dampak perubahan iklim global
DAMPAK
PERUBAHAN IKLIM
GLOBAL
Iklim di dunia selalu berubah, baik menurut ruang maupun waktu.
Perubahan iklim ini dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang),
yaitu perubahan iklim secara lokal dan global. Berdasarkan waktu, iklim
dapat berubah dalam bentuk siklus, baik harian, musiman, tahunan,
maupun puluhan tahun. Perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur
iklim yang mempunyai kecenderungan naik atau turun secara nyata.
Berikut adalah dampak perubahan iklim global yang terjadi di bumi
1. La-nina dan El-nino
El-Nino dan La-Nina adalah fenomena alam pada daerah Pasifik yang
menyebabkan terjadinya perubahan cuaca pada daerah sekitar Samudra
Pasifik termasuk Indonesia. Di Indonesia El Nino akan berpengaruh pada
pendinginan suhu permukaan laut di Indonesia dan sebaliknya.
a. Proses La-nina
Dalam keadaan normal angin pasat berhembus dari timur melintasi
Samudera Pasifik. Hal ini menyebabkan air hangat dari Pasifik tengah
terdorong ke arah barat. Air hangat ini terkumpul di sepanjang garis pantai
Australia sebelah utara, dan juga mengalir ke perairan Indonesia.
Terbentuklah awan di atas air yang hangat ini. Awan-awan ini membawa
hujan apabila bergerak di atas Australia dan Indonesia. Dampak yang
ditimbulkan oelh La-nina dapat mempengaruhi kehidupan di muka bumi,
berikut ini adalah penjelasannya:
Dampak positif
Curah hujan yang tinggi dapat mencukupi kapasitas waduk irigasi.
Waduk tersebut dapat digunakan oleh manusia untuk mengairi
sawahnya
Saat La Nina suhu muka laut di barat Samudera Pasifik hingga
Indonesia menghangat. Kondisi ini mendorong ikan tuna dari Pasifik
timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia. Hal ini
karena perairan barat Pasifik diketahui merupakan kawasan yang
memiliki kelimpahan ikan tuna tertinggi, mencapai 70 persen stok ikan
tuna. Keadaan ersebu secara langsung dapa meningkatkan pendapaan
para nelayan di Indonesia.
Dampak negatif
Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan laju erosi semakin tinggi,
hal ini disebabkan oleh minimnya ruang terbuka hijau di Indonesia.
Kejadian
itu
akan
menyebabkan
pendagkalan
sungai
dan
mengakibatkan banjir.
Terjadi gagal panen dikarekan banyak sawah yang tergenang banjir.
Hal ini menyebabkan pendapatan petani terus mengalami penurunan.
b. Proses El-nino
El Nino datang mengganggu setiap dua tahun sampai tujuh tahun
sekali. Dalam keadaan seperti ini, Samudera Pasifik menjadi hangat, mulai
dari Pasifik tengah sampai dengan pantai Peru di Amerika Selatan, tetapi
tidak demikian di perairan Australia sebelah utara dan Indonesia. Apabila
hal ini terjadi, angin pasat akan melemah dan arahnya berbalik, yakni
berhembus dari arah barat ke arah timur. Jadi udara tropis yang lembab
tidak terpusat di dekat Benua Australia. Alih-alih udara lembab tersebut
terpusat di Samudera Pasifik tengah dan meluas ke timur ke arah Amerika
Selatan. Hal ini menyebabkan turunnya hujan di Samudera Pasifik, dan
hujan di Australia serta di Indonesia menjadi berkurang dari biasanya.
Dampak positif
Dapat mempercepat produksi yang menggunakan tenaga matahari
seperti pembuatan garam dan pemanfaatan tenaga surya untuk
penerangan.
Dampak negatif
El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah
hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan
meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.
