Pendidikan Anak Dalam Islam

  Pendidikan Anak Dalam Islam

  Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus dibina, dipelihara, dan diurus secara seksama serta sempurna agar kelak menjadi insan kamil, berguna bagi agama, bangsa dan negara, dan secara khusus dapat menjadi pelipur lara orang tua dan penenang hati ayah dan bunda serta kebanggaan keluarga. Semua pengharapan yang positif dari anak tersebut tidaklah dapat terpenuhi tanpa adanya bimbingan yang memadai, selaras dan seimbang dengan tuntunan dan kebutuhan fitrah manusia secara kodrati. Dan semua itu tidak akan didapatkan secara sempurna kecuali pada ajaran Islam, karena bersumber pada wahyu illahi yang paling mengerti tentang hakikat manusia sebagai makhluq ciptaan-Nya...

   Pendidikan Anak Dalam Islam

  (Disarikan dari Kitab ‘Tarbiyyatul Aulad fil Islam’ karya DR. Abdullah Nashih Ulwan) Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus dibina, dipelihara, dan diurus secara seksama serta sempurna agar kelak menjadi insan kamil, berguna bagi agama, bangsa dan negara, dan secara khusus dapat menjadi pelipur lara orang tua dan penenang hati ayah dan bunda serta kebanggaan keluarga. Semua pengharapan yang positif dari anak tersebut tidaklah dapat terpenuhi tanpa adanya bimbingan yang memadai, selaras dan seimbang dengan tuntunan dan kebutuhan fitrah manusia secara kodrati. Dan semua itu tidak akan didapatkan secara sempurna kecuali pada ajaran Islam, karena bersumber pada wahyu illahi yang paling mengerti tentang hakikat manusia sebagai makhluq ciptaan-Nya.

  ‘Tarbiyyatul Aulad fil Islam’ karya DR. Abdullah Nashih Ulwan memberikan panduan yang lengkap bagi terwujudnya tata pola asuhan yang sempurna, karena selain memuat dalil naqli yang mengacu langsung kepada nash-nash Alquran dan hadits yang sahih, juga dilengkapi bukti-bukti ilmiah dan rasional. Pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan ‘ringkasan’ yang berkaitan dengan berbagai pendidikan yang harus diberikan kepada anak-anak kita yaitu: Pendidikan moral, Pendidikan fisik, Pendidikan kejiwaan dan Pendidikan sosial. Berikut ringkasannya:

  Pendidikan Moral

  1.Menjauhi dusta “Jauhilah perbuatan dusta. Sebab dusta itu dapat mengakibatkan perbuatan lacur dan sesungguhnya perbuatan lacur itu menyeret ke neraka. Selama hamba itu dusta dan terus menerus berdusta, maka Allah mencatatnya sebagai pendusta” (H.R.

  Bukhari dan Muslim) “Ada tiga macam manusia yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah di hari kiamat, tidak akan disucikan dan tidak akan diperhatikan. Mereka akan mendapat siksa yang pedih. Yaitu kakek-kaket yang berzina, raja pendusta dan orang miskin yang sombong” (H.R. Muslim)

  2.Menjauhi perbuatan mencuri

  3.Menjaui sifat suka mencela dan mencemooh “Orang mukmin itu tidak suka mencaci, tidak suka melaknat, tidak suka berkata keji serta tidak suka berkata kotor” (H.R. Tirmidzi) “Mencaci maki muslim itu adalah perbuatan durhaka, sedangkan membunuh perbuatan kufur” (H.R. Muslim)

  4.Menjauhi musik dan lagu-lagu porno “Barangsiapa yang duduk mendengar nyanyian biduanita, maka Allah akan menuangkan air timah yang meleleh ke telinganya pada hari kiamat” (Riwayat Ibnu Asakir)

  5.Menjauhi pergaulan bebas dan memandang hal-hal yang diharamkan Allah “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (Q.S.

  An-Nur: 24) “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S. An-Nur: 25) “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Ahzab:59)

  6.Tidak bersikap dan bergaya menyerupai lawan jenis kelamin “Sesungguhnya Allah mengutuk para lelaki yang besikap dan bergaya seperti wanita, dan para wanita yang bersikap dan bergaya seperti laki-laki” (H.R. Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi)

  Pendidikan Fisik

  1.Mengikuti aturan yang sehat dalam makan, minum dan tidur “Janganlah kalian minum dengan sekali teguk seperti minumnya unta, tetapi minumlah dengan dua atau tiga kali teguk. Ucapkanlah Bismillah ketika hendak minum dan ucapkanlah Alhamdulillah ketika selesai” (H.R. Tirmizi) “Janganlah salah seorang diantara kamu minum sambil berdiri. Dan Barangsiapa yang lupa maka hendaklah ia menyemburkannya” ( H.R. Muslim) “Apabila kamu hendak tidur maka terlebih dahulu berwudhulah sebagaimana kamu berwudhu untuk shalat. Kemudian, berbaringlah di atas sisi badanmu sebelah kanan…” (H.R. Bukhari dan Muslim)

