190373996 Pendidikan Anak Dalam Pandangan Islam

Pendidikan Anak dalam Pandangan Islam

Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam semester enam dengan dosen pengempu Drs Wahyu Wibisana,
M.Pd.

Disusun Oleh :
1.

Fitria Nurniawati (1001039)

2.
3.
4.

Nina Saparika (1000225)
Sri Wahyuni (1004896)
Muhamad Fauzi (0905904)

Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
2013
KATA PENGANTAR

1

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
Makalah Pendidikan Anak dalam Pandangan Islam dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam. Penyusunan makalah ini
berdasarkan studi literatur dari berbagai buku dan artikel-artikel di internet
Makalah ini disusun dengan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs Wahyu Wibisana, M.Pd selaku dosen Seminar Pendidikan
Agama Islam yang telah banyak memberikan pengarahan dan ilmu serta arahan
beliau dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada temanteman yang telah membantu sehingga makalaah ini dapat selesai tepat waktu.
Adapun di dalam makalah ini belumlah sempurna dan masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para

pembaca untuk dapat menyempurnakan makalah ini.
Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih

Bandung, Februari 2013

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................

i

DAFTAR ISI

ii

............................................................................................


BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
A. Latar Belakang Masalah

1

........................................................

1
B. Perumusan Masalah .................................................................
C. Tujuan Penulisan

2

..................................................................... 2

D. Manfaat Penulisan ..................................................................

2


BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................

4

A. Pendidikan dalam Islam..........................................................

4

B. Pendidikan Anak Secara Islam di Keluarga............................

8

C.

Pendidikan Islam Di Sekolah..................................................

25

D.


Pendidikan islam pada anak di lingkungan masyarakat

30

.......

BAB III PENUTUP ...................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................
B. Saran .........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

3

31
31
31

A. Latar Belakang

Menurut Muchsin, Sulthon dan Wahid (2010 : 3), pendidikan adalah
suatu usaha sadar dan teratur serta sistematis yang dilakukan oleh orang-orang
yang bertanggungjawab, untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan
tabi’at sesuai dengan cita-cita pendidikan. Menuntut ilmu dalam pandangan islam,
pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah (Ulwan,
1994 : 309-311). Oleh karena itu orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik anak-ananknya sejak dini.
Pendidik yang bertanggung jawab dalam pendidikan anak terdiri dari
orang tua, guru dan masyarakat. Masing-masing diantaranya memiliki
mkewajiban untuk menanamkan nilai-nilai islam dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak
perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak dan kesalahan cara
mendidik yang dilakukan orang tua.
Buah didikan agama akan mampu merevolusi sikap atau akhlak dari yang
buruk menjadi baik, mampu memberikan perubahan dan pembiasaan, sikap,
tindak, dan tutur kata anak. Sebagian besar orang tua mengabaikan pendidikan
anak, khususnya dalam menanamkan nilai-nilai agama dan membina agama pada
diri anak. Pola asuh orang tua di dusun Kedungjati belum mengarah pada
pendidikan yang mengantarkan anak pada pengamalan moral serta agama.


Mengingat pentingnya pendidikan anak secara islam baik dalam keluarga
, sekolah maupun masyarakat, maka diperlukan adanya pemahaman yang

4

mendalam mengenai cara-cara mendidik anak yang benar .Oleh karena itu,
penulis menyusun makalah yang berjudul “ Pendidikan Anak dalam Pandangan
Islam”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1.

Apa hakikat pendidikan islam?

2.

Bagaiman pendidikan anak dalam islam di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat?


C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1.

Mengetahui apa hakikat pendidikan islam.

2.

Mengetahui bagaimana pendidikan anak dalam islam di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat?

D. Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang dipeoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.

Memberikan pengetahuan mengenai cara menanamkan pendidikan secara
islam di sekolah, keluarga dan masyarakat.


2.

Dapat dijadikan acuan untuk menerapkan pendidikan anak secara islam dalam

5

lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

6

A. Pendidikan dalam Islam
Terdapat benyak pengartian tentang pendidikan. Menurut kamus besar
Bahasa Indonesia (1989), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik).
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk

menanamkan sikap dan karakter kedewasaan terhadap peserta didik sehingga
terwujudnya tujuan pendidikan. Peserta didik yang dimaksud di sini adalah
manusia yang belum mencapai kedewasaan, sedangkan pendidik adalah manusia
dewasa yang bertanggung jawab atas peserta didik seperti ayah, ibu, guru, dan
sebagainya.
Seperti yang telah tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Th. 2003
Pasal 1 menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembagkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Bashori Muchsin, Moh. Sulthon, dan Abdul Wahid, pendidikan
merupakan bantuan yang diberikan untuk mengembangkan potensi atau
kemampuan serta penyesuaian diri, yang dilakukan secara sadar demi
terwujudnya tujuan pendidikan itu sendiri.
Pendidikan dalam islam mempunyai arti penting karena merupakan ruh

7

dari awal turunya wahyu Allah, perintah pertama dalam Islam adalah untuk

membaca. Kata membaca di sini dalam arti lebih luas, termasuk di dalamnya
adalah meneliti, mengkaji, memahami, melakukan observasi, melakukan proses
pembelajaran dan proses pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan
tonggak awal dari kewahyuan. Hal ini dapat dicermati dari firman Allah surat AlAlaq;

     
     
    
     
 
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.Al-Alaq:1-5).
Terdapat beberapa hadist mengenai perintah Nabi Muhammad saw untuk
mencari ilmu, yaitu;


“ Tuntutlah ilmu semenjak buaian hingga liang lahat.” (H.R. Ibnu Abdul
Bari)



“ Menuntut Ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”(H.R. Ibnu Adi dan Bayhaqi
dari Annas)



“Barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan dunia maka dengan ilmu dan
barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu dan
barangsiapa yang menghendaki dunia dan akhirat maka harus dengan ilmu.”

