Konflik Antar Karakter Nenek Dan Karakter Cucu-Cucunya Sebagai Representasi Pertentangan Antara Generasi Konservatif Dan Generasi Progresif Dalam Novel The Frozen Lake Karya Elizabeth Edmondson

(1)

CONFLICT BETWEEN GRANDMOTHER AND GRANDCHILDREN AS REPRESENTATION OF OPPOSITION BETWEEN

THE CONSERVATIVE AND THE PROGRESSIVE GENERATIONS IN ELIZABETH EDMONDSON’S THE FROZEN LAKE

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia

SULISTIA MEGAWATI 63707004

JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

CONFLICT BETWEEN GRANDMOTHER AND GRANDCHILDREN AS REPRESENTATION OF OPPOSITION BETWEEN

THE CONSERVATIVE AND THE PROGRESSIVE GENERATIONS IN ELIZABETH EDMONDSON’S THE FROZEN LAKE

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia

SULISTIA MEGAWATI 63707004

JURUSAN SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

vi

dalam novel ini mampu beradaptasi dengan kebudayaan baru yang dibawa oleh imigran yang datang ke Inggria untuk bekerja, itu sebabnya generasi muda disebut sebagai progressive, sedangkan Sang Nenek adalah generasi tua yang berpegang teguh pada tradisi dan tidak bisa dipengaruhi oleh kebudayaan baru yang dibawa oleh imigran. Tujuan penulisan skripsi ini adalah merepresentasikan konflik antara nenek dan cucu-cucunya yang terdapat dalam novel tersebut The Frozen Lake. Metode yang digunakan untuk menganalisis konflik yang terjadi antara nenek dan cucunya dalam penelitian ini merupakan metode qualitative, yaitu sebuat metode penelitian yang bersifat mendeskripsikan suatu kondisi tertentu.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konflik antara karakter nenek dan cucu-cucunya adalah perwujudan dari pertentangan antara generasi lama yang konservatif dan generasi baru yang progresif. Pada penelitian ini ditemukan bahwa konflik yang terjadi membuat hubungan antara nenek dan cucunya kurang harmonis.

Dalam penelitian ini juga ditemukan dampak dari konlflik yang terjadi dalam novel tersebut dan pengaruhnya terhadap hubungan antara nenek dan cucunya. Pada akhirnya penelitian ini dapat membuktikan bahwa dalam keluarga dapat terjadi pertentangan antara konservatif dan progresif yang kemudian dimenangkan oleh generasi progresif sebagai implikasi bahwa generasi konservatif tidak dapat menerima perubahan.

Kata Kunci: keluarga, konservatif, progresif, skandal, percerayan, gaya hidup, tingkah laku.


(4)

vii

young generation is represented by the grandchildren. The grandchildren are progressive person who are influenced by new culture taken by immigrants and they can adapt to that new culture. On the other hand, a conservative person cannot socialize with the new tradition; they keep old tradition and do not want to receive the new influences. The aim of this research is to identify the conflicts occurring between the grandmother and the grandchildren and the influence of the conflicts towards the relationship between them as a representation of the conservative and progressive conflict. The used method to analyze conflict between grandmother and grandchildren in this research is qualitative method in which the conflict is analyzed based on the fact that novel reflects social life.

The result of this research is that there is the effect of the conflict and find the representation of the conflict in this novel and the influence of the conflict towards grandmother and grandchildren relationship. The conflicts make the relationship between grandmother and grandchildren not harmonic.

This research explains the influence of the conflicts towards the relationship between grandmother and grandchildren. Finally, this research shows that in a family the conflict between conservative and the progressive generation occurs and the winner is progressive generation because the conservative cannot receive the new culture.

Kata Kunci: keluarga, konservatif, progresif, skandal, percerayan, gaya hidup, tingkah laku.


(5)

viii KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat sehat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian yang berjudul “Konflik Antara Nenek dan Cucu-cucunya pada Novel The Frozen Lake Karya Elizabeth Edmondson” skripsi ini mendeskripsikan konflik yang terjadi antara generasi konserfatif dan generasi progresif serta pengaruh konflik tersebut terhadap hubungan antara generasi konserfatif dan progresif yang direpresentasikan lewat karakter nenek dan cucu-cucunya. Selama proses penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan beberapa hambatan namun berkat bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan penelitian ini. Terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc. Rektor Universitas Komputer Indonesia, terima kasih atas semua fasilitas yang telah diberikan, semua itu sangat membantu dalam proses awal kuliah sampai akhir 2. Prof. Dr. Moh. Tadjuddin, M.A. Dekan Fakultas Sastra, terima kasih

banyak atas semua perhatian dan bantuan yang diberikan.

3. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum. Ketua Jurusan Sastra Inggris, Terima kasih banyak selama ini telah mendidik penulis dari tadinya tidak tahu menjadi tahu, terima kasih juga karena sudah memberikan pendidikan berharga yang kan dijadikan bekal penulis di masa depan.


(6)

4. Asih Prihandini,S.S., M.Hum., Sekertaris Jurusan Sastra Inggris, Terima kasih untuk semua ilmu dan pendidikan yang telah diberikan, bantuan dan pengalaman berharga yang tidak dapat dilupakan.

5. Dr. Juanda terima kasih sudah menjadi pembimbing dan dosen wali yang selalu memperhatikan mahasiswanya.

6. Sandya Maulana,S.S., M.Hum., terima kasih banyak atas semua ilmu yang diberikan, waktu yang bapak luangkan untuk membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Ilmu yang bapak berikan akan menjadi bekal hidup dimasa datang, dan terima kasih atas kasih saying yang bapak berikan, semoga semua kebaikan bapak dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

7. Nungki Heriyati,S.S., M.A., terima kasih banyak atas semua ilmu yang telah diberikan, terutama dalam bidang sastra sehingga penilis tertarik untuk meneliti karya sastra.

8. Nenden Rikma, S.S., Terima kasih sudah mau meluangkan waktu untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, semua itu mampu membuka celah kosong untuk ditambal dan terus diperbaiki, terima kasih banyak. 9. Dosen Sastra Inggris M. Rayhan Bustam, S.S., dan Tatan Tawami,S.S., terima kasih atas semua ilmu yang diberikan dan semua bantuan yang diberikan.


(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirulkata semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandung, Juli 2011


(8)

1 1.1. Latar Belakang

Karya sastra merupakan gambaran atau imitasi dari kehidupan sosial, hal ini dikemukakan oleh Wellek dan Werren. Oleh karena itu, bisa diasumsikan bahwa kehidupan nyata dapat digambarkan melalui karya sastra, karena karya sastra juga bisa menjadi imitasi dari kehidupan nyata atau kehidupan sosial. Dalam kehidupan nyata, manusia memiliki kecenderungan dalam melakukan apapun yang mereka inginkan, seperti halnya dalam mengenakan pakaian dan mengonsumsi makanan. Ketika mereka memiliki kebebasan untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai tersebut, mereka akan merasakan hidup lebih nyaman. Namun, ada pula orang-orang yang tidak bisa memiliki kebebasannya sendiri. Seperti halnya anak-anak, mereka tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan terutama ketika orangtuanya melarangnya.

Hal ini tidak hanya terjadi di kehidupan nyata, namun kasus tersebut terjadi dalam sebuah karya sastra seperti novel. Berdasarkan penjelasan di atas mengenai novel sebagai imitasi dari kehidupan nyata, penulis mengetahui adanya kesamaan dalam sebuah novel yang berjudul The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson. Dalam novel ini terdapat isu-isu tentang sebuah keluarga. Dalam novel ini, karakter Lady Richardson berperan sebagai orangtua yang tidak mengizinkan anak-anaknya


(9)

untuk memiliki sesuatu yang mereka inginkan, sehingga mereka mematuhi keinginan orangtuanya meskipun sebenarnya hal itu bertentangan dengan keinginannya. Hal ini terjadi karena anak-anak dituntut patuh kepada kedua orangtua mereka.

Permasalahan di-atas menarik untuk dianalisis, terutama konflik yang terjadi dalam novel tersebut. Novel yang berjudul The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson dipilih karena banyak sekali konflik yang terjadi antara seorang nenek dengan cucu-cucunya. Konflik tersebut terjadi karena nenek memiliki perbedaan karakter, pola pikir, paradigma dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak dapat diterima oleh cucu-cucunya. Meskipun demikian, cucu-cucunya harus tetap mengikuti apa yang nenek inginkan seperti dalan hal berpakaian, makanan, dan gaya hidup, tanpa memperhitungkan hal itu.

Lady Richardson adalah karakter nenek yang digambarkan dalam novel ini berperan sebagai orangtua dari cucu-cucunya. Dia juga memiliki kewenangankekuasaan penuh terhadap kehidupan cucu-cucunya. Hal ini terjadi karena dia merasa memiliki kekuasaan terhadap cucu-cucunya sehingga dia merasa memiliki kewenangan atas mereka. Hal ini terjadi karena Lady Richardson adalah orang yang selalu menjaga tradisi yang ia miliki, hal ini sangat berbeda dengan cucunya yang dipengaruhi oleh kehidupan modern sehingga mereka memiliki pola pikir yang jauh berbeda.

Sebagai generasi muda, Alix, salah seorang cucu Lady Richardson telah mengubah penampilannya. Dia mulai menggunakan sepatu hak tinggi, stoking, dan pakaian yang lebih modern. Sebagai wanita dewasa yang memiliki pekerjaan, ia


(10)

merasa bahwa ia berhak untuk melakukan hal yang disukainya, hal ini terjadi karena ia memiliki kekuatan untuk mengatur kehidupannya sendiri. Selain Alix, cucu lainnya Edwin dan Perdyta, juga mulai terpengaruh oleh budaya modern yang dibawa oleh para imigran.

Perbedaan pemikiran yang memicu konflik dalam novel ini dapat disebut sebagai konflik dua generasi. Oleh karena konflik itu, pendekatan sudut pandang progresif dan konservatif digunakan untuk menganalisis konflik yang terjadi dalam novel ini.

Konservatif adalah sebuah konsep ketika seseorang selalu menjaga tradisi lama atau tradisional dan menentang modernitas. Sebagaimana dikemukakan oleh Charlotte Thomson (1999:1). Progresif adalah sebuah konsep ketika seseorang tidak menentang moedrnisasi namun mereka dapat beradaptasi dan menerimanya, seperti yang dikatakan oleh Auguste Comte dan Ferdinand Toenis. Dengan kata lain, dalam novel ini karakter Lady Richardson digambarkan sebagai seorang konservatif dan cucu-cucunya digambarkan sebagai progresif.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apakah konflik-konflik yang terjadi antara karakter nenek dan cucu-cucunya sebagau perwujudan konflik antara konservatif dan progresif yang digambarkan dalam novel The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson?

b. Bagaimana konflik mempengaruhi hubungan antara sudut pandang konservatif dan progresif?


