Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI
KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

FAIRUS MAULIDA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skrispsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Fairus Maulida
NIM H34100076

ABSTRAK
FAIRUS MAULIDA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember.
Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI.
Kedelai merupakan tanaman palawija yang kaya sumber protein dengan
berbagai produksi turunan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Benih
merupakan biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi dan digunakan
sebagai tujuan pertanaman untuk mencapai produksiyang maksimum. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik petani, menganalisis
proses keputusan pembelian, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam memilih benih unggul kedelai di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan

karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian. Analisis faktor digunakan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen. Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi keputusan petani
dalam memilih benih unggul kedelai, yaitu faktor pengaruh lingkungan, faktor
proses psikologis, faktor pembelajaran, dan faktor produk. Faktor pengaruh
lingkungan adalah faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian.
Kata kunci: Analisis faktor, keputusan pembelian, benih unggul

ABSTRACT
FAIRUS MAULIDA. The Factors that Influence Farmers Decision in Choosing
Superior Soybean Seed in District Bangsalsari Jember. Supervised by
ANDRIYONO KILAT ADHI.
Soybean is a rich source of protein with various derivatives of the soybean
product which consumed by the Indonesian society. Seed is the part of the plant
which from fertilized ovule is used for the purpose of cultivation, reaching
maximum production. This study aim to identify the characteristics of consumers,
analyze the purchase decision process, and analyze the factors that influence
farmers' decisions in choosing seed in Bangsalsari distric, Jember. The method of
this research is descriptive analysis and factor analysis. Descriptive analysis was
used to describe the characteristics of consumer and the process of purchasing

decision. Factor analysis was used to analyze the factors that influence the
consumers purchasing decision. There were four major factors that influence the
consumers purchasing that influence farmers decision in choosing superior soybean
seed they were the influence of environment factor, the psychological process
factor, learning factor and the product factor. Influence of environment factor was
the main factor influencing the purchasing decision.
Keywords: factors analysis, purchasing decisions, seed quality

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PETANI DALAM MEMILIH BENIH UNGGUL KEDELAI DI
KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER

FAIRUS MAULIDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember
Nama
: Fairus Maulida
NIM
: H34100076

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh


Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah perilaku
konsumen, dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani
dalam Memilih Benih Unggul Kedelai di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Andriyono Kilat selaku
dosen pembimbing skripsi dan Ibu Ratna Winandi selakudosen pembimbing
akademik, atas segala bimbingan, nasihat, dorongan, kritik, dan saran yang telah
diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih
kepada Yayasan Karya Salemba Empat atas beasiswa dari Indofood Sukses
Makmur. Penulis sampaikan kepada Bapak Luhur selaku Ketua UPTD, Bapak Pur
selaku penyuluh lapang, Bapak Gatot Selaku Ketua Gapoktan Kecamatan

Bangsalsari, Mbak Dian, Ibu Ida, dan Ibu Yoyok atas bantuan, dorongan, masukan
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasihdisampaikan kepada Abah
Taufiqurrahman, Bunda Husnawiyah, Mas Jaka, Mbak Ibanah, Dek Shabrina, Mas
Yusuf Jafar serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang
yang diberikan selama ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada sahabatsahabat, teman-teman sebimbingan, teman seorganisasi Omda Jember, Pengurus
KSE, BEM TPB, BEM FEM maupun Hipma, teman–teman Wisma Melati,
kelompok Kajian Islam, dan teman-teman Agribisnis 47 lainnya, atas segala
semangat, bantuan, dan masukan yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Fairus Maulida

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR


x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian


6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

7

TINJAUAN PUSTAKA

7

Benih unggul yang bermutu

7

Varietas unggul


8

Mutu Kedelai

8

Perbandingan dengan penelitian terdahulu

9

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

13
13

Perilaku Konsumen

13


Karakteristik Konsumen

13

Petani Sebagai Konsumen Industri

13

Proses Keputusan Pembelian Konsumen

14

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

15

Kerangka Pemikiran Operasional

19


Definisi operasional

22

METODE PENELITIAN

23

Lokasi dan Waktu Penelitian

23

Jenis dan Sumber Data

23

Metode Penentuan Sampel

23

Metode Pengumpulan data dan informasi

24

Metode Pengolahan dan Analisis Data

24

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

28

Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari

28

Karakteristik Penduduk

29

Keadaan Tanah

31

Keadaan Pertanian

31

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Umum Konsumen

32
32

Umur

32

Pendidikan

33

Pendapatan

33

Status kepemilikan lahan

34

Proses Keputusan Pembelian dan Pemilihan Benih Unggul

35

Pengenalan Kebutuhan

35

Pencarian Informasi

36

Evaluasi Alternatif

37

Keputusan Pembelian

37

Hasil setelah Pembelian

39

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Petani dalam
Memilih Benih Unggul

