti
yang di katakan Yeates
dan Garner, 1980 yaitu
Ribbons
(Daerah
perdagangan
sepanjang jalan)

Tabel 1. Variabel
Penelitian

Sumber: peneliti
N
O

TEORI

VARIABEL

1 Multifuncti Fungsi

on Land
tambahan
Use in The pada
City
sempadan
Rietveld &
Rodenburg,
2002,

2 T.Morris,19 Peruntukan
73,
Fungsi
Economic
Ruang
Growth and
Social
Equity in
Developing
Countries

3 RDTRK Kota Sempadan
Medan

Dalam analisa Garis
Sempadan ini, lokasi
site dibagi menjadi 3
segmen, dengan 1
segmen terdari dari 2
bagian, yakni bagian A
dan B.

Gambar 2. Pembagian
Segmen lokasi penelitian
Sumber : peneliti

PEMBAHASAN

Gambar 1. Lokasi
Penelitian
Sumber: peneliti
Variabel Penelitian
Variabel
Penelitian
pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang
berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh
peneliti
untuk
dipelajari
sehingga
diperoleh
informasi
tentang hal tersebut,
kemudian
ditarik
kesimpulannya.

Rinaldo Sijabat

Informasi Site:
 Berada di kec.
Medan Sunggal,
Kota Medan.
 Site berada pada
lokasi
dekat
dengan
pendidikan,
yakni
Universitas
Medan
Area
(UMA)
dan
Sekolah
YPA,
serta tak jauh
dari Universtas
Sumatera Utara
(radius kurang
lebih 500m).

Analisaa GSB
Berdasarkan
perhitungan
dilapangan, lebar jalan
pada kedua sisi Jalan
setia Budi ini ialah
16m. Maka,

sempadan = ½ x 16
= 8m
Tabel 2. tabulasi analisa
GSB
Sumber: peneliti

6

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

Berdasarkan
analisa
pada tabel di atas,
maka
dapat
ditabulasikan
data
tentang
penggunan
garis
sempadan
bangunan di setiap
segmen
lokasi
penelitian
sebabgai
berikut:

Gambar 3. Persentasi
GSB
Sumber: peneliti

Bangunan
yang
memiliki
persentasi
Garis
Sempadan
Bangunan lebih besar
dari
7m
rata-rata
merupakan bangunan
Rumah Toko (Ruko),
sedangkan bangunan
yang
memiliki
persentasi
Garis
Sempadan Bangunan
L
O
K
A
S
I
1

tempat makan

2

jualan sepatu

3

jualan sepatu

4

jualan sepatu

5

jualan sepatu

6

jualan sepatu

7

Jualan sepatu

8

tempat makan

AKTIVI-TAS
FUNGSI
TAMBAHAN

yang berada di antara
4-6m
rata-rata
merupakan bangunan
rumah makan dan kios.
Dan bangunan yang
memiliki
Garis
Sempadan Bangunan
yang lebih kecil dari
3m
rata-rata
merupakan bangunan
rumah warga yang
kemudian di jadikan
kios pada bagian depan
dari rumah tersebut.
Analisa Parkir
Area
parkir
yang
memiliki luas >32m2
pada segmen 3B ini
sebesar 40%, area
parkir yang memiliki
luas 16-31 m2 sebesar
35% dan area parkir
yang memiliki luas
32m2
rata-rata
merupakan bangunan
Rumah Toko (Ruko),
sedangkan bangunan
yang
memiliki
persentasi area parkir
dengan luas 16-31 m2

BANGUNAN
SEKITAR
Ruko, rumah warga,
sekolah
Ruko, rumah warga,
bank BCA, door
smeer
Rumah kios, toko
elektronik,
toko
perabot
Ruko, toko sepatu,
toko
Ruko, dealer honda,
toko perabot, toko
sepatu
Ruko, toko meubel/
perabot,
rumah
makan
Ruko, apotik, dealer
suzuki,
toko
sparepart motor.
Ruko, rumah warga,
bengkel
sepeda
motor