(11)

1.2.Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini untuk mendapat gambaran:

1. Konflik yang terjadi antara generasi konservatif dan progresif dalam novel The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson.

2. Pengaruh konflik tersebut terhadap hubungan antara konservatif dan progresif.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru tentang unsur intrinsik dalam novel, terutama konflik yang disebabkan oleh perbedaan pemikiran antara progresif dan konservatif. Serta konflik apa saja yang dapat terjadi dalam karya sastra, dan bagaimana sebuah konflik antara konservatif yang digambarkan oleh Lady Richardson dan progresif yang digambarkan oleh cucu-cucunya.

1.5. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisis sebuah karya sastra, unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik harus diketahui terlebih dahulu. Unsur intrinsik yang digunakan dalam penelitian ini adalah konflik dan plot. Seperti yang dikemukakan oleh Lawrence Perrine bahwa “Conflict is the essence of fiction that creates plot” dan konflik yang dianalisis dalam penelitian ini adalah man against man. Sedangkan plot adalah “a sequence of incidents or events of which a story is composed” yaitu susunan peristiwa ataukejadian-kejadin yang terjadi dalam sebuah cerita.


(12)

Konflik yang terjadi dalam novel The Frozen Lake terjadi antara karakter nenek dengan cucu-cucunya. Dalam novel ini karakter nenek digambarkan sebagai seorang yang memiliki kekuasaan dalam mengambil keputusan terhadap hal-hal yang terjadi di keluarganya tanpa mempedulikan perasaan cucu-cucunya.

Selain itu, unsur ekstrinsik yang digunakan adalah unsur sejarah pada zaman Raja Edward, yang berhubungan dengan pertentangan antara pandangan konservatif, yang merupakan suatu konsep di mana seseorang akan tetap menjaga tradisinya, dengan pandangan progresif, yakni suatu konsep di mana seseorang tidak lagi akan menjaga tradisi, namun ia akan beradaptasi atau menerima pengaruh-pengaruh yang dibawa kebudayaan lain. Hal ini dikemukakan oleh Charlotte Thomson (1999:1), Auguste Comte dan Ferdinand Toenis.


(13)

Kerangka Pemikiran

Tokoh

The Frozen Lake

Elemen Intrinsik Elemen Ekstrinsik

Masyarakat Inggris tahun 1921 Alur Cerita

Konservatif vs. Progresif


(14)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Unsur-unsur Intrinsik dalam Novel

Novel merupakan karya fiksi yang berisi cerita dan tindakan-tindakan yang merepresentasikan kehidupan nyata, baik itu kejadian masa lalu atau kejadian masa kini yang dibuat lebih kompleks di dalam sebuah alur cerita. Novel adalah karya sastra yang banyak dibaca oleh pembacanya untuk mendapatkan hiburan setelah mereka menghadapi kepenatan dalam kehidupan mereka. Karya sastra fiksi maupun nonfiksi dapat menjadi hiburan tersendiri bagi pembaca novel.

Selain unsur ekstrinsik seperti yang telah dijelaskan di subbab sebelumnya, dalam karya sastra juga terdapat unsur intrinsik yang sangat penting dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur tersebut di antaranya alur cerita, karakter, konflik, dan latar/setting. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya akan difokuskan pada alur cerita, konflik dan karakter.

2.1.1. Alur Cerita

Salah satu unsur intrinsik dalam karya sastra adalah alur cerita Seperti yang dikemukakan oleh Perrine (1988: 41), alur cerita adalah alur cerita ketika kejadian-kejadian terjadi dalam sebuah novel, untuk mengetahui intisari dari sebuah novel, kita


(15)

dapat menganalisis alur cerita. Hal ini karena dalam alur cerita terdapat rangkaian cerita yang terdapat dalam sebuah novel.

Dalam alur cerita terdapat suspense yang merupakan “The quality in a story that makes reader asks “What is going to happen next?” or “How will this turns out?”(Perrine: 1988 : P.42)”. Pembaca akan merasa penasaran tentang kejadian-kejadian yang akan dihadapi oleh karakter dalam cerita, hal ini akan membuat pembaca tertarik untuk terus membaca sebuah cerita. Ada dua bagian dalam suspense yaitu misteri (mystery) dan kejutan (surprise), hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:

Mystery is an unusual circumstance when readers need explanation about an event faced by character, or to place protagonist in a dilemma, is condition when protagonist must choose two course of action, and both are undesirable things (Perrine: 1988: 4).

Kutipan di atas menjelaskan bahwa misteri dapat menarik perhatian pembaca. Mereka akan merasa ingin tahu tentang kejadian yang akan terjadi pada karakter dalam sebuah cerita, atau ketika karakter-karakter tersebut dihadapkan pada sebuah masalah. Pembaca akan penasaran terhadap keputusan yang akan diambil oleh karakter tersebut. Itulah sebabnya misteri dapat menjadi daya tarik tersendiri dalam sebuat cerita. Selain itu, dalam sebuah cerita juga terdapat kejutan (surprise) adalah “Surprise is proportional to the unexpectedness of what happens; it becomes pronounced when the story departs radically from our expectation (Perrine: 1988:45)”.


(16)

Kutipan diatas menjelaskan bahwa surprise juga dapat menarik perhatian pembaca karena dengan adanya surprise pembaca akan lebih tertarik untuk terus membaca hingga ahir cerita. Tanpa adanya surprise sebuah cerita tidak akan menarik, ketika mereka merasa penasaran, mereka akan menebak-nebak apa yang akan terjadi dalam cerita tersebut. Pembaca juga akan merasa penasaran dengan akhir atau ending dari cerita yang mereka baca, ada dua buah ending yang biasanya terdapat dalam sebuah cerita yaitu Happy Ending dan Unhappy Ending.

“Happy Ending is the protagonist must solve his problems, defeat the villain, win the girl, “live happily ever after.”(Perrine: 1988: 45) kebanyakan pembaca lebih menyukai akhir yang bahagia atau Happy Ending, namun tidak semua cerita berahir bahagia. Hal ini terjadi karena ada cerita yang mengalami akhir tidak bahagia atau disebut Unhappy Ending. Ketika tokoh protagonist tidak dapat mendapatkan apa yang ia inginkan, atau ia tidak dapat hidup bahagia, ataupun ketika cerita berakhir dengan kematian tokoh protagonisnya.

2.1.2. Karakter

Karakter merupakan bagian dari alur cerita, karakter dalam sebuah cerita merupakan bagian penting karena karakter menjadi penanda bagi setiap kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut. Oleh karena itu tidaklah mungkin bila dalam sebuah cerita tidak terdapat karakter atau tokoh karena karakter menjadi objek dari kejadian-kejadian yang terjadi dalam cerita. Karakter yang dibangun oleh penulis


(17)

haruslah dibangun dengan sempurna, seperti yang dikemukakan oleh Laurence Perrine dalam bukunya:

“if the main character is male, he need not be perfect, but he must ordinarily be fundamentally descent –honest, good hearted and preferably good looking. If he is not virtuous, he must have strong compensatory qualities – he must be daring, dashing, or gallant. He may defy law and order only if he has a tender heart, great love, or a gentleman’s code (Perrine: 1988: 65)”

Berdasarkan kutipan di-atas, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah cerita terdapat karakter yang menjadi salah satu factor penting dalam sebuah cerita. Dapat dikatakan bahwa karakter merupakan jiwa dari sebuah cerita sehingga seorang penulis akan menggambarkan seorang karakter dengan sempurna dan cara yang berbeda. Melalui karya sastra kita dapat mengetahui dan mengerti tentang karakteristik seseorang yang digambarkan dalam sebuah karya sastra, kita juga dapat mengetahui apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Hal ini dapat kita ketahui karena dalam cerita yang ada dalam sebuah novel, karena karya sastra merupakan representasi dari dari kehidupan nyata, sehingga kita dapat mengetahui karakter seseorang melalui karya sastra.

Dalam karya sastra terdapat terdapat karakter round dan flat. Seperti yang dikatakan oleh Perrine dalam bukunya “Flat characters are characterized by one or two traits; they can be sum up in a sentence (Perrine: 1988: 67)”. Dari kutipan tersebut kita dapat mengetahui bahwa karakter flat memiliki karakteristik yang cenderung sederhana, hanya terdapat beberapa karakteristik dan tidak mengalami perubahan dalam perjalanan hidupnya disebuah cerita. Sedangkan Round character : “Round character is complex and many-sided; they might be required an essay for


(18)

full analysis” (Perrine: 1988: 67). Dari kutipan di samping kita dapat mengetahui bahwa dalam karakter round terdapat banyak karakteristik dari seorang tokoh, di sana juga akan terjadi perubahan karakteristik dari seorang tokoh dalam cerita tersebut.

2.1.3. Konflik

Konflik merupakan salah satu unsur intrinsik dari sebuah karya sastra. Ketika alur cerita merupakan kejadian yang terjadi dalam sebuah cerita, maka konflik merupakan “conflict is the essence of fiction that creates alur cerita” (Perrine: 1988: 67). Perrine juga menyatakan bahwa “conflict is a clash of actions, ideas, desires, or wills” (1988: 42). Konflik dapat terjadi dalam sebuah karya sastra atau nofel karena adanya karakter dan alur cerita. Sebuah cerita akan menarik ketika kita mengetahui alur cerita yang terdiri dari karakter yang menjadi pelaku dari kejadian-kejadian dalam sebuah cerita. Ketika suatu kejadian tidak dapat diselesaikan, hal itu akan menimbulkan konflik. Ada tiga buah konflik yang dikemukakan ole Perrine yaitu: man against man, man against environment, man against himself. Namun dalam penelitian ini hanya akan fokus pada konflik man against man yaitu “The main character may be pitted against some other person or group of persons.” Seorang karakter melawan seseorang atau sekelompok orang.

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dalam penelitian ini akan dianalisis konflik man against man. Konflik tersebut dapat direpresentasikan oleh karakter nenek dan cucu-cucunya dalam novel The Frozen Lake yang ditulis oleh Elizabeth


(19)

Edmondson, yang melibatkan situasi di London pada tahun 1921 yang melatari konflik antara konservatif dan progresif.

2.1.4. Konflik sebagai Sumber Data

Konflik yang muncul dalam sebuah karya sastra dapat digunakan sebagai sumber untuk mendapatkan data yang dapat dianalisis. Ketika konflik ditemukan, itu berarti bahwa masalah yang membutuhkan solusi, untuk menemukan solusi dari sebuah konflik yang muncul dapat digunakan teori yang sesuai.