8

(H,R, Tabrani)
Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang telah dikuasai harus diberikan
dan dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci
orang yang memiliki ilmu pengetahuan, tetapi tidak mau memberi dan
mengembangkan kepada orang lain (HR. Ibn al-Jauzy). Selain itu pendidikan
Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist wajib dikembangkan dan
diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu sesuai kebutuhan manusia selama tidak
bertentangan dengan kaidah agama Islam.
Dalam Islam, pendidikan lebih dikenal dengan istilah tarbiyah, ta’lim,
riyadhah, irsyad, dan tadris. Sedangkan, pendidikan Islam adalah suatu proses
pendidikan melalui ajaran Islam untuk terbentuknya kepribadian Islam dalam diri
setiap anak didik yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dilakuakan oleh
orang dewasa muslim yang bertakwa. Menurut M. Arifin, pendidikan Islam
berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupanny asesuai cita-cita dan nila-nilai Islam yang telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadiannya.
Menurut Suyatno, pendidikan islam merupakan proses transinternalisasi
pengetahuan dan nilai islam kepda peserta didik melalui upaya pengajaran,
pembiasaan,

bimbingan,

pengasuhan,

pengawasan,

dan

pengembangan

potensinya, guna mencapai keselrasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan
akhirat.
Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk dan mewujudkan
peserta didik yang berkualitas, beribadah dengan ikhlas karena Allah, dan

9

menjadikan Alah satu-satunya tempat menyembah dan bergantung. Menurut M.
Arifin, tujuan dari pendidikan Islam adalah mencipakan manusia yang berpredikat
muslim, benar-benar akan menjadi penganut aama yang baik, mentaati ajaran
islam, dan menjaga agar Rahmat Allah tetap berada dalam dirinya, serta mampu
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajarannya sesuai iman dan akidah
Islamiayah. Dengan kata lain, tujuan akhir dari sebuah pendidikan islam adalah
manusia dewasa yang mukmin atau muslim, muhsin, dan muhlisin mutakin.
Adapun sumber dari pendidikan Islam adalah Al-Qur’an, As-Sunnah, kata-kata
sahabat (Madzhab Shahabi), kemaslahatan umat/sosial (Mashalil al-Mursalah),
tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘Uruf), dan hasil pemikiran para ahli
dalam Islam (Ijtihad).
Barikut adalah kerakteristik dari pend dikan Islam:


Pendidikan Islam berusaha mempelajari segala hal untuk lebih mengenal Rob
(Allah)



Pendidikan Islam bukan sekedar pemenuhan otak saja, tetapi lebih mengarah
kepada penanaman aqidah.



Pendidikan Islam tidak hanya diperuntukan kepada orang-orang tertentu,
tetapi untuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia.



pendidikan Islam berlaku sampai kapan pun, tak peduli di zaman teknologi
secanggih apa pun, Islam tetap berfungsi sebagai pedoman hidup manusia



Pendidikan Islam mengatur ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia, dari masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan
dan kebangsaan. Mulai dari adab dalam melakukan kegiatan sehari-hari
hingga urusan politik nasional dan internasional.

10



Pendidikan Islam tidak hanya berbicara mengenai masalah ideologi saja,
tetapi juga mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia di sektor ekonomi,
sosial, politik, ilmu pengetahuan dan sektor lainnya.



Pendidikan Islam tidak hanya mengatur ajaran tentang hubungan vertikal
dengan Allah (hablun minallah) saja, melainkan juga mengatur hubungan
kemasyarakatan antar sesama manusia (hablun minannas).



Pendidikan Islam berjalan dalam bingkai yang jelas dan realistis terhadap
kenyataan dalam masyarakat.



Pendidikan Islam berjalan seiring dengan perkembangan yang ada dalam
masyarakat dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman sebagai landasan
berpijaknya.



Pendidika Islam menekankan aspek keseimbangan dalam segala hal.



Islam selalu sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.
Karakteristik-karakteristik Pendidikan Islam tersebut menggambarkan

keunggulan Pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Pendidikan
dalam Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang
mengatur

seluruh

aspek

kehidupan.

Pendidikan

Islam

juga

mengikuti

perkembangan yang ada ditengah masyarakat, termasuk perkembangan sains dan
tekhnologi.

B. Pendidikan anak secara Islam di Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan yang sangat dekat dengan anak, lingkungan
keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang akan di rasakan oleh anak dan
lingkungan pertama ini anak akan mendapatkan suatu pengalaman dan pendidikan

11

maka dalam pendidikan islam Pendidikan dalam lingkungan keluarga adalah
pendidikan pertama dan terutama bagi anak. Pendidikan di keluarga bertujuan
membentuk fondasi kepribadian Islam pada anak, yang akan dikembangkan
setelah anak masuk sekolah.
Orang tua dan guru adalah figur yang menjadi teladan bagi anak dalam
lingkungan keluarga dan sekolah. Keduanya berperan penting dalam pendidikan
anak secara Islam. Ketika anak masih kecil, dirinya berada dalam ayoman dan
tuntunan orang tua maupun guru. Pada usia sekolah dan pendidikan itu sebaiknya
orang tua dan pendidik memilik metoda untuk memperbaiki, meluruskan, dan
mendidik akhlaknya. Islam memiliki metoda dan cara dalam mendidik anak.
Dalam memperbaiki akhlak anak, cara yang dilakukan adalah dengan
nasihat yang lemah lembut. Jika tidak cukup dengan nasihat maka beralih ke cara
lain dengan meninggaalkan dan memboikotnya, tetapi jika sudah cukup dengan
cara itu maka tidak diperkenankan untuk beralih pada cara yang lainnya yaitu
pemukulan (Ulwan, 1994 :52). Tanggung jawab seorang pendidik dalam
pengajaran, bimbingan dan pendidikan dituntut sejak anak dilahirkan hingga
mencapai remaja bahkan dewasa.
Ayat-ayat Al-qur’an dan hadis-hadis Rasulullah SAW menganjurkan
kepada

para

pendidik

untuk

melaksanakan

tanggung

jawab

dan

memperingkatkannya ketika lalai. Diantara ayat-ayat tersebut adalah sebagai
berikut.

