KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, DAN KELENTUKAN TERHADAP KEMAMPUAN BANTINGAN PINGGUL PADA ATLET GULAT PPLP LAMPUNG TAHUN 2014

(1)

ii ABSTRAK

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, DAN KELENTUKAN TERHADAP KEMAMPUAN

BANTINGAN PINGGUL PADA ATLET GULAT PPLP LAMPUNG TAHUN 2014

Oleh

MAHYUDI DWI SEPTIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, dan kelentukan terhadap kemampuan bantingan pinggul pada atlet PPLP gulat Lampung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 5 atlet, dengan sampel sebanyak 5 atlet, sehingga disebut sampel populasi. Pengumpulan data kekuatan lengan menggunakan pull and push dynamometer, kekuatan otot tungkai menggunakan vertical jump test, Kelentukan menggunakan Flexometer, serta analisis data menggunakan regresi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan otot lengan memiliki koefisien korelasi 0,914 dan memberikan kontribusi sebesar 83,57%, kekuatan otot tungkai memiliki koefisien korelasi 0,914 dan memberikan kontribusi sebesar 83,51%, Kelentukan memiliki koefisien korelasi 0,494 dan memberikan kontribusi sebesar 24,42%.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemampuan bantingan pinggul adalah kekuatan otot lengan yaitu sebesar 83,57%. Sebagai implikasikan untuk memperoleh keberhasilan bantingan pinggul pada olahraga gulat, perlu memperhatikan semua unsur fisik terutama kekuatan otot lengan.

Kata Kunci : Bantingan Pinggul, Gulat, Kekuatan, Kelentukan, Otot Lengan, Tungkai.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Mahyudi Dwi Septian , lahir di Tanjung Karang pada tanggal 30 September 1991, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis lahir dari

pasangan Bapak Effendi dan Ibu Maliha.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Taman kanak-kanak (TK) Handayani, Sekolah Dasar (SD) di SDN 6 Gedong Air lulus pada tahun 2003. Kemudian masuk SMP Negeri 7 Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 16 Bandar Lampung pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis juga mengikuti kejuaraan resmi di tingkat Daerah maupun Nasional, diantaranya adalah:

1. Pomnas 2009 di Sumatera Selatan mewakili Lampung.

2. Porprov 2010 di Tulang Bawang Mewakili Kabupaten Lampung Timur pada cabang gulat.

3. Mengikuti Kejurda gulat Balam Open

4. PORPROV 2014 di Lampung Selatan mewakili Kota Bandar Lampung pada cabang olahraga gulat

Penulis pada tahun 2013 peneliti melaksanakan KKN dan PPL di Sd Negeri Watas , Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat. Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.


(7)

ix

PERSEMBAHAN

Karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada orang yang tiada duanya didunia untuk kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan ataukah perjuangan yang tidak pernah ku ketahui, namun dengan penuh kesabaran dan pengertian yang luar

biasa :

Ibuku terkasih Maliha Ayahku tersayang Effendi

Kakanda ku Juliansyah Serta adik ku Ilham Novriansyah

yang disetiap waktu selalu mendukung dan mendoakanku dalam keadaan apapun. Kepada sahabat ku senasib sepenanggungan dan seperjuangan Dimas Prabowo, Rino Anugrah, Dedi Alfatoni, Teddy Afri Suhendri, Khairu Rahman, Roby Sandra Ary Sandy, Fahmi Iskandar, Jodieka Permadi, Sigit raharjo dan Dian Syuriadi Putra dan rekan-rekan

Penjaskes10 serta rekan-rekan lain yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu. terima kasih tiada tara ku ucapkan.


(8)

viii

MOTO

Jangan menyerah selagi masih ada kemungkinan walaupun itu hanya 1 persen (Youci Hiruma)

Akan kulindungi dengan cara apapun hal yang berharga bagiku (Penulis)

Kita tak punya waktu untuk bertanya apa yang tak kita miliki, kita hanya bisa melakukan yang terbaik yang kita miliki untuk hidup kita.

(Penulis)

Jangan pernha berhenti bermimpi atau berhenti berharap, karena harapanmu akan mengantarkan sebuah keajaiban.

(penulis

Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai sesudah dikerjakan (Penulis)

Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan / diperbuatnya (Ali Bin Abi Thalib)


(9)

x

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul “Kontribusi Kekuatan Otot Lengan, Kekuatan Otot Tungkai dan Kelentukan Terhadap Kemampuan Bantingan Pinggul Pada Atlet Gulat PPLP Lampung Tahun 2014” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku Pembimbing pertama sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

2. Bapak Drs. Wiyono, M.Pd selaku Pembimbing kedua yang juga telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

3. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd selaku Pembahas yang juga telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis 4. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.S selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

5. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Universitas Lampung.

7. Bapak /Ibu Dosen dan karyawan Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

8. Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga provinsi Lampung, dan kepada bapak Benizar dan Dedi Gultom selaku pelatih atlet gulat PPLP yang telah memberikan bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian. yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada atlet gulat PPLP Lampung.

9. Atlet gulat PPLP Lampung dan seluruh rekan rekan atlet gulat Lampung, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.


(10)

xi

10.Ibuku dan Bapakku terimakasih atas semua doa, semangat dan motivasi yang kalian berikan kepada saya.

11.Sahabat terbaik-ku Dimas Prabowo, Dedy Alfatony, Sigit Raharjo, Dian Syuriadi, Khairul Rahman,Fahmi Iskandar, Robi Shandra, Joedika Permadi, Rino Anugrah, Tedy Afri Suhendri, Suwarli dan kawan kawan penjaskesrek UNILA 2010 yang menjadi motivator selama ini dan terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian.yang telah menjadi motivator, inspirator, dan penyemangat selama ini, terimakasih atas semua doa, dukungan dan bantuannya.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wasalamualaikum Wr. Wb. Bandar Lampung, Febuary 2015 Penulis

Mahyudi Dwi Septian


(11)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……… ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Kekuatan Otot Lengan ... 14

B. Kekuatan Otot Tungkai ... 16

C. Kelentukan ... 20

D. Pengertian Olahraga Gulat ... 21

E. Teknik Dasar Olahraga Gulat... 23

F. Teknik Bantingan Pinggul ... 25

G. Perananan Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar untuk Prestasi Olahraga ... 30

H. Kerangka Berpikir ... 31

I. Hipotesis ... 31

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Metode Penelitian... 33

B. Populasi dan Sampel ... 34

C. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 34

D. Variabel Penelitian……… ... 34

E. Desain Penelitian ... …. 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Instrumen Penelitian... 36

H. Validitas dan Reliabelitas Instrumen ... 41


(12)

xiii

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pengujian Hipotesis ... 48

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN ... 59


(13)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Konveksi Vertical Jump Test ... 38

2. Norma Test Duduk Dan Jangkau ... ... 40

3. Validitas Hasil Bantingan Pinggul ... 42

4. Interpretasi Hasil Uji Reliabelitas ... 42

5. Hasil Uji Reliabelitas Pada Kemampuan bantingan Pinggul ... 43

6. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 44

7. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

8. Destribusi Frekuensi Kekuatan Otot Lengan ... 46

9. Destribusi Frekuensi Kekuatan Otot Tungkai ... 47

10.Destribusi Frekuensi Kelentukan... ... 48


(14)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Otot Lengan ... 15

2. Otot Tungkai ... 19

3. Teknik Bantingan Pinggul Menggunakan Kepala bawah dan Lengan ... 26

4. Teknik Bantingan Pinggul Menggunakan Kepala dan Bawah Lengan ... 27

5. Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang ... 27

6. Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dan lengan ... 28

7. Teknik Bantingan Pinggul Dengan Gulungan Pinggang dengan menggunakan sisi luar lengan ... 29

8. Teknik Bantingan Pinggul Dengan Gulungan Pinggang dengan double lengan... ... 29

9. Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dan Kuncian Kepala ... 30

10.Desain Penelitian... ... 35

11.Push and Pull Dynamometer... ... 37


(15)

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Hasil pengujian validitas dan reliabelitas instrumen ... 60 2. Tabel Distribusi Frekuensi ... 64 3. Menghitung Rerata dan Standart Deviasi ... 67 4. Data Hasil Tes Kekuatan Otot Lengan, Kekuatan Otot Tungkai, Kelentukan

dan Bantingan Pinggul ... 68 5. Koefisien Korelasi Kekuatan Otot Lengan Dengan Kemampuan Bantingan

Pinggul ... 69 6. Koefisien Korelasi Kekuatan Otot Tungkai Dengan Kemampuan Bantingan

Pinggul ... 71 7. Koefisien Korelasi Kelentukan Dengan Kemampuan Bantingan


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar masyarakat Indonesia menyadari bahwa pemeliharaan kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup sehat jasmani dan rohani. Hal ini terbukti dengan berlomba-lombanya masyarakat Indonesia melakukan kegiatan olahraga dengan

menyelenggarakan kompetisi yang bersifat daerah, nasional, maupun internasional.