Konflik yang muncul dalam penelitian ini adalah tentang konflik antara seorang nenek dan cucu-cucunya. Hal ini terjadi karena mereka memiliki perbedaan pemikiran dan cara dalam menghadapi kehidupan mereka. Karakter nenek dalam novel The Frozen Lake merupakan gambaran dari generasi tua yang berfikiran konservatif atau kolot, hal ini terjadi karena karakter nenek ingin selalu tetap menjaga tradisi. Sementara neneknya memiliki sifat kolot, namun cucu-cucunya memiliki sifat yang berbeda. Mereka merupakan gambaran dari generasi muda yang memiliki pemikiran progresif, pemikiran ini terjadi karena mereka tidak ingin menjaga tradisi keluarga yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka yang berfikiran progresif merupakan orang-orang yang terbuka pada perubahan, mereka dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan mereka, mereka juga dapat menerima perbedaan dalam cara berpakaia karena mereka berpendapat bahwa tidak ada aturan yang kongkrit dalam melarang seseorang untuk melakukan hal-hal yang mereka


(20)

sukai. Orang-orang yang berpikiran progresif dapat melakukan hal-hal yang mereka sukai tanpa nemikirkan konsekwensi yang akan mereka tanggung.

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa konservatif dan progresif memiliki pemikiran yang berbeda dalam menghadapi kehidupan mereka sehingga terjadi konflik diantara mereka. Sebagai contoh karakter Edwin ,cucu dari Lady Richardson, ingin menikahi Jane yang merupakan seorang imigran dan seorang Yahudi. Sebagai seseorang yang berpikiran kolot, neneknya tidak ingin hal itu terjadi kerena mereka tidak menyukai imigran Yahudi. Hal ini menjadi konflik dalam novel ini, namun masih ada banyak lagi konflik yang terdapat dalam novel ini yang akan dijelaskan di BAB VI.

2.2. Sejarah Karya Fiksi di Inggris 1900-1929

2.2.1. Inggris Pada Masa Edwardian

Masa Edwardian adalah masa ketika Raja Edward VII memimpin sejak 1901-1910 di Inggris. Kematian Ratu Victoria pada Januari 1901 dan pengambilalihan kekuasaan oleh anaknya, Edward, menandai berahirnya masa kerajaan Ratu Victoria. Raja Edward adalah seorang raja yang modern dan fashionable, hal ini terjadi karena Raja Edward suka mengunjungi tempat-tempat di Benua Eropa yang memiliki selera seni sangat tinggi.


(21)

Pada masa Raja Edward, ada hal-hal yang sangat berbeda dengan Kerajaan Ratu Victoria, seperti yang dijelaskan dalam kutipan yang diambil dari buku Literature and Culture in Modern Britain:

“A period which begins with the end of Victorianism and ends with the beginning of the modern world including the rise of organized labor, world conflict, new technological innovation, the aggressive appearance of mass consumption, the giving of votes to mature women and to all over 21.” (Bloom: 1993: 4)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa masa Kerajaan Edward bisa disebut juga sebagai masa-masa modern karena pada saat itu banyaknya pabrik yang didirikan. Banyak inovasi-inovasi baru dalam teknologi yang bisa membantu dalam kehidupan manusia. Orang-orang dewasa dapat memberikan suara dalam pemilu ketika mereka berusia dua puluh satu tahun. Hal ini terjadi karena pada masa itu orang yang berusia dua puluh satu tahun dianggap dewasa dan dapat memberikan suaranya.

Pada periode ini, orang-orang yang sudah menginjak usia dewasa dapat memilih hal-hal yang mereka sukai, dan mereka juga dapat mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidup mereka. Hal ini terjadi karena mereka beranggapan bahwa mereka memiliki hak asasi secara otoritas, sehingga mereka akan dapat bertanggung jawab pada semua keputusan yang telah mereka ambil. Memilih pekerjaan pun menurut mereka merupakan sebuah hak asasi yang mereka miliki. Hal ini dapat dilihat dari kutipan dibawah ini:

“These changes were not merely in a decline in a Victorian family towards its modern ‘nuclear’ successor and the acquisition of the most powerful personal product of the industrial age, the motor


(22)

car, nor in the rise in house building and the spread of the suburbs, but were ones of profound individual perception.” (DeGenova: 1990: 9)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pada masa Kerajaan Edward manusia mulai menghadapi masa modern mereka memiliki dua macam pilihan; yaitu menjaga dan menjalankan kehidupan tradisionalnya atau menerima pengaruh-pengaruh modern yang terjadi. Modernisasi ini pun dapat dilihat dari sisi lain seperti kegiatan ekonomi yang pada saat itu banyak pabrik memproduksi sepeda motor, mobil, dan produk-produk teknologi lainnya.

Selain itu, periode ini tidak hanya berfokus pada industri, tapi juga dalam hal pemberian suara dalam pemilu dan hak lainnya yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Sebagai contoh, pada periode ini wanita tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan ataupun memberikan suara. Untuk mendapatkan semua itu mereka harus berjuang untuk mendapatkan keadilan dan hak-hak tersebut. Setelah perjuangan yang cukup berat, pada ahirnya mereka mendapatkan hak yang mereka inginkan. Mereka dapat memberikan hak suara, mendapatkan tunjangan kesehatan, dan mendapatkan fasilitas asuransi keamanan bekerja.

Selain itu, terjadi perubahan-perubahan lain pada masa ini, hal ini dikemukakan oleh Bloom (1993:11) “the reason why anarchy and cohesiveness went together was because the forces of change acted in ways that were not traditional”. Setelah permasalahan teratasi, banyak orang pada masa itu mulai mengubah sudut pandang


(23)

mereka. Hasilnya, mereka mulai meninggalkan kehidupan tradisional yang selama ini mereka jalani dan mereka mulai beradaptasi dengan gaya hidup yang baru. Kondissi tersebut banyak memberikan inspirasi kepada para penulis karya sastra untuk mengekspresikan gagasannya berdasarkan fenomena tersebut.

2.2.2. Karya Fiksi di Inggris 1900-2929

Pada masa ini karya sastra sangat berbeda dari karya sastra pada masa sebelumnya, hal ini diungkapkan oleh Clive Bloom:

“stuck to ‘traditional’ method of writing and avoided innovation in form in to concentrate on either the psychology of bourgeois domesticity or the political and economics inequalities of society”. (Clive Bloom: 1993: 17).

Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa konsep konservatif tidak hanya terjadi dalam karya sastra. Tetapi dapat juga terjadi dalam kehidupan nyata. Pada masa ini, penulis yang konservatif masih menjaga tradisi mereka dalam menciptakan karya sastra, sebagai contohnya mereka akan tetap menulis tentang kehidupan kaum borjuis, politik, dan ketimpangan dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Topik-topik tersebut lebih menarik bagi penulis yang masih memegang konsep Konservatif seperti: H.G. Wells and George Bernard Shaw, Henry James and Arnold Bennett, John Galsworthy and E.M. Forster. Mereka memiliki pemikiran yang sangat berbeda dengan pemikiran modern, seperti yang dikemukakan dalam kutipan di-bawah ini:

“Others include a self conscious experimentation in art, a belief in the work of art as autonomous and view of the artist as isolated by the intensity of his or her vision” (Clive Bloom: 1993:48).


(24)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa penulis yang berpikiran modern lebih tertarik pada pemikiran pribadi yang merupakan hal penting dalam kaya sastra seni modern. Pada karya sastra modern terdapat sebuah koneksi antara pembaca dan karya sastranya. mereka dapat merasakan perasaan unik yang direfleksikan oleh penulis melalui karya yang dibuatnya. Penulis-penulis modern pada masa ini diantaranya adalah Virginia Woolf, D.H. Lawrence, James Joyce dan Thomas Hardy.

2.3.Progresif dan Konservatif 2.3.1. Progresif

Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengjalani kehidupan mereka, ada beberapa yang ingin menuruti apa yang orangtua mereka katakan, namun ada juga yang tidak ingin menuruti orangtianya karena mereka memiliki pemikirannya sendiri, dan mereka menginginkan perubahan sehingga mereka dapat membuat hidup mereka lebih nyaman. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidak cocokan diantara keduanya. Ada orang yang ingin menjaga tradisi seperti dikatakan oleh Auguste Comte and Ferdinand Toennies yang menyatakan bahwa menunjukan bahwa seseorang akan menghadapi perubahan dalam kehidupan sosialnya, mereka akan beradaptasi dalam menerima kebudayaan baru yang dapat membuat mereka lebih nyamandalam menjalani hiidupnya. Kahidupan sosial dapat bengubah ketika teknologi berkembang, hal ini dapat merubah gaya hidup dan kehidupan manusia. Mereka beralih dari kehidupan tradisional yang memiliki banyak aturan dan tradisi-tradisi yang harus dijaga dari masa ke masa. Namun manusia memiliki hak dalam memilih antara


(25)

menerima gaya hidup baru, dan mereka merupakan orang-orang yang tidak ingin menjaga tradisi. Mereka menyukai perubahan dan dapat beradaptasi dengan itu, maka orang-orang seperti ini dapat disebut sebagai masyarakat progresif, seperti yang dijelaskan dalam kutipan dibawah ini:

“Progress is seen as inevitable; humans cannot help but move gradually from a traditional society in which families tend their own fields and are in awe of religion, to a rational and capitalist world of cities and technology in which individuals are part of a larger production system”.(Auguste Comte and Ferdinand Toennies, 19…: )

Kutipan diatas memberikan pernyataan tegas bahwa manusia beralih secara bertahap dari kehidupan tradisional yang mereka jaga sejak dahulu kala. Ketika sebuah keluarga memiliki tradisinya sendiri, diharapkan hal tersebut dapat menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu mereka kelak. Akan tetapi tidak semua orang ingin menjaga tradisinya, ada juga manusia yang mulai membuka dirinya terhadap kebudayaan baru, dan orang-orang tersebut disebut progresif people.

2.3.2 Konservatif

Teori yang bertentangan dengan progresif adalah konservatif yang memiliki definisi sangat berbeda. Seseorang bisa dikatakan sebagai seorang konservatif apabila mereka hanya ingin menjaga tradisi yang telah diturunkan oleh orangtuanya sebagai warisan yang sangat berharga. Mereka tidak memiliki keinginan untuk menerima tradisi baru yang muncul karena mereka beranggapan hal tersebut hanya


(26)

akan merusak tradisi tradisional mereka, dan mereka juga ingin tetap menjaga tradisi tersebut seumur hidup.

