Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp Memasuki Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah

MIGRASI ELVER SIDAT, Anguilla sp. MEMASUKI MUARA
SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH

OLEH:
HARYUNI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
HARYUNI. Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp. Memasuki Muara Sungai Poso,
ISMUDI MUCHSIN,
Sulawesi
Tengah.
Dibawah
bimbingan
SUTRISNO SUKIMIN dan MENNOFATRIA BOER.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Seotember s a m ~ a Oktober
i

2001 di
muara Sungai Poso, Kabupaten Poso, ~ulawesiTengah. ~enelitianbertujuan:
(1) Mensetahui pola uenyebaran
dan kelimuahan elver sidat ketika memasuki
. .
muara cungai POSO; (2) Mengetahui aspek biologi elver ikan sidat; dan (3)
Mengetahui faktor lingkungan (fisik-kimia perairan) yang berpengaruh terhadap
migrasi elver sidat ketika memasuki muara Sungai Poso. Penarikan contoh elver
sidat dilakukan 2 (dua) kali per bulan, yaitu pada malam hari periode bulan gelap
dengan menggunakan alat tangkap seser.
Pada penelitian ini berhasil ditangkap elver sidat sebanyak 3089 ekor.
Rata-rata ukuran panjang dan berat elver sidat ketika memasuki muara Sungai
Poso, berturut-turut adalah 5.02 0.17 cm dan 0.19 ? 0.03 gram, n = 699 pada
0.03 gram, n = 1069 pada
periode sampling I;5.00 0.19 crn dan 0.20
0.20 crn dan 0.23 0.03 gram, n = 1061 pada
periode sampling 11; 5.20
periode sampling 111; 5.18 0.19 cm dan 0.23 0.03 gram, n = 260 pada
periode sampling IV. Distribusi frekuensi panjang memperlihatkan adanya 3 pola
modus. Kelompok ukuran panjang yang dominan pada periode sampling Irelatif

sama dengan pada periode sampling I 1 (bulan September), yaitu 5.00 cm dan
5.00 cm. Sedangkan pada periode sampling I11 dan I V (bulan Oktober)
kelompok ukuran panjang, bertutur-turut adalah 5.20 cm dan 5.18 cm.
Distribusi frekuensi panjang teoritis elver sidat memperlihatkan 2 pola rnodus.
Kelompok ukuran panjang yang dominan pada 5.00 cm berturut-turut untuk
periode sampiing Idan 11; 5.20 cm berturut-turut untuk periode sampling 111
dan IV. Distribusi frekuensi berat juga memperlihatkan 2 pola modus, yaitu
kelompok ukuran berat 0.20 - 0.21 gram pada periode sampling Idan 11, serta
0.24 0.25 gram pada periode sampling 111 dan IV. Hasil penyidikan ragam
menunjukkan antar periode sampling tidak berbeda nyata atau dapat dikatakan
elver sidat yang tertangkap periode sampling I;11; 111 dan I V masih dalam satu
kelompok ukuran.
Analisa kornpor~en utama terhadap sifat fisika-kirnia perairan
memperlihatkan parameter kecepatan arus sangat besar pengaruhnya saat
migrasi elver sidat memasuki muara Sungai Poso. Berdasarkqn pola pasang
surut laut dan perubahan ketinggian air dimuara sungai terlihat bahwa ada
hubungan langsung dan positif antara setiap periode awal pasang naik dengan
migrasi elver sidat memasuki muara Sungai Poso. Elver sidat mulai memasuki
sungai bersamaan dengan naiknya pasang dan terus bertambah banyak dan
mulai menurun pada saat pasang tertinggi


+
+
+

-

+

+
+
+

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul :
"MIGRASI ELVER SIDAT, Anguilla sp. MEMASUKI MUARA
SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH"

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

September 2002

NRP. 99453lAIR

MIGRASI ELVER SIDAT, Anguilla sp. MEMASUKI MUARA
SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH

OLEH :
HARYUNI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
. Magister Sains pada
Program Studi Perairan

PROGRAM PASCASARIANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

: Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp Memasuki

Judul Tesis

Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah

Nama

: Haryuni

NRP

: 99453

Program Studi

: Perairan


Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr. I .ISMUDI MUCHSIN
/-I

Dr. 1 SUTRISNO SUKIMIN

Anggota

Ketua

Dr. 1 MENNOFATRIA BOER

Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Perairan


Pascasarjana

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarmasin pada tanggal 25 Agustus 1966 sebagai
anak ke empat dari pasangan H. Imbuh (alrn) dan Hj. Hawila. Pendidikan
sarjana ditempuh di program studi Manajernen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, lulus pada tahun 1993.
Pada tahun 1999, penulis diterima di program studi Ilmu Perairan pada
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Menyelesaikan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 tahun 1985, SD dan
SMP diselesaikan di Banjarmasin. Sejak tahun 1997 penulis bekerja sebagai
staf pengajar pada jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian Universitas Palangkaraya.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak September sarnpai Oktober 2001, dengan judul: "MIGRASI

EL VER SIDA7; Anguilla sp. MEMASUYI MUARA SUNGAZ POSO, SUM WESI TENGAH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Ismudi Muchsin,
Bapak Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, dan Bapak Dr. Ir. Mennofatria Boer selaku
pembimbing serta Bapak Dr. Chairul Muluk, M.Sc sebagai Ketua Program
Studi Ilmu Perairan Program Pascasarjana IPB. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc sebagai
dosen
penguji
luar
kornisi yang telah banyak memberi saran,
Bapak Ir. Tulus Trenggono Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Poso,
Bapak Ir. Samliok Ndobe, M.Si Dekan Fak. Perikanan Al-Khaairat Palu, Bapak
Moctar Pontoh, Yusran dan Rudi yang sangat membantu pengurnpulan data
di lapangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibunda, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan dorongannya. Sernoga karya ilmiah
ini bermanfaat.

Bogor,


Penulis,

September 2002.

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL ..........................
.
.
....................................................

I

DAFTAR GAMBAR .......................... .
.
.............................................

11


DAFTAR LAMPIRAN TABEL ......................
.
.
.....
.
..........................

iii

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR .........................................................

IV

PENDAHULUAN .........................

.
.
.
.
...............................................


1

Latar Belakang ........................
.
.......................................................
Masalah dan Pendekatan Masalah .................... .
.
........................
Tujuan Penelitian dan Kegunaan ..................... .
.
.
..........................
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................

Klasifikasi dan Ciri-ciri .....................
.
.......
.
................................

7

Siklus Hidup ...........................
.
........................................................

9

.

.

Migrasi dan Distr~bus~
....................
.
.
..............................................

12

Struktur Populasi ...................
.
.
.....
.
..............................................

15

Faktor Lingkungan .......................
.
.
............................................

15

METODE PENELITIAN ...............................................................

17

Lokasi dan Waktu Penelitian ................... .
.
..... .
.
...........................

17

Metode dan Penentuan Stasiun Penelitian ............................... .........

17

Pengambilan Contoh .........................................................................

19

Analisis Data ............................
.
.
......................................................

20

HASIL PENELITIAN .............................................................................

25

Kondisi Lingkungan ...........................

.
.
...........................................

25

Struktur Ukuran dan Distribusi Ikan ....................................................

33

Kelimpahan .....................
.
................................................................

38

PEMBAHASAN .....................................................................................

42

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................

53

DAFTAR PUSTAKA .......................
.......

