The Study of Ecology -Ecomonics Models for teh Development of Brackish Water Shrimp Pond In Randangan, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuato, Gorontalo

k

-

KAJfAN MODEL EKOLOGI EKONOMI
PENGEMBANGAN TAMBAK D A U M RANGKA
PEMANFAATAN WILAYAH PESTSIR DJ: MUARA
SUNGAf RANDANGAN, KECAMATAN MARISA,
KABUPATEN POHUATO, PROVINSI GORONTALO

OLEH :
ZULHAMSYAH IMRAN

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

ABSTRACT

The Study of Ecology-Economics Model for the
ZULHAMSYAH IMRAN.

Development of Brackish Water Shrimp Pond in Randangan, Kscamatan Marisa,
Kabupaten Pohuato, Gorontalo.
Supervised by Tridoyo Kusumastanto,
Budy Wiryawan, and Arief Budi Punvanto
The objective of study is to build a sustainable development model for
brackish water shrimp pond. Mangrove ecosystem has an ecology and economic
function in coastal area of Randangan, it has been used for brackish water shrimp
pond. The development of shrimp pond grows rapidly and tends to endanger the
sustainability of the mangrove ecosystem. The shrimp pond aquaculture is also
giving an ecological impact to coastal area through pond effluent. Therefore, it is
important to model the development of brackish water pond considering the carrying
capacity, economics value of mangrove ecosystem and profit ability of shrimp pond
aquaculture. The result shows that : ( 1 ) based on spatial analysis 1.917,01 ha is
suitable for shrimp pond in Imbodo, Duhidaa, and Manawa (coastal village), but
wing carrying capacity model only 759,I ha can k developed in sustainable way;
(2) simulation of the model showed that intensive shrimp pond technology give the
highest profit (Rp 95 million per ha per crop) with the concentration of NO3-N of
10.807 ppmlhdcrop (1 20 days) or 0.29lhalday; and (2) ecology-economics model
indicated only 30 % of the mangrove area can be developed for intensive shrimp
pond.

KEYWORDS : mangrove, ecology-economics, shrimp pond, carrying capacity,
model and simulation

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pemyataan dalam tesis saya
yang bejudul :

-

W I A N MODEL EKOLOGI EKONOMI
PENGEMBANGAN TAMBAK O A U M RANGKA PEMANFAATAN
WILAYAH PESISIR bI MUARA SUNGAI RANDANGAN,
KECAMATAN MARISA, KABUPATEN POHUATO,
PROVXNSI GORONTALO

Merupakm gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimbing para
komisi pembimbing. Tesis ini belurn pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua data dan infomasi yang digunakan telah dinyatakan jelas clan &pat diperiksa

kebemraunya.

~uyhamsyahImran
SPL 99239

-

KAJIAN MODEL EKOLOGX EKONOMI
PENGEMBANGAN TAMBAK DALAM RANGKA
PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR D I MUARA
SUNGAI RANDANGAN, KECAMATAN MARISA,
KABUPATEN POHUATO, PROVINSI GORONTALO

ZULHAMSYAH IMRAN

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSllTrlT PERTANIAN BOGOR
2004

3udul Thesis


: Kajian Model Ekologi-Ekonomi Pengembangan Tambak
Dalam Rangka Pemanfaatan Wilayah Pesisir di Muara
Sungai Randangan, Kecamatan Marisa, Kabupaten
Pohuatu, Provinsi Gorontalo.

Nama

: Zulhamsyah Imran

Nomor Induk

: 99239

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Pesislr dan Lautan

Menyetujui :
Komisi Pembimbing


Prof. Dr. It. Tridovo Kusumastanto,lM.S
Ketua

Ir. Arief Budi Purwanto. 1P.m
Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan
a

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S
Tanggal Lulus :

Dekan

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 31 Juli 1970. Penulis &]ah

anak pertama dari tiga bersaudara dari Ayah A.K. Imran dan Ibu Chatijah.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Manajemen Sumberdaya, Fakultas
Perikanm, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1994. Pada tahun 1999 penulis
mendapatkan kesernpatan untuk rnelanjutkan pendidikan ke Program Magister Sains
pada Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor
Penulis menikah pada tahun 1997 dengan Adhe Novy Aryani putri dari

pasangan Mukhtarudinn (alrn) dan Asni (alrn), Saat ini penulis dikarunia dua orang

anak. Anak pertama bernama A u u r a Salsabilla dan anak kedua bernama Baihaqi
Geunta Fadlonsyah.
Penulis adalah Staf Pengajar di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Tlmu Kelautan, IPB. Penulis juga sebagai peneliti di Pusat
Kajian Surnberdaya Pesisir dan Lautan IPB.


Mulai tahun 1996 penulis aktif

melakukan berbagai penelitian yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya perairan

dan pengelolaan wilayah pesisir.

,

PRAKATA

Puji syukur penuiis panjatkan kepada Allah SWT atas segala taufik dm

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini

berjudul Kajian
Rartgka

Model


Pernunfaatan

Ekologi-Ekommi

Wiilayah

Pesisir

Pengem bangan
di

Muara

Tambak Dalam

Sungai

Randungan,

Kecamaran Marisa, Kabupaten Po huulu, Provinsi Gomnlalo, dengan pernbimbing


Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto sebagai Ketua dan Dr. Ir. Budy Wiryawan serta
Ir. Arief Budi Purwanto, M.T sebagai Anggota.

Dalam penyelesaian penelitian dan penul isan karya ilmiah ini, penulis banyak
mendapatkan saran, masukan, arahan, kritikan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena

itu,

ucapan terima kasih penulis sampaikan Prof. Dr. Ir. Tridoyo

Kusumastanto baik sebagai Ketua Komisi Pembimbing maupun Kepala PKSPL IPB;

Dr. Ir. Budi Wiryawan serta IT. Arief Budi Purwanto, M.T sebagai Anggota; seluruh
Staf Pengajar pada Program Pengelolaan Surnberdaya Pesisir dan Lautan; Ade Novy
Aryani yang senantiasa mendorong dan memberikan semangat; Thomas, Karim, dan

Rahmi sebagai teman yang selalu memberikan masukan; dan rekan-rekan kerja di

PKSPL IPB yang telah menjalin kerjasama dengan baik.

Sebagai sebuah karya tulis tentunya penulis masih mengharapkan kritik dan
saran guna penyempurnaan pemikiran penulis ke depan. Semoga karya yang kecil ini

dapat berguna bagi kejayaan kelautan Indonesia.

Bogor, Juni 2004
Pen ulis,

Zulhamsyah Imran

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................

87

Penutupan Lahan (Land UselLandCover) ..............................................
87
..........................................................
Indeks Vegetasi Mangrove (NDVI)

92
Sistem Lahan (Land System).....................................................................
95
Kesesuaian Lahan ......................................................................................
97
KarakteristikFisika,Kimia.danBiologiMuaraSungaiRandangan ........ 1 1 6 Laju Sedimentasi .......................................................................................
145
Komposisi dan Karakteristik Ekosistem Mangrove .................................. 149
Valuasi Ekonomi Mangrove ......................................................................
153
Model dan Simulasi Pengembangan Tarnbak Berkelanjutan .................... 167 1/
k

KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................*....................

