LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI MENGGUNAKAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP ASAM BASA

ABSTRAK

LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI
MENGGUNAKAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK
MENINGKATKAN EFIKASI DIRI DAN
PENGUASAAN KONSEP
ASAM BASA
Oleh
KETUT SUTAMIATI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kelayakan, kepraktisan, dan
keefektivan LKS berbasis multipel representasi dengan menggunakan model
SiMaYang Tipe II pada larutan asam basa. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)
dengan subyek penelitian yaitu LKS berbasis multipel representasi dengan
menggunakan model SiMaYang Tipe II. Penyusunan LKS dimulai dari studi
pendahuluan yang terdiri dari studi kepustakaan dan studi lapangan, selanjutnya
dilakukan validasi ahli oleh tiga dosen ahli terhadap aspek kesesuaian isi,
konstruksi, dan keterbacaan kemudian diperoleh draft LKS I hasil revisi, setelah
itu dikembalikan ke validator dan didapatkan draft LKS II hasil revisi.
Selanjutnya draft LKS II hasil revisi dilakukan uji coba terbatas untuk

mendeskripsikan kepraktisan dan keefektivan LKS, yang selanjutnya diperoleh
produk LKS hasil revisi sesuai uji coba terbatas. Kepraktisan LKS dilihat dari
hasil keterlaksanaan, penilaian guru, dan respon siswa. Keefektivan LKS dapat

dilihat dari hasil penilaian aktivitas siswa, efikasi diri, dan peningkatan
penguasaan konsep.

Hasil penilaian menunjukkan bahwa kelayakan, kepraktisan, dan keefektivan LKS
berbasis multipel representasi menggunakan model SiMaYang Tipe II untuk
meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep asam basa berkategori sangat
tinggi.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah LKS berbasis multipel
representasi menggunakan model SiMaYang Tipe II pada materi larutan asam
basa layak, praktis, dan efektif digunakan untuk meningkatkan efikasi diri dan
penguasaan konsep.

Kata Kunci : LKS, multipel representasi, SiMaYang Tipe II, larutan asam basa.

LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI

MENGGUNAKAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK
MENINGKATKAN EFIKASI DIRI DAN
PENGUASAAN KONSEP
ASAM BASA

Oleh
KETUT SUTAMIATI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tunggal Warga pada tanggal 08 November 1993 sebagai
putri keempat dari empat bersaudara buah hati Bapak Nyoman Sudarte dan Ibu
Made Darmi.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 03 Tunggal Warga Tulang
Bawang tahun 2005, SMP Negeri 03 Lambu Kibang Tulang Bawang tahun 2008,
SMA Negeri 01 Pagar Dewa Tulang Bawang Barat tahun 2011.

Tahun 2011 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung. Selama menjadi
mahasiswa pernah aktif dalam beberapa organisasi internal dan eksternal kampus.
Organisasi internal yaitu Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta)
FKIP Unila, Unit Kegiatan Mahasiswa Hindhu (UKMH) Unila, dan Koperasi
Mahasiswa (Kopma) Unila. Organisasi eksternal yaitu Pimpinan Cabang
Kesatuan Mahasiswa Hindhu Dharma Indonesia (PC-KMHDI) Bandar Lampung.
Tahun 2014 mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi
dengan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di SMP Negeri
2 Ngambur Pekon Gedung Cahya Kuningan, Kecamatan Ngambur, Kabupaten

Pesisir Barat.

PERSEMBAHAN

Astung Kara..
Asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa Yang
Maha Agung, atas segala limpahan nikmat, anugrah, dan
karunia yang tak terhingga saya persembahkan karya tulis ini
kepada:

Ayah Nyoman Sudarte dan Ibunda Made Darmi
yang selalu memberi dukungan moril dan materil, serta
mengayomi disegala keadaan.
Kakak-kakak (mbok wayan, mbok kadek, dan bli komang)
Yang selalu memberikan canda tawa, inspirasi, dan
mengajarkan kedewasaan dalam hidup.
Almamater tercinta

MOTO


Perbuatan yang baik, akan mendatangkan kebaikan dari segala
penjuru.
(Ketut Sutamiati)

Dalam hal ini tak ada usaha sia-sia, dan juga tak ada rintangan
yang tak teratasi. Walau sedikit dari Dharma ini, akan
melindungi seseorang dari ketakutan yang besar.
(Bhagawad Gita)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan
anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Lembar kerja siswa berbasis multipel representasi dengan menggunakan model
SiMaYang Tipe II pada larutan asam basa” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana pendidikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.


Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam
proses penyelesaian kuliah.

4.

Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan,
dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
perbaikan serta penyelesaian skripsi ini.

5.


Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing II atas kesediaannya memberi bimbingan, masukan, kritik dan
saran, serta motivasi.

6.

Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku Pembahas atas kesediaannya
memberi bimbingan, masukan, kritik dan saran, serta motivasi.

7.

Ibu Lisa Tania, S.Pd. M.Sc., bapak Andrian Saputra, S.Pd. M.Sc., M.
Mahfudz Fauzi S, S.Pd., M.Sc., ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A,. Psi., ibu
Citra Abriani Maharani, S.Pd., M.Pd., Kons., dan ibu Yohana Oktarina, S.Pd.,
M.Pd,. selaku validator atas masukan, kritik dan saran, bimbingan, serta
motivasi untuk perbaikan produk yang dihasilkan, dan seluruh dosen
Pendidikan Kimia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

8.