55

LAMPIRAN .............................

....

...........................................
...................................................

59

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Pdrarneter fisika-kimia air yang diamati di muara sungai
Poso..................................................................................

20

2. Kisaran dan rata-rata nilai parameter fisika-kimia air di muara
sungai Poso

27

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Skema pendekatan masalah ............................ .....................................

6

Siklus hidup ikan sidat dari Leptocephale hingga dewasa ..................

11

Penyebaran ikan sidat di Indonesia

14

.

.

Lokasi stasiun penel~tlan..................... .
.

18

Grafik Tnggi Muka Air di muara Sungai Poso dan Daftar Pasang Teluk
Tomini

26

Grafik nilai parameter fisika-kimia berdasarkan waktu pengamatan

29

Grafik analisis komponen utama karakteristik fisika-kimia perairan
di muara Sungai Poso pada sumbu 1 dan 2 ( F l x F2) .......................

32

Grafik sebaran frekuensi ukuran panjang berdasarkan periode
.
.................................................
sampling .....................

34

Grafik sebaran frekuensi panjang elver sidat antara bulan September
.......
....................
dengan Oktcber ......... ......................

35

Grafik sebaran frekuer~siukuran berat berdasarkan periode
sampling

37

Grafik hasil tangkapan elver berdasarkan perubahan ketinggian
.
.
....... . . . . . . . . . . . . . . .
Muka air muara Sungai Poso .........................

39

Grafik hasil tangkapan elver sidat bulan September dan
....
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....
Gktober 2002

41

Ukuran elver sidat berdasarkan perubahan waktu,
periode I sampdi I V..........................
.
.
................................

42

DAFTAR LAMPIRAN TABEL
Halaman
Letak geografis stasiun penelitian di muara sungai Poso ................

58

Nilai parameter fisika-kimia di masing-masing stasiun ....................

59

Hasil Analisis Komponen Utama (PCA) antara stasiun
pengamatan dengan karakteristik fisika-kimia air .........................

60

Perubahan Tinggi Muka Air (TMA) muara sungai Poso dan
.......
Daftar Pasang surut (DP) laut teluk Tomini ..........................
.

61

Daftar pasang tertinggi dan terendah berdasarkan siklus harian
bulan dan matahari ....................................................................

62

Kisaran dan rata-rata panjang-berat elver sidat berdasarkan
.
.
.
.............................................
periode sampling .....................

63

a. Distribusi frekuensi panjang elver sidat tiap sampling ................. 64
b. Distribusi frekuensi berat elver sidat tiap sampling ..................
64
c. Distribusi frekuensi panjang teoritis elver sidat tiap periode
65
sampling sampling .....................................................................
d. Uji Chi-Kuadrat untuk distribusi observasi dan teoritis setiap
65
periode sampling ....................................................................
a. Analisis ragam struktur Ukuran elver sidat, bulan September
.
.... .
.
.......................................... 66
dan Oktober 2001................
b. Analisis ragam struktur Ukuran elver sidat, periode sampling I
sampai I V...................................................................................... 66
Kelimpahan relatif elver pada masing-masing stasiun (ekorlalat
tariskan) berdasarkar~perubahaii ketinggian air .............................. 67
Kisaran panjang, rata-r?ta panjang observasi - teoritis elver
sidat memasuki muara sungai Poso berdasarkan perubahan waktu
(subperiode) ................................... ............................................... 68

DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR
Halaman
1. Lokasi penelitian (muara sungai Poso) .........................

.
.
...... .

69

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat (Anguilla sp.) terrnasuk salah satu ikan penting yang
rnelakukan perpindahan (rnigrasi) dari laut ke lingkungan tawar (rnigrasi

anadromous) untuk pendewasaan dirinya dan selanjutnya kernbali ke laut
(migrasi katadromous), untuk melakukan pernijahan (spawning). Kedua
migrasi tersebut merupakan keseluruhan daur hidup ikan sidat. Hampir di
sernua rnuara sungai di Indonesia yang rnenghadap laut dalarn dapat
diternukan elver sidat.

Di Indonesia sedikitnya terdapat lirna spesies ikan

sidat, yaitu Anguilla bicolor, A. borneensis, A. marmorata, A. celebesencis,

dan A. nebulosa (Kottelat, et al. 1993).
Siklus hidup ikan sidat tergolong unik dibanding ikan lain, yaitu pada
stadia akhir larva sarnpai dewasa hidup di air tawar dan pada waktu akan
mernijah hidup di laut. Proses pernatangan gonad terjadi di perairan tawar
selarna rnigrasi katadrornous yaitu saat bermigrasi rnenuju laut dalarn (deep

sea wated.
dibuahi

Setelah memijah, induk sidat akan rnati. Telur yang sudah

terbawa

arus

laut

dan

rnenetas

menjadi

faselstadia

"Preleptocephalle", kernudian berkernbang rnenjadi fase "Leptocephalle",
akhirnya menjadi elver sidat yang transparan sarnpai betwarna kuning ("glass

ee/'). 'Glass eel" akan terbawa arus pasang menuju rnuara sungai dan akan
hidup beberapa waku di muara sungai. Perjalanan dari fase "Leptocephalle"

mencapai muara sungai di Eropa Barat memakan waktu 2 sampai 3 tahun
(Lacomte - Finiger 1983, diacu dalam Muchsin, 2001).
Dalam siklus hidupnya ikan sidat menghadapi tiga masa kritis, yaitu:
pertama, fase telur sampai fase glass eel yang planktonis; kedua, fase glass
eel yang melakukan migrasi anadromous memasuki sungai sampai tempat
perairan tawar yang cocok untuk proses pendewasaan; dan ketga, fase saat
migrasi katadromous, dari perairan tawar rnenuju laut untuk memijah. Pada
fase pertama, rnasa hidup planktonis di laut, terjadi pemangsaan oleh ikanikan pemangsa plankton. Pada fase kedua, masa migrasi anadromous anak
sidat yang masih lemah dan lingkungan yang relatif sempit (sungai) mudah
dimangsa biota karnivor dan juga ditangkap manusia. Demikian juga pada
fase ketiga, sewaktu bermigrasi katadromous ikan yang sudah dewasa ini
ditangkap manusia.
Penelitian ikan sidat yang sudah dilakukan sebelumnya di Danau Poso
antara lain adalah suhei pendahuluan mengenai ikan sidat di Danau Poso
oleh Sutardjo dan Machfudz (1974); mengenai morfologi, pola pertumbuhan
kariotif dan pola protein ikan sidat (Angu:lla

mauritiana Benn. dan A.

celebesencis Kaup.) oleh Ndobe (1997); dan Penyebaran Larva Ikan Sidat
(Anquillla spp.) di Muara Sungai Poso, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah oleh
Muchsin (2001).

Masalah dan Pendekatan Masalah
Menurut Bertin (1956) diacu dalam Affandi,

e t al. (1995) ikan sidat

merupakan ikan peruaya (migrator). Ketika dewasa ikan sidat beruaya dari
perairan tawar ke laut untuk memijah (ruaya katadromus). Ikan sidat hanya
bertelur sekali di dalam hidupnya (iteropariw setelah bertelur induk tersebut
kemudian mati (Lacomte - Finiger 1983, diacu dalam Muchsin, 2001)
Di pantai selatan Jawa Tengah dan lawa Barat, elver sidat yang
ditangkap sewaktu masih kecil, berbobot i

-3

gram, untuk dibudidayakan

(Affandi, et at. 1995). Sedangkan di Kabupaten Poso, elver sidat ditangkap
dengan menggunakan seser, penangkapan elver sidat dan juvenil "ikan nike"
(Valenciennes muralis, CV) cukup intensif sebagai bahan pembuat ikan asin.