  2.Melindungi diri dari penyakit menular “Larilah dari orang yang berpenyakit kusta sebagimana engkau lari dari singa” (H.R. Bukhari)

  3.Membiasakan olah raga dan ketangkasan “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al-Anfaal:60) “Segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan zikir (menyebut) nama-nama Allah, maka itu adalah senda gurau belaka, kecuali empat perkara: Berjalannya seseorang dengan tujuan (untuk memanah), latihan menunggang kuda, bermain dengan keluarganya dan belajar berenang” (Riwayat Durqathani)

  4.Menjauhi merokok, onani, minuman keras, narkotika, zina dan homoseksual “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. Al-Ma’idah:90) “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (Q.S. Almu’minun: 1-6) Diriwayatkan bahwa salah seorang sahabat Ibnu Abbas yang bernama Atha’ berkata: “Aku pernah mendengar bahwa ada suatu kaum dikumpulkan, sedangkan tangan-tangan mereka terikat dengan tali. Aku mengira kaum itu adalah mereka (yaitu orang-orang yang melakukan onani)” Sa’id bin Jubair, dari golongan tabi’in, mengatakan: “Allah akan mengazab suatu umat yang mempermainkan kemaluan mereka” Diriwayatkan pula: “Ada tujuh golongan yang tidak akan diperhatikan (Allah) diantaranya adalah orang yang menikahi tangannya (onani) “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

  (Q.S. Al-Ishraa:32) “Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu".Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar".” (Al- Ankabuut:28-29)

  Pendidikan Kejiwaan

  1.Menjauhi watak dan sikap minder “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Q.S. Ali-imran: 139)

  2.Tidak penakut “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. At-Taubah:40)

  3.Menjauhi sifat rendah diri

  4.Menjauhi hasud “Hindarilah perbuatan hasud oleh kalian. Karena perbuatan itu dapat memakan kebaikan sebagimana api memakan kayu bakar” (H.R. Abu Dawud)

  5.Menjauhi marah Al-Bukhari meriwayatkan, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw: ‘Berilah aku wasiat. Beliau bersabda: ”Janganlah marah”. Laki-laki itu mengulanginya lagi berkali-kali da beliau bersabda, “Jangan Marah!” “Barangsiapa dapat menahan marah, dan dia menguasainya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di atas kepala makhluk-makhluk sampai Dia memberitahukannya, bidadari mana yang ia sukai” (H.R. Bukhari)

  Pendidikan Sosial Memelihara hak orang lain

  1.Hak terhadap orang tua “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (Q.S. Al-Israa:23) “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24) Contoh-contoh sikap anak terhadap orang tua (Ulwan, Nashih. DR.): •Menta’ati perintah ibu dan ayah kecuali dalam hal yang sifatnya maksiat.

  • Berbicara kepada mereka dengan penuh kelembutan dan sopan santun.
  • Berdiri, ketika mereka masuk atau menghampiri anak.
  • Mencium kedua tangannya.
  • Memelihara nama baik, harta dan kehormatan mereka berdua.
  • Memuliakan keduanya, memberikan segala yang mereka minta.
  • Mengajak mereka bermusyawarah di dalam setiap pekerjaan dan perkara.
  • Banyak berdo’a dan mohon ampun untuk mereka.
  • Apabila keduanya kedatangan tamu, hendaklah anak duduk di dekat pintu dan memperhatikan pandangan mereka. Karena barangkali mereka hendak memerintahkan sesuatu.
  • Melakukan perbuatan yang membuat mereka senang. Tanpa diperintah terlebih dahulu.
  • Tidak mengeraskan suara di depan keduanya.
  • Tidak memutus perkataan ketika mereka berbicara.
  • Tidak keluar dari rumah sebelum meminta izin.
  • Tidak mengejutkan mereka ketika tidur.
  • Tidak lebih mementingkan istri dan anak daripada mereka.
  • Tidak mencela apabila mereka melakukan pekerjaan yang tidak disenangi.
  • Tidak tertawa di depan mereka apabila tidak ada sesuatu yang pantas ditertawakan.
  • Tidak makan sebelum mereka makan.
  • Tidak mengulurkan tangan mengambil makanan sebelum mereka.
  • Tidak tidur atau berbaring ketika mereka duduk, kecuali apabila mereka memberi izin.
  • Tidak menjolorkan kaki di depan mereka.
  • Tidak masuk sebelum mereka atau berjalan didipen mereka.
  • Segera memenuhi panggilan mereka.
  • Menghormati teman-teman semasa mereka masih hidup dan setelah meninggal.
  • Mendo’akan mereka, terutama setelah mereka meninggal.