   

12

   
  
    
    
 
“ Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan kelauargamu dari api
neraka” (QS. At-Tahrim : 6)

  
    
    
  
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendiikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya ” (QS. Thaha : 132)
Sedangkan dalam hadis dijelaskan bahwa:
“Seseorang yang mendidik anaknya itu lebih baik daripada bersedakah satu sha

13

“ (HR. At-Tirmidzi)
“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan didiklah
mereka” ( HR. Abdur Razzaq dan Sa’id bin Mansur)
Bertolak pada petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan hadis-hadis di atas,
seorang pendidik menaruh perhatian yang besar terhadap persoalan pendidikan
dari generasi ke generasi. Jika para pendidik baik ibu bapak maupun guru
bertanggung jawab atas pendidikan anak maka mereka harus mengetahui batasbatas tanggung jawab tersebut dan tahapan-tahapan yang berkaitan dengannya.
Berikut ini adalah tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang pendidik dalam
mendidik anak secara islam.
1. Tanggung jawab pendidikan iman
Menurut Ulwan (1994 : 164) pendidikan iman adalah mengajarkan anak
tentang dasar-dasar keimanan sejak ia mengerti, membiasakannya rukun islam
sejak ia memahami dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat sejak usia
tamyiz. Kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman di
atas sehingga anak terikat dengan islam. Sehingga setelah mendapat petunjuk dan
pendidikan ini, anak hanya akan mengenal islam sebagai agamanya.
Berikut ini adalah wasiat Rasulullah SAW (Ulwan, 1994 : 166)
a. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak sejak dini
Jika ia telah mengenal perintah Allah pada usia dini maka ia tidak akan
mengenal hukum-hukum yang bertentangan dengan perintah dan larangan
dalam Islam.
b. Menyuruh anak untuk beribadah ketika telah memasuki usia tujuh tahun
Mengajarkan anak untuk beribadah sejak dini dilakukan agar anak dapat

14

mempelajari hukum-hukum ibadah sejak masa pertumbuhannya (Ulwan,
1994 : 167). Ajarkan anak dari hal-hal yang sederhana, kenalkan kepada
mereka jumlah rakaat dan waktu pelaksanaan shalat fardhu. Kemudian
berlanjut pada bacaan dalam shalat (Awwad, 1995 : 43-44)
c. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarganya dan membaca Al-Qur’an
Berbicara tentang mencintai Nabi, perkenalkan pula kepada anak tentang
peperangan Rasulullah SAW dan perjalanan hidup para sahabatnya. Hal ini
perlu dilakukan agar anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang
terdahulu baik mengenai gerakan, kepahlawanan maupun jihad mereka
Adapun batasan tanggung jawab dan kewajiban pendidik adalah sebagai
berikut (Ulwan 1994 : 174).
Pertama, membina anak untuk beriman kepada Allah dilakukan sejak ia
dapat mengenal dan membedakan sesuatu. Dalam pembinaan ini, sebaiknya
para pendidik melakukan sosialisasi secara berjenjang. Yaitu dari hal-hal yang
konkrit hingga yang abstrak, dari yang khusus ke yang umum dan dari yang
sederhana menuju pada hal yang lebih komlpeks.
Kedua, menanamkan kedalam jiwa anak kepribadian yang khusyuk takwa
dan ubudiyah kepada Allah SWT. Hal tersebut dilakukan dengan cara
menunjukkannya kekuasaan Allah SWT yang oenuh dengan mukjizat. Selain
itu, latih dan biasakan anak sejak usia dini untuk khusyuk didalam shalat serta
‘bersedih’ dan ‘menangis’ saat mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an
sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw:
“Bacalah Al-Qur’an dan menangislah. Sekiranya engkau tidak dapat
menangis, bersikaplah seperti orang menangis.” (HR. Thabrani)

15

Kesimpulannya, pendidikan iman ini adalah pendidikan bagi anakanak baik secara moral maupun psikis. Ada hubungan yang erat antara iman
dengan moral dan akidah dengan perbuatan.
2. Tanggung jawab pendidikan moral
Menurut Alwan (1994 : 193) pendidikan moral adalah serangkaian
prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta watak yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan oleh anak. Moral, sikap dan tabiat adalah salah satu buah
iman yang kuat. Dalam hal moral ini, tanggung jawab pendidik meliputi
sebagai berikut.
a. Memperbaiki masalah kejiwaan anak, meluruskan penyimpangannya
mengangkat mereka dariseluruh kehinaan dan menganjurkan pergaulan
yang baik dengan orang lain.
b. Mendidik anak-anak sejak kecil untuk berlaku benar, dapat dipercaya,
istiqomah, mementingkan orang lain, menolong orang yang membutuhkan
bantuan, menghormati orang tua, menghormati tamu, berbuat baik pada
tetangga, dan mencintai orang lain.
c. Membersihkan lidah anak-anak dari kata-kata kotor dan dari segala
perkataan yang dapat menyebabkan merosotnya nilai moral dan
pendidikan.
d. Membiasakan anak-anak denganperikemanusiaan yang mulia seperti
berbuat baik kepada anak-anak yatim, kaum fakir, dan mengasihani para
janda dan kaum miskin.
Dalam kenyataannya, masih ada fenomena-fenomena merosotnya moral
anak seperti

