Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan

PENGELOLAAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972)
DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN,
JAKARTA SELATAN

NIA RISKA

DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Rusa
Sambar (Cervus unicolor equinusKerr, 1972) di Taman Margasatwa Ragunan,
Jakarta Selatan adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Nia Riska
NIM E34089003

ABSTRAK
NIA RISKA. Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinusKerr, 1972) di
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Dibimbing oleh ABDUL HARIS
MUSTARI dan BURHANUDDIN MASYUD.
Penyebaran rusa sambardi Indonesia terbatas di pulau Kalimantan dan
Sumatera.Habitat alaminya telah terganggu dan terancam akibat dari degradasi
lahan dan perburuan liar sehingga diperlukan upaya konservasi.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui teknik pengelolaan rusa sambar.Penelitian ini
dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) pada bulan Maret sampai
dengan April 2013.Metode pengambilan data dilakukan dengan observasi lapang,
studi pustaka, serta wawancara.Analisis data secaradeskriptif dan kuantitatif.Hasil
dari penelitian menunjukkan jumlah populasi tahun 2013 ada 10 ekor dari sub
jenis (Cervus unicolor equinus). Sex ratio 1:2 sehingga produktivitas

rendah.Model kandang ranch luas 3744m².Pakan terbagi dua kelompok yakni
pakan pokok (hijauan) dan pakan tambahan (dedak, pelet, garam dan
mineral).Kondisi kesehatan secara fisik kurang baik karena kurus dan terdapat
luka.Petugas ada 3 orang.Pemanfaat hasil berupa jasa rekreasi, pendidikan,
penelitian and tempat konservasi satwa yang terancam punah.
Kata kunci:pengelolaan, rusa sambar, Taman Margasatwa Ragunan

ABSTRACT
NIA RISKA. Sambar Deer (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) Management In
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Supervised by ABDUL HARIS
MUSTARI and BURHANUDDIN MASYUD.
Distribution of Sambar deer in Indonesia, Sambar deer spreads in
Kalimantan island and Sumatera island. Their home land has been disturbed and
threatened because of land degradation and wild hunt so they need to be
consevationed. The goal of this research is to know the management technique of
sambar deer. This research is taken in Taman Margasatwa Ragunan (TMR) on
March untill April in 2013. The research method takes three steps, field
observation, literature study and interviewer. Data analysis of descriptive and
quantitative. From the results of the study revealed that population of rusa sambar
in 2013 10 for sub-types (Cervus unicolor equinus). Sex ratio 1:2 show that it has

low productivity. Cage model is ranch in 3744 m². Feeding is divided into two
groups: basic feed (forage) and supplementary feed (bran, pellets, salt and
mineral). Physical health condition is not good as skinny and there are injuries.
The trainer there were 3 people. The advantage is recreation, education, research
and conservation land for the rare animal.
Keywords: management, sambar deer, Taman Margasatwa Ragunan

PENGELOLAAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor equinusKerr, 1972)
DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN,
JAKARTA SELATAN

NIA RISKA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMENKONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

JudulSkripsi : Pengelolaan Rusa Sambar (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) di
Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
Nama
: Nia Riska
NIM
: E34089003

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Haris Mustari, MSc F
Pembimbing I

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pengelolaan
rusa sambar (Cervus unicolor equinus Kerr, 1972) di Taman Margasatwa
Ragunan Jakarta Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris Mustari,
MSc.F dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS selaku pembimbing yang telah
banyak memberi saran dan terima kasih juga kepada pihak TMR yang telah
memberi izin dan membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada papa, mama, keluarga, dan seluruh teman-teman
atas segala doa, kasih sayang serta semangat yang selalu diberikan.
Semoga hasil penelitianini bermanfaat.


Bogor, Juli 2013
Nia Riska

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2


Bahan

2

Alat

2

Jenis Data

2

Metode Pengumpulan Data

3

Analisis Data

4


HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Perkembangan Populasi Rusa Sambar di TMR

6

Aspek Teknis Pengelolaan

7

Perkandangan

7


Pakan

10

Kesehatan

12

Reproduksi

13

Ketenagakerjaan dan Pemanfaatan Hasil
SIMPULAN DAN SARAN

14
16

Simpulan


16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

18

DAFTAR TABEL
1 Data primer aspek teknis pengelolaan rusa sambar
2 Komposisi kelas umur dan jenis kelamin rusa sambar di TMR per 21
April 2013
3 Rekapan rusa sambar dari tahun 2007 hingga bulan April 2013
4 Suhu dan kelembaban kandang rusa sambar di TMR
5 Perbandingan angka natalitas dan mortalitas

3
6
7
10
14

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perbandingan ukuran tubuh untuk identifikasi kelas umur rusa sambar
Struktur umur rusa sambar
Desain kandang rusa sambar di TMR
Kondisi kandang
Desain pintu dan pagar
Hijauan pakan (A) Cyrtococcum trigonum, (B) Centotheca lappacea
Pakan tambahan (A) garam dan mineral, (B) dedak dan pelet
(A) penyakit gatal-gatal, (B) obat pengusir lalat di luka
Kondisi fisik rusa sambar

5
7
8
9
10
11
12
12
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Panduan wawancara kepada pengunjung
Inventarisasi Rusa Sambar
Jenis tumbuhan pakan yang diberikan
Struktur Organisasi TMR
Data animal keeper untuk Rusa Sambar
Responden wawancara

18
18
19
19
20
20

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rusa sambar (Cervus unicolor) merupakan rusa terbesar di daerah
tropis.Rusa sambar tergolong dalam famili Cervidae (Siregar et al.
1983).Penyebarannya meliputi Srilangka, India, Nepal, Cina, Indocina, Malaysia,
Filipina dan Indonesia (Lekagul dan McNeely 1988).Penyebaran rusa sambar di
Indonesia terbatas di Pulau Sumatera, Kalimantan dan pulau kecil di sekitar
Sumatera (Whitehead 1994).
Rusa sambar sering di jumpai pada habitat hutan berair yang bagian
bawahnya berupa semak-semak (Subagyo 2000).Sedangkan Garsetiasih dan
Takandjandji (2007) melaporkan bahwa rusa sambar dapat dijumpai di hutan
payau.Saat ini kondisi rusa sambar di habitat aslinya terganggu akibat kegiatan
manusia, dalam bentuk perburuan liar dan pengrusakan habitat.Perburuan rusa
sambar di alam dikarenakan rusa sambar memiliki nilai jual.Organ tubuh rusa
yang paling banyak dicari adalah ranggah rusa untuk pembuatan obat maupun
untuk hiasan atau koleksi, selain itu juga daging rusa sambar dapat
dikonsumsi.Faktor tersebut sangat mengancam populasi rusa sambar di alam.
Selain itu laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat membuat
kebutuhan akan lahan sebagai tempat tinggal, sekolah, kebun, dan bagunan
terbangun lainnya juga ikut meningkat. Akibat yang terjadi adalah semakin
berkurangnya habitat alami rusa sambar di alam.
Berdasarkan IUCN Redliststatus konservasi rusa sambar dikategorikan
vulnerable (rentan) sejak tahun 1996,sehingga senantiasa harus menjaga
kelestarian rusa sambar agartetap menjadi kekayaan keanekaragaman hayati
Indonesia.Kondisi populasi rusa sambar yang terus menurun dapat mengancam
kelestariannya di alam.Oleh karena itu perlu upaya konservasi.Konservasi rusa
sambar dapat dilakukan secara in-situ (di dalam habitat alaminya) dan ex-situ (di
luar habitat alaminya).
Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan salah satu lembaga
konservasi ex-situ.TMR mempunyai koleksi satwa 2226 ekor dari 264 spesies
pada lahan seluas 147 Ha (Tata Lingkungan TMR2006). TMR bertujuan sebagai
tempat satwa dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan kepada
publik sebagai tempat rekreasi, pendidikan konservasi dan riset untuk satwa
terancam punah. Rusa sambar merupakan salah satu satwa koleksi yang ada di
TMR.
Saat ini kondisi pengelolaan rusa sambar di TMR belum banyak diketahui
dan diteliti.Untuk itu kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
populasi dan pengelolaannya secara lebih lanjut.Pertanyaan penelitian ini adalah
bagaimana teknik pengelolaan rusa sambar yang dilakukan di TMR?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiaspek-aspek teknis pengelolaan
rusa sambar di TMR, meliputi perkembangan populasi rusa sambar,