Elver sidat ini memasuki muara Sungai Poso umumnya mlilai muncul pada
bulan April sampai Nopember. Keberadaan elver sidat bersamaan dengan
juvenil ikan nike, larva udang dan kepiting (Muchsin, 2001).
Ikan sidat yang besar ditangkap di daerah Tentena (out let Danau
Poso) yang akan rnelakukan migrasi katadromous menuju ke laut untuk
melakukan pemijahan dengan menggunakan alat tangkap yang dikenal
dengan sebutan 'waya masap/'.

Musim penangkapan dilakukan antara

bulan Januari sampai bulan Agustus atau pada saat kedalaman air Danau
Poso mulai meninggi. Ikan sidat hasil tangkapan yang beratnya lebih dari 3
kg dipasarkan untuk tujuan ekspor.

Mengingat harga ikan sidat kualitas

-

ekspor yang cukup baik (Rp. 20.000

30.000 per kg), diduga dapat

rnendorong penangkapan yang berlebihan baik elver rnaupun sidat calon
induk dirnasa datang. Jurnlah populasi sidat dewasa di Danau Poso sangat
tergantung pada seberapa besar jurnlah dari elver sidat yang berrnigrasi
rnernasuki rnuara Sungai Poso dan selanjutnya seberapa besar dari jurnlah
tersebut yang rnarnpu mencapai Danau Poso sebagai daerah rnakanan dan
pernbesarannya.
Dalarn

penelitian perikanan,

umurnnya

untuk

populasi yang

dieksploitasi rnaka hasil tangkapan per unit upaya dapat dipakai sebagai
indikator

kelirnpahan relatif ikan di suatu perairan tersebut (King, 1997).

Oleh karena itu fluktuasi hasil tangkapan juga rnenunjukkan fluktuasi
kelimpahan. Hal ini erat kaitannya dengan beberapa faktor yang mernbatasi
kelirnpahan suatu populasi baik faktor luar rnaupun faktor dalarn. Faktor
dalarnnya (gen) adalah elver ikan sidat akhirnya rnenjangkau kernbali habitat
yang pernah dilarnpaui induknya yaitu ke daerah rnakanan dan pernbesaran
(danau). Sedangkan faktor luarnya adalah faktor lingkungan yang secara
langsung ataupun tiaak langsung mernegang peranan didalarn aktivitas eiver
dalarn rnelakukan rnigrasi anadrornou:nya.

Penelitian ini hanya difokuskan

pada faktor luar (lingkungan) yang rnernpengaruhi rnigrasi elver ikan sidat
ketika rnernasuki rnuara Sungai Poso.
rnasalah ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Untuk lebih jelasnya pendekatan

INPUT

PROSES

Garnbar 1. Skema Pendekatan Masalah

OUTPUT

I

Tujuan Penelitian dan Kegunaan
Dengan rnemperhatikan permasalah dan pendekatan masalah di atas,
maka penelitian ini bertujuan :
a. Mengetahui pola penyebaran, dan kelimpahan elver sidat ketika memasuki
muara Sungai Poso.
b. Mengetahui aspek biologi elver ikan sidat, khususnya struktur ukuran
panjang dan berat.

c. Mengetahui

faktor-faktor

lingkungan

(fisik-kimia

perairan)

yang

berpengaruh terhadap migrasi elver sidat ketika memasuki muara Sungai
Poso.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi yang
dibutuhkan bagi pengelolaan sumberdaya ikan sidat khususnya di daerah
Poso, agar pemanfaatan sumberdaya ikan sidat di daerah ini dapat
berkelanjutan (lestari).

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Ciri-ciri

Ikan sidat mempunyai bentuk morfologis yang relatif serupa dengan
belut tetapi keduanya memiliki ordo yang berbeda. Menurut Deelder (1984),
ikan sidat mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Phylum : Vertebrata
Sub phylum : Craniata
Superclass : Gnathostomata
Series : Pisces
Class : Teleostei
Subclass : Actynopterigii
Order : Anguilliforrnes
Suborder : Anguil!oidei
Family : Anguillidae
Genus : Anguilla Shaw, 1803
Kottelat, eta/. '(1993) menyatakan bahwa famili Anguillidae yang ada
di kawasan Indonesia terdiri dari beberapa spesies, yaitu :
1. Anguiila bicolor
2. AnguiNa borneensis
3. Anguilla celebesensis

4. AnguiNa marmorata
5. Anguilla nebulosa

Ikan sidat di Indonesia mempunyai nama lokal yang berbeda-beda
yaitu ikan moa, ikan menguling, ikan uling, ikan lubang, ikan lumbon, ikan
larak, ikan lelus, ikan gateng, ikan embu, ikan denong, ikan laro, dan ikan
luncah (Kottelat, e t a/.,

1993 dan Sarwono, 1993). Khusus untuk daerah

Sulawesi Tengah dan Selatan, ikan sidat dikenal dengan istilah "masapi".
Di daerah Poso ikan sidat jenis Angiulla marmorata panjangnya sampai
150 cm (Muchsin, 2001). Sedangkan di lepang, sidat jenis Anguilla japonica
memiliki ukuran panjang untuk jantan adalah 60 cm dan lebih dari 75 cm
untuk betina. Ukuran komersial adalah 120 hingga 200 gram. Ikan sidat
yang lebih dari 200 gram disebut ikan sidat boku, dan harga dipasaran di
Jepang lebih murah dibandingkan dengan ukuran komersial (Ikenoue dan
Kafuku, 1992).

Di Selandia baru didapatkan panjang untuk Anguilla

reinhardthantara 364 hingga 790 mm (Jellyman, 1996).
Ikan sidat mempunyai bentuk tubuh memanjang dan tidak mempunyai
sirip perut akan tetapi mempunyai sirip dada.

Sirip tidak bertulang, slrip

punggung, ekor dan anal bergabung menjadi satu. Ikan sidat mempunyai
sisik sangat kecil dan terletak di dalam kulit (Kafuku dar; lkenoue, 1983).
Organ pernaoasan utama ikan sidat adalah insang yang berfungsi
seperti paru-paru pada hewan darat. Selain mengambil oksigen yang larut
dalam air, ikan sidat juga mempunyai kemampuan mengambil oksigen
langsung dari udara. Ikan sidat memiliki empat pasang insang yang terletak
di dalam rongga branchial. Setiap insang terdiri dari beberapa filamen insang

dan setiap filarnen terbentuk dari sejurnlah lamella. Pada lamella terdapat
jaringan pembuluh darah kapiler yang dapat mengadakan kontak langsung
dengan udara sehingga memungkinkan tejadinya pertukaran oksigen dari
udara dengan COz yang berasal dari dalam darah. Itulah sebabnya ikan sidat
dapat bertahan selama beberapa saat di udara terbuka yang memiliki
kelembaban cukup tinggi.