.. 193
.
.

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

195

DAFTAR TABEL
Nilai ekspor berbagai komoditas perikanan Indonesia ........................ 16
Beberapa karakteristik parameter biologi, fisika, dan kimia
m w a sungai ........................................................................................
20
Tolak ukur dan kategori daya dukung pertambakan ............................ 27
35
Apfikasi Inderaja untuk wilayah pesisir dan lautan .........................
Beberapa aplikasi SIG di wilayah pesisir ............................................. 37
Kornponen manfaat dan biaya Pengelolaan mangrove ........................ 43
Posisi geografistitik sampling ............................................................. 54
Waktu penelitian ..............................................................................
56
Jenis, alat, clan sumber data yang dikurnpulkan untuk kegiatan
Penelitian..............................................................................................
57
Perkiraan kisaran tingkat kerapatan berdasarkan NDVI menggunakan
data Landsat EMM Plus ....................................................................... 71
Kriteria kesesuaian ]&an untuk kegiatan tambak ................................ 71
Kriteria kesesuaian lahan untuk kegiatan koservasi mangrove ............ 72
Parameter fisika dm kimia kualitas air dm metode yang digunakan .. 75
79
Format matrik korelasi antar variabel ..............................................
Matriks Metode Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alarn
dan Lingkungm....................................................................................
83
Luasan penggunaan lahan masing-masing desa di Kecamatan Marisa,
Kabupaten Pohuato, Provinsi Gorontalo pada tahun 2002 .................. 88
Proporsi Penggunaan Lahan Desa-desa Pesisir di Kecamatan Marissa,
Kabupaten Boalemo dalam Persen Tahun 2002 .................................. 91
Hubungan Indeks Vegetasi (NDVI) dengan tingkat kerusakan
mangrove pada masing-masing desa pesisir di Kecamatan Marisa,
Kabupaten Pohuato, Provinsi Gorontalo tahun 2002 ........................... 93
Luas landsystem di setiap desa di Kecamatan Marisa, Kabupaten
.................. 97
Pohuatu, Provinsi Gorontalo tahun 1 988 ......................
Luasan kesesuaian lahan untuk tambak setiap Desa di
Kecarnatan Marisa, Kabupaten Pohuato tahun 2002 ........................... 100
Luasan kesesuaian lahan untuk konservasi setiap desa di Kecamatan
Marisa, Kabupaten Pohuato, Provinsi Gorontalo tahun 2002 .............. 103
HasiI analisis overlay kesesuaian lahan tambak dan konservasi
untuk kategori sangat sesuai ..........................................................
112
Hasil analisis overlay kesesuaian lahan tarnbak d m konservasi
untuk kategori sangat sesua .................... ..,..................................... 1 15
Kisaran, pembahasan, dan kelayakan beberapa karakteristik fisika
kimia perairan Muara Sungai Randangan, Kecamatan Marisa,
Provinsi Gorontalo untuk kegiatan perikanan (tambak udang) ............ 117
Nilai Indeks Keanekaragaman (H'), Keseragaman (E), d m Dorninansi
0)
Phytoplankton setiap waktu pengamatan di Muara Sungai
Wdangan, Kecamatan Marisa, Provinsi Gorontalo ......................... 127
Nilai Indeks Keanekaragman (H' ), Keseragaman (E), dan Dorninansi
(D)Zooplankton setiap Waktu Pengamatan di Muara Sungai
Randangan, Kecarnatan Marissa, Provinsi Gorontalo.......................... 130

.
.

27.

28.

29.

Karakteristik ekosistem mangrove pada masing-masing stasiun
berdasarkan nilai INP, H ' dan R .......................................................... 150
Komponen biaya pembibitan mangrove sebagai pendekakatan Biaya
pemeliharaan hutan mangrove di Kecamatan Marisa,
Kabupaten Pohuato, Propinsi Gorontalo .............................................. 160
Komponen manfaat-biaya pengelolaan hutan mangrove di
Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuato, Propinsi Gorontalo .............. 165

DAFTAR GAMBAR
Pohon masalah W ilayah Pesisir Randangan. Kecarnatan Marisa ........ 12
Kerangka pemikiran penelitian ............................................................ 18
Sumber sedimen di estuaria .................................................................. 29
Alur pakan udang di dalam petak tambak intensif............................... 32
Skema menghitung Nilai Ekonomi Total (NET) ................................. 42
Peta Lokasi Penelitian (tanpa skala)..................................................... 55
Alat jebakm sedimen (sediment trap). (a) tamp& atas. tarnpak
samping. dan (c) tampak depan) .......................................................... 62
Peletakkan alat perangkap sedimen di Sungai
(hipotetik dm tanpa skala) ................................................................... 63
Kerangka pendekatan analisi s .............................................................. 65
Koreksi geornetrik ..............................................................................68
Proses klasifikasi dengan rnenggunakan metode minimum distance ... 70
Tumpang susun pada analisis kesesuaian lahan untuk tambak ............ 74
Turnpang susun pada analisis kesesuaian Iahan untuk konservasi
mangrove .............................................................................................. 74
Kerangka analisis model ekologi-ekonomi d d m rmgka
pengembangan tambak ...................................................................
86
Peta pemanfaatan lahan di Kecamatan Marisa,
Kabupaten Pohuato, Provinsi Gorontalo .............................................. 89
=k
proporsi penggunaan Iahan di Kecamatan Marisa,
Kabupaten Pohuato, Provinsi Gorontalo tahun 2002 ........................... 90
Grafik proporsi penggunam lahan di desa pesisir Kecamatan
Marisa, Kabupaten Pohuato, Provinsi Gorontalo tahun 2002 .............. 92
Peta sebaran luasan kondisi mangrove berdasarkan NDVI di
desa pesisir, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuato,
Provinsi Gorontalo tahun 2002 ............................................................ 94
Peta sebaran landsystem ....................................................................... 96
Proporsi (%) luasan kesesuaian lahan untuk berbagai kategori di
Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuatu,
Provinsi Gorontalo tahun 2002 ........................................................... 100
Peta sebaran lokasi dari setiap kategori bagi peruntukan
tambak di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuato,
Provinsi Gorontalo tahun 2002 ............................................................ 102
Peta sebaran lokasi dari setiap kategori bagi peruntukan konservasi
mangrove di Kecamatan Marisa, Provinsi Gorontdo tahun 2002 ... 104
Proporsi (%) Luasan Kesesuaian Lahan untuk Berbagai Kategori di
Kecarnatan Marisa, Kabupaten Pohuatu .......................,..... ........... 106
Peta sebaran lokasi sangat sesuai untuk tambak, konservasi, serta
tambak dan konservasi ............................................................... 110
Peta sebaran lokasi sesuai mtuk tarnbak, konservasi, serta tambak
dan konservasi ...................................................................................... 1 1 1
Proporsi (%) Peruntukkan Lahan Sangat Sesuai untuk Tarnbak d m
Konservasi di Kecamatan Marisa, Kabupaten Boalemo ...................... 114