2
aspekperkandangan, aspek pengelolaan pakan, aspek kesehatan, aspek reproduksi,
ketenagakerjaan dan pemanfaatan hasil.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi perbaikan dan
pengembangan menejemen pengelolaan rusa sambar di TMR, maupun bagi
pengembangan pengelolaan rusa pada umumnya.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR),
JakartaSelatan.Penelitian dilaksanakan selama bulan Maret hingga April 2013.

Bahan
Bahan yang digunakan selama kegiatan penelitian antara lain:
1. Pakan yang diberikan oleh TMR.
2. Data riwayat rusa sambar di TMR.

Alat
Alat yang digunakan selama kegiatan penelitian antara lain:
1. Pita meteran, digunakan untuk mengukur luas kandang.
2. Kalkulator, digunakan untuk menghitung luas kandang.
3. Timbangan, untuk menimbang berat pakan.
4. Buku identifikasi tumbuhan bawah.
5. Termometer dry-wet, untuk mengukur suhu dan kelembaban kandang.
6. Kompas, untuk menunjukkan arah di kandang.
7. Kamera digital, untuk mendokumentasikan hasil penelitian.
8. Alat tulis dan Tally sheet, untuk mencatat data yang diperoleh.
9. Panduan wawancara kepada petugas dan pengunjung.

Jenis Data
Jenis data dikelompokkan menjadi data primer (Tabel 1) dan data
sekunder.Data sekunder yang diambil adalah sejarah perkembangan Taman
Margasatwa Raguanan (TMR), dasar hukum, struktur organisasi, fasilitas
penunjang TMR, kondisi umum lokasi dan pustaka mengenai rusa sambar. Data
primer adalah data primer aspek teknis pengelolan

3
Tabel 1 Data primer aspek teknis pengelolan rusa sambar
Aspek teknis

Jenis Data yang Diambil
-

Populasi

Asal dan tahun pengadaan
Jumlah
Nisbah kelamin
Struktur umur

Perkembangan populasi

- Tipe kandang

Kandang

Pakan

Pemeliharaan kesehatan

Reproduksi

Ketenagakerjaan dan pemanfaatan
hasil

- Luas dan ukuran areal kandang
- Peralatan dan perlengkapan dalam kandang
- Jenis dan bahan kandang (konstruksi)
- Suhu dan kelembaban
- Perawatan kandang
- Jenis pakan
- Sumber pakan
- Jumlah pakan
- Waktu pemberian pakan
- Cara pemberian pakan
- Frekuensi pemberian pakan
- Pakan tambahan
- Jenis penyakit yang pernah diderita
- Upaya pengobatan
- Pencegahan penyakit
- Alat yang digunakan untuk pencegahan dan
pengobatan penyakit
- Siklus reproduksi
- Cara perjodohan
- Sex ratio
- Jumlah anak per kelahiran
- Tingkat kematian
- Jumlah tenaga kerja
- Tingkat pendidikan pekerja
- Pembagian kerja
- Sistem upah dan lamanya kerja
- Pemanfaatan hasil
- Persepsi pengunjung

Metode Pengumpulan Data
Secara umum seluruh data diperoleh dengan tiga cara, yakni pengamatan/
observasi lapang, studi pustaka, serta wawancara dengan pengelola dan
pengunjung.
a. Pengamatan/ observasi lapang
Observasi lapang dilakukan terhadap manajemen perkandangan,
pengelolaan pakan, manajemen kesehatan, serta manajemen reproduksi. Data

4
mengenai kandang diperoleh dengan pengukuran di lapang, meliputi pengukuran
ukuran kandang, suhu dan kelembaban sebagai berikut:
- Pengukuran kandang dilakukan dengan mengukur tinggi, panjang dan lebar
kandang dengan menggunakan pita meter.
- Pengukuran suhu dan kelembaban kandang dilakukan dengan menggunakan
termometer dry-wet. Pengukuran suhu dilakukan pada pagi (pukul 08.00),
siang (pukul 12.00), dan sore (pukul 16.00) dengan cara menggantungkan
termometer di dalam kandang.
Disamping pengamatan secara langsung dan wawancara dengan animal
keeper, perolehan data juga dilakukan dengan penelusuran dokumen-dokumen
mengenai pengelolaan rusa sambar di TMR.
b. Studi pustaka
Dilakukan untuk mengetahui berbagai informasi yang terkait dengan aspek
pengelolaan rusa sambar, dan memperoleh data skunder.Studi pustaka juga
dilakukan untuk mempertajam dan memperkuat analisis terhadap hasil-hasil
penelitian.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pengelola terutama penjaga kandang (animal
keeper)tentang morfologi rusa sambar, perkembangan populasi, serta informasi
tentang pengelolaan rusa sambar di TMR. Wawancara juga dilakukan kepada
pengunjung yang datang ke TMR sebanyak 30 orang untuk mengetahui penilaian
mereka terhadap pengelolaan rusa sambar (Lampiran 1).Wawancara dilakukan
secara mendalam, santai, terbuka dan tidak kaku.

Analisis Data
Data yang telah diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dianalisis secara
deskriptif dan kuantitatif yang ditunjang dengan bagan-bagan, tabel, dan gambar
untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil analisis data yang diperoleh
secara lebih terpadu.
- Analisis deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menguraikan data hasil observasi dan
wawancara yang meliputi data perkembangan populasi rusa sambar, aspek
perkandangan, aspek pakan, aspek kesehatan, aspek reproduksi serta
ketenagakerjaan dan pemanfaatan hasil.Selain itu, teknik analisis ini juga
digunakan untuk menguraikan jenis pakan yang telah diidentifikasi dengan buku
identifikasi tumbuhan bawah di Laboratorium Ekologi Hutan Fahutan IPB dan
identifikasi dari hasil-hasil penelitian tumbuhan bawah.Hasil analisis dilengkapi
dengan penyajian gambar, bagan dan tabel untuk lebih memperkuat hasil
deskriptif.
- Analisis kuantitatif
1. Nisbah kelamin
Nisbah kelamin (sex ratio) adalah perbandingan jumlah jantan dan jumlah
betina.Sex ratio berguna untuk melihat dan mengetahui perbandingan jumlah
jantan dan betina dalam suatu kelas umur dan suatu populasi dalam suatu lokasi
penangkaran. Perhitungan yang digunakan sebagai berikut:

