Membumikan Alquran Aplikasi Nilai nilai

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai-nilai
Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Minggu, 8 Jun 2014 - 06:11 WIB

 
 

 
1. PENDAHULUAN

Setiap manusia yang beriman sungguh yakin bahwa mereka adalah zuriyat Nabi Adam
‘Alahis Salam. Hakikat ini tidak dapat diingkari sebab ia tertera di dalam Al-Quran :

Kami berfirman : Turunlah kamu semuanya dari syurga itu! Kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak
ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Al-Baqarah : 38)

Menurut Imam Ibnu Katsir [1] : Allah SWT menegaskan dalam ayat di atas bahwa Dia
telah mengusir Iblis, Adam dan Hawa dari syurga, lalu mereka diturunkan ke bumi.
Kepada mereka didatangkan petunjuk dengan maksud para Rasul dan Kitab-Kitab dari
langit silih berganti. Menurut Muqatil bin Hayyan : Petunjuk dengan maksud Nabi
Muhammad SAW dan menurut Al-Hasan pula petunjuk dengan maksud Al-Quran.
Kedua-dua pendapat tersebut sahih. Barangsiapa mengikuti Nabi Muhammad SAW dan
Al-Quran maka mereka tidak perlu takut menghadapi Hari Akhirat, dan mereka tidak
perlu bersedih hati terhadap dunia yang mereka tinggalkan.
Allah SWT menyatakan bahwa tujuan Dia menciptakan jin dan manusia agar mereka
mengabdikan dirinya kepada Allah. Firman-Nya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (Al-dzaariyat : 56 )
http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

1/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id


Allah yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana tidak akan membiarkan makhluk-Nya,
khususnya manusia supaya mencari jalan sendiri untuk menjalankan tugasnya sebagai
Khalifah Allah di atas muka bumi. Dia telah menurunkan petunjuk-Nya agar dijadikan
panduan atau pedoman. Dan bagi umat akhir zaman tentu saja maksud petunjuk itu
ialah Nabi Muhammad SAW dan Al-Quran.
Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar memasuki Islam secara
menyeluruh dan melarang mereka mengikuti Syaitan. Firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu. (Al-Baqarah : 208)
Syed Qutub RH berkata [2] : Dalam ayat di atas Allah memanggil orang-orang yang
beriman agar memasuki Islam secara menyeluruh dan pada masa yang sama melarang
mereka mengikuti jejak langkah syaitan. Ini memberi isyarat bahwa jalan terbentang
dihadapan manusia di bumi ini hanya dua jalan saja, iaitu Jalan Islam dan Jalan Syaitan.
Perkataan Syaitan berasal dari perkataan “syathana” yang artinya “ba’uda” iaitu “jauh”.
Oleh itu, menurut ulama Aqidah makna Syaitan : Ba’iidun ‘An Al-Haq : Segala yang

ingin menjauhkan manusia dari kebenaran. Sedangkan Al-Haq pula segala yang datang

dari Allah SWT. Ini sebagaimana firman Allah:
Kebenaran (Al-Haq) itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah : 147)
 
1. KEWAJIBAN UMAT ISLAM TERHADAP AL-QURAN:

Tujuan utama Al-Quran diturunkan oleh Allah adalah untuk dijadikan petunjuk. Ini
sebagaimana dinyatakan oleh Allah di dalam firman-Nya :

(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanhttp://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

2/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (AlBaqarah : 185)
Dr. Ahmad Asrar di dalam kitabnya berkata [3] : Ada lima kewajiban umat Islam terhadap

Al-Quran, iaitu :
1. ( ‫ﻪ‬

ْ ‫ ) ﻹ‬: Beriman kepada Al-Quran

2. ( ‫ ) ﻼ ـﻪ‬: Membaca Al-Quran.
3. ( ‫ﻪ‬
ْ

4. ( ‫ﻪ‬
5. (

) : Memahami Al-Quran.
‫ ) ﻌ‬: Mengamalkannya.

ْ‫ﺮ‬

‫ ) ْ ْ ﻐﻪ ﺇ ﻰ‬: Menyampaikannya kepada orang lain.