Proporsi (%) peruntukkan lahan sesuai untuk tarnbak dan
konservasi di Kecarnatan Marisa Kabupaten Boalemo ........................ 116
Kelimpahan phytoplankton di setiap stasiun pengamatan di
Muara Sungai Randangan. Kecamatan Marisa, Provinsi Gorontalo.... 125
Kelimpahan zooplankton di setiap stasiun pengamatan di Muara
Sungai Randangan. Kecamatan Marisa. Provinsi Gorontalo ............... 129
M k analisis komponen utama (PCA) sumbu I dan I1 (F 1 x F2)
pada saat pasang ................................................................................ 135
Grafik peragaan biplot pada pengamatan saat pasang ........................ 136
Grafik analisis komponen utarna (PCA) sumbu I dan 11 (F1 x F2)
pada saat surut .................................................................................... 141
Grafik peragaan biplot pada pengamatan saat surut............................ 142
Tampakan sedimentasi di Muara Sungai Randangan .......................... 148
Dendogran jarak eucledean pada stasiun pengamatan mangrove ....... 152
Model ekologi dalarn rangka pengembangan tarnbak berkelanjutan ... 169
Model ekonomi dalarn rangka pengembangan tarnbak berkelanjutan 169
Sub model tambak ................................................................................ 171
Sub model estuaria ............................................................................. 172
Sub model valuasi ekonomi ................................................................. 173
Sub model usaha tarnbak ..................
.
.............................................. 174
Pasang surut dan kisarannya di Teluk Tomini ..................................... 183
Hubungan variabel oseanoggrafi. batimetri pantai dan luasan
tarnbak sebagai output ..........................................................................
184
Simulasi model untuk dosis pakan dan usaha tambak intensif ............ 186
Hubungan dosis palcan dm kurnulasi konsentasi NO& di
tambak intensif ................................................................................. 187
Hubungan dosis pakan dan kumulasi konsentrasi NO3-Ndi
..
tambak seml mtensi f.......................................................................... 189
Hubungan dosis pakan dm kumulasi konsentasi NO3-N di
..
tarnbak tradls~onalplus......................................................................... 191

Provinsi Gorontalo memiliki luas total perairan laut & 50.500 km2,yang
terdiri dari perairan teritorial (12 mil) seluas i 10.500 km2 dan Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) seluas + 40.000 krn2 yang tersebar di wilayah utara clan selatan.

Total potensi keseluruhan sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya
mencapai 82.200 ton.tahun (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo,
2002). Disamping itu wilayah pesisir dengan panjang pantai 590 km dm luas

mangrove 12,000 ha juga merupakan potensi sumberdaya alam yang belum

dimanfaatkan secara optimal (BPS Kehutanan, 1 996).

Dari luasan tersebut

hampir 7.624,30 ha terletak di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuato (Hasil
Pemekaran dari Kabupaten Boalemo tahun 2003) yang tersebar pada pmjang
pantai 92,98 krn (Analisis Citra Landsat ETM Plus, 2002).

Ekosistem mangrove mernpunyai peran dan fungsi ekologis- ekonomis yang
sangat penting bagi masyarakat dm lingkungm sekitarnya. Secara ekologis,
ekosistem mangrove b e h g s i sebagai daerah pemijahan (spuwning grounds),

daerah mencari makan weeding ground) dan daerah pembesaran (nursety

ground!) berbagai jenis ikan, udang, kerang-kerangan dan spesies lainnya. Selain
itu, serasah mangrove (berupa dam, ranting dan biornassa lainnya) yang jatuh di
perairan menjadi surnber pakan biota perairan dan unsur hsra yang sangat

menentukan produktivitas perikanan perairan laut di depannya. Lebih jauh,
ekosistem mangrove juga merupakan habitat (rumah) bagi berbagai jenis burung,
reptilia, mamalia dan jenis-j enis kehidupan lainnya, sehingga ekosistem mengrove

menyediakan keanekaragaman (biodiversi~)dan plasma nutfah (genetic pool)
yang tinggi serta berfungsi sebagai sistem penunjang kehidupan. Dengan sistem

perakaran dan canopy yang rapat serta kokoh, ekosistem mangrove juga berfungsi
sebagai pelindung daratan dari gempuran gelom bang, tsunami, angin topan,

peremksan air laut dan gaya-gaya dari laut lainnya.
Ekosistem mangrove kaya akan keanekaragaman hayatinya seperti ikan,
udang, burung, mamalia darat, dan reptilia serta mempunyai peran dan fungsi
ekonomis-ekologis yang sangat penting bagi masyarakat dan lingkungan

sekitarnya.

Ekosistem mangrove juga sangat potensial dikembangkan untuk

kegiatan perikanan, terutama untuk kegiatan tambak udang.
Fungsi ekosistem mangrove yang terpenting bagi daerah pantai adalah

menjadi penyarnbung (ecoron)daerah darat dan laut, serta mencegah gejala-gejala

alam yang ditimbulkan oleh perairan, seperti abrasi, gelombang, badai dan lain
sebagainya, juga merupakan penyangga bagi kehidupan biota lainnya yang
merupakan sumber penghidupan masy arakat sekitarnya. Disamping Tumbuhan,
hewan, benda-benda lainnya dan nutrisi tumbuhan ditransfer ke arah darat atau ke

arah laut melalui mangrove.
Sementara secara ekonomis ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan hasil

dari ekosistem itu sendiri, perikanan estuaria dan pantai, serta wisata alam.
Menurut Barbier et al, (19971, ekosistem mangrove dapat dimanfaatkan kayunya
secara lestari untuk bahan bangunan, arang (charcoal) dan bahan baku kerbs.
Akibat dari fungsi ekonomis ekosistem mangrove, maka telah terjadi

kecenderungan pemanfaatannya untuk berbagai kegiatan ekonomi dengan cara
mengkonversi ekosistem mangrove untuk berbagai peruntukan, salah satunya

untuk kegiatan budidaya tambak.

Sebagai contoh, kegiatan konversi ekosistem

mangrove manjadi tarnbak juga terjadi di Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuato.
Konversi mangrove di Kecamatan Marisa mencapai 2.2 13,6 1 ha untuk tambak

dan peruntukkan lainya (Analisis Citra Landsat ETM Plus, 2002).
Kegiatan budidaya udang di tambak, di Indonesia sudah dimulai sekitar

tahun 1980 d m semakin berkembang dengan adanya Program Intensifikasi

Tambak (INTAM) pada tahun 1984-1985, clan terus berkembang tanpa
memperhatikan daya dukung lingkungan. Dampaknya, pemanfaatan lahan di
wilayah pesisir dengan mengkonversi ekosistem mangrove menjadi tambak di
Pantai Utara Jawa dan Timur Sumatera, cenderung tidak memperhatikan daya

dukung lingkungan sebagai faktor penyeimbang.