  2.Hak terhadap saudara “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga- banggakan diri” (An-Nisa:36) “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Q.S. Al_Israa:26)

  3.Hak terhadap tetangga “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya” (H.R. Bukhari dan Muslim)

  4.Hak terhadap guru “Pelajarilah ilmu, pelajarilah ilmu(yang dapat menumbuhkan) ketenangan dan kehormatan dan rendahkanlah terhadap orang yang engkau ambil ilmunya (guru) “ (Riwayat Tabrani)

  5.Hak terhadap teman Contoh hak-hak seorang teman (muslim) adalah sbb: •Mengucapkan salam (Assalamu’alaikum ) ketika bertemu.

  • Menjenguknya ketika sakit
  • Mendo’akan ketika bersin
  • Menziarahinya dijalan Allah •Menolong ketika susah
  • Memenuhi undangan
  • Saling memberi hadiah pada waktu-waktu tertentu

  6.Hak terhadap orang yang lebih tua “Tidaklah seorang pemuda itu memuliakan orang tua karena usianya, kecuali Allah menghadirkan baginya seseorang yang akan memuliakannya pada usia tuanya (H.R. Tirmidzi)

  Melaksanakan etika sosial

  1.Etika makan dan minum Etika makan:

  • Mencuci tangan sebelum makan
  • Membaca basmallah sebelum makan dan hamdallah sesudahnya
  • Tidak mencela makanan yang disajikan kepadanya
  • Makan dengan tangan kanan danmengambil makanan yang dekat
  • Tidak makan sambil bersandar
  • Dianjurkan berbincang-bincang ketika makan
  • Mendo’akan tuan rumah sesudah makan
  • Mendahulukan orang yang lebih tua
  • Tidak menyia-nyiakan nikmat Etika minum:
  • Membaca basmallah sebelum minum dan hamdallah sesudahnya
  • Minum dengan beberapa tegukan
  • Makruh minum langsung dari mulut nejana (poci)

  • Makruh bernafas di dalam tempat minum
  • Dianjurkan ketika makan dan minum
  • Tidak minum dari bejana yang terbuat dari emas dan perak
  • Tidak makan dan minum terlalu kenyang

  2.Etika memberi salam “Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya” (Q.S. An-Nur:61)

  3.Etika Meminta Izin “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q.S. An-Nur:27)

  4.Etika Didalam majelis •Menjabat tangan orang yang ditemui di majelis kecuali bukan muhrim.

  • Duduk di tempat yang telah ditentukan tuan rumah •Duduk sejajar dengan khalayak bukan ditengah-tengah mereka.
  • Dilarang duduk diantara dua orang kecuali meminta izin sebelumnya.
  • Orang yang datang terakhir duduk di tempat terakhir.
  • Dilarang berbisik-bisik didepan orang ketiga.
  • Dilarang menempati tempat duduk yang ditinggalkan oleh orangnya sementara.
  • Meminta izin sebelum keluar dari majelis
  • Membaca do’a kifarat majelis

  5.Etika Berbicara

  • Berbicara dengan bahasa Arab yang fasih •Berbicara dengan tidak tergesa-gesa.
  • Dilarang memaksakan diri untuk berbicara secara fasih (difasih-fasihkan)
  • Pembicaraan harus dapat dipahami
  • Jangan mempersingkat dan memperpanjang pembicaraan
  • Memperhatikan sepenuhnya kepada pembicara
  • Pandangan pembicara harus tertuju pada hadirin •Memberi kelonggaran kepada hadirin ketika dan setelah berbicara.

  6.Etika Bergurau

  • Tidak berlebihan
  • Tidak menyakiti seseorang dengan bercanda
  • Menghidari kebohongan dan kebatilan

  7.Etika Mengucapkan selamat

  • Menampakkan kegembiraan dan perhatian ketika memberikan selamat
  • Mengucapkan selamat dengan bahasa yang lembut dan menggunakan bahasa do’a

  8.Etika Mengunjungi orang sakit

  • Bersegera menjenguknya
  • Mendoakan •Mengingatkan si sakit untuk meletakkan tangannya di atas anggota badan yang sakit dan menbaca doa yang ma’tsur.
  • Dianjurkan bertanya kepada keluarga sisakit tentang keadaannya.
  • Duduk di dekat kepala si sakit.
  • Anjuran menenangkan jiwa si sakit dengan kesembuhan dan usia yang panjang
  • Anjuran kepada pengunjung untuk meminta doa dari si sakit
  • Mengingatkannya dengan kalimat Laaillaha illalaah jika ajal hamper tiba

  9.Etika Ta’ziyah (mengunjungi yang meninggal)

  • Hendaknya mengucapkan kalimat yang atsar
  • Anjuran membuat makanan untuk keluarga mayat •Menampakkan duka kepada keluarga mayat.

