Perubahan yang penting juga adalah perubahan pada saluran napas kecil yaitu sekresi sel goblet, bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi juga
lebih kental sehingga menghasilkan substansi yang mukopurulen, sel radang di mukosa dan submokusa, edema, fibrosis penbrokial, penyumbatan mukus
intraluminal dan penambahan otot polos. Dua faktor utama yang menyebabkan bronkhitis yaitu adanya zat-zat asing yang ada di dalam saluran
napas dan infeksi mikrobiologi Phee, 2003. Pada
bronkhitis terjadi
penyempitan saluran
pernapasan. Penyempitan ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan
sesak. Pada penderita bronkhitis saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan lebih banyak yang
tertutup. Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke
alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah paru dan
polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang dalam jangka panjang dapat menimbulkan kor pulmonal Phee,2003.
6. Tanda dan Gejala Klinis
Menurut Price 1995, tanda dan gejala klinis yang timbul pada pasien bronkhitis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya
dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk disertai produksi sputum, adanya haemaptoe dan pneumonia berulang.
Tanda dan gejala klinis dapat demikian hebat pada penyakit berat dan dapat tidak nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan. Tanda dan gejala
tersebut yaitu : a.
Batuk produktif Pada bronkhitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung lama, jumlah sputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau
bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi sekunder sputumnya mukoid, sedangkan apabila terjadi infeksi sputumnya purulen, dapat memberikan
bau yang tidak sedap. b.
Haemaptoe
Terjadi pada 50 kasus bronkhitis, kelainan ini terjadi akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkhus mengenai pembuluh darah
sehingga pembuluh darah pecah dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai perdarahan cukup
banyak atau massif. Pada bronkhitis kering, haemaptoe justru tanda satu- satunya karena bronkhitis jenis ini letaknya di lobus atas paru,
drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan reflek batuk, pasien tanpa batuk atau batuknya minimal.
Pada tuberkolosis paru dan bronkhitis ini merupakan penyebab utama komplikasi haemaptoe.
c. Sesak napas atau dispnea
Pada 50 kasus ditemukan sesak napas. Hal tersebut timbul dan beratnya tergantung pada seberapa luas bronkhitis yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan desturksi jaringan paru yang terjadi akibat infeksi berulang ISPA, biasanya menimbulkan fibrosis
paru dan emfisema. Kadang juga ditemukan suara mengi wheezing, akibat adanya obstruksi bronkhus. Mengi dapat lokal atau tersebar
tergantung pada distribusi kelainnya. d.
Demam berulang Bronkhitis merupakan penyakit yang berjalan kronis, sering
mengalami infeksi berulang pada bronkhus maupun paru, sehingga sering timbul deman.
7. Komplikasi Bonkhitis