Analisis Structure, Conduct Dan Performance Pada Pasar Kakao: Kasus Di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
ANALISIS STRUCTURE, CONDUCT DAN PERFORMANCE
PADA PASAR KAKAO: KASUS DI KABUPATEN PARIGI
MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH
IHDIANI ABUBAKAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Structure,
Conduct dan Performance Pada Pasar Kakao: Kasus di Kabupaten Parigi
Moutong Provinsi Sulawesi Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Ihdiani Abubakar
H453130111
RINGKASAN
IHDIANI ABUBAKAR. Analisis Structure, Conduct dan Performance Pada
Pasar Kakao: Kasus di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan RATNA WINANDI
ASMARANTAKA.
Kakao merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Parigi Moutong.
Sebagian besar usahatani adalah perkebunan rakyat. Pada tahun 2012 produksi
biji kakao Parigi Moutong mencapai 49 138 ton dengan tingkat produktivitas 0.70
ton/ha dan luas panen 69 948 ha. Hasil panen biji kakao di Kabupaten Parigi
Moutong dipasarkan langsung ke eksportir yang ada di Kota Palu melalui
pedagang di tingkat kecamatan maupun pedagang provinsi, selanjutnya eksportir
yang menjual ke negara tujuan.
Harga biji kakao yang tinggi di tingkat pedagang dan eksportir belum
dirasakan oleh petani kakao di Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini ditunjukkan
dari perkembangan harga biji kakao mulai tahun 2008 sampai tahun 2013 yakni
Rp 21 000 sampai Rp 44 000 per kilogram sedangkan di tingkat petani hanya
berkisar Rp 12 000 sampai Rp 22 000. Masalah mendasar yang dihadapi petani
biji kakao di Kabupaten Parigi Moutong adalah posisi tawar petani lemah dalam
penentuan harga. Kondisi pasar yang tidak bersaing mempengaruhi perilaku
lembaga pemasaran berupa mekanisme penentuan harga. Respon dan seberapa
cepat perubahan harga tersebut dirasakan pada setiap lembaga pemasaran akan
diketahui melalui analisis kinerja pasar.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis struktur
(structure), perilaku (conduct), dan kinerja (performance) pasar sebagai metode
analisis yang tepat untuk mengetahui sistem pemasaran yang terdapat dalam
pemasaran biji kakao. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis struktur,
perilaku, dan kinerja pasar biji kakao di Kabupaten Parigi Moutong, 2)
Menganalisis integrasi pasar biji kakao di tingkat petani dan eksportir di
Kabupaten Parigi Moutong, dan 3) Merekomendasikan kebijakan pemerintah
terhadap sistem pemasaran biji kakao di Kabupaten Parigi Moutong
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kuantitatif
menggunakan Microsoft Exel 2010 dan Eviews 7. Hasil analisis menunjukkan
bahwa struktur pasar (market structure) yang dihadapi di Kabupaten Parigi
Moutong bersifat oligopsoni. Hal ini dikarenakan kondisi pasar di tingkat
eksportir terkonsentrasi dengan tingkat persaingan kecil (CR4=70.60%). Besarnya
market power yang dimiliki eksportir akan mempengaruhi perilaku lembaga
pemasaran di tingkat yang lebih rendah yang ditunjukkan pada perilaku pasar
(market conduct).
Lembaga dan praktek fungsi pemasaran yang terlibat pada pemasaran biji
kakao yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan,
pedagang besar provinsi dan eksportir. Adapun fungsi pemasaran yang dilakukan
adalah fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Saluran pemasaran biji kakao di
Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari empat saluran. Saluran pertama, petani
menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul kecamatan, kemudian dari
pedagang pengumpul kecamatan ke pedagang besar provinsi kemudian ke
eksportir. Saluran kedua ini petani menjual hasil panen ke pedagang desa
kemudian dijual ke pedagang pengumpul kecamatan selanjutnya dijual ke
pedagang besar provinsi kemudian pedagang besar provinsi menjual ke eksportir.
Saluran ketiga petani menjual langsung ke pedagang besar provinsi kemudian ke
eksportir. Saluran ke empat petani menjual ke pedagang kecamatan kemudian
pedagang kecamatan menjual ke eksportir. Besarnya ketergantungan petani
terhadap pedagang pengumpul dikarenakan keterbatasan modal, akses transportasi
yang masih sangat sulit mengakibatkan informasi yang diperoleh petani kurang
sehingga posisi tawar petani lemah dalam proses penentuan harga.