40

Faktor Pengaruh Lingkungan

44

Faktor Proses Psikologi

45

Faktor Pembelajaran

46

Faktor Produk

46

SIMPULAN DAN SARAN

47

Simpulan

47

Saran

48

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

51

RIWAYAT HIDUP

62

DAFTAR TABEL
1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Indonesia pada
2008-2013
2 Lima provinsi Indonesia penghasil rata-rata produksi kedelai pada
tahun 2008-2013
3 Lima Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur penghasil
produksi kedelai terbesar pada tahun 2008 – 2012
4 Ringkasan penelitian terdahulu
5 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia Desa Sukorejo
Kecamatan Bangasalsari 2012
6 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sukorejo
7 Nama dan Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Sukorejo
Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012
8 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di
Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012
9 Luas Wilayah Desa Sukorejo menurut Penggunaan Tahun 2012
10 Jenis dan Produktivitas Tanaman Pangan di Desa Sukorejo
Kecamatan Bangsalsari Tahun 2012
11 Karakteristik umur petani di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember pada Bulan Maret – April 2014
12 Karakteristik pendidikan petani di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014
13 Karakteristik pendapatan petani Kecamatan Bangsalsari Kabupaten
Jember pada Bulan Maret – April 2014
14 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014
15 Motivasi petani dalam melakukan usahatani kedelai di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014
16 Motivasi petani berdasarkan alasan menggunakan benih unggul
bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
pada bulan Maret – April 2014
17 Sebaran presentase petani berdasarkan sumber mendapatkan
informasi benih kedelai bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari
Kabupaten Jember pada bulanMaret- April 2014
18 Kriteria petani dalam mempertimbangkan pemilihan benih
bersertifikat di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
pada Bulan Maret – April 2014
19 Presentase penggunaan produsen benih oleh petani di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014
20 Cara melakukan pembelian benih kedelai di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Bulan Maret – April 2014
21 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih di
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada Maret – April 2014
22 Tindakan petani terhadap kondisi ketersedian benih kedelai yang
digunakan di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember pada
Maret – April 2014

1
3
4
12
29
29
30
30
31
31
33
33
34
34
35

36

36

37
38
38
39

40

23 Sikap petani terhadap produk benih kedelai yang digunakan di Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember pada Maret-April 2014
40
24 Ringkasan Nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA)
42
25 Ringkasan nilai Communalities
43
26 Hasil analisis faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memilih
benih unggul kedelai pada produsen atau penangkaran Dewi Ratih
44

DAFTAR GAMBAR
1 Tahap-tahap proses keputusan pembelian
14
2 Model perilaku pengambilan keputusan konsumen dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
16
3 Kerangka pemikiran operasional
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
2 Tabel Anti Image Matrices berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
3 Tabel Communalities berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar benih Dewi Ratih
4 Tabel Total Variance Explained berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
5 Tabel Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
6 Tabel Rotated Component Matrixa berdasarkan output SPSS 17
analisis faktor Penangkar Benih Dewi Ratih
7 Uji Reliabilitas
8 Uji Validitas
9 Dokumentasi penelitian

51
51
53
53
54
54
55
56
59

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas kedelai mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dalam
kebijakan pangan nasional, karena sifatnya yang strategis di dunia perindustrian.
Kedelai merupakan tanaman palawija yang kaya sumber protein dengan berbagai
produksi turunan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Beberapa produk
turunan kedelai terdiri dari olahan makanan (tempe, kecap, tauco, tahu dan
makanan ringanlainnya), minuman (susu kedelai), pupuk hijau dan pakan ternak
serta diambil minyaknya yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistika (2013), tingkat konsumsi kedelai rata-rata 8.12
kg/kapita/tahun dan total kebutuhan kedelai nasional mencapai 2.5-3 juta ton pada
september 2013. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya
industri pangan dan pakan. Namun, pada kenyataannya produksi dan produktivitas
Indonesia belum mampu mencukupi. Dapat dilihat pada Tabel 1 mengenai
perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas kedelai di bawah ini:
Tabel 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas kedelai di Indonesia pada
2008-2013
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013*
Laju (%/Thn)

Luas Panen(Ha)
590 956
722 791
660 823
622 254
567 624
554 132
-0.65

Produksi(ton)
775 710
974 512
907 031
851 286
843 153
807 568
0.01

Produktivitas(Kw/Ha)
13.13
13.48
13.73
13.68
14.85
14.57
2.18

Sumber: Badan Pusat Statistik [BPS], 2013 (diolah)
* Data 2013 merupakan angka smentara

Data Tabel 1 memberikan informasi mengenai luas panen, produksi, dan
produktivitas kedelai yang berfluktuatif. Produksi kedelai dari tahun 2010
mengalami kecenderungan menurun. Laju produksi kedelai domestik yang sangat
kecil sebesar 0.01 persen per tahun tidak sebanding dengan kebutuhan nasional
yang sebesar 2.5 juta ton. Kondisi tersebut membuktikan bahwa produksi kedelai
di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga pemerintah
Indonesia terus tergantung pada impor yang mencapai 2.12 juta ton pada 2011
untuk memenuhi kebutuhan kedelai dan menghindari kerawanan pangan Indonesia.
Produksi dapat dipenuhi tidak hanya melalui impor, yaitu melalui kebijakan
dari pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi dan
produktivitas adalah merencanakan swasembada kedelai 2010-2014. Upaya
pemerintah dalam pencapaian rencana ini melalui pembenahan bagian sistem hulu
dalam pemenuhan input. Hal ini berdasarkan ilmu usahatani pada buku Soekartawi
et al. (1986) yang menyatakan faktor input seperti, benih, tanah, pupuk, tenaga kerja
dan sebagainya mempengaruhi besar kecilnya produksi dan produktivitas yang
akan diperoleh. Menurut Sumarno (1999), beberapa penyebab rendahnya
produktivitas kedelai meliputi, alokasi modal dan tenaga umumnya minimal,

