syarat ketelitian tadi. Secara intuitif dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, semakin banyak pengukuran yang diperlukan
Sutalaksana, 1979.
2.3 Tata Letak Fasilitas
Secara garis besar, tujuan utama dari perencanaan dan pengaturan tata letak fasilitas adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi
produksi, aman dan nyaman sehingga menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Lebih spesifik lagi suatu perencanaan dan pengaturan tata letak yang baik akan memberikan
keuntungan dalam sistem produksi Wignjosoebroto; 1992.
3. METODE PENELITIAN
Gambar 3.1 Mulai
Studi pendahuluan Id e n tifik a si masalah
Gambaran Tata letak fasilitas
Sikap kerja 1.
Proses Pendempulan 2.
Proses Pengamplasan 3.
Proses Pengecatan 4.
Proses Perakitan
Pengumpulan Data Data antropometri
• Uji Kecukupan Data
• Uji Keseragaman Data
• Penentuan persentil
Tidak
Y a
Perancangan usulan stasiun kerja
Analisis Hasil Perancangan Kesimpulan dan Saran
Selesai Kuesioner
Analisa Awal Perlu perancangan
stasiun kerja untuk finishing PTI
4. PENGUMPULAN DATA
4.1 Data yang diperlukan
a Posisi sikap kerja pada proses finishing
Data posisi kerja pada finishing diperoleh melalui penyebaran kuisoner terhadap pratikan pratikum PTI.
b Tata letak fasilitas pada laboratorium praktikum PTI
Data tata letak fasilitas kondisi awal di LAB. Teknik Industri c
Antropometri responden Data antopometri diperoleh dari pengukuran dimensi tubuh pratikan pratikum PTI.
Adapun dimensi tubuh yang diukur adalah rentangan tangan, tinggi lutut, tinggi siku duduk, tinggi siku berdiri, jangkauan jauh, tinggi berdiri tegak, tinggi bahu berdiri, dan
jangkuan normal.
4.2 Data posisi sikap kerja
Kondisi yang dirasakan praktikan ketika melaksanakan praktikum PTI pada proses finishing yang diperoleh dari penyebaran kuisoner sebanyak 35 responden.
Pertanyaan Persentase
Keterangan
1. Kondisi yang dirasakan praktikan ketika melaksanakan praktikum PTI pada proses
finishing. 48,57
Tidak nyaman
2. Sikap kerja yang nyaman pada proses pendempulan.
97,14 Duduk
3. Kondisi sikap kerja duduk tanpa meja seperti pada proses pendempulan.
57,14 Pegal
4. letak stasiun kerja finishing yang terpisah. 48,57
Kurang efektif dan efisien
5. Efek sikap kerja jongkok. 51,43
Sangat Lelah 6. Perlunya tindakan perbaikan.
60,00 Sangat perlu
7. Stasiun kerja yang perlu diperbaiki. 85,71
Semua proses pada finishing
4.3 Data Antrometri Dimensi
Persentil 5 Persentil 50
Persentil 95
Rentangan tangan 154,014
167,380 180,746
Tinggi lutut 40,798
45,400 50,002
Tinggi siku duduk 17,860
23,813 29,766
Tinggi siku berdiri 94,518
102,617 110,716
Jangkua jauh 64,82762
74,8463333 84,865
Tinggi berdiri tegak 152,7651
163,55 174,335
Tinggi bahu berdiri 124,7595
137,65 150,541
Jangkuan normal 30,27055
41,43 52,5895
I Analisa Data Antopometri
Adapun ukuran persentil yang digunakan pada masing-masing dimensi berbeda-beda berdasarkan penggunaannya seperti diuraikan dibawah ini.
a. Rentangan tangan RT
Dimensi rentangan tangan RT digunakan untuk menentukan panjang meja kerja baik meja pendempulan dan pengamplasan maupun meja pengecatan. Panjang meja kerja
bila terlalu panjang akan menyebabkan tidak terjangkaunya oleh tangan. Sedangkan jika meja terlalu pendek akan menyebabkan kelelahan tangan. Oleh karena itu panjang meja
kerja diambil dari hasil pengukuran dimensi rentangan tangan RT dengan persentil 50 P
50
yaitu 167,38 atau 168 cm. b.
Tinggi Lutut TL Ketinggian meja didasarkan pada dimensi tinggi lutut baik diukur dengan duduk
maupun berdiri. Ketinggian meja kerja sangat mempengaruhi kenyamanan pengguna dimana bila tinggi meja yang kurang tinggi akan menyebabkan pengguna selalu
membungkuk sehingga menyebabkan kelelahan pada pinggang, kaki kesemutan dan menghabiskan tenaga yang besar serta pekerja akan cepat merasa pusing yang disebabkan
oleh aliran darah yang menuju otak kurang lancar.