Kepala SMA Negeri 3 Bandar Lampung ibu Dra. Hj. Rospardewi, MM.Pd,
Wakil kepala sekolah bidang Kurikulum SMA Negeri 3 Bandar Lampung
bapak Edwar,M.Pd., dan guru mitra penelitian Ibu Endah Winarni, S.Pd.

9.

Ayah, Ibu serta kakak dan mbakku atas segala pengorbanan, dukungan, serta
bimbingannya.

10. Wayan Darmawan untuk dukungan dan semangat yang telah diberikan
selama masa perkuliahan, sahabat-sahabat seperjuanganku (ina, ika, sabila,
delfi, subay, tika, atu eka, murni, dian dan resti), keluarga wisma putri hesti
(pia, juni, dewi, aseh, mbak okta, nyomen, dan yanti), keluarga KKN (mbak
putri, endah, desi, cita, resa, villa, ayu, ariyanti, dan mameh fitri), keluarga
pendidikan kimia 2011 yang selalu berbagi suka dan duka bersama, dan
semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

Akhir kata, sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Svaha.
Bandar Lampung,

Penulis,

Ketut Sutamiati

Juni 2015

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvii
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ ..

1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................


5

C. Tujuan Penelitian .............................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ...........................................................................

6

E. Ruang Lingkup Penelitian . ...............................................................

7

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Multipel Representasi ........................................................................

9

B. Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ............................................


12

C. Lembar Kerja Siswa ..........................................................................

18

D. Keterampilan Efikasi Diri .................................................................

21

E. Konsep ...............................................................................................

22

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ..............................................................................

24

B. Prosedur Peleksanaan Penelitian .......................................................

25

xiii

C. Instrumen Penelitian ......................................................................... ..

32

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data .................................................

36

E. Teknik Analisis Data ...........................................................................

38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................

53

1. Studi Pendahuluan ...........................................................................

53

2. Perencanaan dan Pengembangan Produk ........................................

55

B. Pembahasan ........................................................................................

84

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................

88

B. Saran ....................................................................................................

89

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Analisis Konsep ..........................................................................................

93

2. Analisis KI-KD ...........................................................................................

96

3. Silabus ........................................................................................................ 100
4. RPP ............................................................................................................. 108
5. Kisi-kisi Soal Pretes-Postes ....................................................................... 112
6. Soal Pretes-Postes ...................................................................................... 114
7. Persentase Hasil Analisis Kebutuhan Guru ................................................. 117
8. Persentase Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ................................................ 119
9. Persentase Hasil Validasi Kesesuaian Isi .................................................... 120
10. Persentase Hasil Validasi Konstruksi ........................................................ 123

xiv

11. Persentase Hasil Validasi Keterbacaan......................................................

128

12. Persentase Hasil Penilaian Keterlaksanaan .............................................. 131
13. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Kesesuaian Isi..............................

139

14. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Konstruksi ...................................

141

15. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Keterbacaan ................................

144

16. Tabulasi Jawaban Angket Keterbacaan Siswa..........................................

146

17. Presentase Hasil Respon Siswa untuk Keterbacaan..................................

149

18. Tabulasi Jawaban Angket Kemenarikan Siswa........................................

150

19. Presentase Hasil Respon Siswa untuk Kemenarikan.................................

153

20. Tabulasi Penilaian Aktivitas Siswa .......................................................... 154
21. Persentase Hasil Penilaian Aktivitas Siswa ............................................. 160
22. Hasil Penilaian Validasi Efikasi Diri ....................................................... 161
23. Tabulasi Jawaban Angket Efikasi Diri ..................................................... 165
24. Persentase Hasil Penilaian Efikasi Diri .................................................... 177
25. Hasil Penilaian Validasi Pretes-Postes ..................................................... 178
26. Hasil Nilai LKS dan Pretes-Postes ........................................................... 180

xv

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Fase-fase model pembelajaran SiMaYang Tipe II ......................................

17

2. Instrumen Efikasi Diri ..................................................................................

35

3. Penskoran pada angket uji validitas .............................................................

39

4. Tafsiran skor (persentase) validitas .............................................................

41

5. Kriteria tingkat keterlaksanaan ....................................................................

42

6. Penskoran pada angket penilaian guru .........................................................

42

7. Tafsiran skor (persentase) penilaian guru ...................................................

44

8. Penskoran pada angket uji respon siswa ......................................................

45

9. Tafsiran skor (persentase) respon siswa ......................................................

47

10. Tafsiran skor (persentase) aktivitas siswa ..................................................

47

11. Penskoran pada ngket efikasi diri untuk favorable ....................................

48

12. Penskoran pada ngket efikasi diri untuk unfavorable .................................

48

13. Tafsiran skor (persentase) efikasi diri .........................................................

51

14. Hasil validasi ahli terhadap LKS yang dikembangkan ..............................

65

15. Hasil observasi keterlaksanaan LKS yang dikembangkan .........................

71

16. Hasil penilaian guru terhadap LKS yang dikembangkan...........................

71

17. Hasil penilaian keterbacaan LKS yang dikembangkan ..............................

76

18. Hasil penilaian kemenarikan LKS yang dikembangkan .............................

78

19. Data aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran ....................................

80

xvi

20. Hasil penilaian efikasi diri siswa kelas XI MIA 1 .....................................

81

21. Hasil penguasaan konsep siswa kelas XI MIA 1 ....................................... 83

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Tiga dimensi pemahaman konsep .................................................................

11

2. Fase-fase model pembelajaran SiMaYang ....................................................

16

3. Peta konsep larutan asam basa ......................................................................

23

4. Langkah-langkah metode Research and Development ................................ 25
5. Alur pengembangan LKS ..............................................................................