Keistimewaan lainnya adalah ikan sidat

mempunyai kemampuan mengabsorbsi oksigen melalui seluruh permukaan
tubuhnya (Liviawaty dan Afrianto, 1998).
Siklus Hidup

Daur hidup ikan sidat memiliki tiga fase hidup di lingkungan yang
sangat besar perbedaannya, yaitu laut, estuarin dan sungai. Sebagian besar
daur hidupnya berada di air tawar. Urnur ikan sidat di alam bisa mencapai 5
sampai 10 tahun, sedangkan apabila dibudidayakan bisa berkembang lebih
cepat dan mencapai umur lebih panjang (Ganie, 1996).

Di Jepang suhu

untuk budidaya ikan sidat berkisar antara 13OC hingga 30°C, dan suhu
optimum untuk pertumbuhan antara 23OC hingga 30°C, sedangkan di Eropa
suhu untuk budidaya ikan sidat berkisar antara 8OC hingga 23OC (Lovell,
1989). Ikan sidat memijdh di laut dalam pada kedalaman sekitar 400 - 500
meter di bawah permukaan air laut, suhu air 16OC - 17OC dan salinitas air
sekitar 35 o/oo (Usui, 1976; Kafuku dan Ikenoue, 1983). Kokhnenko 1957,
diacu dalam Deelder (1984) menyatakan bahwa, ikan sidat betina yang telah

siap memijah mengandung tiga juta butir setiap satu kilogram bobot
badannya.
Usui (1976) rnenyatakan bahwa telur ikan sidat yang telah dibuahi
akan naik dan melayang mendekati permukaan air. Telur ini dilapisi oleh
chorion yang tipis dan berdiameter sekitar 1,2 mm (Deelder, 1984). Setelah
24 jam, telur akan menetas menjadi pre-larva yang tipis dengan panjang
kira-kira 5 mm dan bersifat planktonis, berwarna sangat bening, dan
bentuknya rnenyerupai daun disebut leptocephale. Dalarn pertumbuhannya
larva ini terbawa oleh arus ke berbagai tempat. Selama itu larva mengalami
sedikitnya delapan kali perubahan bentuk tubuh hingga seperti ikan sidat
dewasa yang disebut elver, tubuh leptocephale memendek dan menebal
hingga akhirliya berbentuk bulat dan mulai mengandung pigmen pada tubuh
(Barnard, 1953).
Adanya rangsangan bau air tawar diduga rnenyebabkan larva ikan
sidat berenang menuj; pantai dan masuk ke sungai melalui muara. Elver
pada saat memulai perjalanannya masuk ke muara sungai, berwarna bening.
Setelah berada di sungai warna tubuh ikan ini setahap demi setahap akan
berubah menjadi gelap kemudian warnanya akan menjadi semakin gelap
setelah 2 sampai 4 minggu (Liviawaty dan Afrianto, 1998).

Fase Leprocepl~ule(di laut)

a

Fase Elver /benil1 sidul (di lautlmuaralsungai)

a

Fase Yellow eel /sidat (lewusu (di clun(~u/sunguUl(~ut)

Gambar 2. Siklus Hidup Ikan Sidat dari Leptocephale hingga dewasa
Semakin dewasa ikan sidat akan mempunyai warna hitam pada bagian
samping punggung dan perak keputihan pada bagian perut. Sedangkan ikan
sidat dewasa yang akan memijah pada saat menuruni sungai i~ntukmenuju
ke laut, warna tubuhnya seperti logam mengkilap pada bagian samping dan
pada bagian perut berwarna sedikit keunguan.

Ikan sidat jantan jenis

Anguilla japonica dikatakan testis berkembang sempurna setelah berumur 3
sampai 4 tahun, dan pada ikan jenis Anguilla mossambica umur 4,5 sampai
8,5 tahun.

Sedangkan ikan sidat betina jenis Anguilla japonica telah siap

mernijah setelah berumur 4 sarnpai 6 tahun, dan jenis Anguilla rnossambca
pada urnur 6,5 sarnpai 8,5 tahun. Setelah mernijah ikan sidat ini akan mati di
laut (Harrison, 1953; Kafuku dan Ikenoue, 1983).
Migrasi dan Distribusi

Migrasi merupakan fenomena yang sangat penting dalarn kehidupan
ikan sidat. Kecuali pada stadium yellow eel, semua stadia dalam daur hidup
ikan sidat rnelakukan rnigrasi. Yellow eel lebih bersifat rnenetap (sedentaM
karena pada stadium tersebut ikan melakukan aktifitas untuk menggernukkan
badan (Deelder, 1984).
Di Eropa, ada dua tahap bermigrasi elver, yaitu (1) Elver yang
berrnigrasi dari perairan estuarin ke perairan tawar (sungai); (2) Elver yang
berada di sungai akan berrnigrasi ke perairan tawar di pedalaman rnenuju ke
daerah makanan (feedingground) baru. Pada proses migrasi pertarna, elver
berukuran panjang sekitar 7 crn dan pada migrasi tahap kedua ukuran elver
sudah mencapai 15 crn

- 20

cm yang berbentuk seperti pensil.

Dengan

ukuran demikian, mereka dapat dilihat pada rnalam hari yang cerah.

Di

daerah beriklim tropis, tahapan rnigrasi elver tidak dikenal sebab di daerah
tropis hanya memiliki dua musirn (Liviawaty dan Afrianto, 1998).
Faktor yang rnernpengaruhi rnigrasi leptocephale adalah arus laut.
Elver migrasinya dipengaruhi oleh keadaan pasang surut air laut, bau khas air

tawar, pembusukan detritus, suhu air, cahaya, salinitas dan angin (Tongiorgi,

etal., 1986; Facey dan Avyle, 1987; Liviawaty dan Afrianto, 1998).
Di Eropa, glass eel dan elver sampai di estuarin pada bulan Maret
sampai luni, sedangkan di Filipina sepanjang tahun tetapi puncaknya pada
bulan Mei hingga Agustus (Sorensen dan Bianchini, 1986; Tabeta, et al.,
1986). Selanjutnya Moriaw (1986) lebih jauh menyatakan bahwa migrasi
elver menuju ke arah hulu berlangsung mulai bulan Mei hingga Oktober,
dengan puncaknya akhir bulan Mei hingga akhir luni, besar kemungkinan
dipengaruhi oleh musim, suhu, umur dan ukuran ikan. Migrasi menuju ke
daerah pemijahan berlangsung pada musim gugur dengan puncaknya pada
pertengahan musim,

dipengaruhi oleh suhu dan intensitas cahaya

(Horaldstad dan Vollestad, 1985).
Tabeta, et al. (1976) menyatakan bahwa hasil tangkapan benih sidat
(elver) di sungai Cagayan, Pilipina dipengaruhi oleh suhu, fase pasang surut,
dan ketinggian air sungai. Selanjutnya dikatakan bahwa fluktuasi tahunan
hasil tangkapan di Jepang juga dipengaruhi oleh cuaca atau kondisi
oceanografi.
Distribusi (daerah penyebaran) ikan sidat di Indonesia dapat dilihat
pada Gambar 3. Kottelat, et al. (1993) menyatakan bahwa leptocephale di
Indonesia terdapat di sungai-sungai yang bermuara ke laut dalam yaitu di
pesisir baratdaya Sumatera, pesisir selatan Jawa, pesisir timur Kalimantan,

Sulawesi dan Bali, tetapi hampir tidak pernah dijumpai di sungai-sungai yang
bermuara ke laut dangkal dari paparan Sunda.
Pola penyebaran populasi perlu dipelajari untuk mengetahui tingkah
laku populasi tersebut (Clark dan Evans, 1954). Krebs (1978) menyatakan
bahwa distribusi organisme antara lain dipengaruhi oleh tingkah laku memilih
habitat, hubungan organisme dengan organisme lain, dan makanan. Hanson
(1973) juga menyebutkan bahwa distribusi organisme dipengaruhi oleh faktor
persaingan internal dan intrajenis, suplay makanan dan keragaman
lingkungan.