  10.Etika Bersin dan menguap

  • Mengucapkan hamdalah, rahmah dan hidayah
  • Menutup mulut dengan tangan atau sapu tangan dan merendahkan suara
  • Mendo’akan sampai tiga kali
  • Mendo’akan non muslim dengan “Semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu”
  • Dilarang mendo’akan wanita muda yang bukan muhrim
    • هت اكربو هللا ةمحرو مكيلع ملسسلا

   دعب اما نيعمجا هبحصو هلا ىلعو نيلسرملاو ءايبنءلا فرسا ىلع ملسسلاو ةلصلاو نيمل اعلا بسر هلل دمحلا Yang terhormat ibu guru serta teman-teman yang berbahagia.  Pertama, marilah kita panjatkan rasa puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dapat berkumpul di ruangan ini dengan sehat wal afiat tiada suatu halangan apapun. Amin-amin yarobal ‘alamin. Kedua kalinya sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah seperti yang kita alami saat ini.

  Ketiga kalinya saya di sini akan menyampaikan sepatah kata dua kata yang berjudul “Pengaruh pendidikan agama bagi remaja untuk membentuk pribadi yang berakhlakul karimah”. Kondisi saatini, kita dapat melihat begitu banyak remaja yang suka bergaya, berprilaku dan meniru artis asing, contohnya “Korean styl” yang sedang mewabah di kalangan remaja muslim.

  Ironisnya hal itu juga diikuti remaja muslim. Kegiatan meniru sang idola memang bagian dari pembentukan pribadi remaja dalam tahap pencarian jati diri, dalam ilmu psikolagi hal itu sah-sah saja selama kegiatan meniru itu bernilai dan tidak berpotensi merusak mental. Banyak faktor yang melatar belakangi rusaknya mental dan kepribadian, meliputi pendidikan, lingkungan, social, ekonomi deni budaya. Semestinya generasi muda tidak hanya meniru, melihat dan mengekor, tetapi juga harus menjadi pembaharu, pemikir, dan pioneer bagi kemajuan masyarakat dunia, sebagaimana firman Allah SWT : (QS. Ali Imron : 110).

       ••  •   Artinya : Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk menusia menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar Untuk membentuk karakter remaja islam yang cerdas, mandiri, tangguh, berakhlak mulia, akan bisa dilakukan melalui pendidikan formal seperti sekolah madrasah ataupun pesantren. Pendidikan tersebut dapat dijadikan be nteng sekaligus untuk menyelamatkan hidup di dunia maupun di akherat, karena dalam diri mereka terdapat pemikiran yang baik, yang tidak suka pada kekerasan, permusuhan dan konflik kepada orang lain, apalagi sesama muslim.

  Dengan menanamkan aqidah yang kuat kepada diri seseorang remaja islam dan mengajarkan aklakul karimah seperti yang  telah di contohkan Rasulullah SAW, niscaya perbuatan sesat seperti tawuran, narkoba, seks bebas dan perilaku negatif lainnya bisa dihindari. Jadi pengaruh pendidikan agama sangatlah penting bagi remaja untuk membentuk pribadi yang beraklakul karimah. Demikian sambutan dari saya, apabila ada kekurang dan tutur kata saya yang kurang berkenan saya mohon maaf.  akhirukalam wabilahitaufik wal hidayah هت اكربو هللا ةمحرو مكيلع ملسسلاو

  Assalamualaikum wr.wb

  Hak primer pendidikan seorang anak berada ditangan kedua orang-tuanya. Sedangkan masyarakat dan negara dalam hal  pendidikan tersebut memiliki hak sekunder. Hal ini secara implisit terkandung dalam Firman Allah: “Jagalah dirimu dan

  keluargamu-termasuk anak-anakmu dari siksa api neraka”. (At Tahrim: 6)

  Secara implisit pula ayat tersebut mengandung arti bahwa orang-tua pada umumnya diberi kemampuan oleh Allah swt untuk  mendidik anaknya. Dan orang tualah yang menjadi faktor penentu apakah anak yang lahir fitrah itu akan di didik beragama Yahudi, atau beragama Majusi, atau beragama Nasrani, ataukah beragama Islam. Sifat pendidikan dalam keluarga adalah informal. Tanpa kurikulum, tanpa jadwal pelajaran tertentu dan tanpa formalitas yang  lazim terjadi pada jenis pendidikan lainnya. Pendidikan berlangsung sepanjang waktu ketidak hadirin orang tuapun proses pendidikan itu tetap berlangsung. Pada pendidikan informal tersebut terdapat tiga hal yang penting, yakni: suasana lingkungan rumah tangga pada umumnya,  corak hubungan antar anggota keluarga, khususnya antara 0rang-tua dengan anak-anaknya, dan keteladanan. Mengenai dua hal yang pertama Rasulullah saw pernah bersabda sebagai berikut : 