Ukuran tinggi lutut yang digunakan sebagai ukuran tinggi meja adalah persentil 95 yakni 50,267 atau 51 cm. Pengunaan persentil yang besar yakni persentil 95 akan
memungkinkan hampir semua populasi dapat menggunakannya. Sedangkan untuk meja pengecatan dimensi yang digunakan adalah persentil 5 yaitu sebesar 40,798 atau 41 cm.
c. Tinggi Siku Duduk TSD
Tinggi siku duduk TSD merupakan dimensi yang diukur dari alas duduk duduk hingga siku dalam posisi duduk. Dimensi ini digunakan untuk menentukan tinggi meja
pendempulan atau pengamplasan. Ukuran tinggi siku duduk yang digunakan sebagai ukuran tinggi meja adalah persentil 50 yakni 23,813 atau 24 cm. Pengunaan persentil
yang besar yakni persentil 50 akan memungkinkan hampir semua populasi dapat menggunakannya.
d. Tinggi Siku Berdiri TSB
Dimensi tinggi siku berdiri TSB diukur dari lantai hingga siku dalam posisi berdiri tegak. Dimensi ini digunakan untuk menentukan tinggi meja pengecatan. Hal ini
dilakukan karena meja pengecatan dirancang untuk posisi berdiri. Ukuran persentil yang digunakan adalah persentil 95 yaitu sebesar 110,716 atau 111 cm.
e. Jangkauan Jauh JJ
Dimensi jangkauan jauh JJ adalah jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan. Dimensi jangkauan jauh digunakan untuk
menentukan lebar meja kerja. Selain itu dimensi ini juga digunakan untuk menentukan lebar bilik pada meja pengecatan. Adapun persentil yang digunakan adalah persentil 95
yaitu sebesar 84,865 atau 85 cm.
f. Tinggi Berdiri Tegak TBT
Antropometri dimensi tinggi berdiri tegak TBT adalah dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak yang diukur dari lantai sampai ujung kepala. Dimensi ini digunakan
untuk menentukan tinggi rakbilik meja. Adapun ukuran yang digunakan adalah persentil 5 sebesar 152,7651 atau 153 cm dari lantai.
g. Tinggi Bahu Berdiri TBB
Jangkauan Normal JN merupakan dimensi untuk menentukan ketinggian rak meja. Adapun ukuran dimensi yang dipakai adalah persentil 50 yakni sebesar 137,650
atau 138 cm. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar semua populasi dapat menggunakannya. Apabila jangkauan terlalu tinggi maka akan terjadi penekanan pada
tangan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna.
h. Jangkauan Normal JN
Jangkauan normal JN adalah panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi tegak lurus. Dimensi jangkauan normal digunakan untuk
menentukan letak alat-alat kerja agar berada dalam jangkauan optimum. Adapun persentil yang digunakan adalah persentil 50 yaitu sebesar 41,43 atau 42 cm.
4.4 Data Tata letak fasilitas Lay out awal
Secara garis besar, tujuan utama dari perencanaan dan pengaturan tata letak fasilitas adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi
produksi, aman dan nyaman sehingga menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Lebih spesifik lagi suatu perencanaan dan pengaturan tata letak yang baik akan memberikan
keuntungan dalam sistem produksi Wignjosoebroto; 1992. Gambar tata letak fasilitas pada praktikum PTI dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut
Gambar 4.1. Lay out awal Stasiun finishing yang meliputi proses pendempulan, pengamplasan, pengecatan dan
perakitan tampak terlihat dilakukan di tempat-tempat yang terpisah sehingga tidak efektif dan efisien. Semua proses finishing tersebut dilakukan dengan memanfaatkan tempat-tempat
yang masih kosong sehingga tidak mengganggu proses permesinan. Selain itu juga semua proses finishing tersebut dilakukan dilantai tanpa alas ataupun meja kerja. Hanya proses
pengecatan saja yang dilakukan dengan menggantungkan komponen pada konveyor mengingat proses pengecatan membutukan tempat untuk menggantung benda kerja
komponen mainan. Demikian halnya dengan stasiun kerja yang lain seperti stasiun pendempulan, pengamplasan dan perakitan. Pada dasarnya semua stasiun kerja pada proses
finishing dilaksanakan pada tempat-tempat yang kosong yang dapat dimanfaatkan. I Analisis Gambaran Tata letak fasilitas awal.
