Uji Komposisi Hasil Pengamatan Struktur Mikro

45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Uji Komposisi

Uji komposisi dilakukan untuk mengetahui presentase unsure kimia yang terkandung pada bahan Stainless Steel 304. Hasil uji komposisi yang dilakukan di laboratorium PT. Itokoh Ceperindo disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Uji Komposisi Stainless Steel 304 No. Unsur Persentase 1 Fe 70,7626 2 S 0,009 3 Al 0,0063 4 C 0,0528 5 Ni 7,7284 6 Nb 0,0394 7 Si 0,3229 8 Cr 18,1570 9 V 0,091 10 Mn 1,6729 11 Mo 0,3891 12 W 0,0364 13 P 0,0322 14 Cu 0,3950 15 Ti 0,0010 20 N 0,0706 21 B 0,0005 22 Pb 0,013 23 Sb 0,0191 24 Ca 0,0004 25 Mg 0,0103 26 Zn -0,037 27 Co 0,1524

2. Hasil Pengamatan Struktur Mikro

Pengamatan struktur mikro yang dilakukan di Laboratorium Metalurgi DIII Teknik Mesin UGM bertujuan untuk mengetahui struktur mikro yang terkandung pada HAZ, logam induk dan daerah lasan. Gambar 4.1 Struktur Ferrite dan Pearlite pada Stainlees Steel 304 pembesaran 75x Metals Handbook 8 th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial Alloys Gambar 4.2 Fase Austenit yang terdiri dari struktur Ferrite pembesaran 500x Metals Handbook 8 th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial Alloys Pada Gambar 4.1 terdapat struktur ferrite dan pearlite pada stainlees steel 304. Struktur ferrite pada bagian yang gelap dan pearlite pada bagian yang cerah. Struktur ferrite terbentuk akibat konsentrasi karbon dan panas yang tinggi pada HAZ akan mendorong difusinya karbon dari HAZ ke sisi stainless steel dan membentuk Cr Carbida pada HAZ. Dikutip dari forum diskusi pada situs migas-indonesia.com, bahwa proses pembentukan ferrite mencakup hal berikut : a. Driving force process difusi adalah panas Heat input dari proses pengelasan dan perbedaan konsentrasi wt atom. b. Heat input dari proses pengelasan mengakibatkan Cr mengalami difusi. c. Daerah yang kaya Cr bertransformasi dari austenite ke ferrite karena Cr adalah penyetabil ferrite. Pearlite terbentuk diawali dengan tumbuhnya inti sementit pada batas butir austenit. Sementit tumbuh dengan kadar karbon 6.67 diperlukan sejumlah karbon yang diperoleh dari austenit disekitarnya, yang mengeluarkan karbon untuk dapat menjadi Ferrite. Karbon akan menyebar ke sekeliling dan membentuk lapisan-lapisan. Proses ini berlangsung terus menerus sehingga akan diperoleh struktur yang berlapis-lapis lamellar yang terdiri dari ferrite dan sementit yang disebut pearlite. Gambar 4.3 Fase Austenit yang terdiri dari Grain boundaries pembesaran 200x Metals Handbook 8 th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial Alloys Gambar 4.4 Fase Austenit yang terdiri dari Grain boundaries pembesaran 1000x Metals Handbook 8 th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial Alloys Gambar 4.5 Fase Austenit yang terdiri dari Grain boundaries Metals Handbook 8 th Edition Vol.7 Atlas of Microstructures of Industrial Alloys Berikut ini hasil foto mikro yang dilakukan dengan pembesaran 500x memperoleh 3 jenis data pada setiap spesimennya, yaitu logam induk, HAZ dan logam las. a. Logam Induk pembesaran 200x Gambar 4.6 Foto Mikro Logam Induk tanpa preheating Gambar 4.7 Foto Mikro Logam Induk preheating 100 o C Gambar 4.8 Foto Mikro Logam Induk preheating 200 o C Gambar 4.9 Foto Mikro Logam Induk preheating 300 o C Pada struktur mikro logam induk tampak jelas terdiri dari ferrite, pearlite dan grain boundaries ferrite. Perbedaan pada setiap spesimen adalah susunan ferrite yang terdapat di dalamnya. Pada Gambar 4.6 tersusun oleh struktur ferrite halus dan grain boundaries ferrite. Struktur mikro logam induk pada Gambar 4.6 - 4.7 - 4.8 susunan ferrite yang terbentuk lebih kasar dan pekat. Gambar 4.9 menunjukkan struktur ferrite, ferrite halus dan austenite grain boundaries. b. Logam Las Gambar 4.10 Foto Mikro Logam Las tanpa preheating Gambar 4.11 Foto Mikro Logam Las preheating 100 o C Gambar 4.12 Foto Mikro Logam Las preheating 200 o C Gambar 4.13 Foto Mikro Logam Las preheating 300 o C Foto mikro logam las pada Gambar 4.10-4.12-4.13 tersusun oleh dendritic dengan didominasi oleh delta ferrite pada austenite matrix. Pada Gambar 4.12 susunan austenite grain boudaries lebih rapat-rapat yang diisi oleh struktur ferrite. Gambar 4.11 menunjukkan struktur widmanstantten ferrite yang berbentuk garis-garis tidak beraturan. Gambar 4.13 menunjukkan adanya pengaruh panas yang tinggi yang mengakibatkan terjadinya sensitasi yang mengakibatkan daerah berwarna kecoklatan. Ferrite yang ditandai oleh garis-garis yang tebal menandakan semakin tinggi nilai kekerasan namun bahan semakin getas. c. HAZ Gambar 4.14 Foto Mikro HAZ tanpa preheating Gambar 4.15 Foto Mikro HAZ preheating 100 o C Gambar 4.16 Foto Mikro HAZ preheating 200 o C Gambar 4.17 Foto Mikro HAZ preheating 300 o C Gambar 4.14-4.15-4.16-4.17 adalah hasil foto mikro HAZ. Pada Gambar 4.14-4.15 –4.16-4.17 terdapat struktur mikro yang hampir sama yaitu Austenit grains dan ferrite. Perbedaannya adalah pada Gambar 4.17 terlihat pada susunan ferrite yang lebih kasar dengan austenite grains yang diakibatkan oleh sensitasi yang bersumber dari heat input yang terjadi pada saat proses pengelasan. Sensitasi adalah sebuah fenomena yang terjadi dalam stainless steel yaitu ketika stainless steel mencapai suhu 900 - 1400 ºF 482 - 760 ºC terbentuk chromium carbides Cr 23 C 6 sepanjang butiran austenit. Hal ini terjadi karena hilangnya chromium Cr dari butiran austenitic sehingga menurunkan ketahanan korosi dari lapisan pasif, sehingga terjadi pengendapan krom karbida sepanjang batas butir Stainless Steel. protective passive film. Kejadian ini disebut sensitisasi sensitization atau disebut juga kerusakan las weld decay karena biasanya terjadi selama proses pengelasan disekitar HAZ ketika dipanaskan. Oleh karena itu, dampak terbentuknya ada Gambar 4.17 terlihat corak kecoklatan pada sekitar austenite grains.