Akibatnya banyak lahan

budidaya tambak di kedua wilayah tersebut sudah tidak produktif lagi bahkan
banyak ditinggalkan,
Sebagai perbandingan, luas tambak di Indonesia sekitar 344.759 ha. Pa&
tahun 1999-2001 luas m a 1 tambak meningkat 7 % dari 393.196 ha menjadi
450.000 ha. Narnun diperkirakan bahwa luas ekosistem mangrove yang telah

dikonversi mtuk tambak diperkirakan lebih dari itu. Jika areal potemial untuk
tambak di Provinsi Gorontalo akan dimanfaah 100 %, maka luas ekosistem

mangrove yang dikonversi akan semakin menarnbah catatan penpangan lw
mangrove di Indonesia.

Namun disisi lain pasokan ikan di pasar internasionai, terutama komoditas

udang,

mengalami kekurangan sejak tahun 1990, sebaliknya permintaan

cenderung meningkat. Indonesia sebagai salah satu negara eksportir udang masih

mungkin untuk memasok ke pasar dunia, dengan syarat pemanfaatan lahan pantai

(pesisir) hams di imbangi oleh pengaturdpenataan ruang dengan baik.
Untuk h s u s di Kecamatan Marisa, maka dalam dokumen Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo tahun 2001 bahwa salah satu kawasan yang
ditetapkan untuk kegiatan budidaya tmbak adalah Kecamatan Marrisa ymg

terletak disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Randangan (BAPPEDA Provinsi
Gorontalo, 200 1). Hal ini juga didukung oleh Studi Awal Pengelolaan Perikanan

dan Kelautan yang telah merekornendasikan Kecamatan Marisa sebagai salah satu

kawasan yang sesuai untuk model pengembangan budidaya tambak (PKSPLIPB,
2002).

Bila skenario model pengembangan tambak diimplementasikan, di Wilayah
Pesisir Muara Sungai Randangan, maka hams juga memperhatikan darnpak
(ektemalitas) pengembangan tambak, karena besaran 3 5 % input pakan menjadi
limbah organik (Huisman, 1987 dalam Widigdo et al, 2000), dan merupakan
pemasok utama limbah bahan organik dan nutrien ke ekosistem estuaria (Barg,
1991; Phillips, er al., 1993; Kibria ef a)., 1996; Boyd at a/, 1998; Boyd, 1999).

Secara ekonomi pakan merupakan komponen produksi utama yang mencapai 45 60 % dari biaya total (Widigdo, 2002). Bahkan menurut Harris (1 997) pakan dan
benih menyerap hampir 40 - 70 % dari total biaya produksi udang

Masukan limbah organik ke estuaria disamping bersumber dari pakan udang
juga bersumber dari sedimentasi, sehingga dengan adanya pernbukaan Isthan

sangat berpotensi rneningkatkan laju N. Menurut Gordon ef al(1996), hampir 50
% dari sedimen yang masuk ke estuaria mangandung

N. Disamping itu

sum bangan N ke estuaria j uga bersum ber dari ekosistern m a n p v e . Sumbangan

N ke

estuaria

dari ekosistem mangorove mencapai 3,768 g r M

(Djamaluddin, 1995).
Agar kebijakan untuk meningkatkan kontribusi ekonomi dari kegiatan

tambak udang berkisar 1.800 todtahun atau senilai Rp 90 milyarltahun (Dinas
KeIautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, 2002) dapat tercapai, tambak udang
yang

dikembangkan hams berkelanjutan dan sesuai dengan daya dukung

lingkungan. Sehingga kertekaitan ekologi-ekonorni dalarn pengembangan tambak

menjadi sangat signifikan dan perlu diteIiti.
Untuk rnenjaga kelestarian usaha tambak dan memperkecil penurunan

kualitas lingkungan akibat limbah tambak, maka jurnlahlluasan tambak yang
&pat dibuka di suatu kawasan hams sesuai dengan kemampuan alam seternpat

(daya dukungnya).

Daya dukung a l m itu sendiri ditentukan oleh beberapa

faktor antara lain faktor geo-oceanografis, hidrologis, sifat-sifat fisika tanah dan

air,pola arus pantai dan lain Iain.
Dalarn penelitian ini akan dilakukan kajian beberapa parameter ekologi dan

ekonomi yang menunjang untulc pemanfaatan lahan mangrove untuk tambak
secara lestari. Dengan demikian pada bagian terakhir dari kajian akan dilakukan

pernodelan dengan skenario untuk tarnbak tradisiod, semi intesif, dan intensif

berdasarkan pertimbangan parameter ekologi dan ekonomi untuk penentuan

luasan tarnbak lestari sesuai dengan daya dukung lingkungan.

Perurnusan Masalah

Upaya pengelolaan ekosistem wilayah pesisir dan lautan tidak akan terlepas

dengan pemanfaatan dan pengernbangan secara berkelanjutan. Namun &lam
pemanfaatan dan pengembangan ekosistem wilayah pesisir dan Iautan perlu

diperhatikan kekhasan karakteristikya. Keberadaan ekosistem di wilayah pesisir
cendemng tidak krdiri sendiri dan sangat sensitif dengan perubahan struktur

lahan yang terdapat di wilayah tersebut dan lahan atasnya.
Pemanfaatan ekosistem wilayah pesisir dan Iautan secaw berkelanjutan
dapat terwujud bila memenuhi tiga persyaratan ekologis, yaitu : (1) keharrnonisan
spasial, (2) kemarnpuan asimilasi (daya dukung

lingkungan), dan (3)

pemanfaatan potensi sesuai dengan daya dukungnya @emanfaatan secara lestari).
Keharmonisan spasial berhubungan dengan bagaimana menata suatu kawasan

pesisir dan laut bagi peruntukkan pernbangunan (pemanfaatan sumberdaya)
berdasarkan kecocokan lahan (suitubiliias) dan keharmonisan antar pemanfaatan.

Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa suatu kawasan pesisir dan laut
tidak sepenuhnya diperuntukkan bagai zona pemanfaatan, tetapi juga harus
dialokasikan untuk zona preservasi dan konservasi. Menurut Odum (1 9711,

proporsi antara mna pemanfaatan dengan mna konsevasi dan preservasi berkisar

antara 60 : 40 atau 70 : 30. Keharmonisan spasial juga menuntut penataan dm
pengelolaan pembangunan dalam zona pemanfaatan dikelola secara bijaksana.

Dengan demikian suatu kegiatan pembangunan harus ditempatkan pada kawasan
yang secara biofisik sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

Kemampuan asimilasi rnerupakan kemarnpuan ekosistem untuk

&pat

menerima suatu jurnlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya kerusakan

lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditolerensi (Krorn, 1986 dalam

Dahuri et al, 1996). Artinya bahwa dalam pemanfaatan ekosistem di wilayah
pesisir dan laut, maka ham ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah yang

dibuang tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi (assimilative capaci~).

Ekosistem di wilayah pesisir dan laut lainya sangat potensid menerima dampak
dari bahan pencemar dan sedimentasi (Kay and Alder, 1 999).
Sementara itu bila dianggap bahwa potensi sumberdaya alam di wilayah

pesisir dan laut terdiri dari surnberdaya dapat pulih (renewable resources), maka

kriteria pemanfaatan (ekstrasinya) tidak boleh melebihi kemampuan untuk
memulihkan diri pada suatu waktu tertentu (Clark, 1988), sedangkan pemanfaatan
sumberdaya yang tidak dapat pulih (non-renewable resources) hams dilakukan
dengan cermat, sehingga efeknya ti& merusak lingkungan.