5
Sex ratio =

Y
X
Keterangan : Y = Jumlah individu jantan
X = Jumlah individu betina
Hasil perhitungan sex ratio rusa sambar di TMR dapat menganalisis apakah
sesuai untuk mendukung kelestarian hasil.
2. Angka kelahiran (Natalitas)
Angka kelahiran kasar (b) adalah angka perbandingan antara jumlah
individu yang dilahirkan (B) dengan jumlah seluruh anggota populasi (N) dalam
suatu priode waktu tertentu. Sehingga;
b=
B
N
3. Angka kematian (Mortalitas)
Angka kematian kasar (d) adalah perbandingan antara jumlah kematian dari
semua sebab dengan total populasi selama priode waktu tertentu (D) dengan
jumlah seluruh anggota populasi. Sehingga;
d=
D
N
4. Struktur umur
Pengamatan terhadap parameter struktur umur dilakukan berdasarkan
perbandingan ukuran tubuh, terutama tinggi. Rusa sambar jantan dewasa dan
betina dewasa biasanya memiliki ukuran tubuh yang hampir sama, rusa remaja
memiliki ukuran tubuh ± ¾ tinggi rusa sambar dewasa, dan rusa anakan memiliki
ukuran tubuh ± ½ ukuran rusa sambar dewasa (Hernowo dan Kurnia 2012).
Perbandingan ukuran tubuh untuk identifikasi kelas umur rusa sambar dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Perbandingan ukuran tubuh untuk identifikasi kelas umur rusa
sambar

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Taman Margasatwa Ragunan terletak pada 48˚ BT - 106˚ BT dan 6˚ LS 15˚ LSdan berjarak 20 km dari pusat Kota Jakarta. Luas keseluruhan TMR seluas
147 ha. Tata guna lahan TMR meliputi kantor dan kandang 32 ha, taman 15 ha,

6
danau 7 ha, lapangan parkir 5 ha,dan saluran air 10 ha.Secara administratif TMR
termasuk dalam wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta
Selatan. TMR merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 50 mdpl dan
memiliki kemiringan 20-60.Suhu harian berkisar antara 25,5˚C hingga 28,5˚Cdan
kelembaban udara sebesar 85% serta curah hujan 2291 mm per tahun.Jenis tanah
latosol merah(Tata lingkungan TMR 2006).

Perkembangan Populasi Rusa Sambar di TMR
Tahun 1988 TMR menerima sepasang rusa sambar dewasa.Perkiraan umur
rusa pada saat diterima yakni jantan umur 5 tahun dan betina umur 3 tahun.Pada
tahun 1990 lahirlah satu anak rusa sambar di kandang TMR.Hasil penelitian
menunjukkan pola kelahiran sejak tahun 1990 terjadi tiap 3 tahun sekali, namun
sejak tahun 2004 pola kelahiran terjadi setiap tahunnya. Pola kelahiran bertambah
dikarenakan jumlah rusa sambar dewasa produktif juga bertambah dari hasil
kelahiran di kandang dan dari sumbangan masyarakat.Jumlah rusa yang
bertambah dan kondisi kandang yang terbatas menyebabkan jumlah kelahiran rusa
kembali menurun.Sehingga pada tahun 2010 rusa sambar dipindahkan ke kandang
yang lebih luas dan menyerupai habitat alaminya.Data inventarisasi rusa sambar
di TMR lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
Rusa sambar yang ada di TMR merupakan sub jenis rusa sambar Sumatera
(Cervus unicolor equinus). Umur hidup maksimum yang dapat dicapai oleh rusa
sambar yakni sekitar 15 tahun hingga 20 tahun dan umur produktif untuk berumur
1,5 tahun hingga 12 tahun (Garsetiasih dan Herlina 2005). Pengelompokkan kelas
umur dibagi menjadi umur anak dibawah 9 bulan, remaja umur 10 bulan hingga
15 bulan, dan dewasa umur 16 bulan keatas. Jumlah rusa sambar yang ada di
kandang TMR saat penelitian dilakukan adalah 10 ekor yang terdiri dari 8 ekor
rusa sambar dewasa, 1 ekor rusa sambar remaja dan 1 ekor rusa sambar anakan.
Data dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi kelas umur dan jenis kelamin rusa sambar di TMR per 21
April 2013.
Kelas Umur

Kisaran Umur
(bln)

Dewasa
Remaja
Anak

16– 20
10 – 15
0–9

Jumlah total

Jenis Kelamin (ekor)
Jantan

Betina

3
5
1
Jenis kelamin belum diketahui

Jumlah (ekor)
8
1
1
10

Data diatas menunjukkan bahwa jumlah betina dewasa lebih banyak dari
pada remaja dan anakan.Hal tersebut menunjukkan produktifitas rusa sambar di
TMR kurang maksimal.Tujuan TMR bukan untuk mereproduksi satwa sebanyakbanyaknya.Hal ini dikarenakan TMR sebagai tempat rekreasi, penelitian,
pendidikan dan konservasi.Perkembangan populasi rusa sambar di TMR dari
tahun 2007 hingga bulan April 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.

7
Tabel 3 Rekapan rusa sambar dari tahun 2007 hingga bulan April 2013
Tahun

Dewasa Remaja

Anak

Total
(ekor)

Keterangan

J*

B*

J

B

2007
2008
2009
2010
2011

4
3
4
4
2

5
6
6
6
4

1
-

1
-

2
3

12
10
10
10
9

2012

2

3

1

2

2

10

kematian: 1 B dewasa
kematian: 1 J remaja, 1 J dewasa
kematian: 1 B dewasa, translokasi: 1 B
dan 2 J dewasa
kematian: 1 B dewasa

2013

3

5

-

1

1

10

belum terjadi kelahiran

Keterangan: J= Jantan ; B= Betina

Jumlah individu

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah populasi terbanyak terjadi pada tahun
2007 dan 2011 yakni 12 ekor. Namun pada tahun 2011, 3 ekor rusa sambar di
translokasi ke Ancol.Pada saat penelitian belum terjadi kelahiran rusa untuk tahun
2013. Struktur umur rusa sambar dewasa, remaja dan anak dari 2007 hingga 2013
digambarkan pada Gambar 2.
12
10
8
6
4
2
0

9

9

10

10
8
6

2
1

3
0

0

0

5
3
2

0

Anak
Remaja
1
0

Dewasa

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

Gambar 2 Struktur umur rusa sambar
Berdasarkan grafik tersebut maka rusa sambar yang berada di TMR pada
saat penelitian ini memiliki struktur umur dalam keadaan populasi yang mundur
(regressive population), yaitu natalitas mengalami penurunan (Alikodra 2002).