26

6. Cover bagian depan LKS ..............................................................................

56

7. Kata pengantar dan daftar isi LKS ................................................................

57

8. Lembar KI-KD dan halaman awal LKS 1.....................................................

58

9. Fase orientasi dan eksplorasi-imajinasi LKS 1 .............................................

59

10. Fase eksplorasi-imajinasi pada LKS 2 ........................................................

60

11. Fase internalisasi pada LKS 3 .....................................................................

62

12. Fase internalisasi dan evaluasi pada LKS 4 ................................................

63

13. Daftar pustaka dan halaman belakang LKS ................................................

64

14. Cover sebelum dan sesudah LKS perbaikan ...............................................

68

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.
Banyak materi dalam pembelajaran kimia yang sulit untuk diilustrasikan dalam
bentuk gambar dua dimensi. Siswa dalam proses pembelajaran kimia di kelas
seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak, dan diluar pengalaman siswa
sehari-hari sehingga materi tersebut sulit diajarkan oleh guru dan sulit pula
dipahami oleh siswa. Konsep yang abstrak ini bersifat “kasat logika” artinya
kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga
rasionalisasinya dapat dirumuskan/diformulasikan (BSNP, 2006). Oleh karena itu
diperlukan penguasaan konsep yang benar terhadap konsep dasar kimia yang
dapat membangun konsep-konsep kimia.

Johnstone (Chittleborough, 2004) mendeskripsikan bahwa fenomena kimia dapat
dijelaskan dengan tiga level fenomena sains yang berbeda yaitu makroskopik,
sub-mikroskopik dan simbolik. Ainsworth dalam Meirina (2013) membuktikan
bahwa banyak representasi dapat memainkan tiga peranan utama. Pertama,
mereka dapat saling melengkapi; kedua, suatu representasi yang lazim dapat
menjelaskan tafsiran tentang suatu representasi yang lebih tidak lazim; dan ketiga,

2

suatu kombinasi representasi dapat bekerja bersama membantu siswa menyusun
suatu pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik yang dipelajari.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada pembelajar LPTK di Provinsi
Lampung, diperoleh bahwa pembelajaran sains dasar (terutama kimia dasar) yang
berlangsung selama ini belum mampu memfasilitasi pembelajar agar memiliki
kemampuan dalam merepresentasikan ketiga level fenomena sains (Sunyono,
2012).

Model pembelajaran berbasis multipel representasi yang akan dikembangkan
didesain sedemikian rupa dengan langkah-langkah pembelajaran yang disusun
dengan memperhatikan tiga faktor utama yaitu aspek konseptual (guru/ dosen dan
pembelajar), penalaran (pembelajar), dan representasi (baik guru/ dosen maupun
pembelajar), selanjutnya dihubungkan dengan 7 (tujuh) konsep dasar kemampuan
pembelajar, dengan mempertimbangkan model teoritis tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan pembelajar dalam menginterpretasikan representasi
eksternal, model kerangka IF-SO dapat disempurnakan dengan menghasilkan
model pembelajaran yang menginterkoneksikan ketiga level fenomena sains
(Sunyono, 2012).

Berdasarkan syarat sebuah model pembelajaran bahwa model pembelajaran yang
baik harus memiliki 5 ( lima) unsur utama/ komponen (Joice & Weil, 1992; 1416), yaitu sintaks, sistem sosial, prinsip reaks, sistem pendukung, dampak
intruksional dan dampak pengiring, maka dalam model pembelajaran SiMaYang
kelima komponen tersebut telah dimiliki (Sunyono, 2012).

3

Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran sains berbasis
multipel representasi yang dikembangkan dengan memasukkan faktor interaksi
(tujuh konsep dasar) yang mempengaruhi kemampuan pembelajar untuk
mempresentasikan fenomena sains ke dalam kerangka model IF-SO (Sunyono,
2012). Model pembelajaran tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh Sunyono
(2014) dengan memasukkan pendekatan saintifik untuk pembelajaran kimia di
SMA, selanjutnya dinamakan model pembelajaran SiMaYang Tipe II.
Prestasi belajar siswa dipengaruhi berbagai faktor yaitu faktor dari dalam diri dan
dari luar diri siswa itu sendiri. Faktor dari dalam diri siswa yaitu efikasi diri (Self
Efficacy), motivasi belajar, sikap, minat, dan kebiasaan belajar. Faktor dari luar
diri siswa yaitu lingkungan, sosial-ekonomi, guru, sarana-prasarana, metode
pembelajaran, kurikulum, dan materi pembelajaran.

Menurut Bandura (1997: 3) menjelaskan Self efficacy atau efikasi diri merupakan
persepsi individu akan keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang
diharapkan. Keyakinan efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang akan
dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan
atau kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi memilih melakukan usaha lebih
besar dan pantang menyerah. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi maka ia
akan mempersiapkan dirinya untuk belajar dengan baik, agar mendapatkan
prestasi belajar yang baik.

Ketiga level fenomena sains tersebut dapat dicapai untuk meningkatkan efikasi
diri siswa dengan menggunakan media pembelajaran. Melalui media
pembelajaran guru dapat menyampaikan materi pelajaran dengan lebih mudah.

4

Media pembelajaran dapat memudahkan siswa dalam memahami materi yang
disampaikan, selain itu siswa dapat lebih kreatif dan dapat meningkatkan efikasi
diri siswa.
Menurut Azhar Arsyad (2005), “Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Salah
satu media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran yaitu lembar kerja
siswa. Kriteria lembar kerja siswa yang memiliki kualitas baik adalah lembar
kerja siswa yang apabila aspek didaktik, konstruksi dan teknik terpenuhi.
1) syarat-syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan lembar kerja siswa yang
bersifat universal, dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau
yang pandai. 2) syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa,
susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam lembar kerja
siswa. 3) syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar dan penampilan dalam
lembar kerja siswa.