2

pengelolaan tanaman sub-optimal atau kurang intensif, gangguan hama yang masih
belum dapat dikendalikan dengan baik dan penyediaan benih bermutu dari varietas
unggul jarang terpenuhi akibat dari langkanya penangkar benih kedelai di daerah.
Menurut Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (Balitkabi) 2014, saat
ini kebutuhan benih unggul sulit dipenuhi dikarenakan ketersediaan benih varietas
unggul masih sangat terbatas yang mengakibatkan produktivitas hasil kedelai masih
rendah. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam perbenihan kedelai saat ini
adalah belum semua varietas unggul yang dilepas dapat diadopsi petani atau
pengguna benih, ketersediaan benih sumber dan benih sebar yang tepat dalam
varietasnya, mutu, jumlah, waktu, lokasi, dan harga, belum optimalnya kinerja
lembaga produksi dan pengawasan mutu benih, dan belum semua petani
menggunakan benih unggul bermutu/ bersertifikat.
Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan
produktivitas pertanaman kedelai (Balitkabi, 2014). Dalam mendukung penyediaan
benih bermutu, industri benih untuk komoditas kedelai belum berkembang dengan
baik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011) menyatakan, benih
bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85
persen). Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang
sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat
dengan akar yang banyak. Benih bermutu akan menghasilkan tanaman yang sehat,
pertumbuhan lebih cepat dan seragam, sehingga meningkatkan produksi.
Beberapa kebijakan pokok pemerintah dalam pembangunan pertanian yang
terkait langsung dengan benih meliputi, peningkatan produksi untuk mencapai
swasembada dan substitusi impor (termasuk kedelai), pengembangan agroindustri,
dan penerapan kewajiban sertifikasi untuk semua benih varietas unggul yang
diperdagangkan. Menurut Nugraha (1996), dengan melihat keberhasilan
peningkatan produksi tanaman lain (diantaranya padi dan jagung), penggunaan
varietas benih unggul merupakan komponen utama dalam meningkatkan suatu
produksi. Varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dengan tambahan beberapa
sifat unggul lainnya dikembangkan melalui program pemuliaan tanaman.
Salah satu misi kebijakan pemerintah yang telah diteliti Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) adalah meningkatkan kualitas dan
kuantitas sistem pembenihan kedelai melalui program Bantuan Langsung Benih
Unggul (BLBU) pada 2007. Namun, Wakil Menteri Pertanian dalam Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman yang bersumber dari Balitkabi (2014)
menyatakan sistem BLBU masih menemui banyak kelemahan, sehingga harus
dibenahi karena kualitas benih yang diberikan kepada petani mengalami
kemerosotan. Hal ini disebabkan benih yang disalurkan sering mangalami
keterlambatan waktunya. Kelambatan distribusi benih kacang-kacangan terutama
kedelai akan menyebabkan penurunan viabilitas (daya kecambah) benih hingga 80
persen, karena biji kedelai tidak tahan lama dalam penyimpanan (hanya 3 bulan)
terutama kondisi alat simpan yang kurang baik.
Benih kedelai yang disalurkan pemerintah memiliki keterjaminan mutu yang
telah tersertifikasi, sehingga banyak petani yang mulai mencoba dan merasakan
hasil panen kedelai dari varietas benih unggul. Program BLBU yang tidak
sistematis dalam penyalurannya, menjadikan kendala bagi petani untuk
menggunakan benih unggul. Kebutuhan benih varietas unggul yang semakin
meningkat, membuat para penangkar benih lokal berlomba–lomba menjadi
produsen benih dan meningkatkan produksi benih yang berdaya saing terutama

3

benih sebar yang dapat didistribusikan ke daerah sentra produksi secara langsung
tanpa adanya keterlambatan penyaluran.
Penangkar benih unggul lokal sangat membantu petani dalam menyebarkan
varietas benih unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah produksi.
Perbanyakan benih kedelai diawali dari penyediaan benih penjenis (BS) oleh Balai
Penelitian Bidang Komoditas, sebagai sumber untuk perbanyakan benih sebar yang
sangat berpengaruh terhadap ketersediaan benih sumber yang sesuai dengan
kebutuhan produsen/ penangkar benih dalam menentukan proses produksi benih
sebar. Kelancaran perbanyakan benih juga menentukan kecepatan penyebaran
varieteas benih unggul kepada petani. Hal ini menyebabkan petani harus tepat
dalam memilih varietas benih unggul yang sesuai dengan karakteristik daerah yang
dijadikan tempat usahataninya.
Hasil penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen yang dikaitan oleh petani dalam memilih varietas benih
kedelai. Faktor yang mempengaruhi ditentukan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang dimaksud adalah umur, luas usahatani, jumlah anggota
keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani dan tujuan berusahatani.
Sedangkan faktor eksternal meliputi pasar, kelembagaan, kebijakan dan
lingkungan.
Keselektifan petani dalam pemilihan benih unggul sangat mempengaruhi
hasil produksi kedelai. Keputusan petani dalam memilih benih unggul dari sentrasentra penangkaran lokal sangat berpengaruh terhadap keterjaminan produksi
kedelai yang baik. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu benih kedelai yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui
faktor–faktor keputusan apa saja yang mempengaruhi petani dalam memilih
varietas benih unggul yang nantinya sangat membantu dalam peningkatan
kemampuan penangkar untuk memproduksi dan mengembangkan benih yang
bermutu.
Perumusan Masalah
Secara nasional produksi kedelai terbesar ada di 5 provinsi, yaitu Jawa Timur,
Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Jawa Barat. Tabel 2 merupakan data
perkembangan perkedelaian pada 5 provinsi sentra kedelai dalam kurun waktu
2008-2013 di Indonesia.
Tabel 2 Lima provinsi Indonesia penghasil rata-rata produksi kedelai terbesar pada
tahun 2008-2013
Kriteria
Luas panen (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas
(kg/ha)

Jawa
Timur
235 581.83
339 716.67

Jawa
Tengah
97 274.00
151 264.33

Provinsi
Nusa Tenggara
Barat
79 002.83
90 578.83

36 908.20
52 308.70

Jawa
Barat
33 519.50
50 204.80

1 442.03

1 555.03

1 146.57

1 417.27

1 497.78

Sumber: BPS, 2014 (diolah)