Mereka yang berpikiran konservatif memiliki pemikirannya sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bidang pendidikan. Sebagai tokoh filsuf seperti Jean-Jacques Rousseau, Wilhelm Wundt, and John Dewey menjelaskan tntang pengertian pendidikan dalam konteks tradisional seperti dalam Century Dictionary of the English Language (Appleton, Century, Crofts: New York, 1927):

“The drawing out of a person’s innate talents and abilities by imparting the knowledge of languages, scientific reasoning, history, literature, rhetoric, etc.—the channels through which those abilities would flourish and serve.”(Charlotte Thomson:1999:1)

Seseorang yang memiliki pola pikir konservatif akan memperhatikan dalam hal peningkatan kualitas pendidikan terutama dalam bahasa, sains, sejarah, sastra, dan retorika. Mereka menganggap bahwa cabang ilmu pengetahuan tersebut sangat penting untuk dipelajari daripada bidang ilmu yang lain. Oleh karena itu, mereka akan memerintahkan generasi muda untuk melakukan hal-hal yang mereka anggap terbaik karena bagi mereka, pendidikan adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan keluarga mereka. Hal ini sangat berbeda sekali dengan orang yang berfokoran progressif, mereka akan memperbolehkan anak-anak mereka untuk memilih hal-hal yang mereka sukai termasuk dalam memilih pendidikan yang mereka inginkan. Bila orang-orang konservatif akan menyuruh anaknya untuk belajar sejarah, sastra atau yang lainnya dan mereka tidak akan membiarkan anak-anaknya belajar seni dan musik, akan berbeda sekali dengan orang-orang yang berfikir progresif,


(27)

dimana mereka akan mengizinkan dan mendukung anak-anaknya dalam mempelajari ilmu yang mereka sukai.

2.4. Keluarga

Keluarga merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti memiliki keluarga, sebuah tempat dimana mereka dapat berbagi kebahagiaan, kesedihan, dan perasaan lain. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Mary Kay DeGenova, Intimate Relationship, Marriage and Family, devinisi keluarga adalah sebagai berikut:

“…any group of persons united by the ties of marriage, blood or adoption, or any sexually expressive relationship, in which ; (1) the adults cooperate financially for their mutual support (2) the people are committed to one another in an intimate interpersonal relationship , and (3) the members see their individual identities as importantly attached to the group with an identity of its own.” (DeGenova.1990:2)

Dari kutipan tersebut kita bisa melihat bahwa ketika seseorang menikah berarti mereka merupakan keluarga dan memiliki hubungan satu sama lain. Pernikahan bukanlah satu-satunya cara untuk menjalin ikatan keluarga, akan tetapi hubungan darah dan adopsi juga akan memberikan seseorang sebuah keluarga. Ketika seseorang memiliki keluarga, mereka merasa bahwa pasangan mereka adalah miliknya sehingga mereka akan saling menjaga satu sama lain, memenuhi kebutuhan hidup dan mereka akan melakukan apapun untuk membuat pasangannya bahagia.


(28)

2.4.1. Keluarga Pada Masa Awal Tahun 1900-an

Pada masa ini keluarga mengalami perubahan dalam komposisi, ukuran, dan fungsi. Alasan manusia untuk menikah pun mengalami perubahan dan terdapat juga perubahan lain dalam hal konstruksi keluarga, seperti yang dikatakan oleh Glick dalam sebuah buku yang berjudul Intimate Relationship, Marriage and Family menyatakan bahwa: “Families as we know them today are different from those of previous generations” (Glick.1984,1988, in McGenova.P.2) kutipan di samping menjelaskan bahwa pengertian keluarga dan fungsi keluarga berubah dari waktu ke waktu, dan tidak hanya pengertiannya saja yang berubah, namun fungsinya juga berubah.

Pada tahun 1800-an, manusia menikah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, untuk menyediakan barang dan jasa satu sama lain, untuk mencapai suatu status sosial tertentu, menghasilkan keturunan dan untuk membesarkan anak-anak. Akan tetapi makna dan tujuan dalam pernikahan itu sendiri telah berubah dari waktu ke waktu, seperti pada tahun 1920-an yakni menusia ingin menikah karena cinta, ingin memiliki pendamping, dan juga ingin memenuhi perasaan emosional satu sama lain.

2.4.2 Peran Orangtua

Ketika seseorang memiliki sebuah peran, itu berarti mereka memiliki kekuatan atau power. Generally, power in intimate relationship is define as the ability to influence ones partner to get what one wants (Beckmar,Harvey,Satre, and Walker,1999) . Power memang ada dalam kehidupan manusia terutama dalam


(29)

kehidupan sosial. Dalam keluarga juga terdapat power namun memiliki pengertian berbeda. Power tersebut biasa juga disebut sebagai Power-Parents Authority, menurut Zinn dan Eitzen (1990: 165-166):

“First, the family , like all other social organizations, is a power system; that is , power is unequally distributed between parents and children and between spouses, with the male typically dominant. Second, parents have authority over their children. They feel they have the right to punish children in order to shape them in the ways they considers important.”

Berdasarkan kutipan di atas yang menyatakan bahwa keluarga adalah suatu organisasi yang didalamnya terdapat kepala keluarga sebagai pemegang kedudukan tertinggi dan anggota keluarga yang memiliki kedudukan inferior. Biasanya, seorang ayah menjadi kepala keluarga, oleh sebab itu, seorang ayah memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan untuk keluarganya. Terkadang seorang ayah mengambil sebuah keputusan tanpa bertanya kepada anggota keluarga lain seperti istri, dan anak-anaknya. Apabila hal ini terjadi, itu berarti bahwa ayah sedang menggunakan kekuasaannya dalam mengambil sebuah keputusan.

Dalam hal ini, ayah bukanlah satu-satunya orang yang memiliki kekuasaan dalam sebuah keluarga, akan tetapi ibu juga memiliki power untuk menghukum anak-anaknya bila mereka melakukan kesalahan atau kenakalan. Maka ibu akan memberikan hukuman yang merupakan hal biasa dalam beberapa keluarga. Hukuman yang diberikan biasanya mereka menyuruh anaknya untuk pergi ke loteng dan tinggal di sana selama beberapa hari tanpa boleh keluar, atau mungkin orang tuanya tidak akan memberikan mereka uang jajan untuk beberapa lama. Dalam beberapa keluarga,


(30)

peran ibu biasanya terlihat lebih dominan dalam mengatur jalannya kehidupan rumah tangga. Sebagai pemegang kendali, ibu biasanya dapat melakukan apapun yang ia inginkan terhadap keluarganya. Dalam mengambil keputusan, terkadang ibu tidak bertanya atau mendiskusikannya dengan anggota keluarga lain karena ia berfikir bahwa keputusan apapun yang ia ambil, semua itu demi kebaikan seluruh anggota keluarganya. Bagaimanapun juga, ibu berperan besar dalam kelangsungan kehidupan sebuah keluarga, karena seorang ibu merawat, menjaga dan mendidik anaknya, dan intensitas waktu bertemu seorang ibu dengan anaknya biasanya lebih banyak dibandingkan dengan ayah mereka yang sibuk mencari uang.

2.4.3. Skandal

Hal negatif yang bisa merusak nama baik keluarga dan dirinya sendiri biasanya dikenal sebagai hal yang memalukan, seperti yang dikemukakan dalam kutipan di bawah ini:

“everyday tragedies are transformed into something extraordinary; the process whereby events that are local and personal become national and public; the process whereby the specific comes to stand for the general.” (Butler and Drakeford: 2005: 1)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa skandal sebenarnya merupakan kejadian sehari-hari yang ditransfer menjadi sesuatu yang besar. Sebagai contoh ketika seseorang memiliki persoalan pribadi dan diketahui oleh banyak orang, maka hal ini akan menjadi skandal yang memalukan karena biasanya sebuah skandal memang banyak diketahui orang.


(31)

2.5. Gambaran Keluarga dalam Karya Sastra

Permasalahan keluarga sering menjadi bahan konflik dalam karya sastra terutama karya fiksi seperti novel. Dalam karya fiksi sering merepresentasi masalah keluarga yang terjadi di dalam kehidupan nyata. Ini ditunjukan dalam novel The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson. Dalam novel ini digambarkan tentang isu-isu keluarga dan hubungan antara satu karakter dengan karakter yang lain yang menimbulkan permasalahan-permasalahan atau konflik.


(32)

25 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Penelitian ini akan meneliti tentang konflik yg muncul antara dua tokoh yaitu antara nenek dan cucunya. Konflik ini dimulai dari adanya perbedaan pemikiran di antara nenek dan cucunya. Nenek memiliki pemikiran konservatif sedangkan cucu-cucunya memiliki pemikiran yang progresif. Karakter nenek memegang tradisi yang telah diturunkan kepadanya dari generasi-ke generasi, begitu pula ketika dia membesarkan anak cucunya menggunakan adat dan cara yang sama. Sementara cucu-cucunya berpikiran secara modern karena mereka lahir di dunia yang lebih modern dan telah terpengaruh dengan gaya hidup, cara berpakaian, dan adat yang juga lebih modern dari nenek mereka.

Perbedaan-perbedaan yang muncul antara nenek dan cucunya, menjadi penyebab munculnya konflik yang terjadi diantara mereka. Sikap nenek yang tidak mau menerima perubahan yang terjadi pada cucu-cucunya menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antara nenek dengan cucunya.

Selain konflik yang telah disebutka di atas, terdapat konflik lain yang muncul dalam novel tersebut. Dalam novel ini terdapat beberapa skandal yang menjadi penyebab munculnya konflik lain. Salah satu konflik yang muncul berasal dari Jack. Jack adalah anak dari Lady Richardson atau yang dikenal sebagai nenek. Dalam hal ini konflik yang muncul adalah ketika Jack melakukan pelecehan seksual terhadap keponakannya sendiri yaitu Isabel, yang kemudian mengandung.


(33)

Hal ini membuat nenek berpikir bahwa jika tetangga di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka mengetahui bahwa bahwa Isabel mengandung, maka hal ini akan membuat nama keluarganya tercoreng. Hal tersebut membuat nenek mengambil sebuah tindakan untuk menutupi skandal tersebut. Hal ini dilakukannya untuk membela Jack karena ia terlalu menyayangi anaknya itu sehingga ia melakukan apapun untuk melindungi anaknya. Sang Nenek melakukan hal tersebut hanya demi anaknya tanpa berpikir apakah hal itu baik atau buruk. Kasih sayang nenek yang berlebihan untuk Jack membuat nenek tidak dapat berpikir jernih lagi. Dia tidak dapat melihat kebenaran, kesalahan, dan bahkan suatu kejahatan yang telah dilakukan anaknya.

Karakterisasi dari tokoh nenek yang digambarkan dalam novel ini menunjukkan bahwa ia tidak menyayangi dan mempedulikan cucu-cucunya. Penggambaran tersebut dapat terlihat dari cara nenek memperlakukan cucu-cucunya. Dalam novel The Frozen Lake karakter nenek digambarkan tidak peduli terhadap semua keinginan cucu-cucunya, dia menginginkan cucunya untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya, seperti makanan, pakaian, sekolah, dan pekerjaan yang akan dia kerjakan semua harus berdasarkan pilihan nenek mereka.

3.2. Sumber Penelitian

Data dalam penelitian ini diambil dari sebuah novel karya Elizabeth Edmondson yang berjudul The Frozen Lake. Novel ini adalah cerita fiksi yang diangkat kembali oleh penulis berdasarkan cerita tentang kehidupan pamannya,


(34)

James Edmundson, yang terjadi sekitar tahun 1930. Dalam novel ini peneliti menemukan banyak konflik yang terjadi yang digambarkan oleh penulis.