Dalam perkembangannya, olahraga telah menjadi kebutuhan bagi

masyarakat untuk meningkatkan dan menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan bersemangat dalam melakukan kegiatan sehari-hari serta dapat

diandalkan untuk mengaharumkan nama bangsa melalui prestasi. Hal ini sesuai dengan tujuan khusus dari aktifitas berolahraga (Muchtar dalam Kemenpora, 2010 : 2) yang menyatakan: “Kegiatan olahraga di Indonesia tidak hanya sekedar untuk kesegaran jasmani atau rekreasi saja, namun harus berfikir kearah peningkatan prestasi untuk dapat mengharumkan nama bangsa dan negara di gelanggang internasional”.


(18)

2

Olahraga di masyarakatkan sebagai ajang prestasi, tetapi dalam

perkembanganya selain sebagai ajang prestasi olahraga juga dirasa sebagai pendidikan, rekreasi, dan kesegaran jasmani. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Pada BAB II Pasal 4 dijelaskan sebagai berikut: “Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatandan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak yang mulia, sportifitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa”.

Sehubungan dengan tujuan diatas maka telah dijelaskan pula dalam Pasal 27 UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “ Pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dengan memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuh kembangkan sentrapembinaan olahraga yang bersifat nasional dan daerah, danmenyelenggarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan”.

Berdasarkan kutipan di atas disimpulkan bahwa melalui latihan olahraga diharapkan terciptanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani,serta dapat membentuk watak, kepribadian dan karakter sehingga tercipta manusia yang seutuhnya guna mengisi pembangunan olahraga tanah air melalui prestasi yang baik.

Demi tercapainya prestasi yang baik dan maksimal perlu dilaksanakan pembinaan olahraga yang dilakukan dengan mengadakan perkumpulan


(19)

olahraga. Kemudian diadakan kompetisi secara berjenjang dan

berkelanjutan untuk dijadikan sebagai tolak ukur sukses atau tidaknya pembinaan olahraga yang dilakukan. Pembinaan dan pengembangan olahraga sudah menjadi tanggung jawab bersama dimulai dari pusat hingga ke daerah-daerah melalui induk organisasi yang ada guna pencapaiaan prestasi yang maksimal, diantaranya prestasi dalam olahraga gulat.

Pembinaan olahraga sebagai sebuah tahapan penting dalam pembinaan prestasi olahraga karena merupakan pondasi dari bangunan sistem

pembinaan prestasi olahraga. Menurut Ria Lumintuarso (Kemenpora, 2010: 70) proses pembibitan olahraga ditata dengan polayang terstruktur sesuai dengan fungsi perkembangan atlet pada usia pembibitan, yaitu dimulai dari usia SD hingga SMA. Langkah pertama dalam proses pembibitan olahraga adalah pemanduan bakat untuk mengidentifikasi bakat anak (usia 10–12 tahun) pada bidang olahraga. Langkah kedua adalah pengembangan bakat, yaitu mengidentifikasi kecocokan anak (usia 10–13 tahun) terhadap cabang olahraga tertentu agar berprestasi di masa depan. Langkah ketiga adalah pembinaan atlet usia 14–16 tahun melalui sentra/ klub pembibitan yang mengacu pada cabang olahraga tertentu. Langkah keempat adalah melalui Pusat Pembinaan dan Latihan OlahragaPelajar (PPLP) yaitu merupakan saringan atau seleksi dari sentra olahraga yang menunjukkan hasil sesuai standar pencapaian prestasi pada usia 15–19 tahun. Langkah kelima atau langkah terakhir adalah kompetisi yang merupakan fase pertama atlet belajar berkompetisi pada wadah kompetisi yang sesungguhnya.


(20)

4

langkah keempat dari pembibitan olahraga yaitu melalui Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP). PPLP merupakan suatu bagian dari sistem pembinaan prestasi olahraga yang integral melalui kombinasi antara pembinaan prestasi dengan jalur pendidikan formal di sekolah.Sistem ini memiliki posisi strategis dalam meletakkan pondasi pembangunan prestasi olahraga di Indonesia pada usia potensial (the golden age) dalam rangka pengembangan bakat siswa di bidang olahraga.

Kontribusi PPLP pada kekuatan olahraga, baik daerah maupun nasional sangatlah besar. Sejumlah atlet yang berhasil mengharumkan Merah Putih di ajang pertandingan internasional lahir dari PPLP. Oleh karena itu, keberadaan PPLP sebagai lumbung atlet-atlet muda potensial mempunyai peran yang sangat strategis dan penting dalam pembibitan calon atlet berprestasi. Pembibitan olahraga melalui PPLP harus dilakukan secara cermat, akurat, dan menuntut komitmen bersama guna mencapai hasil maksimal dalam mencetak calon-calon atlet masa depan yang diharapkan mampu menjadi duta negara dalam percaturan olahraga internasional.

Perkembangan olahraga di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

menampakkan kemajuannya, keadaan ini sejalan pula dengan apa yang telah diprogramkan oleh pemerintah untuk kegiatan olahraga dengan semboyan “Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”. Untuk meningkatkan prestasi atletnya, seorang pelatih haruslah mempunyai wawasan yang luas. Selain pengetahuan tentang bidang olahraga yang digelutinya, juga harus mengerti tentang teori dan metodologi latihan yang


(21)

akan mendukung prestasi atlet. Hal ini membuktikan bahwa seorang pelatih harus mengikuti perkembangan dunia olahraga yang semakin hari semakin modern dalam bidang melatih.

Di Indonesia sudah banyak terbentuk PPLP berbagai macam cabang olahraga di antaranya: PPLP Atletik, PPLP Judo, PPLP Gulat, PPLP Panahan, PPLP Senam, dan PPLP Angkat Besi. Sedangkan di Provinsi Lampung sendiri sudah terbentuk beberapa PPLP antara lain yaitu PPLP Atletik, PPLP Gulat, PPLP Panahan, dan PPLP Senam.

Gulat merupakan olahraga prestasi yang mempunyai ciri khas yaitu olahraga yang berhadapan dengan menggunakan anggota tubuh, berusaha untuk menjatuhkan lawan dengan cara menarik, mendorong, menjegal,

membanting, menekan, menahan, sehingga kedua lawan menempel di atas matras dengan tidak melanggar peraturan yang telah ditentukan. Pada olahraga gulat, terdapat dua gaya yang dipertandingkan baik nasional maupun internasional, yaitu Gaya Bebas (Free Style) dan Gaya Romawi Yunani (Greco Roman). Gaya bebas adalah tata cara permainan gulat yang memperkenankan pegulat menyerang kedua kaki lawan yaitu menjegal, menarik kaki sesuai dengan aturan yang ditentukan. Sedangkan gaya romawi yunani (Greco Roman) adalah tata cara permainan gulat yang melarang pegulat menyerang bagian tubuh bawah panggul seperti menjegal, menarik kaki, melipat lawan.Gulat menurut peraturan gulat internasional (Hadi, 2004 : 1 –2) yaitu : Gulat adalah suatu kegiatan yang menggunakan tenaga, didalamnya dimungkinkan terjadi suatu perkelahian, pertarungan


(22)

6

yang sengit mengalahkan lawan dengan saling menarik, mendorong, membanting dan mengunci.