Aceh

4

Tabel 2 memberikan informasi bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan
provinsi yang memiliki rata-rata luas panen (ha) dan produksi (ton) kedelai terbesar
nasional pada kurun waktu 2008-2013. Rata-rata luas panen kedelai terluas adalah
di Provinsi Jawa Timur, yaitu 235 581.83 ha dengan rata-rata produksi terbesar
juga, yaitu 339 716 ton. Namun, rata-rata produktivitas kedelai terbesar berada di
Provinsi Jawa Tengah sebesar 1 555.03 (kg/ha) yang hanya memiliki rata-rata luas
panen 97 274 ha. Produktivitas tertinggi bukan pada luas areal tanaman kedelai di
Provinsi Jawa Timur. Hal ini membuktikan bahwa luas areal tanam tidak
memberikan keterjaminan terhadap hasil produktivitas. Beberapa penyebabnya
adalah faktor iklim dan topografi yang tidak sesuai, sosial budaya, serta pemilihan
input seperti, benih unggul yang digunakan tidak tepat dan tidak berkualitas.
Kebutuhan benih kedelai bermutu di Jawa Timur sekitar 34.000 ton/tahun
masih sulit dipenuhi (Ismail et al. 2002). Hal tersebut disebabkan antara lain
pertanaman perbenihan harus ditanam pada saat musim tanam yang tidak optimal,
resiko kegagalan besar, petani kedelai pada umumnya petani kecil yang enggan
membeli benih, benih yang tidak terjual dalam waktu 4 bulan akan rusak, tidak
dapat dijual lagi sebagai benih, harga benih kedelai umumnya kurang menarik
(Sumarno dan Widiati 1985).
Penyediaan benih unggul yang bermutu hendaknya memenuhi kriteria enam
tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, dan
tepat harga (Hadi dan Baran 1995).Pemenuhan kebutuhan benih kedelai bermutu
dalam upaya peningkatan produksi perlu dibina usaha penangkaran benih terutama
di sentra produksi kedelai. Kemampuan industri benih untuk memasok benih
bermutu sampai ke pedesaaan merupakan prasyarat dalam mempercepat
pengembangan varietas unggul.
Upaya pengembangan pemanfaatan benih bermutu ditempuh melalui,
peningkataan kemampuan petugas/penangkar untuk memproduksi benih sumber,
peningkatan pembinaan penangkar benih di daerah sentra produksi kedelai, dan
peningkatan produksi benih sumber dan penyebaran varietas-varietas unggul baru
kedelai di daerah sentra produksi.
Kabupaten Jember merupakan sentra produksi kedelai utama di Jawa Timur,
selain Banyuwangi dan Bojonegoro. Total produksinya 16 185 ton dan tingkat
produktivitasnya 12.75 kw/ha, tersebar di Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari,
Balung, Ambulu, Rambipuji (Disperta Kabupaten Jember 2010). Dapat dilihat pada
Tabel 3 mengenai lima besar kecamatan sentra produksi kedelai di Kabupaten
Jember.
Tabel 3 Lima Kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur penghasil produksi
kedelai terbesar pada tahun 2008 – 2012
2012

Rata- rata
( ton/thn)

Bangsalsari

2008
3 696

Produksi (ton)
2009
2010
2011
4 486
5 176
5 600

6 245

5 040.6

Ambulu

1 769

1 424

1 109

1 117

603

1 204.4

Balung

1 548

1 604

2 263

2 417

2 665

2 099.4

Rambipuji

1 210

1 428

1 260

1 817

3 270

1 797.0

Umbulsari

1 022

1 382

1 449

2 405

3 628

1 977.2

Kecamatan

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Jember ( diolah )

5

Data Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa dari lima kecamatan di Kabupaten
Jember, Kecamatan Bangsalsari menjadi penghasil produksi terbesar komoditas
kedelai dan mengalami peningkatan terus menerus dengan mencapai rata–rata
produksi 5040.6 ton/thn. Kecamatan Bangsalsari merupakan kecamatan yang
memiliki pertanaman kedelai cukup luas di antara kecamatan yang lain di
Kabupaten Jember.
Munculnya varietas-varietas unggul baru yang dikeluarkan pemerintah dalam
upaya meningkatkan produksi kedelai tentunya berdampak terhadap perilaku petani
dalam penggunaan varietas-varietas unggul baru mengingat perbedaan preferensi
petani kedelai terhadap varietas di masing-masing wilayah tidak sama. Sedangkan
pemerintah berupaya mendorong petani kedelai untuk menggunakan benih unggul
dalam upaya meningkatkan produksi kedelai. Peningkatan produktivitas kedelai di
wilayah-wilayah sentra produksi dapat dilakukan dengan (a) penyediaan benih
bermutu, varietas unggul, (b) pemupukan dilakukan sesuai dengan status hara
tanah, (c) ketersediaan pestisida sesuai target hama, (d) bimbingan dan pembinaan
langsung di lapang secara terus menerus, dan (e) penyediaan jatah air irigasi secara
terencana untuk tanaman kedelai musim kemarau (Ernawanto et al.2010).
Beberapa usaha yang dilakukan oleh petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari
dalam penyediaan benih bermutu ialah dengan menggunakan benih dari produsen
Dewi Ratih sebagai penangkar lokal benih kedelai yang dibina oleh pemerintah
daerah. Peran penangkar benih Dewi Ratih sebagai satu–satunya penangkar yang
dibina langsung oleh pemerintah daerah, memiliki peranan dalam menjaga
konsistensi dan kontinyuitas untuk memproduksi kedelai unggul yang berkualitas
dan bersertifikat. Produsen Penangkar Kedelai Dewi Ratih memiliki peranan yang
berpengaruh atas benih kedelai yang bermutu, karena mendapat binaan dari
pemerintah dan pengawasan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan Hortikultura. Namun berdasarkan hasil survey lapang, tidak sepenuhnya
petani memilih benih Dewi Ratih binaan pemerintah. Hal tersebut dikarenakan
benih yang dipilih petani pada produsen Dewi Ratih dengan Jalinan Benih Antar
Lapang (Jabal) tidak jauh berbeda. Hal ini menjadi tantangan bagi Dewi Ratih untuk
terus meningkatkan daya saing dan mempertahankan eksistensi ditengah ketatnya
persaingan penangkar benih kedelai yang bersertifikat maupun tak bersertifikat.
Produksi benih kedelai Dewi Ratih sejumlah 5 ton masih belum mampu mencukupi
kebutuhan benih di Kabupaten Jember dengan total kebutuhan benih 578.960 ton
(Dispertan, 2010). Langkah yang dapat dilakukan oleh Dewi Ratih ialah dengan
mengetahui proses pengambilan keputusan dan faktor–faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam memilih benih unggul yang digunakan. Hal ini sangat erat
kaitannya dengan kegiatan peningkatan swasembada kedelai terutama di daerah
sentra produksi untuk merepresentatifkan penelitian ini. Hal tersebut dapat
membantu pemerintah maupun pihak terkait dalam menerapkan strategi yang tepat
guna untuk mewujudkan strategi dalam pengadaan benih berkualitas baik dan
berkuantitas tinggi.
Dengan melakukan pengkajian tentang perilaku konsumen (petani) kedelai
maka, dapat diketahui bagaimana respon petani terhadap atribut benih unggul.
Sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan yang ada pada
varietas benih unggul kedelai dari penangkaran lokal Dewi Ratih yang dipilih oleh
petani kedelai di Kecamatan Bangsalsari dan akhirnya dapat terpenuhi sesuai
dengan harapan petani. Dengan mempelajari informasi mengenai karakteristik