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran kimia harus dapat melibatkan ketiga
level fenomena sains, yang dapat dicapai dengan menggunakan media
pembelajaran salah satunya yaitu lembar kerja siswa. Faktanya disekolah-sekolah
masih jarang ditemukan lembar kerja siswa yang memiliki kualitas baik.
Berdasarkan hasil studi lapangan yang dilakukan di tiga SMA Bandar Lampung
diketahui bahwa LKS yang digunakan di sekolah kurang mengkontruksi
pengetahuan siswa, LKS yang digunakan membeli sudah jadi dari penjual LKS
dan mengambil dari buku namun ada yang membuat sendiri, LKS yang digunakan

5

ternyata masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi bahasa, materi yang
terlalu singkat, soal-soal yang susah dipahami dan perpaduan warna yang kurang
menarik. Selain itu, LKS yang digunakan belum berbasis multipel representasi
dan belum menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe II.

Berdasarkan dari permasalahan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu lembar
kerja siswa (LKS) berbasis multipel representasi. Oleh karena itu, dilakukan
suatu penelitian yang berjudul “Lembar Kerja Siswa Berbasis Multipel
representasi Menggunakan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe 2 untuk
Meningkatkan Efikasi Diri dan Penguasaan Konsep Asam Basa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana:
1. validitas ( Kelayakan ) LKS berbasis multipel representasi menggunakan
model pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan
penguasaan konsep larutan asam basa yang dikembangkan?
2. kepraktisan dari LKS berbasis multipel representasi menggunakan model
pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan
penguasaan konsep larutan asam basa?
3. keefektivan LKS berbasis multipel representasi menggunakan model
pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan
penguasaan konsep larutan asam basa?

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan:
1. validitas ( Kelayakan ) LKS berbasis multipel representasi menggunakan
model pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan
penguasaan konsep larutan asam basa.
2. kepraktisan dari LKS berbasis multipel representasi menggunakan model
pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan
penguasaan konsep larutan asam basa.
3. keefektivan LKS berbasis multipel representasi menggunakan model
pembelajaran SiMaYang tipe II untuk meningkatkan efikasi diri dan
penguasaan konsep larutan asam basa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang pengembangan lembar kerja siswa berbasis multipel
representasi dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang tipe 2 pada
materi larutan asam basa ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa
Adanya pengembangan LKS ini diharapkan dapat membantu siswa menemukan sendiri konsep-konsep materi larutan asam basa yang bersifat abstrak,
dapat mengkonstruksi konsep yang tepat serta dapat membimbing siswa melatih
keterampilan proses dalam pembelajaran kimia pada materi ini.

7

2. Guru
Adanya pengembangan LKS ini diharapkan dapat menambah referensi guru
dalam mengkonstruksi konsep tentang larutan asam basa yang bersifat abstrak.
Serta menambah media pembelajaran guru dalam menyampaikan materi ini
dengan model pembelajaran SiMaYang tipe 2.
3. Sekolah
Adanya pengembangan LKS ini diharapkan dapat menjadi informasi dan
sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di
sekolah.

E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang
dapat dipertanggungjawabkan (Sujadi, 2003).
2. LKS yang dikembangkan adalah LKS yang berbasis multipel representasi
dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe 2.
3. Cakupan materi yang dibahas dalam penelitian pengembangan LKS berbasis
multipel representasi ini meliputi penggunaan indikator alami, konsep
Arrhenius, konsep pH, kekuatan asam basa, tetapan kesetimbangan asam, dan
tetapan kesetimbangan basa.
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis multiple representasi adalah salah satu
bentuk media pembelajaran yang didesain berdasarkan hakekat pembelajaraan

8

kimia, yang ditekankan pada sutu proses mencari tahu dan melakukan sesuatu
dan berfungsi sebagai alat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
siswa sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
5. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II cocok untuk topik-topik sains yang
bersifat abstrak yang di dalamnya mengandung level makro, submikro, dan
simbolik yang telah dipadukan dengan pendekatan saintifik.
6. Tahapan pada pengembangan LKS berbasis multipel representasi dengan
model pembelajaran SiMaYang Tipe II ini hanya sampai pada tahap revisi
hasil uji coba terbatas.
7. Self efficacy atau efikasi diri merupakan persepsi individu akan keyakinan
kemampuannya melakukan tindakan yang diharapkan (Bandura, 1997)

8. Validitas ; validitas model pembelajaran dapat dilihat dari tingkat validitas isi
menurut ahli dan juga harus memenuhi validitas konstruk (Nieveen, 1999).
9. Kepraktisan suatu model merupakan salah satu kriteria kualitas model yang
ditinjau dari hasil penelitian pengamat berdasarkan pengamatannya selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung (Nieveen, 1999). Kepraktisan dapat
diukur dari keterlaksanaan, penilaian guru, dan respon siswa setelah belajar.
10. Keefektivan sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran dikatakan efektif bila pembelajar dilibatkan secara aktif dalam
mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi-informasi yang
diberikan, tidak hanya pasif menerima pengetahuan dari guru/dosen (Nieveen,
1999). Keefektivan LKS dapat diukur dari aktivitas siswa, efikasi diri dan
peningkatan penguasaan konsep.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Multipel Representasi

Johnstone (Chittleborough, 2004) mendeskripsikan bahwa kimia dapat dijelaskan
dengan berbagai representasi untuk menjelaskan ketiga level fenomena sains yaitu
makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Masing-masing level tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Level makroskopik: rill dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati
langsung.
2. Level submikroskopik: berdasarkan observasi rill tetapi masih memerlukan
teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan
menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel yang tidak dapat
dilihat secara langsung.
3. Level simbolik: representasi dari suatu kenyataan seperti representasi simbol
dari atom, molekul dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar maupun
bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer.