Mengacu pada definisi diatas jelas sekali bahwa olahraga gulat sering kali menggunakan kekuatan dengan tehnik yang baik sebagai cara menaklukan lawan. Teknik merupakan suatu bagian segmen dasar penting yang berperan dalam suatu cabang olahraga dalam bentuk penampilan yang digunakan untuk mencapai prestasi yang diharapkan, didalam pengembangan teknik untuk pencapaian suatu prestasi diperlukan suatu bentuk latihan teknik yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan penguasaan

keterampilan teknik gerakan dalam suatu cabang olahraga. Penguasaan teknik-teknik dasar adalah sangat penting karena menentukan keterampilan dan kemahiran secara keseluruhan gerak dalam suatu cabang olahraga berarti seorang harus terampil melakukan beberapa gerakan teknik dasar Jadi dengan penguasaan teknik dasar yang baik seorang atlet akan mempunyai peluang yang lebih besar dalam mencapai suatu prestasi. Dengan menguasai teknik dasar, apabila diumpamakan seorang prajurit dia memiliki amunisi yang banyak dan senjata yang komplit, sehingga

memudahkan melakukan penyerangan dan pertahanan, serta dapat lebih bervariasi dalam menerapkan strategi (Hadi, 2004 : 16-17). Penguasaan Teknik Dasar adalah merupakan syarat utama untuk meraih prestasi, untuk itu harus dilakukan latihan yang lebih efektif dan efisien, terutama sekali dalam teknik dan metode latihan, sehingga penguasaan teknik dasar dapat dikuasai dengan sempurna. Teknik dasar gulat harus betul-betul dipelajari terlebih dahulu, guna dikembangkan mutu prestasi gulat sebab menang atau


(23)

kalahnya seorang atlet dalam suatu pertandingan salah satunya ditentukan oleh penguasaan teknik dasar olahraga gulat (Hadi, 2004 : 16 ). Dengan demikian penguasaan teknik dasar merupakan modal utama untuk meraih prestasi. Melihat kenyataan tersebut seorang atlet gulat yang berambisi untuk berprestasi harus benar-benar menguasai teknik dasar gulat. Dengan menguasai teknik dasar, apabila diumpamakan seorang prajurit dia memiliki amunisi yang banyak dan senjata yang lengkap, sehingga memudahkan melakukan penyerangan dan pertahanan, serta dapat lebih bervariasi dalam menerapkan strategi.

Teknik dasar dalam cabang olahraga gulat yaitu terdiri dari 4 bagian teknik dasar yaitu teknik serangan, teknik pertahanan, teknik konter dan teknik mengangkat. Hal ini ditegaskan oleh Prawira (1993 : 5) yang mengatakan bahwa “teknik serangan terbagi dalam beberapa gerakan yaitu tarikan, dorongan, angkatan, kaitan, kayang, kombinasi dan bantingan. Sedangkan pertahanan terbagi dalam 3 posisi yaitu posisi pertahanan atas atau berdiri, posisi pertahanan dalam posisi kodok dan posisi pertahanan dalam posisi telungkup. Adapun beberapa teknik bantingan pada olahraga gulat yaitu : bantingan kepala, bantingan lengan, bantingan pinggul dan teknik kayang depan. Bantingan pada pinggul termasuk salah satu teknik serangan. Pelaksanaan teknik bantingan pada pinggul dari analisis gerak, agar bisa fokus atau konsentrasi untuk melihat serangan atau target sasaran. Pada posisi ini seorang pegulat harus memperhitungkan serangan, jika seorang pegulat menyerang lawan yang siap maka serangan kita akan diblok dan serangan akan gagal. Sumber tenaga yang dipakai pegulat dalam melakukan


(24)

8

teknik bantingan, agar menghasilkan bantingan yang sempurna apabila menggunakan tarikan lengan yang dibantu oleh gerakan pinggang.

Bantingan pinggul lazim dipergunakan pada gulat gaya Yunani Romawi atau Greco Roman (Petrov, 1987 : 230 ). Jenis teknik bantingan ini memanfaatkan pinggul sebagai tumpuan teknik bantingan. Yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik bantingan pinggul adalah : 1)

tumpuan kaki agar bisa mengatur titik berat badan berada di antara dua kaki. Sebab dengan demikian tubuh akan stabil dan tumpuan menjadi kuat. 2) Jarak pinggang dengan lantai dasar lebih pendek atau lebih rendah dari jarak pinggang ke lantai dasar lawan, sebab yang posisi lebih pendek, artinya lebih dekat pada dasar atau landasan menjadikan posisi tubuh akan lebih stabil (Hidayat, 1997 :31). 3) usahakan agar lawan mudah tergoyang atau tergoncang sebab dengan demikian keadaan tubuh lawan tidak stabil dan mudah untuk dijatuhkan (Petrov, 1987 : 232 ). Untuk dapat melakukan teknik bantingan pinggul dengan sempurna, dipengaruhi oleh kondisi fisik atlet. Dalam olahraga gulat, tungkai sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi atau hasil bantingan, karena fungsi tungkai adalah sebagai penopang tubuh. Selain sebagai penopang tubuh tungkai berfungsi juga sebagai tenaga pendorong awal dan pada saat pegulat melakukan gerakan mengangkat dan membanting. Sementara kekuatan otot lengan yang dimaksud yaitu kemampuan otot lengan untuk melakukan gerakan menarik dan merangkul lawan agar tidak lepas dari penguasaan.


(25)

Peranan kekuatan otot lengan dalam melakukan bantingan sangatlah penting karena di samping dapat menunjang dalam memperoleh nilai bantingan pinggang, dari pelaksanaan bantingan juga diperlukan kesuaian gerak atau gerak lanjutan sehingga faktor kelentukan juga sangat berpengaruh terhadap hasil bantingan pinggul.

Dari beberapa komponen kondisi fisik yang mendukung keberhasilan bantingan pinggul dan berdasarkan pada pengamatan penulis, penulis menekankan faktor kondisi fisik yang menunjang keberhasilan bantingan pinggul dilihat dari beberapa unsur kondisi fisik yang berhubungan dengan kemampuan bantingan pinggul. Menurut penulis faktor kondisi fisik yang dominan dalam menunjang keberhasilan bantingan pinggul yaitu kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, kemampuan bantingan pinggul yang berbeda pada setiap atletnya, sedangkan intensitas latihan yang diberikan pada atlet sama. Hal ini dilihat dari ada atlet yang memiliki kaki yang panjang memiliki kemampuan yang baik akan tetapi atlet yang memiliki kaki pendek juga dapat melakukan bantingan dengan baikdan bantingan pinggul yang masih sangat jarang digunakan dalam suatu pertandingan. Serta koordinasi antara tarikan lengan dan angkatan pinggang atlet PPLP yang masih lemah dilihat masih sering terjadinya kegagalan pada saat melakukan bantingan. Kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkain serta diimbangi dengan kelentukan dan koordinasi yang baik antara ketiganya


(26)

10

dengan timing yang tepat sehingga menjadi gerakan yang saling berkaitan untuk melakukan bantingan pinggul.

Dari permasalahan diatas, penulis berpendapat bahwa banyak kesalahan yang dialami atlet pada saat melakukan bantingan pinggul dikarenakan komponen fisik para atlet yang kurang siap dan masih sangat jarangnya penggunaan bantingan pinggul pada suatu pertandingan, yang berawal dari pemberian kondisi fisik saat pemanasan yang kurang tepat dan mengarah pada kegiatan inti serta bantingan yang kurang dipergunakan pada saat latih tanding. Pelatih cenderung kurang mengasah kemampuan bantingan pada saat latihan. Padahal bantingan adalah suatu teknik yang dapat

menghasilkan point pada saat pertandingan sehinggaakanmemperbanyak variasi teknik dalam suatu pertandingan.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan suatu keberhasilan gerak dalam melakukan bantingan pinggul pelatih wajib memperhatikan pemberian latihan kondisi fisik saat kegiatan pemanasan serta pelatih juga memberikan intruksi untuk mempergunakan bantingan pada saat sparing untuk

memperoleh keberhasilan gerak dalam melakukan bantingan dengan memberikan latihan tiap-tiap unsur kondisi fisik yang diperlukan dengan tepat dan terarah. Untuk itu penelitian ini dilakukan guna untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tiap unsur kondisi fisik tersebut, sehingga dapat memberikan informasi tentang unsur kondisi fisik apa yang paling dominan dalam melakukan keterampilan bantingan pinggul sehingga pelatih dapat memberikan latihan kondisi fisik yang tepat dan terarah saat kegiatan


(27)

latihan, sehingga ketika dalam pertandingan teknik bantingan pinggul akan dipergunakan dengan lebih efisien dan efektif.

Dilihat dari uraian latar belakang diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang “Kontribusi kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan terhadap kemampuan bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung tahun 2014”.

B. Identifikasi Masalah

Latar belakang masalah yang telah dikemukakan mengarah pada pemikiran adanya berbagai masalah. Dari berbagai masalah yang muncul diintifikasi sebagai berikut :

1. Hasil bantingan pinggul yang dilakukan para atlet tidak berjalan secara baik dan konsisten.

2. Perbedaan kemampuan bantingan pinggul pada atlet.

3. Bantingan pinggul yang masih sangat jarang digunakan pada saat pertandingan

4. Unsur kondisi fisik seperti kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai dan kelentukan para atlet yang kurang, mempengaruhi keberhasilan bantingan pinggul.