6

petani dapat bermanfaat bagi pihak produsen terutama manajemen produksi dalam
hal penetapan segmentasi, target pasar, dan positioning yang tepat. Segmentasi
memberikan peluang bagi suatu usaha untuk menyesuaikan produk atau jasanya
dengan permintaan konsumen secara efektif. Sedangkan informasi mengenai proses
keputusan pembelian konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat
bermanfaat sebagai rekomendasi bauran pemasaran agar kinerja dapat ditingkatkan,
maka perusahaan (Penangkar Dewi Ratih) akan mendapatkan masukan dan
informasi untuk pengembangan produknya dan berimplikasi dengan keuntungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik petani kedelai yang memilih varietas benih unggul?
2. Bagaimana proses keputusan pembelian petani kedelai terhadap pemilihan
varietas benih unggul?
3. Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
petani kedelai terhadap pemilihan varietas benih unggul?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis karakteristik petani kedelai yang memilih varietas benih kedelai di
Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
2. Menganalisis proses pengambilan keputusan petani kedelai terhadap varietas
benih unggul di Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember
3. Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
petani terhadap pemilihan varetas benih unggul kedelaidi Kecamatan
Bangsalsari Kabupaten Jember yang dapat digunakan sebagai strategi kebijakan
untuk produsen benih ataupun pemerintah.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai acuhan perbaikan bagi pemerintah, penangkar benih, dan pihak terkait
lainnya mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam
memilih benih varietas unggul guna menunjang program pemerintah.
2. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis dan mengidentifikasi masalah
berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan
yang diperoleh selama kuliah.
3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai
referensi dan bahan penelitian khususnya terkait dengan masalah sikap dan
kepuasan konsumen.

7

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas pada varietas benih unggul kedelai kuning.
Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani kedelai yang pernah, aktif
maupun tidak aktif dalam melakukan keputusan pembelian dan menggunakan
varietas benih kedelai bersertifikat (Dewi Ratih binaan pemerintah), dan Jalinan
Benih Antar Lapang. Data yang diperoleh merupakan usahatani kedelai pada
Musim Kemarau II (MK II) tahun 2013. Penelitian ini hanya difokuskan pada
analisis karakteristik konsumen, analisis proses keputusan konsumen (petani), dan
faktor pengambilan keputusan petani terhadap atribut Benih unggul dan dianalisis
berdasarkan teori perilaku konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan salah satu cara untuk mengkaji penelitian
terdahulu yang dapat dijadikan referensi, suatu acuan, atau dasar perbandingan
dalam melakukan penelitian ini. Dengan mengkaji penelitian terdahulu dapat
memberikan informasi dan gambaran untuk melakukan suatu penelitian dengan
konsep yang serupa.
Benih Unggul yang Bermutu
Benih adalah biji tumbuhan yang berasal dari bakal biji yang dibuahi,
digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai
produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya
dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Benih memiliki multifungsi yaitu
sebagai pelestari spesies sekaligus sebagai pembawa sifat karakteristik spesiesnya
dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu baik untuk produksi maupun
kualitas hasilnya. Benih unggul adalah benih yang murni, sehat dan kering, bebas
dari penularan penyakit, bebas dari biji-biji rerumputan dan lainnya (Siregar 1981)
dalam Saheda (2008). Benih unggul yang bermutu harus memenuhi kriteria 6 tepat
yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga,
dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993).
Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati melalui SK Menteri
Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas
benih (Sadjad,1993), yaitu:
1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS)
Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah
pengawasan pemuliaan tanaman dan Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi.
Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih
dasar. Khusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih
murni dan diberi label putih
2. Benih dasar atau Foundation Seed (FS)
Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi di bawah
bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi
dan identitas genetisnya dapat dipelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau
penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Naional yang disertifikasi oleh