berbohong, mencuri, mencela dan mecemooh serta bentuk

16

penyimpangan lainnya. Adapun faktor penyebab terjadinya fenomena ini adalah
sebagai berikut (Ulwan, 1994 : 207).
Pertama, karena teladan yang buruk. Hal ini disebabkan karena anak terbiasa
mendengarkan kalimat-kalimat yang buruk, celaan dan kata-kata yang mungkar
daro orang-orang disekelilingnya bahkan bias termasuk orang tua mereka sendiri.
Mak dari itulah peran orang tua dalam meberikan tauladan yang baik sangat
diperlukan.
Kedua, karena pergaulan yang rusak. Apabila anak dibiarkan bermain dengan
orang-orang yang kurang baik dalam perbuatan maupun perkataannya maka
sangatlah mungkin anak tersebut akan terpengaruh.
3. Tanggung jawab pendidikan fisik
Seorang ayah memiliki kewajiban untuk member nafkah kepada anakanaknya. Diantara nafkah tersebut adalah menyediakan makanan, tempat tinggal
dan pakaian yang baik, sehingga fisik keluarganya dapat terhindar dari berbagai
penyakit. Adapun pendidikan fisik yang perlu diberikan oleh pendidik adalah
sebagai berikut.
a. Mengikuti aturan-aturan yang sehat dalam makan, minum dan tidur
Dalam hal makan, Rasulullah memberikan petunjuk yaitu menghindari
makanan yang mengandung racun dan melarang makan secara berlebihan
sampai melampaui kebutuhan. Berikut ini adalah beberapa etika ketika makan
(Awwad, 1995 : 49-50), yaitu:


Biasakan agar anak mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan
tangan kanan ketika makan.

17



Biasakan anak untuk makan berjamaah karena dengan cara itu anak-anak



akan terlatih untuk mengutamakan dan mencintai orang lain.
Sebagai rasa hormat kepada orang tua, biasakan agar anak tidak




mendahului orang tua.
Biasakan agar anak-anak tidal mencela makanan yang tidak disukainya
Jika makanan jatuh, biasakan anak untuk membersihkan kemudian
memakannya setelah yakin bahwa tidak ada lagi kotoran dalam makanan
itu.
Selain diajarkan etika makan, pendidik juga bertanggungjawab untuk

mengajarkan etika minum. Petunjuk Rasulullah SAW dalam minum adalah
minum dua atau tiga kali teguk, tidak bernafas dalam bejana dan tidak minum
sambil berdiri (ULwan, 1994 : 247). Selain itu, ketika makan anak-anak tidak
terlalu banyak minum karena itu menyebabkan cepat kenyang. Ingatkan pula
kepada anak untuk tidak meminum air es ketika musim panas karena hal itu
dapat menyebabkan sakit perut (Awwad, 1995 : 51).
Dalam hal tidur, Rasulullah SAW menganjurkan supaya posisi badan
ketika tidur miring ke sebelah kanan sebab posisi tidur yang miring ke
sebelah kiri dapat membahayakan jantung dan pernapasan (Ulwan, 1994 :
248). Selain itu ada pula beberapa etika yang perlu diajarkan orang tua
(Awwad 1995 : 54) yaitu.


Ingatkan anak-anak untuk tidur sesuai dengan jadwal tidurnya agar dapat




segera bangun
Ajari anak untuk tidak tidur menelungkup
Upayakan anak agar tidur dengan memakai selimut

18



Biasakan agar sebelum tidur, anak-anak membaca surat Al-Fatihah, Al-



Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas agar mereka senantiasa dijaga oleh Allah.
Sejak usia 10 tahun, anak laki-laki harus tidur terpisah dengan anak

perempuan. Mereka pun harus belajar tidur terpisah dari orang tuanya.
b. Membiasakan anak untuk berolahraga dan bermain ketangkasan
Sebagai realisasi dari firman Allah SWT, yaitu:

     
    
    
    
       
     
“Dan siapkanlah untuk menhadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi” (QS. Al-Anfal : 60)
Untuk melaksanakan perintah Allah itu maka islam menyerukan untuk
mempelajari renang, memanah dan menunggang kuda (Ulwan, 1994 : 253)
c. Membiasakan anak untuk Zuhud dan tidak larut dalam kenikmatan.
d. Merealisasikan prinsip-pinsip “tidak boleh menyakiti diri sendiri dan orang
lain”
Berdasarkan kaidah islam, orang tua wajib untuk membimbing anak-anak
agar mengetahui aturan kesehatan dan cara pencegahan penyakit demi
terpeliharanya kesehatan dan pertumbuhan kekuatan jasmaninya.
4. Tanggungjawab pendidikan rasio (akal)
Pendidikan rasio (akal) adalah membentuk pola pikir anak dengan segala
sesuatu yang bermanfaat seperti ilmu-ilmu agama, kebudayaan dan peradaban.

19

Keimanan, moral, fisik dan akal saling berkaitan erat dalam proses pembentukan
kepribadian anak secara integral dan sempurna agar menjadi manusia yang
konsisten dan siap melaksanakan kewajiban, risalah dan tanggungjawab.
Tanggungjawab pendidik dalam pendidikan akal adalah sebagai berikut.
a. Kewajiban mengajar
Kewajiban mengajar adalah salah satu tanggung jawab yang penting
dalam islam. Bahkan ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW
adalah:

     
     
    
     
 
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Paling Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan Kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5)
Bertolak pada pengarahan Al-Quran, kaum muslimin pada periode
Rasulullah SAW dan masa-masa sesudahnya penuh dedikasi dalam mengkaji
ilmu pengetahuan. Islam adalah agama yang menetapkan wajib belajar sejak
masa kanak-kanak dengan tidak membeda-bedakan ilmu-ilmu syarak dengan
ilmu-ilmu alam. Menuntut ilmu dalam pandangan islam merupakan suatu
kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah (Ulwan, 1994 : 309-311). Islam
juga adalah agama yang membagi kewajiban mengajar menjadi fardu ain dan

20

fardu kifayah. Dalam islam, baik wanita maupun laki-laki memiliki
kedudukan yang sama dalam mempelajari ilmu-ilmu fardu ain.
Orang tua sebagai pendidik memiliki tanggung jawab untuk
menumbuhkan kesadaran berpikir. Yang dimaksud dengan menumbuhkan
kesadaran berpikir adalah mengikat anak dengan :