Sungguh tepat pandangan di atas. Al-Quran diturunkan oleh Allah bukan hanya untuk

dibaca atau dilagukan tetapi lebih dari itu untuk dijadikan pedoman. Dan adalah
mustahil Al-Quran dapat dijadikan pedoman atau panduan tanpa terlebih dahulu
difahami maknanya.
Dr. Ahmad Asrar menambahkan dalam kitabnya yang sama : Menurut bahasa walaupun
makna “Tilawah” sama dengan makna “Qira-ah”, namun sebenarnya makna “Tilawah”
lebih mendalam dari makna “Qira-ah”. Maksudnya :Jika kita membaca sesuatu, lalu si
pembaca mempunyai pilihan, apakah dia ingin mempercayai atau tidak mempercayai
apa yang dibacanya, apakah dia ingin mematuhi suruhan dan larangan apa yang
dibacanya, maka itu namanya “Qira-ah”. Contohnya seperti membaca : Surah Kabar
(Koran), Majalah dan lain. Tetapi jika seseorang membaca sesuatu, lalu dia tidak
mempunyai pilihan terhadap apa yang dibacanya, dia mesti laksanakan jika suruhan, dan
dia mesti jauhi terhadap larangannya, maka itu namanya “Tilawah”. Atas sebab itulah
maka istilah “Tilawah” hanya khusus untuk Al-Quran. Itulah sebabnya di dalam AlQuran sungguh banyak suruhan membaca Al-Quran dengan menggunakan ungkapan
“Utlu”, iaitu bentuk perintah dari kata dasar “Tilawah”, contohnya:

Dan bacalah apa yang diwahyukan kepadamu, iaitu Kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak
ada (seorangpun) yang dapat merobah Kalimat-Kalimat-Nya. (Al-Kahfi : 27)
Para Mufassirin mengartikan “Tilawah” dengan “Ittibaa'”, iaitu mengikuti. Jadi maksud
ayat di atas : [4] Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu, iaitu dengan
http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/


3/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

mengetahui dan memahami maknanya, membenarkan perkhabarannya, melaksanakan
suruhannya dan menjauhi larangannya.
1. BACALAH AL-QURAN :

Ayat pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah lima ayat pertama dari
Surah al-‘Alaq :
 

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran Qalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya. (Al-‘Alaq: 1-5)
Syeikh Al-Maraghiy berkata [5] : Maksud “Iqra'” disini ( ‫ﻘﺮ ء‬


‫ﻪ‬

‫ﺃ ْﺮ‬

ْ ‫ ) ْﻌ‬:

Lakukanlah apa saja yang kamu diperintahkan dari bacaan itu.
Sebahagian Mufassirin menegaskan bahwa kitab yang mesti dibaca oleh setiap manusia
di dalam ayat di atas, ada dua jenis kitab, iaitu :
1. ( ٌ ‫ٌ ﻨ ﱠﺰ‬

‫ ) ﻛ‬: Kitab yang diturunkan. Al-Quran kitab yang diturunkan untuk menjadi panduan

bagi umat akhir zaman. Membaca kitab jenis ini dengan maksud membacanya, memahami,
merenung, mengambil pengajaran dan mengamalkannya.
2. ( ٌ ْ ْ
ٌ

‫ ) ﻛ‬: Kitab yang diciptakan Allah. Segala ciptaan Allah, apakah alam binatang, alam


tumbuh-tumbuhan, bulan, bintang, dasar laut, perut bumi. Membaca kitab makhluk dengan
maksud “research”, membuat kajian, dan penyelidikan.