Aspek Teknis Pengelolaan
Perkandangan
Salah satu aspek penting dari usaha penangkaran satwa adalah kandang
yang berfungsi sebagai habitat buatan tempat hidup satwa. Kandang harus
memenuhi semua kebutuhan hidup dan perkembangan satwa, seperti luas yang
cukup untuk pergerakan satwa, suhu, kelembaban dan komponen penunjang

8
seperti tempat berlindung (cover), berkembangbiak, serta terjaga sanitasinya dari
kemungkinan penyebaran penyakit.
Terkait dengan manajemen perkandangan sebagai habitat buatan, maka
aspek yang dipelajari dalam penelitian ini adalah model kandang, letak, luas dan
ukuran kandang, fasilitas kandang, konstruksi kandang, suhu dan kelembaban
kandang, serta perawatan kandang.Kandang rusa sambar di TMR berjumlah satu
yang terletak di daerah Timur TMR.Model kandang menggunakan sistem
ranch.Sistem ranch adalah sebuah kandang rusa di areal terbuka yang
sekelilingnya dipagari.Menurut Garsetiasih dan Takandjandji (2007) kandang
ranch harus mempunyai tempat bernaung untuk satwa yang ada didalamnya, baik
secara alami berupa pohon dan semak maupun naungan buatan seperti selter dan
pondok beratap injuk, alang-alang atau pun seng.
Berdasarkan hasil observasi kandang rusa sambar di TMR mempunyai
fasilitas yang menyerupai habitat alaminya agar satwa merasa nyaman (Gambar 3).

Gambar 3Desain kandang rusa sambar di TMR

9
Gambar di atas menunjukkan fasilitas yang ada di dalam kandang rusa
sambar di TMR adalah:
1. Tiga pondok/selter untuk rusa berteduh, istirahat, dan kawin. Pondok
terbuat dari beton diberi genteng dan tidak diberi dinding. Luas untuk satu
pondok yakni 70 m².
2. Pondok tempat pakan tambahan (dedek dan pelet). Pondok memiliki 12
box yang terbuat dari semen/beton. Pondok diberi atap dan tidak diberi
dinding sehingga memudahkan rusa untuk mengambil makan ke dalam
box. Luas pondok pakan tambahan adalah 80 m².
3. Tiga tempat pakan (rumput) yang tersedia di kandang. Tempat rumput
berupa keranjang besi dan tidak jauh dari tanah sehingga memudahkan
rusa untuk mengambil dan memakan rumput yang diberikan. Namun
tempat pakan rumput tidak digunakan karena petugas langsung
melemparkan rumput kedalam kandang.
4. Sumber mata air yang berfungsi sebagai tempat minum dan berendam atau
berkubang rusa. Sumber mata air ini berbentuk seperti kolam yang ada di
dalam kandang dengan luas 400 m dengan kedalaman 1,5m. Air yang ada
di kolam juga dialiri ke luar dengan menggunakan pipa yang disimpan di
dalam tanah seperti selokan kecil. Kondisi air yang ada berwarna cokelat
susu dan mengalir.
5. Tumpukan ranting untuk tempat bersembunyi anak rusa sambar.
6. Pohon peneduh berfungsi untuk tempat rusa berteduh dan juga berfungsi
sebagai tempat rusa menggesekkan ranggah. Agar pohon tidak rusak maka
disekeliling batang pohon dilingkari kayu kecil. Pagar pada batang bisa
dimanfaatkan rusa untuk menggesek ranggahnya. Terdapat 8 pohon
peneduh di antaranya trembesi (Samanea saman) dan beringin (Ficus
benjamina L.).
Luas areal kandang rusa sambar di TMR adalah 3744 m² diisi oleh 10
individu rusa, yang dapat diartikan bahwa satu ekor rusa memiliki luas areal 374,4
meter/ekor. Model kandang ranchuntuk 10 individu rusa idealnya membutuhkan
luaslahan 1 ha atau10.000 m² (Garsetiasih dan Takandjandji 2007). Hasil
observasi lapang berbeda jauh dengan literatur yang ada, hal ini dikarenakan luas
untuk tiap kandang satwa terbatas.Fakta di lapang menggambarkan bahwa luasan
kandang di TMR masih cocok untuk dihuni oleh 10 ekor rusa.Hal ini terlihat dari
kondisi rumput yang ada di dalam kandang masih cukup baik menutupi areal
dalam kandang dan rusa sambar masih dapat bergerak bebas tanpa harus saling
berdesakan (Gambar 4).

Gambar 4Kondisi kandang

10
Kandang rusa sambar di TMR bersifat permanen diberi pagar berupa
tembok beton dan jaring kawat besi dengan ukuran panjang 3 m dan tinggi 1,5 m.
Pagar disatukan dengan mor dan ditancapkan dibeton sebagai alas sehingga kokoh.
Kandang memiliki pintu untuk keluar masuk petugas dan untuk memindahkan
satwa ke luar kandang.Desain pintu dan pagar kandang dapat dilihat pada Gambar
5.

Gambar 5 Desain pintu dan pagar
Konstruksi kandang dibuat sesuai dengan satwa yang dipelihara.Hal ini
penting diperhatikan agar satwa tidak bisa keluar dari kandang dan aman bagi
pengunjung yang datang untuk melihat dari pinggir kandang.Suhu dan
kelembaban kandang rusa sambar di TMR berdasarkan hasil pengamatan di
sajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Suhu dan kelembapan kandang rusa sambar di TMR
Termometer
Suhu
Kelembaban

Awal (ºC)
28
-

08.00 (ºC) 12.00 (ºC) 16.00 (ºC)
27
84%

31
72%

30
85%

Rata-Rata
29.3º
80%

Pada pagi hari jam 08.00 suhu masih rendah dan kelembaban lebih tinggi
dibandingkan pada siang hari jam 12.00. Dari ketiga rentang waktu yang berdeda
maka di peroleh rataan untuk suhu adalah 29ºC dan rataan kelembaban adalah
80%.Berdasarkan Tata lingkungan TMR (2006), memiliki suhu 27˚C dan
kelembaban 60%.
Kandang berfungsi sebagai kandang display dan perkawinan. Setiap pagi
hari animal keeper (penjaga kandang) membersikan kandang dan menyapu
lingkungan luar kandang.Pengecekan konstruksi kandang yang rusak dan
pemotongan rumput yang berada di sekitar lokasi juga dilakukan oleh animal
keeper.Perawatan kandang dilakukan untuk menjaga agar kandang tetap bersih
sehingga nyaman bagi satwa dan pengunjung.
Pakan
Pakan merupakan komponen yang paling penting.Pakan pokok rusa
sambar adalah hijauan berupa daun-daunan dan rumput-rumputan.Hijauan adalah
bahan makanan yang berbentuk daun-daunan, kadang bercampur batang, ranting
serta bunga.Rusa sambar mempunyai kebuhutan pakan hijauan dan konsetrat