GSB

BANYAKNYA
PENGUNJUNG

8m

ramai

8m

ramai

5m

sepi

5m

sepi

4m

sepi

4m

sepi

8m

Ramai

9m

Ramai

Rinaldo Sijabat

PERSENTASI GSB
7M
SEGMEN 1A
20%
30%
50%
SEGMEN 1B
50%
20%
30%
SEGMEN 2A
20%
40%
40%
SEGMEN 2B
40%
50%
10%
SEGMEN 3A
40%
35%
25%
SEGMEN 3B
25%
35%
40%
TOTAL
32.5%
35%
32.5%
rata-rata
merupakan
aktifitas
komersial
bangunan
rumah
(perdagangan)
yang
makan dan kios. Dan
terjadi pada kawasan
bangunan
yang
Jln. Setia Budi Tj. Rejo
memiliki area parkir
Medan.
lebih
kecil
yang
Berikut beberapa titik
luasnya kurang dari
aktifitas perdagangan
15m2
rata-rata
(komersial) pada siang
merupakan bangunan
dan malam hari.
Gambar 4. Interaksi
rumah warga yang
ruang
kemudian di jadikan
Sumber:
peneliti
kios pada bagian depan
Peruntukan
fungsi
dari rumah tersebut.
ruang yang terjadi pada
lokasi 1,2,3,4,5,6,7 dan
Analisa Penambahan
8
merupakan
Fungsi
Pada
peruntukan
fungsi
Sempadan
tambahan
dengan
Peruntukan
ruang
adanya fungsi lain.
dapat dikatakan fungsi
Dari
hasil
analisa
tambahan
apabila
peneliti,
pada
tiap
titik
dalam satu ruang dapat
yang
terjadi
dipertimbangkan
penambahan
fungsi
menambahkan
satu/
pada
sempadan
beberapa fungsi ruang,
terdapat perdebadaan
beberapa
tingkatan
daya
tarik
akan
fungsi,
atau
pengunjung.
Dapat
terbentuknya
ruang
dilihat
pada
tabel
heterogen
berikut:
(Adelman,2005).
Table 3. Perbedayaan
Tabel 3. Perbedayaan
Daya Tarik Terhadap
Daya Tarik Pengunjung
Pengunjung
Sumber: peneliti
Kawasan Jalan Setia
Tabel 4. Perbedayaan
Budi Tj. Rejo Medan
Daya
Tarik Pengunjung
merupakan
kawasan
yang
padzat
akan
aktivitas perdagangan.
Bukan hanya puada
siang hari, tetapi juga
pada
malam
hari.
Setiap
aktifitas/
kegiatan
pasti
membtuhkan
ruang,
begitu juga dengan
N
O
1
2
3
4
5
6

SEGMEN

7

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

Sumber: peneliti

lokasi 2 karena lokasi 7

Dari tabel tersebut,
didapat bahwa lokasi
yang mendapat banyak
pengunjuk berada pada
lokasi 1,2,7 dan 8,
sedangkan
yang
mendapat
sedikit
pengunjung
terdapat
pada lokasi 3,4,5 dan 6.
Pada lokasi 1,2,7 dan 8
terdapat
banyak
pengunjung,
salah
satunya
dikarenakan
oleh luas area garis
sempadan
bangunan
yang lebih besar dari
pada lokasi 3,4,5 dan 6
yang hanya memiliki
jarak kurang dari 5m
dari sehingga terkesan
kecil dan sempit.
Dilihat dari kondisinya,

keadaan pada lokasi
yang ramai dan yang
sepi pengunjung dapat
dilihat pada
tabel dibawah ini.

Lokasi Pedestrian
1
2
7
8

Baik, tidak
berluang
Tidak rapi
dan
berlubang
Rapi, tidak
berlubang

Perkerasan
baik
baik
Baik

Miring,
tidak
berlubang
Tidak rapi,
berlubang

Baik

4

Baik, tidak
berlubang

Baik

5

Tidak rapi,
tidak
berlubang
Tidak rapi
tidak
berlubang

baik

3

6

baik

baik

Table 5. Keramaian Di
Lokasi Penjualan
Sumber: peneliti

Dari analisa tabel di
atas, diketahui bahwa,
pada lokasi yang ramai
yakni lokasi 1,2,7 dan
8. Pedestrian tidak
semuanya baik, namun
lokasi tetap ramai,
sedang pada lokasi
sepi yakni 3,4,5 dan 6,
ada
lokasi
yang
pedestriannya
baik
namun tetap sepi.
Dapat
disimpulkan
bahwa pedestrian tidak
berpengaruh
pada
kepadatan pengunjung
(daya
tarik
pengunjung).
Berdasarkan
hasil
pengamatan di
lapangan, lokasi
2
merupakan
lokasi/
titik
penjualan yang
mendapat pelanggan
paling banyak dan
paling ramai. Padahal
bila
dibandingkan
dengan lokasi 7, dari
segi pedestrian lokasi 7
lebih baik daripada

PencaLuas
Sirkulasi Parkir
hayaan
Area
sedang 32m, dengan baik
Tepi jalan
GSB=8m
Sedang
32m,
Baik
Tepi jalan
dengan
GSB=8m
Baik
32m,
Baik
Tepi jalan
dengan
GSB=8m
Baik
36m,
Baik
Tepi jalan
dengan
GSB 9m
sedang
20m,
baik
Tepi jalan
dengan
GSB =5m
sedang
20m,
baik
Tepi jalan
dengan
GSB =5m
sedang
16m,
baik
Tepi jalan
dengan
GSB =4m
kurang
16m,
baik
Tepi jalan
dengan
GSB =4m