Islam, baik sebagai agama maupun Negara
Al-Quran baik sebagai sistem maupun perundang-undangan
Sejarah islam, baik sebagai kejayaan maupun kemuliaan
Kebudayaan islam secara umum, baik sebagai jiwa maupun pikiran
Dan dakwah islam sebagai motivasi bagi gerak laku anak
Pendidikan agama pada anak di lingkungan keluarga sudah di anjurkan

untuk di laksanakan sesuai dengan UU. No 20 tahun 2003 yang menjelaskan nilai
nilai pendidikan agama yang salah satunya adalah menekankan pentingnya
pendidikan keluarga yang merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan
kehidupan bangsa melalui pendidikan seumur hidup.
Pendidikan islam pada lingkungan keluarga di indonesia diberikan
melalui ajakan ajakan , pengalaman dan aturan aturan yang di berikan oleh orang
tua kepada anaknya, contohnya orang tua atau keluarga mengajak anaknya untuk
melakukan ibadah sholat bersama , menceritakan pengalamannya seputar
melaksanakan ibadah sholat dan perbutan perbuatan baik sehingga anak terdoktrin
untuk bisa seperti orang tuanya, dan memberikan aturan aturan kepada anak yang
membantu anak untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
seperti contohnya mengatur anak perempuannya agar tidak pulang larut malam ,
mengatur anaknya untuk belajar agama dan memberikan hukuman kepada
anaknya untuk mengontrol anaknya jika sudah menyimpang dari kaidah atau

21

aturan aturan agama.

C. Pendidikan Islam Di Sekolah
Pendidikan Islam Di Sekolah
Sejak awal kemerdekaan republik indonesia, pendidikan agama telah
dilaksanakan di sekolah sekolah . pelaksanaan pendidikan agama itu adalah
implementasi dari landasan filosofis bangsa yang tertera dalam sila pertama
pancasila, yakni ketuhanan yang maha esa. Landasan konstitusional undangundang dasar 1945 pasal 29, yang menjelaskan tentang kedudukan agama di
indonesia , dan landasan sosial religius masyarakat indonesia sebagai
masyarakat yang beragama.
Tujuan terpenting dari pendidikan agama di lingkungan sekolah adalah
agar terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
YME berakhlak mulia serta mengamalkan ajaran agamanya dengan sebaik
baiknya dan juga dapat menghargai dan menghormati penganut agama lain
sesuai dengan keberadaan indonesia yang pluralis yang trediri dari berbagai
etnis , ras , bahasa , budaya , daerah dan agama di tuntut tetap untuk senantiasa
dapat menjaga kesatuan bangsa.
Pendidikan agama di sekolah telah dilaksanakan sejak tahun 1947,
sampai sekarang telah terjadi dinamika seputar pendidikan agama. Setidaknya
telah terjadi tiga fase perkembangan pendidikan agama di sekolah
Fase pertama (pada tahun 1946 – 1965) pada fase ini pendidikan agama
kelihatannya masih bersifat fluktuatif dengan indikasinya bahwa ada statemen
dalam undang undang tentang dasar dasar pendidikan dan pengajaran di

22

sekolah ( UU No. 4 tahun 1950) bahwa orang tua menetapkan apakah anaknya
ikut atau tidak dalam pendidikan agama begitu juga orang dewasa berhak
menentukan apakah di amengikuti pendidikan agama atu tidak , selain itu
dicantumkan juga bahwa pendidikan agama tidak mempengaruhi kenaikan
kelas . hal ini tertera pada Bab XXII pasal 20 UU No. 4 tahun 1950 yang
berbunyi “Menetapkan Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran di sekolahsekolah mulai dari Sekolah Rakyat sampai dengan Universitas-Universitas
Negeri, dengan pengertian bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta,
apabila wali murid/murid dewasa menyatakan keberatan.”
Fase kedua ( 1966 – 1989 ), pada fase ini adalah orde baru .PKI ( partai
komunis indonesia ) di bubarkan dan sekaligus juga melarang ideologi
komunis di indonesia. Untuk menghilangkan ideologi komunis di indonesia
salah satu alat yang ampuh adalah dengan meningkatkan peranan pendidikan
agama. Maka sejak di gelarnya sidang MPRS pada tahun 1966 , di tetapkan
bahwa pendidikan nasional bertujuan antara lain mempertinggi mental , moralbudi pekerti dan memperkuat keyakinan agama. Dengan demikian , posisi
pendidikan agama bertambah kuat dibanding dengan posisi fase pertama,
tertuang juga keputusan sidang MPRS nomor XXII/MPRS/1966 Bab I pasal 1
yang berbunyi: “Menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran di
sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Rakyat sampai Universitas-Universitas
Negeri.”
Fase ketiga ( 1990 sampai dengan sekarang ) setelah diberlakukannya
undang undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional .pada fase

23

ini status pendidikan agama semakin kuat , pendidikan agama masuk dalam
sistem pendidikan nasional lewat undang undang tentang sistem pendidikan
nasional lewat undang undang tentang sistem pendidikan UU No. 2 tahun
1989 yang berbunyi “Diusahakan supaya terus bertambah sarana-saran yang
diperlukan bagi pengembangan pendidikan keagamaan dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa termasuk pandidikan agama yang dimasukkan
ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar samppai
dengan Universtas-Universitas Negeri.”
Dari sejarah itu maka pendidikan agama disekolah di indonesia
merupakan mata pelajaran yang wajib untuk di ikuti di oleh semua anak.
Dengan melihat sejarah dan alasan munculnya pendidikan agama di indonesia
maka kita bisa mendapatkan bebrapa tujuan adanya pendidikan agama di
sekolah bagi anak yaitu :
1.
2.
3.
4.