Allah ‘Azza Wa Jalla Maha Mengetahui tentang kemaslahatan manusia sebab Dia-lah
mencipta mereka. Maka sewajarnya manusia membaca “Kitab Munazzal” lebih dahulu
sebelum mereka membaca “Kitab Makhluk”. Segala panduan untuk kebaikan manusia
tertera dengan lengkap di dalam Al-Quran. Segala suruhan yang termaktub dalam alQuran mesti membawa kebaikan, sedangkan sebaliknya segala larangannya pasti
membawa keburukan jika dilanggar. Allah SWT sebagai Pencipta manusia mengetahui
segala-galanya.
http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

4/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

Sebaliknya jika manusia justeru lebih dahulu membaca dan mendalami “Kitab Makhluk”,
sedangkan “Kitab Munazzal” pula diabaikan. Atau jika manusia berinteraksi dengan

“Kitab Munazzal” hanya dalam bidang bacaan, walaupun dilagukan dengan suara yang
merdu, tetapi tidak memahami maksud kandungannya, maka tidak mustahil mereka
akan sesat dari kebenaran.
Sebagai contoh : Berapa banyak manusia, hatta dari kalangan umat Islam yang
menyokong “Teori Evolusi” ciptaan Darwin yang kononnya manusia berasal dari
monyet, padahal di dalam al-Quran begitu jelas Yang Maha Pencipta menegaskan
bahawa manusia berasal dari Adam dan Adam pula dicipta dari tanah, dan selanjutnya
zuriyatnya dicipta dari nutfah (sperma), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) dan
kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging).
Allah SWT berfirman :
 

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, (Al-Hajj : 5)
Inilah akibatnya apabila manusia lebih menumpukan kajiannya kepada Kitab Makhluk
tetapi jahil terhadap Kitab Munazzal. Dan akhirnya mereka terjerumus di dalam

kesesatan.
Sikap mengabaikan Al-Quran pernah menjadi kebimbangan Rasulullah SAW sehingga
Baginda SAW mengadu kepada Allah sebagaimana tercantum di dalam al-Quran:

Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu
yang tidak diacuhkan”. (Al-Furqan : 30)
            Imam Ibnu Kathir berkata [6] : Dalam ayat ini Nabi Muhammad SAW mengadu
http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

5/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

kepada Allah SWT tentang sikap kaumnya yang enggan memberi keutamaan kepada AlQuran. Mereka enggan mendengarnya, enggan memahami kandungannya, enggan
melaksanakan kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Imam Ibnu Al-Qayyim berkata [7] : “Hajr al-Quran” iaitu mengabaikan al-Quran atau
tidak mengacuhkan al-Quran mempunyai beberapa maksud, iaitu :
1. Tidak mau mendengar al-Quran dan enggan beriman dengannya.

2. Enggan mengamalkannya, walaupun bagus bacaannya dan beriman kepadanya.
3. Enggan menjadikannya sebagai sumber hukum.
4. Enggan memahami dan tadabbur kandungannya.
5. Enggan menjadikannya sebagai penawar bagi segala penyakit hati.

Semua jenis keengganan di atas termasuk ke dalam “Hajr al-Quran” atau tidak
mengacuhkan Al-Quran, walaupun sebahagian keengganan itu lebih ringan
dibandingkan dengan sebahagian keengganan yang lain.
1. BENTUK-BENTUK PENGABAIAN AL-QURAN :

Jika kita teliti secara sadar atau tidak, gejala pengabaian terhadap al-Quran sungguh
banyak dilakukan oleh umat Islam dalam semua peringkat, antaranya :
1. Golongan Masyarakat Umum.

Kita sudah biasa menyaksikan bagaimana al-Quran sekedar disimpan di dalam almari
atau disusun dalam perpustakaan peribadi tanpa dibaca. Dan kalaupun dibaca dan
dilagukan, tetapi tidak dikaji isi kandungannya atau diamalkan dalam reliti kehidupan.
1. Golongan Intelektual Muslim.

Kita dapat saksikan bagaimana isi al-Quran disampaikan kepada umat secara selektif dan
bergantung kepada apa yang telah ditetapkan oleh pihak pemerintah. Ia disempitkan
hanya berkisar tentang masalah yang berkaitan akidah, ibadat, ahklak dan perkaraperkara yang berkaitan dengan “ruhiyah” yang berkaitan dengan dalaman dan hati.
Mereka hanya memandang al-Quran sebagai kitab suci yang perlu dijaga fisikalnya,
tetapi pada masa yang sama mereka membelakangi segala hukum hakam bernegara yang
http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

6/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

telah diperintahkan oleh Allah SWT seperti ayat-ayat berkaitan hudud, qisas dan lainlain.
1. Golongan Penguasa.