3.2.1. Sinopsis

The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson adalah sebuah cerita tentang sebuah keluarga yang tinggal di Wyncrag, inggris sekitar tahun 1930-an. Dalam novel ini terdapat beberapa karakter yang muncul. Karakter pertama adalah Alix, Alix diceritakan tinggal di London dan jauh dari keluarganya. Alix sebagai wanita yang telah dewasa berhak memustuskan tempat tinggalnya dan apa yang akan dilakukannya. Akhirnya dia memutuskan untuk tinggal di London dan bekerja di sana.

Alix memutuskan untuk meninggalkan keluarganya karena terdapat begitu banyak masalah yang harus dihadapinya, terutama dengan neneknya yang selalu memaksakan kehendaknya terhadap cucu-cucunya untuk mengikuti keinginnanya. Karena itu Alix memiliki rasa benci terhadap neneknya, dan hal itu membuat dia harus tinggal terpisah dari saudara kembarnya yang bernama Edwin dan saudara perempuannya, Perdita.

Di awal cerita dalam novel tersebut, Perdita diperkenalkan sebagai saudara perempuan Alix. Perdita tinggal bersama neneknya di Wyncrag. Disana perdita tidak diperlakukan sebagai mestinya seperti seorang nenek yang menyanyangi cucunya.

Perdita diperlakukan seperti anak yatim yang tidak berhak memiliki apapun walaupun dia tinggal bersama keluarganya. Neneknya memberikan barang-barang


(35)

rongsok yang dia miliki untuk digunakan oleh Perdita. Saat perdita menginginkan pakaian baru, neneknya memberikan pakaian bekas. Neneknya memberikan pakaian yang dimilikinya ketika ia seusia dengan Perdita.

Karakter nenek dalam novel ini digambarkan memiliki karakteristik yang sangat kuat, dia memiliki peran yang besar dalam keluarganya. Dia membuat peraturan yang keras untuk mendisiplinkan keluarganya. Jika ada keluarganya yang melanggar maka dia akan langsung menegur pelanggar tersebut. Kondisi ini membuat Alix dan Edwin memutuskan untuk meninggalkan nenek mereka. Perlakuan nenek sangat bertolak belakang jika ia memperlakukan anak-anaknya. Dimana ia akan sangat memperhatikan, mencintai dan menuruti semua keinginan anak-anaknya.

Neneknya ingin menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Terutama saat dia menutupi kesalahan yang dilakukan Jack. Jack adalah seorang tentara, yang pada akhirnya dia harus ikut pergi berperang dan mati. Skandal dalam keluarga ini dimulai sebelum Jack menjadi seorang tentara. Jack melakukan penganiayaan secara seksual terhadap Jane, Jack juga melakukan hal yang sama terhadap Isabel yang kemudain diketahuilah bahwa Isabel mengandung dan melahirkan seorang anak perempuan dari Jack yang diberi nama Perdita.

Perdita sendiri tidak mengetahui bahwa ibu kandungnya adalah Isabel, karena pada saat Perdita lahir, neneknya telah membuat sebuah skenario bahwa Perdita adalah anak dari Helena yang ternyata adalah Ibu kandung Isabel yang telah meninggal pada sebuah kecelakaan mobil.


(36)

Alix dan Edwin melihat ada kejangggalan pada sikap nenekya saat mengurus Perdita. Disinilah Alix dan Edwin berusaha untuk mencari kebenaran yang terjadi dalam keluarga mereka.

Selain skandal yang terjadi disebutkan di atas, juga terjadi beberapa skandal lain sebagai pemicu konflik baru. Konflik yang disebabkan oleh sikap sang nenek yang konservatif, hal ini menyebabkan dia tidak memperhatikan keinginan cucu-cucunya tetapi memaksakan kehendaknya terhadap cucu-cucu-cucunya sendiri tanpa berpikir apakah hal tersebut akan disukai atau tidak.

Sebagai contoh, saat Edwin mencitai seorang wanita yang merupakan seorang imigran dan seorang Yahudi, serta ia ingin menikahi wanita tersebut, nenek tidak mengizinkan, karena status wanita itu adalah seorang Yahudi.

Skandal lain yang muncul menjadi konflik adalah permasalahan tentang pekerjaan. Saat Perdita mengingikan untuk menjadi seorang pianis. Dia ingin bersekolah di sekolah musik di London selama dua tahun, tetapi neneknya tidak memberikan izin.

Neneknya mengingikan Perdita bersekolah di sekolah khusus wanita. Dia inign agar Perdita menjadi wanita anggun yang memiliki disiplin diri, akhirnya dia memutuskan agar perdita bersekolah di sekolah itu.

Sang nenek berpikir bahawa pendidikan yang ia pilihkan untuk perdita adalah sebuah sekolah yang terbaik, tetapi hal ini di tentang oleh anggota keluarga yang lain. Mereka berpikir bahwa Perdita memiliki kesempatan untuk meraih mimpi dan keinginnanya.


(37)

Di sini dapat terlihat perbedaan sudut pendang antara konservatif dan progresif. Sistem konservatif yang dijalankan nenek dengan semua peraturannya yang kaku dan sistem yang progresif yang dijalankan anggota keluarga lain dengan pandangan yang lebih maju.

Di akhir cerita pada novel ini mulai terlihat pemecahan konflik-konflik yang muncul. Rahasia sang nenek yang akhirnya diketahui oleh cucu-cucunya. Perdita dapat mencapai mimipinya menjadi seorang Pianis, dkhir cerita, Jack akhirnya ditembak mati oleh Isabel.

3.2.2. Biografi Pengarang

Elizabeth Edmondson adalah seorang penulis cerita romantik. Dia lahir di Chile dan belajar di Calcuta dan London sebelum dia mendaftarkan diri di Oxford University. Dia tertarik menulis novel fiksi yang banyak diinspirasi dari lingkungan keluarganya sendiri. Karya fiksi lain yang dia tulis bertemakan detektif, cerita cinta, kehidupan sosial, keluarga dan persahabatan. The Frozen Lake adalah salah satu karyanya yang mengangkat cerita tentang keadaan Inggris pada tahun 1920. Novel lain yang ditulis olehnya adalah Voyage of Innocence, The Art of Love, dan The Villa in Italy.

3.3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah:

“a qualitative research is defined as an inquiry process of understanding a social or human problem, based on building a


(38)

complex, holistic picture, formed with words, reporting detailed views of informants, and conducted in a natural setting (Cresswell;1994:1)

Metode ini digunakan dalam menganalisa data, karena metode ini dapat merefleksikan kehidupan social yang sesuai dengan penelitian ini. Data yang ditemukan dalam novel dapat dianalisis melalui metode ini. Sehingga dihasilkan penjelasan dan hasil analisis dari data yang telah dikumpulkan.

3.3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah konflik-konflik yang muncul antara nenek dan cucu-cucunya dalam novel. Pengumpulan data terdiri dari situasi keadaan keluarga Hary (kakek), data yang dikumpulkan adalah data-data yang berhububgan dengan konflik dan skandal yang muncul dalam keluarga yang muncul dalam novel. seperti pada contoh berikut ini, data yang muncul saat Paman Jack merenggut kesucian keponakannya, tetapi ibunya menutupi segala tindak kejahatan anaknya. Data lain yang muncul saat Alix, Edwin, Perdita dan karakter lain yang ingin mengungkap kondisi yang sesungguhnya dalam keluarga mereka.

Setalah hasil dari pengumpulan data yang berhubungan dengan konflik yang muncul dalam novel, terlihat bahwa terdapat dua pemikiran berbeda antara generasi tua dan generasi muda. Karakter nenek merepresantasikan generasi tua karena tetap memegang tradisi walaupun pada saat itu telah terjadi perubahan kondisi di negara tersebut, sedangkan cucu-cucunya merepresentasikan generasi


(39)

muda yang maju karena mereka menerima perubahan tradisi yang terjadi dan turut serta dalam perubahan tersebut.

Proses Pengumpulan Data Dapat Dilihat di Bawah ini: a. Membaca Novel

Novel yang digunakan dalam pengambilan data adalah The Frozen Lake. Penulis membaca novel tersebut secara berulang-ulang dan menemukan permasalah-permasalahan yang muncul, dan permasalahan yang muncul adalah konflik keluarga antara nenek dan cucu-cucunya.

b. Klasifikasi Data

Dalam tahap ini penulis mengklasifikasikan data yang ditemukan berdasarkan konflik yang muncul dan pembagiannya. Data–data yang ditemukan diklasifikasikan menjadi kategori kebohongan, perceraian, gaya hidup, tingkah laku dan usia.

c. Spesifikasi Data

Dalam tahap ini penulis membuat spesifikasi dari data-data yang telah dipilih. Tahap ini dilakukan untuk membantu penulis dalam memahami dan mengerti isi dari permasalahan yang telah dipilih untuk kemudian dianalisis.

3.3.2. Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, proses selanjutnya adalah menganalisis data yang didapat dengan menerapkan teori yang sesuai. Data yang telah di


(40)

kumpulkan adalah data-data yang berhubungan dengan konflik antara karakter nenek dan cucuc-cucunya. Bagaimana mereka mencari jalan keluar dari skandal yang semua skandal itu untuk menjaga nama baik keluarga.

Dalam menganalisis data, penulis menemukan sebuah kondisi keluarga di inggris pada tahun 1930. Dimana keadaan keluarga pada zaman itu akan sangat membantu dalamn menganalisis data.

3.4. Contoh Analisis Data

Berikut ini Adalah contoh data yang akan dianalisis. Korpus data dibawah ini adalah satu data yang berkaitan dengan pernikahan, dimana pernikahan yang terjadi ini ditentang oleh neneknya disebabkan calon pengantin wanita adalah seorang Yahudi. Edwin tidak mempersoalkan masalah tersebut karena dia mencintai Lidia yang seorang Yahudi, tapi berbeda dengan pemikiran neneknya yang berpegang pada sistem konservatif sistem ini tidak menyukai imigran dan Yahudi. Karena hal in, Lidia tidak pernah terpikir untuk menikah dengan Edwin walaupun Lidia mencitai Edwin.

“There is a gulf between us, between you [Alix] and me, and between Edwin’s family and me [Lidia]. You are Edwin’s twin, and you are very like him in many ways. When I’m with him, I forget how English he is, but when I see him with you, then I know how big the differences are between us. Love is all very well, but it takes more than love to make a marriage.”(P.400)

Kutipan di atas menggambarkan keadaan saat Alix dan Lidia sedang berada di dapur setelah acara makan malam. Alix ingin mengetahui perassan Lidia terhadap saudara kembarnya, Edwin. Dia yakin bahwa Lidia akan terbuka tentang masalah


(41)

dan perasaan yang dihadapinya. Lidia menyadari bahwa mereka, Lidia dan Edwin, memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Edwin adalah seoarng bangsawan Inggris, dan juga berpendidikan yang tinggi. Latar belakang yang dimilikinya membuat Lidia merasa orang lain yang tidak dipedulikan dan dia menjadi khawatir akan keberadaan nenek Edwin.