Gambar 3.

Penyebaran ikan sidat di Indonesia

Struktur Populasi
Populasi rnerupakan suatu kelompok individu dari spesies yang sama
yang

menempati

suatu

habitat.

Sedangkan

struktur

populasi

rnenggambarkan kelompok umur yang biasanya dicerminkan oleh kelas
ukurannya.

Di perairan tropis, penentuan umur sulit dilakukan, sehingga

kelas ukuran ikan dapat digunakan untuk memprediksi umur, dengan
rnenggunakan ukuran panjang dan bobot. Selain itu, struktur populasi dapat
digunakan untuk memprediksi kondisi populasi dan pola rnigrasi berdasarkan
kelompok umur yang mendorninasi suatu zona tertentu.
Faktor Lingkungan
Kekeruhan
Kekeruhan yang terjadi setelah tui-un hujan merupakan faktor
lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kelimpahan elver. Mengenai
ha1 ini diperjelas oleh.Deelder (1984) bahwa elver mempunyai kemampuan
untuk "mencium" bau air tawar dan akan berenang rnengikuti sumber air
tawar tersebut.
Arus dan Pasang surut
Pasang surut di perairan menyebabkan terjadinya arus di perairan
yang

disebut arus

pasang dan arus surut.

Dwiponggo (1972)

mengernukakan bahwa jenis-jenis ikan tertentu akan bergerak rnengikuti
arus pada waktu pasang naik ke arah pantai sejalan dengan arus pada waktu

pasang.

Dalam kaitan ini, arus dan pasang surut tersebut sangat

mempengaruhi migrasi ikan sidat mulai larva hingga dewasa. Larva terbawa
arus ke pantai rnenjadi glass eel dan elver, selanjutnya bermigrasi ke muara
sungai dan seterusnya ke hulu sungai dipengaruhi oleh perubahan aliran air
dan pasang surut air. Perubahan ketinggian air di perairan sungai ditentukan
oleh tinggi rendahnya pasang surut di muara, juga oleh tinggi rendahnya
curah hujan yang jatuh di daerah hulunya.
Kondisi pasang surut air laut juga mempengaruhi tingkah laku elver.
Deelder (1984) mengernukakan bahwa elver berenang pada lapisan
perrnukaan air pada saat pasang dan bersembunyi di dasar pada saat surut.

Fase Bulan
Fase bulan juga rnernpengaruhi migrasi ikan sidat (Haraldstad, 1985),
ikan sidat tidak rnelakukan migrasi selama bulan purnama.

Selanjutnya

dikemukakan bahwa fase bulan ini ada hubungannya dengan intensitas
cahaya dan tingkah laku untuk menghindari predator.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di muara Sungai Poso, Kabupaten Poso,
Sulawesi Tengah (Larnpiran Gambar 1). Penelitian berlansung dari bulan
September sampai Oktober 2001.
Metode dan Penentuan Stasiun Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan harapan
dapat mengungkap migrasi elver sidat memasuki muara Sungai Poso yang
merupakan proses alamiah (kelimpahan,

struktur

ukuran dan pola

penyebaran dari elver sidat, serta sifat fisika kirnia perairan muara Sungai
Poso). Ada 4 tempat di muara Sungai Poso yang ditetapkan sebagai stasiun
penelitian.

Penentuan stasiun ini diambil berdasarkan survei dan

mernpertimbangkan informasi Dinas Perikanan seternpat dan penduduk yang
berkaitan dengan lokasi penangkapan elver sidat. Posisi geografis stasiun
pada Larnpiran Tabel 1dan Lokasi stasiun pada Gambar 4:
a. Stasiun I

:

di bagian sisi kiri pada rnuara Sungai Poso.

b. Stasiun I 1

:

di bagian sisi kanan pada rnuara Sungai Poso.

c. Stasiun I11

:

di anak Sungai Poso (sungai Kayamanya yang
bermuara dibagian kanan pada muara Sungai Poso).

d. Stasiun IV

:

di bagian lebih ke hulu pada sisi kanan Sungai Poso.

Gambar 4

. Lokasi stasiun penelitian

Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh elver sidat dilakukan dengan menggunakan alat
tangkap seser yang terbuat dari kain tipis, dengan lebar mulut seser 75 cm
dan panjang jaring 100 cm. Alat ini dioperasikan 1 kali setiap jam selama 5
detik, sejak elver sidat terlihat memasuki muara Sungai Poso sampai elver
tidak terlihat lagi menjelang pagi pada setiap periode bulan gelap. Dari bulan
September sampai Oktober 2001 dilakukan sebanyak empat periode
pengambilan contoh elver. Periode I(malam tanggal 17 ke 18 September
2001); Periode 11 (malam tanggal 19 September 2001); Periode I11 (malam
tanggal 16 ke 17 Oktober 2001) dan Periode I V (malam tanggal 17 ke 18
Oktober 2001). Elver yang tertangkap di masing-masing stasiun kemudian
diukur panjang, berat dan jumlah.

Pengukuran panjang total dengan

menggunakan jangka soronglmistar penggaris dengan ketelitian 1 mm
szdangkan berat dengan menggunakan timbangan analitik dengan tingkat
ketelitian 0,01 gram.
Pengambilan contoh air untuk pengukuran fisika-kimia air muara
Suncjai Poso dilakukan pada pagi hari (jam 06.00 - 07.00) di masing-masing
stasiun. Selanjutnya, cara dan alat pengukuran parameter fisika kimia air
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1

No.

Parameter fisika- kimia air muara Sungai Poso

Parameter

Satuan

Metode

Alat

FISIKA

1

CaCO3 eq.

Analisis Data
Fisika-Kimia Perairan
Untuk

mengetahui

sifat

fisika-kimia

perairan

antar

stasiun

pengamatan, digunakan Analisis Komponen Utama (Principal Compenents
Analysis, PCA) (Legendre dan Legendre, 1983).
(PCA)

Analisis Komponen Utama

merupakan metoda statistik deskriptif yang

bertujuan untuk

merepresentasikan informasi maksimum yang terdapat dalam suatu matriks
data dalam bentuk grafik. Matriks data yang dimaksud terdiri dari stasiun
pengamatan sebagai individu statistik (baris), dan parameter fisik-kimia
perairan sebagai peubah kuantitatif (kolom).

