Arahan Program Pengembangan Wilayah Desa Desa Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK)

ARAHAN PROGRAM PENGEMBANGAN WILAYAH DESADESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON
(TNUK)

TB IWAN MULYAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Arahan Program Pengembangan
Wilayah Desa-desa Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Bogor,


Januari 2015

Tb Iwan Mulyawan
NRP. A156110021

RINGKASAN
Tb Iwan Mulyawan. Arahan Program Pengembangan Wilayah Desa-desa
Penyangga Taman Nasional Ujung Kulon. Dibimbing oleh BABA BARUS dan
MUHAMAD FIRDAUS
Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu merupakan wilayah
penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Berdasarkan RTRW
Kabupaten Pandeglang 2013, wilayah diperuntukkan sebagai pusat
pengembangan perdagangan dan jasa. Namun pada kenyataannya sampai saat ini
perkembangan wilayah di kedua kecamatan ini masih terkendala dengan
keterbatasan infrastruktur. Kondisi ini menjadi permasalahan utama dari rencana
perkembangan wilayah yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan: (1)
Menganalisis hierarki wilayah desa-desa Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu; (2) Menganalisis komoditas unggulan yang mendukung
perkembangan wilayah desa-desa Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu;

(3) Menyusun arahan program pengembangan perekonomian di Kecamatan
Sumur dan Kecamatan Cimanggu.
Hasil penelitian terdapat 12 desa dengan hierarki III dengan ketersediaan
infrastruktur kurang. Dari desa-desa yang termasuk hierarki III terdapat lima desa
yang memiliki penduduk prasejahtera relatif tinggi (79,9%-87,8%). Pada hierarki
II dengan ketersediaan infrastruktur sedang, sedangkan satu desa berada pada
Hierarki I dengan ketersediaan infrastruktur baik. Komoditas unggulan di
Kecamatan Sumur yaitu: padi sawah, sayuran, tanaman hias dan peternakan,
perikanan dan pariwisata. Komoditas unggulan di Kecamatan Cimanggu yaitu:
padi sawah, padi ladang, palawija, sayuran, tanaman hias, peternakan dan
perkebunan. Arahan pengembangan wilayah di Kecamatan Sumur adalah
perikanan dan pariwisata, dengan program penerapan teknologi perikanan
modern, pembangunan pelabuhan/darmaga, lembaga keuangan/modal, sarana dan
prasarana. Arah pengembangan di Kecamatan Cimanggu adalah pertanian dan
perkebunan, dengan program penerapan teknologi pertanian, fasilitas teknologi
pengolahan pasca panen, lembaga keuangan/modal, sarana dan prasarana
penunjang ekonomi masyarakat.
Keywords: Hierarki wilayah, pengembangan wilayah, potensi wilayah penyangga
TNUK, Pandeglang.


SUMMARY
TB IWAN MULYAWAN. Direction Program of Regional Development Buffer
Villages at Ujung Kulon National Park. Under direction of BABA BARUS and
MUHAMAD FIRDAUS
Sumur District and Cimanggu District are buffer areas of Ujung Kulon
National Park (UKNP). Based on the Spatial Planning of Pandeglang Regency
2013, the areas are designated as the center development of trade and services. In
fact the development in these two districts is still constrained due to the lack of
infrastructure. This condition is the main problem of regional development plan.
This study aims to: (1) analyze of village hierarchy based on areas Sumur District
and Cimanggu District; (2) analyze the main commodities that support the
regional development Sumur District and Cimanggu District; (3) set the economic
development programs in Sumur District and Cimanggu District. The results of
show there are twelve (12) UKNP buffer villages in hierarchy III that have lack
of infrastructure. In hierarchy III, there are five villages that have a relatively high
economically disadvantaged population (79.9% - 87.8%). There are six villages in
hierarchy II that have medium availability of infrastructure and only one village in
hierarchy I that has good infrastructure. The main commodities of Sumur District,
namely: rice (wet cultivation), vegetables, ornamental plants, livestock, fisheries
and tourism. The main commodities of Cimanggu District, namely: rice (wet &

dry cultivation), crops, vegetables, ornamental plants, livestock and plantations.
The direction of regional development in Sumur District is fishery and tourism by
implementing the program of modern fishing technology, construction of ports,
financial/capital institutions, facilities and infrastructure for tourism. The direction
of regional development in Cimanggu District is agriculture and plantation by
implementing the program of agricultural technology, facilities of post-harvest
processing technology, financial/capital institutions, facilities and infrastructure to
support local economy.
Keywords: Area development, area hierarchy, potential of buffer areas in TNUK,
Pandeglang.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


ARAHAN PROGRAM PENGEMBANGAN WILAYAH DESADESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON
(TNUK)

TB IWAN MULYAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesisi: Dr. Ir. Setia Hadi, M.S

Judul Tesis


: Arahan Program Pengembangan Wilayah Desa-Desa Penyangga
Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK)

Nama

: Tb Iwan Mulyawan

NRP

: A156110021

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc
Ketua

Prof. Muhamad Firdaus, PhD
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Tanggal Ujian: 17 Desember 2014

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
Tanggal Lulus :

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Februari 2014 ini
adalah Arahan Pengembangan Wilayah Desa-desa Penyangga Taman Nasional
Ujung Kulon.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing atas segala
dukungan, motivasi, arahan dan bimbingan yang diberikan dari tahap awal
sampai penyelesaian tesis ini
2. Bapak Prof. Muhamad Firdaus, PhD selaku anggota komisi pembimbing atas
segala dukungan, motivasi, arahan dan bimbingan yang diberikan selama
penelitian sampai penyelesaian tesis ini
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus selaku ketua Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah IPB atas segala arahan dan dukungan dalam
penyelesaian tesis ini.
4. Ibu Dr. Dra. Khursatul Munibah, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah IPB beserta seluruh staf pengajar dan staf manajemen
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB.
5. Ibu Dr. Mirajiani, SP., M.Si atas segala dukungan, motivasi, arahan dan
bimbingan yang diberikan dari tahap awal sampai penyelesaian tesis ini.
6. Badan Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang yang telah
memberikan izin penelitian di wilayah Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu desa-desa penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK)
7. Bapak Camat, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang yang telah
memberikan izin penelitian di wilayah Kecamatan Sumur.