Johnstone (Chittleborough, 2004) menjelaskan bahwa level submikroskopik
maupun suatu hal yang nyata sama seperti level makroskopik. Kedua level
tersebut hanya dibedakan oleh skala ukuran. Pada kenyataannya level

10

submikroskopik sangat sulit diamati karena ukurannya yang sangat kecil sehingga
sulit diterima bahwa level ini merupakan suatu yang nyata.
McKendree dkk. (Fauzi, 2012) mendefinisikan representasi sebagai, “struktur
yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu
keadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu
pemandangan.”
Representasi dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi internal
dan eksternal. Representasi internal diartikan sebagai konfigurasi kognitif individu yang diduga berasal dari perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari
proses fisik dan pemecahan masalah, sedangkan representasi eksternal dapat
digambarkan sebagai situasi fisik yang terstruktur yang dapat dilihat sebagai
mewujudkan ide-ide fisik (Haveleun & Zou, 2001).

Ainsworth dalam Meirina (2013) membuktikan bahwa banyak representasi dapat
memainkan tiga peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi;
kedua, suatu representasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu
representasi yang lebih tidak lazim; dan ketiga, suatu kombinasi representasi dapat
bekerja bersama membantu siswa menyusun suatu pemahaman yang lebih dalam
tentang suatu topik yang dipelajari. Konsep representasi adalah salah satu pondasi
praktik ilmiah, karena para ahli menggunakan representasi sebagai cara utama
berkomunikasi dan memecahkan masalah.

11

Gambar 1. Tiga dimensi pemahaman kimia
(Sumber : Meirina, 2013)

Ketiga dimensi tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk
dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh pernyataan Tasker dan Dalton (2006), bahwa kimia melibatkan proses-proses perubahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya perubahan warna, bau, gelembung)
pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun dalam hal perubahan yang
tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan struktur atau proses di
tingkat submikro atau molekul imajiner hanya bisa dilakukan melalui pemodelan.
Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini kemudian digambarkan pada tingkat
simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu secara kualitatif menggunakan notasi
khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan secara kuantitatif dengan menggunakan matematika (persamaan dan grafik).

Pembelajaran kimia yang utuh dengan menggabungkan ketiga dimensi tersebut
dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep kimia yang abstrak
(Fauzi, 2012).

12

B. Model Pembelajaran SiMaYang

Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran sains berbasis
multipel representasi yang dikembangkan dengan memasukkan faktor interaksi
(tujuh konsep dasar) yang mempengaruhi kemampuan pembelajar untuk
mempresentasikan fenomena sains ( Schonborn and Anderson, 2009) ke dalam
kerangka model IF-SO (Sunyono, 2012 ). Tujuh konsep dasar pembelajar
tersebut yang telah diidentifikasi oleh Shonborn and Anderson (2009) adalah
kemampuan penalaran pembelajar (Reasoning; R), pengetahuan konseptual
pembelajar (conceptual; C); dan keterampilan memilih mode representasi
pembelajar (representation modes; M). Faktor M dapat dianggap berbeda dengan
faktor C dan R, karena faktor M tidak bergantung pada campur tangan manusia
selama proses interpretasi dan tetap konstan kecuali jika ER domodifikasi,
selanjutnya empat faktor lainnya adalah faktor R-C merupakan pengetahuan
konseptual dari diri sendiri tentang ER, faktor R-M merupakan penalaran terhadap
fitur dari ER itu sendiri, faktor C-M adalah faktor interaktif yang mempengaruhi
interpretasi terhadap ER, dan faktor C-R-M adalah interaksi dari ketiga faktor
awal (C-R-W) yang mewakili kemampuan seorang pembelajar untuk melibatkan
semua faktor dari model agar dapat menginterpretasikan ER dengan baik.
Kerangka model IF-SO berfokus pada isu-isu kunci dalam perencanaan
pembelajaran suatu topik tertentu (I dan F), dan peran guru dan pembelajar dalam
pembelajaran melalui pemilihan representsi selama topik tersebut dibelajarkan (S
dan O). Model kerangka IF-SO merupakan kombinasi dri tiga komponen
pedagogik (domain, guru/dosen, dan pembelajar) yang digambarkan dalam bentuk