Kekeringan yang berkepanjangan
fotosintesis dan metabolism tanaman.
dapat
mengganggu
proses
2. Green House Effect
Penipisan lapisan ozon terjadi karena atom Chlor pada CFC memecah
molekul ozon (O3) di atmosfer. Semakin banyak CFC di atmosfer, maka
semakin banyak molekul ozon yang terpecah sehingga menyebabkan
terjadinya penipisan lapisan ozon, bahkan sampai berlubang. Peristiwa
tersebut membuat panas matahari yang masuk ke bumi tidak bisa
dipantulkan kembali ke luar. Akibatnya, panas matahari terperangkap di
permukaan bumi. Lapisan ozon sendiri berfungsi untuk menyerap radiasi
sinar ultraviolet (UV) yang akan masuk ke bumi. Tipisnya lapisan ozon
mengakibatkan radiasi sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya lebih banyak
masuk ke permukaan bumi. Hal ini berdampak pada meningkatnya kasus
penyakit katarak dan kanker kulit, juga merusak hasil panen. Reaksi dari
ozon dengan gas hydrocarbon ini dilanjutkan dengan terbentuknya asam
nitrat dan asam sulfate yang selanjutnya dapat menimbulkan hujan asam,
yang selain membahayakan manusia juga dapat merusak berbagai
ekosistem air.
3. Global Warming
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini
terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan
bumi terus meningkat. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan
air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi.
4. Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu
daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga
bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara
terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim
kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena
cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi,
ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan
suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan
pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.
Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses
sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda.
Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula
menyebabkan kerusakan yang signifikan.
5. Badai
Dalam meteorologi, siklon tropis (angin puyuh, badai tropis, taifun, atau
angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya). Siklon tropis dapat
terbentuk dengan persyaratan berikut ini:
1. Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman
60 meter
2. Kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya
awan Cumulonimbus. Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan
guntur, dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting
dalam perkembangan siklon tropis.
3. Atmosfer yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini
merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan
kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai
guntur di dalam siklon.
4. Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari katulistiwa. Meskipun
memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.
5. Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang
berpusar yang disertai dengan pumpunan angin.
6. Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar.
Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses
perkembangan badai guntur.
7. Unsur-unsur dari siklon tropis meliputi kecaburan cuaca yang telah ada,
samudra tropis hangat, lengas (uap lembap), dan angin ringan tinggi
relatif. Jika kondisi yang tepat berkuat cukup lama, mereka dapat
bertautan untuk menghasilkan angin sengit, ombak luar biasa, hujan
amat deras, dan banjir berdampingan dengan fenomena ini.
6. MJO (Madden Julian Oscillation)
Adalah fluktuasi musimaman atau gelombang atmosfer yang terjadi di
kawasan tropis. MJO berkaitan dengan variabel cuaca penting di
permukaan maupun lautan pada lapisan atas dan bawah. MJO mempunyai
siklus 30-60 harian. MJO dalam pengertian awam bisa didefinisikan dengan
istilah penambahan gugusan uap air yang menyuplai dalam pembentukan
awan hujan.
7. Dipole Mode
Adalah fenomena Interaksi laut-atmosfer di Samudera Hindia yang
dihitung dari perbedaan nilai (selisih) antara anomaly suhu muka laut
perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatra.
Pada saat Dipole mode Indeks Positif, maka kandungan uap air di sekitar
wilayah Sumatra sedikit sehingga curah hujan di wilayah tersebut
cenderung berkurang. Pada saat Dipole mode Indeks Negatif, maka
kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatra akan banyak sehingga
curah hujan di wilayah tersebut akan bertambah.
Sumber :
Anjayani, Eni. 2009. Geografi untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan
Depdiknas.
Hestiyanto, Yusman. 2005.Geografi 1 SMA Kelas X. Jakarta : Yudhistira.
Wardiyatmoko, K. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga
Gambar bersumber dari internet dan dokumentasi pribadi.
PERUBAHAN IKLIM
GLOBAL
Iklim di dunia selalu berubah, baik menurut ruang maupun waktu.
Perubahan iklim ini dapat dibedakan berdasarkan wilayahnya (ruang),
yaitu perubahan iklim secara lokal dan global. Berdasarkan waktu, iklim
dapat berubah dalam bentuk siklus, baik harian, musiman, tahunan,
maupun puluhan tahun. Perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur
iklim yang mempunyai kecenderungan naik atau turun secara nyata.