5. Kurangnya pemahaman yang dimiliki pelatih tentang fungsi masing-masing unsur-unsur kondisi fisik yang menunjang keberhasilan bantingan pinggul.


(28)

12

7. Pemberian latihan bantingan pinggulyang masih sangat jarang dilakukan sehingga akan mempengaruhi keberhasilan bantingan pinggul.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penuliskan merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot lengan terhadap kemampuan bantingan pinggul ?

2. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan bantingan pinggul ?

3. Seberapa besar kontribusi kelentukan terhadap kemampuan bantingan pinggul ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot lengan terhadap kemampuan bantingan pinggul.

2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan bantingan pinggul.

3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kelentukan terhadap kemampuan bantingan pinggul.


(29)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat antara lain bagi :

1. Penulis

Sebagai salah satu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dalam perkembangan gulat pada teknik bantinan pinggul.

2. Pelatih/ atlet

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para pelatih dalam menyusun program latihan dalam upaya peningkatan kemampuan para atletnya.

b. Penelitian ini dapat dijadikan panduan oleh atlet maupun pelatih dalam menentuka arah proses latihan.


(30)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kekuatan Otot Lengan

Menurut Mahendra (2000: 35) kekuatan adalah sejumlah daya yang dapat dihasilkan oleh suatu otot ketika otot berkontraksi. Menurut Hidayat (1997 : 62) kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melawan beban (load) atau tahanan (resistance) sedangkan menurut Harsono (1998:176), menjelaskan “kekuatan otot adalah kemampuan kontraksi otot yang menimbulkan tegangan terhadap suatu tahanan.” Dalam melakukan teknik bantingan, kekuatan otot lengan dibutuhkan pada saat menarik lawan serta mengontrol lawan dalam posisi bawah.

Kekuatan suatu otot berdasar pada dua faktor utama. Pertama dipengaruhi oleh unsur-unsur strukturil otot itu, khususnya volume. Kekuatan otot meningkat sesuai meningkatnya volume otot. Kedua kekuatan otot

ditentukan oleh kualitas kontrol tak sengaja kepada otot atau kelompok otot yang bersangkutan. Faktor ini penting dalam orang berlatih meningkatkan kekuatan otot dan menekankan perlunya belajar menggunakan kekuatan sesuai dengan pelaksanaan nyata. Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kekuatan otot lengan adalah kemampuan otot lengan atau sekelompok otot lengan seseorang dalam mengerahkan tenaga secara maksimal untuk


(31)

melakukan kontraksi atau gerakan. Bentuk latihan kekuatan otot lengan yang mendukung kemampuan bantingan pinggul antara lain :push up, gerobak dorong, angkat beban dan menarik ban dalam.

1. Otot lengan

Otot-otot yang terdapat pada lengan antara lain :

1. Otot tendon 7. Otot palmaris longus 2. Otot tricep 8. Otot fleksor karpi radialis 3. Otot bicep brakhii 9. Otot fleksor retinakulum 4. Otot brachioradialis 10. Otot fleksor karpi ulnaris 5. Otot pronator teres 11. Otot fasia palmaris 6. Otot pronator teres

Gambar 1. Otot Lengan


(32)

16

2. Peran Kekuatan Otot Lengan dalam Melakukan Bantingan Pinggul

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam olahraga gulat kekuatan otot lengan sangat berperan dalam melakukan teknik bantingan pinggul karena sangat diperlukan dalam menarik dan mengontrol lawan pada saat akan melakukan bantingan pinggul. Jika kekuatan otot lengan seorang pegulat itu bagusdan kuat maka tingkat keberhasilan saat melakukan tekniktersebut lebih besar. Demikian juga sebaliknya, jika kekuatan otot lengan pegulat itu kurang bagus maka belum tentu akan berhasil saat melakukan teknik bantingan pinggul.

B. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan merupakan unsur penting dalam tubuh manusia seperti

dikemukakan oleh Ismaryati (2006:111), kekuatan adalah tenaga kontraksi otot yang dicapai dalam seklai usaha maksimal. Sedangkan menurut Sajoto (1995:8), kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu melakukan aktivitas.

Terdapat beberapa macam tipe kekuatan yang harus diketahui, yaitu kekuatan umum, kekuatan khusus, kekuatan maksimum, daya tahan kekuatan, kekuatan absolut dan kekuatan relatif, menurut Ismaryati (2006:111).


(33)

1. Kekuatan khusus, merupakan kekuatan otot tertentu yang berkaitan dengan gerakan tertentu pada cabang olahraga.

2. Kekuatan maksimum adalah daya tertinggi yang dapat ditampilkan dengan oleh sistem syaraf otot selam kontraksi volunter (secara sadar) yang maksimal.

3. Daya tahan kekuatan ditampilkan dalam serangkai gerakan yang berkesinambungan dari bentuk menggerakan beban ringan berulang-ulang.

4. Kekuatan absolut adalah kemampuan atlet untuk melakukan usaha yang maksimal tanpa memperhitungkan berat bebannya.

5. Kekuatan relatif adalah kekuatan yang ditujukan dengan perbandingan antara kekuatan absolu (absolut strength) dengan berat badan (body weight). Dengan demikian kekuatan relaif bergantung pada berat badan, semakin berat badan seseorang semakin besar peluangnya untuk

menampilkan kekuatannya.

Setiap cabang olahraga membutuhkan kekuatan yang lebih dan berbeda, ada yang membutuhkan kekuatan umum dan daya tahan yang lama, ada yang membutuhkan kekuatan absolut, ada yang membutuhkan kekuatan relatif dan ada yang membutuhkan kekuatan maksimal saja. Didalam olahraga gulat kekuatan yang dibutuhkan adalah kekuatan khusus dalam melakukan bantingan pinggul.

Mengenai kekuatan otot menurut Sajoto (1995:8) mengemukakan bahwa kekuatan otot tungkai adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu


(34)

18

melakukan aktivitas. Menurut Lutan, dkk (1991 : 66) kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik seseorang secara keseluruhan sedangkan menurut Harsono (1998 : 176) kekuatan otot adalah kemampuan kontraksi otot menimbulkan tegangan terhadap suatu tahanan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot tungkai adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas berat dengan melibatkan otot tungkai secara maksimal dengan pengarahan tenaga yang sekuat-kuatnya untuk mengatasi tahanan dengan suatu kontraksi otot tungkai yang tinggi.

1. Kekuatan Otot Tungkai

Otot-otot yang terdapat pada tungkai antara lain :

1. Otot gluteus maximus 6. Otot gastroknemius 2. Otot adduktor 7. Otot peroneus lengus 3. Otot paha lateral 8. Otot soleus

4. Otot paha medial 9. Otot extensor digitorium longus 5. Otot tibialis anterior


(35)

Gambar 2. Otot tungkai (Sumber: Evelyn C. Pearce, 2010 :135)

2. Peran Kekuatan Otot Tungkai Dalam Melakukan Bantingan Pinggul

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam olahraga gulat kekuatan otot tungkai sangat berperan dalam melakukan teknik bantingan pinggul karena kekuatan otot tungkai sangat

diperlukan untuk mengangkat dan membanting pada saat melakukan tehknik bantingan pinggul. Jika kekuatan otot tungkai seorang pegulat itu bagus dan kuat maka tingkat keberhasilan saat melakukan teknik tersebut lebih besar. Demikian juga sebaliknya, jika kekuatan otot lengan pegulat itu kurang bagus maka belum tentu akan berhasil saat melakukan teknik bantingan pinggul.


(36)

20

C. Kelentukan

Kelentukkan merupakan kemampuan sendi otot untuk merenggang seluasluasnya. Daya lentur atau flexibility adalah ukuran kemampuan seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas, hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkatflexibility persendian pada seluruh tubuh.

Bompa (dalam Budiwanto, 2004:40) menjelaskan bahwa kapasitas melakukan gerakan dengan rentangan yang luas diketahui sebagai

kelenturan.Kelenturan menurut Kirkendall (1980:248) adalah kemampuan tubuh atau bagian-bagian tubuh untuk melakukan berbagai gerakan dengan leluasa dan seimbang antara kelincahan dan respon keseimbangan. Menurut Harsono (2001 : 52) kelentukan (fleksibilitas) dapat didefinisikan sebagai : Kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang seluas mungkin, tanpa mengalami,

menimbulkan cidera pada persendian dan otot di sekitar persendian itu”.