  “Apabila Allah swt. menghendaki sesuatu rumah tangga yang baik, maka diberikannya kecenderungan mempelajari ilmu-ilmu agama (Islam); yang muda menghormati yang tua; harmonis dalam kehidupan; hemat dan hidup sederhana; menyadari cacat-cacat mereka dan kemudian melakukan taubat. Jika Allah swt. menghendaki sebaliknya, maka ditinggalkan-Nya mereka dalam kesesatan”. (Hadist, riwayat Dailami, dari Anas)

  Pendidikan informal dalam keluarga ini mempunyai arti penting bagi perkembangan pribadi anak karena beberapa faktor.  Selain pendidikan dalam keluarga merupakan batu pertama di masa peka yang sukar terhapus dari jiwa anak, pendidikan dalam keluarga juga diberikan secara kontinyu sepanjang waktu, dan didalamnya terkandung hubungan emosional yang lembut antara orang tua dan anak, sehingga yang teukir pada jiwa anak tidak hanya kognisinya melainkan keseluruhan pribadinya secara utuh.

  Wassalamualaikum wr.wb Membiasakan hidup dengan Istiqamah Assalamualaikum wr.wb

  Alhamdulillah kepada Allah swt dengan Rahmat-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan artikel ini. Kali  ini saya membuat artikel tentang membiasakan hidup dengan istiqamah. Mudah-mudahan setelah membaca artikel ini pembaca bisa lebih beristiqamah dalam menjalani hidup. Umar bin Khatab mengatakan istiqamah adalah meluruskan diri dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Secara sederhana, istiqamah berarti teguh hati, kuat pendirian dan konsisten. Ayat sangat jelas memberi jaminan kepada orang-orang yang beristiqamah, namun sayangnya banyak umat islam yang belum istiqamah dalam melaksanakan ibadah dan amal. Problem demikian bisa dipahami, karena beristiqamah gampang-gampang susah. Dikatakan mudah sebab istiqamah bisa dilakukan siapa saja. Sementara dikatakan berat karena dalam melakukannya dibutuhkan pengorbanan besar, mental kuat dan waktu yang tak sebentar. Beranjak dari sinilah, istiqamah terbagi dalam dua macam. Pertama, istiqamahnya terbagi dalam aspek lahiriyah, yakni  menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kedua, istiqamahnya orang khusu dalam aspek lahiriyah yaitu mengosongkan diri dari urusan dunia dan kegemerlapannya. Adapun dalam aspek batiniyah, memadukan diri pada kenikmatan surga dengan merindukan pertemuan dengan-Nya. Tingkat dasarnya dasarnya, istiqamah dikaitkan dengan kualitas keimanan seseorang yang melibatkan lisan, hati dan  tubuh. Pada tingkat istiqamah dengan lisan, seseorang lisannya terus-menerus mengucapkan dua kalimat syahadat. Artinya, seorang muslim tak bosan-bosannya mengakui keesaan Allah swt. sebgai satu-satunya Dzat yang wajib diagungkan dan membenarkan Rasulullah saw. sebgai utusan-Nya. Misalnya setiap kali shalat. Kita melafalkan dua kalimat syahadat dalam bacaan tasyahud awal dan akhir. Tingkat kedua istiqamah dengan hati, yakni sanubari yang tak pernah berhenti menghendaki kebenaran. Setelah lisannya  mengakui syahadatain, dalam nurani seseorang senantiasa mengharapkan kebenaran tercipta dimanapun ia berpijak dengan berlandaskan pada Al-Quran dan Al-Hadist yang dipahaminya. Setidaknya pada tahap ini, seseorang akan berusaha menghilangkan kedzaliman di muka bumi dengan cara-cara yang dibenarkan agama dan diajarkan Rasulullah, yakni lugas namun tegas. Tingkat terakhir istiqamah dengan tubuh, yaitu anggota tubuh secara berkesinambungan melakukan ibadah dan berbakti  kepada Allah swt. maksudnya, apa yang dilakukan dengan anggota badannya diniatkan untuk beribadah dan karena Allah semata. Umpamanya dalam bekerja atau beraktivitas karena mencari ridho-Nya. Disamping mendapatkan materi sebagai biaya hidup, kita juga memperoleh pahala. Adanya ayat yang berbicara tetang istiqamah, disebabkan adanya empat sasaran yang hendak dicapai, yaitu taat sebagai  imbas dari perintah, taqwa sebagai penjelmaan dari larangan, syukur sebagai buah dari nikmat dan sabar sebagai hasil dari keinginan memperoleh surga. Untuk menyempurnakan empat perkara tersebut, setidaknya masih diperlukan empat faktor lagi, yakni taat disempurnakan dengan ikhlas, taqwa dilengkapi dengan taubat, syukur dipadukan dengan tahu diri atas kekurangan dan kelemahan diri dan sabar disearaskan dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah swt.