Sebagai contoh banyak permasdahan yang terjadi di kawasan wilayah

pesisir Randangan karena tidak dimanfaatkannya secara bijaksana (wise use).
Berdasarkan pengamatan di lapangan, maka dapat diidentifikasi permasalahanpermasalahan yang terjadi di kawasan pesisir Randangan, diantaranya ( 1)

Lemahnya Penegakan hukum; (2) Pexnanfaatan SDA yang tidak berkelanjutan;

dan (3) Belum adanya zonasi wilayah pesisir. Sedangkan delapan m d a h antara
adalah : (1) Terjadinya sedimentasi; (2) Banjir; (3) Terjadinya konversi ekosistem
mangrove; (4) Terjadinya kerusakan ekosistem mangrove; dan (5) Abrasi.

Orientasi pembangunan perikanan dan kelautan yang lebih mementingkan
pada pertumbuhan ekonomi sektor tersebut a h mengakibatkan eksptoitasi

sumbedaya perikanan dan kelautan cenderung berlebihan (over exploitation)
tanpa mempertimbangkan keberlanjutan dari sumberdaya alam tersebut. Untuk

Disamping itu belurn adanya zonasi yang diterapkan secara tegas telah

mengakibatkan tidak j elasnya peruntukkan wilayah pesisir Randangan untuk
kegiatan pemanfaatan dan konservasi. Sampai dengan penelitian ini (ksember
2002) dalarn waktu yang bersamaan sedang disusun dokurnen zonasi atau tata

ruang wilayah pesisir.

Dengan belurn adanya zonasi wilayah pesisir ini

menunjukkan bahwa proses pemanfaatan ruang di wilayah pesisir dan laut belurn
terarah, sehingga banyak ruang yang dimanfaatkan tidak sesuai dengan kapasitas

daya dukungnya, bahkan kadangkala cenderung turnpang tindih. Sebagai contoh
dengan ketiadaan zonasi wiiayah pesisir, maka akan cenderung tejadi konflik

lokasi dan alokasi pernanfaatan ruang yang ada. Kegiatan akuakulhu (tambak)
seringkali mengalih-firngsikan mangrove menjadi tambak, menyebabkan tidak
hanya terganggunya fungsi dan proses yang ada di ekosistern mangrove, seperti
fungsi daerah penyangga bagi badai pesisir, abrasi, sedimentasi serta sebagai

nursery bagi banyak kehidupan laut yang ekonomis, bahkan akan menlsak

ekosistem mangrove.
Berkaitan dengan pola pemanfaatan lahan yang berbeda, baik diusahakan
secara terencana atau tanpa rencana, akan menimbulkan darnpak yang berbeda
pula. Pada dasarnya pennasalahan pengembangan wilayah pesisir untuk kegiatan

budidaya tarnbak erat kaitannya dengan masalah ekonomi, pengembangan
wilayah, penggunaan lahan dan kebutuhan air. Penataan lahan yang tidak

terencana akan membentuk pola pemanfaatan lahan tidak optimal yang

berdampak pada : (1) peningkatan erosi; (2) banjir dan kekeringan; (3) penurunan

kualitas lingkungan; (4) penurunan produktivitas lahan; (5) kesenjangan
pendapatan masyarakat, kerniskinan, dm konflik penggunaan lahan. Sedimentasi

secara a1amia.h tersebut d i p e r b d oleh ulah manusia dalam membentuk pola
pemanfaatan Iahan yang tidak dalam batas-batas daya dukung lingkungan.

Berdasarkan pengarnatan di beberapa lokasi, maka &pat diindikasikan

bahwa sedimentasi terjadi di Muara Sungai Randangan. Hal ini terlihat dengan
terjadinya tanah timbul (delta). Disamping itu proses sedimentasi, menyebabkan

pendangkalan pada sungai, saluran tambak (inlet dan outlet) dan pinggiran laut
@antai), merupakan ciri yang paling menonjol dari ti&

berfungsinya DAS

dengan baik. Dampak negatif sedimentasi terhadap biota perairan pesisir secara

garis besar dapat diketahui melalui mekanisme tertentu. Pertama, penutupan

tubuh biota laut, terutama yang hidup di dasar perairan (benthic organisme)
seperti hewan karang, padang larnun dan rumput Iaut, oleh bahan sedimen.

Aki batnya, biota-biota tersebut &an susah bernapas dan akhimya mati lemas
(asphyxia). Kedua, peningkatan kekeruhan air, sehingga menghalangi penetrasi

cahaya ke dalam air dm mengganggu kehidupan organisme yang memerlukan
cahaya, terutarna kornunitas yang berada dalarn kisaran kedalarnan yang

mernungkinkan bagi komunitas tersebut untuk hidup, contohnya padang lamun

(seagrass) yang akan terganggu pertumbuhannya bila kekurangan cahaya
(Nybakken, 1988).
Faktor lainnya yang menentukan apakah manusia akan memperlakukan dan

mengusahakan tanahnya secara bijaksana, sehingga tidak menimbulkan kerusakan

tanah dan peningkatan laju erosi tanah. Faktor-faktor tersebut antara lain: sistem
penguasaan tanah; luas tanah yang diusahakan ; status penguasaan tanah; tingkat
pengetahuan dan penguasaan teknologi; dan inhstruktur serta fasilitas
kesejahteraan.

Dengan demikian, sama halnya dengan pencemaran dapat

dikatakm bahwa sedimentasi dapat terjadi secara alamiah tapi juga akibat
kegiatan manusia.

Berdasarkan hasil analisis keterkrtitan masalah, maka faktor yang
menyebabkan terjdiya sedimentasi di wilayah pesisir Ranclangan disebabkan

oleh : (1) Abrasi; (2) Banjir; (3) Penggundulan hutan; dm (4) Kerusakan hutan.
Sedangkan akibat dari terjadinya sedimentasi secara term menerus akan

mengakibatkan terjadinya pendangkalan perairan.

Dan hal ini sudah

diindikasikan oleh tejadinya pendangkalan di m w a sungai dan pembentukan
delta.

Berdasarkan hasil identifhi permasalahan tersebut di atas, maka dapat di

kelompokkan ke dalam pennasalahan utama dan perrnasalahan antara

Pennasalahan utama merupakan permasalahan dengan & k w i sebab dan akibat
yang dominan, Sedangkan pennasalahan antara merupakan permasdahan dengan

tingkat frekuensi tidak dominan. Secara skematis keterkaitan masalah utama dm

antara dapat dilihat pada Gambar 1.
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan menjadi perhatian secara

khusus adalah (1) Konversi hutan mangrove, (2) Kerusakan hutan mangrove, (3)
Pencemaran Limbah (organik), (4) Sedimentasi, dm (5) Konflik pemanfaatan

lahan. Kelima rnasalah ini merupakan rnasalah antara dari pernasalahan utama :
(1) Pemanfaatan sumbrdaya yang tidak berkelanjutan, dm (2) Belum adanya

zonasi wilayah pesisir. Sedangkan permasalahan lemahnya penegakan hukum
tidak menjadi fokus dalarn pembahasan penelitian.