Analisis tata letak fasilitas awal ini memberikan penjelasan tentang kondisi awal Lay out di LAB. Berdasarkan gambar Lay out awal yang ditunjukkan pada gambar 4.1 diatas dapat
dilihat bahwa dalam peletakaan mesin masih belum tertata dengan baik dan juga belum adanya stasiun finishing yang digunakan untuk proses pendempulan, pengamplasan dan
pengecatan. Dari hasil pengamatan terlihat sebaggian mesin yang sejenis atau mempunyai fungsi yang sama tidak berada di satu stasiun kerja melainkan terpisah meja kerja., terutama
pada stasiun kerja finishing dimana semua stasiun kerja masih terlihat terpisah dan tidak teratur yang hanya memamfaakan tempat kosong.
4.5 Usulan Perancangan
a Usulan Perancangan Meja Kerja
1 Meja Pendempulan atau pengamplasan
Meja Pendempulan atau pengamplasan digunakan untuk proses pendempulan, pengamplasan dan perakitan. Meja tersebut dirancang berdasarkan data antropometri
praktikan mahasiswa. Adapun ukuran meja Pendempulan atau pengamplasan adalah sebagai berikut:
Panjang meja kerja Panjang meja = Dimensi RT = 168 cm
Tinggi meja kerja Tinggi meja = Dimensi TL + Dimensi TSD = 51 cm + 24 cm = 75 cm
Lebar meja kerja Lebar meja = Dimensi JJ = 85 cm
Gambar 4.2 Meja Pendempulan, pengamplasan dan perakitan 2
Meja Pengecatan Meja Pengecatan digunakan untuk proses pengecatan. Meja tersebut dirancang
berdasarkan data antropometri praktikan mahasiswa. Hal ini dilakukan agar praktikan merasa nyaman ketika menggunakannya. Adapun ukuran meja pengecatan
adalah sebagai berikut:
Panjang meja kerja Panjang meja = dimensi RT = 168 cm
Tinggi meja kerja Tinggi meja = Dimensi TSB – Dimensi TL = 111 cm – 41 cm = 70 cm
Lebar meja kerja Lebar meja = dimensi JJ = 85 cm
Tinggi rak Tinggi bilik = dimensi TBT – tinggi meja = 152 cm – 70 cm = 82 cm
Tinggi gantunganrak Tinggi gantungan = dimensi TBB = 138 cm
Lebar bilik Lebar lebar meja = dimensi JJ= 85 cm
Jarak gantungan Jarak gantungan = ½ x dimensi JN = ½ x 42 cm = 21 cm
Gambar 4.3 Meja Pengecatan Adapun rincian estimasi biaya yang dibutuhkan dalam perancangan meja kerja ini
adalah sebagai berikut: a.
Estiminasi Meja Pendempulan dan Pengamplasan -
Papan 3 lembar Rp. 100.000
- Reng 5 lonjor
Rp. 100.000 -
Pegangan Laci 2 buah Rp. 20.000
- Stop kontak 2 buah
Rp. 20.000 -
Engsel 2 buah Rp. 10.000
- Papan Triplek 1 lembar
Rp. 45.000 -
Tukang 2 orang 3 hari Rp. 240.000
Jumlah Rp. 535.000
b. Estiminasi Meja Pengecatan
- Papan 2 lembar
Rp. 100.000 -
Reng 5 lonjor Rp. 100.000
- Pegangan Laci 1 buah
Rp. 20.000 -
Papan Triplek 2 lembar Rp. 90.000
- Kipas 3 buah
Rp. 45.000 -
Batang kayu 2 buah Rp. 35.000
- Ruji 19 biji
Rp. 10.000 -
Tukang 2 orang 5 hari Rp. 450.000
- Jumlah
Rp. 850.000
3 Kursi kerja
Berbeda dengan meja yang dirancang berdasarkan antropometri mahasiswa, kursi yang digunakan tidak dirancang sendiri melainkan menggunakan kursi
ergonomis yang telah lama digunakan di laboratorium. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kursi tersebut telah ergonomis karena dirancang dengan sistem
yang dinamis dan dapat dinaik turunkan sesuai dengan ketinggian mahasiswa. Adapun dimensi dari kursi tersebut adalah sebagai berikut:
- Tinggi kursi
= 42 cm -
Panjang alas duduk = 42 cm
- Lebar alas duduk
= 39 cm -
Tinggi sandaran duduk = 35 cm
- Lebar sandaran duduk
= 42 cm -
Panjang fleksibilitas = 13 cm
Kursi juga telah dirancang dengan bahan material yang nyaman. Tempat
duduk dan sandaran punggung dilapisi dengan material yang cukup lunak. Alas
duduk yang dilapisi busa dengan ketebalan + 5 cm sesuai dengan ukuran ideal. Guna
alas ini adalah untuk mendistribusikan berat tubuh pada permukaan yang lebih besar. Secara umum direkomendasikan ketebalan alas duduk adalah sebesar 4 - 5 cm
Gambar 4.4 Kursi Fleksibel Adapun rincian estimasi biaya yang dibutuhkan dalam pembelian kursi kerja
ini adalah sebagai berikut: Kursi ergonomis 4 buah Rp. 360.000 Rp. 1.440.000
Jumlah Rp. 1.440.000
b Usulan Tata Letak Fasilitas Kerja
Berdasarkan uraian lay out diatas dapat dilihat bahwa lay out awal masih terlihat kurang rapi sehingga diperlukan adanya perbaikan dengan adanya penambahan stasiun
kerja finishing.