8. Bapak Camat, Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang yang telah
memberikan izin penelitian di wilayah Kecamatan Cimanggu.
9. Rekan-rekan PWL Regular dan Bappenas Angkatan 2011 atas segala
dukungannya selama ini, serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan
satu persatu dalam membantu penyelesaian tesis ini.
10. Kedua orang tua tercinta: Ayahanda Tb Zaenudin dan Ibunda Kusniah, serta
seluruh keluarga besar atas segala do’a dan dukungan selama ini.
Akhirnya, semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat. Amiin.

Bogor,

Januari 2015

Tb Iwan Mulyawan

1

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ...........................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................
1.2 Perumusan Masalah ............................................................
1.3 Tujuan Penelitian................................................................
1.4 Manfaat Penelitian. .............................................................
1.5 Kerangka Pemikiran . .........................................................

1
2
3
3
4

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Wilayah ............................................................
2.2 Pembangunan Wilayah . .....................................................
2.3 Konsep Ruang dan Wilayah................................................
2.4 Tujuan Pengembangan Wilayah ........................................
2.5 Pelaku-Pelaku Pengembangan Wilayah ..............................

2.6 Sektor Basis .......................................................................
2.7 Komoditas Unggulan ..........................................................

6
6
8
8
9
9
10

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................
3.2 Sumber Data dan Informasi Penelitian ................................
3.3 Bahan dan Alat ...................................................................
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................
3.5 Teknik Analisis Data ..........................................................
3.5.1 Analisis Metode Skalogram ......................................
3.5.2 Analisis LQ . .............................................................
3.5.3 Analisis SSA . ...........................................................
3.5.4 Pendekatan Stabilitas Produksi . ................................
3.5.5 Analisis SWOT . .......................................................
3.5.6 Analisis Faktor Strategi Internal dan Ekternal ...........
3.5.7 Analisis Matriks Internal Eksternal (IE) ....................
3.5.8 Analisis Matriks Space ..............................................

12
12
12
12
13
14
16
17
18
19
20
22
23

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH ADMINISTRASI
4.1 Wilayah Administrasi Penelitian.........................................
4.2 Kondisi Fisik dan Geografi .................................................
4.2.1 Iklim dan Curah Hujan ..............................................
4.2.2 Tofografi...................................................................
4.2.3 Tanah dan Geologi ....................................................
4.2.4 Hidrologi Perairan Sungai .........................................
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Wilyah .........................................
4.3.1 Kependudukan ..........................................................
4.3.2 Perekonomian Daerah ...............................................
4.3.3 Interaksi Dengan Kawasan TNUK ............................

25
26
26
27
28
29
30
30
33
34

2

4.3.4 Kelembagaan Sosial dan Budaya Masyarakat ............
4.3.5 Kondisi Sarana Prasarana ..........................................
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Pengembangan Wilayah Desa-Desa Kecamatan Sumur
dan Kecamatn Cimanggu . .................................................
5.1.1 Hierarki Wilayah Menurut Analisis Skalogram .........
5.2 Potensi Ekonomi Wilayah di Kecamatan Sumur
Dan Kecamatan Cimanggu................................................ .
5.2.1 Sektor Pertanian ........................................................
5.2.2 Sektor Perikanan .......................................................
5.2.3 Sektor Pariwisata ......................................................
5.3 Analisis Sektor Unggulan di Kecamatan Sumur dan
Kecamatan Cimanggu ........................................................
5.3.1 Analisis LQ. ..............................................................
5.3.2 Analisis SSA . ...........................................................
5.4 Tingkat Pengembangan Wilayah dan
Komoditas Sektor Unggulan. .............................................
5.5 Strategi Pengembangan Wilayah dan Potensi Ekonomi Wilayah
di Kecamatan Sumur...........................................................
5.5.1 Analisis Faktor Strategi Internal Eksternal.................
5.5.2 Analisis Matriks Internal Eksternal............................
5.5.3 Analisis Matriks Space ..............................................
5.5.4 Tahap Pengambilan Keputusan Analisis SWOT ........
5.6 Strategi Pengembangan Wilayah dan
Potensi Ekonomi Wilayah di Kecamatan Cimanggu ...........
5.6.1 Analisis Faktor Strategi Internal Eksternal.................
5.6.2 Analisis Matriks Internal Eksternal............................
5.6.3 Analisis Matriks Space ..............................................
5.6.4 Tahap Pengambilan Keputusan Analisis SWOT ........
5.7 Arahan Prorgam Pengembangan wilayah . ..........................
6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................
6.2 Saran .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