Berikut adalah dampak perubahan iklim global yang terjadi di bumi
1. La-nina dan El-nino
El-Nino dan La-Nina adalah fenomena alam pada daerah Pasifik yang
menyebabkan terjadinya perubahan cuaca pada daerah sekitar Samudra
Pasifik termasuk Indonesia. Di Indonesia El Nino akan berpengaruh pada
pendinginan suhu permukaan laut di Indonesia dan sebaliknya.
a. Proses La-nina
Dalam keadaan normal angin pasat berhembus dari timur melintasi
Samudera Pasifik. Hal ini menyebabkan air hangat dari Pasifik tengah
terdorong ke arah barat. Air hangat ini terkumpul di sepanjang garis pantai
Australia sebelah utara, dan juga mengalir ke perairan Indonesia.
Terbentuklah awan di atas air yang hangat ini. Awan-awan ini membawa
hujan apabila bergerak di atas Australia dan Indonesia. Dampak yang
ditimbulkan oelh La-nina dapat mempengaruhi kehidupan di muka bumi,
berikut ini adalah penjelasannya:
Dampak positif
Curah hujan yang tinggi dapat mencukupi kapasitas waduk irigasi.
Waduk tersebut dapat digunakan oleh manusia untuk mengairi
sawahnya
Saat La Nina suhu muka laut di barat Samudera Pasifik hingga
Indonesia menghangat. Kondisi ini mendorong ikan tuna dari Pasifik
timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia. Hal ini
karena perairan barat Pasifik diketahui merupakan kawasan yang
memiliki kelimpahan ikan tuna tertinggi, mencapai 70 persen stok ikan
tuna. Keadaan ersebu secara langsung dapa meningkatkan pendapaan
para nelayan di Indonesia.
Dampak negatif
Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan laju erosi semakin tinggi,
hal ini disebabkan oleh minimnya ruang terbuka hijau di Indonesia.
Kejadian
itu
akan
menyebabkan
pendagkalan
sungai
dan
mengakibatkan banjir.
Terjadi gagal panen dikarekan banyak sawah yang tergenang banjir.
Hal ini menyebabkan pendapatan petani terus mengalami penurunan.
b. Proses El-nino
El Nino datang mengganggu setiap dua tahun sampai tujuh tahun
sekali. Dalam keadaan seperti ini, Samudera Pasifik menjadi hangat, mulai
dari Pasifik tengah sampai dengan pantai Peru di Amerika Selatan, tetapi
tidak demikian di perairan Australia sebelah utara dan Indonesia. Apabila
hal ini terjadi, angin pasat akan melemah dan arahnya berbalik, yakni
berhembus dari arah barat ke arah timur. Jadi udara tropis yang lembab
tidak terpusat di dekat Benua Australia. Alih-alih udara lembab tersebut
terpusat di Samudera Pasifik tengah dan meluas ke timur ke arah Amerika
Selatan. Hal ini menyebabkan turunnya hujan di Samudera Pasifik, dan
hujan di Australia serta di Indonesia menjadi berkurang dari biasanya.
Dampak positif
Dapat mempercepat produksi yang menggunakan tenaga matahari
seperti pembuatan garam dan pemanfaatan tenaga surya untuk
penerangan.
Dampak negatif
El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah
hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan
meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.
Kekeringan yang berkepanjangan
fotosintesis dan metabolism tanaman.
dapat
mengganggu
proses
2. Green House Effect
Penipisan lapisan ozon terjadi karena atom Chlor pada CFC memecah
molekul ozon (O3) di atmosfer. Semakin banyak CFC di atmosfer, maka
semakin banyak molekul ozon yang terpecah sehingga menyebabkan
terjadinya penipisan lapisan ozon, bahkan sampai berlubang. Peristiwa
tersebut membuat panas matahari yang masuk ke bumi tidak bisa
dipantulkan kembali ke luar. Akibatnya, panas matahari terperangkap di
permukaan bumi. Lapisan ozon sendiri berfungsi untuk menyerap radiasi
sinar ultraviolet (UV) yang akan masuk ke bumi. Tipisnya lapisan ozon
mengakibatkan radiasi sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya lebih banyak
masuk ke permukaan bumi. Hal ini berdampak pada meningkatnya kasus
penyakit katarak dan kanker kulit, juga merusak hasil panen. Reaksi dari
ozon dengan gas hydrocarbon ini dilanjutkan dengan terbentuknya asam
nitrat dan asam sulfate yang selanjutnya dapat menimbulkan hujan asam,
yang selain membahayakan manusia juga dapat merusak berbagai
ekosistem air.