Dia merasa seperti itu karena status imigran yang dimilikinya, status tersebut diidentikan dengan harta dan kepemilikan tanah. dia juga merasa dihantui oleh kenangan-kenangannya pada masa lalu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di-bawah ini:

“I carry a lot of memories, bad memories, around with me,’ Lidia went on.’ That's one thing. Then, when I see Edwin at his family home, in his big family house, all the servants, the whole tra-la that goes with money, I think what do I , an immigrant Jewess, from an intellectual family in Vienna, have to do with such a man?

“Our money is New-money, and it comes from industry and business, not from land and great marriages, Alix said” (P.400)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Lidia masih teringat akan kenangann dari masa lalunya. Lidia memiliki keluarga di Vienna, kota kelahirannya sebelum dia pindah ke inggris. Dia memiliki keluarga yang baik dan memiliki uang. Lidia bertemu Edwin di Vienna, di sana Edwin mengenal Lidia yang berasal dari keluarga baik-baik. Mereka memiliki hubungan yang baik, sampai pada akhirnya Edwin harus kembali ke Inggris dan meninggalkan Lidia di Vienna. Lidia merasakan kesepian sejak Edwin meninggalkan Vienna, hal ini menyebabkan semua kenangan yang dimiliki oleh mereka bersama menjadi mimpi buruk bagi Lidia. Sampai pada


(42)

suatu hari Lidia mengirimi surat kepada Edwin bahwa ia telah berada di Inggris. Selama di Inggris hubungan mereka menjadi dekat kembali.

Berdasarkan pengakuaan Alix tentang Edwin, terlihat bahwa Edwin telah dibesarkan dan terpengaruh oleh nilai-nilai kehidupan modern. Karena pengaruh-pengaruh itu, dia menjadi sosok yang tidak terlalu mempedulikan harta maupun status derajat. Dia akan melakukan apa yang dia senangi karena dia merupakan seorang pria modern, dan tidak mempedulikan nilai-nilai tersebut.

Cara pandang Edwin berbeda dengan neneknya yang memiliki sudut pandang konservatif. Karena pemikirannya itu neneknya tidak menyetujui jika Edwin menikahi Lidia. Dia menginginkan Edwin menikah dengan wanita yang memiliki status derajat yang sama dengannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:

“Lidia started on the soup plates,‘Aha, your grandmother. There is one good reason why I should not marry Edwin. Your grandmother hates Jews, as we know; she would be hostile to her grandsons bringing home a Jewish bride. In fact, such a thing would not happen, for she would not let me in the house, and would drive Edwin away from his childhood home and his family.”(P.401)

Kutipan di atas memperlihat bahwa neneknya adalah karakter yang konservatif, karena dia tidak mengizinkan cucunya menikahi seorang Yahudi. Pada zaman itu, seorang yang konservatif tidak akan mengizinkan anggota keluarganya menikah dengan seseorang yang berasal dari Negara lain atau seorang imigran, karena mereka menganggap hal itu akan mencemari kesucian keturunan mereka yang merupakan rakyat pribumi Inggris. Sebagai contohnya saat neneknya tidak memberi izin pada cucunya untuk memiliki hubungan dengan seorang imigran


(43)

Yahudi yang akan mencemarkan nama keluarganya dan keturunannya. Neneknya ingin tetap menjaga kemurnian generasi keturunan Inggrisnya dan tidak mengizinkan perkawinan percampuran. Edwin akan dikirim jauh dari keluarganya jika ingin tetap melanjutkan pernikahannya itu. Karena hal itu Lidia tidak dapat menerima lamaran Edwin. Lidia sangat mencintai Edwin, tapi di lain sisi Lidia tidak menginginkan Edwin berpisah jauh dari keluarganya.


(44)

37 BAB IV ANALISIS DATA

Konflik yang terjadi antara nenek dan cucu-cucunya pada novel The Frozen Lake karya Elizabeth Edmondson dianalisis dalam bab ini. Konflik tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut pandang di antara mereka dalam menghadapi permasalahan yang muncul, nenek yang mempunyai pemikiran konservatif dan cucu-cucunya yang mempunyai pemikiran progresif. Konflik antara nenek, cucu-cucunya dan karakter lain yang ada dalam novel ini membantu nenek untuk menyembunyikan rahasia besar dari cucu-cucunya yang lain.

4.1. Konflik Konservatifvs. Progresif

Bermacam-macam konflik yang terjadi antara nenek dan cucu-cucunya di analisis dalam subbab berikut ini. Konflik tersebut terdiri atas skandal keluarga diantaranya gaya hidup, perilaku, dan pendidikan.

4.1.1. Skandal Keluarga 4.1.1.1. Kebohongan

Alix dan Edwin merasa ada yang aneh tentang kematian ibu mereka. Hal ini membuat Alix dan Edwin penasaran tentang keadaan yang sebenarnya terjadi. Nenek selalu berkata bahwa Helena, ibu dari Alix dan Edwin, meninggal saat dia melahirkan Perdita pada tanggal 23 September. Tapi ada sesuatu yang aneh, Alix menemukan


(45)

bahwa tanggal kematian Helena dan kelahiran Perdita berbeda. Alix dan saudara kembarnya, Edwin, mencoba untuk menemukan fakta di balik kematian ibu mereka dan identitas Perdita.

Pada saat pencarian, Alix menemukan surat kabar di atas loteng, sebuah surat kabar yang sudah tua yang menjadi petunjuk dari semua rahasia yang disembunyikan oleh nenek dan anak-anaknya. Surat kabar tersebut menuliskan tentang sebuah kecelakaan mobil, tertulis bahwa Helena mengemudi sendirian dan mengalami kecelakaan hingga dia meninggal, teapi nenek mereka selalu berkata bahwa Helena meninggal di rumah sakit saat melahirkan Perdita. Dari keadaan tersebut bisa disimpulkan bahwa ada ketidakjujuran dan kebohongan didalam keluarga. Alix dan Edwin ingin menemukan kebenaran, maka mereka berencana untuk bertanya pada bibi Trudy tentang fakta yang terjadi pada kematian ibu mereka enam belas tahun yang lalu.

Edwin dan Alix menunggu bibi Trudy untuk menunjukkan surat kabar yang mereka temukan di loteng. Edwin sangat emosional saat dia meminta Trudy utuk membacanya, Trudy terkejut ketika dia tahu bahwa Alix menemukan surat kabar tersebut. Awalnya, dia tidak ingin memberitahu kebenarannya dan berkelit bahwa ada kesalahan tanggal saat ibu mereka meninggal.

“Trudy had collected herself. ‘of course it’s a mistake about the data. Helena died in September. Or was it October?

‘You’re telling us she died after Perdita was born, which was on September on twenty-third, that’s her birthday, isn’t it? (P.14)


(46)

Kutipan di atas menunjukkan ada beberapa orang dalam keluarga yang menutupi kebenaran, karakter Trudy terlihat sangat bingung saat dia menghadapi fakta bahwa Alix menemukan surat kabar yang dikirim oleh ibu Helena yang menuliskan tentang kecelakaan yang menyebabkan kematian Helena. Dia terlihat sangat gugup untuk menjelaskan berita yang tertulis, dan sangat takut untuk mengatakan situasi sebenarnya saat ibu Alix meninggal. Karakter nenek takut bahwa cucu-cucunya akan menemukan petunjuk yang dapat membongkar rahasia kematian Helena.

Nenek dan anak-anaknya, Trudy dan Saul, bersekongkol untuk menyembunyikan semua rahasia dalam keluarga. Salah satu rahasia terbesar adalah ketika nenek tidak memberitahu siapa ibu Perdita yang sebenarnya. Dia mempunyai alasan tersendiri untuk tidak memberitahu kebenaran pada setiap orang di keluarganya. Dia menyadari bahwa jika dia tidak membuat kebohongan akan menjadi sebuah masalah yang besar dan sesuatu akan memperemalukan nama keluarga. Sebagai seorang yang konsevatif, dia melakukan semua yang dia bisa untuk melindungi keluarganya dari apapun. Bukan hanya nenek yang menyembunyikan rahasia, tapi Trudy dan Saul membantunya juga karena mereka hanya ingin mematuhi perintah ibu mereka meski itu salah. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:

“Saul had spotted the newspaper, ‘what’s this, what’s this?

‘Trudy sat up very straight. ‘As I was saying when we….I think…..You should have been told the truth. A long time ago,’ Saul loomed over has sister. ‘Trudy I forbid you to say another word.’(P.414)


(47)

‘Trudie took no notice of her brother, but spoke directly to Edwin in a rush of coherence. ‘Helena wasn’t Perdita’s mother and Perdita isn’t your sister. She is your niece. Isabel was her mother.’(P.414)

Kutipan tersebut menunjukkan situasi saat Saul memasuki ruangan tempat Trudy diinterogasi oleh Alix dan Edwin. Dia terlihat seperti orang tidak bersalah ketika dia menemukan surat kabar di tangan Alix. Dia bertingkah seperti orang yang tidak tahu apa-apa karena persekongkolan antara nenek dan anak-anaknya untuk menyembunyikan fakta. Saul juga memerintahkan saudaranya Trudy untuk tidak memberitahu yang sebenarnya, tapi Trudy tidak mematuhi saudaranya.

Trudy berpikir bahwa ini adalah saatnya untuk memberitahu yang sebenarnya, dia tidak peduli saudaranya maka dia tetap membuka rahasia bahwa Perdita bukanlah putri Helena namu ia adalah cucu Helena. Rahasia tersebut ditutupi selama enam belas tahun oleh nenek mereka tapi dibuka oleh anaknya. Dalam novel ini, karakter nenek berkata bahwa Perdita adalah saudara Alix dan Edwin, tapi faktanya itu semua bohong, karena Perdita bukan saudara perempuan mereka. Dia adalah putri Isabel, Isabel adalah saudara Edwin dan Alix, yang berarti bahwa Perdita bukan saudara mereka melainkan keponakan mereka.

Nenek dan anak-anaknya berpikir bahwa seorang gadis berumur empat belas tahun mempunyai anak tanpa menikah adalah skandal yang harus ditutupi, ini adalah alasan mereka menutupi status Perdita dari anggota keluarga yang lain. Sebagai seorang yang konservatif, nenek ingin menyelamatkan keluarganya dari skandal tersebut dengan menjaga nilai keluarga. Sebagai anak yang baik, Saul ingin


(48)

membantu ibunya untuk menyembunyikan skandal yang memalukan tersebut. Dia berpikir untuk mengirim Perdita pergi dari Wyncrag merupakan jalan terbaik untuk menyelamatkan keluarganya.