35
35

38
38
42
42
43
45
48
48
51
53
54
56
59
60
61
65
62
68
69
69
72

71
71

3

DAFTAR TABEL
.
Tabel 1. Jenis Data, Sumber dan Metode Data ......................................
Tabel 2. Variabel-variabel Dalam Pengukuran Analisis Skalogram ......
Tabel 3. Variabel Analisis Location Quetion ........................................
Tabel 4. Variabel yang Digunakan Dalam Shift Share Analysis ............
Tabel 5. Matriks Internal Strategicfaktor Analysis Summery (IFAS) ....
Tabel 6. Matriks Eksternal Strategicfaktor Analysis Summery (EFAS).
Tabel 7. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan di
Kecamatan Sumur dan Cimanggu ..........................................
Tabel 8. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk 2011 .............................
Tabel 9. Klasifikasi Kesejahteraan Masyarakat Desa Penyangga ..........
Tabel 10. Status Desa-Desa Terhadap Kawasan TNUK .......................
Tabel 11. Presentase Distribusi PDRB ADHB Kabupaten Pandeglang
Menurut Lapangan Usaha 2007-2011 ...................................
Tabel 12. Indek Pengembangan (IPD) di Kecamatan Sumur dan
Kecamatan Cimanggu ..........................................................
Tabel 13. Sub-Sektor Produksi di Kecamatan Cimenggu .....................
Tabel 14. Produksi Perikanan di Kecamatan Sumur dan
Kabupaten Pandeglang .........................................................
Tabel 15. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke TNUK ....................
Tabel 16. Nilai LQ Desa-Desa Kecamatan Sumur dan
Kecamatan Cimanggu . ........................................................
Tabel 17. Nilai Shift Share Analysis Sub-Sektor Produksi
Di Kecamatan Sumur ...........................................................
Tabel 18. Nilai Shift Share Analysis Sub-Sektor Produksi
Di Kecamatan Cimanggu .....................................................
Tabel 19. Stabilitas Produksi Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu ............................................................................
Tabel 20. Klasifikasi Kesejahteraan, Pengembangan Wilayah dan Sektor
Unggulan Desa-desa Kecamatan Sumur dan Cimanggu .......
Tabel 21. Faktor-Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.
Tabel 22. Hasil Analisis Matriks IFAS .................................................
Tabel 23. Hasil Analisis Matriks EFAS ................................................
Tabel 24 Faktor Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman .
Tabel 25. Internal Strategi Faktor Analysis Summary (IFAS) ..............
Tabel 26. Eksternal Strategi Faktor Analysis Summery (EFAS) ...........
Tabel 27. Arahan Program Pengembangan Wilayah.............................

14
15
17
18
21
22
27
30
31
32
33
40
42
43
46
49
51
51
52
53
55
57
59
64
66
67
73

4

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Penelitia ........................................
Gambar 2. Modela Matriks SWOT ......................................................
Gambar 3. Model Matrik Internal Eksternal . .......................................
Gambar 4. Model Matriks Space .........................................................
Gambar 5. Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Sumur dan Cimanggu.
Gambar 6. Peta Curah Hujan Kecamatan Sumur dan Cimanggu ...........
Gambar 7. Sarana Transportasi Jalan Kecamatan Sumur dan Cimanggu
Gambar 8. Sarana Pendidikan SD di Kecamatan Sumur dan Ciamnggu
Gambar 9. Sarana Peribadatan di Desa Ujungjaya Kecamatan Sumur ..
Gambar 10. Saran Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) ............................
Gambar 11. Peta Hierarki Pengembangan Wilayah Desa-desa
Kecamatan Sumur Berdasarkan Analisis Skalogram ..........
Gambar 12. Sektor Pertanian ...............................................................
Gambar 13. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kecamatan Sumur .............
Gambar 14. Sektor Industri Pengolahan Ikan .......................................
Gambar 15. Kawasan Wisata Pulau Panaitan TNUK ............................
Gambar 16. Akses Masyarakat . ...........................................................
Gambar 17. Hasil Analisis Matriks Internal Eksternal .........................
Gambar 18. Hasil Analisis Matriks Space ...........................................
Gambar 19. Hasil Analisis Matriks SWOT ..........................................
Gambar 20. Hasil Analisis Matrik Internal Eksternal ............................
Gambar 21. Hasil Analisis Matriks Space Kecamatan Cimanggu .........
Gambar 22. Hasil Analisis Matriks SWOT di Kecamatan Cimanggu....
Gambar 23. Peta Arahan Prpgram Pengembangan Wilayah . ................

5
22
23
24
25
26
36
36
37
37
41
43
44
45
47
48
60
61
62
68
69
70
72

5

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai Hierarki Kecamatan Sumur dan Cimanggu
Berdasarkan Hasil Analisis Skalogram ............................
Lampiran 2. Rating Faktor Strategi Internal dan Eksternal di
Kecamatan Sumur ...........................................................
Lampiran 3. Rating Faktor Startegi Internal dan Eksternal di
Kecamatan Cimanggu .....................................................
Lampiran 4. Bobot Faktor Strategi Internal dan Ekternal
Kecamatan Sumur ...........................................................
Lampiran 5. Bobot Faktor Strategi Internal dan Ekternal
Kecamatan Cimanggu .....................................................
Lampiran 6. Kuesioner Analisis SWOT ...............................................