11
sehingga untuk memenuhi pakan rusa sambar di TMR pengelola atau petugas
memberi pakan pokok dan pakan tambahan.
Pakan pokok berupa hijauan.Berdasarkan hasil penelitian Manshur (2011)
pakan rusa sambar didominasi oleh famili Poaceae, Clusiaceae, Cyperaceae,
Euphorbiaceae dan Sapindaceae.Bagian tumbuhan yang dimakan oleh rusa
sambar bervariasi yakni meliputi daun, daun dan bunga, daun dan buah, buah
saja.Rusa sambar yang dipelihara di kandang cenderung menjadi pemakan
rerumputan (Bentley 1978) dan pemakan dedaunan (Burke 1982).
Rumput yang menjadi pakan rusa sambar dan herbivora di TMR berasal
dari pihak ketiga (PT. Pakan Nusantara).Setiap pagi hijauan yang telah diikat
berkelompok dikirim ke gudang pakan.Petugas pakan melakukan penimbangan
hijauan.Satu ikat hijauan berkisar antara 4 kg hingga 5 kg.Hijauan didistribusi
oleh petugas pakan keseluruh kandang satwa herbivora.Jumlah rumput yang
diberikan oleh animal keeper antara 4 sampai 5 ikat hijauan atau sekitar 25 kg/hari
untuk 10 ekor rusa.Menurut Ahmed dan Sarker (2002) kebutuhan rata-rata makan
rusa sambar di alam sebanyak 13.27 kg/hari/ekor.Kebutuhan di alam berbeda
dengan kebutuhan di kandang, karena satwa tidak perlu mengeluarkan banyak
energi untuk mencari makan, menghindari predator dan lainnya.Pakan hijauan
yang diberikan setiap harinya kurang memenuhi kebutuhan pakan rusa, hal ini
terlihat dari kondisi fisik rusa kurus.Agar dapat memenuhi kebutuhan pakan
sebaiknya pengelola menabah jumlah pakan hijauan yang diberikan sebanyak
5kg/hari/ekor.
Jadwal pemberian pakan rumput yakni sehari sekali sekitar jam 09.00.
Berdasarkan hasil penelitian Manshur (2011), Aktivitas rusa sambar untuk
merumput dilakukan pada dini hari hingga menjelang pagi dan sore hari. Subagyo
(2000) di Taman Nasional Way Kambas, rusa sambar aktif merumput mulai jam
05.00 WIB hingga 10.00 WIB dan sore hari mulai 16.00 WIB hingga malam hari.
Jenis dari hijauan atau rumput halus yang diberikan setiap hari terkadang
berbeda tergantung dari pihak ketiga.TMR belum memiliki data identifikasi jenis
rumput pakan yang diberikan.Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan
ditemukan rumput yang dominan dari Famili Poaceae. Seperti rumput kretekan
(Cyrtococcum trigonum) (Gambar 6), pinang mante (Centotheca lappacea)
(Gambar 6), gewor (Commelina nudiflora), rumput teki (Cyperus rotundus), dan
rumput sarang buaya (Ottochloa nodosa). Jenis hijauan lainnya dapat dilihat pada
Lampiran 3.

Gambar 6 Hijauan pakan (A) Cyrtococcum trigonum, (B) Centotheca
lappacea
Kebutuhan hijauan untuk satwa herbivora yang besar sedangkan hijauan
yang tersedia terbatas menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan pakan

12
hijauan satwa.Oleh karena itu untuk menambah ketersediaan hijauan sebaiknya
lahan kosong yang ada di TMR bisa dimanfaatkan untuk kebun pakan.
Pakan tambahan berupa pelet, dedak, garam dan mineral (Gambar
7).Setiap hari Senin pakan tambahan untuk jatah satu minggu diantar oleh petugas
pakan ke tempat penyimpanan pakan tambahan.Animal keeper membuatkan
takaran pakan yakni satu ember kecil pelet setara dengan 5 kg dan campuran
dedak, mineral dan garam dengan perbandingan 5:1:1. Pencampuran dedak, garam
dan mineral berfungsi sebagai perangsang nafsu makan dan untuk memenuhi
kebutuhan mineral. Jadwal pemberian pakan yakni hari Selasa dan Sabtu sekitar
jam 08.00 hingga 09.00. Pakan tambahan dimasukkan kedalam box yang ada di
pondok pakan.

Gambar 7 Pakan tambahan (A) garam dan mineral, (B) dedak dan pelet
Kesehatan
Aspek kesehatan rusa sambar merupakan suatu hal yang perlu mendapat
perhatian serius agar rusa tetap sehat dan terhindar dari penyakit.Berdasarkan
hasil wawancara dan pengamatan di lapang, kematian rusa lebih banyak terjadi
pada rusa dewasa lebih banyak disebabkan oleh faktor umur (tua), lingkungan,
dan stress.Untuk mencegah penularan penyakit sekaligus pengobatannya rusa
sambar yang sakit di kandang display dipindahkan ke kandang khusus perawatan
hewan (kandang karantina). Kandang karantina ini berfungsi untuk merawat
semua hewan yang sakit atau perlu perlakuan khusus.
Penyakit yang sering diderita oleh rusa sambar adalah gatal-gatal, cacingan,
masuk angin dan tidak nafsu makan.Gatal-gatal disebabkan oleh luka pada tubuh
rusa dan kemudian dihinggapi lalat.Cara pengobatan denganmenyemprotkan obat
(gusanex) pada bagian luka agar tidak dihinggapi lalat dan luka cepat kering
(Gambar 8).

Gambar 8 (A) penyakit gatal-gatal, (B) obat pengusir lalat di luka

13
Cacingan sering terjadi pada rusa akibat kondisi kandang yang kurang
bersih ataupun karena pada musim hujan.Cara pengobatan dengan memberikan
obat cacing bubuk yang dicampur pelet.
Masuk angin membuat perut rusa membuncit dan tubuhnya lemas.Cara
pengobatannya diberi antibiotik dan makan yang teratur agar perut tidak kosong.
Rusa yang kurang nafsu makan akibat stress tubuhnya semakin kurus akan
dipisahkan dari kelompoknya dan ditempatkan pada kandang karantina untuk
diberi perlakuan khusus seperti diberi antibiotik dan makan yang teratur.
Data pencacatan rusa sambar yang sakit belum terdokumentasi dengan
baik sehingga menyulitkan pemantauan kesehatan.Sebaiknya dilakukan
pemantauan kesehatan dan pencacatan data kesehatan setiap hari atau setiap
minggu.Secara umum kondisi fisik rusa pada saat penelitian dilakukan terlihat
kurus.Hal ini terlihat dari tulang iga dan tungging yang tidak bulat serta tulang
rusuk yang menonjol (Gambar 9).

Gambar 9 Kondisi fisik rusa sambar
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat dilakukan dengan
beberapacara, antara lain pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, sanitasi
lingkungan kandang, memperbaiki teknik penanganan, vaksinasi dan pemberian
obat sesuai jenis penyakit dan anjuran medis.
Reproduksi
Masa aktif reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5 tahun sampai 12 tahun dan
umur hidup maksimum yang dapat dicapai sekitar 15 tahun sampai20 tahun
(Garsetiasih dan Herlina 2005). Menurut Schroder (1976), umur berbiak pertama
(minimum breeding age) untuk rusa adalah 15 bulan hingga 18 bulan dan umur
tertua individu masih dapat berbiak (maximum breeding age) 15 tahun hingga 18
tahun.
Periode masa kawin rusa sambar di TMR dapat diprediksikan berdasarkan
data kelahiran rusa sambar.Periode kelahiran terjadi pada bulan November hingga
Juli.Takandjandji(1993) mengemukakan masa kebuntingan rusa sambar antara 7
bulan sampai 8 bulan, sehingga diprediksikan masa perkawinan dapat terjadi pada
bulan Maret hingga Oktober. Dari data populasi di TMR setiap rusa betina
maksimal dapat melahirkan satu ekor anak dalam setahun.
Proses perjodohan dan perkawinan di TMR dibiarkan secara alami tanpa
bantuan animal keeper.Tingkat inbreeding sangat tinggi karena perkawinan tidak
diatur.Inbreeding adalah perkawinan dengan kerabat dekat ataupun