LokPerke- PencahaPedestrian
asi
rasan
yaan
1 Baik,
baik
sedang
tidak
berluang
2 Tidak rapi
baik
Sedang
dan
berlubang
7 Rapi,
Baik
Baik
tidak
berlubang
8 Miring,
Baik
Baik
tidak
berlubang
3 Tidak
baik
sedang
rapi,
berlubang
4 Baik,
Baik
sedang
tidak
berlubang
5 Tidak
baik
sedang
rapi, tidak
berlubang
6 Tidak rapi baik
kurang
tidak
berlubang

pedestriannya
rapi,
tidak
berlubang
sedangkan lokasi 2
pedestriannya
tidak
rapi dan berlubang.
Selain itu dari segi
pencahayaan, lokasi 7
cahaya nya lebih baik
dibanding
dengan
lokasi
2.
Namun
berdasarkan
hasil
pengamatan
pada
lokasi dan keberadaan
lokasi
penjualan
dengan lingkungannya,
didapat bahwa lokasi 2
berada dekat dengan
perumahan
warga
pada, sedangkan lokasi
7 cukup jauh dari
perumahan warga di
kawasan Tanjung Rejo
tersebut.
Hal
ini
menunjukkan bahwa,
jarak
dengan
pemukiman
warga
memberi
dampak
terhadap
ramai
tidaknya pengunjung.

Rinaldo Sijabat

Dilihat
Luas Area
32m, dengan
GSB=8m

dari
Sirku
-lasi
baik

Parkir
Tepi
jalan

32m, dengan
GSB=8m

Baik

Tepi
jalan

32m, dengan
GSB=8m

Baik

Tepi
jalan

36m, dengan
GSB 9m

Baik

Tepi
jalan

20m, dengan
GSB =5m

baik

Tepi
jalan

20m, dengan
GSB =5m

baik

Tepi
jalan

16m, dengan
GSB =4m

baik

Tepi
jalan

16m, dengan
GSB =4m

baik

Tepi
jalan

perkerasannya, semua
lokasi
memiliki
perkerasan yang baik.
Hal ini menunjukkan
bahwa
perkerasan
salah satu penentu
dalam
penentuan
lokalisasi.
Dari segi pencahayaan,
pada
tiap
lokasi
cenderung
sama
menggunakan lampu
fluorescent, hanya pada
lokasi 6 pencahayaan
kurang
baik,
selebihnya berada pada
level sedang dan baik.
Hal ini menunjukkan
terang
gelapnya
pencahayaan
pada
lokasi penelitian tidak
mempengaruhi
daya
tarik pengunjung.
Hal
yang
paling
berpengaruh
pada
lokasi ialah, luas area
dan ketersedian barang.
Pada
lokasi
yang
ramai,
luas
area
cenderung lebih besar

8

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

dari lokasi yang sunyi.
Sedangkan pada hal
parkir, semua lokasi
menggunakan
bahu
jalan sebagai area
parkirnya,
namun
sirkulasi tetap ramai
lancar.

peruntukan
fungsi
ruang
yang
disampaikan
oleh
Rietveld
dan
Rodenburg. Pada 6
lokasi
tersebut,
diketahui
bahwa
aktifitas yang terjadi

Gambar. 4.27. Perubahan
Fungsi Ruang
Sumber: analisa

KESIMPULAN

Gambar 4 1. Analisa
Penambahan Fungsi
Sumber: peneliti

Analisa Peruntukan
Fungsi Ruang
Berdasarkan
penjabaran
Rietveld
dan Rodenburg, 2002
dalam
multifunction
land use in the city
dikatakan
bahwa
peruntukan
fungsi
ruang terdiri dari 5
fungsi.
Dari
ke-5
peuntukan fungsi ruang
tersebut, dari 8 lokasi
dalam
penelitian
ditemukan 2 lokasi
yang
memiliki
peruntukan
fungsi
tambahan
dengan
adanya fungsi lain,
yakni fungsi parkir
dengan
fungsi
tambahan komersial.
Namun sisanya, 6
lokasi yang ada dalam
penelitian tidak ada
yang cocok dengan

ialah
penggunaan
ruang untuk parkir
pada siang hari dan
penggunaan
ruang
untuk berjualan pada
malam
hari.
Peruntukan
fungsi
ruang yang terjadi
adalah
penambahan
fungsi ruang dengan
ada pergeseran ruang.
Hal ini mirip dengan
peruntukan
fungsi
ruang dengan adanya
fungsi
lain
yang
disampaikan
oleh
Rietveld
dan
Rodenburg, namun ada
penyimpangan, yakni
pergeseran
fungsi
ruang sebelumnya.
Gambar
disamping
merupakan
ilustrasi
penggunaan sempadan
bangunan
sebagai
ruang dengan fungsi
parkir pada siang hari.