  “sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adala Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendiriannya(itiqamah), maka para malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.” (QS. Fushshilat: 30)

  Wassalamualaikum wr.wb  Redaksi BRM.  Dalam hidup kita sehari-hari, dua hal berbeda yang silih berganti adalah adalah kesenangan dan kesusahan. Bahkan menurut  beberapa orang, kalau hidup itu indah karena perbedaan tersebut. Bayangkan kalau orang senang terus atau susah terus, tentu bukan sesuatu yang baik. Ketika kita senang, maka kita diharapkan ingat ketika dulu pernah susah. Dan ketika kita susah ingatlah bahwa suatu saat akan ada kesenangan. Hal ini seperti firman Allah SWT:

  

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS

  Alam Nasyrah 5-6) Hal penting yang perlu diperhatikan bagaimana sifat dasar seorang manusia dalam menghadapi kedua hal tersebut. Allah  SWT berfirman:

  

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang

sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.” (QS. Al Israa’ 83)

  Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan sifat manusia terhadap kesenangan terlebih dahulu karena ujian terhadap  kesenangan adalah lebih berat. Dari ‘Amr bin ‘Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah r.a. ke Bahrain untuk menagih pajak  penduduk. Kemudian ia kembali dari Bahrain dengan membawa harta yang sangat banyak dan kedatangan kembali Abu ‘Ubaidah itu terdengar oleh sahabat Anshar maka mereka pun shalat Shubuh bersama Rasulullah saw. Kemudian setelah selesai shalat mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau tersenyum melihat mereka kemudian bersabda, “Mungkin

  kamu telah mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah yang membawa harta banyak?” Jawab mereka, “Benar, ya Rasulullah.” Lalu Nabi saw bersabda, “Sambutlah kabar baik dan tetaplah berpengharapan baik untuk mencapai semua cita-citamu. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, tetapi aku khawatir kalau terhampar luas dunia ini bagimu, sebagaimana telah terhampar untuk orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba

sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR.

  Bukhari dan Muslim). Pada saat inipun bisa kita lihat. Seorang miskin apabila dia tidak sabar maka yang dicuri adalah hape atau sepeda motor.  Sedang orang yang menjadi tersangka KPK telah didakwa dengan korupsi sampai miliard rupiah. Hal ini menunjukkan orang tidak tahan dengan kesenangan dan kemewahan. Atau hal ini tersebut dalam Al Quran tentang orang yang mendapat musibah di lautan akan berdoa kepada Allah, tetapi lupa ketika sudah sampai darat.

  

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia

menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih” (QS. Al Israa 67)

  Secara psikologis, seorang muslim apabila ditimpa musibah maka dia akan mendekat kepada Allah SWT dan bersabar,  sedang orang yang berhasil biasanya memiliki ego bahwa keberhasilan itu adalah karena hasil jerih payahnya. Kembali kepada sifat manusia jika mendapat kebahagian seperti yang tertera pada QS. Al Israa 83. Jika mendapatkan  kesenangan maka dia memiliki dua kecenderungan yaitu berpaling dari Allah SWT dan sombong terhadap manusia. Jika kesuksesan terjadi pada orang yang tidak beriman maka akan memperkuat keyakinannya bahwa tidak perlu percaya kepada Allah SWT untuk meraih kesuksesan. Mereka akan mencibirkan kaum Muslim yang rajin sholat tapi kehidupannya masih miskin. Sedang bila keberhasilan pada orang munafik, maka mereka berkata “Buat apa sholat? Toh saya masih bisa

  mendapatkan rizki dari Allah.” Memang Allah SWT melimpahkan rizqi pada setiap manusia di dunia ini tanpa pandang bulu apakah mereka beriman atau mengingkari.

  Bagi seorang muslim, keberhasilan masih membuat dia melaksanakan sholat dan ibadah lain. Tapi ada hal lain yang mungkin  tidak kalah bahayanya, yaitu adanya perasaan sombong terhadap apa yang didapatkannya. Apa sombong itu? Rasulullah SAW pernah bersabda:

  “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” (HR. Muslim)

  Hal ini yang sering sulit untuk dihindari. Orang yang sukses terkadang sulit untuk menerima kebenaran yang disampaikan  oleh orang lain, apalagi dari orang yang lebih muda, lebih miskin atau lebih rendah derajatnya. Penolakan kebenaran tersebut biasa dibarengi dengan merendahkan orang lain, karena dia menganggap dialah yang lebih tinggi, lebih berhasil dan lebih berkuasa. Demikianlah, kita semoga kita selalu bisa menjaga hati dalam setiap keadaan. 