Pengabaikan golongan ini terhadap al-Quran adalah lebih ketara lagi. Al-Quran
langsung tidak dijadikan rujukan hukum dan sumber. Para penguasa enggan untuk
menerapkan hukum-hakam Allah di dalam al-Quran ini, tetapi sebaliknya lebih rela
untuk menerapkan hukum-hakam skular buatan manusia. Ini semua adalah bukti nyata
tentang pengabaian mereka terhadap al-Quran.
Allah SWT berfirman:

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ?
Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari
thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya. (An-Nisaa’ : 60)
 
1. MEMBUMIKAN AL-QURAN:

Ungkapan “Membumikan al-Quran” secara implisit atau kiasan mengandungi makna
bahwa al-Quran kini masih “Melangit” sehingga perlu dibumikan. Perkataan

“Membumikan al-Quran” memberi isyarat betapa “jauhnya” al-Quran dari kenyataan
kehidupan yang kita hadapi. Padahal idealnya al-Quran itu seharusnya “dekat” dengan
kita. Jadi “membumikan al-Quran” mengandungi pengertian adanya upaya untuk
mewujudkan “yang jauh” menjadi “yang dekat”.
Agar dapat mewujudkan kondisi “Membumikan al-Quran” yang ideal diperlukan upaya
konkrit yang mendasar berupa aktiviti memahami dan menerapkan al-Quran di dalam
realiti kehidupan. “Memahami” al-Quran adalah aktiviti yang pertama, sedangkan
buahnya adalah penerapan dalam kenyataan kehidupan. Barangkali dari sinilah, maka

“Membumikan al-Quran” dapat diartikan sebagai upaya memahami dan menerapkan alhttp://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

7/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

Quran secara sempurna dalam realiti kehidupan.
Membumikan al-Quran adalah mengembalikan al-Quran pada kedudukan dan fungsi
sebenarnya, iaitu dengan cara mengaplikasikan seluruh syari’at atau nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Usaha suci ini tidak akan tercapai tanpa keberadaan Negara

Islam sebagai institusi yang menjamin pelaksanaannya secara menyeluruh dalam
kehidupan individu dan masyarakat.
Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (Al-Isra’: 9)
Allah SWT menegaskan di dalam ayat ini bahwa al-Quran adalah petunjuk, sumber
segala hukum, iaitu seluruh keyakinan, peraturan, norma, pandangan hidup dan cara
berfikir kaum Muslimin haruslah bersumber dari al-Quran, tidak hanya dalam kehidupan
individu saja, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagi seorang Muslim Mukmin kitab Al-Quran adalah pusaka yang sangat agung untuk
dijadikan pedoman dalam kehidupan. Al-Quran adalah buku petunjuk ke jalan yang
benar. Bagi mereka yang memahami hakikat ini dan melaksanakannya dalam kehidupan
seharian, apakah secara individu, ketua masyarakat, ketua negara dan lain-lain maka
mereka akan selamat dalam menjalani kehidupan di dunia yang sementara ini.
Namun demikian, jika ditanya apakah sudah cukup dengan berpandukan al-Quran saja?
Maka jawabannya sudah pasti tidak ! sebab dalam Islam ada dua sumber utama yang
wajib diikuti, iaitu Al-Quran dan Al-Hadis. Kedua-duanya tidak boleh dipisahkan.
Allah SWT berfirman:

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah
dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.(Al-Ahzab : 36)
http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

8/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

Ayat ini menegaskan bahwa Mukminin dan Mukminat tidak ada pilihan dalam hidup ini
kecuali mematuhi ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang tidak berbuat demikian,
maka mereka terjerumus di dalam kesesatan. Wal ‘Iyadzu Billah.

 
1. BEBERAPA CONTOH MEMBUMIKAN AL-QURAN:

Diantara bukti nyata bahwa al-Quran belum dibumikan dan betapa jauhnya sikap Umat
Islam terhadap ajaran Allah SWT yang termaktub di dalam Al-Quran, ialah:
1. Anjuran membaca.

Ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW adalah lima
ayat pertama dari Surah al-‘Alaq. Ia memberi isyarat bahwa Islam sangat mementingkan
dan menggalakkan aktiviti tulis baca. Namun sangat disayangkan, justeru umat Islam lah
umat yang paling malas membaca.
1. Pengurusan masa.

Allah bersumpah dengan “Demi Masa” dalam surah al-‘Asr “. Ia menunjukkan betapa
Islam sangat mengambil berat yang berkaitan dengan “Pengurusan Masa”. Jika orang
Barat selalu dikatakan bangsa yang sangat hebat menjaga masa sehingga timbul pepatah
: Don’t wait tomorrow what you can do today ! Jangan kamu tunggu esok apa yang kamu
bisa lakukan hari ini ! Namun jika kita kaji maka Islam lebih hebat dari itu. Abdullah Bin
Umar RA berkata : ( ‫ﱠ ﺡ‬
‫ﻼ ْﻨ ﻈﺮ‬
‫ﺤ‬
ْ ‫ﻼ ْﻨ ﻈﺮ ﺴ ء ﺇﺫ ﺃ ْ ﺴ‬
ْ ْ ‫ ” ) ﺇﺫ ﺃ‬Jika kamu
berpagi-pagi, maka jangan kamu tunggu petang. Dan jika kamu sedang berpetang-

petang, maka jangan kamu tunggu pagi”. (Riwayat Imam Bukhari). Lagi-lagi sangat
disayangkan justeru umat Islam yang banyak membuang masa.
1. Cinta ilmu pengetahuan.

Islam agama ilmu, bukan agama warisan nenek moyang. Islam telah meletakkan
kedudukan orang yang berilmu begitu tinggi. Lebih-lebih lagi Ilmu Al-Quran dan AlHadis. Allah berfirman : (Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Alhttp://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

9/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

Mujadilah : 11). Salaf Soleh berkata : Ilmu ialah apa yang Allah firmankan dan apa yang
Rasul-Nya sabdakan. Rasulullah SAW bersabda : Orang yang paling baik dari kalangan
kamu ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarnya kepada orang lain. (HR
Bukhari)
Sungguh banyak contoh-contoh lain, antaranya tentang : Kebersihan, Disiplin, Amanah,
Bekeja keras atau Rajin Berusaha, Berkata Benar, Berbaik sangka dan lain-lain.
Walaupun semua itu termaktub suruhannya di dalam al-Quran, tetapi sungguh banyak
umat Islam yang tidak melaksanakannya, tetapi sebaliknya sungguh banyak larangan alQuran justeru dilanggar.
Malahan yang lebih mengherankan lagi justeru suruhan dan larangan yang terdapat di
dalam al-Quran justeru banyak dipraktekkan oleh Non Muslim alias Kuffar dalam realiti
kehidupan mereka. La Haula Wa Laa Quwwata Illa BilLaah al-‘Aliy al-‘Azim.
 
KESIMPULAN :
Berdasarkan beberapa fakta di atas, maka berikut ini akan diambil beberapa kesimpulan,
antaranya :
1. Setiap umat Islam wajib yakin tanpa sedikitpun keraguan bahwa semua ketetapan Allah SWT di
dalam al-Quran adalah benar belaka. Khususnya mereka yang ingin mencapai derjat al-Muttaqin.
Allah berfirman:

Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
(Al-Baqarah : 2 )
2. Insan yang paling tepat untuk dijadikan “Rule Model” atau contoh teladan adalah Nabi
Muhammad SAW. Sebab hanya baginda yang ma’shum dan tidak pernah salah. Allah berfirman :

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (AlAhzab : 21)