Data parameter-paranieter

tersebut tidak mempunyai unit pengukuran yang sama, karena itu sebelum
melakukan PCA perlu dinormalisasikan terlebih dahulu melalui pemusatan dan
pereduksian. Dengan demikian hasil PCA tidak direalisasikan dari nilai-nilai
parameter asal, tapi dari "indekssintetiK yang diperoleh dari kombinasi linier
nilai-nilai parameter asal.
Pemusatan diperoleh dari selisih antara nilai peubah asal dengan nilai
rata-ratanya. Sedangkan pereduksian diperoleh dari hasil bagi nilai antara
nilai peubah yang telah dipusatkan dengan nilai simpangan baku peubah
tersebut.
Untuk

menentukan hubungan antara dua

peubah digunakan

pendekatan matriks korelasi yang dihitung dari indeks sintetik (Ludwig dan
Reynolds, 1988). Korelasi linier antara dua parameter yang dihitung dari
"indeks sintetik" nya adalah peragam dari kedua parameter tersebut yang
telah dinormalisasikan.
Diantara semua "indeks sintetik" yang mungkin, Analisis Komponen
Utama mencari terlebih dahulu indeks yang menunjukkan ragam stasiunnya
maksimum. Indeks ini disebut komponen utama pertama yang merupakan
sumbu utama pertama (Fl). Suatu proporsi tertentu dari ragam total stasiun
dijelaskan oleh komponen utama ini. Selanjutnya dicari kornponen utama
kedua (F2) yang memiliki korelasi nihil dengan komponen utama pertama.
Komponen utama kedua memberikan informasi terbesar sebagai pelengkap

kornponen utama pertama. Proses ini berlanjut terus hingga rnernperoleh
kornponen utama ke-p, dirnana bagian inforrnasi yang dapat dijelaskannya
sernakin kecil.
Pada prinsipnya Analisis Komponen Utama rnenggunakan pengukuran
jarak Ecludien (jurnlah kuadrat perbedaan antara individu dan variabel yang
berkoresponden) pada data.

Jarak Ecludien didasarkan pada hubungan

(Legendre dan Legendre, 1983) :

dirnzna :
i,i' = 2 stasiun (pada baris)
j = parameter fisika-kirnia (pada kolorn, bervariasi dari 1 hingga p)
Semakin kecil jarak Euclidian antara dua stasiun (2 baris), maka
sernakin rnirip karateristik fisik perairan antara kedua stasiun tersebut.
Dernikian pula sebaliknya sernakin besar jarak Euclidian antara dua stasiun (2
baris), rnaka semakin berbeda karakteristik fisik perairan antara kedua
stasiun tersebut.
Pola penyebaran
Penyebaran elver sidat dan keterkaitannya dalam melakukan strategi
adaptasi terhadap lingkungannya rnerupakan suatu interaksi elver sidat
dengan habitatnya.

Analisa pola penyebaran rnigrasi elver sidat ketika

memasuki muara Sungai Poso dengan melihat frekuensi dan kelimpahan
elver sidat berdasarkan tempat dan waktu (misalnya waktu elver sidat mulai
memasuki perairan tawar, jumlah, ukuran).
Penentuan Kelompok Ukuran

Kelompok ukuran ditentukan dengan distribusi frekuensi panjang dan
berat dengan cara membuat kelompok ukuran panjang dan berat (frekuensi
observasi). Distribusi frekuensi umumnya berbentuk simetris dan mengikuti
sebaran multinormal atau normal campuran.

Untuk mengetahui normal

tidaknya distribusi kelompok ukuran panjang dan berat maka set data
tersebut dibandingkan dengan frekuensi terhitungnyalteoritis, berdasarkan
Sparre (1999), yaitu:

sedangkan : Fc
n
x
dL
s
n

= frekuensi terhitunglteoritis
= jumiah observasi
= rata-rata panjang elver
= ukuran intervallkelas
= standar deviasi
= 3.14159

Untuk mengetahui ada tidaknya keselarasan antara distribusi frekuensi
observasi dengan distribusi frekuensi terhitung dari setiap periode sampling
digunakan uji Chi-Kuadrat. Selanjutnya kelompok ukuran yang diperoleh dari

tiap periode sampling untuk menguji rata contoh kelompok ukuran tersebut
apakah diperoleh dari populasi yang sama dilakukan Analisis Varian.
Kelimpahan

Pendugaan kelimpahan populasi dilakukan dengan menggunakan
Indeks kelirnpahan relatif (jumlah hasil tangkapan per satuan upaya) yang
dinyatakan dengan berat basah (gram) atau dengan jumlah (ekor) per alat
tangkap yang digunakan per satu kali operasi. Perbedaan hasil tangkapan
per satuan upaya (CPUE) atau kelimpahan relatif akan dibandingkan antar
stasiun.

HASIL PENELITIAN
Kondisi Lingkungan
Pasang surut

Pasang surut merupakan naik dan turunnya permukaan laut secara
periodik selama suatu interval waktu tertentu. Pasang surut terjadi karena
interaksi antara gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya
sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi dan sistem bulan. Pasang surut
di teluk Tomini secara langsung akan mempengaruhi juga tinggi muka air di
muara sur~gaiPoso.
Pengamatan tinggi muka air dilakukan bersamaan dengan waktu
sampling elver sidat. Hasil pengukuran perubahan tinggi permukaan air di
muara Sungai Poso selama penelitian dicocokkan juga dengan daftar pasang
surut dari teluk Tomini yang disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran tabel 4.
Berdasarkan gambar 5 tersebut, dapat dilihat turun-naiknya permukaan air
laut (pasang surut harian) teluk Tomini saat periode bulan gelap di bulan
September dan Oktober 2001

sebagai pola pasang surut semi-diurnal

(ganda) karena dalam satu harinya, ada dua pasang naik (HT1; H'T2) dan
dua pasang turun (LT1; LT2).

Perubahan ketinggian air, 17-19 Sep' 01
250

0
0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

? X R z % t ? S ? ? ? X ? ~ R z % t ? ? ? ~ ? X
O N ? Z 4 , W

0
200

19/9/2001

O N : - 4 ,
Jam (WITA)

Perubahan ketinggian air, 16-18 Okt' 01

250

-6
.-

1

18/9/2001

........... v.P.. ....................................

L

dn

.m

,

m

-DP (cm)

...... ...

....... o

TMA(cm) - -

...............................

0
0

0

0

1

0

0

0

0

0

17/10/2001

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

, " k c
Jam (WITA)

18/10/2001

Keteranaan :
DP
TMA
HT
LT

0

'?R?X????S

: Daftar Pasang telukTornini (surnber Lernbaga Hidros TNI-AL)
: Tinggi Muka Air muara Sungai Poso (hasil pengukuran sendiri)
: Pasang Tertinggi
: Pasang Terendah
: Bulan Gelaplbaru (September = 06.25 WITA, Oktober = 05.54 WITA

Gambar 5. Grafik perubahan Tinggi Muka Air di muara sungai Poso

Fisika-kimia perairan muara sungai Poso
Hasil pengamatan parameter fisika-kimia perairan di muara sungai
Poso yang meliputi : suhu, pH, DO, Alkalinitas, Kecerahan, Arus dan salinitas
disajikan pada Tabel 2, Gambar 6 dan Lampiran Tabel 2.
Tabel 2.

Kisaran dan rata-rata nilai parameter fisika-kimia air di masingmasing stasiun

Berdasarkan tabel tersebut nampak bahwa kisaran suhu perairan di
muara sungai Poso tidak begitu berbeda antara satu stasiun dengan stasiun
yang lain yang berkisar antara 27 - 29
(28.50
OC).

OC)

OC,

rata-rata suhu untuk stasiun 3

lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun-stasiun yang lain (27.63

Kondisi pH perairan di muara sungai Poso hampir sama antara stasiun
yang satu dengan stasiun yang lainnya dengan kisaran antara 6

-

8.