14
sedarah.Apabila inbreeding terus menerus terjadi dapat mengakibatkan
heterosigositas menurun dan akan berdampak timbulnya cacat atau kelainan pada
keturunannya.
Perum Perhutani (1997) mengemukakan bahwa nisbah kelamin(sex ratio)
untuk pengembangbiakan ex-situ adalah 1:(3-5). Berdasarkan data populasinya (3
ekor jantan dewasa dan 5 ekor betina dewasa), makasex ratio rusa sambar dewasa
adalah 1 : 1,67. Dari data sex ratio yang ada dapat diakumulasikan menjadi 1 : 2
artinya satu ekor rusa jantan dapat mengawini dua ekor betina. Dianjurkan jumlah
betina lebih banyak dibanding jantan karena satu ekor rusa jantan dapat
mengawini empat ekor betina.
Data angka natalitas dan mortalitas rusa sambar di TMR dari tahun 2007
hingga 2013 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Perbandingan angka natalitas dan mortalitas
Tahun

Jumlah
Kelahiran

Jumah
Kematian

Angka Natalitas
Kasar

Angka Mortalitas
Kasar

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

2
3
2
-

2
1
1
-

0.17
0
0
0
0.33
0.2
0

0
0.17
0
0
0.11
0.1
0

Tabel diatas menunjukkanangka kelahiran (natalitas)tertinggi 0.33 terjadi
pada tahun 2011 dan yang terendah pada tahun 2008, 2009 dan 2010. Angka
kematian (mortalitas) tertinggi 0.17 terjadi pada tahun 2008 dan terendah pada
tahun 2007, 2009 dan 2010. Tahun 2013 angka natalitas dan mortalitas masih nol
karena masih ada kemungkinan terjadi kelahiran pada bulan November hingga
Juli maupun terjadi lagi kematian.
Tahun 2011 dan 2012 menunjukkan angka natalitas lebih tinggi dari pada
mortalitas. Alikodra (2002) mengemukakan bahwa populasi satwa dikatakan
berkembang jika jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian dan populasi
menurun jika jumlah kematian lebih besar dari jumlah kelahiran. yaitu natalitas
mengalami penurunan.
Upaya yang sebaiknya dilakukan agar jumlah kelahiran rusa bertambah
yakni dengan mengatur sex ratiorusa dengan cara menambah indukan produktif
dan mengurangi rusa yang sudah tidak produktif atau tua. Selain itu bisa juga
dilakukan denganmemberi perlakuan khusus seperti memberi obat perangsang
agar terjadi perkawinan, dan juga menjaga agar tidak ada lagi pengunjung
mengganggu satwa.
Ketenagakerjaan dan Pemanfaatan Hasil
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 135 Tahun 2009
tentang Susunan Organisasi Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan, maka

15
TMR dipimpin oleh Kepala Unit yang ditunjuk oleh Gubernur. Kepala Unit TMR
membawahi empat bidang, yaitu: SubBagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan
Pengunjung, Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa, dan SubKelompok Jabatan
Fungsional. Bagan Struktur Organisasi Unit Pengelola TMR terlampir pada
Lampiran 4.
TMR memiliki kandang satwa yang banyak sehingga perlu tenaga kerja
yang dikelompokkan untuk mengurusi satwa yang ada. Rusa sambar ditangani
oleh 3 orang animal keeper (data petugas pada Lampiran 5) yang juga menangani
beberapa jenis satwa lain yakni 44 ekor rusa totol, 50 ekor rusa jawa, dan 5 ekor
kerbau bule.Tingkat pendidikan para animal keeperyakni Sekolah Menengah Atas
(SMA).Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan dan
pemahaman sehingga pengelolaan dan penanganan kurang optimal.Tugas animal
keepertidak hanya mengurus satwa tetapi juga bertugas menjaga kebersihan
lingkungan kandang dan pemotongan rumput disekitar kandang.Tidak ada sistem
pembagian kerja, karena semua pekerjaan dikerjakan bersama.
Jam kerja animal keeper pada hari biasa yakni pada jam 07.00 hingga jam
16.00. Jatah waktu libur satu kali seminggu pada hari biasa.Pada hari libur atau
weekend setiap pagi animal keeper membersihkan kandang dan memberi makan
satwa.Setelah itu para animal keeperbertugas untuk melayani pengunjung seperti
menjaga tiket atraksi satwa, menjaga loket tiket pengunjung dan lainnya.
Pemanfaatan hasil di TMR berupa jasa yakni untuk rekreasi, pendidikan,
penelitian, dan tempat konservasi untuk satwa yang terancam punah.Dari segi
rekreasi rusa sambar memiliki daya tarik tersendiri berupa ranggah dan bentuk
fisik yang relatif menyenangkan bila dilihat.Selain itu rusa sambar merupakan
salah satu jenis satwaliar yang belum banyak diketahui dan dilihat oleh setiap
orang.
Hasil kegiatan penelitian yang dilakukan hanya ditemukan satu penelitian
dengan judul percobaan pendahuluan imobilisasi pada rusa sambar (Cervus
unicolor) dengan menggunakan ketalar kadaluwarsa di Kebun Binatang Ragunan
Jakarta (Media Konservasi Vol. 111 (2), April 1991 : 72 – 76). Rusa sambar juga
dijadikan sarana pendidikan khususnya peningkatan pengetahuan dan pemahaman
anak usia sekolah tentang ilmu pengetahuan alam yang mereka peroleh dibangku
sekolah, sehingga diharapkan peningkatan kepedulian mereka terhadap
lingkungan beserta isinya.
Pengunjung yang datang ke TMR memiliki motivasi dan keinginan masingmasing.Jawaban terhadap alasan para pengunjung datang ke suatu kawasan
merupakan informasi penting dalam perencanaan pengembangan suatu
kawasan.Setiap pengunjung memiliki persepsi yang berbeda sehingga untuk
mengetahui persepsi pengunjung tentang pengelolaan rusa sambar di TMR,
dilakukan wawancara terhadap 30 responden.Secara umum persepsi pengunjung
yakni kandang cukup terawat, nyaman bagi satwa karena luas, pengelolaannya
bagus.Namun ada juga yang menilai pengeloaan kesehatnnya kurang bagus karena
kondisi fisik satwa yang kurus dan juga terdapat luka yang dihinggapi lalat.Data
responden hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran6.Pengunjung berharap
agar pengelolaan rusa sambar lebih ditingkatkan lagi dari segi kesehatan satwa
dan juga peningkatan sumberdaya manusia yang kompeten dibidang pengelolaan
satwa agar kesejahteraan satwa terpenuhi.