PERMASWAN
WILAYAH PESISIR
RANDANGAN

Keterangan :
1. Pendangkalan Perairan
2. Abrasi
3. Sedimentasi
4. Pencemaran Limbah

5. Konversi Lahan Mangrove
6. KonRik Pemanfaatan Lahan
7. Penggunaan Alat Tangkap Tdak Ramah Lingkungan
8. Kerwkan Hutan Mangrove
9. Perambahan Hutan
10.Banjir

Gambar 1. Pohon masalah wilayah pesisir Randangan, Kecamatan Marisa
Dengan memperhatikan beberap pemyataan di atas dan perrnasalahan yang

ad4 maka jxmanfaatan lahan di sekitar wilayah pesisir Kecamatan Marisa,

khusunya Muara Sungai Randangao untuk tambak dengan tanpa memperhatikan
daya dukung lingkungan dan keberlanjutan sumberdaya alamnya akan

mengakibatkan terjadinya degradasi ekosistem mangrove dm yang terdapat di
dalamnya.

Dari berbagai inforrnasi dm pengamatan lapang yang klah

dilakukan menunjukkan bahwa peruntukkan Muara Sungai Randangan telah
dimanfaatkan untuk kegiatan tambak dan pertanian.

Bila kegiatan pemanfaahn tidak direncanakan dengm baik, maka akm
mengancam keberadaan ekosistem mangrove yang dominan di wilayah pesisir
Kecamatan Marisa, khususnya M u m Sungai Randangan.

Untuk itu agar

pemanf~tan dan pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Marisa, khususnya

Muara Sungai Randangan untuk kegiatan tambak agar berkelanj~rtan,maka perlu

memperhatikan daya dukung lingkungan di wilayah pesisir dan laut yang terdapat
di dalarnnya.

Tujuan dam Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian bertujuan untuk membangun model ekologi dan

ekonomi pengelolaan tam&

sesuai dengan daya dukung lingkungan dalam

rangka pemanfaatan wilayah pesisir Randangan.

Sedangkan secara khusus,

penelitian ini bertujuan untuk :
1.

Mengkaji kesesuaian lahan untuk pengembangan m b a k di wilayah pesisir;

2.

Mempelajari karakteristik biofisik (biologi, fisika, dan kimia) dan
menentukan bebentpa parameter utama ekologi (sedimentasi, TSS, Nitrat)
dan ekonomi (nilai ekonomi mangrove) yang bepengaruh dalam

pengembangan tambak;
3.

Mengkaji model pengembangan tambak.

Adapun manfaat penelitian adalah :
1.

Memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam rnerencanakan dan
mengembangkan tam bak di wilayah pesisir;

2.

Memberikan informasi kepada rnasyarakat tentang pengelolaan tambak
berkelanjutan di wilayah pesisir.

Kerangka Pemikimn
Wilayah pesisir Kecamatan Marisa, khususnya Muara Sungai Randangan

digolongkan ke dalam salah satu wilayah pesisir yang perlu dikelola secara
berkelanjutm. Dengan demikian &ah satu unsur penting yang harus diperhatikan

adalah bagaimana menempatkan komponen lingkungan sebagai

faktor

penyeirnbang dari berbagai kegiatan pernanfaatan yang telah dan akan dilakukan.
Dengan dernikian pemanfaatan DAS Randangan tidak hanya mementingkan

pemanfatan untuk

saat

ini (economic oriented), akan tetapi juga untuk

kepentingan di masa yang akan datang (ecological oriented).

Pengembangan usaha tarnbak di wiIayah pesisir Randangan pada dasarnya

adalah untuk menciptakan lapangan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan
ekspor udang dan peningkatan pendapatan daerah (PAD). Adanya peluang pasar

baik dalarn maupun l u x negeri telah mendorong pemerintah daerah untuk
membuat kebijakan pengembangan budidaya udang (tambak) sebagai salah satu
komoditi unggulan.

Sejalan dengan ha1 tersebut di atas, Pemerintah Provinsi Gorontalo sebagai

provinsi ke-32 telah mengambil kebijakan untuk menjadikan sektor perikanan
sebagai &ah satu sektor unggulan setelah pertanian. Kebijakan provinsi ini di

tuangkan dengan mencanangkan Provinsi Gorontalo sebagai "EtaIase Perikanan
dan Kelautan di Kawasan Thur Indonesia". Salah satu mode1 pengembangan

yang akan diimplementasikan dalam etalase tersebut adalah model pengembangan
perhmn budidaya, dengan kegiatan budidaya tarnbak menjadi salah satu
kegiatan yang utama. Kegiatan budidaya tambak diarahkan pada peningkatan

produksi udang untuk jangka waktu lima tahun ke depan (2003-2008). Dan sdah

satu lahan yang akan di jadikan untuk kegiatan budidaya tambak adalah di

walayah pesisir hdangan, Kec-

Marisa, Kabupaten Boalemo.

Arah

kebijakan ini juga ditempuh mengingat semakin meninngkahn permintam

udang di dunia.
Indikasi

meningkatnya permintaan

udang

dunia

adalah

dengan

terdorongnya/naiknya ekspor komoditi tersebut. Ekspor udang Indonesia secara

konsisten mengalami kenaikan, misalnya dari US$ 556,8 juta pada tahun 1989
menjadi US$ 1.011,5 juta pada tahun f 998, atau mengalami laju pertumbuhan
rata-rata sebesar 7,21 % per tahun (Tabel 1). Terus meningkatnya ekspor udang

Indonesia merupakan salah satu faktor mengapa Provinsi Gorontalo membuat

kebijakan untuk mengembangan kegiatan budidaya tambak sebagai salah satu
kegiatan andalan (PKSPL IPB, 2002).

Menurut Dahuri (2003), volume clan nilai ekspor p e h a n Indonesia masih
didominasi oleh komoditi udang. Perkembangan ekspor udang Indonesia dalam

kurun waktu 1998-2001 terus meningkat. Pada t&un 1998 volume ekspor udang
Indonesia sebesar US$ 1 milyar.

Pada tahun 2001 nilai ekspor udang

diperkirakan akm menu@ US$ 1,07 rnilyar.

Disarnping komoditi udang, maka n i b eksport yang menunjukkan kenaikan
yang signifikan adalah komoditi kepiting. Ekspor kepiting Indonesia s e m

konsisten juga mengalami kenaikkan, misalnya dari US$ 10.126 juta pada tahun
1989 menjadi US$ 24.469 juta pada tahun 1998, atau laju pertumbuhan rata-rata

s e b 15,5 1 % per tahun (Tabel 1). Peningkatan nilai ekspor ini diduga lebih

banyak disuplai oleh kepiting hail tangkapan.

