Management Practices and Efficiency Of Milk Production In Member of Saluyu Dairy Cooperation In Cigugur, Kuningan

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN EFISIENSI PRODUKSI
SUSU SAPI PERAH ANGGOTA KOPERASI PETERNAK
SAPI PERAH SALUYU CIGUGUR
KABUPATEN KUNINGAN

SKRIPSI
DADAN SUHENDAR

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN
Dadan Suhendar. D14080088. 2012. Manajemen Pemeliharaan dan Efisiensi
Produksi Susu Sapi Perah Anggota Koperasi Peternak Sapi Perah Saluyu
Cigugur Kabupaten Kuningan. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M. Agr.
Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, MS.
Kondisi peternakan sapi perah rakyat di Jawa Barat beberapa tahun ini

mengalami kemerosotan produksi susu. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
(2009) menyatakan salah satu kabupaten yang mengalami penurunan produksi susu
cukup signifikan adalah di Kabupaten Kuningan. Produksi susu di Kabupaten
Kuningan pada tahun 2004-2008 menurun sebesar 23,48%. Untuk itu perlu
dipalajari tentang Manajemen Pemeliharaan dan Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah
diwilayah tersebut, penelitina ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 April Sampai 25
Mei 2012 di anggota Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Saluyu, Kelurahan
Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengamati manajemen pemeliharaan sapi perah dan membandingkan dengan standar
pemeliharaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Peternakan tahun 1983,
menganalisis fungsi produksi susu, nilai efisiensi, serta mengamati pengaruh
manajemen terhadap nilai efisiensi.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dan
wawancara. Sebanyak 33 peternak sapi perah anggota KPSP Saluyu dipilih untuk
mewakili sebanyak 550 anggota. Pemilihan peternakan dilakukan dengan metode
purposive sampling. Responden yang diambil adalah peternak anggota KPSP
Saluyu, memelihara sapi perah, dan bersedia untuk diwawancarai. Responden adalah
peternak dari berbagai Tempat Pengumpulan Susu (TPS). Peubah yang diamati
adalah manajemen pemeliharaan sapi perah yang meliputi pemuliaaan ternak dan
reproduksi, makanan ternak, pengelolaan, kandang dan peralatan, dan kesehatan

hewan, sedangkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi meliputi rumput,
konsentrat, tenaga kerja, dan produksi susu.
Hasil penelitian menunjukan bahwa capaian manajemen masing-masing
aspek adalah pembibitan dan reproduksi 80,03%, makanan ternak 74,71%,
pengelolaan 80,23%, kandang dan peralatan 71,88%, dan kesehatan hewan 65,23%
dari standar yang ditetapkan Direktorat Jendral Peternakan tahun 1983. Analisis
faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi susu adalah tenaga kerja,
konsentrat, dan rumput. Faktor produksi yang memiliki korelasi besar adalah
konsentrat dan rumput. Fungsi produksi untuk konsentrat adalah Y = 27,69 - 3,783X
+ 0,2593X2 - 0,003087 X3 dengan nilai R2=85,3%. Fungsi produksi untuk rumput
adalah Y = -4.069 + 0,706X – 0,005X2 + 0,0000199X3 dengan nilai R2=76,8%.
Nilai efisiensi menggunakan analisis perbandingan NPM dan BKM adalah
pengunaan konsentrat adalah -0,15 (e=-0,07) artinya tidak efisien, penggunaan
konsentrat harus dikurangi dan nilai efisiensi untuk rumput 3,07 (e=0,69) artinya
tidak efisien, sehingga penggunaan rumput harus ditingkatkan.
Kata-kata kunci: manajemen, efisiensi, produksi, sapi perah, kuningan

ABSTRACT
Management Practices and Efficiency Of Milk Production In Member of
Saluyu Dairy Cooperation In Cigugur, Kuningan

Suhendar, D., B. P. Purwanto, and D. J. Setyono
Management practices and technical efficiency of dairy cattle farming systems were
investigated in Kuningan, West Java. This research was carried out from April to
June 2012. Data were collected from 33 farms by survey on based quistionare,
interview, and direct measurement. Management practices included breeding and
reproduction, feeding, farm management, housing and equipment, and animal health
were observed. Furthermore, efficiency of production also measured. Management
of dairy cattle were analyzed and compared to impact point of dairy cattle
management of Directorate General of Lifestock Serveces (DGLS) 1983. This
results showed that achivement breeding and reproduction, feeding, farm
management, housing and equipment, and animal health were 80.03%, 74.71%,
80.23%, 71.88%, and 65.23% of DGLS’S standart, respictively. The production
efficiency were analyzed using correlation of milk production on concentrate (Y =
27.69 – 3.783X + 0.2593X2- 0.003087 X3 with a value of R2 = 85.3%) and on forage
(Y = -4.069 + 0.706X – 0.005X2 + 0.0000199X3 with R2=76.8%). According the
both of equation on utilitation of concentrate and forage were inefficient. The
concentrate were offered more than the animal requirement, however, the forrages
were offered less than the animal requirement.
Keywords : management, efficiency, production, dairy cattle, kuningan


MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN EFISIENSI PRODUKSI
SUSU SAPI PERAH ANGGOTA KOPERASI PETERNAK
SAPI PERAH SALUYU CIGUGUR
KABUPATEN KUNINGAN

DADAN SUHENDAR
D14080088

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Nama


: Manajemen Pemeliharaan Dan Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah
Anggota Koperasi Peternak Sapi Perah Saluyu Cigugur Kabupaten
Kuningan
: Dadan Suhendar

NIM

: D14080088

Judul

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M. Agr)
NIP. 19600503 198503 1 003


(Ir. Dwi Joko Setyono, MS)
NIP. 19601123 198903 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.)
NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 19 November 2012

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan, pada tanggal 24 Oktober 1989 dari pasangan
Bapak Muayad Riyanto dan Ibu Eeng Rohati. Penulis merupakan anak kedua dari
tiga bersaudara yaitu Lia Melawati dan Iis Maelani.
Pendidikan formal dimulai dari SDN 1 Kahiyangan pada tahun 1996-2002.
Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 2

Mandirancan pada tahun 2002-2005.

Pendidikan menengah atas di SMAN 1

Mandirancan pada tahun 2005-2008. Penulis diterima di Tingkat Persiapan Bersama
Institut Pertanian Bogor (TPB IPB) melalui Jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI)
IPB pada tahun 2008 dan terdaftar di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor tahun 2009.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi.

Penulis

pernah aktif sebagai Staf Kebijakan Pertanian Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa (BEM KM) IPB tahun 2008/2009. Aktif Sebagai Staf Politik dan Kajian
Strategis BEM Fakultas Peternakan tahun 2009/2010.

Penulis aktif sebagai staf

Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) Forum Aktifitas Mahasiswa Muslim
Al-An’am Fakultas Peternakan 2010/2011.


Penulis juga aktif di Organisasi

Mahasiswa Daerah (Omda) Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning (HIMARIKA)
Kuningan dipercaya sebagai Ketua Umum periode 2010-2011.

v

KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohiim,
Alhamdulillahirobbilalamiin, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, Robb semesta alam atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga
Penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyusun skripsi ini degan baik.
Solawat beserta salam selalu dipanjatkan kepada qudwah hasanah umat Islam Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, tabiin, dan umatnya hingga hari akhir nanti.
Amiin
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir di
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengambil judul penelitian
Manajemen Pemeliharaan dan Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah Anggota Koperasi
Peternak Sapi Perah Saluyu Cigugur Kabupaten Kuningan. Penulis berharap skripsi

ini bermanfaat dan menjadi bahan kajian yang relevan untuk para peternak,
pemerintah, akademisi dan stakeholder yang berkepentingan dalam pengembangan
usaha sapi perah rakyat, terutama di peternakan Cigugur Kabupaten Kuningan.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu, mendorong dan memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan
pembimbingan pada penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa digunakan
sebagaimana mestinya untuk kepentingan pendidikan.
Bogor, Desember 2012

Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

i

ABSTRACT ...................................................................................................


ii

LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................

v

KATA PENGANTAR ..................................................................................

vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................


vii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xi

PENDAHULUAN .........................................................................................

1

Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan ....................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................

3

Peternakan Sapi Perah ...........................................................................
Manajemen Pemeliharaan .....................................................................
Pembibitan dan Reproduksi ..................................................................
Pemilihan Bibit .............................................................................
Pubertas ........................................................................................
Siklus Birahi ..................................................................................
Inseminasi Buatan .........................................................................
Pakan Sapi Perah ....................................................................................
Pakan Anak Sapi ..........................................................................
Pakan Sapi Dara ...........................................................................
Pakan Sapi Laktasi .......................................................................
Pakan Sapi Betina Kering ............................................................
Kualitas Konsentrat ......................................................................
Pengelolaan ...........................................................................................
Anak Sapi (pedet) ..........................................................................
Teknik Pemerahan .........................................................................
Penanganan Susu Pasca Pemerahan ..............................................
Pengelolaan Limbah ......................................................................
Kandang dan Peralatan ..........................................................................
Kandang .........................................................................................
Peralatan ........................................................................................
Kesehatan Hewan ..................................................................................
Faktor-faktor Produksi Susu ..................................................................
Produksi Susu ................................................................................
Tenaga Kerja .................................................................................