16

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Model kandang ranch seluas 3744 m² untuk 10 ekor rusa sambar. Kondisi
kandang masih baik dan luasan kandang masih cukup untuk menampung
lebih dari 10 ekor rusa sambar. Pemeliharaan kebersihan kandang
dilakukan setiap hari oleh animal keeper.
2. Pakan terdiri dari pakan pokok (hijauan) dan pakan tambahan (pelet, dedak,
garam, dan mineral). Pakan hijauan kurang memenuhi kebutuhan pakan
sehingga perlu dilakukan penambahan pakan hijauan. Agar membantu
memenuhi kebutuhan hijauan sebaiknya TMR membuat kebun pakan pada
lahan kosong agar lebih optimal.
3. Kondisi kesehatan rusa jika dilihat secara fisik kurang baik karena tulang
iga atau bokong dan tulang rusuk terlihat jelas dan terdapat luka di bagian
tubuh rusa sambar. Data kesehatan belum terdokumentasi dengan baik
oleh animal keeper.Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dapat
dilakukan dengan pemberian pakan yang memenuhi standar gizi, sanitasi
lingkungan kandang, memperbaiki teknik penanganan, vaksinasi dan
pemberian obat sesuai jenis penyakit dan anjuran medis.
4. Cara perjodohan secara alami dengan tingkat inbreeding tinggi.
Perbandingan sex ratio dewasa 1:2. Angka natalitas pada tahun 2011 dan
2012 lebih tinggi dari pada angka mortalitas. Sedangkan pada tahun 2013
angka natalitas dan mortalitas masih nol karena masih ada kemungkinan
terjadi kelahiran pada bulan November hingga Desember maupun terjadi
lagi kematian.
5. SDM yang ada untuk mengelola rusa samabar ada tiga orang animal
keeperdengan tingkat pendidikan lulusan SMA. Pembagian kerja tidak
diatur secara teknis, pekerjaan dilakukan secara kerjasama. Selain
mengelola rusa sambar, animal keeperjuga mengelola rusa totol, rusa jawa
dan kerbau bule.
6. Pemanfaatan hasil berupa jasa yakni untuk rekreasi, pendidikan, penelitian,
dan tempat konservasi untuk satwa yang terancam punah.

Saran
Saran yang diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Perlu upaya pengaturan perkawinan dan sex ratio agar keberlangsungan
hasil tercapai. Bisa dengan cara menambah betina produktif atau
mengurangi jantan produktif.
2. Penambahan jumlah hijauan untuk pakan rusa sambar. Selain hijauan dari
pihak ketiga, TMR juga bisa membuat kebun pakan agar membantu
memenuhi kebutuhan pakan satwa.
3. Penanganan dari segi kesehatan sebaiknya lebih ditingkatkan. Pemberian
pakan yang sesuai kebutuhan satwa akan membuat satwa sehat dan tidak
kurus.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ahmed S, Sarker NJ. 2002. Food consumption of sambar deer (Cervus unicolor,
Kerr) in Captivity. Saudi J Biol. Sci 1: 80-84.
Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
Bentley A. 1978. An Introduction to The Deer of Australia: With Special
Reference to Victoria. Melbourne: The Koeteng Trust.
Burke P. 1982. Food plant utilized by sambar.Australian Deer 17: 7-12.
Garsetiasih R, Herlina N. 2005. Evaluasi plasma nutfah rusa totol (Axis axis) di
Halaman Istana Bogor.Buletin Plasma Nutfah.11(1).
Garsetiasih R, Takandjandji M. 2007. Model penangkaran rusa.Prosiding Ekspose
hasil-hasil penelitian 2007.[internet]. [diacu2012 Desember 20]. Tersedia
dari: http://www.dephut.go.id/files/Garsetiasih_Mariana.pdf.
Hernowo JB, Kurnia I. 2012.Panduan Praktikum Mata Kuliah Pengelolaan
Satwaliar Semester Ganjil 2012-2013. Laboratorium Ekologi Satwaliar,
Departemen KonservasiSumberdaya Hutan dan Ekowisata.Fakultas
Kehutanan IPB.
Lekagul B, McNeely JA. 1988. Mammals of Thailand. Thailand: Dharashunta
Press.
Manshur A. 2011. Studi pakan dan prilaku makan rusa sambar (Cervus
unicolorKerr, 1972) di resort Teluk Pulai, Taman Nasional Tanjung Putting,
Kalimantan Tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Perum Perhutani. 1997. Pedoman pelaksanaan penangkaran rusa. Jakarta.
Schroder TO. 1976. Deer in Indonesia. Agricultural university wegeningen
netherland nature coservacion department.Wegeningen.
Siregar AP, Sitorus P, Radjaguguk BPA, Santoso, Sabrani M, Soedirman S,
Iskandar T, Kalsid E, Batubara LP, Situmorang H, Syarifudin A, Saleh A,
Wiluto. 1983. Kemungkinan Pembudidayaan Satwaliar di Indonesia. Di
dalam: BP3[Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian], editor
Prosiding Seminar Satwaliar. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan; Bogor, 12 September 1983. Bogor (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. hlm 30-38
Subagyo A. 2000. Kondisi habitat dan beberapa aspek perilaku rusa sambar
(Cervus unicolor Kerr, 1972) di Resort Way Kanan, Taman Nasional Way
Kambas, Lampung [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Takandjandji M. 1993. Pengaruh Perbedaan Manajemen terhadap Pertumbuhan
RusaTimor (Cervus timorensis) di Oilsonbai dan Camplong,
NTT.Santalum Nomor12.BPK Kupang.
Tata Lingkungan Taman Margasatwa Ragunan.2006.Inventarisasi Flora Taman
Margasatwa Ragunan (TMR).Pemda DKI Jakarta.
Whitehead GK. 1994. The Whitehead Encyclopedia of Deer. Swan Hill Press.
Shrewsbury.

Lampiran 1 Panduan wawancara kepada pengunjung
Data responden: nama, umur, asal, pekerjaan.
1. Sudah berapa kali anda berkunjung ke TMR? Apakah tujuan anda berkunjung ke TMR?
2. Apakah anda mengetahui mengenai rusa sambar?
3. Apakah anda tahu ada rusa sambar di TMR?
4. Bagaimana menurut anda pengelolaan rusa sambar di TMR?
5. Apakah harapkan anda terkait dengan pengelolaan rusa sambar di TMR?

Lampiran 2 Inventarisasi Rusa Sambar
ID

J/B

1
2
3
4
5
6

M
F
M
M
M
M

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Asal Satwa

Umur saat
diterima
(thn/bln)*
5 thn
3 thn

Umur
sekarang
(thn/bln)*

Tgl Terima
(+) Datang
(-) Lahir
+15.06.1988
+15.06.1988
-10.02.1990
-20.02.1993
-10.02.1995
+15.06.2001

tukar menukar
tukar menukar
lahir
lahir
lahir
18 thn
sumbangan
7 thn
tukar menukar dari
F
3 thn
+24.12.2004
kuningan
F lahir
9 thn
-19.07.2004
F lahir
8 thn
-14.02.2005
F lahir
-27.01.2006
M sumbangan dari cibinong 4 thn
+04.04.2006
F sumbangan dari cibinong 2 bln
+04.04.2006
F lahir
7 thn
-12.05.2006
M lahir
-13.04.2007
M lahir
6 thn
-26.05.2007
F lahir
2 thn
-19.03.2011
F lahir
17 bln
-09.11.2011
F lahir
17 bln
-11.11.2011
M lahir
15 bln
-07.01.2012
lahir
5 bln
-19.11.2012
Keterangan: *Yang berwarna Rusa sambar yang masih ada di ragunan

Tempat
Lahir / Asal
wild
wild
ragunan zoo
ragunan zoo
ragunan zoo
wild
wild
ragunan zoo
ragunan zoo
ragunan zoo
wild
wild
ragunan zoo
ragunan zoo
ragunan zoo
ragunan zoo
ragunan zoo
ragunan zoo
ragunan zoo
ragunan zoo

Mutasi
(+) Pindah
(-) Mati
+17.07.1995
+10.04.2012
-19.04.2011
+17.12.2008
+29.02.2004

