5
3. Bagi auditor in-charge, penelitian ini dapat memberikan saran untuk meningkatkan sikap skeptis dalam tekanan waktu yang berat sekalipun
untuk mendeteksi kecurangan.
II. TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Tekanan Anggaran Waktu
Tekanan anggaran waktu merupakan bentuk tekanan yang muncul dari keterbatasan sumber daya yang diberikan untuk melaksanakan tugas. Sumber
daya yang dimaksud adalah waktu yang diperlukan dan digunakan oleh auditor dalam melaksanakan audit. Tekanan anggaran waktu adalah situasi yang
ditunjukkan untuk auditor dalam melakukan efisiensi terhadap waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku
Sososutikno, 2003. Tekanan waktu time pressure adalah ciri lingkungan yang biasa di hadapi auditor. Adanya tenggat waktu penyelesaian audit membuat
auditor mempunyai masa sibuk yang menuntut agar dapat bekerja cepat Koroy, 2008. Menurut Azad 1994 menemukan bahwa auditor yang bekerja dengan
tekanan anggaran waktu cenderung disfungsionalis, terlalu percaya pada penjelasan klien, serta gagal dalam menginvestigasi isu-isu relevan dalam
mendeteksi kecurangan. Anggaran waktu dipersiapkan selama tahap awal dari perencanaan audit
dan merupakan dasar kompeten untuk menetapkan syarat-syarat perjanjian kerja dan perumusan rencana audit Pratiwi, 2008. Oleh karena itu, total dari anggaran
waktu disusun berdasarkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah dari program audit pada setiap auditor yang ditugasi sesuai dengan posisi atau
jabatan untuk penugasan rutin, maka catatan yang terperinci atas kerja audit tahun sebelumnya merupakan faktor yang penting dalam menetukan anggaran waktu
yang baru. Seorang auditor yang bekerja dalam tekanan anggaran waktu sangat mempengaruhi kinerjanya. Bekerja dengan adanya tekanan waktu
mengilustrasikan salah satu efek dari tekanan waktu adalah kinerja auditor dalam
6
pendeteksian kecurangan Koroy, 2008 pada penelitiam Braun, 2000. Jangka waktu audit yang terlalu lama dapat menyebabkan cost audit yang semakin
membesar, akibatnya klien pun menanggung fee audit yang besar juga. Hal ini dapat merugikan auditor atau KAP, karena kemungkinan klien dapat memilih
KAP lain yang lebih kompetitif. Bagi KAP sendiri bekerja dalam tekanan anggaran waktu bukanlah hal
yang mudah dan tidak dapat di hindari, namun mereka menghadapi keadaan seperti ini sebagai tantangan. Dengan keterbatasan waktu yang tersedia tidak
mudah bagi auditor melakukan audit. Auditor akan cenderung kurang cermat dalam mengaudit, terlebih lagi dapat gagal dalam mendeteksi kecurangan. Auditor
harus pandai dalam mengestimasikan waktunya dalam melakukan audit, sehingga dapat mengaudit tanpa merasa terbebankan. Membagi waktu dan bekerja dengan
cepat dalam mengaudit, mengumpulkan bukti audit yang mendukung dalam laporan auditnya. Namun pada penelitian sebelumnya, bekerja dalam tekanan
waktu yang sangat ketat dapat menurunkan kinerja auditor. Dari uraian diatas tampak bahwa tekanan anggaran waktu akan menghasilkan kualitas buruk bagi
auditor. Dalam menyusun anggaran waktu menurut Wallace 1999 mempertimbangkan hal-hal seperti:
1. The client’s size, indicated by its gross assets, sales, number of
employess, etc. 2.
The location of client facilities. 3.
The anticipated accounting and auditing problems. 4.
The competence and experience of staff available. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusun hipotesis sebagai berikut :
H1: Auditor yang bekerja tanpa tekanan anggaran waktu mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan
Sikap Skeptisme Profesional Auditor
Sikap Skeptisme Profesional Auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit
7
agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai dasar dalam pemberian opini akuntan SPAP. SA seksi 230. Seperti profesional dalam mengumpulkan bukti-
bukti audit yang mendukung dan berguna untuk menyangkal asersi manajemen. Sikap adalah respon seseorang terhadap subyek ataupun obyek tertentu, yang
dapat dikatakan menggambarkan perilaku seseorang. Skeptisme profesional auditor merupakan sikap attitude auditor dalam
melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit
Noviyanti, 2007. American Institude of Certified Public AICPA memberi definisi skeptisme profesional adalah : “ Profesional skepticism in auditing
implies an attitude that includes a questioning mind and a critical assessment of audit evidence without being absessively suspicious or skeptical. The auditors are
expected to exercise profesional skepticism in conducting the audit, and in gathering evidence sufficient to support or rufute management’s assertion “ AU
316 AICPA. Auditor harus dapat menemukan salah saji material dalam laporan
keuangan klien. Dalam penelitian Sugianto 2009 mengatakan salah saji material itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu kekeliruan error dan kecurangan fraud.