3
4
4
4
4
5
5
6
7
7
8
9
9
10
10
10
11
11
12
12
12
13
15
16
16

Efisiensi Produksi ..................................................................................
Fungsi Produksi .....................................................................................

16
17

MATERI DAN METODE .............................................................................

18

Lokasi dan Waktu ..................................................................................
Materi ....................................................................................................
Prosedur .................................................................................................
Rancangan dan Analisis Data ................................................................
Analisis Deskriptif Manajemen Sapi Perah ..................................
Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Produksi ..........................

18
18
18
24
25
25

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

27

Kondisi Umum Lokasi ..........................................................................
Kondisi Geografis............................................................................
Koperasi Peternak Sapi Perah Saluyu ..........................................
Karakteristik Peternak ...........................................................................
Umur Peternak Responden ............................................................
Tingkat Pendidikan .......................................................................
Jenis Kelamin dan Tujuan Usaha .................................................
Komposisi Sapi Perah ...........................................................................
Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah ...................................................
Pembibitan dan Produksi ...............................................................
Pakan Ternak ................................................................................
Pengelolaan ...................................................................................
Kandang dan Peralatan .................................................................
Kesehatan Hewan .........................................................................
Input dan Output Sapi Perah .................................................................
Korelasi Input dan Output .....................................................................
Analisis Fungsi Produksi .......................................................................
Efisiensi Produksi ..................................................................................

27
27
27
28
28
29
29
29
30
31
33
35
37
38
39
40
41
43

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

45

Kesimpulan ............................................................................................
Saran ......................................................................................................

45
45

UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................

46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

47

LAMPIRAN ...................................................................................................

50

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Standar Makanan untuk Sapi Dara per Hari ..................................

8

2. Kebutuhan Nutrisi untuk 1 Kg Susu yang Dihasilkan Sapi Perah .

9

3. Persyaratan Mutu Konsentrat Sapi Perah berdasarkan Bahan
Kering ............................................................................................

10

4. Faktor Penentu Ternak Sapi Perah dari Aspek Pembibitan dan
Reproduksi Berdasarkan Dirjen Peternakan 1983 ........................

20

5. Faktor Penentu Ternak Sapi Perah Ditinjau dari Aspek Makanan
Ternak Berdasarkan Dirjen Peternakan 1983 ...............................

21

6. Faktor Penentu Ternak Sapi Perah dri Aspek Pengelolaan
Berdasarkan Direktorat Jendral Peternakan 1983 .........................

22

7. Faktor Penentu Ternak Sapi Perah dari Aspek Kandang dan
Peralatan Berdasarkan Direktorat Jendral Peternakan 1983 .........

23

8. Faktor Penentu Ternak Sapi Perah dari Aspek Kesehatan Hewan
Berdasarkan Direktorat Jendral Peternakan 1983 ..........................

24

9.

Matriks Analisis Data Penelitian ...................................................

24

10. Umur, Pendidikan, Jenis kelamin, dan Tujuan Usaha Peternak
Responden .....................................................................................

28

11. Komposisi Sapi Perah dari Total Responden .................................

30

12. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pengamatan Aspek Teknis
Peternakan Sapi Perah Rakyat di KPSP Saluyu, Cigugur
Kuningan ........................................................................................

31

13. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pengamatan Aspek
Pembibitan dan Reproduksi ...........................................................

32

14. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pencapaian Aspek Makanan
Ternak ............................................................................................

34

15. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pencapaian Aspek
Pengelolaan ....................................................................................

37

16. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pencapaian Aspek Kandang
dan Peralatan ..................................................................................

38

17. Rataan dan Simpangan Baku Hasil Pengamatan Aspek Kesehatan
Hewan ............................................................................................

39

18. Rataan dan Standar Deviasi Output serta Input yang
Mempengaruhi Efisiensi Produksi Susu Sapi Perah ......................

40

19. Korelasi antar Variabel dalam Produksi Susu Sapi Perah .............

40

ix

20. Model Pendugaan Fungsi Produksi Produksi Susu dengan
Variabel Konsentrat dan Rumput ..................................................
21. Nilai NPM dan BKM Faktor Hijauan serta Konsentrat pada
Produksi Susu ................................................................................

42
43

x

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Input dan Output Produksi Susu ....................................................