Membentuk moral dan akhlak anak indonesia sejak kecil
Membentuk kecintaan tanah air yang berlandaskan agama
Menerima kebhineka tunggal ikaan di indonesia
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa
5. Mengembangkan potensi didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia , dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam (PAI) adalah usaha sadar
untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau

24

latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional
Masyarakat yang beragam membutuhkan ikatan keadaban yang dapat
dibangun dari nilai-nilai universal ajaran agama. Oleh karena itu guru harus bisa
mampu membelajarkann pendidikan agama yang difungsikan sebagai panduan
moral, mengangkat dimensi-dimensi konseptual ajaran agama seperti kejujuran,
keadilan, kebersamaan, kesadaran akan hak dan kewajiban, musyawarah dan
sebagainya untuk diaktualisasikan dalam kehidupan sesungguhnya.
Dalam islam juga memuat pandangan universal yaitu bahwa manusia
diciptakan oleh Allah sebagai makhluk tertinggi/termulia (Q.S At-Tin:4 dan AlIsra’: 70). Di sisi lain manusia juga diiciptakan sebagai makhluk dhoif (Q.S AnNisa’:28) sehingga setiap manusia mempunyai potensi salah.
Tujuan pendidikan agama islam di sekolah menurut Standar Isi Badan
Standar Pendidikan Nasional adalah: menumbuhkebangkan akidah melalui
pemberian,

pemupukan,

dan

pengembangan

pengetahuan,

penghayatan,

pengamalan, pembiasaan, serta pengalamanpeserta didik tentang agama
islamsehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT; mewujudkan manusia yang taat beragama dan
berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdidiplin, bertoleransi (tasamuh), menjag

a

keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama
dalam komunitas sekolah.

25

Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup pendidikan agama
Islam meliputi lima aspek pokok, yaitu Al Quran dan AL Hadist, Aqidah, Akhlak,
Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan Islam. Al Quran dan Al Hadist merupakan sumber
utama ajaran islam artinya merupakan sumber aqidah, akhlak, Fiqih dan tarikh,
aqidah merupakan akar atau pokok agama. Fiqih dan akhlak merupakan
manifestasi dari dari aqidah. Akhlak merupakan aspek sikap hidup manusia
artinya bagaimana sistem norma mengatur hubungan manusia dengan Allah dan
antar sesama manusia.
Pembelajaran berhubungan dengan bagaimana membuat siswa dapat
belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya untuk belajar sendiri untuk
mempelajari apa yang teraktualisasi dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta
didik.
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang mempengaruhi
pembelajaran pendidikan Agama Islam
1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Kondisi

pembelajaran

PAI

adalah

semua

faktor

yang

mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI. Kondisi ini
berinteraksi dengan pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode
pembelajaran PAI. Kondisi pembelajaran PAI dapat diklasifikasikan
menjadi tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi PAI, karakteristik
peserta didik, dan kendala pembelajaran. Secara umum tujuan
pembelajaran PAI adalah mengantarkan peserta didik mampu memilih al
quran sebagai pedoman hidupnya. Menurut karakakteristiknya, PAI

26

menuntut adanya fakta, hukum, prinsip dan keimanan yang menyajikan
kebenaran Al Quran sebagai pedoman hidup manusia. Peserta didik pasti
memiliki perbedaan perkembangan kognitif, sosial, budaya, dan
sebagainya. Dilihat dari segi kendala ada lembaga yang memiliki tenaga
pendidik dan kependidikan yang memenuhi standar profesional dan ada
juga lembaga yang tidak memilikinya. Dilihat dari ketersediaan sarana
prasarana ada lembaga yang lengkap memilikinya dan ada juga yang
tidak lengkap memilikinya.
2. Metode Pembelajaran agama Islam
Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi: (1) strategi
pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, (3) strategi pengelolaan
pembelajaran.

Strategi pengorganisasian meliputi pengorganisasian

bidang studi PAI yang mengacu pada kegiatan pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan

diagram,

skema,

format

dan

sebagainya.

Strategi

penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-metode penyampaian
pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat
merespon dan menerima pelajaran PAI dengan mudah, cepat dan
menyenangkan. Komponen komponen yang mempengaruhi strategi
penyampaian ini yaitu media pembelajaran dan interaksinya dengan
peserta didik serta pola atau bentuk belajar mengajar.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata
interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen pembelajaran
lain. Empat hal yang harus diperhatikan dalam strategi pengelolaan

27

pendidikan yaitu: (1) penjadwalan kegiatan pembelajaran yang
menunjukan tahap-tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik
dalam pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar psereta
didik melalui peneilaian berkala dan komprehensif dan berkala, (3)
pengelolaan motivasi motivasi peserta didik.
Menurut Mujib dan Mudzakkir (2008) menyatakan bahwa bentuk
metode pendidikan islamyang relavan dan efektif dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah:
(1) Metode Diakronis
Metode

Diakronis

adalah

metode

mengajar

islam

yang

menonjolkan aspek sejarah, memberi pemahaman terhadap suatu metode
pemahaman terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian dengan
melihatnya sebagai suatu kenyataan yang memliki kesatuan yang mutlak
dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan, dan lingkungan tempat
kepercayaan, sejarah, dan kejadian itu muncul.
Metode ini menyebabkan peserta didik ingin megetahui, memahami,
menguraikan, dan meneruskan ajaran-ajaran islam dari sumber-sumber
dasarnya, yakni Al Quran dan Al Hadist serta latar belakang sejarahnya.
(2) Metode Sinkronis-Analitis
Metode Sinkronis-Analitis adalah metode yang memberikan
kemampuan analisis, teoretis yang teknnik pengajarannya meliputi
diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok, resensi buku, lomba karya
ilmiah dan sebagainya.
(3) Metode Problem Solving