Tabel 1. Nilai ekspor berbagai komoditas p e r i h a n Indonesia, 1989- 1998

Sumber : Statistik Impor Hasil Perikanan Indonesia 1998, Ditjen ?mikanan, D e w m e n

Kelautan dan Perikmm.

Di sisi sungai dari wilayah pesisir Randangan memiliki ekosistem mangrove
dengan berbagai surnberdaya alam yang terkandung di dalamnya. Jenis-jenis

mangrove yang teridentifikasi di Sungai dan Muara Sungai Randangan terdiri dari

Avicennia alba, A. marina, Ceriops sp, Xylocurpus sp. Keanekaragaman jenisjenis mangrove ini cukup tinggi, ha1 ini menunjukkan kondisi yang masih baik
bagi selumh sistem kehidupan yang ada di lokasi tersebut. Karena mangrove

merupakan salah satu ekosistem penunjang bagi terjadinya siklus perputaran hara
di wilayah pesisir maka pemanhtamya perlu d i r e n c b dengan sebaikbaiknya.

Disamping itu dari aspek ketersediaan dan kesesuaian lahan, wilayah pesisir

Randangan sesuai untuk dikembangkan uutuk tambak. Pada tahun 2002, w ilayah
pesisir randangan telah dikemhgkan sekitar 100 ha tambak.

Dari 100 ha

tersebut yang terkelola dengan baik oleh PT Aquatis Inti Utarna seluas 18 ha.

Sisanya masih perlu direhabilitasi agar Layak untuk ditebar. Hasil panen per

hektar yang telah di lakukan oleh pihak perusaham sudah rnencapai 1,7 t d a
dari target 3 tonha. Tidak mencapainya target panen dipengaruhi oleh musim

kemarau yang panjang dengan suhu u d m pada malam hari mencapai 50" C dan
kedalaman tarnbak yang hanya mencapai 60 cm.
Dan yang lebih penting lagi bahwa secara alami perairan sungai dan muara

memiliki kemampuan untuk memulihkan dirinya dari limbah yang ditwima di luar
sistem (self punfiation).

Namun dalam jumlah yang berlebihan (mejebihi

kapasitas asirnilasi), maka perairan tersebut akan tercemar.

Potensi limbah

organik sangat besar bila lahan wilayah pesisir Randangan akan dikemhgkan

untuk tambak.

Untuk mengembangkan w ilayah pesisir ymg berkelanjutan, maka daya

dukung lingkungan m e r u p h n faktor

penentu yang hams diperhatikan.

Sedimentasi dan kualitas air merupakan dua faktor yang a h menjedi
pertimbangan d a b penelith ini, sehingga akan tejadi sinergisitas dengan

faktor ekonomi.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada
Gambar 2.

s UELAUTAN
PERMlMrAAN
PROOWSI UDANG:

.-

PENGEMBANGAN

-I .

I

I'

nWRASUNGPJ
MN-,

+

PotYlDL
E-ManprDM
Kaendaandn
~
M
m
PemarlLltan
-paatn

MonarlmaUnbah

m

1.
DAYA DUKUNG
UNOKUNGAN

,

T

MODaWaOGC

WONOMl W Y A H
P E S MW
PEMGmTAMBAK UDANG

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Wilayah Peslir

Wilayah pesisir, tempat dirnana daratan dm lautan berternu merupakan kawasan
yang didefinisikan oleh Sorensen dan Mc Creary (1 990) sebagai &erah inte@ce atau
daerah transisi, daerah dimana segala macarn proses yang terjadi tergantung dari

intemksi yang sangat intens dari daratan dm lautan. Menurut Kay and Alder (1999),
pesisir adalah wilayah yang unik, karena dalam konteks kntang dam, wilayah pesisir

merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan.

Lebih jauh, wilayah pesisir

merupakan wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut pandang perencanaan

dan pengelolaan.

Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah

membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan niiai
ekonomi yang luar biasa terhadap manusia.
Menurut Dahuri et a!. (I 996) dan Clark (1996), secara ekologis, wilayah pesisir

adalah suatu wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, ke arah darat
mencakup daratan yag masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan (seperti pasang-

surut, percikan air gelombang, interusi air laut clan angin laut). Sedangkan ke arah
laut meliputi perairan laut yang masih dipengaruhj oleh proses-proses darniah dan

kegiatan mmusia di daratan, termasuk air sung6 dan diran air permukaan (run 0$3,

sedimentasi, pemcemaran dan lain-lain.
Perairan pesisir seperti muara (estuarine) ,teluk (bay) dan lain-Iain merupakan

penghubung (channels) bagi dampak yang dihasiikan dari kegiatan manusia di daratan

ke lingkungan laut (Wilson, 1988). Estuarine merupakan habitzi~sumber rnakanan,
sarana transportasi, sarana rekreasi dm b a h h tempat pembuangan limbah.

Umumnya interaksi yang terjadi di perairan estuaria rnerupakan proses yang

disebabkan oleh pertemuan antara air sungai dengan arus pasang smt, sehingga

menghasillcan tipe-tip sirkulasi massa air seperti aliran berlapis, aliran karena
perbedam densitas, baji garam (saltwedge),dan fi.onr (Nybakken, 1988). Disamping

itu karakteristik estuaria ditunjukkan dengan salinitas yang beragam, kisaran variabel
suhu, turbiditas, sedimentasi, dan pergerakm massa air yang kuat (Low dm
Mccomell, 1987).

Beberapa karakteristik lainnya ditinjau dari aspek parameter

biologi, fisika, dan kimia di muara sungai disajikan pada Tabel 2.
Tabd 2. Beberapa W t e r i s t i k parameter biologi, fisika, dan kimia muara sungai
Parameter
Biologi
, Ekosistem
1 Mangrove

I Karakteristik

1

Berperan sebagai jebakan sedimen (Kennish, 1990)
Pensuplai nutrien ke muara sungai melalu proses dekomposisi
serasah (Kennish, 1990)
Merupakan daerah pemijahan (spawning ground), mencari rnakan
(feeding g r o w , clan daerah asuhan (nursery grow14 (Bengen,
1 9991

Plankton

Terdiri dari phytoplakton dan zooplankton (Nybakken, 1988)
Memiliki peran yang sangat besar terhadap prduktivitas primer
(Kennish, 1990)
Berperan sangat besar dalam aliran energi (Nybakken, 1988)
Proses fotosintesis di muara sungai, 90 % di lakukan oleh
phytoplankton (Kennish, 1990)
Phytoplankton &pat dikelompokkm beberapa kelas, yaitu :
Bmillariophyceae, Chlorophyceae, Cyanophycea, dan Dinophyceae
(Nybakken, 1988)