ID
Induk
Jantan
wild
wild
1
1
1
wild

ID
Induk
Betina
wild
wild
2
2
2
wild

+11.11.2007

wild

wild

3
3
3
wild
wild
3
11
3
5
5
5
5
5

2
7
2
wild
wild
7
12
2
13
8
9
8
10

Lokasi
Pindah

T I ancol

+17.11.2011
-19.04.2011
+17.12.2008

T I ancol
T I ancol

18

19

Lampiran 3 Jenis tumbuhan pakan yang diberikan
No
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Herendong
Melastoma affine
2
Suruhan
Peperomia pellucida
3
Paku-pakuan
Dryopteris setigera
4
Rumput kretekan
Cyrtococcum trigonum
5
Pinang mante
Centotheca lappacea
6
Gewor
Commelina nudiflora
7
Paku pakis
Aspidium sp
8
Tembelekan
Lantana camara
9
Wedelia
Wedelia trilobata
10
Rumput teki
Cyperus rotundus
11
Paku melukut
Arcypteris irregularis
12
Pakis pedang
Nephrolepis bisserata
13
Rumput sarang buaya
Ottochloa nodosa

Famili
Melastomataceae
Piperaceae
Dryopteridaceae
Poaceae
Poaceae
Commelinaceae
Dryopteridaceae
Verbenaceae
Asteraceae
Poaceae
Dryopteridaceae
Lomariopsidaceae
Poaceae

Dominan/ Kurang dominan
Kurang dominan
Kurang dominan
Kurang dominan
Dominan
Dominan
Dominan
Kurang dominan
Kurang dominan
Kurang dominan
Dominan
Kurang dominan
Kurang dominan
Dominan

Lampiran 4 Struktur Organisasi TMR
KEPALA UNIT
Ir.Marsawitri Gumay
SUB BAGIAN TATA USAHA
Bambang Triono,S.Sos, MM.

SEKSI PELAYANAN PENGUNJUNG
Ir. Mimi Utami

SEKSI KESEJAHTERAAN DAN PERAGAAN SATWA
Drh. Isminarti Aida

SUB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Drh. Bambang Triana

Lampiran 5 Data animal keeper untuk Rusa Sambar
No
1
2
3

Jenis
kelamin
Eko
pria
Asesnih pria
Maryono pria
Nama

Umur
30
47
30

Tingkat
pendidikan
SMA
SMA
SMA

Jabatan
animal keeper
animal keeper
animal keeper

Tahun
masuk
1988
2007
2007

Shif libur
per minggu
Rabu
kamis
jumat

Jatah cuti dalam
setahun
7 hari
7 hari
7 hari

Pekerjaan tambahan
(weekend) di TMR
jaga loket karcis
menjaga atraksi satwa (onta)
mengatur kendaraan

Lampiran 6 Responden wawancara
L/P
L
L
L
P
P
P

Usia
35
23
41
14
19
22

Asal
Padang
Pekalongan
Jambi
Jakarta
Jakarta
Palembang

Pekerjaan
Wiraswasta
Wiraswasta
Karyawan
Siswa
Mahasiswa
Mahasiswa

Tujuan berkunjung
Rekreasi
Tamasya dan rekreasi
Jalan-jalan dan refreshing
Jalan-jalan
Refreshing
Jalan-jalan dan rekreasi

7
8
9
10
11
12
13
14

L
P
L
L
P
P
P
L

28
30
28
15
7
7
7
29

Palembang
Bandung
Jakarta
Jakarta
Bogor
Bogor
Bogor
Jambi

Karyawan
Ibu Rumah Tangga
Siswa
Siswa
Siswa
Siswa
Karyawan

Jalan-jalan dan rekreasi
Tamasya dan rekreasi
Jalan-jalan dan refreshing
Jalan-jalan
Rekreasi dan study tour
Rekreasi dan study tour
Rekreasi dan study tour
Tamasya dan rekreasi

15
16
17
18
19

L
L
L
P
P

30
20
29
18
17

Lampung
Jakarta
Padang
Jakarta
Bogor

Wiraswasta
Wiraswasta
Karyawan
Karyawan

Rekreasi
Jalan-jalan
Jalan-jalan dan rekreasi
Jalan-jalan dan refreshing
Jalan-jalan dan refreshing

20

L

22

Bogor

Karyawan

Jalan-jalan dan refreshing

Pendapat tentang pengelolaan
Lumayan bagus
Cukup bagus
Kandang cukup terawat, luasannya cukup
Lumayan bagus
Satwanya kurus, kandang lumayan bersih
Tidak ada petugas jaga di dekat kandang sehingga
banyak pengunjung yang melempari satwa.
Pengelolaannya cukup bagus
Kandangnya luas dan bersih
Pengeloaannya bagus
Kandangnya bersih, satwanya aktif
Kandang bersih, perlu penambahan anak rusa
Rusanya di tambah
Rusanya di tambah
Kandang jauh dari pintu utama sehingga tidak banyak
yang tahu ada rusa sambar
Jauh dari pintu utama, pengeloaannya bagus
Kandang bersih, satwa sehat
Kandang bersih, pengelolaan bagus
Kandangnya sejuk dan bersih
Penjaga kandang tidak ada sehingga banyak pengunjung
yang melempari satwa
Pengelolaannya bagus

20

No
1
2
3
4
5
6

21

Lampiran 6 Responden wawancara (lanjutan)
No L/P
Usia
Asal
Pekerjaan
21
L
22
Jakarta
22
L
40
Pemalang
Wiraswasta
23
L
20
Jakarta
24
L
19
Jakarta
25
P
22
Jakarta
Karyawan
26
L
24
Jakarta
Karyawan

Tujuan berkunjung
Jalan-jalan
Jalan-jalan,dan rekreasi
Refreshing
Jalan-jalan
Refreshing dan rekreasi
Jalan-jalan dan refreshing

27
28
29
30

Refreshing
Jalan-jalan
Jalan-jalan, dan rekreasi
Jalan-jalan, dan rekreasi

P
L
P
L

21
26
14
16

Jakarta
Jakarta
Cibinong
Cibinong

Karyawan
Siswa
Siswa

Pendapat tentang pengelolaan
Kandang bersih, rusanya sedikit, kandangnya terlalu luas
Kandang bersih, luas, nyaman
Pengeloaannya bagus
Pengeloaannya bagus
Kandang bersih, pengelolaan bagus
Kesehatan satwanya kurang di perhatikan dilihat dari
Kondisi fisiknya kurus dan ada luka
Kandangnya luas dan bersih
Kandang luas tapi rusanya cuma sedikit
Pengelolaan kandangnya bagus.
Kandang bersih, pengelolaan bagus

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 22 Juni 1990 dari ayah
Ruslinur dan ibu Roslinah. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Babussalam Pekanbaru dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
BUD dan diterima di Departemen Ilmu komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Pada tahun 2011 penulis pindah ke Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Penulis juga ikut aktif di dalam organisasi Himpunan Mahasiswa
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) tahun 2011−2012
sebagai anggota Kelompok Pemerhati Kupu-kupu (KPK). Disamping aktif di
berbagai organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif dalam kegiatan ekspedisi
lapangan dan praktek kerja lapang profesi di Fakultas Kehutanan IPB. Tahun
2011, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Cagar Alam
Cikeong dan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu, Praktek
Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja
Lapang Profesi di Pusat Penyelamatan Satwaliar ASTI (Animal Sanctuary Trust
Indon