Garis
Sempadan
Bangunan
Daerah sekitar Jalan
Setia Budi, Tanjung
Rejo
Medan,
merupakan
kawasan
yang
padat
akan
penduduk, terlihat dari
kepadatan rumah yang
tinggi sepanjang jalan.
Selain itu, kawasan ini
juga
merupakan
kawasan yang padat
aktifitas, baik di siang
hari maupun di malam
hari.
Tingginya
aktifitas
serta
padatnya
bangunan di sekitar
kawasan
ini
mengakibatkan
kebutuhan akan ruang
tidak terpenuhi secara
menyeluruh. Hal ini
mengakibatkan
pemanfaatan
ruang
yang tidak sesuai lagi
dengan aturan Rencana
Detail Tata Ruang Kota
Medan. Salah satunya
ialah penggunaan garis
sempadan
bangunan
yang kurang dari 8m,
bahkan sampai tersisa
sampai 2m ke badan
jalan.

Rinaldo Sijabat

Berdasarkan
analisa
yang telah dilakukan,
bangunan-bangunan
yang menyalahi garis
sempadan
tadi
merupakan bangunan
rumah dengan kios
pada bagian depan
rumahnya. Dari hasil
persentasi
tentang
penggunaan
garis
sempadan
bangunan
pada
kawasan
penelitian, di dapat
bahwa :
 32,5
%
bangunan
meyalahi
penggunaan
garis sempadan
bangunan,
dengan hanya
menyisahkan
sempada
bangunan 13m ke muka
jalan.
Bangunan
yang
menyalahi ini
rata-rata
merupakan
rumah dengan
pemanfaatan
kios dibagian
depan
rumahnya.
 35
%
bangunan
menyisahkan
4-6m
garis
sempadan
bangunan ke
muka jalaan.
Bangunan ini
rata-rata
merupakan
bangunan semi
ruko (rumah
kios)
 32.5%
bangunan telah
melakukan

9

Kajian Penambahan Fungsi Sempadan Menjadi Fungsi
Komersial
Studi Kasus Jln. Setia Budi Tj. Rejo Medan

penggunaan
garis sempadan
bangunan
sesuai dengan
autran Rencana
Detail
Tata
Ruang
Kota
Medan di Kec.
Medan
Sunggal
dengan GSB
sebesar 8m.
Parkir
Analisa parkir mirip
dengan analisa garis
sempadan
bangunan
dan berbanding lurus.
Hal ini dikarenakan
garis
sempadan
bangunan merupakan
area yang termasuk
dalam area parkir.
Dari hasil penelitian di
dapat bahwa bangunan
yang
memiliki
persentasi area parkir
dengan luas >32m2
rata-rata
merupakan
bangunan Rumah Toko
(Ruko) yakni sebesar
32.5%,
sedangkan
bangunan
yang
memiliki
persentasi
area parkir dengan luas
16-31 m2 rata-rata
merupakan bangunan
rumah makan dan kios
yakni sebesar 35%.
Dan bangunan yang
memiliki area parkir
lebih
kecil
yang
luasnya kurang dari
15m2
rata-rata
merupakan bangunan
rumah warga yang
kemudian di jadikan
kios pada bagian depan
dari rumah tersebut
yakni 32.5%.

Penambahan Fungsi
Pada Sempadan
Berdasarkan analisa di
lokasi,
penambahan
fungsi terjadi pada
kawasan Tanjung Rejo
ini. Ada 8 titik lokasi
penelitian penambahan
fungsi yang di analisa.
Keberadaan
lokasi
tersebar di sepanjang
jalan Setia Budi. Pada
siang hari, sempadan
bangunan
berfungsi
untuk
menampung
kendaraan
bermotor
dari pengunjung toko
(sebagai area parkir).
Namun setelah toko
tutup yakni di malam
hari, sempadan tadi
berubah fungsi bukan
lagi
menjadi
area
parkir tetapi menjadi
area untuk berjualan.
Jualan didirikan secara
non-permanen dengan
menggunakan tenda.
Faktor
yang
menyebabkan
munculnya
penambahan fungsi ini
ialah
karena
kebutuhan,
instant,
terjangkau,
mudah
dicapai dan murah.
Pada beberapa lokasi
yang terdapat yang
ramai
dan
tidak.
Ternyata dari hasil
analisa data, hal yang
paling
berpengaruh
terhadap daya tariknya
ialah luas area dan
banyaknya jualan. Di
area
yang
Garis
Sempadan
Bangunannya
>8m
cenderung lebih ramai
dibanding dengan yang
Garis
Sempadan
Bangunannya