5
Aksi
Refleksi Rencana
Dokumentasi Proses
Gambar 2. Kerangka Konsep Kaji Tindak Partisipatif
1. Prakondisi Sosial dan Kelembagaan
Aspek kritis keberhasilan kaji-tindak partisipatif adalah dukungan pemangku kepentingan dimana persoalan yang akan dipecahkan bergantung
kepada kehendak para pihak untuk berubah. Dalam hal ini, prakondisi sosial dan kelembagaan dilakukan dengan membawa pokok persoalan ke dalam
pembahasan dan persetujuan pihak pemangku kepentingan. Pelaksanaan prakondisi sosial dan kelembagaan dalam penelitian ini dilakukan sebagai
berikut:
a. Menjalin hubungan dengan pihak otoritas Kabupaten Timor Tengah
Selatan, dengan memastikan komunikasi yang baik dengan Bupati TTS dan unit-unit yang relevan, yaitu BAPPEDA dan Dinas Kesehatan.
Sementara itu, pemerolehan ijin diperoleh dari Kesbangpolinmas TTS, Nusa Tenggara Timur.
b. Memperoleh Persetujuan dan Pelibatan Otoritas Kecamatan dan Desa
c. Pembicaraan dan Persetujuan dengan Pihak Pemerintahaan Desa
d. Pelibatan Puskesmas sebagai lembaga pelaksana kesehatan masyarakat
di Wilayah Kec. Mollo Tengah. Bentuk dukungan Kepala Puskesmas yaitu penetapan 2 orang tenaga gizi sebagai narasumber dalam
pelatihan gizi bagi kader, Ibu hamil dan keluarga Ibu bersalin serta salah satu bidan desa sebagai narasumber materi Ibu hamil, bersalin dan
Ibu nifas pada saat kegiatan pendidikan kesehatan yang diselenggarakan oleh peneliti dengan kerja sama Puskesmas Mollo Tengah.
Bidan Desa di Puskesmas Mollo Tengah, Ketua Kader Posyandu dan Kader Posyandu, karena peran fungsional mereka, adalah pihak-pihak
penting yang diminta keterlibatannya dalam pemantauan kehamilan dan dan kelahiran Ibu-Ibu di masing-masing desa. Bidan Desa juga
berpartisipasi dalam memberikan data Ibu hamil di semua desa Kecamatan Mollo Tengah beserta dengan HPL-nya Hari Persangkaan
Isu Intervensi:
Tradisi Neno Bo’ha: Tradisi
makan pen bose
Persiapan Sosial
Output:
1. Peningkatan partisipasi
dan rasa memiliki program intervensi.
2. Peningkatan kesadaran
Aparat, Kader Posyandu, dan
Keluarga Partisipan akan pentingnya gizi
yang baik untuk ibu dan bayi.
3. Perbaikan in-take
protein dan zat gizi lain 4.
Peningkatan keanekaragaman
konsumsi pangan berprotein nabati dan
hewani.
6
Lahir dan menginformasikan kepada tim peneliti jika ada Ibu yang melahirkan di Puskesmas Mollo Tengah atau di RSUD Soe.
e. Pelibatan Kader Desa dan Kepada keluarga Ibu Hamil.
Ketua Kader Posyandu dan Kader adalah pihak-pihak penting yang diminta keterlibatannya dalam pemantauan kehamilan dan dan
kelahiran Ibu-Ibu di masing-masing desa. Berdasarkan data kehamilan dan prakiraan waktu melahirkan dari Bidan Desa maka dilakukan
pendekatan kepada keluarga Ibu hamil dan kader desa di masing- masing desa baik melalui pertemuan Posyandu maupun pembicaraan
dengan keluarga masing-masing serta meminta persetujuan untuk ikut serta dalam upaya memodifikasi makanan yang dikonsumsi Ibu pasca
melahirkan selama mengikuti tradisi
Neno Bo’ha. f.
Memperoleh persetujuan sosial-kultural atas intervensi yang direncanakan kepentingan di tiap desa melalui musyawarah dengan
pemangku kepentingan di tingkat desa pada masing-masing desa. Perolehan persetujuan sosial-kultural atas intervensi yang direncanakan
di tiap desa diperoleh melalui musyawarah dengan pemangku kepentingan di tingkat desa pada masing-masing desa. Musyawarah di
Oelbubuk pada tgl 3 Juli 2015, Oel-ekam tgl 9 Juli, dan di Binaus tanggal 13 Juli 2015. Pelaksanaan musyawarah melibatkan Kepala
Desa, Sekretaris Desa, Kaur Desa, dan tua-tua adat, Ibu Kepala Desa, semua Kader Posyandu, Bidan Desa, semua Ibu hamil yang ada di
masing-masing desa.
2. Intervensi Modifikasi Makanan dalam Tradisi Neno Boha