75
77
78
79
80
81

6

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan wilayah Kabupaten Pandeglang tidak terlepas dari
keberadaan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang merupakan wilayah
konservasi sumberdaya alam (SDA). Kebijakan pengembangan wilayah Taman
Nasional Ujung Kulon merupakan bagian dari strategi kebijakan pembangunan
yang terkait dengan pemeliharaan dan perwujudan kelestarian lingkungan hidup,
dimana TNUK sebagai kawasan konservasi berupaya mempertahankan fungsi
ekologis yang mendororng sumberdaya alam (SDA) dan ekosistemnya untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
masyarakat.
Implikasi langsung dari keberadaan TNUK adalah terbukanya akses
wilayah, baik akses masuk maupun akses keluar wilayah setempat. Sebelumnya
perkampungan atau pemukiman masyarakat di pesisir Ujung Kulon, sudah ada
semenjak Indonesia sebelum merdeka, oleh karena ketiadaan sarana dan prasarana
transportasi darat, maka perkampungan yang ada menjadi terisolasi. Ketika
TNUK ditetapkan menjadi CAUK (Cagar Alam Ujung Kulon) akses jalan mulai
dibuka (dari wilayah Kecamatan Cibaliung sampai Kecamatan Sumur, kecamatan
terujung Wilayah Ujung Kulon) pada tahun 1970-an dan diperbaiki pada tahun
1980-an dengan prasarana jalan yang lebih memadai. Terbukanya isolasi wilayah
ini membawa arti yang sangat penting bagi perekonomian wilayah oleh karena
terbukanya akses keluar dan akses masuk merupakan syarat penting untuk
mengembangkan sektor-sektor ekonomi masyarakat.
Keberadaan TNUK sebagai pariwisata, baik yang dibangun oleh pihak
swasta (Pulau Umang) maupun kawasan zona pemanfaatan dari TNUK sendiri
yang dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata yaitu Pulau Handeuleum, Pulau
Peucang dan Pulau Panaitan. Wilayah desa-desa di sekitar TNUK merupakan
wilayah yang menjadi sasaran kebijakan pembangunan di Kabupaten Pandeglang
dengan kebijakan pembangunan wilayah terpadu dengan fokus pengembangan
wilayah TNUK sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) di Kabupaten
Pandeglang yang terkait erat dengan pelestarian aset sumberdaya alam, namun
pada pengembangannya juga berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi
masyarakat desa-desa di sekitar wilayah tersebut. Pengembangan wilayah dapat
dilihat pada potensi ekonomi wilayah dan sumberdaya alam yang ada (Regameya
dan Kytzia, 2007). Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam masih
cukup tinggi (Niu et al. 2012).
Keberadaan TNUK tersebut merupakan kebanggaan bagi masyarakat dan
pemerintah Provinsi Banten yang harus dijaga dan dilestarikan. Desa-desa
penyangga TNUK memiliki potensi sumberdaya yang berbeda-beda terkait
dengan aspek geografis maupun daya jangkau wilayah. Kondisi ini menjadikan
ekonomi masyarakat antara satu desa dengan desa lain menjadi berbeda pula.
Terdapat 19 (Sembilan belas) desa sebagai desa penyangga, meliputi: 7 (tujuh)
desa di Kecamatan Sumur dan 12 (dua belas) desa Kecamatan Cimanggu. desadesa tersebut dari kedua kecamatan sebagai wilayah sasaran pembangunan
kabupaten. Di masa kini pemerintah daerah membuat perencanaan pengembangan
wilayah Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu sebagai wilayah pusat

7

pengembangan perdagangan dan jasa, khususnya di bidang pariwisata.
Pengembangan subsektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata dengan
keterbatasan infrastruktur. Kondisi ini menjadikan permasalahan dalam
pelaksanaan perencanaan pengembangan wilayah. Adanya analisis mengetahui
hierarki wilayah desa-desa di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu;
Mengetahui komoditas unggulan yang mendukung pengembangan wilayah di
Kecamatan Sumur dan Cimanggu dan Menyusun arahan program pengembangan
perekonomian di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu pada masa
mendatang.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Pandeglang, wilayah Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu merupakan
wilayah pusat pengembangan dan jasa. Kecamatan Sumur merupakan wilayah
dimana penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan,
berdasarkan produksi perikanan tangkap di wilayah Kecamatan Sumur pada tahun
2012, sebesar 1470 ton sekitar 15 persen dari potensi keseluruhan di Kabupaten
Pandeglang dan potensi keseluruhan di Kabupaten Pandeglang sebesar 9847.45
ton (PDA 2012). Jumlah pengunjung wisata nusantara sekitar 5.459 orang,
wisatawan mancanegara sekitar 914 orang (PDA 2012). Sedangkan Kecamatan
Cimanggu dengan penduduk mayoritas bermata pencaharian sebagai petani,
produksi pertanian padi sawah pada tahun 2012, sebesar 35.519 ton dan padi
ladang 2.956 ton. Produksi padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan
Cimanggu telah memberikan andil 5,39 persen dari total produksi padi di
Kabupaten Pandeglang sebesar 658.683 ton (BPS Kab.Pandeglang, 2012). Taman
Nasional Ujung Kulon (TNUK) memiliki kawasan tertentu yang sudah ditetapkan
dengan dasar legalitas, kesepakatan dan kesepahaman seluruh para pelaku yang
terkait dengan keberadaan TNUK.
Ditinjau dari infrastruktur yang ada, masyarakat masih menghadapi
permasalahan kekurangan infrastruktur, diantaranya kondisi sarana dan prasarana
akses jalan yang kurang memadai, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang
menunjang terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Dari sisi ekonomi, masyarakat
setempat mendapat pengaruh yang positif dan negatif dengan keberadaan TNUK.
Masyarakat nelayan menganggap bahwa keberadaan TNUK justru memperkecil
wilayah tangkapan ikan. Sistem zonasi yang tidak memungkinkan para nelayan
masuk ke wilayah tersebut, padahal menurut para nelayan justru di wilayah itulah
yang banyak terdapat sumber daya ikan. Di sisi lain masyarakat juga mengakui
pengaruh positif dari TNUK selama ini keberlangsungan sumber daya perikanan
yang menjadi sumber perekonomian mereka cukup terjaga justru karena adanya
kawasan konservasi. Sementara Kecamatan Cimanggu memiliki permasalahan
yang berbeda. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani terkait
dengan aspek penyediaan lahan pertanian. Keberadaan TNUK juga memberikan
pengaruh terhadap upaya perluasan lahan pertanian penduduk, oleh karena lahan
yang ada sudah ditetapkan sebagai lahan konservasi. Tentu saja, keterbatasan
lahan pertanian juga berpengaruh pada upaya peningkatan pendapatan petani

8

setempat dan pada akhirnya juga berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat
secara umum.
Namun tampak sekali bahwa untuk pengembangan subsektor pertanian,
perkebunan, perikanan dan pariwisata ini masih terkendala dengan keterbatasan
infrastruktur. Kondisi ini menjadikan permasalahan pelaksanaan dari perencanaan
pengembangan sektor perdagangan dan pariwisata menjadi stagnan. Penelitian ini
ingin melihat permasalahan yang dihadapi masyarakat serta aspek-aspek yang
terkait dengan pengembangan wilayah setempat sehingga dirumuskan potensi
ekonomi wilayah berdasarkan sektor unggulan sehingga dapat disusun arahan
strategi pengembangan wilayah dan perekonomian masyarakat di Kecamatan
Sumur dan Cimanggu di masa mendatang.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka beberapa pertanyaan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hirarki wilayah desa-desa di Kecamatan Sumur dan
Kecamatan Cimanggu;
2. Bagaimana komoditas unggulan yang dapat dikembangkan dalam
mendukung pengembangan wilayah di Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu;
3. Bagaimana arahan program pengembangan perekonomian di Kecamatan
Sumur dan Kecamatan Cimanggu di masa mendatang

1.3 Tujuan Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui hirarki wilayah desa-desa di Kecamatan Sumur dan
Kecamatan Cimanggu;
2. Mengetahui komoditas unggulan yang mendukung pengembangan wilayah
di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu;
3. Menyusun arahan program pengembangan wilayah di Kecamatan Sumur
dan Kecamatan Cimanggu.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan kepada stakeholders terkait dengan kebijakan
pengembangan wilayah di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon di masa
mendatang
2. Sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.