http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

10/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

3. Islam bukan hanya ibadat mahdhah dalam arti kata ritual seperti solat, puasa, zakat, haji, umrah
tetapi Islam adalah “Way Of Life” atau Cara Hidup. Islam telah mengatur segalanya. Jalan yang
terbentang di hadapan manusia hanya dua saja, iaitu : Jalan Allah dan Jalan Syaitan. Allah
berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan 
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh     yang
nyata bagimu. (Al-Baqarah : 208)
4. Perintah Allah dalam ayat di atas agar orang-orang yang beriman masuk Islam secara “Kaaffah”
yakni menyeluruh, secara implisit (tersirat) kita dilarang memasuki Islam setengah-setengah.
Oleh itu, jika di dalam kehidupan di dunia ini kita sedang tidak mengikuti ajaran Islam, maka itu
secara tidak langsung kita sedang berada di atas Jalan Syaitan. Padahal Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (Al-Isra’ : 53)
5. Setiap hari umat Islam memohon “Shirat al-Mustaqim” yakni Jalan Lurus minimal tujuh belas
kali dalam sehari. Jalan Lurus adalah Jalan Allah dan Jalan Rasul, atau dengan kata lain Al-Quran
dan Al-Hadis. Hakikat ini begitu jelas diterangkan di dalam Al-Quran.

            Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu
mencerai beraikan kamu dari jalannya. (Al-An’am : 153)
Sesungguhnya kamu (Muhammad) salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) diatas
jalan yang lurus, (Yasin : 3-4)
6. Dalam persoalan Aqidah (Keyakinan) dan Ibadat Mahdhah (Ibadah Khusus) seperti solat, puasa,
zakat dan lain-lain sudah ditetapkan oleh Al-Quran dan Al-Sunnah secara terperinci. Adapun
hal-hal yang berkaitan keduniaan atau mu’amalat, Al-Quran dan Al-Sunnah hanya memberi
panduan secara global atau umum. Rasulullah SAW bersabda :

            ” Kamu lebih tahu tentang urusan dunia kamu ” . ( HR Muslim )

http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

11/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

7. Allah SWT menyuruh orang-orang yang beriman supaya patuh kepada Allah, Rasul-Nya dan Ulil-

Amri. Ulil Amri ditafsirkan sebagai Umara’ dan ‘Ulama’. Umara’ : pemimpin dalam hal keduniaan,
seperti Gubernur, Bupati, Camat. Sedangkan Ulama’ : pemimpin agama seperti Mufti, Qadhi,
Pendakwah. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak, sedangkan ketaatan kepada
Ulil Amri, apakah Umara’ atau Ulama’ adalah bersyarat, selagi tidak bertentangan dengan
ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Hakikat ini begitu jelas tercantum di dalam firman Allah :

            Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil
amri  di antara kamu. (Al-Nisaa’ : 59)
 

http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

12/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

1. PENUTUP :
2. Islam adalah “Cara Hidup” atau Way of Life. Bangsa Arab maju dan mencapai kegemilangannya
pada zaman awal ke-Islaman, bukan karena ke-Arabannya, tetapi karena mereka menerima alQuran sepenuhnya atau dengan kata lain karena mereka telah “Membumikan al-Quran” dalam
pengertian sebenarnya. Tetapi begitu mereka meninggalkan ajaran al-Quran, maka akibatnya
Negara Arab hari ini tidak lagi disegani dunia. Walaupun mereka hidup dalam kekayaan dan
kemewahan, namun mereka berada dibawah cengkraman dan mengikuti telunjuk kuasa dunia.
3. Bangsa atau suku Melayu tidak dapat dipisahkan dengan Islam. Sehingga di Malaysia dikenal
dengan ungkapan : “Melayu itu Islam dan Islam itu Melayu”, sehingga jika ada non-moslem
masuk Islam, dikatakan “Masuk Melayu”. Kita mesti ingat bahwa Melayu menjadi mulia dan
bermarwah bukan semata-mata karena ke-Melayuannya, tetapi jika mereka menjadikan Islam
sebagai way of Life. Islam tidak melarang untuk mengekalkan tradisi atau budaya ataupun adatistiadat Melayu, tetapi dengan syarat jika tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
4. Islam agama Ilmu, bukan agama warisan nenek moyang. Bangsa Arab yang pada asalnya dikenal
sebagai “Arab Jahiliyah” akhirnya bertukar menjadi “Umat Bertamaddun” tinggi setelah mereka
meninggalkan segala unsur syirik, khurafat dan budaya yang bertentangan dengan Islam, seperti
membunuh anak perempuan, minum arak, berjudi, makan riba, berbunuh-bunuhan, fanatic atau
ta’assub suku, zalim dan lain-lain. Akhirnya mereka menjadi bangsa yang cukup disegani oleh
dua “Super Power” dunia ketika itu, yaitu Rome dan Parsi. Mereka mencapai tahap begitu tinggi
karena bersedia dibentuk oleh ajaran al-Quran.
5. Membumikan al-Quran di “Alam Melayu” belum cukup hanya dengan memperelok “Qira-ah”
dengan Tajwid dan bacaan yang merdu, tetapi kedepan kita mesti bertekad atau berazam untuk
mempertingkatkannya ke tahap “Tilawah” sebagaimana dipaparkan di atas yang menuntut
kepada setiap pembacanya agar memahami maknanya, tadabbur dan menghayatinya,
melaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari, dan menyebarkannya kepada orang lain.
6. “Membumikan al-Quran” masih belum cukup jika hanya diterapkan pada ruang lingkup yang
sempit, seperti pada diri sendiri dan keluarga masing-masing, kita sebagai umat yang beriman
juga perlu bercita-cita dan berdoa semoga Allah SWT mempermudah terbentuknya suatu negara
yang dapat melaksanakan hukum-hakam Allah yang termaktub di dalam al-Quran, sebab
terdapat banyak hukum-hakam di dalam al-Quran yang tidak boleh dilaksnakan secara individu,
tetapi mesti dilakukan oleh pihak pemerintah seperti hukum hudud, qisas, ta’zir dan lain-lain.
Sebab kaedah Ushul menyebut :