50

2. Kondisi Sapi Perah Responden Peternak Saluyu ..........................

51

3. ANOVA Model Kubik Produksi Susu dengan Rumput ................

55

4. ANOVA Model Kubik Produksi Susu dengan Konsentrat ...........

55

5. Perhitungan Rasio NPM dan BKM Variabel Rumput ...................

55

6. Perhitungan Rasio NPM dan BKM Variabel Konsentrat ..............

55

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan usaha sapi perah di Jawa Barat tersebar diberbagai daerah
kabupaten. Dinas Provinsi Jawa Barat (2009) menyebutkan kontribusi produksi susu
di Jawa Barat sebesar 50,63% Kabupaten Bandung, 14,56% Kabupaten Garut, 4,67%
Kabupaten Kuningan, 8,75% Kabupaten Sumedang, dan 4,22 % Sukabumi dan
sisanya tersebar didaerah lain. Namun, kondisi peternakan sapi perah rakyat di Jawa
Barat beberapa tahun ini mengalami produksi susu yang tidak stabil. Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat (2009) menyatakan salah satu kabupaten yang
mengalami penurunan produksi susu cukup signifikan adalah di Kabupaten
Kuningan. Produksi susu di Kabupaten Kuningan pada tahun 2004-2008 menurun
sebesar 23,48%.

Produksi susu sapi pada tahun 2004 sebesar 14.764 ton/tahun

menurun pada tahun 2008 menjadi 11.297 ton/tahun.
Peternakan sapi perah di Kabupaten Kuningan dimulai sejak tahun 1979.
Peternakan yang berkembang didaerah ini adalah peternakan rakyat. Berdasarkan
keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 36/KPTS/TN.120/5/1990,
peternakan rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh rakyat disamping usaha
taninya sehingga sifat usahanya masih tradisional. Usaha peternakan sapi perah
rakyat dicirikan dengan kepemilikan sapi perah yang sedikit, kepemilikan antara satu
sampai empat ekor sapi betina laktasi dan produksi susu sekitar 10 liter/ekor/hari.
Usaha yang demikian membuat posisi peternakan rakyat sangat lemah dan susah
untuk berkembang.
Perkembangan peternakan sapi perah di Kabupaten Kuningan tidak lepas dari
peran koperasi dan Industri Pengolahan Susu (IPS). Koperasi yang ada di Kabupaten
Kuningan adalah Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Saluyu, Koperasi Serba
Usaha (KSU) Karya Nugraha, dan Koptan Laras Ati. Koperasi mempunyai peran
sebagai penampung susu dan penjualan susu ke IPS, pelayanan kesehatan hewan dan
Inseminasi Buatan (IB), simpan pinjam anggota, peningkatan kemampuan anggota,
dan penyedia pakan konsentrat.

KPSP Saluyu dipilih sebagai lokasi penelitian.

Koperasi Saluyu didirikan sejak bulan Juli 2006, dengan Badan Hukum Nomor
01/BH/Diskop-10.18/VII/2006. Jumlah anggota aktif pada saat ini 550 orang. Susu
segar yang tertampung di KPSP Saluyu pada tahun 2011 adalah 2.899.256 liter.

KPSP Saluyu merupakan koperasi yang paling baru berdiri dibandingkan dengan
koperasi lain. Sehingga perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah agar
koperasi bisa tetap eksis dan terus berkembang dalam upaya mensejahterakan
anggotanya.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi susu sapi
perah

adalah

dengan

meningkatkan

kesejahteraan

peternak

sapi

perah.

Kesejahteraan peternak akan memepengaruhi pertumbuhan peternakan sapi perah.
Tingkat kesejahteraan bisa diukur dengan meningkatnya keuntungan yang dihasilkan
oleh peternak. Usaha sapi perah yang menguntungkan dapat dicapai melalui dua
cara yaitu, efisiensi faktor-faktor produksi (efisiensi alokatif) dan input potensial
(efisiensi teknis). Efisiensi alokatif merupakan kemampuan peternak dalam
menggunakan faktor-faktor produksi (seperti sapi laktasi, hijauan, konsentrat dan
tenaga kerja). Efisiensi teknis merupakan kemampuan peternak dalam manajemen
teknis pemeliharaan sapi perah. Direktorat Jenderal Peternakan (1983) menyebutkan
bahwa manajemen pemeliharaan teknis sapi perah meliputi: pemuliaaan ternak dan
reproduksi, makanan ternak, pengelolaan, kandang dan peralatan, dan kesehatan
hewan. Sudono (1999) menyatakan bahwa pemeliharaan yang baik dan peningkatan
jumlah sapi yang diperah akan meningkatkan efisiensi dalam usaha sapi perah.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati manajemen pemeliharaan sapi
perah dan membandingkan dengan standar pemeliharaan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Peternakan (1983). Menganalisis fungsi produksi susu dan nilai
efisiensi. Mengamati pengaruh manajemen terhadap nilai efisiensi pada peternakan
sapi perah rakyat di anggota KPSP Saluyu, Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur,
Kuningan.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan Sapi Perah
Berdasarkan

keputusan

Menteri

Pertanian

Republik

Indonesia

No.