  

“Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang mukmin. Sungguh seluruh kehidupannya baik. Hal itu tidak dimiliki

melainkan oleh mukmin. Jika dikaruniai kebaikan; maka ia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika ditimpa keburukan; maka ia bersabar, dan itu baik untuknya” (HR. Muslim)

  Dan memang kita harus siap dalam setiap kondisi, seperti yang disampaikan oleh sahabat ‘Umar bin al-Khaththab: 

  “Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat dua ekor unta, maka aku tidak peduli unta mana yang aku kendarai” (‘Uddatus Shobirin wa Dzakhiratus Syakirin hal.144).

  Wallahu a’lam. 

    Kultum Pendidikan

  هتاكربو هللا ةمحرو مكيلع ملسلا هللا يده لف لضي نمو هل لضم لف هللا دهي نم انلامعا ةئيس نمو انسفنا رورش نم هللابذوعنو هنيعتسنو هدمحن هلل دملا

  , , دعب اما دمحم انديس لا ىلعو دمحم ىلع لص مهللا هللا لوسر دمحم نا دهشاو هللا لا هلا ل نا دهشا Kepada yang terhormat para Alim Ulama, para Habaib para Asatid dan Asatidzah, kepada Bapak Ibu Hadirin Hadirot yang dimulyakan Allah …. Dan kepada para remaja putra maupun putrid yang saya cintai dan saya banggakan…… Pertama-marilah kita panjatkan rasa syukur kita kehadiran Allah …….. yang mana pada malam hari ini kita masih di beri kesempatan untuk dapat menhadiri majlis ilmu, mudah-mudahan dengan kesemangatan kita bersama. Allah akan memberikan kepada kita ilmu yang bermanfaat amin….. rizki yang barokah amin……. Cita-cita kita disukseskan oleh allah, hajat kita di kabulkan oleh Allah, dosa dan kesalahan kita di ampuni oleh Allah Amin-amin Yaa Rabbal Alamin.

  Para hadirin yang saya hormati Pada kesempatan yang mulya ini saya akan mengungkap sedikit dari ke istimewaan orang berilmu disisi Allah dan disisi manusia di sekelilingnya.

  Dan sangkin mulyanya sampai ALLAH mengungkap dalam Al-Qur’an surat Al-Zumar ننوومملنعوين لن ننيوذذلسناون ننوومملنعوين ننيوذذلسنا وذتنسوين لوهن لوقم Katakanlah apakah sama orang yang ber ilmu dan orang yang tidak berilmu? Jawabany sudah jelas gak akan pernah sama orang berilmu pasti akan memiliki derajat yang jauh lebih tinggi di antara orang yang tidak berilmu bahkan derajat para malaikat, bagaimana tidak lihat peristiwa di suruhnya para malaikat untuk bersujud pada Nabi Adam oleh ALLAH hormatnya ALLAH tidak menyruh malaikat menyembah Nabi Adam akan tetapi sejauh mana para malaikat tunduk pada perintah ALLAH dan satu alas an lagi karena Nabi adam mempunyai Ilmu. Para hadirin yang saya hormati Rosulullah pernah bersabda ضذرولناونو تذاونمنسسنلا ىفذ امن رذطذاعنلولذ رمفذغوتنسوين Semua makhluk ALLAH baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi akan memintakan ampun/ beristighfar untuk orang yang berilmu.

  Jadi begitu mulyanya orang yang berilmu maka dari itu mari kita selaku oarng tua, ari kita didik putra-putri kita supaya menjadi ahli ilmu. Dengan cara bagaimana? Dengan cara memasukan putar-putri kita di sekolah-sekolah agama dari mulai TK,Madrasah, an seterusnya kalau bias kita masukan mereka untuk menimba ilmu di pesanteren Islam, islam tidak melarang para pemuda pemudinya sekolah di sekolah umum, juga tidak melarang mereka untuk kuliah di perguruan tinggi bahkan kalu bias pemuda-pemudi islam bias membanggakan dan punya prestasi di bidang akademik, boleh jadi insinyur, boleh jadi professor, boleh jadi ilmuan tapi jadilah insinyur, professor, ilmuan yang di bekali dengan pengetahuan agama yang memadai jadi apabila dia kelak menjadi pejabat akan menjadi pejabat yang menanam perinsip- perinsip islam dalam kepribadianya dan insyaALLAH apabila apabila sudaj di bekali ilmu keagamaan jadi apapun dia gak bakalan korupsi, nepotisme dan sebagainya. Para hadirin yang saya hormati Rasanya cukup sekian yang dapat saya sampaikan kurang lebihnya saya ucapkan terima kasih mudah-mudahan sekelumit khitobah saya saya dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi saya pribadi.