9

1.5 Kerangka Pemikiran
Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu merupakan wilayah
penyangga Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) terletak di Kabupaten
Pandeglang dengan wilayah administratif meliputi 19 desa, 7 desa di Kecamatan
Sumur dan 12 desa di Kecamatan Cimanggu. Pengembangan kedua wilayah ini
tidak terlepas dari keberadaan TNUK yang merupakan wilayah konservasi
sumberdaya alam (SD) dan masyarakat yang berada di wilayah sekitarnya.
Melihat kondisi desa-desa di kedua kecamatan ini terdapat tingkat kesejahteraan
masyarakat, ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana dan sektor unggulan
yang berbeda-beda.
Belum optimalnya pembangunan di tingkat perdesaan menjadikan
masyarakat sulit untuk melakukan kegiatan ekonominya. Menurut Rustiadi, et al.
(2011), pembangunan wilayah sebagai suatu proses perbaikan yang
berkesinambungan atas suatu masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan
menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi. Orientasi pembangunan
ekonomi masyarakat dititikberatkan pada pembangunan subsektor pertanian,
perikanan dan pariwisata serta mendorong keseimbangan pembangunan ke arah
sektor perdagangan dan jasa (RTRW Kabupten Pandeglang 2013).
Keberadaan wilayah desa-desa di sekitar TNUK merupakan wilayah yang
menjadi sasaran kebijakan pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Perencanaan
pengembangan wilayah desa-desa di Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu masih terkendala karena keterbatasan infrastruktur. Kondisi ini yang
menjadikan permasalahan dalam perencanaan pengembangan wilayah. Perlu
adanya kajian terkait aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek wilayah. Selanjutnya
dari semua kajian tersebut disusun dengan strategi program pembangunan dengan
harapan memberikanan hasil pengembangan wilayah Kecamatan Sumur dan
Kecamatan Cimanggu di masa yang akan datang.
Dalam mengkaji aspek sosial dan kewilayahan, faktor yang akan dikaji
adalah hierarki wilayah desa-desa Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu.
Aspek ekonomi, faktor yang akan dikaji adalah sektor produksi yang memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif di Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu, dan menyusun arahan program pengembangan wilayah di Kecamatan
Sumur dan Kecamatan Cimanggu. Langkah-langkah penyusunan studi
pengembangan wilayah dan potensi ekonomi wilayah desa-desa penyangga
TNUK dapat dilihat pada kerangka pikir penelitian seperti tertera pada Gambar 1.

10

Pengembangan Wilayah Kecamatan Sumur
dan Kecamatan Cimanggu Kabupaten
Pandeglang

Wilayah Desa-desa Penyangga
TNUK

Mata pencaharian adalah pertanian,
perkebunan, perikanan dan pariwisata

PENGEMBANGAN WILAYAH DAN POTENSI EKONOMI
DESA-DESA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG
KULON

Aspek
Sosial

Aspek
Wilayah

Aspek
Ekonomi

Aspek
Kebijakan

1. Data infrastruktur sarana dan prasarana
2. Data demografi
3. Data produksi komoditas

Analisis Data

1. Hierarki Wilayah
2. Sektor Unggulan
3. Lokasi Pusat Pengembangan

Arahan Program dan Strategi
Pengembangan Wilayah Desa-desa di
Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian

Persepsi
Stakeholder

11

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Wilayah
Menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur yang terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi, et al. (2011)
wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik
tertentu dimana komponen-komponennya memiliki arti di dalam pendeskripsian
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pembangunan. Batasan wilayah
tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Dengan
demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan
sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis
tertentu.
Karakteristik dan potensi wilayah sangat menentukan dalam menerapkan
strategi pengembangan suatu wilayah. Oleh karena itu, sebelum melakukan
perumusan kebijakan yang dilaksanakan akan lebih baik mengetahui tipe/jenis
wilayahnya. Menurut Tarigan (2004), salah satu aspek yang perlu diperhatikan
dalam kegiatan pengembangan wilayah adalah menyusun perencanaan wilayah.
Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk
perencanaan pergerakan dalam wilayah) dan perencanaan kegiatan pada ruang
wilayah tersebut. Perencanaan pembangunan wilayah biasanya terkait dengan apa
yang sudah ada di wilayah tersebut.

2.2 Pembangunan Wilayah
Pengembangan suatu wilayah pada dasarnya bertujuan agar wilayah itu
berkembang menuju tingkat pengembangan yang diinginkan. Pengembangan
wilayah dilakukan melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya yang dimilikinya
secara harmonis, serasi dan terpadu dengan pendekatan yang bersifat
komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan
hidup untuk pembangunan berkelanjutan.
Pengembangan suatu wilayah erat kaitannya dengan pembangunan
wilayah. Menurut Todaro (2009) bahwa pembangunan harus dipandang sebagai
suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas
struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping
tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan
pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Kemiskinan sering kali disebut sebagai
wilayah terbelakang.
Pembangunan wilayah adalah kegiatan yang dilakukan secara terencana
untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Sebagai proses
yang bersifat terpadu, pembangunan dilaksanakan berdasarkan potensi lokal yang
dimiliki, baik potensi sumberdaya alam, manusia, buatan, maupun sumberdaya
sosial. Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan
untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah
bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik. Tujuan akhir