Sikap skeptisme profesional auditor diterapkan untuk mendeteksi terjadinya kekeliruan, kecurangan, ataupun penyalahgunaan wewenang yang material dalam
perusahaan klien dengan cara menunjukkan sikap skeptis profesionalnya terhadap bukti audit, tidak mudah percaya dengan informasi dan penjelasan dari pernyataan
klien dan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada klien apa alasan atas pernyataannya. Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik,
atau melakukan penghinaan Noviyanti, 2007. Auditor dapat melakukan program pengujian audit yang terperinci guna
membantu dalam mengevaluasi terjadinya kecurangan secara material dalam perusahaan klien. Selain itu, auditor menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan
kemampuan yang dituntut oleh profesi akuntan publik untuk melaksanakan
8
dengan cermat dan teliti dalam pengumpulan dan penilaian bukti secara obyektif. Auditor dituntut mempunyai sikap skeptis yang tinggi dengan setiap
kemungkinan terjadinya kecurangan, walaupun kecurangan tersebut belum tentu terjadi Noviyanti, 2007. Skeptisme profesional auditor akan menanyakan setiap
isyarat yang menunjukkan kemungkinan dapat terjadinya kecurangan Louwers et al., 2005. Skeptisme profesional yang tinggi pada seorang auditor, maka
kegagalan dalam mendeteksi kecurangan akan rendah, auditor akan cenderung teliti dan lebih berhati-hati dalam memeriksa laporan keuangan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka disusun hipotesis sebagai berikut : H2: Auditor yang mempunyai sikap skeptisme profesional yang lebih tinggi
mempunyai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan
Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu dan Sikap Skeptisme Profesional Auditor terhadap Keberhasilan Dalam Mendeteksi Kecurangan
Auditor dituntut untuk memberikan laporan yang berkualitas dengan anggaran waktu yang terbatas merupakan tekanan tersendiri bagi auditor. Auditor
harus dapat menyikapi anggaran waktu yang diberikan dalam melakukan audit untuk mendeteksi kecurangan. Kecurangan fraud adalah suatu tindakan
yang disengaja, yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberi efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan
Koroy, 2008. J.S.R. Venables dan KW Impley dalam buku “Internal Audit”
1988, hal 424 mengemukakan kecurangan terjadi karena :
a. Penyembunyian concealment Kesempatan tidak terdeteksi. Pelaku perlu menilai kemungkinan dari deteksi
dan hukuman sebagai akibatnya. b. KesempatanPeluang Opportunity
Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat, waktu yang tepat agar mendapatkan keuntungan atas kelemahan khusus dalam system dan juga
menghindari deteksi.
9
c. Motivasi Motivation Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan aktivitas demikian, suatu
kebutuhan pribadi seperti ketamakankerakusan dan motivator yang lain. d. Daya tarik Attraction
Sasaran dari kecurangan yang dipertimbangkan perlu menarik bagi pelaku. e. Keberhasilan Success
Pelaku perlu menilai peluang berhasil, yang dapat di ukur baik menghindari penuntutan atau deteksi.
Auditor yang merasa terbeban akan anggaran waktu yang tidak realistis mungkin saja dapat langsung percaya dengan informasi dan pernyataan klien. Hal
tersebut merupakan sikap fatal bagi seorang auditor. Meskipun berada dibawah tekanan anggaran waktu auditor tetap harus cermat dan mempunyai sikap
skeptisme yang tinggi dalam memeriksa laporan, informasi yang disajikan, dan pernyataan oleh klien tidak diterima begitu saja, namun harus di selidiki
kebenarannya apakah terdapat kecurangan atau tidak. Sikap Skeptisme Profesional Auditor adalah sebuah tindakan yang harus dilakukan dengan tidak
mudah percaya atas informasi yang sudah disajikan. Auditor yang bersikap skeptis, belum tentu bersikap profesional pada saat di lapangan Noviyanti, 2007.
Sikap profesional auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah keahlian, pengetahuan, kecakapan, pengalaman, situasi audit yang
dihadapi dan etika Gusti dan Ari, 2008. Tekanan anggaran waktu yang sangat terbatas harus dapat memicu auditor untuk bersikap lebih skeptis di setiap sela-
sela waktunya dalam melakukan audit. Bagi seorang auditor tentu tekanan anggaran waktu ini merupakan hal yang tidak dapat dihindari. McDaniel 1990
mengatakan bahwa tekanan anggaran waktu dapat menyebabkan turunnya efektifitas dan efisiensi kegiatan pengauditan.
Rendahnya tingkat skeptisme profesional auditor menyebabkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan yang ada dalam perusahaan klien. Suraida 2005,
dalam penelitiannya mengatakan bahwa seorang auditor yang memiliki kompetensi dan pengalaman maka mempunyai sikap skeptisme profesional yang
10
tinggi. Namun tidak hanya itu, jika merencanakan resiko audit dengan baik, maka profesional auditor semakin tinggi. Tetapi pada kenyataannya banyak auditor
yang tidak mempunyai sikap skeptisme profesional yang memadai. Adanya tekanan anggaran waktu yang sangat tidak realistis mungkin saja
dapat menyebabkan auditor mudah percaya dengan informasi dan penjelasan yang disajikan oleh klien. Seharusnya jika auditor selalu mempunyai sikap skeptis, dan
tidak menerima begitu saja pernyataan klien, kegagalan mendeteksi kecurangan pun rendah. Pada dasarnya auditor dituntut untuk mempunyai sikap skeptisme
dalam situasi dan keadaan apapun. Mengestimasi kecurangan yang mungkin akan terjadi, cermat dalam setiap pekerjaannya, dan mengumpulkan bukti audit lebih
banyak untuk dapat mendeteksi kecurangan pada laporan yang disajikan klien. Mayoritas masyarakat investor yang disurvei menginginkan agar audit dapat
memberikan keyakinan yang absolut absolute assurance agar laporan keuangan bebas dari semua jenis salah saji material baik kekeliruan unintentional
misstatements maupun kecurangan Koroy, 2008. Berdasarkan hal di atas, disusun hipotesis sebagai berikut :
H3: Auditor yang bekerja dengan anggaran waktu dibatasi dan sikap skeptis yang tinggi tetap dapat berhasil dalam mendeteksi kecurangan
MODEL PENELITIAN
Gambar 1
Gambar Model Penelitian
Tekanan anggaran waktu
Skeptisme profesional auditor
Keberhasilan mendeteksi
kecurangan
11
III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data