Gambar 4.1. Lay out usulan
I Analisis Gambaran Tata letak fasilitas usulan.
Tata letak fasilitas usulan ini memberikan penjelasan tentang kondisi setelah dilakukan perpindahan atau peletakan mesin menurut proses dan fungsinya dalam satu
stasiun kerja. Berdasarkan gambar Lay out usulan yang ditunjukkan pada gambar 4.13 diatas dapat dilihat bahwa dalam peletakaan mesin sudah tertata dengan baik dan juga
sudah tersedia adanya stasiun finishing yang digunakan untuk proses pendempulan, pengamplasan dan pengecatan. Pada stasiun kerja finishing dimana semua stasiun kerja
sudah terlihat tertata rapi.
5. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil kuisioner dan data antopometri rancagan meja kerja di bagi menjadi 2 meja kerja yaitu :
a Meja pendempulan dan pengamplasan.
Meja ini dirancang berdasarkan hasil pengukuran dimensi tubuh Antopometri rentangan tangan, tinggi lutut, tinggi siku duduk, jangkauan jauh dan jangkuan normal.
b Meja pendempulan dan pengamplasan.
Meja ini dirancang berdasarkan hasil penguuran dimensi tubuh Antopometri rentangan tangan, tinggi lutut, tinggi siku duduk, tinggi siku berdiri, jangkauan jauh,
tinggi berdiri tegak, tinggi bahu berdiri, dan jangkuan normal. Pengaturan posisi kerja agar tidak berdiri, disetiap meja kerja dilengkapi dengan kursi.
Kursi yang digunakan tidak dirancang sendiri melainkan menggunakan kursi ergonomis yang telah lama digunakan di laboratorium. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kursi
tersebut telah ergonomis karena dirancang dengan sistem yang dinamis dan dapat dinaik turunkan sesuai dengan ketinggian mahasiswa.
Estimasi biaya yang dibutuhkan untuk tiap meja dan kursi adalah:
I Total estimasi biaya 1 Meja kerja pendempulan dan pengamplasan adalah Rp. 535.000,-. I Total estimasi biaya 1 meja kerja pengecatan adalah Rp. 850.000,-.
I Total estimasi biaya 1 kursi adalah Rp. 1.440.000,-
6. KESIMPULAN
A. Berdasarkan uraian penjelasan diatas diperoleh beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1.
Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa secara umum praktikan menginginkan adanya
perbaikan pada semua stasiun kerja finishing baik proses pendempulan, pengamplasan, pengecatan maupun perakitan agar tidak lagi dilakukan dengan
jongkok yang menyebabkan kondisi tubuh praktikan mahasiswa menjadi cepat lelah dan kurang maksimal melakukan pekerjaan.
2. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa perbaikan stasiun kerja finishing
dilakukan dengan merancang meja pendempulan, pengamplasan perakitan dan meja pengecatan dan memberikan kursi fleksibel yang sudah ada di pasaran.
3. Meja pendempulan, pengamplasan dan perakitan dirancang dengan ukuran panjang
meja kerja sebesar 168 cm, tinggi meja sebesar 75 cm dan lebar meja sebesar 85 cm. sedangkan meja pengecatan berukuran panjang 168 cm, tinggi 70 cm, lebar 85 cm,
tinggi rak 82 cm, tinggi gantungan 138 cm, lebar bilik 85 cm dan jarak gantungan 21 cm.
B. Perbandingan setelah dan sesudah perancangan
Faktor keuntungan
Sebelum Sesudah
Tata letak 1.
Letak mesin tidak teratur 2.
Jarak mesin yang mempunyai fungsi sama terpisah meja kerja.
1. Letak mesin lebih teratur
2. Jarak mesin yang mempunyai fungsi sama
menjadi satu di satumeja kerja. Waktu
1. Harus bolak balik sehingga kurang efektif.
2. Membutuhkan waktu perpindahan yang cukup
lama yaitu 234,6 detik dengan jarak perpindaha total 134,1 m
1. Tertata rapi sehingga lebih efektif
2. Membutuhkan waktu perpindahan yang cukup
singkat yaitu 182,5 detik dengan jarak perpindaha total 104,3 m
Tempat Tampak sempit karena banyak mesin yang tidak
berfungsi Tampak lebih luas karena hanya mesin yang
berfungsi yang ada di dalam laboratorium
7. DAFTAR PUSTAKA