13

triad yang saling berkaita. Dalam perspektif pembelajaran dengan model triad,
proses pembelajaran sains menuntut keterlibatan berbagai triad yang meliputi
domain (D), konsepsi guru/dosen (TC), representasi pembelajar (SR), yang
semuanya saling mendukung satu sama lain.
Model pembelajar SiMaYang dalam pelaksanaannya melibatkan diagram
submikro sebagai alat pembelajaran topik-topik yang bersifat abstrak (misalnya
stoikiometri dan struktur atom), selanjutnya dikembangkan perangkat
pembelajaran yang dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan baik pada level
makro, submikro, maupun simbolik untuk memberikan kesempatan kepada
pembelajar untuk berlatih merepresentasikan tiga level fenomena sains sepanjang
sesi pembelajaran yang berfokus kepada permasalahan sains level molekuler.
Oleh sebab itu, multipel representasi yang digunakan dalam model pembelajaran
SiMaYang ini adalah representasi-representasi dari fenomena sains (khususnya
kimia) baik dari skala riil maupun abstrak (Sunyono, 2012).
Mempertimbangkan faktor interaksi R-C dan C-M, maka dalam model
pembelajaran diperlukan tahapan kegiatan eksplorasi, sedangkan pertimbangan
terhadap interaksi R-M dan C-R-M diperlukan tahapan kegiatan imajinasi.
Kegiatan eksplorasi lebih ditekankan pada konseptualisasi masalah sains yang
sedang dihadapi berdasarkan kegiatan diskusi, eksperimen laboratorium /
demonstrasi, dan pelacakan informasi melalui jaringan internet (web-blog atau
web page). Imajinasi diperlukan untuk melakukan pembayangan mental terhadap
representasi eksternal level submikroskopik, sehingga dapat mentransformasikan
ke level maksroskopik atau simbolik atau sebaliknya. Pembelajaran yang
menekankan pada proses imajinasi dapat membangkitkan kemampuan

14

representasi pembelajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan kreativitas
pembelajar. Kekuatan imajinasi akan membangkitkan gairah untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan konseptual pembelajar. Oleh sebab itu, imajinsi
representasi dimasukkan sebagai salah satu tahap (fase) dalam sintak dari model
SiMaYang.
Karakteristik model pembelajaran berbasis multipel representasi yang dikembangkan dan diberi nama model SiMaYang dirumuskan berdasarkan hasil kajian
teori analisis yang dilakukan pada tahap pendahuluan dan pengembangan.
(Sunyono, 2012) Model pembelajaran SiMaYang disusun dengan mengacu pada
ciri suatu model pembelajaran menurut Arends, R. (1997; 7) yang menyebutkan
setidak-tidaknya ada 4 ciri khusus dari model pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mecapai tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh perancangannya.
2. Landasan pemikiran tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan
bagaimana pembelajar belajar untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Aktivitas guru/dosen dan pembelajar (siswa/mahasiswa) yang diperlukan agar
model tersebut terlaksana dengan efektif.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Karakteristik ketiga dan keempat tertuang di dalam ciri-ciri dan komponenkomponen yang terkandung di dalam model pembelajaran SiMaYang.

15

Menurut Sunyono (2012) model pembelajaran SiMaYang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran SiMaYang hanya cocok untuk topik-topik sains yang
bersifat abstrak yang di dalamnya mengandung level makro, submikro, dan
simbolik.
2. Ada keanekaragaman visual (gambar, diagram, grafik, animasi, dan analogi)
yang dapat merangsang pembelajar dalam menggunakan kemampuan
berfikirnya dalam membuat interkoneksi diantara level-level fenomena sains.
3. Pembelajar memiliki peran yang aktif dalam menelusuri informasi
(pengetahuan konseptual), menemukan sifat-sifat, pola, rumus-rumus, simbolsimbol, dan penyelesaian masalah, melalui proses mengamati dan
membayangkan dengan imajinasinya.
4. Memberi kesempatan kepada pembelajar untuk mengembangkan potensi
kognitifnya dalam membangun model mental terutama melalui kegiatan
eksplorasi pengetahuan dan imajinasi representasi.
5. Menekankan aktivitas pembelajar dalam belajar baik secara kelompok maupun
individu.
6. Guru/dosen juga berperan sebagai mediator, dalam hal ini guru/dosen
memediasi kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan pembelajar, sehingga
ada sharing pengetahuan diantara pembelajar sendiri dengan fasilitas dari
guru/dosen.
7. Ada bimbingan dan bantuan dari guru/dosen kepada pembelajar yang
mengalami kesulitan, baik dalam belajar secara kelompok maupun ketika
latihan secara individu.

16

8. Pembelajar diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan dan mengartikulasikan hasil kerjanya (belajarnya) kepada teman dan guru/ dosen melalui
kegiatan presentasi.

Model pembelajaran SiMaYang mempunyai sintaks dengan 4 fase pembelajaran
(Sunyono, 2012). Keempat fase dalam model pembelajaran tersebut memiliki
ciri dengan akhiran “si” sebanyak lima “si”. Fase-fase tersebut tidak selalu
berurutan bergantung pada konsep yang dipelajari oleh pembelajar, terutama
pada fase dua (fase eksplorasi-imajinasi). Oleh sebab itu, fase-fase model
pembelajaran yang dikembang dan hasil revisi ini tetap di susun dalam bentuk
layang-layang, sehingga tetap dinamakan Si-5 layang-layang atau disingkat
SiMaYang (Sunyono, 2012):

Gambar 2. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang (SiMaYang)
Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifiknya mempengaruhi adanya
perubahan dari sintak model SiMaYang. Berkaitan hal tersebut, Sunyono (2014)
telah mengembangkan lebih lanjut model pembelajaran SiMaYang dengan
memadukan model SiMaYang tersebut dengan pendekatan saintifik dan
dinamakan model Saintifik-SiMaYang atau SiMaYang Tipe II. Model

17

pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki sintaks yang sama dengan model
SiMaYang. Perbedaannya terletak pada aktifitas guru dan siswa, dimana pada
model pembelajaran SiMayang Tipe II, aktifitas guru dan siswa disesuaikan
dengan pendekatan saintifik (Sunyono, 2014). Sintaks model pembelajaran
SiMaYang Tipe II diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Fase-fase model pembelajaran SiMaYang Tipe II
Fase
Fase 1 :
Orientasi

Aktivitas guru
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Memberikan motivasi dengan berbagai
fenomena kimia yang terkait dengan
pengalaman siswa.