Kandungan DO pada masing-masing stasiun berkisar antara 4.8 - 7.5 mg/l.
Nilai rata-rata DO terkecil pada stasiun 3 (6.45 mg/l), sedangkan rata-rata
DO yang terbesar pada stasiun 2 dan 4 masing-masing 7.08 mg/l.
Hasil pengukuran Alkalinitas pada masing-masing stasiun berkisar
antara 72

- 96

mg/l CaCO3 . Nilai rata-rata Alkalinitas terkecil pada stasiun

l(79 mg/l CaC03) dan rata-rata Alkalinitas yang terbesar pada stasiun 3
(86.75 mg/l CaC03.).
Kisaran Kecerahan antara satu stasiun dengan stasiun yang lain
berkisar antara 80-139 cm dengan nilai rata-rata kecerahan tertinggi stasiun
2 (133.50 cm) dan rata-rata kecerahan terendah stasiun 3 (86.75 cm). Nilai
kecerahan pada stasiun 4 walaupun dilakukan pengukuran tetapi karena
lokasi stasiun 4 dasar sungainya dangkal, alat secchi dish tidak bisa
diturunkan lebih dalam sudah mencapai dasar perairan sehingga nilai
kecerahan tidak dilakukan pencatatan. Tetapi diduga nilai kecerahan untuk
stasiun 4 ini tidak jauh berbeda dengan stasiun 1dan 2.
Kecepatan Arus pada masing-masing stasiun berkisar 0.04 - 0.49 mldt.
Nilai rata-rata arus terbesar pada stasiun 2 (0.40 m/dt) dan rata-rata arus
terkecil pada stasiun 3 (0.09 m/dt). Grafik fluktuasi nilai parameter fisika-kimia
pada stasiun berdasarkan waktu pengamatan ditampilkan pada Gambar 6.

1

I

Nilai suhu

18 Sep' 01

17 Wf'01

19 Sep' 01

18OWO1

Pengamatan
*St.?

U S t . 2 -A-St.3

+St.4

Nilai pH

I

18 Sep'01

19sep'Ol

170k1'01

18 Okt'01

Pengamatan

Nllai DO

...............
....................
18 Sop' 01

19 Sep.01

17 Okt'01

48 0 1 ' 0 1

Pengamatan
1-3-st.? U S t . 2 t S t . 3 +St.4

Gambar 6. Grafik nilai parameter fisika-kimia berdasarkan waktu
pengamatan pada masing-masing stasiun

Lanjutan Gambar 6

I

Nilai Alkalinitas

................

18Sep'Ol

19Sep'Ol

17Okt'ol

18 okt'ol

Pengamatan
*St.l

4 S t . 2 t S t . 3 JtSt.4

1

I

Nilai kecerahan

C

go

a

...........
i

.--..........
L

70
18 Sep'Ol

19 Sep'01

17 Okt'01

I8 Ok1 01

Pengamatan

Nilai kece~atanarus

....
18 Sep'01

19Sep'Ol

17 Okt' 01

I 8 01'01

Pengamatan
--(>-St.1

4 S t . 2 t S t . 3 +St4

Pada grafik tersebut tampak fluktuasi parameter fisika-kimia air pada
masing-masing stasiun.

Dari ketujuh parameter fisika-kimia yang diamati,

tiga buah stasiun (stasiun 1, 2 dan 4) mempunyai fluktuasi yang tidak begitu
bervariasi atau hampir sama. Hanya pada stasiun 3 yang memperlihatkan
pola fluktuasi yang berbeda. Hal ini wajar karena stasiun 3 memang agak
terpisah dari stasiun-stasiun yang lain, stasiun 3 terletak di sungai
Kayamanya anak sungai dari sungai Poso.

Analisis Kornponen Utama Fisika-Kirnia Air
Analisis komponen utama karakteristik fisika-kimia perairan selama
penelitian ditampilkan pada Gambar 7 dan Lampiran tabel 3a, b, c, dan d.
Hasil analisis komponen utama memperlihatkan bahwa sebagian besar
informasi terpusat pada dua sumbu/komponen utama, masing-masing
menjelaskan 76,9 % dan 20,9 % dari ragam total. Pada sumbu 1 terlihat
bshwa baik stasiun 4 yang berada di kanan dari badan sungai dan stasiun 2
serta 1 pada muara Sungai Poso dicirikan oleh kecepatan arus yang tinggi,
sedang pada sumbu 1 terlihat untuk stasiun 3 berada di sungai Kayamanya
(anak sungai Poso) agak terpisah dari stasiun yang lainnya dicirikan oleh
suhu yang tinggi. Sementara pada sumbu 2 terlihat bahwa stasiun 2 dan 1
dicirikan juga oleh alkalinitas yang tinggi, pada sumbu 2 terlihat stasiun 4
yang dicirikan oleh kecerahan yang tinggi.

Alk

Sh

-.

yAr
Ke c

Gambar 7.

Grafik analisis komponen utama karakeristik Fisika-kimia
perairan di muara sungai Poso pada sumbu 1dan 2 ( F l x F2)

A. Korelasi antar parameter Fisika-kimia
B. Sebaran stasiun berdasarkan parameter Fisika-kimia

Struktur Ukuran dan Distribusi Ikan

Selarna penelitian didapatkan total hasil tangkapan elver sidat
sebanyak 3089 ekor. Rata-rata ukuran panjang elver sidat ditangk~p ketika
memasuki muara Sungai Poso, berturut-turut adalah 5.02 k 0.17 cm, n =
699 untuk periode sampling I;5.00 t 0.19 cm, n = 1069 pada periode
sampling 11; 5.20 ir 0.20 cm, n = 1061 pada periode sampling 111 dan 5.18 2
0.19 crn, n = 260 pada periode sampling I V (Lampiran Tabel 6).
Berdasarkan lokasi/stasiun, hasil tangkapan elver sidat berturut-turut
adalah di stasiun I1 sebanyak 2077 ekor (67.24 %) adalah yang tertinggi;
kemudian di stasiun I sebanyak 404 ekor (13.08 %); di stasiun I V sebanyak
388 ekor (12.56 %); dan paling sedikit di stasiun III sebanyak 220 ekor
(7.12 %). Sebaran frekuensi panjang elver sidat pada tiap periode sampling
disajikan pada Lampiran Tabel 7a dan 7b dan sebaran frekuensi panjang
teoritisnya pada Larnpiran Tabel 7c.

Sedangkan grafik sebaran frekuensi

panjang berdasarkan periode pengambilan sampel elver sidat diperlihatkan
pada Garnbar 8 dan untuk grafik sebaran frekuensi berat elver pada Gambar
10.

Perbandingan sebaran frekuensi panjang elver sidat untuk bulan

September denpan Oktober 2001 diperlihatkan pada Gambar 9.