Secara umum, suhu badan dan usia sangat mempengaruhi luasnya gerakan bagian-bagian tubuh.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelenturan adalah ukuran kemampuan seseorang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan yang mempunyai otot-otot yang elastis. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam olahraga gulat kelentukan sangat berperan dalam melakukan teknik bantingan pinggul dikarenakan kelentukan berperan dalam melakukan


(37)

bantingan pinggul. Jika kelentukan seorang pegulat itu bagus dan kuat maka tingkat keberhasilan saat melakukan teknik tersebut lebih besar. Demikian juga sebaliknya, jika kelentukan pegulat itu kurang bagus maka belum tentu akan berhasil saat melakukan teknik bantingan pinggul.

D. Pengertian Olahraga Gulat

Gulat adalah salah satu cabang olahraga beladiri kuno yang dilakukan oleh dua orang di atas matras, gulat diperkirakan sudah ada sejak tahun 2050 sebelum masehi, mula – mula dilakukan oleh bangsa Sumeria kemudian berkembang di Mesir, hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan sejarah di Mesir yang menggambarkan teknik-teknik dalam cabang olahraga gulat, seperti ; berdiri pada posisi yang kokoh dan teknik serangan kaki ( Petrov, 1987 : 20 – 22 ).

Olahraga ini berkembang pula di Yunani kemudian menjadi salah satu mata tanding pada kegiatan olympiade kuno sebagai salah satu acara dari

penyembahan dewa Zeus. Selanjutnya olahraga gulat juga dipertandingkan di Olympiade modern yang pertama pada tahun 1896 dan pada Olympiade III Amerika memasukkan gaya khusus yang dalam pertarungan gulat, gaya tersebut sekarang dikenal dengan nama gaya bebas, selanjutnya pada Olympiade IV Inggris memasukkan gaya yang disebut greco roman , ke dua gaya tersebut sampai sekarang dipertandingkan dalam setiap event cabang olahraga gulat yang dikenal dengan gaya bebas peralihan dari Catch as catch can on dangreco roman atau Yunani Romawi.


(38)

22

Pada olympiade modern gulat dipertandingkan dengan dua gaya yaitu ; gaya bebas (free style) dan gaya greco roman atau Yunani Romawi. Perbedaan dari ke dua gaya tersebut adalah ; Dalam gulat gaya Romawi Yunani dilarang keras menangkap bagian bawah pinggang lawan atau dengan sengaja menggunakan kaki secara aktif untuk melakukan setiap gerakan. Sedangkan dalam gaya bebas menangkap kaki lawan dan penggunaan kaki secara aktif untuk melakukan setiap pergerakan di perbolehkan. Pengertian olahraga gulat pada mulanya adalah suatu kegiatan yang menggunakan tenaga dan mengandung pengertian suatu perkelahian atau pertarungan untuk mengalahkan lawan dengan saling memukul, menendang, mencekik bahkan menggigit. Olahraga gulat sebagai olahraga beladiri dilakukan manusia pada saat terjepit dan tidak memiliki senjata satu – satunya alat membela diri adalah dengan cara bergulat. ( PGSI, 1985 : 50 ).

Peraturan pertandingan sudah tersusun secara baik dalam rule of game dan membatasi pelaksanaannya yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan atau melaksanakan jatuhan untuk memenangkan pertandingan dengan angka. Peraturan-peraturan tersebut diterapkan pada semua gaya gulat modern yang diakui dan dibawah pengawasan FILA, yaitu Persatuan Olahraga Gulat Amatitor International. Setelah menjadi cabang olahraga beladiri yang dilengkapi dengan peraturan yang harus ditaati oleh setiap peserta, maka gulat diartikan sebagai suatu cabang olahraga yang dilakukan oleh dua orang yang saling menjatuhkan atau membanting, menguasai dan mengunci lawannya dengan menggunakan teknik yang benar sehingga tidak


(39)

E. Teknik Dasar Olahraga Gulat

Seseorang tidak mungkin bisa melakukan olahraga gulat tanpa menguasai teknik dasar gulat dengan baik, penguasaan teknik dasar biasanya dapat dilakukan dengan drill yang dilakukan secara berulang-ulang sampai teknik dasar tersebut dikuasai. Dengan demikian penguasaan teknik dasar

merupakan modal utama untuk meraih prestasi. Adapun macam – macam teknik dasar dalam olahraga gulat adalah :

1. Teknik Jatuhan

Adalah teknik yang harus dilakukan seorang pegulat apabila jatuh di matras pada waktu dibanting lawan atau menjatuhkan diri, sehingga dapat jatuh dengan selamat. Teknik jatuhan terdiri dari ;

a. Teknik jatuhan samping kanan

Posisi badan miring ke kanan tangan kanan lurus dan kaki kiri agak ditekuk, pandangan mata kesamping kanan.

b. Teknik jatuhan samping kiri

Posisi badan miring ke kiri tangan kiri lurus sejajar dengan badan, tangan kanan ditekukdi depan dada, kaki kiri lurus dan kaki kanan agak ditekuk, pandangan mata kesamping kanan.

c. Teknik jatuhan belakang

posisi badan terlentang, ke dua tangan lurus sejajar dengan badan, kaki agak ditekuk dan pandangan lurus ke arah perut.


(40)

24

posisi badan telungkup bertumpu pada ujung jari kaki kanan dan tangan mulai dari telapak tangan sampai siku, pandangan ke samping kanan atau kiri.

2. Teknik Posisi Bawah

Teknik posisi bawah adalah teknik yang dilakukan seorang pegulat untuk mengunci lawannya dalam keadaan terlentang dan teknik untuk membalik, memutar, dan membanting lawan agar memperoleh point atau nilai, cara untuk melakukan teknik dasar posisi bawah ada dua cara yaitu posisi lawan tiarap dan posisi lawan merangkak. (Hadi, 2004 :18).

3. Teknik Serangan Kakis

Teknik serangan kaki adalah salah satu teknik dasar gulat yang

dipergunakan dalam pergulatan pada posisi ke dua pegulat berdiri dalam usaha menjatuhkan, menguasai atau mengunci lawan dengan sasaran serangan pada bagian kaki.

4. Teknik Susupan

Teknik susupan adalah suatu teknik yang dipergunakan pada saat posisi pegulat berdiri, dengan cara memasukkan kepala atau menyusupkan kepala lewat ketiak lawan kemudian menguasai lawan dari belakang untuk kemudian menjatuhkan lawan.


(41)

5. Teknik Tarikan

Teknik tarika adalah suatu teknik yang dipergunakan pada saat posisi pegulat berdiri, dengan cara menarik lawan kemudian menguasai lawan dari belakang untuk kemudian menjatuhkan lawan.

6. Teknik Sambungan

Teknik sambungan adalah suatu teknik yang dipergunakan pada saat posisi pegulat berdiri, dengan cara menyambungkan ke dua tangan sehingga kaki dan kepala menyatu atau menyambungkan ke dua tangan pada pinggang lawan kemudian menjatuhkan lawan.

7. Teknik Bantingan

Teknik bantingan adalah suatu teknik yang dipergunakan pada saat posisi pegulat berdiri, dengan cara pegangan pada tangan atau ketiak kemudian melakukan gerakan sedikit memutar, mengangkat dan melakukan bantingan untuk menjatuhkan lawan.

F. Teknik Bantingan Pinggul

Bantingan pinggul biasanya dipergunakan pada gulat gaya Yunani Romawi (Greco Roman), jenis teknik bantingan ini memanfaatkan pinggul sebagai tumpuan teknik bantingan. Yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik bantingan pinggul adalah :

1. Tumpuan kaki atau letak kaki tumpu diusahakan agar dapat mengatur titik berat badan berada ditengah – tengah kaki.


(42)

26

2. Usahakan jarak pinggul dengan matras lebih pendek atau lebih rendah dari pinggul lawan.

3. Usahakan agar lawan mudah terguncang agar lawan mudah untuk dijatuhkan.

Adapun cara – cara menjatuhkan lawan dengan teknik bantingan pinggul yang biasa dilakukan dalam gaya Yunani Romawi, antara lain adalah :

1. Teknik Bantingan Pinggul dengan Menggunakan Kepala dan Lengan

Dalam teknik bantingan ini footwork sangat diperhatikan.

Pelaksanaannya adalah saling berpegangan pada lengan dan beradu kepala, kemudian melakukan gerakan berputar dengan lengan kiri di atas bahu lawanmelewati leher ke mudian melakukan gerakan mengangkat lawan lewat pinggul lawan dilemparkan ke depan kemudian di kunci dengan menekankan tubuh lawan ke matras.