28

Metode ini merupakan pelatihan peserta didik yang dihadapkan
pada berbagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya.
Metode ini dapat dikembangkan melalui teknik simulasi, micro-teaching,
critical incident.
(4) Metode Empiris
Metode

empiris

adalah

suatu

metode

mengajar

yang

memungkinkan peserta didik mempelajari ajaran Islam melalui proses
realisasi, aktualisasi, serta internalisasi norma-norma dan kaidah islam
melalui proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial.
(5) Metode Induktif
Metode induktif adalah metode yang dilakukan oleh pendidik
dengan cara mengajarkan materi yang khusus menuju kepada kesimpulan
yang umum.
(6) Metode Deduktif
Metode deduktif adalah metode yang dilakukan oleh pendidik
dalam pengajaran ajaran Islam melalui cara menampilkan kaidah yang
umum kemudian menjabarkannya dengan berbagagai contoh masalah
sehingga menjadi terurai
3. Hasil Pembelajaran pendidikan Agama Islam
Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi keefektifan,
efisiensi dan daya tarik. Keefektifan dapat diukur dengan kriteria:
kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari,
kecepatan untuk kerja sebagai bentuk hasil belajar, kesesuaian dengan
prosedur kegiatan belajar mengajar yang ditempuh, kuantitas dan kualitas

29

hasil kerja, tingkat alih belajar dan tingkat retensi belajar. Efesiensi
belajar dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan jumlah
waktu yang digunakan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Pembelajaran PAI di sekolah juga bertujuan untuk menciptakan suasana
religius di sekolah sehingga sekolah akan mencetak generasi-generasi baru yang
islami. Menurut Muhaimin (2008) religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai
sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi saat seseorang
beribadah, tetapi saat melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
supranatural.
Menurut islam, religiusitas adalah melaksanakan ajaran agama islam
secara menyeluruh (Q.S Al Baqarah: 208). Karena itu setiap muslim, baik dalam
berpikir, bersikap, dan bertindak, diperintahkan untuk berislam. Dalam melakukan
aktivitas ekonom, sosial, politik, atau aktivitas apapun seorang muslim
diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah.
Untuk menciptakan suasana religius di sekolah diperlukan model khusus
untuk merealisasikannya. Model penciptaan suasana religius sangat dipengaruhi
oleh situasi dan kondisi, tempat model itu akan diterapkan beserta penerapan
nilai-nilai yang menyertainya. Terdapat beberapa model untuk menerapkan
suasana religiusitas di sekolah antara lain:
1. Model Struktural
Penciptaan suasana religiusitas dengan mode struktural dilakukan dengan
penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya peraturanperaturan, pembangunan kesan, baik dari dunia luar atas kepemimpinan
atau kebijakan lembaga pendidikan. Model ini menerapkan kegiatan

30

keagamaan yang dibuat atas prakarsa dari instruksi dari pimpinan
2. Model Formal
Penciptaan suasana religius model formal yaitu menciptakan suasana
religius yang didasari atas pemahaman bahwa pendidikan agama adalah
upaya manusia untuk mengajarkan masalah-masalah kehidupan akhirat
atau ruhani saja, sehingga pendidikan agama dihadapkan dengan
pendidikan non-keagamaan, pendidikan ke-Islam-an dan non-ke-Islaman, demikian seterusnya. Model ini berimplikasi terhadap pengembangan
pendidikan agama yang lebih berorientasi pada akhirat, sehingga masalah
keduniaan dianggap tidak penting dan adanya pemisahan antara sains dan
agama.
3. Model Mekanik
Hal yang mendasari model mekanik dalam penciptaan suasana religius di
sekolah adalah pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek
dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan
seperangkat nilai kehidupan yang masing-masing bergerak dan berjalan
sesuai fungsinya. Model ini berimplikasi terhadap pengembangan
pendidikan agama yang lebih menonjolkan fungsi moral dan spiritual
atau dimensi afektif dibanding kognitif dan psikomotor.
4. Model Organik
Penciptaan suasana religius dengan model organik yaitu menciptakan suasana
religius yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa pendidikan agama
adalah suatu kesatuan atau suatu sistem yang berusaha mengembangkan
pandangan hidup agamis yang diaplikasikan dalam sikap hidup dan keterampilan

31

hidup yang religius.Implikasi model ini adalah adanya pengembangan pendidikan
agama yang dibangun dari fundamental doctrins dan fundamental values yang
tertuang dalam Al Quran dan As Sunah.

Menurut Kosim (2010) upaya optimalisasi penerapan pendidikan agama
Islam dapat dilakukan dengan: pertama, menerapkan pengintegrasian Pendidikan
Agama Islam (PAI) ke dalam mata pelajaran umum. Program ini sebenarnya telah
dilakukan sejak pada tahun 1994 dengan program PWKG lalu dikembangkan
menjadi program peningkatan Imtaq atau dikenal juga dengan integrasi IMTAQ
dan IPTEK. Namun sejak awal tahun 2000, program ini tidak lagi diterapkan dan
mendapat perhatian dari pemerintah. Padahal upaya mengintegrasikan PAI ke
dalam mata pelajaran umum akan menghilangkan dikotomi antara ilmu dan
agama. Peserta didik juga akan mampu memahami dan merasakan bahwa semua
ilmu berasal dari Allah sehingga kelak ia menjadi ‘alim (orang yang berilmu) dan
dekat dengan al-‘Alim (Yang Maha Mengetahui). Jadi pemerintah daerah
diharapkan membentuk tim untuk mendesain kurikulum setiap mata pelajaran
umum dengan corak terintegrasi PAI. Adapun kesulitan guru-guru umum dalam
mengintegrasikan PAI tersebut dapat diatasi dengan menyusun panduan yang
lebih jelas serta mengadakan pelatihan-pelatihan secara berkelanjutan dan
terorganisir.
Kedua, menerapkan pendidikan al-Qur’an di sekolah. Misalnya melalui
Peraturan Daerah, Pendidikan Agama Islam dijadikan mata pelajaran muatan lokal
yang dapat diterapkan di SD, SMP, SMA dan SMK.