Kondisi petani yang menghadapi struktur pasar oligopsoni dan posisi
tawar petani lemah dalam proses penentuan harga akan mempengaruhi kinerja
pasar (market performance). Hal ini terlihat dari share harga biji kakao yang
diterima petani masih rendah (
PADA PASAR KAKAO: KASUS DI KABUPATEN PARIGI
MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH
IHDIANI ABUBAKAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Structure,
Conduct dan Performance Pada Pasar Kakao: Kasus di Kabupaten Parigi
Moutong Provinsi Sulawesi Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Ihdiani Abubakar
H453130111
RINGKASAN
IHDIANI ABUBAKAR. Analisis Structure, Conduct dan Performance Pada
Pasar Kakao: Kasus di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah.
Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan RATNA WINANDI
ASMARANTAKA.
Kakao merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Parigi Moutong.
Sebagian besar usahatani adalah perkebunan rakyat. Pada tahun 2012 produksi
biji kakao Parigi Moutong mencapai 49 138 ton dengan tingkat produktivitas 0.70
ton/ha dan luas panen 69 948 ha. Hasil panen biji kakao di Kabupaten Parigi
Moutong dipasarkan langsung ke eksportir yang ada di Kota Palu melalui
pedagang di tingkat kecamatan maupun pedagang provinsi, selanjutnya eksportir
yang menjual ke negara tujuan.
Harga biji kakao yang tinggi di tingkat pedagang dan eksportir belum
dirasakan oleh petani kakao di Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini ditunjukkan
dari perkembangan harga biji kakao mulai tahun 2008 sampai tahun 2013 yakni
Rp 21 000 sampai Rp 44 000 per kilogram sedangkan di tingkat petani hanya
berkisar Rp 12 000 sampai Rp 22 000. Masalah mendasar yang dihadapi petani
biji kakao di Kabupaten Parigi Moutong adalah posisi tawar petani lemah dalam
penentuan harga. Kondisi pasar yang tidak bersaing mempengaruhi perilaku
lembaga pemasaran berupa mekanisme penentuan harga. Respon dan seberapa
cepat perubahan harga tersebut dirasakan pada setiap lembaga pemasaran akan
diketahui melalui analisis kinerja pasar.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis struktur
(structure), perilaku (conduct), dan kinerja (performance) pasar sebagai metode
analisis yang tepat untuk mengetahui sistem pemasaran yang terdapat dalam
pemasaran biji kakao. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis struktur,
perilaku, dan kinerja pasar biji kakao di Kabupaten Parigi Moutong, 2)
Menganalisis integrasi pasar biji kakao di tingkat petani dan eksportir di
Kabupaten Parigi Moutong, dan 3) Merekomendasikan kebijakan pemerintah
terhadap sistem pemasaran biji kakao di Kabupaten Parigi Moutong
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan kuantitatif
menggunakan Microsoft Exel 2010 dan Eviews 7. Hasil analisis menunjukkan
bahwa struktur pasar (market structure) yang dihadapi di Kabupaten Parigi
Moutong bersifat oligopsoni. Hal ini dikarenakan kondisi pasar di tingkat
eksportir terkonsentrasi dengan tingkat persaingan kecil (CR4=70.60%). Besarnya
market power yang dimiliki eksportir akan mempengaruhi perilaku lembaga
pemasaran di tingkat yang lebih rendah yang ditunjukkan pada perilaku pasar
(market conduct).
Lembaga dan praktek fungsi pemasaran yang terlibat pada pemasaran biji
kakao yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan,
pedagang besar provinsi dan eksportir. Adapun fungsi pemasaran yang dilakukan
adalah fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Saluran pemasaran biji kakao di
Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari empat saluran. Saluran pertama, petani
menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul kecamatan, kemudian dari
pedagang pengumpul kecamatan ke pedagang besar provinsi kemudian ke
eksportir. Saluran kedua ini petani menjual hasil panen ke pedagang desa
kemudian dijual ke pedagang pengumpul kecamatan selanjutnya dijual ke
pedagang besar provinsi kemudian pedagang besar provinsi menjual ke eksportir.
Saluran ketiga petani menjual langsung ke pedagang besar provinsi kemudian ke
eksportir. Saluran ke empat petani menjual ke pedagang kecamatan kemudian
pedagang kecamatan menjual ke eksportir. Besarnya ketergantungan petani
terhadap pedagang pengumpul dikarenakan keterbatasan modal, akses transportasi
yang masih sangat sulit mengakibatkan informasi yang diperoleh petani kurang
sehingga posisi tawar petani lemah dalam proses penentuan harga.
Kondisi petani yang menghadapi struktur pasar oligopsoni dan posisi
tawar petani lemah dalam proses penentuan harga akan mempengaruhi kinerja
pasar (market performance). Hal ini terlihat dari share harga biji kakao yang
diterima petani masih rendah (