“Saul took no notice, I said at the time the child should be send to the adoption.’

I know the pretence of Helena being the mother wouldn’t work. I knew it would all come out, sooner or later, and there’d be scandal.”

“the scandal is that it was kept quite for so long,’ said Edwin. ‘ and I don’t care whether Perdy was my sister and any niece; she is one of the family and her place is here at Wyncrag, as it always has been. (Edmondson: 2005: 415)

Saul mengingat situasi ketika mereka membuat keputusan tentang kehidupan Perdita. Saul memberi saran pada saudara dan neneknya untuk mengirim Perdita untuk di adopsi. Dia menyadari bahwa jika Perdita tetap tinggal di rumah, rahasia ini akan terbuka suatu hari. Keadaan yang dikhawatirkan Saul terjadi, rahasia itu ditemukan Alix dan Edwin. Dia tidak punya pilihan lain selain memberitahu yang sebenarnya tentang Perdita dan Helena. Tapi Edwin mempunyai pendapat yang berbeda dengan Saul. Dia pikir bahwa tempat Perdita adalah di Wyncrag, tinggal bersama keluarganya. Sebagai konservatif yang dipengaruhi oleh pola pikir nenek, Saul hanya ingin menjaga nilai keluarga dengan menyembunyikan semua skandal dan mengirim Perdita untuk diadopsi. Saul sebagai gambaran progresif, dia pikir semua yang sudah terjadi, Perdita adalah anggota keluarga, maka tempatnya adalah di Wyncrag. Dia tidak berpikir tentang nilai keluarga yang harus dijaga oleh anggota keluarga seperti


(49)

apa yang neneknya pikir dalam waktu yang lama. Dia hanya berpikir tentang kehidupan Perdita karena ini bukan kesalahannya. Oleh karena itu, dia akan lebih aman ketika masih berada dalam keluarga. Edwin berpendapat bahwa keselamatannya terjamin saat dia bersama keluarganya, karena jika dia diadopsi maka orang-orang akan bertanya tentang latar belakang keluarganya. Jika itu terjadi, Perdita akan merasa tidak nyaman ketika dia tinggal bersama orang asing. Edwin berpikir bahwa Perdita akan merasa lebih nyaman ketika dia tinggal bersama keluarganya. Sebagai seorang yang progresif, Edwin tidak berpikir tentang nilai keluarga harus di jaga oleh setiap orang. Pada saat itu, he lebih peduli dengan Perdita. Di samping ketidakjujuran dalam keluarga sebagai skandal, ada juga skandal lain yang dapat mempermalukan nama keluarga. Skandal itu adalah masalah perceraian, hal ini menjasi skandal keluarga bila melihat latar belakang nenek yang merupakan seorang Firm Christian (seorang Kristen yang taat), bisa dibilang nenek merupakan seorang Puritan. Dalam agama nenek percerayan merupakan suatu hal yang tidak boleh dilakukan.

4.1.1.2 Perceraian

Ada skandal lain dalam keluarga, seperti yang disebutkan sebelumnya. Masalah perceraian terjadi di antara Jane dan Saul. Jane merasa tidak bahagia dengan pernikahannya dengan Saul. Dia tidak mencintai Saul, jadi dia tidak merasa nyaman menjadi istrinya. Pernikahan mereka diatur oleh nenek untuk menyembunyikan hubungan cintanya dengan Jack, saudara Saul. Jane ingin bercerai dari Saul meskipun


(50)

dia tau bahwa neneknya adalah wanita tegas tentang peraturan yang dia jaga sejak lama.

Setiap anggota keluarga tahu bahwa nenek akan menjaga tradisi konserfatif dan tidak akan membiarkan apapun mengacaukannya. Nenek tidak mengizinkan perzinahan terjadi dan dia tidak menyukai perceraian di keluarganya.

‘Angela says Mummy is a firm Christian who disapproved of adultery and divorce and lax behavior;’(P.233)

Kutipan di atas menunjukkan karakteristik nenek generasi tua yang ingin menjaga tradisi. Angela, salah satu anggota keluarga, tahu sangat baik bagaimana nenek tidak pernah menyetujui jika ada perzinahan terjadi di keluarganya. Dia juga tidak akan mengijinkan perceraian dan kelakuan bebas terjadi karena itu akan merusak nama keluarga.

Ketika perzinahan, perceraian atau kelakuan bebas terjadi dalam keluarganya, dia akan menjadi sangat marah karena itu adalah skandal. Ketika skandal terjadi dalam sebuah keluarga, itu akan mengubah anggapan orang lain terhadap keluarga. Terkadang mereka akan kehilangan nama baik keluarga. Nenek tidak ingin itu terjadi dan setiap orang tahu bagaimana dia menjaga tradisi lama untuk menjaga nama baik keluarga meskipun ada anggota keluarga yang membuat beberapa skandal.

Pada masa itu, wanita tidak punya banyak kesempatan untuk mendapatkan apa yang dia mau karena terlalu banyak peraturan yang harus dipatuhi. Wanita yang baik harus sopan dan tidak membuat kelakuan yang seenaknya. Seorang wanita bisa


(51)

disebut sopan ketika dia berbicara dengan nada yang rendah; ketika dia tertawa, dia akan menutupi mulutnya dengan tangan dan tertawa dengan pelan; ketika dia berjalan, dia akan berjalan dengan perlahan dan elegan. Ini semua peraturan dari kehidupan sosial yang dibentuk oleh keadaan sosial pada masa itu.

“And Aunt Jane was more being outspoken than usual, there was almost a reckless air about her, as thought she’d come to some decision about her life. Perhaps she was going to divorce Uncle Saul, Alix thought, and then laugh at such a preposterous notion; grandmamma wouldn’t tolerate divorce in the family, not for a moment. Aunt Jane chance of a divorce would be if Uncle Saul agreed to it, and he would never , ever go against his mother’s wishes”. (P.178)

Situasi yang tercermin di atas tentang bibi Jane, dia adalah seorang gadis muda yang menikah tanpa cinta. Dia menikah dengan paman Saul, sebenarnya dia tidak ingin menikah dengannya karena dia jatuh cinta pada orang lain. Tapi situasi tidak mengizinkannya untuk menikahi orang yang dia cintai, nenek mengatur pernikahannya dengan Saul, dan dia tidak dapat menolaknya.

Pada masa itu, beberapa wanita memiliki pemikiran terbuka, banyak di antara mereka yang berani memilih sesuatu yang mereka inginkan. Karakter Jane adalah jenis konservatif sama seperti nenek, Jane tidak dapat memilih sesuatu yang dia mau. Dalam permasalahan ini, dia ingin bercerai dengan Saul tapi dia tidak bisa, karena pada masa itu perceraian adalah sesuatu yang memalukan dan Saul tidak akan pernah melakukan sesuatu yang dilaranag oleh nenek.


(52)

4.1.2. Gaya Hidup

Ada beberapa perbedaan selera dan gaya hidup antara nenek dan cucu-cucunya. Sebagai contoh ketika Perdita membeli gaun di Manchester, karena dia akan menghadiri pesta dansa. Dia memilih gaun merah yang indah yang membuatnya terlihat cantik. Dia mengenakan gaun baru tersebut dan menunjukkan kepada Alix untuk tahu pendapatnya tentang penampilan Perdita.

“Perdita was wearing the red dress they had bought in Manchester. The silk velvet was sumptuous in the soft lighting. And it turned the gold and garnet ornament she had around her neck into something more than a trinket. She looked magnificent.”(P.462)

Situasi di atas menggambarkan situasi ketika Perdita menunjukkan gaun barunya pada Alix, saudaranya. Warna merah membuat gaunnya terlihat elegan, dia memakai emas dengan hiasan garnet di lehernya membuat dia terlihat cantik. Ini adalah jenis gaya modern dan Perdita sangat menyukai gaun barunya. Gaun merah barunya dengan asesoris membuatnya terlihat cantik dan elegan, seperti apa yang dikatakan Alix di bawah ini.

“It’s perfectly lovely, and you do like nice, but grandmamma isn’t going to like it.

Oh well, I’ll just sit here and wait for the onslaught, Perdita said philosophically.’ At least I’ll have worn it for a bit. I don’t suppose they’ll take it back now, will they? Grandmama will lock it away or send it to the jumble sale, I suppose. I’ll spend the evening here with you, although that won’t seem very good manners, if neither of


(53)

us goes are you sure you won’t come? Why, you might meet the man of your life there.”(P.263)

Kutipan di atas adalah situasi ketika Alix mengomentari gaun baru Perdita. Dia pikir bahwa itu sangat bagus dan Perdita terlihat cantik. Tapi dia sadar bahwa jika nenek tahu tentang gaun Perdita, dia yakin nenek tidak akan menyukainya. Sebagai generasi konservatif, nenek tidak akan mengijinkan anggota keluarganya mengenakan gaun modern, karena dia berpikir bahwa itu tidak cocok untuk mereka. Tapi sebagai generasi muda, Perdita menyukai gaun barunya karena membuatnya merasa nyaman.

“’Well, well,’” said Sir Henry, looking his youngest granddaughter over with an approving eye. Is that the frock you bought in Manchester?

Do you like it? I do, although I’m not sure that your grandmother would consider it suitable.’

You won’t tell her about it? Never a word.” (P.265)

Kutipan di atas menunjukkan sebuah situasi ketika Sir Henry, kakek, memberikan pendapatnya tentang penampilan Perdita. Dia pikir bahwa gaun itu cocok untuk cucunya tapi dia juga menyadari bahwa nenek tidak akan menyukainya. Dia sangat tahu itu karena nenek adalah seorang yang konservatif yang tidak akan menerima perubahan, terutama apabila ia melihat cucunya sendiri yaitu Perdita mengenakan gaun yang bernuansa modern. Kakek yakin sekali bahwa nenek akan marah ketika dia tahu bahwa Perdita mengenakan gaun semacam itu. Dari kutupan di atas, dapat


(54)

dilihat bahwa neneknya yang merupakan seorang konservatif tidak bisa menerima perubahan sedangkan cucunya yang progresif ingin membuat perubahan dalam hidup mereka seperti dalam hal pakaian.

4.1.3. Tingkah Laku

Keluarga Richardson mendapat undangan pesta dansa. Kelihatannya seperti kabar bagus karena para anggota keluarga dapat datang untuk berpesta, tapi Alix tidak merasa nyaman untuk datang karena mereka akan pergi dengan nenek. Dia akan meminta cucu-cucunya untuk berbicara dan melakukan sesuatu berdasarkan perintahnya.