12

pembangunan adalah tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat (Rustiadi et al.
2011). Untuk menilai pembangunan dapat digunakan beberapa indikator sebagai
berikut:
a. Indikator berbasis tujuan pembangunan: (1) produktivitas, efisiensi dan
pertumbuhan (growth); (2) pemerataan, keadilan dan keberimbangan (equity);
dan (3) keberlanjutan (sustainability).
b. Indikator pembangunan berbasis sumberdaya, yaitu cara mengukur tingkat
kinerja pembangunan dengan mengembangkan berbagai ukuran operasional
berdasarkan pemanfaatan dan kondisi sumberdaya yang meliputi sumberdaya
manusia, alam, buatan, dan sumberdaya sosial.
c. Indikator pembangunan berbasis proses; merupakan suatu cara mengukur
kinerja pembangunan dengan mengedepankan proses pembangunan itu sendiri
dengan melihat input, proses atau implementasi, output, outcome, benefit, dan
impact.
Menurut Rustiadi et al. (2011), pembangunan regional yang berimbang
merupakan pembangunan yang merata dari wilayah yang berbeda untuk
meningkatkan pengembangan kapabilitas dan kebutuhan wilayah, yaitu adanya
pertumbuhan yang seoptimal mungkin dari potensi yang dimiliki oleh suatu
wilayah sesuai dengan kapasitasnya. Dengan demikian, diharapkan manfaat dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang merupakan hasil interaksi yang
saling memperkuat diantara sesama wilayah yang terlibat, sehingga dapat
mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah (disparitas pembangunan
regional).
Pembangunan wilayah Budiharsono (2005) menyebutkan bahwa ilmu
pembangunan wilayah merupakan wahana lintas disiplin yang mencakup berbagai
teori dan ilmu terapan, yaitu geografi, ekonomi, sosiologi, matematika, statistika,
ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu lingkungan, dan sebagainya. Oleh karena
itu ilmu pengetahuan wilayah setidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar analisis,
yaitu: (1) analisis biogeofisik; (2) analisis ekonomi; (3) analisis sosiobudaya; (4)
analisis kelembagaan; (5) analisis lokasi; dan (6) analisis lingkungan.
Mekanisme dalam perencanaan pembangunan wilayah memerlukan
penelaahan yang menyangkut kepada (1) struktur dan organisasi tata ruang
wilayah baik atas dasar potensi wilayahnya maupun integrasi tata ruang dan
keterkaitan fungsional antara bagian-bagian wilayah, dan (2) peranan sektor
utama dalam memberikan dampak pertumbuhan ekonomi wilayah.
Selanjumya Budiharsono (2005) menyebutkan pentingnya ilmu
pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan di Indonesia dan wiiayah
pesisir pada khususnya, dikarenakan:
a. Indonesia merupakan negara kepulauan, dimana kegiatan-kegiatan
pembangunan saat ini dipusatkan di bagian barat Konsentrasi demikian
menimbulkan isu pengembangan wilayah out island yang dapat
menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang berdimensi wilayah.
b. Pembangunan masa lalu lebih menitikberatkan pada pembangunan daratan
dari lautan, sehingga pembangunan pesisir relatif tertinggal. Masyarakat
pesisir relatif lebih miskin dari wilayah daratan lainnya. Kondisi ini
diperburuk dengan politik nelayan yang relatif lemah dibanding dengan
posisi lainnya.

13

c. Letak geografis Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh faktor geologis
dan ekologis yang menyebabkan keragaman lingkungan.
d. Keragaman kultural menyebabkan adanya perbedaan persepsi terhadap
pembangunan.
e. Sifat pembangunan politik di Indonesia yang diwamai oleh kekuatan
politik wilayah.
f. Adanya kebijakan otonomi daerah yang merupakan antisipasi terhadap
maraknya tuntutan lepasnya beberapa daerah dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Diharapkan pemerintah dapat membangun
sesuai kebutuhan dan kemampuannya sendiri.
g. Pembangunan Indonesia masih bersifat sektoral, sehingga hasil yang
dicapai tidak optimal.
2.3 Konsep Ruang dan Wilayah
Ruang adalah wadah kehidupan manusia beserta sumberdaya alam yang
terkandung di dalamnya meliputi bumi, air, dan ruang angkasa sebagai satu
satuan. Konsep ruang mempunyai beberapa unsur, yaitu: (l) jarak, (2) lokasi, (3)
bentuk, dan (4) ukuran. Konsep ruang sangat berkaitan erat dengan waktu, karena
pemanfaatan bumi dan segala kekayaannya membutuhkan organisasi/pengaturan
ruang dan waktu. Unsur-unsur tersebut di atas secara bersama-sama menyusun
unit tata ruang yang disebut wilayah
Selanjutnya Budiharsono (2005) menyebutkan definisi wilayah sebagai
suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya
tergantung secara internal dalam dimensi ruang yang merupakan wadah bagi
kegiatan-kegiatan sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan
ekonomi yang tidak sama. Di samping itu, perlu pula diperhatikan bahwa
kegiatan sosial ekonomi dalam ruang dapat menimbulkan dampak positif maupun
negatif terhadap kegiatan lairmya.

2.4 Tujuan Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan
dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai
suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan
administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya. Pada umumnya
pengembangan wilayah dapat dikelompokan menjadi usaha-usaha mencapai
tujuan bagi kepentingan-kepentingan di dalam kerangka azas:
a. Sosial
Usaha-usaha mencapai pemenuhan kebutuhan-kebutuahan dan peningkatan
kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu dan seluruh
masyarakat di dalam wilayah, diantaranya mengurangi pengangguran,
menyediakan lapangan kerja serta menyediakan sarana dan prasarana.