Gambar 3

Teknik Bantingan Pinggul Menggunakan Kepala dan Lengan (Rajko Petrov, 1987 : 223)

2. Teknik Bantingan Pinggul dengan Menggunakan Kepala dan Bawah Lengan


(43)

Pelaksanaannya adalah saling berpegangan pada tengkuk dan beradu kepala, kemudian melakukan gerakan berputar dan menempatkan diri di bawah lengan lawan, dan mencoba mengangkat lawan lewat pinggul.

Gambar 4

Teknik Bantingan Pinggul Menggunakan Kepala dan Bawah Lengan ( Rajko Petrov, 1987 : 223 )

3. Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang

Saling berpegangan pada pinggang, menempatkan pinggul di depan hip (pangkal paha) lawan, kemudian mengangkat lawan (o-ngoshi) dan menjatuhkan lewat atas punggung bersamaan dengan membungkukan badan.

Gambar 5 Gambar 5

Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang (Rajko Petrov, 1987 : 223)


(44)

28

4. Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dan Lengan Saling berpegangan dan mencoba meletakan posisi tangan di bawah lengan lawan lewat dalam ( dibawah ketiak ), kemudian melakukan gerakan memutar, selanjutnya mengangkat tubuh lawan melalui pinggul, lawan dijatuhkan lewat samping tubuh.

Gambar 6

Teknik Bantingan Pinggul Dengan Gulungan Pinggang dan Lengan (Rajko Petrov, 1987 : 223 )

5. Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dengan Sisi Luar Lengan

Saling berpegangan pada bahu dan berusaha meletakan posisi tangan di luar ketiak, kemudian melakukan gerakan memutar, selanjutnya mengangkat tubuh lawan melalui pinggul, menjatuhkan lawan lewat punggung.


(45)

Gambar 7

Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dengan sisi LuarLengan ((Rajko Petrov, 1987 : 235)

6. Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dan Double Lengan saling Berpegangan dengan Dua Lengan Mencoba Mengait Melakukan gerakan berputar dan membanting dengan dua tangan secara bersamaan dengan cara mengangkat lewat pinggul.

Gambar 8

Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dan Double Lengan (Rajko Petrov, 1987 : 235)

7. Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dan Kuncian Kepala

Membanting dengan cara mengunci kepala lawan, kemudian di angkat lewat samping tubuh.


(46)

30

Gambar 9

Teknik Bantingan Pinggul dengan Gulungan Pinggang dan Kuncian Kepala (Rajko Petrov, 1987 : 2005)

G. Peranan Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) untuk Prestasi Olahraga

PPLPmerupakan suatu bagian dari sistempembinaan prestasi olahraga yang integral melalui kombinasi antarapembinaan prestasi dengan jalur

pendidikan formal di sekolah.Sistem ini memiliki posisi strategis dalam meletakkan pondasipembangunan prestasi olahraga di Indonesia pada usia potensial(the golden age) dalam rangka pengembangan bakat siswa di bidang olahraga.

Kontribusi PPLP pada kekuatan olahraga, baik daerahmaupun nasional sangatlah besar. Sejumlah atlet yang berhasilmengharumkan Merah Putih di ajang pertandingan internasional lahirdari PPLP. Oleh karena itu,

keberadaan PPLP sebagai lumbungatlet-atlet muda potensial mempunyai peran yang sangat strategisdan penting dalam pembibitan calon atlet berprestasi. Pembibitanolahraga melalui PPLP harus dilakukan secara cermat, akurat, danmenuntut komitmen bersama guna mencapai hasil


(47)

maksimal dalammencetak calon-calon atlet masa depan yang diharapkan mampumenjadi duta negara dalam percaturan olahraga internasional.

H. Kerangka Berpikir

Atas dasar tinjauan pustaka yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka berpikir yang dapat dikemukakan oleh peneliti adalah,Jika seorang atlet memiliki kekuatan otot tungkai yang baik maka akan memberikan hasil yang lebih besar terhadap bantingan pinggul, Jika seorang atlet memiliki kekuatan otot lengan yang baik maka akan memberikan hasil yang lebih besar terhadap hasil bantingan pinggul, Jika seorang memiliki kelentukan maka akan memberikan hubungan yang lebih besar terhadap hasil bantingan pinggul dan Jika seorang atlet memiliki kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan kelentukan yang baik maka akan memberikan hubungan yang lebih besar terhadap hasil bantingan pinggul.

I. Hipotesis

Untuk dapat dipakai sebagai pegangan dalam penelitian ini, maka perlu menentukan suatu penafsiran sebelumnya tentang hipotesis yang akan dibuktikan kebenarannya. Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya, jika hipotesis telah dibuktikan kebenarannya namanya bukan lagi hipotesis melainkan tessa (Hadi, 1993 : 257). Menurut Arikunto (2010 : 62) hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji guna mengetahui apakah hipotesis tersebut terdukung oleh data yang


(48)

32

menunjukan kebenarnnya atau tidak. Jadi intinya hipotesis harus dibuktikan kebenarannya dengan cara penelitian.

Atas dasar kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H1: Ada kontribusi antara kekuatan lengan dengan kemampuan bantingan

pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung.

H0:Tidak ada kontribusi antara kekuatan lengan dengan kemampuan

bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung.

H2:Ada kontribusi antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan

bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung.

H0:Tidak ada kontribusi antara kekuatan kelentukandengan kemampuan

bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung.

H3:Ada kontribusi antara kelentukan dengan kemampuan bantingan pinggul


(49)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan dara dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Penggunaan metode penelitian pun harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian agar hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Seperti yang diungkapkan oleh Hadi Sutrisno (1993 : 4), metode penelitian sebagaimana yang kita kenal sekarang memberikan garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya untuk menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu penelitian mempunyai hargailmiah yang setinggi-tingginya.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei dengan teknik tes.

Metode penelitian dalam penelitian ini mencakup prosedur dan instrumen ataualat yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu berikut ini akan

diuraikantentang bagaimana metode yang digunakan untuk menentukan objek penelitian,metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan analisis data.


(50)

34

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002:130). Sedangkan Sugiyono (2013: 80) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet PPLP gulat lampung yang berjumlah 5 orang. Sampel adalah obyek yang diteliti dengan sejumlah populasi. Karena semua populasi yang akan diteliti maka menjadi total sampling.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanankan di Hall C PKOR way halim 2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2014

D. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (1998 : 96) : “variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Ada dua variabel yang terlibat dalam penelitian ini, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Kedua variabel tersebut akan diidentifikasikan ke dalam penelitian ini sebagai berikut:


(51)

1. Variabel Bebas

a. Kekuatan Otot lengan (X1) b. Kekuatan Otot Tungkai (X2) c. Kelentukan (X3)

2. Variabel Terikat

a. Bantingan Pinggul olahraga gulat (Y)

E. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 10.Desain Penelitian Variabel X dan Y Keterangan :

X1 : Kekuatan Otot Lengan X2 : Kekuatan Otot Tungkai X3 : Kelentukan

Y : Bantingan Pinggul

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:265) dijelaskan bahwa metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data

X

1

X

2

X

3


(52)

36

penelitiannya. Lebih lanjut dikatakan oleh Arikunto (2010 : 265) bahwa untuk memperoleh data data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data data yang salah akan menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula.

Pengambilan data dilakukan dengan pemberian tes dan pengukuran melalui metode survey, yaitu peneliti mengamati secara langsung pelaksanaan tes dan pengukuran dilapangan.

G. Instrumen Penelitian

Tes dan pengukuran yang dilakukan meliputi :

1. Instrumen Otot lengan di ukur dengan menggunakan

Push and Pull dynamometer a. Tujuan

Untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam menarik dan atau mendorong.

b. Alat dan fasilitas

1. Push and Pull dynamometer 2. Alat tulis

3. Formulir tes c. Pelaksanaan


(53)

Peserta tes berdiri tegak dengan kaki direganggangkan dan pandangan lurus ke depan, tangan memegang push and pull dynamometer dengan kedua tangan lurus di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus sejajar dengan bahu. Tarik alat tersebut sekuat tenaga. Pada saat menarik atau mendorong alat tidak boleh menempel pada dada, tangan dan siku tetap sejajar dengan bahu.

d. Penilaian

Skor kekuatan dorong terbaik dari 3 kali percobaan dicatat dengan skor, dalam satuan kg dengan tingkat ketelitian 0,5kg.

