impeller pompa: kecepatan impeller, diamerer impeller, jumlah sudu impeller, ketebalan dari impeller, sudut pitch dari sudu impeller.
Adapun faktor faktor lain yang juga mempengarui dari efisiensi pompa adalah sebagai berikut ini ;
a. Kerugian mekanis dari pompa
b. Diameter impeler
c. Kekentalan zat cair.
d. Kondisi zat cair yang dipompa
2.12 Kavitasi
Tekanan uap dari zat cair adalah tekanan mutlak pada temperatur tertengu dimana pada kondisi tersebut zat cair akan menguap atau berubah fase dai cairan
menjadi gas. Tekanan uap zat cair naik demikian juga dengan temperatur zat cair tersebut. Pada tekanan uap zat tersebut diturunkan tekananya dibawah 1 atm
proses pendidihan memerlukan temperatur kurang dari 100 °C. Kondisi sebaliknya apabila kondisi tekanan zat cair naik lebih dari 1 atm maka akan
dibutuhkan temperaturnya lebih tinggi dari 100 °C. Pada instalasi pompa penurunan tekanan terjadi disepanjang perpipaan
terutama bagian pipa isap, karena dibagian tersebut terjadi penyempitan saluran yang mengakibatkan kenaikan kecepatan dan penurunan tekanan sumber:
Karnowo, 2008.
2.12.1 Proses Kavitasi
Dalam pembahasan masin- mesin hidrolik termasuk ada suatu gejala pada
proses aliran zat cair yang cenderung mengurangi unjuk kerja atau efisiensi dari pompa, gejala tersebut adalah kavitasi. Gejala kavitasi terjadi karena menguapnya zat
cair yang sedang mengalir didalam pompa atau diluar pompa, karena tekananya berkurang sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Air pada kondisi biasa kana
mendidih dan menguap pada tekanan 1 atm suhu 100 °C, apabila tekanan berkurang sampai cukup rendah, air pada suhu udara lingkungan yaitu 20 °C
– 33 °C akan mendidih dan menguap. Penguapan akan menghasilkan gelembung gelembung uap.
Terutama pada sisi isap pompa. Kavitasi akan timbul apabila tekanannya terlalu rendah.
Gejala kavitasi yang timbul pada pompa biasanya ada suara berisik dan getaran, unjuk kerjanya menjadi turun, kalau dioperasikan dalam jangka waktu
lama akan terjadi kerusakan pada permukaan dinding saluran. Permukaan dinding saluran akan berluabang- lubang karena erosi kavitasi sebagai akibat tumbukan
gelembung-gelembung yang dinding secara terus.
Gambar 2.14 Proses kavitasi sumber: Samsudin, 2008
2.12.2 Pencegahan kavitasi
Cara menghindari proses kavitasi yang paling tepat adalah dengan memasang instalasi pompa dengan NPSH yang tersedia lebih besar dari pada
NPSH yang diperlukan. NPSH yang tersedia bisa diusahakan oleh pemakai pompa sehingga nilainya lebih besar dari NPSH yang diperlukan. Berikut ini halhal yang
diperlukan untuk instalasi pompa : 1.
Ketinggihan letak pompa terhadap permukaan zat cair yang dihisap harus dibuat serendah mungkin agar head isap statis lebih rendah pula. Pipa Isap
harus dibuat sependek mungkin. JIka terpaksa dipakai pipa isap yang panjang, sebaiknya diambil pipa yang berdiameter satu nomer lebih besar
untuk mengurangi kerugian gesek.
2. Tidak dibenarkan untuk mengurangi laju aliran denga menghambat aliran
disisi isap. 3.
Head total pompa harus ditentukan sedemikian hingga sesuai dengan yang diperlukan pada kondisi operasi yang sesungguhnya.
4. Jika head pompa sangat berfluktuasi, maka pada keadaan head terendah
harus diadakan pengamanan terhadap terjadinya kavitasi. Dalam beberapa hal terjadiny akavitasi tidak dapat dihindari dan tidak mempengarui
performa pompa, sehingga perlu dipilih bahan impeler yang tahan erosi karena kavitasi.
Gambar 2.15 Kerusakan impeller karena kavitasi sumber: Samsudin, 2008
2.13 Pemilihan Penggerak Mula