32

Ketiga, melanjutkan dan meningkatkan kualitas program keagamaan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Berbagai kegiatan keagamaan yang
telah diprogramkan pemerintah mesti dilanjutkan dan dipastikan berjalan dengan
baik. Misalnya ada program wirid remaja, subuh mubarakah, berpakaian muslim
di sekolah, pesantren Ramadhan dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut mesti
dievaluasi dan ditindaklanjuti. Tidak saja guru, akan tetapi perangkat kelurahan
hingga RT dan RW juga diharapkan bertanggungjawab pelaksanaan kegiatan
keagamaan di masyarakat, seperti wirid remaja dan subuh mubarakah tersebut.
Demikian pula memakai pakain menutup aurat, termasuk jilbab tidak hanya
tanggungjawab sekolah, akan tetapi lembaga kursus seharusnya mendukung
kebijakan tersebut dengan membuat aturan setiap siswi muslim juga wajib
mengenakan jilbab dan menutup aurat dalam mengikuti kursusu tersebut. Tanpa
dukungan masyarakat, maka kebijakan keagamaan yang ditetapkan pemerintah
hanya sekedar formalitas belaka.
Keempat, menerapkan model sekolah berwawasan imtaq. Sejak tahun
2007, Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK)
Departemen Agama telah menyusun konsep Sekolah Berwawasan Imtak.
Rencananya piloting sekolah tersebut akan diterapkan pada Tahun 2010.
Sebenarnya model ini sudah dilakukan di beberapa sekolah umum swasta,
semacam sekolah Islam terpadu. Terlepas dari ada tidaknya piloting tersebut,
pemerintah daerah sejatinya melakukan inovasi dengan membina sekolah–
setidaknya satu sekolah negeri–di setiap kota/kabupaten sebagai model sekolah
berwawasan imtaq tersebut. Akan lebih baik lagi jika sekolah tersebut

33

diasramakan (boarding) sehingga pembinaan agama lebih efektif dilakukan.
Model sekolah ini diharapkan dapat dicontoh oleh sekolah lain sehingga akan
tercipta kompetisi masing-masing sekolah dalam mendidik generasi yang
berkualitas iman, ilmu, dan amal.
Kelima, melengkapi sarana pembinaan agama Islam di sekolah. Untuk
mendukung kegiatan pendidikan Islam di sekolah, mesti disediakan sarana yang
memadai. Sarana yang terpenting adalah mushalla dan tempat berwudhu’. Banyak
sekolah yang tidak memiliki mushalla. Atau memiliki mushalla tetapi tidak bisa
menampung seluruh siswa, demikian pula tempat berwudhu’. Mushalla sekolah
mesti dijadikan pusat kegiatan Islam di sekolah. Selain itu, sekolah juga perlu
memiliki labor agama. Sarana labor agama dimaksud menyiapkan perlengkapan
yang menunjang materi pembelajaran, seperti perlengkapan shalat, peralatan
shalat jenazah, peralatan ibadah haji, peralatan thaharah, contoh jenis-jenis
binatang halal dan haram, dan sebagainya. Labor tersebut juga dilengkapi dengan
multimedia, seperti computer, infocus, dan sound system sehingga CD
pembelajaran PAI dan terkait dengannya juga dapat disaksikan.
Kelima upaya di atas diharapkan memberikan masukan untuk menghasilkan
ide-ide kreatif dalam pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah.
D. Pendidikan islam pada anak di lingkungan masyarakat
Hampir sama dengan pendidikan dalam keluarga, pendidikan di tengah
masyarakat juga merupakan pendidikan sepanjang hayat lewat pengalamam hidup
sehari-hari. Masyarakat Islam memiliki karakteristik tersendiri dalam membentuk

34

perasaan taqwa di dalam diri individu. Masyarakat sangat berpengaruh dalam
mengubah perilaku individu. Masyarakat Islam juga memiliki kepekaan yang
tinggi sehingga mampu mencium penyelewengan individu dari jalan Islam dan
segera meluruskannya. Dalam pengawasannya individu tidak akan berani
melakukan kemaksiyatan secara terang-terangan.
Jadi di lingkungan masyarakat islam anak akan mendapatkan pendidikan
secara langsung dari masyarakat sendiri, secara individu apakah dari nilai baik
buruknya akan segera langsung terawasi oleh masyarakat
Di indonesia sendiri yang mayoritas penduduknya menganut agama
islam, lingkungan muslim

yang kental di suatu daerah sangat membantu

mendidik anak untuk belajar agama, kondisi yang mendukung akan sangat
berpengaruh pada pendidikan anak.contohnya dimana suatu daerah yang masih
menjalankan acara acara keagamaan secara rutin maka masyarakatnyapun pasti
akan tergerak untuk mengikuti dan secara tidak langsung akan belajar dari acara
tersebut, dimana suatu daerah yang masjid masjidnya masih di penuhi oleh anak
anak yang mengaji setiap sehabis shalat maghrib, maka pasti anak anak tidak
malas untuk ikut pergi mengaji dan belajar bersama anak anak yang lain.
Selain itu adat istiadat di indonesia yang masih sangat kental saling
mengingatkan masyarakat satu sama lain dalam menjalani ibadah atau saling
menjaga dari perbuatan kemunkaran ikut memberi peran dalam pendidikan islam.

35

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam adalah suatu proses pendidikan melalui ajaran Islam
untuk terbentuknya kepribadian Islam dalam diri setiap anak didik yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dilakuakan oleh orang dewasa muslim
yang bertakwa. Pendidikan Islam harus diterapkan dari masa anak-anak di
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Keluarga
bertanggung jawab terhadap pendidikan awal anak. Keluarga mempunyai
tanggung jawab iman, tanggung jawab moral, tanggung jawab fisik, dan tanggung
jawab rasio. Sekolah bertanggung jawab terhadap pendidikan Islam pada anak
melalui mata pelajaran pendidikan agama Islam dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari anak. Sedangkan masyarakat mempunyai tanggung jawab
pendidikan Islam dengan membangun