Fase II:
Eksplorasi –
Imajinasi

1. Mengenalkan konsep kimia dengan
memberikan beberapa abstraksi yang
berbeda mengenai fenomena kimia (seperti
perubahan wujud zat, perubahan kimia, dan
sebagainya) secara verbal atau dengan
demonstrasi dan juga menggunakan
visualisasi: gambar, grafik, atau simulasi
atau animasi, dan atau analogi dengan
melibatkan siswa untuk menyimak dan
bertanya jawab.
2. Mendorong, membimbing, dan
memfasilitasi diskusi siswa untuk
membangun model mental dalam membuat
interkoneksi diantara level-level fenomena
kimia yang lain, yaitu dengan membuat
transformasi dari level fenomena kimia
yang satu ke level yang lain dengan
menuangkannya ke dalam lembar kegiatan
siswa.
1. Membimbing dan memfasilitasi siswa
dalam
mengartikulasikan/mengkomunikasikan
hasil pemikirannya melalui presentasi hasil
kerja kelompok.
2. Memberikan latihan atau tugas dalam
mengartikulasikan imajinasinya. Latihan
individu tertuang dalam lembar kegiatan
siswa/LKS yang berisi pertanyaan dan/atau
perintah untuk membuainterkoneksi ketiga
level fenomena kimia.
1. Mengevaluasi kemajuan belajar siswa dan
reviu terhadap hasil kerja siswa.
2. Memberikan tugas latihan interkoneksi.
Tiga level fenomena kimia

Fase III:
Internalisasi

Fase IV:
Evaluasi

Aktivitas siswa
1. Menyimak penyampaian
tujuan sambil memberikan
tanggapan
2. Menjawab pertanyaan dan
menanggapi
1. Menyimak dan bertanya
jawab dengan dosen tentang
fenomena kimia yang
diperkenalkan.
2. Melakukan penelusuran
informasi melalui webpage
/weblog dan/atau buku teks.
3. Bekerja dalam kelompok
untuk melakukan imajinasi
terhadap fenomena kimia
yang diberikan melalui LKS
4. Berdiskusi dengan teman
dalam kelompok dalam
melakukan latihan imajinasi
representasi.

1. Perwakilan kelompok
melakukan presentasi
terhadap hasil kerja
kelompok.
2. Memberikan tanggapan/
pertanyaan terhadap
kelompok yang sedang
presentasi.
3. Melakukan latihan individu
melalui LKS individu.
Menyimak hasil reviu dari
guru dan bertanya tentang
pembelajaran yang akan
datang.

18

C. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa adalah sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa mengenai materi kimia yang harus mereka kuasai (Senam
dalam Widodo, 2013). LKS merupakan alat bantu untuk menyampaikan pesan
kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, melalui
media pembelajaran berupa LKS ini akan memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran dan mengefektifkan waktu, serta akan
menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Rohaeti (2009), Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu
sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam
kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang dihadapi. Menurut
Trianto (2011), Lembar kerja siswa merupakan panduan siswa yang biasa
digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk
mempermudah proses penyelidikan atau memecahkan suatu permasalahan.

Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2000), fungsi LKS adalah:
1. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih
menarik perhatian siswa.
3. Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa.
6. Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang
dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

19

LKS yang disusun haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu agar menjadi LKS
yang berkualitas baik. Syarat-syarat LKS yang memiliki kualitas baik apabila
aspek didaktik, konstruksi dan teknik terpenuhi. 1) syarat-syarat didaktik, mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal, dapat digunakan dengan
baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS menekan pada proses
untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus
melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada
pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. 2)
syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa
kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam LKS. 3) syarat teknis menekankan
pada tulisan, gambar dan penampilan dalam LKS.

Menurut Prianto dan Harnoko (dalam Widjajanti, 2008), manfaat dan tujuan LKS
antara lain:
1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar
mengajar.
4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai
melalui kegiatan belajar.
7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari
melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Penggunaan media LKS ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam proses
pembelajaran, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Azhar Arsyad (2004) antara
lain yaitu: 1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar
semakin lancar dan meningkatkan hasil belajar. 2) Meningkatkan motivasi siswa
dengan mengarahkan perhatian siswa sehingga memungkinkan siswa belajar

20

sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya. 3) Penggunaan media dapat
mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4) Siswa akan mendapatkan
pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa dan memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. Selain itu melalui LKS, diharapkan
siswa dapat termotivasi dalam mempelajari konsep-konsep kimia khususnya pada
materi asam basa.

Ada dua kategori LKS, yaitu LKS eksperimen dan LKS non eksperimen. LKS
eksperimen adalah lembar kegiatan siswa yang berisikan petunjuk dan pertanyaan
yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan
dalam bentuk kegiatan eksperimen di laboratorium, sedangkan LKS non eksperimen adalah lembar kegiatan yang berisikan perintah atau pertanyaan yang harus
diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam
bentuk kegiatan di kelas.

LKS eksperimen merupakan media pembelajaran yang tersusun secara kronologis
agar dapat membantu siswa dalam memperoleh konsep pengetahuan yang
dibangun melalui pengalaman belajar mereka sendiri yang berisi tujuan percobaan, alat percobaan, bahan percobaan, langkah kerja, pernyataan, hasil pengamatan, dan soal-soal hingga kesimpulan akhir dari eksperimen yang dilakukan
pada materi pokok yang bersangkutan.