  . مكيلع ملسلاو ملكلا رخا...............

CERAMAH: KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

   همتمانكرنبنون هلسنلا ةممنحورنون موكميولنعن مملسسنلاأنن

  دهشأو ،هل يداه لف للضي نمو ،هل لضم لف هللا هدهي نم ،انلامعأ تائيس نمو انسفنأ رورش نم هللاب ذوعنو ،هيلإ بوتنو ،هرفغتسنو ،هنيعتسنو ،هدمحن ،هلل دمحلا نإ هلوسرو هدبع اادمحم نأ دهشأو ،هل كيرش ل هدحو هللا لإ هلإ ل نأ... Puji dan Syukur tak henti kita panjatkan kepada Allah SWT yang tiada henti memberikan nikmat, berkah, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena nikmat dan hidayah dari Allah berupa keimanan dan keislaman-lah yang membuat kita tetap kokoh berjalan di atas jalan Allah. Dan nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah pula sehingga hari ini kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka melaksanakan salah satu aktivitas yang merupakan kewajiban kita sebagai umat Islam, yakni menuntut ilmu. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini sebagai rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur kesesatan dan mengibarkan panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga sampai kepada kita sebagai rahmat tak terperi dari allah SWT. Para hadirin yang dimuliakan Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membawakan ceramah tentang “Keutamaan menuntut Ilmu” Kita lahir di bumi ini dalam keadaan tak berilmu. Oleh karena itu, setiap orang tua berkewajiban mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anaknya. Karena manusia lahir ke dunia dalam keadaan tak berilmu, maka Allah SWT memerintahkan kepada semua manusia, terutama umat islam untuk belajar atau menuntut ilmu sebagai bekal untuk menjalani hidup. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul; “Belajarlah karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan pandai, dan pemilik ilmu itu tidak sama dengan orang yang bodoh.” Dalam pandangan islam, ilmu adalah sesuatu yang tergolong suci. Ilmu bagaikan pelita atau cahaya di malam yang gelap. Seseorang tak kan dapat berjalan dengan baik di malam yang gelap tanpa cahaya atau pelita, demikian pula halnya tak dapat seseorang membedakan yang benar dan salah, kecuali dengan ilmu. Mengenai perintah menuntut ilmu, Allah SWT memerintahkan secara tersirat dalam wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, QS Al-Alaq ayat 1 – 5:

  1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

  3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

  4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Wahyu pertama ini, sebagai tanda pengangkatan Muhammad menjadi utusan Allah, memerintahkan “Iqro’= bacalah”. Meski tak secara langsung mengatakan “belajarlah”, namun perintah Allah dalam ayat ini untuk membaca adalah perintah tersirat kepada manusia untuk belajar, karena membaca merupakan salah satu cara untuk belajar. Membaca yang dimaksudkan disini tak sekedar membaca buku atau materi pelajaran, tetapi juga bermakna sebagai perintah untuk membaca dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Tidakkah kita sadari bahwa wahyu pertama ini, yang memerintahkan untuk membaca mengandung makna yang luas tentang pentingnya belajar? Allah tidak menurunkan wahyu pertama berupa perintah untuk shalat, puasa, sedekah, zakat dan sebagainya, tetapi perintah “Iqro’ = bacalah” yang dapat kita tafsirkan sebagai perintah untuk belajar. Ini menunjukkan bahwa sebelum kita beramal, kita wajib berilmu, yang insya Allah akan mengantarkan pada kebahagiaan dunia akhirat. Islam tidak menghendaki umatnya sengsara di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu perintah menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Tegasnya, menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam, meskipun di tempat yang jauh dari negerinya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena ridha terhadap ilmu yang dituntutnya.’ (HR ibnu Abdi Al-bar) Dari ayat dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum menuntut ilmu pada dasarnya adalah wajib/fardhu. Ada yang hukumnya fardhu ‘ain seperti menuntut ilmu agama, terutama yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah seperti cara berwudhu, shalat, dan sebagainya. Ada pula yang hukumnya fardu kifayah, seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung urusan-urusan dunia, seperti ilmu kedokteran karena ilmu ini menjadi sesuatu yang penting untuk memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena ini menjadi sesuatu yang penting didalam muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris dan lainnya. Selain itu, hukum menuntut ilmu bisa berubah menjadi haram jika ilmu yang dipelajari dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain, atau menyesatkan dan membahayakan, seperti ilmu hitam, ilmu sihir, ilmu santet dan sebagainya. Allah mewajibkan manusia menuntut ilmu bukan tanpa sebab. Ada banyak sekali keutamaan menuntut ilmu yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Mujaadilah ayat 11: .......