8

sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi
label putih.
3. Benih Pokok atau Stock Seed (SS)
Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih
penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian
varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh
instansi yang berwenang dan diberi label ungu.
4. Benih Sebar atau Ekstension Seed (ES)
Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, benih dasar atau benih
pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian
varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah
disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.
Varietas Unggul
Dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha kedelai di Indonesia sangat
diperlukan ketersediaan varietas unggul dan benihnya yang bermutu tinggi.
Menurut Arsyad (2000) ketersediaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi
dan responsif terhadap perbaikan dan sesuai dengan kondisi lingkungan, serta
memiliki sifat-sifat unggul lainnya sangat diperlukan. Sifat unggul itu dapat dilihat
dari benih yang memiliki daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek,
ketahanan terhadap gangguan hama dan penyakit. Biji dikendalikan secara genetik,
sehingga tergantung pada varietasnya. Berdasarkan umurnya, varietas unggul yang
ada dibedakan menjadi varietas berumur pendek (genjah) berumur kurang dari 80
hari, varietas sedang berumur 81-89 hari, dan varietas dalam berumur lebih dari 90
hari. Semua varietas kedelai unggul yang ada umumnya sesuai untuk ditanah di
lahan kering atau tegal. Namun, untuk lahan sawah hanya tepat ditanami kedelai
berumur genjah dan beberapa varietas yang berumur sedang (Adisarwanto2002).
Mutu Kedelai
Kenampakan biji sangat mempengaruhi preferensi konsumen danjenis
produk akhir. Hal ini dibuktikan oleh hasil survei Balittan Bogor (Iman et al. 1995)
dalam (Nugraha et al. 2000) yang menunjukkan bahwa perajin tempe khususnya di
Jawa Barat, selalu memilih biji kedelai yang berukuran besar dan berwarna kuning.
Dasar pemilihan mereka adalah pertimbangan mutu tempe sebagai produk akhir.
Biji besar akan menghasilkan tempe yang menarik. Menurut Nugraha et al. (2000)
mutu suatu bahan pangan menunjukkan karakteristik dari bahan. Mutu kedelai
dapat digolongkan sebagai mutu fisik, mutu gizi, dan mutu pasar. Standar mutu
pasar kedelai terutama ditentukan oleh kenampakan biji kedelai dan preferensi
konsumen. Satu-satunya panduan yang tersedia untuk menetapkan harga dan
tingkat mutu palawija adalah standar mutu yang dikeluarkan oleh BULOG. Standar
mutu BULOG mengutamakan pada tingkat kekeringan, kadar kotoran dan
kenampakan biji. Sedangkan menurut Adisarwanto (2002) kuantitas dan kualitas
hasil panen kedelai sangat ditentukan oleh mutu benih. Mutu genetik, mutu fisik,
mutu fisiologis, dan mutu kesehatan harus dipenuhi sebagai persyaratan benih yang
bermutu.

9

Perbandingan dengan Penelitian terdahulu
Ramadhan (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor–faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi
Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogor. Berdasarkan
penelitian, pada tahap pengenalan kebutuhan, dimana alasan utama petani
melakukan penggunaan benih padi bersertifikat adalah hasil panen yang tinggi.
Tahap selanjutnya adalah pencarian informasi, dimana sumber informasi utama
petani diperoleh dari kios saprotan. Pada tahap evaluasi alternatif petani memiliki
kriteria utama yang terletak pada mutu benih. Tahap berikutnya adalah keputusan
pembelian, dimana petani lebih banyak melakukan pembelian secara perorangan di
kios/ toko saprotan terdekat, petani lebih banyak membeli benih padi dari
perusahaan SHS. Sedangkan Pada tahap terakhir yaitu evaluasi pembelian, petani
sudah merasa puas dan mau untuk melakukan pembelian ulang atas produk benih
padi yang petani gunakan.
Alat Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah Analisis faktor
teknik tabulasis top two boxes dan Analisis Korespondensi. Top two boxes
digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah top option. Analisis
Korespondensi merupakan alat analisis multivariate yang mempelajari hubungan
antara dua atau lebih variabel dengan memperagakan baris dan kolom secara
serempak dari tabel kontingengsi. Hasil dari analisis korespondensi biasanya
mengikutkan dua dimensi terbaik untukmempresentasikan data. Pada penelitian ini
terdapat faktor–faktor yang paling mempengaruhi pemilihan benih padi
bersertifikat merek PT SHS oleh petani. Pada faktor pertama, atribut yang paling
berpengaruh adalah mutu benih. Pada faktor kedua adalah promosi. Pada faktor
ketiga adalah penampakan benih dalam kemasan. Pada faktor keempat adalah
resisten terhadap hama dan penyakit. Pada faktor yang ke lima adalah desain
kemasan benih dan faktor yang terakhir atauyang keenam adalah tanggal kadaluarsa
benih.
Persamaan penelitian yang dilakukan Ramadhan adalah topik dan judul
yang hampir sama pada topik penelitian yaitu faktor–faktor yangmempengaruhi
keputusan petani, Variabel yang digunakan dalam atribut secara general sama
mengenai variabel atribut benih. Sedangkan perbedaanya terletak pada responden
yang diteliti oleh peneliti ialah petani kedelai yang menggunakan varetas benih
unggul, lokasi penelitian dan industri penangkaran benih yang diteliti serta alat
nalisis yang digunakan.
Mujahidah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor dan
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sayuran Organik di Yogya Bogor
Junction. Yogya Bogor Junction berusaha mengenal kebutuhan konsumen dengan
melakukan upaya pemasaran yang sesuai dan tepat sesuai dengan kebutuhan
dengan mengetahui karakteristik konsumen sayuran organik, proses pengambilan
keputusan pembelian sayuran organik dan faktor–faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian sayuran organik. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik
konsumen serta proses pengambilan keputusan. Sedangkan untuk mengetahui
faktor–faktor yang mempengaruhi pembelian menggunakan analisis faktor untuk
mengetahui urutan faktor–faktor yang dipertimbangkan atau mempengaruhi
konsumen serta hubungan antar variabel–variabel dalam faktor. Penelitian tersebut
mengembangkan beberapa indikator untuk mengukur variabel. Pengelompokan