14

b. Ekonomi
Usaha-usaha mempertahankan dan memacu pengembangan pertumbuhan
ekonomi yang memadai untuk mempertahankan kesinambungan dan
perbaikan kondisi-kondisi ekonomi yang baik bagi kehidupan dan
memungkinkan pertumbuhan kearah yang lebih baik.
c. Lingungan
Pencegahan kerusakan dan pelestarian terhadap keseimbangan lingkungan.

2.5 Pelaku-Pelaku Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah harus dirancang dan dilaksanakan oleh, serta
ditujukan bagi kepentingan-kepentingan bersama dan para pelaku-pelakunya
adalah sebagai berikut:
a. Pemerintah bertugas sebagai perencanaan, pengawasan, koordinasi
maupun adminstari seluruh program-program didalam proses
pengembangan wilayah.
b. Masyarakat dalam melaksanakan pengembangan wilayah, sebaiknya
program-program yang akan dilaksanakan harus bersifat menampung dan
memenuhi kehendak/aspirasi rakyat/ masyarakat (bottom up), dengan
demikian masyarak berperan sebagai subyek dan pelaku aktif
pengembangan wilayah sehingga akan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat terlaksannya: kesinambungan financial, kesinambungan
sosial, kesinambungan institusional (institutional sustainability).
c. Dunia usaha/pemilik modal: yang akan berperan sebagai pemasok jasa,
keahlian atau expertise dana ataupun material yang diperlukan.

2.6 Sektor Basis
Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah atau negara sangat
tergantung dari keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya.
Nilai strategis setiap sektor dalam memacu menjadi pendorong utama
(primemover) pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda. Sektor ekonomi
suatu wilayah dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu sektor basis dimana
kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan
tersebut menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar wilayah.
Artinya industri basis ini akan menghasilkan barang dan jasa, baik untuk pasar
domestik daerah maupun pasar luar wilayah/daerah. Sektor non basis adalah
sektor dengan kegiatan ekonomi yang hanya melayani pasar di daerahnya sendiri,
dan kapasitas ekspor ekonomi daerah belum berkembang (Rustiadi et al., 2011).
Pendekatan yang sering digunakan untuk lebih mengenal potensi aktivitas
ekonomi suatu wilayah adalah analisis basis ekonomi yang merupakan rujukan
dalam menentukan keunggulan kompratif dan sekaligus sektor basis. Salah satu
metode untuk mengetahui potensi ekonomi suatu wilayah dapat dikatagorikan
basis dan bukan basis adalah analisis Location Quotient (LQ), yang merupakan
perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih
luas dalam suatu wilayah.

15

Asumsi dalam LQ adalah terdapat sedikit variasi dalam pola pengeluaran
secara geografi dan produktivitas tenaga kerja seragam serta masing-masing
industri menghasilkan produk atau jasa yang seragam. Berbagai dasar ukuran
dalam pemakaian LQ harus disesuaikan dengan kepentingan penelitian dan
sumber data yang tersedia (Blakely 1994 dan Rodinelli 1995 dalam Rustiadi et al.
2011). LQ juga menunjukkan efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada
subtitusi impor yang potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor. Hal
ini akan memberikan suatu gambaran tentang industri mana yang terkonsentrasi
dan industri mana yang tersebar (Shukla, 2000 dalam Rustiadi et al. 2011).
Arus pendapatan yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi industri basis
akan meningkatkan investasi, kesempatan kerja, pendapatan dan konsumsi, pada
gilirannya akan menaikkan pendapatan dan kesempatan kerja serta menaikkan
permintaan hasil industri non basis. Hal ini berarti kegiatan industri basis
mempunyai peranan penggerak pertama (primer mover role), dimana setiap
perubahan kenaikan atau penurunan mempunyai efek pengganda (multipliereffect)
terhadap perekonomian wilayah (Rustiadi et al., 2011).

2.7 Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi
strategis, baik berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun
sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya
manusia, infrastruktur dan kondisi sosial budaya setempat), untuk dikembangkan
di suatu wilayah (BPTP, 2003).
Menurut Ali (1998), komoditas unggulan adalah komoditas yang
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, teknologi yang sudah dikuasai
dan memberikan nilai tambah bagi pelaku agribisnis yang diusahakan oleh petani
dalam suatu kawasan yang tersentralistik, terpadu, vertikal, dan horisontal.
Unggul secara komparatif, berupa keunggulan yang didukung oleh potensi
sumberdaya alam (letak geografis, iklim, dan lahan) sehingga memberikan hasil
yang tinggi dibandingkan dengan daerah lain, serta peluang pasar lokal, nasional
maupun peluang ekspor. Unggul secara kompetitif, berupa keunggulan yang
diperoleh karena produk tersebut diupayakan dan dikembangkan sehingga
menghasilkan produksi yang tinggi, memiliki peluang pasar yang baik serta
menjadi ciri khas suatu daerah.
Pada lingkup nasional kriteria komoditas unggulan diarahkan untuk
ketahanan pangan dan merubah keungggulan komparatif menjadi keunggulan
kompetitif. Komoditas unggulan nasional diharapkan memenuhi beberapa kriteria
(Ali, 1998) yaitu: (1) mempunyai tingkat agroekologi yang tinggi; (2) mempunyai
pasar yang jelas; (3) mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menciptakan nilai
tambah; (4) mempunyai kemampuan dalam meningkatkan ketahanan pangan
masyarakat berpendapatan rendah; (5) mempunyai dukungan kebijakan
pemerintah dalam bidang-bidang teknologi, prasarana, sarana, kelembagaan,
permodalan dan infrastruktur lain dalam arti luas; (6) merupakan komoditas yang
telah diusahakan masyarakat setempat; dan (7) mempunyai kelayakan untuk
diusahakan baik secara finansial maupun ekonomi.