Gambar. 11 :Push and Pull dynamometer (Eri Pratikayo D, 2010 : 26)

2. Kekuatan Otot tungkai di ukur dengan menggunakan

Vertical Jump Test a. Tujuan

Untuk mengukur power otot kaki dengan meloncat ke atas (vertical). b. Alat dan fasilitas

1. Vertical Jump Test 2. Alat tulis


(54)

38

c. Pelaksanaan

Peserta tes memasukan jari-jari salah satu tangan yang lebih dekat dengan dinding kedalam kotak kapur. Peserta tes berdiri dengan sikap sempurna tanpa alas kaki. Ukur tinggi raihan dengan cara menghadap ke samping dinding kedua kaki rapat menempel dinding. Lengan yang dekat dengan dinding meraih ke atas setinggi-tingginya. Perhatikan pada saat itu kedua tumit peserta tes tidak boleh terangkat kemudian catat tinggi raihan dala satuan cm. sebelum melakukan gerakan vertical jump, peserta tes mengambil ancang-ancang dengan sedikit menjahui dinding, menekuk kedua lutut. Testi melakukan vertical jump ke atas setinggi mungkin kemudian menyentuh ujung jari tangannya pada mistar paada puncak raihan. Percobaan dilakukan 3 kali.

d. Penilaian

Skor peserta tes adalah skor tertinggi dari tiga kali kesempatan. Skor tersebut selanjutnya dikonversikan ke dalam tabel seperti dibawah ini :

Tabel. 1 : Konveksi Vertical Jump Test

Putra Putri Kriteria

>46 >36 Baik sekali

41-46 31-36 Baik

34-40 24-30 Sedang

28-33 18-23 Cukup


(55)

Gambar. 12 : Vertical Jump Test (Eri Pratikayo D, 2010 : 32)

3. Kelentukan di ukur dengan menggunakan

Flexometer a. Tujuan

Untuk mengukur komponen kelentukan tubuh. b. Alat dan fasilitas

1. Flexometer 2. Alat tulis 3. Formulir tes c. Pelaksanaan

Testee berdiri tegak diatas bangku alat pengukur dengan 2 kaki rapat, dan kedua ujung jari kaki rata dengan pinggir bangku alat ukur. Badan

dibungkukkan kebawah,tangan lurus. Renggutkan badan kebawah

perlahan-lahan sejauh mungkin, ke 2 tangan menelusuri pita alat ukur dan berhenti pada jangkauan yang terjauh yang dihitung. Peserta diberi

kesempatan 3 kali. d. Penilaian


(56)

40

Tabel. 2 :Norma Tes Kelentukan

KELENTURAN (cm) SKOR KATEGORI

>23,75 5 Sangat Baik

(21,25) – (23,5) 4 Baik

(18,75) – (21) 3 Cukup

(17) – (18,5) 2 Kurang

<(16,75) 1 Kurang Sekali

Gambar. 13 :Flexometer (Eri Pratikayo D, 2010 : 44)

4. Tes Kemampuan Teknik Bantingan Pinggul

Tes bantingan Pinggul a. Tujuan

Untuk mengetahui kemampuan bantingan pinggul b. Alat dan fasilitas

1. Matras 2. Alat tulis 3. Formulir tes 4. Stopwatch


(57)

c. Pelaksanaan

Pelaksanaanya adalah Kedua testee/pegulat berdiri berhadapan, siap untuk melakukan bantingan, Setelah ada aba-aba Ya salah seorang testee/pegulat melakukan teknik bantingang pinggul. Dari saat aba-aba Ya stopwatch dijalankan sampai salah satu pegulat mampu menjatuhkan lawannya. Waktu diberikan testee/pegulat untuk melakukan bantingan selama 30 detik dan diberi kesempatan 2 kali pelaksanaan. Penilaianya adalah Dicatat berapa kali testee menjatuhkan lawannya dengan teknik bantingan

pinggang selama 30 detik. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif maupun infrensial untuk keperluan pengujian hipotesis penelitian.

H. Validitas dan Reliabelitas Instrumen

1. Validitas Instrumen Bantingan Pinggul

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Menurut Ali Muhidin (2007: 30) instrumen dinyatakan memiliki validitas apabila instrumen tersebut telah dirancang dengan baik dan mengikuti teori dan ketentuan yang ada.

Metode yang digunakan untuk mencari validitas instrumen dengan cara tes praktik. Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang di lakukan sebanyak dua kali tes padaSiswa extrakulikur gulat di SMA Negeri 6 Bandar Lampung


(58)

42

hasil uji coba bisa di lihat pada lampiran 1 halaman 53sampai dengan56. Berikut hasil perhitungan validitas yang di dapat:

Tabel 3. Validitas Hasil Bantingan Pinggul

Item thitung ttabel = 2,571 α = 0,05; (dk= n-1)

Keputusan

Test1 2,571 Valid

Test2 2,571 Valid

2. Reliabelitas Instrumen

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat menunjukkan hasil relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama (Ali Muhidin, 2007: 37). Untuk menginterpretasikan hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan ukuran yang konservatif adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Interpretasi Hasil Uji Reliabilitas

R Interpretasi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah

Sutrisno Hadi (Suharsimi Arikunto, 2006:75)

Metode yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen dengan cara tes praktik. Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang di lakukan padaSiswa extrakulikur gulat di SMA Negeri 6 Bandar Lampung hasil uji coba bisa di

4,4721 36


(59)

lihat pada lampiran 1 halaman 56. Berikut hasil perhitungan reliabilitas yang di dapat:

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Pada Kemampuan Bantingan Pinggul

Variabel Reliabilitas Kategori

Retest-test 0,896388 Tinggi

I. Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan teknik statistik regresi linier sederhana dilanjutkan dengan mencari kontribusi dari masing-masing prediktor terhadap variable tidak bebas, dalam (Suharsimi Arikunto, 1998: 245) dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

r xy = Koefesien korelasi

n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y ∑X = Jumlah skor variabel X ∑Y = Jumlah skor variabel Y ∑X2

= Jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2

= Jumlah kuadrat skor variabel Y

 



2 2

2

2

.

.

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

xy


(60)

44

Menurut Riduwan (2005:98), harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil tes dikonsultasikan dengan Tabel r product moment. Interprestasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel. 6: Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

Interval Koefisien Korelasi

Interpretasi Hubungan

0,80 – 1,00 Sangat kuat

0,60 – 0,79 Kuat

0,40 – 0,59 Cukup kuat

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah Sumber : Riduwan. 2005

Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat dengan :

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika thitung> ttabel, dan terima Ho jika thitung<

ttabel., dan untuk mencari besarnya sumbangan ( kontribusi ) antara variabel X dan

variabel Y maka menggunakan rumus Koefisian Determinansi :

Keterangan:

KP = Nilai Koefisien Detreminansi r = Koefisien Korelasi

2

r n-2 t =

1-r


(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai kontribusi kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai dan, kelentukan terhadap kemampuan bantigan pnggul gulat yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kekuatan otot lengan memberikan kontribusi terhadap kemampuan bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung.

2. Kekuatan otot tungkai memberikan kontribusi terhadap kemampuan bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung.

3. Kelentukan memberikan kontribusi terhadap kemampuan bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung .

B. Saran

Agar hasil penelitian yang dicapai dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat bagi pesilat pemula dan usia dini berbakat, maka disarankan bahwa:

1. Guru pendidikan jasmani diharapkan dapat meningkatkan dan


(62)

55

pembelajaran pendidikan jasmani sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencapai prestasi olahraga gulat.

2. Diharapkan penentu kebijakan di sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana pada berbagai cabang olahraga, termasuk sarana

prasarana olahraga gulat agar siswa dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya untuk memilih spesifikasi cabang olahraga gulat.

3. Hendaknya bahwa kekuatan otot lengan,kekuatan otot tungkai dan kelentukan dapat dijadikan indikator untuk memilih dan menentukan atlet berbakat untuk dibina secara intensif dan terprogram melalui pembinaan dan pembibitan olahraga khususnya cabang olahraga gulat sehingga dapat dicapai prestasi optimal.

4. Diharapkan agar pembina dan pelatih olahraga khususnya pada cabang olahraga gulat agar dapat memberikan peluang bagi atlit atau anak usia dini yang memiliki panjang tungkai, kelentukan dan daya ledak otot tungkai yang lebih baik untuk mengembangkan potensinya pada cabang olahraga gulat, melalui pembinaan secara terprogram dan kontinue. 5. Diharapkan adanya even-even pertandingan olahraga gulat secara

berkesinambungan dan kontinue baik tingkat sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi maupun pertandingan olahraga gulat kelompok umur agar bakat olahraga gulat yang ada pada siswa atau anak-anak usia dini dapat terbina dan berkembang.

6. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada penelitian yang relevan, agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan disempurnakan, khususnya dalam menentukan


(63)

faktor-faktor yang dapat menunjang tendangan dalam olahraga gulat baik komponen kondisi fisik maupun struktur dan postur tubuh dan mengelompokkan antara laki-laki dan perempuan karena dalam

penelitian ini penulis tidak dapat menyajikan data tersebut dikarenakan keterbatasan penulis.


(64)

52

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhidin, Sambas. (2007). Analisis regresi dan jalur dalam penelitian. Bandung: CV Pestaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Renika Cipta. _____________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Renika Cipta.

Budiwanto, S. 2004. Pengetahuan dasar melatih olahraga. Jakarta : Depdiknas. Evelyin C. P. 1993. Anatomi & Fisiology Untuk Paramedis. Alih Bahasa Sri Yuliani

Handoyo. Jakarta: PT. Gramedia.

Furchan, Arief. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. UGM Yogyakarta.

Hadi, Rubianto. 2004. Buku Ajar, Semarang : FIK Unnes

Harsono. 1998. Coaching dan aspek-aspek psikologi coaching. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

_______. 2001. Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Hidayat, Imam. 1997. Senam. Diklat. Bandung: FPOK IKIP.

Ismaryati. 2006. Power Menyangkut Kekuatan dan Kecepatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Kemenpora. 2010. Penyajian dan Informasi Statistik Keolahragaan. Jakarta: Kemenpora.


(65)

Kirkendall, Don R. 1980. Mearsurement and Evaluation for Physical Education, diterjemahkan oleh ME. Winarno, dkk. Jakarta : Aswin.

Lutan, Rusli dkk. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung : FPOK-IKIP. Mahendra, Agus. 2000. Senam. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknan. Petrov, Rajko. 1987. Freestyle and Greco Roman Wrestling. FH.A

PGSI, PB. 1998. Peraturan Pertandingan Gulat Amatir Nasional/ Internastional : Jakarta. PGSI.

Prawira Saputra. S. 1993. Bentuk-Bentuk Latihan Teknik dan Kondisi Fisik Olahraga Gulat : Bandung: PGSI.

Riduwan. 2005. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Rushall, Brent S. And Pyke, Frank S. 1990. Training For Sport And Fitnes. The Macmillan Company Of Australia. Pty Ltd.

Sajoto, M. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga. Jakarta: Depdikbud Dirjen. Sudjana. 2002. MetodaStatistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Belajar Statistik. Jakarta:Tambak Kusuma.

Susanto, Catur . 2013. Kontribusi Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai Dan Lingkar Paha Dengan Hasil Tendangan Penalty Sepakbola Pada Sekolah Sepakbola Bintang Utara Pratama Bandar Lampung.(Skripsi). Lampung: FKIP Penjaskes-Unila.


(1)

Menurut Riduwan (2005:98), harga r yang diperoleh dari perhitungan hasil tes dikonsultasikan dengan Tabel r product moment. Interprestasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel. 6: Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.

Interval Koefisien Korelasi

Interpretasi Hubungan

0,80 – 1,00 Sangat kuat

0,60 – 0,79 Kuat

0,40 – 0,59 Cukup kuat

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah

Sumber : Riduwan. 2005

Setelah diketahui besar kecilnya r xy maka taraf signifikan dilihat dengan :

Kriteria pengujian hipotesis tolak H0 jika thitung> ttabel, dan terima Ho jika thitung<

ttabel., dan untuk mencari besarnya sumbangan ( kontribusi ) antara variabel X dan variabel Y maka menggunakan rumus Koefisian Determinansi :

Keterangan:

KP = Nilai Koefisien Detreminansi r = Koefisien Korelasi

2

r n-2

t = 1-r


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai kontribusi kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai dan, kelentukan terhadap kemampuan bantigan pnggul gulat yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kekuatan otot lengan memberikan kontribusi terhadap kemampuan bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung.

2. Kekuatan otot tungkai memberikan kontribusi terhadap kemampuan bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung.

3. Kelentukan memberikan kontribusi terhadap kemampuan bantingan pinggul pada atlet gulat PPLP Lampung .

B. Saran

Agar hasil penelitian yang dicapai dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat bagi pesilat pemula dan usia dini berbakat, maka disarankan bahwa:

1. Guru pendidikan jasmani diharapkan dapat meningkatkan dan


(3)

pembelajaran pendidikan jasmani sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencapai prestasi olahraga gulat.

2. Diharapkan penentu kebijakan di sekolah untuk menyediakan sarana dan prasarana pada berbagai cabang olahraga, termasuk sarana

prasarana olahraga gulat agar siswa dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya untuk memilih spesifikasi cabang olahraga gulat.

3. Hendaknya bahwa kekuatan otot lengan,kekuatan otot tungkai dan kelentukan dapat dijadikan indikator untuk memilih dan menentukan atlet berbakat untuk dibina secara intensif dan terprogram melalui pembinaan dan pembibitan olahraga khususnya cabang olahraga gulat sehingga dapat dicapai prestasi optimal.

4. Diharapkan agar pembina dan pelatih olahraga khususnya pada cabang olahraga gulat agar dapat memberikan peluang bagi atlit atau anak usia dini yang memiliki panjang tungkai, kelentukan dan daya ledak otot tungkai yang lebih baik untuk mengembangkan potensinya pada cabang olahraga gulat, melalui pembinaan secara terprogram dan kontinue. 5. Diharapkan adanya even-even pertandingan olahraga gulat secara

berkesinambungan dan kontinue baik tingkat sekolah dasar sampai Perguruan Tinggi maupun pertandingan olahraga gulat kelompok umur agar bakat olahraga gulat yang ada pada siswa atau anak-anak usia dini dapat terbina dan berkembang.

6. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada penelitian yang relevan, agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan dan disempurnakan, khususnya dalam menentukan


(4)

faktor-faktor yang dapat menunjang tendangan dalam olahraga gulat baik komponen kondisi fisik maupun struktur dan postur tubuh dan mengelompokkan antara laki-laki dan perempuan karena dalam

penelitian ini penulis tidak dapat menyajikan data tersebut dikarenakan keterbatasan penulis.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhidin, Sambas. (2007). Analisis regresi dan jalur dalam penelitian. Bandung: CV Pestaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Renika Cipta. _____________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Renika Cipta.

Budiwanto, S. 2004. Pengetahuan dasar melatih olahraga. Jakarta : Depdiknas. Evelyin C. P. 1993. Anatomi & Fisiology Untuk Paramedis. Alih Bahasa Sri Yuliani

Handoyo. Jakarta: PT. Gramedia.

Furchan, Arief. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. UGM Yogyakarta.

Hadi, Rubianto. 2004. Buku Ajar, Semarang : FIK Unnes

Harsono. 1998. Coaching dan aspek-aspek psikologi coaching. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

_______. 2001. Latihan Kondisi Fisik. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Hidayat, Imam. 1997. Senam. Diklat. Bandung: FPOK IKIP.

Ismaryati. 2006. Power Menyangkut Kekuatan dan Kecepatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Kemenpora. 2010. Penyajian dan Informasi Statistik Keolahragaan. Jakarta: Kemenpora.


(6)

Kirkendall, Don R. 1980. Mearsurement and Evaluation for Physical Education, diterjemahkan oleh ME. Winarno, dkk. Jakarta : Aswin.

Lutan, Rusli dkk. 1991. Manusia dan Olahraga. Bandung : FPOK-IKIP. Mahendra, Agus. 2000. Senam. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknan. Petrov, Rajko. 1987. Freestyle and Greco Roman Wrestling. FH.A

PGSI, PB. 1998. Peraturan Pertandingan Gulat Amatir Nasional/ Internastional : Jakarta. PGSI.

Prawira Saputra. S. 1993. Bentuk-Bentuk Latihan Teknik dan Kondisi Fisik Olahraga Gulat :Bandung: PGSI.

Riduwan. 2005. Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Rushall, Brent S. And Pyke, Frank S. 1990. Training For Sport And Fitnes. The Macmillan Company Of Australia. Pty Ltd.

Sajoto, M. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga. Jakarta: Depdikbud Dirjen. Sudjana. 2002. MetodaStatistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2010. Belajar Statistik. Jakarta:Tambak Kusuma.

Susanto, Catur . 2013. Kontribusi Panjang Tungkai, Kekuatan Otot Tungkai Dan Lingkar Paha Dengan Hasil Tendangan Penalty Sepakbola Pada Sekolah

Sepakbola Bintang Utara Pratama Bandar Lampung.(Skripsi). Lampung:

FKIP Penjaskes-Unila.