LKS noneksperimen merupakan media pembelajaran yang disusun secara kronologis, dimana hanya digunakan untuk mengkonstruksi konsep pada submateri
yang tidak dilakukan eksperimen. Jadi, LKS noneksperimen dirancang sebagai
media teks terprogram yang menghubungkan antara hasil percobaan yang telah

21

dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa dapat menemukan konsep
pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan soal-soal yang dituliskan dalam
LKS noneksperimen tersebut.

D. Keterampilan Efikasi Diri
Menurut Bandura (1997: 3) menjelaskan Self efficacy atau efikasi diri merupakan
persepsi individu akan keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang
diharapkan. Keyakinan efikasi diri mempengaruhi pilihan tindakan yang akan
dilakukan, besarnya usaha dan ketahanan ketika berhadapan dengan hambatan atau
kesulitan.

Individu dengan efikasi diri tinggi memilih melakukan usaha lebih besar dan pantang
menyerah, diantaranya yaitu siswa yang dapat melakukan hubungan sosial yang baik
serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi, dengan pengalamannya tersebut
maka dia akan mudah memberikan keyakinan dalam dirinya bahwa dia mampu
melakukan tindakan sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut juga dinyatakan oleh
Sulis (2010: 3) bahwa tingkat terbesar yang mempengaruhi efikasi diri adalah adanya
konsistensi dalam melakukan hubungan sosial serta dapat memecahkan masalah yang
sedang dihadapinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, dengan adanya efikasi diri yang tinggi maka
pembelajaran kimia akan semakin mudah dikuasai dalam satu paket pembelajaran
yaitu keterampilan kognitif yang disertai dengan kemampuan proses siswa, sehingga
siswa tidak hanya pandai dalam berteori namun memahami dengan tepat dan dapat
menemukan sendiri konsep yang tepat melalui proses yang tepat pula.

22

E. Konsep

Menurut Dahar (1989) konsep merupakan suatu abstraksi yang melibatkan hubungan antar konsep dan dapat dibentuk oleh individu de-ngan mengelompokkan
obyek, merespon obyek tersebut dan kemudian memberinya label. Oleh karena
itu, suatu konsep mempunyai karakteristik berupa hirarki konsep dan definisi
konsep. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk
menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian
konsep. Pada tahap analisis konsep, guru hendaknya memperhatikan hal-hal
seperti nama konsep, atribut-atribut variabel dari konsep, definisi konsep, contoh
dan noncontoh dari konsep, hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.

Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu
yang sungguh-sungguh ada. Menurut Herron et al. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan
untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi
pencapai-an konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan
Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah,
yaitu me-nentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut
kritis, atri-but variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep
larutan Asam Basa dituangkan ke dalam bentuk peta konsep pada gambar 3,
sedangkan hasil analisis konsep secara lengkap diuraikan pada lampiran 1.

23

Gambar 3. Peta konsep larutan asam basa

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2008),
metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Menurut Sugiyono (2008) langkah-langkah penelitian pengembangan terdiri dari
sepuluh langkah, yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) mengumpulkan informasi, 3)
desain produk, 4) validasi desain, 5) perbaikan desain, 6) uji coba produk
dilakukan pada kelompok terbatas, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian
dilakukan untuk melihat efektivitas produk jika digunakan dalam ruang lingkup
yang lebih luas lagi, 9) revisi produk dilakukan apabila pemakaian pada skala
lebih luas terdapat kekurangan, dan 10) pembuatan produk massal.

Secara garis besar penelitian dan pengembangan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
1) analisis kebutuhan meliputi studi pustaka, studi kurikulum, dan studi lapangan,
tahap 2) perencanaan dan pengembangan meliputi perencanaan desain
LKS,pembuatan desain LKS, validasi,dan revisi, dan tahap 3) evaluasi produk
meliputi uji coba produk secara terbatas, revisi setelah uji coba produk secara
terbatas, uji coba pemakaian, revisi produk, dan pembuatan produk secara massal.

25

Digambarkan oleh Borg dan Gall dalam Sugiyono (2008) seperti di bawah ini :
Potensi dan
masalah

Uji coba
pemakaian

Revisi produk

Pengumpulan
data

Revisi produk

Produksi Massal

Desain produk

Validasi desain

Uji coba
produk

Dokumen yang terkait

LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI DENGAN MODEL SiMaYang TIPE II UNTUK MENUMBUHKAN MODEL MENTAL DAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA

5 49 73

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SiMaYang TIPE II BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI DALAM MENINGKATKAN EFIKASI DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

7 29 72

LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI MENGGUNAKAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

9 33 75

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN MODEL MENTAL DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI IKATAN KIMIA

0 19 53

PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II DALAM MENINGKATKAN MODEL MENTAL DAN EFIKASI DIRI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELKETROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

2 23 67

PRAKTIKUM KIMIA ASAM BASA BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN DISPOSISI BERPIKIR KRITIS, KEMAMPUAN MULTIPEL REPRESENTASI DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMK.

0 1 32

PRAKTIKUM KIMIA ASAM BASA BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN DISPOSISI BERPIKIR KRITIS, KEMAMPUAN MULTIPEL REPRESENTASI DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMK - repository UPI T KIM 1201006 Title

0 0 3

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MENGGUNAKAN MODEL GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

0 2 16

Pengaruh Scaffolding dalam Pembelajaran SiMaYang untuk Meningkatkan Efikasi diri dan Penguasaan Konsep

0 0 12

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MULTIPEL REPRESENTASI (SIMAYANG) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DITINJAU DARI EFIKASI DIRI PESERTA DIDIK - Raden Intan Repository

0 0 135