Fisika

Suhu

Sirkusi air

Betpen&
langsung dan tidak langsung terhadap biota perairan,
terutama untuk plankton (Kennish, 1 990)
K i m di bebetapa muara sungai di Indonesia 24-32 O C
(Sulistiawati, 2003)
Berpengaruh terhadap proses fotosintesis dm pertumbuhan
phytoplankton (Kennish, 1990)
Turbulensi massa air dari bawah ke pemukaan perairan akan
menyubutkan peraim, karena terjadi pengmgkatan unsur ham dan
erat hubungannya dengan pethlmbuhan phytoplankton (Kennish,
1990)
Tingkat reproduksi dan rekruihen populasi biota tergantung pada
sirkulasi air (Kennish, 1990)
Pasang-surut merupakan sirkulasi massa air yang sangat dinamis di
muara sungai sehiagga rim 08air sungai akan rnempengruuhi
kehidum biota di mwra sunmi Kennish. 1990)

w

I Parameter I Karakteristik
I Kecetahan I Kecerahan

atau kedalaman saicchi disk berhubungan emt dengan

jumlah intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam perairan
Kisaran ktcerahan di beberapa muara sungai di Indontsia terletak
@a kisaran 0,19 - 12,5 meter dan bervariasi untuk masing-masing
muara sungai (Sulistiawati, 2003)
Menentukan prduktifrtas primer yang dihasil kan oleh phytoplankton
(Kennish, 1990)
Betpengaruh terhadap migrasi vertikal mopIanton (Kennish, 1990)
~ i l skeumhan y&g diungkapkan d&
satuan meter sangat
di pengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekenrhan dan

I
Kimia
Sdinitas

Salinitas adalah kandungan garam-garam terlarut dalam satu
kilogram air iaut dan dinyatakan dalam satuan per-seribu ( N y M e n ,
1988)

Nutrien

Perairan estuari atau muara salinitasnya rendah, ha1 ini dikarenakan
adanya pengenceran (adan ya pengaruh air sungai) (Newman dan
Pierson, 1966).
Kisaran salinitas di beberapa muara sungai di Indonesia, memiliki
kisaran 0 - 3434
(Sulistiawati, 2003)
Berpengamh langsung terhadap kehidupan biota perairan, terutama
phytoplankton. (Kennish, 1990)
Berpengaruh terhadap osmosis, distribusi, dan produktivitas
phytoplankton (Kennish, 1990)
Beberapa jenis nutrien seperti nitrogen, phosfor, dan silica sangat
dibutuhkan phytoplankton untuk reproduhi (Kennish, 1990)
Nitrogen d m phosfat merupakan faktor pembatas pertumbuhan
phytoplankton (Kennish, 1990)
Ammonia merupkan bentuk nitrogen yang bersifat racun terhadap
biota perairan dalarn jumlah yang h y a k (Kennish, 1990)

Pernanfaatan Wilayah Pesisir untuk Kegiatan Pertambakan

Wilayah pesisir merupkan kawasan yang mempunyai Wteristik dan
problema yang unik dan kompleks. Unik secara ekonomi sebagai sarana pelabuhan

dan bisnis komersial laimya, serta mempunyai daya tarik yang besar sebagai tujuan
wisata dan pengembangan kegiatan tambak, serta tujuan lainnya yang dapat

menghailkan banyak keuntungan finansial (Kusumastanto, 2002)
Untuk meningkatkan pertumbuhm ekonomi, maka pemerintah telah membuat
kebijakan untuk mengembangkan pertambakan. Kebijakan tersebut telah tertuang
dalam program INTAM (Intensifikasi Tambak) pada tahun 1984

I
I

I

Untuk meningkatkan kotribusi ekonomi dari kegiatsul petikanan, maka pemerintah
juga telah menmangkan Gerakan Nasional Pembangunan Kelautan dan Perilanan

pada tanggal 1 l Oktober 2003 (Dahuri, 2004). Kegisrtan perikanan yang diharapkan
dapat memberikan kontribusi produksi seksar 3,s juta ton adalah kegiatan perikanan

budidaya termasuk di dalamnya kegiatan pertambakan.
Menurut Dahuri (2004), luas perairan payau yang dapat dirnanfaatkan untuk

kegiatan m b a k mencapai 1 juta hektar dengan potensi produksi mencapai 5 juta

todtahun dan tingkat pemanfatan baru mencapai 0,40 juta ton pada tahun 2003

(lebih kurang bsru mencapai 8 %). Salah satu potensi perairan payau yang masih
besar dapat dimanfaatkan terletak di Provinsi Gorontalo.

Untuk itu pemerintahan

telah menjadikan Provinsi Gorontalo sehgai salah satu daerah pengembangan baru
usaha

budidaya tambak udang (ekstensifikasi) dalam kebijakan dm program

Departemen Kelautan d m Perilcanan (Dahwi, 2004).
Sebahagian ksar tambak di Indonesia dikernbangkan di lahan hutan mangrove.
Menurut Naamin (1990), membangun tambak di lahan mangrove mempunyai

bekrapa keuntungan d m kerugian.

Menurut Poernomo ( 19921, beberapa

keuntungan membangun tambak di mangrove adalah : (1) biaya pemilihan lahan

relatif mudah, karena dianggap merupakan lahan marginal; (2) niaya penggalian
tambak dan pemasokan air lebih mudah, karena elevasinya rendah; (3) penggantian

-

air lebih mudah, terutama pada daerah pasang sumt yang berkisar 1 3 meter; (4)

perairan pantai di sekitar mangrove merupakan sumber benih udang; dan (5) sifat fisik
dan mekanik lahan mangove baik untuk tambak clan dapat menahan air tambak.

Sedangkan kerugian, adalah : (1 ) pembersihan lahan dan konstnrksi tarnbak
sangat sulit dilakukan terutama bagi lahan mangrove yang didominasi Rhizophora sp;

(2) predator dan hama udang relatif lebi banyak; dan (3) kondisi tambak kurang baik

karena terbukanya sedimen terhadap udara akan tejadi oksidasi pirit menjadi asam
sulfat, sehingga tanah menjadi sangat asarn (Pornorno, 1 990). Bahkan menurut Sing

(1 980) N m i n ( 1990), &an menghamht Iaju perturnbuhan udang.

Unhik mengurangi dampak negatif (kentgian) terhadap mangrove dan
lingkungan di wilayah pesisir, maka perlu ditempkan teknologi yang ramah
lingkungan. Oleh karena itu, budidaya udang di tambak dengan menggunakan

teknologi maju (intensif), cenderung tidak dilakukan di lahan mangrove, nmun
memilih lokasi di daerah yang elevasinya lebih tinggi dari pasang surut, clan lahan
yang pakai umumnya berupa sawah dan tegalan marginal maamin, 1 990).
Tantangan di Wilayah Pesidr

Dibalik prospek cerah dari wilayah pesisir ini untuk meningkatkan ekonomi
negara, jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk yang besar di wilayah ini klah

menirnbulkan berbagai tekanan terhadap sumberdaya alarn yang terdapat di dalamnya.
Menurut Dahuri et a1 (1996), diindikasikan adanya tekanan telhadap wilayah pesisir
telah menimbulkan berbagai problem di wilayah pesisir. Beberapa wilayah laut dm
pesisir di Indonesia, seperti Pantai Utara Jawa, Selat Malaka, Teluk Jakarta, dm lain-

lain, telah mengalami kerusakrtn hingga melewati batas kemampuan daya dukung
1 ingkungan. Eksploitasi berlebihan terhadap mangrove dan terumbu karang yang

akan menghila