Apa saja kewajiban yang tidak akan sempurna tanpanya, maka ia juga wajib.

http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

13/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

 
Contoh : Kewajiban solat tidak sempura tanpa wudhuk, maka hukum berwudhuk
sebelum solat hukumnya juga wajib. Kewajiban mengamalkan kandungan al-Quran tidak
mungkin sempurna tanpa memahaminya, maka usaha ke arah memahami al-Quran
menjadi suatu kewajiban. Ada beberapa “Hukum Allah” yang termaktub di dalam alQuran tidak mungkin dilaksanakan tanpa Negara, seperti hukum Qisas, Hudud,Ta’zir
dan lain-lain, maka kewujudan pemerintah yang dapat melaksanakan tugas-tugas
tersebut hendaknya menjadi cita-cita dan harapan setiap Umat Islam yang beriman.
————— 
Disampaikan oleh:
 

Prof Dr Abdullah Yasin

Oleh: Prof. Dr. Abdullah Yasin. MA
Ahli Jawatan Kuasa Fatwa Negeri Perlis – Malaysia, Mantan Pegawai Dakwah di Islamic
Counsellor, Kedutaan Saudi Arabia – Kuala Lumpur – Malaysia,
Mantan Dosen IPTIPs (Institut Pengajian Tinggi Islam Perlis).
http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

14/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

Pada Seminar Nasional Alquran “Membumikan Al Qur’an  :  Aktualisasi Nilai-nilai Al

Qur’an dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” di Batam 7 Juni 2014
 
 
 
 
 
 
 

[1]Tafsir Al-Quran Al-‘Azim ; Imam Ibnu Katsir ; I / 87
[2]Tafsir Fi Zilal Al-Quran ; Sayyid Qutub : I / 306
[3] Maadzaa Yajibu ‘Ala al-Muslimin Tijaah al-Quran ; Dr. Ahmad Asrar
[4]Tafsir Kalam Al-Mannan ; Syeikh Abdul Rahman Bin Nasir Al-Sa’diy ; Halaman : 425
[5]Tafsir Al-Maraghiy ; Syeikh Ahmad Mustafa Al-Maraghiy ; Juz XXX / 199
[6]Tafsir Al-Quran Al-‘Azim ; Imam Ibnu Kathir ; III / 612
[7]Tafsir Al-Munir ; Prof Wahbah Al-Zuhailiy ; Juz XIX / 61

Komentar Pembaca
0 komentar

http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

15/16

11/7/2015

Membumikan Alquran: Aplikasi Nilai­nilai Alquran dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara | batampos.co.id

http://batampos.co.id/08­06­2014/membumikan­alquran­aplikasi­nilai­nilai­alquran­dalam­kehidupan­berbangsa­dan­bernegara/

16/16