16

Pada lingkup kabupaten/kota, kriteria penetapan komoditas unggulan
mengacu kriteria komoditas unggulan nasional dan diarahkan pada komoditas
yang dapat ditingkatkan nilai tambahnya dalam agroindustri. Komoditas unggulan
kabupaten diharapkan memenuhi beberapa kriteria yaitu: (1) mengacu kriteria
komoditas unggulan nasional; (2) memiliki ekonomi yang tinggi di kabupaten; (3)
mencukupi kebutuhan sendiri dan mampu mensuplai daerah lain atau ekspor; (4)
memiliki pasar yang prospektif, merupakan komoditas yang berdaya saing tinggi;
(5) memiliki potensi untuk ditingkatkan nilai tambahnya dalam agroindustri; (6)
merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi; dan (7) dapat dibudidayakan
secara meluas di wilayah kabupaten.

17

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa-desa Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Kabupaten Pandeglang secara
geografis terletak di ujung Kabupaten Pandeglang. Secara administrasi wilayah
perencanaan terdiri atas desa-desa di Kecamatan Sumur dan Kecamatan
Cimanggu terdiri dari 19 desa, 7 desa di Kecamatan Sumur dan 12 desa di
Kecamatan Cimanggu. Waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai
penulisan tesis dilaksanakan pada bulan Februari 2013 dan Agustus 2013.

3.2 Sumber Data dan Informasi Penelitian
Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah terdiri atas data
Primer dan data Skunder. Data perimer diperoleh dengan cara melakukan
pengumpulan data melalui:
Wawancara dan pengisian kuesioner. Stakeholder yang terlibat menjadi
responden dalam penelitian ini meliputi unsur Balai Taman Nasional Ujung
Kulon, Kantor Kecamatan Sumur, Kantor Kecamatan Cimanggu, Kepala Desa
Sumberjaya, Kepala Desa Cimanggu dan desa-desa yang terkait dengan
penelitian, tokoh masyarakat, UPT PPI/TPI manajer Kecamatan Sumur, manajer
TPI Tamanjaya dan dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Data sekunder bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Pandeglang, Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pandeglang, Podes Kecamatan Sumur, Kecamatan
Cimanggu dan instansi lainnya yang terkait dengan kebutuhan data.

3.3 Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan adalah seluruh data yang tertuang pada
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam mengolah data antara lain : Peta administratif
Kecamatan Sumur, kamera dijital, alat tulis, seperangkat komputer yang
dilengkapi software Ms word, Excell, Statistik 7, Arc GIS versi 9.3

3.4 Metode Pengumpulan data
Untuk mengetahui keberadaan perkembangan wilayah diperlukan data dan
informasi sebagai berikut:
1. Kondisi fisik wilayah penelitian yang meliputi sarana dan prasarana
wilayah, infrstruktur, pelayanan, aksesibilitas jalan dan transportasi
wilayah Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu
2. Potensi sumberdaya yang ada di wilayah desa-desa penyangga TNUK
yang mendukung keberadaan taman nasional tersebut.

18

3. Sosial ekonomi dan demografi masyarakat di setiap wilayah desa-desa
yang meliputi: umur, jenis kelamin, mata pencaharian, tingkat pendidikan,
ketenagakerjaan dan tingkat pendapatan keluaraga, tingkat produksi,
penggunaan sarana produksi, tenaga kerja yang digunakan
4. Pemasaran komoditas wilayah/desa-desa yang meliputi berbagai produk
yang dihasilkan, penyediaan sarana produksi, kegiatan pemasaran, struktur
permintaan pasar produk tersebut.
5. Peraturan perundangan yang terkait dengan berbagai kebijakan
pembangunan wilayah desa-desa di sekitar Taman Nasional Ujung Kulon.
6. Jumlah fasilitas saran prasarana serta kondisinya
Pelaksanaan penelitian, dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan
informasi dari instansi-instansi terkait, melakukan pengamatan langsung ke
lapangan dan melakukan wawancara. Wawancara dilakukan dengan meminta
pendapat melalui kuesioner kepada pelaku utama (stakeholder) perwakilan dari
tiap instansi, pembuat kebijakan atau dinas terkait dan akademisi. Informasi dan
data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya digunakan sebagai bahan dasar untuk
kuesioner.
Pengambilan sampel (responden) untuk wawancara dilakukan dengan teknik
sampling non probabilitas yaitu dengan melalui pendekatan purposive sampling
dalam analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats),
dimana sampel (responden) ditentukan berdasarkan pertimbangan penelitian.
Penentuan jumlah responden dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut.
Untuk melakukan wawancara dan pengisian kuesioner dengan pengambilan
sampel dari berbagai pihak yang terkait di kecamatan, pembuat kebijakan antara
lain: Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Pemda Kabupaten Pandeglang
dan Akademisi Camat Kecamatan Sumur, Kecamatan Cimanggu dan tokoh
masyarakat, jumlah responden dipilih sebanyak 10 (sepuluh) orang yang mewakili
guna mengetahui perkembangan wilayah potensi ekonomi di Kecamatan Sumur
dan Cimanggu Taman Nasional Ujung Kulon.

3.5 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui arah perkembangan wilayah potensi ekonomi di
Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cimanggu, terlebih dahulu harus diketahui
potensi dan karakteristik wilayah berdasarkan data-data skunder dan data primer
yang terkumpul. Jenis data, sumber data dan teknik analisis data serta hasil yang
diperoleh dalam tujuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

19

Tabel 1. Jenis Data, Sumber Data dan Metode Analisis Data
No

Tujuan

Jenis Data

Sumber Data

Metode
Analisis
Analisis
Skalogram

1

Mengetahui hierarki
wilayah desa-desa di
Kecamatan Sumur dan
Kecamatan Cimanggu

Tingkat
ketersediaan
Infrastruktur

BPS
Podes Kecamatan
Sumur dan
Kecamatan
Cimanggu

2

Mengetahui komoditas
unggulan yang mendukung
perkembangan wilayah di
Kecamatan Sumur dan
Kecamatan Cimanggu

Sektor
produksi di
Kecamatan
Sumur dan
Cimanggu

PDRB
BPS kabupaten
BPS kecamatan
Podes

Loqation
Quotion
(LQ)
Shi