‘I (Alix) know, grandmamma will insist that I go and say I must sit and make conversation with the mothers and dowagers. I don’t want to talk to them, and they jolly well don’t want to talk to me. I can’t talk to many of governesses or servant or operations or who is having an affair with whom; I am not married. So I cramp their style’. (P.262)

Kita tahu dari kutipan di atas bahwa ada konflik antara nenek dan Alix. Kutipan tersebut menggambarkan kondisi ketika Alix membayangkan apa yang dia lakukan jika dia pergi ke pesta dansa bersama neneknya. Nenek akan menyuruhnya untuk berbincang-bincang dengan orang yang sama sekali tidak Alix suka. Dia pernah berbincang dengan ibu-ibui dan janda-janda terhormat dan dia sangat merasa tidak nyaman.


(55)

Topik pembicaraan antara ibu-ibu dan janda-janda terhormat pasti tentang guru privat yang mengajar anak-anak mereka. Mereka juga selalu berbicara tentang pembantu mereka, bagaimana cara mereka melayani, tentang makanan yang mereka sajikan dan semua tentang rumah, bahkan tentang percintaan yang terjadi antara mereka atau tetangga mereka seseorang. Jadi, jika Alix pergi ke pesta bersama nenek, dia harus berbicara dengan mereka dan membicarakan itu semua., meskipun dalam hati Alix, dia tidak suka itu semua. Biar bagaimanapun, nenek adalah seorang yang konservatif, dia akan melakukan apapun sesuai tradisi yang dia jaga termasuk pesta. Sangat berbeda dengan cucu-cucunya yang progresif, mereka mempunyai cara tersendiri untuk menikmati pesta, dan mereka sangat senang saat mereka tahu bahwa nenek tidak bisa datang ke pesta.

‘But do come Alix (going to dance party). Michael and Freddy are going to be there, you know you like them’

‘ I’ll remind grandmother of that ,’ she will glad I am not hobnobbing with such a dangerous pair’

‘what’s dangerous of them?’

They are young man therefore , dangerous to young woman, oh you know how she tis’.(P.262)

Kutipan di atas menggambarkan kondisi Alix yang memutuskan untuk tidak datang ke pesta, tapi Perdita membujuknya untuk datang. Dia tahu bahwa Alix menyukai teman barunya, mereka adalah Michael dan Freddy, dia menyukai mereka karena mereka telah menolongnya saat mendapat kecelakaan yang membuat kakinya patah. Mereka membawanya ke rumah, dia punya pandangan baik tentang mereka berdua.


(56)

Mereka sangat baik dan tampan, sebagai gadis muda sangatlah wajar ketika dia tertarik untu menjalin hubungan dengan pemuda meski dia tahu betul bahwa neneknya sangat tidak menyukai mereka.

Alix tahu betul bahwa nenek tidak menyukai mereka, dia tidak suka ketika Alix bergaul dengan mereka, dia pikir mereka adalah orang-orang yang berbahaya bagi cucu-cucunya, tapi Alix dan Perdita mempunyai pandangan yang berbeda tentang mereka, mereka pikir Michael dan Freddy bukanlah orang yang berbahaya, jadi Alix dan Predita bisa bergaul dengan mereka tanpa tanggapan buruk. Alix pikir berteman dengan orang lain baik laki-laki atau perempuan adalah sebuah pemikiran yang biasa, tidak ada sesuatu yang membahayakan tentang itu semua. Tapi faktanya, nenek mempunyai opini berbeda tentang itu, jadi dia terus memperhatikan apapun yang dilakukan cucu-cucunya.

‘Alix you must come now, don’t you see it will be much more fun if grandmamma isn’t there disapproving of us? A lot of people will sit out with you and chat, you know they will.’

‘Yes, do come. Edwin said. I shan’t dance more politeness dictates we can sit together and pass judgments on the dancing couple’ (P. 264).

Data di atas menunjukkan bahwa Perdita masih membujuk Alix untuk datang ke pesta dansa, dia sangat bahagia ketika tahu bahwa nenek tidak bisa ikut dan akan diam di rumah semalaman. Ini merupakan kabar gembira bagi cucu-cucunya, mereka bisa menikmati pesta dengan cara mereka sendiri, mereka akan berbincang dengan


(57)

banyak orang, mereka bisa berbincang dengan siapapun yang mereka mau dan lebih menyenangkan tanpa ada nenek di samping mereka saat pesta dansa.

Edwin (kembaran Alix) pun membujuknya, dia juga merasa nyaman tanpa nenek di sampingnya, dia dapat berdansa seperti yang dia mau, berdansa dengan gayanya tanpa peduli dengan kesopanan dan perintah yang biasa nenek minta. Situasi akan sangat berbeda jika nenek ikut ke pesta, cucu-cucunya tidak dapat menikmati pesta karena nenek akan mengawasi tingkah laku cucu-cucunya. Sebagai seorang yang komserfatif, nenek memiliki caranya sendiri untuk menikmati pesta. Dia akan duduk dan berbincang dengan ibu-ibu, janda-janda terhormat, guru-guru privat atau pelayan, atau mereka akan membicarakan percintaan siapa dengan siapa. Itu adalah gaya nenek untuk menikmati pesta, tapi cucu-cucunya, Alix, Edwin dan Perdita punya cara mereka sendiri untuk menikmati pesta. Mereka akan berbicara dengan siapapun yang dia mau, mereka akan makan apapun yang mereka mau dan bergaul dengan siapapun tanpa peduli dengan peraturan dalam menikmati pesta. Mereka bisa melakukan itu semua karena mereka adalah orang-orang progresif yang akan menikmati kehidupan dengan cara mereka.

4.1.4 Pendidikan

Ada perbedaan sudut pandang tentang pendidikan dalam keluarga Lady Richardson. Nenek ingin mengirim Perdita ke sekolah, dia pikir yang terbaik untuk Perdita tanpa menanyakan sekolah mana yang dia inginkan. Alix, Edwin, dan Lidya, teman perempuan Edwin, berbicara tentang kehidupan Perdita di masa depan dan


(1)

65

mereka inginkan. Sedangkan nenek mereka tidak lagi dihormati dan tidak meiliki power untuk mengatur cucu-cucunya. dengan hilangnya power yang dimiliki oleh nenek, hal ini menandai kalahnya pemikiran konservatif yang dimilikinya, semua permasalahan ini disebabkan karena konservatif tidak menerima perubahan karena perubahan itu menyakitkan, akan tetapi perubahan adalah suatu keniscayaan.

5.2. Saran

Konflik merupakan sebuah topik yang menarik untuk dijadihan sumber dalam penulisan sebuah penelitian. Dalam penelitian ini ditemukan banyak konflik yang terjadi dalam novel The Frozen Lake yang ditulis oleh Elizabeth Edmondson. Oleh karena itu, bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti karya sastra, mereka dapat menganalisisnya dengan memulainya menguasai unsure-unsur intrinsic mulai dari plot, karakter, dan konflik.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Bloom, Clive. 1993. Literature and Culture in Modern Britain Volume One:1900-1929.New York: Longman Publishing.

C.Miller, Delbert dan Neil J.Salkind. 2002. Handbook Of Research Design and social Measurement 6th Edition. California: Sage Publications.inc.

DeGenova, Mary Key. 2002. Intimate Relationship, Marriages and Family. New York: The McGraw-Hill Companies. Inc.

Edmondson, Elizabeth. 2005. The Frozen Lake .London: Harper Collins Publishers.

Eitzen, Stanley D., Maxine Baca Zinn, Smith, dan Kelly Eitzen .2009. In Conflict and Order:

Understanding Society. Canada: Pearson Education Canada.

Ford,Boris. 1989. The Edwardian Age and The Inter-War Years. New York: The Press of The University of Cambridge.

Perrine, Laurence. 1995. Literature, Structure, Sound and Sense. Orlando: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1956. Theory of Literature. Orlando: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Gyford,Phil.“ProgressiveChange”.http://www.gyford.com/phil/uhcl/social_change/progressive.p df diakses pada tanggal 13 Februari 2000.


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi

Nama : Sulistia Megawati

Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 23 Juli 1989

Nomor Induk Mahasiswa : 63707004

Jurusan : Sastra Inggris

Jenis Kelamin : Wanita

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : islam

Nomor Telepon : 08572056593

Alamat : Komp. Pandanwangi Blok P.21 Bandung.

Alamat E-mail : chumeg_thea@yahoo.co.id

Status Perkawinan : Lajang

Orangtua

a. Ayah : KARSITO


(4)

72

Alamat : Kp.Kubangkondang, Ds.Kubangkondang, Kec.Cisata, Kab. Pandeglang,Banten.

b. Ibu : AWANAH

Pekerjaan : Guru (Pegawai Negeri Sipil)

Alamat : Kp.Kubangkondang, Ds.Kubangkondang, Kec.Cisata, Kab. Pandeglang,Banten

B. Pendidikan Formal

No Tahun Sekolah

1 1993 – 1995 TK Aisyiyah Bustanul Atfal

2 1995 – 2001 MI Muhamadiyah kubang kondang 3 2001 – 2004 MTS Mathlaul Anwar

4 2004 – 2007 SMU Negeri 4 Pandeglang

5 2007 – sekarang Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris Universitas Komputer Indonesia Bandung


(5)

73

C. Pendidikan Informal

NO PROGRAM TEMPAT TAHUN

1. Kursus Bahasa Inggris Oxford Course Banten 1999 2 Pelatihan ELITE 07 UNIKOM Bandung 2007 3 Kegiatan “Mentoring

Keislaman Unikom”

UNIKOM Bandung 2007 4 Muslimah Exhibition

“Islamic Wedding Fair”

UNIKOM Bandung 2010 5 Seminar “Translating and

Interpreting Workshop”

Jatinangor Bandung 2010 6 Seminar “Copywriting” UNIKOM Bandung 2010 7 Diskusi Internal Sastra

Inggris

UNIKOM Bandung 2010

8 Seminar “Trend

Cyberpreneurship 2011”

UNIKOM Bandung 2011 9 Seminar “Road to success of

a Movie Maker”

UNIKOM Bandung 2011 10 Seminar “Islam, Women,

and Polotic: Membangun Trend Baru Kontribusi Politik Perempuan”

UNIKOM Bandung 2011

11 Seminar “Perempuan Dari Titik Nol”

DKM UNPAD Bandung 2011 12 Seminar “Evaluasi Belajar

Mengajar”

UNIKOM Bandung 2011 13 Seminar“Feminist,Feminine

and Text”


(6)

74

D. Organisasi dan Pengalaman

No Tahun Organisasi

1 2004-2005 Anggota PMR(Palang Merah Remaja) di SMAN 4 Pandeglang

2 2007-2008 Anggota HIMA SAIS UNIKOM Bandung 3 2007-sekarang Anggota PSM UNIKOM

E. Pengalaman

Ada beberapa pengalaman yang saya dapatkan selama penulis belajar, diantaranya adalah:

a. Menerjemahkan dari Inggris ke Indonesia dan sebaliknya. b. Public Speaking

c. Komputer

d. Commercial English

Bandung, Juli 2011