3. Hasil Uji Tarik

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Plat Netral Jenis Stainless Steel En Series 58A (AISI 302 B) Pada Dry Cell Pada Pemisahan H2(g) DAN O2(g) Dari H2O(l)

0 29 65

Pengaruh Suhu dan Waktu Pengempaan Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Urea Formaldehida

1 64 71

Pengaruh Suhu dan Waktu Pengempaan terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Limbah Batang Kelapa Sawit dengan Perekat Isosianat

5 59 68

Restorasi Stainless Steel Crown Open Face Pada Gigi Molar Sulung

1 20 37

PENDAHULUAN Pengaruh Preheating Pada Cetakan Permanen Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Besi Cor Kelabu.

0 5 5

PENGARUH PREHEATING PADA CETAKAN PERMANEN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Pengaruh Preheating Pada Cetakan Permanen Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Besi Cor Kelabu.

0 3 20

PENELITIAN STAINLESS STEEL 304 TERHADAP PENGARUH PENGELASAN (GAS TUNGSTEN ARC WELDING (GTAW) UNTUK Penelitian Stainless Steel 304 Terhadap Pengaruh Pengelasan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) Untuk Variasi Arus 50 A,100 A dan 160 A Dengan Uji Komposisi Ki

0 2 15

TUGAS AKHIR Pengaruh Pengelasan GTAW dengan Variasi Arus 50 A, 100 A, 250 A Berpendingin Air dan Udara pada Stainless Steel 304 terhadap Sifat Fisis dan Mekanis.

2 7 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pengelasan GTAW dengan Variasi Arus 50 A, 100 A, 250 A Berpendingin Air dan Udara pada Stainless Steel 304 terhadap Sifat Fisis dan Mekanis.

1 8 4

Analisa Pengaruh Variasi Arus Pengelasan GTAW pada Material Plat SS 400 Disambung Dengan Material Plat SUS 304 Terhadap Sifat Mekanis

0 0 8