Sampling I (tanggal 17. 18 Sep' 01), n = 699

Sampling 11 (tanggal 19 Sep' OI), n = 1069
I

Sampling I11 (tanggal 16, 1 Okt' Ol), n = 1061

25

25

I

I

Sampling IV (tanggal 17, 18 Okt'ol), n = 260
I

Gambar 8. Grafik sebaran frekuensi panjang elver sidat berdasarkan
periode sampling

Gambar 8 tersebut rnemperlihatkan adanya 3 pola modus kelompok
ukuran elver sidat rnemasuki muara sungai Poso pada periode sampling yang
dilaksanakan selama penelitian. Kelompok ukuran panjang yang dominan
pada periode sampling I dan I1 (bulan September) sama, yaitu

pada

kelompok ukuran 5.0 crn. Sernentara untuk kelompok ukuran panjang yang
dorninan periode sampling 111 dan I V (bulan Oktober), yaitu berturut-turut
(5.2 cm dan 5.1 cm). Tetapi kalau dilihat pada distribusi normal (frekuensi
teoritis) maka kelompok ukuran panjang yang dominan hanya ada 2, yaitu
pada periode sampling I dan I1 = 5.0 cm dan periode sampling I11 dan I V =
5.2 cm. Jadi kelompok ukuran panjang yang dominan elver sidat antara
bulan September dengan Oktober adalah 5.0 cm dan 5.2 crn, yang disajikan
~ a d aGambar 9.
Distribusi Kelompok ukuran panjang elver sidat,
bulan Sep' dan Okt 2001

O b s e r v a s i Sep
-Teoritis
Sep

Gambar 9.

O O b s e r v a s i Okt
Teoritis Okt

Panjang (cm)

Grafik sebaran frekuensi panjang elver sidat antara bulan
September dengan Oktober ZOO1

Rata-rata ukuran berat elver sidat yang memasuki rnuara Sungai Poso
pada periode sampling I dan I1 berturut-turut 0.19
gram.

+ 0.03 gram;

0.20 it 0.03

Periode I11 dan IV rata-rata ukuran berat elver pada 0.23

+_

0.03

gram. Distribusi frekuensi berat (Garnbar 10) mernperlihat 2 pola modus,
yaitu periode sampling I sama dengan periode sampling I1 yaitu kelompok
ukuran berat yang dominan 0.20 - 0.21 gram sedangkan periode sampling

I11 dan IV kelompok ukuran berat yang dorninan 0.24 - 0.25 gram.
Untuk memperoleh keselarasan antara distribusi frekuensi ukuran
panjang elver sidat observasi dengan teoritisnya pada periode sampling I
sampai IV digunakan uji Chi-Kuadrat.

Hasil pengujian rnenunjukkan tidak

ada berbedaan yang nyata seluruh periode sampling (Lampiran Tabel 7d).
Atau dapat dikatakan, contoh yang diamati untuk elver sidat sudah sesuai
dengan distribusi normal dari populasi elver sidat.

Sparre (1992)

mengtlngkapkan, urnumnya pada pengarnatan serangkaian data frekuensi
panjang dari suatu populasi dalam biologi perikanan hampir ter.sebar secara
normal.
Struktur ukuran panjang elver antar periode sampling (I; 11; 111; dan

IV) tidak berbeda nyata (p= 0.23). Sehingga dapat dikatakan, elver sidat
yang tertangkap pada bulan September dengan Oktober masih dalam satu
kelompok umur, disajikan pada Lampiran Tabel 8a dan 8b.

-

Sampling I (tanggal 17, 18 Sep' 011, n = 699
40

.ji

30

C

20

I0

?!

LL

0

Berat (gram)

-s,

Sampling ll (tanggal 19 Sep' 011, n = 1069
40
30

U)

20
3

x

10

LL

0

E!

Berat (gram)

Sampling Ill (tanggal 16, 1 Okt' OI), n = 1061

E

,.

30

'Z 20
r
m

lo

P

" - 0

.'

we
o?
o?

5

*,
o?v

\.

4

wO.

2

\ 2

$'

2

2.??

$7

QF

$

*+

2.?K

$0.

22

9,

'1
wO.

a?

*I
,
.
"'
Berat (gram)

Sampling IV (tanggal 17, 18 Okv 01). n = 260
30

'ji 20

c

0
3

1

e

Y

10
0

oP' ,zP'*,
\'

?

0.

,bP
0.

k"

fi
,.p'

k*

0.

Berat (gram)

Gambar 10. Grafik distribusi frekuensi ukuran berat elver sidat

Kelimpahan
Kelimpahan elver sidat berdasarkan perubahan ketinggian air dan
waktu
Kelimpahan relatif tiap stasiun. Kelimpahan elver sidat dihitung
berdasarkan hasil tangkapan per periode pengambilan contoh yang
dinyatakan dalam jumlah (ekor) per tarikan alat atau kelimpahan relatif
(Catch per Unit EffortICPUE). Perbedaan hasil tangkapan per satuan upaya
(CPUE) atau kelimpahan relatif

pada setiap periode penangkapan

berdasarkan perubahan ketinggian air. Dapat dilihat kelimpahan relati: pada
setiap stasiun akibat perubahan ketinggian air di muara sungai Poso disajikan
pada Gambar 11; Lampiran Tabel 9, karena pengaruh saat

pasang naik

(HT1) dari laut Tomini pada setiap periode bulan gelap.

Kelimpahan relatif berdasarkan waktu.

Kelimpahan relatif elver

sidat secara keseluruhan seiarna penelitian untuk bulan September dan
Oktober disajikan pada Gambar 12;Lampiran Tabel 5.

Dilihat dari periode

bulan tersebut, kelimpahan elver untuk bulan September puncak kelimpahan
elver memasuki muara Sungai Poso sekitar pukul 02.00 WITA tetapi untuk
bulan Oktober terjadi pada pukul 04.00 WITA.

Kelimpahan Elver, 17-18 Sep' 2001, n = 699
A

-&
C

250

250

200

200

150

150

100

100

50

50

E
a

7

-a5
A

I
I-

0

0
22.00 23.00

0.00

1.00

3.00

4.00

tSt. I
St.lV

-X-

-+

5.00

6.00

Pukul (WITA)

IPS~P'OI

I ~ S ~ P ' O I

-&
-

2.00

st. II

I

t~
St. Ill

4 TMA(cm)

Kelimpahan Elver, 19 Sep' 2001, n = 1069
600

250

u

500

200

s

400

0

-m

E
300
3

7

100

ZOO

0

I-

0
22.00 23.00 0.00

+St.

1.00

2.00

3.00

4.00

19 sep' O I

1 8 Sep'oI

I

--o--St.lV

-x - St. II

+-

5.00

6.00

7.00

Pukul P I T A )
tSt. Ill

TMA (cm)

Grafik hasi! tangkapan elver berdasarkan
ketinggian muka air di muara Sungai Poso
a.
b.
c.
d.

I

50

100

Gambarll.

-a5
A

150

Periode sampling I
Periode sampling I1
Periode sampling 111
Periode sampling I V

perubahan

Lanjutan Gambar 11

-z

-

Kelimpahan Elver, 16-17 Okt' 2001, n = 1061
300 -

r

250

c

200

0

250

1 6 okt 0 1

Pukul (WITA)

I I O ~ 0I 1

-x-st

II

tSt Ill

--0-- TMA (cm)

I

I

Kelimpahan Elve?,17-18 Okt'2001, n = 260

16ok1'01

I ~ O ~ I ' O I

t S t . 1

-x-

-0-St.lV

4 TMA (cm)

St. II

Pukul (WITA)
tSt. Ill

Kelimpahan elver sidat, bulan Sap' dan Okt' 2001
.

-*

o 600

C

rn 500

300
200
100
-

0
22.00

23.00

00.00

01.00

02.00

03.00

04.00

05.00

PukuI (WITA)

Keteranaan :
A = Hasil tangkapan elver bulan Sep' 01 (Periode sampling I dan 11)
B = Hasil tangkapan elver bulan Okt' 01 (Periode sam