10

indikator dapat berguna menentukan dimensi dari variabel. Faktor dalam hal ini
merupakan hasil pengelompokkan indikator berdasarkan teori yang ada seperti
faktor pengaruh lingkungan, faktor perbedaan individu, faktor psikologis serta
beberapa faktor pendukung lainnya. Beberapa atribut yang digunakan pada
penelitian Mujahidah diperoleh berdasarkan teori yang ada, penelitian terdahulu,
dan informasi yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu di Bogor Junction. Alat
analisis yang dilakukan dalam menguji Validitas dan Reliabilitasnya menggunakan
alat analisis faktor konfirmatory untuk melakukan konfirmasi berdasarkan konsep
dan teori yang sudah ada terhadap keakuratan instrumen yang peneliti buat. Peneliti
melakukan proses ekstraksi variabel hingga menjadi beberapa faktor yang disebut
komponen utama dengan menggunakan metode principal Component Analysis
(PCA) dan skala likert.
Persamaan dengan penelitian ini dengan penelitian Mujahidah ialah sama–
sama menggunakan alat analisis deskriptif dalam mencari karakteristik responden
serta proses pembelian dan teknik analisis faktor dalam mencari faktor – faktor yang
mempengaruhi keputusan Perbedaan penelitian ini terlihat dari komoditi dan tempat
penelitian
Melaty (2008) yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Keputusan Pembelian Oleh Konsumen Restoran Imah Hejo Kota Bogor
menggunakan analisis faktor dengan metode Principal Component Analysis (PCA).
Hasil yang diperoleh adalah terdapat enam faktor penyusun. Faktor pertama disebut
faktor daya tarik produk yang tersusun atas variabel kekhasan rasa menu,
kenyamanan, live music, jenis menu, dan kebersihan. Faktor kedua disebut daya
tarik pelayanan yang terdiri atas pramusaji, kecepatan penyajian pesanan, harga,
promosi, dan fasilitas. Faktor ketiga disebut kelas sosial yaitu pendapatan,
pekerjaan, dan gaya hidup. Faktor keempat disebut pengaruh lingkungan, yaitu
nama besar selebriti (Pasha), lokasi, dan budaya. Faktor kelima disebut pengaruh
kerabat, yaitu saudara/teman dan keluarga. Faktor keenam disebut kondisi individu,
yaitu waktu luang dan hobi.
Miranti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor dan Proses
Keputusan Pembelian Produk Perawatan Tubuh Kendedes Princess Ritual di Marta
Tilaar Salon Day Spa Bogor. Berdasarkan penelitian pada tahap proses
pengambilan keputusan pembelian, dimulai dengan tahapan yaitu pengenalan
kebutuhan karena responden salon ingin mencoba untuk perawatan tubuh dan
memiliki manfaat yang dirasakan yaitu untuk kebersihan dan kecantikan tubuh.
Pada tahap pencarian informasi di dapatkan dari terapis. Pada tahap evaluasi
alternatif yang menjadi pertimbangan pengunjung ialah pelayanan yang cepat dan
tepat. Pada tahap keputusan pembelian 69 persen pengunjung datang secara sengaja
dan sudah direncanakan. Pada tahap yang terakhir yaitu perilaku pasca pembelian
sekitar 56 persen pengunjung melakukan perawatan tubuh kembali sebanyak 2-4
kali dalam sebulan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Miranti (2011) sama-sama
meneliti proses keputusan pembelian dengan metode pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti ialah analisis deskriptif dan analisis faktor. Analisis
deskriptif terdiri dari karakteristik responden serta analisis dalam proses keputusan
pembelian konsumen yang terdiri dari pengenalan kebutuhan konsumen, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, konsumsi, serta evaluasi pasca pembelian serta
metode analisis faktor. Perbedaan pada penelitian miranti menggunakan atribut jasa

11

dan produk kecantikan, sedangkan pada penelitian ini atribut disesuaikan pada
peroduk benih varietas unggul.
Sari (2013) Dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Membeli Produk Industri Garment
menggunakan teknik analisis faktor dalam menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian produk industri garment. Hasil yang diperoleh
terdapat 8 faktor yang tersusun atas variabel bebas pada setiap faktornya. Faktorfaktor tersebut adalah produk, harga, promosi, saluran distribusi, budaya, sosial,
pribadi, dan psikologi. Alat analisis yang digunakan pada penelitian Sari dan
penelitian tersebut sama–sama menggunakan alat analisis deskriptif dan analisis
faktor. Perbedaan dari penelitian terdahulu ialah responden yang dipakai ialah
responden dengan produk antara bukan responden akhir seperti konsumen yang
mengkonsumsi makanan.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut, variabel-variabel yang
akan dianalisis menggunakan analisis faktor ditentukan berdasarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994 dan 1995),
bauran pemasaran, dan kondisi di lapangan. Penelitian yang penulis lakukan secara
keseluruhan masih terkait dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini dibuat untuk
mengetahui dan mempelajari gambaran mengenai tahap proses keputusan
pembelian petani terhadap varietas benih unggul kedelai dan faktor–faktor yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian petani dalam memilih
merek varietas benih unggul. Untuk menganalisis faktor–faktor yang
mempengaruhi proses keputusan pembelian petani, variabel yang digunakan dalam
penelitian ini diambil berdasarkan teori pada literatur dan penelitian terdahulu.
Variabel tersebut terdiri dari variabel internal dan eksternal. Variabel internal terdiri
dari pendidikan terakhir, pendapatan, usia, keluarga, tokoh yang disegani, dan
pengeluaran. Serta faktor eksternal yang terdiri dari persediaan benih, volume benih
dalam kemasan, mutu benih (genetik, fisik, fisiologis), tahan hama dan penyakit,
harga benih, promosi, desain kemasan, warna kemasan, kadaluarsa, penampakan
benih.