3. Global Warming
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini
terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan
bumi terus meningkat. Meningkatnya suhu global diperkirakan akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan
air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi.
4. Kekeringan
Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu
daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga
bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara
terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim
kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena
cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi,
ataupun penggunaan lain oleh manusia.
Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan
suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan
pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.
Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses
sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda.
Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula
menyebabkan kerusakan yang signifikan.
5. Badai
Dalam meteorologi, siklon tropis (angin puyuh, badai tropis, taifun, atau
angin ribut tergantung pada daerah dan kekuatannya). Siklon tropis dapat
terbentuk dengan persyaratan berikut ini:
1. Suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26.5 C hingga ke kedalaman
60 meter
2. Kondisi atmosfer yang tidak stabil yang memungkinkan terbentuknya
awan Cumulonimbus. Awan-awan ini, yang merupakan awan-awan
guntur, dan merupakan penanda wilayah konvektif kuat, adalah penting
dalam perkembangan siklon tropis.
3. Atmosfer yang relatif lembab di ketinggian sekitar 5 km. Ketinggian ini
merupakan atmosfer paras menengah, yang apabila dalam keadaan
kering tidak dapat mendukung bagi perkembangan aktivitas badai
guntur di dalam siklon.
4. Berada pada jarak setidaknya sekitar 500 km dari katulistiwa. Meskipun
memungkinkan, siklon jarang terbentuk di dekat ekuator.
5. Gangguan atmosfer di dekat permukaan bumi berupa angin yang
berpusar yang disertai dengan pumpunan angin.
6. Perubahan kondisi angin terhadap ketinggian tidak terlalu besar.
Perubahan kondisi angin yang besar akan mengacaukan proses
perkembangan badai guntur.
7. Unsur-unsur dari siklon tropis meliputi kecaburan cuaca yang telah ada,
samudra tropis hangat, lengas (uap lembap), dan angin ringan tinggi
relatif. Jika kondisi yang tepat berkuat cukup lama, mereka dapat
bertautan untuk menghasilkan angin sengit, ombak luar biasa, hujan
amat deras, dan banjir berdampingan dengan fenomena ini.
6. MJO (Madden Julian Oscillation)
Adalah fluktuasi musimaman atau gelombang atmosfer yang terjadi di
kawasan tropis. MJO berkaitan dengan variabel cuaca penting di
permukaan maupun lautan pada lapisan atas dan bawah. MJO mempunyai
siklus 30-60 harian. MJO dalam pengertian awam bisa didefinisikan dengan
istilah penambahan gugusan uap air yang menyuplai dalam pembentukan
awan hujan.
7. Dipole Mode
Adalah fenomena Interaksi laut-atmosfer di Samudera Hindia yang
dihitung dari perbedaan nilai (selisih) antara anomaly suhu muka laut
perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatra.
Pada saat Dipole mode Indeks Positif, maka kandungan uap air di sekitar
wilayah Sumatra sedikit sehingga curah hujan di wilayah tersebut
cenderung berkurang. Pada saat Dipole mode Indeks Negatif, maka
kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatra akan banyak sehingga
curah hujan di wilayah tersebut akan bertambah.
Sumber :
Anjayani, Eni. 2009. Geografi untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan
Depdiknas.
Hestiyanto, Yusman. 2005.Geografi 1 SMA Kelas X. Jakarta : Yudhistira.
Wardiyatmoko, K. 2013. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga
Gambar bersumber dari internet dan dokumentasi pribadi.