12

Tabel 4 Ringkasan penelitian terdahulu
Nama Peneliti
Miranti

Tahun
2011

Ramadhan

2013

Mujahidah

2013

Melaty

2008

Sari

2013

Judul Penelitian
Analisis
Faktor
dan
Proses
Keputusan
Pembelian
Produk
Perawatan
Tubuh
Kendedes Princess Ritual
di Marta Tilaar Salon Day
Spa Bogor
Faktor–faktor
yang
Mempengaruhi
Keputusan
Pembelian
Petani dalam Memilih
Benih Padi Bersertifikat
PT SHS (Sang Hyang
Seri) di Kabupaten Bogor
Analisis
Faktor
dan
Proses
Pengambilan
Keputusan
Pembelian
Sayuran
Organik
di
Yogya Bogor Junction

Alat Analisis
Analisis deskriptif,
matriks
korelasi,
Principal Component
Analysis (PCA)

Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Keputusan
Pembelian
Oleh Konsumen Restoran
Imah Hejo Kota Bogor
Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Keputusan
Konsumen
dalam Membeli Produk
Industri Garment

Analisis deskriptif,
analisis faktor dengan
metode
Principal
Component Analysis
(PCA).
Analisis deskriptif,
matriks
korelasi,
Principal Component
Analysis (PCA)

Sumber: Skripsi FEM IPB

Analisis deskriptif,
Analisis faktor teknik
tabulasis top two
boxes dan Analisis
Korespondensi

Analisis deskriptif,
metode
Principal
Component Analysis
(PCA) dan skala
likert

13

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari penelusuran teori yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu
berkaitan dengan model perilaku pengambilan keputusan pembelian konsumen,
karakteristik, serta faktor–faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen, dimana konsumen pada penelitian tersebut ialah petani sebagai
konsumen produk antara yaitu benih unggul kedelai.
Perilaku konsumen
Perilaku konsumen didefinisikan oleh Engel et al. (1994) sebagai tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli
tindakannya. Motivasi dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan
persuasif yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa
dan dengan maksud tertentu. Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (1994)
dalam Sumarwan (2004) perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka. Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu , kelompok,
dan organisasi, memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide,
atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku
pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial dan pribadi (Kotler
2008).
Karakteristik konsumen
Menurut Sumarwan (2004) Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan
dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi
konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena ia
merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Karakteristik
demografi konsumen dapat dapat dilihat dari faktor–faktor seperti usia, agama,
suku bangsa, pendapatan, jenis kelamin, status pernikahan, jenis keluarga,
pendidikan, pekerjaan, lokasi geografi, jenis rumah tangga, dan kelas sosial.
Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting. Sumarwan
(2004) juga menjelaskan karakteristik demografi sangat terkait dengan konsep yang
tumbuh dari adanya kelompok–kelompok di dalam suatu masyarakat.
Pengelompokkan masyarakat biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi
tinggal,pekerjaan, dan sebagainya. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan
kepada perbedaan karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi konsumen.
Petani sebagai konsumen industri
Menurut Griffin dan Ebert (2003) Konsumen industri merupakan konsumen
yang melakukan pembelian output suatu perusahaan sebagai input dalam kegiatan
bisnisnya. Hal ini berbeda dengan konsumen pribadi yang membeli suatu produk

14

untuk penggunaan pribadi mereka sendiri. Petani membeli produk yang dibutuhkan
untuk mengoperasikan kegiatan bisnisnya. Sebagai konsumen industri, pemilihan
suatu input tertentu akan dilakukan oleh petani apabila akan memberikan nilai yang
tinggi untuk arus penerimaan, karna dalam setiap kegiatannya petani akan selalu
berusaha untuk memaksimalkan laba.
Perilaku pembelian bisnis hanya memiliki sedikit perbedaan dengan
praktek-praktek pembelian konsumen akhir lainnya. Adapun beberapa perbedaan
pembuat keputusan serta hubungan antara pembeli dan penjual (Griffin dan Ebert,
2003).
1. Perbedaan permintaan
Dua perbedaan besar permintaan antara produk konsumen dan produk bisnis
adalah permintaan turunan (derived demand) dan inelastisistas permintaan.
Istilah permintaan turunan merujuk ke fakta bahwa permintaan akan produk
bisnis seringkali berasal dari permintaan akan produk konsumen yang
terkait.
2. Perbedaan pembeli
Tidak seperti kebanyakan konsumen, pembeli bisnis merupakan para
profesional, spesialis, dan ahli (yang memiliki informasi lebih)
3. Perbedaan pembuatan keputusan
Proses keputusan organisasi berbeda dalam tiga hal penting, yaitu
pengembangan spesifikasi produk, pengevaluasian alternatif yang ada, dan
pembuatan evaluasi pasca pembelian.
Proses keputusan pembelian konsumen
Menurut Kotler (2008) proses keputusan pembeli terdiri dari lima tahap
yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian dan perilaku pasca pembelian. Model proses pembelian dapat di lihat
pada Gambar 1
Pengenalan
kebutuhan

Pencarian
informasi

Evaluasi
alternatif

Keputusan
pembelian

Perilaku pasca
pembelian

Gambar 1 Tahap–tahapan proses keputusan pembeliana
a

Sumber : Kotler (2008 )

1. Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan merupakan proses pertama timbulnya pemintaan, karena
adanya kebutuhan dan keinginan konsumen yang belum terpenuhi atau
terpuaskan. Menur