36/KPTS/TN.120/5/1990, peternakan rakyat merupakan usaha yang dilakukan oleh
rakyat disamping usaha taninya sehingga sifat usahanya masih tradisional.
Peternakan sapi perah di Indonesia telah dilakukan sejak abad ke-19 yaitu dengan
mengimpor sapi dari luar negeri. Pengimporan sapi Frisian Holstein (FH) dari
Belanda dilakukan pada awal abad ke-20. Bangsa sapi FH mempunyai kemampuan
produksi susu yang tinggi serta mampu bertahan di daerah tropis.

Sejak itu

peternakan sapi perah mulai berkembang di Indonesia terutama di daerah Sumatera
Utara, Jawa Barat, dan Jawa Tengah (Sudono, 1999).
Usaha peternakan sapi perah mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya
usaha yang tetap karena fluktuasi harga sedikit, produksi dan konsumsi tidak begitu
berfluktuasi, sapi perah termasuk hewan yang efisien dalam mengubah pakan
menjadi susu, jaminan pendapatan yang tetap, tenaga kerja yang tetap dan tidak
musiman, kotorannya dapat dimanfaatkan untuk pupuk, pedet jantan dijual untuk
sapi potong dan pedet betina bisa dipelihara hingga dewasa dan menghasilkan susu
(Sudono et al., 2003).

Menurut Sudono (1999) faktor yang terpenting untuk

mendapatkan sukses dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternak harus dapat
menggabungkan kemampuan tata laksana yang baik dengan menentukan lokasi
peternakan yang baik, besarnya peternakan, sapi-sapi yang berproduksi tinggi,
pemakaian peralatan yang tepat, tanah yang subur untuk tanaman hijauan makanan
ternak, dan pemasaran yang baik.
Usaha peternakan sapi perah rakyat dilakukan secara individual dan
membentuk kelompok untuk proses pemasarannya. Fungsi kelompok dalam usaha
sapi perah adalah untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
peternak guna meningkatkan kemandirian usaha tani ternak perah dan dalam rangka
meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan peternak. Kriteria
pengelompokan sapi perah rakyat adalah berdasarkan kepemilikan sapinya. Skala
usaha kecil yaitu kepemilikan sapi < 4 ekor, skala usaha sedang 4-7 ekor, dan skala
usaha besar > 7 ekor (Priyanti et al., 2009).

Manajemen Pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan sapi perah yang sedang masa produksi meliputi
semua aspek dalam hal cara-cara pemeliharaan, tata laksana pemberian pakan,
pengaturan perkawinan, perkandangan, dan pengendalian penyakit (Sudono, 1983).
Direktorat Jendral Peternakan (1983) menerangkan bahwa manajemen pemeliharaan
teknis sapi perah meliputi: pembibitan ternak dan reproduksi, makanan ternak,
pengelolaan, kandang dan peralatan, dan kesehatan hewan.
Pembibitan dan Reproduksi
Sudono et al. (2003) menyatakan pemilihan bibit sapi perah merupakan hal
penting dari keberhasilan usaha ternak sapi perah. Bibit yang baik bisa dilihat dari
genetik dan keturunan, bentuk ambing, bentuk luar, dan umur bibit. Usaha sapi
perah sangat bergantung dengan keberhasilan dalam manajemen reproduksi.
Pengetahuan mendasar tentang reproduksi adalah pubertas, siklus birahi, fertilitas,
kebuntingan, dan kelahiran (Partodiharjo, 1982).

Ginting dan Sitepu (1989)

menambahkan cara perkawinan, kegagalan reproduksi, dan cara penanggulangannya.
Pemilihan Bibit
Bibit yang baik adalah bibit yang dapat menghasilkan keturunan yang baik.
Bibit yang baik berasal dari keturunan dan genetik yang baik (berasal dari induk
yang produktivitasnya tinggi dan pejantan unggul), bentuk ambing (bentuk ambing
yang besar, pertautan otot kuat dan memanjang sedikit ke depan, puting tidak lebih
dari empat), bentuk luar (proporsional, tidak kurus dan tidak terlalu gemuk, kaki
berdiri tegak, jarak kaki kiri dan kanan cukup lebar, dan bulu mengkilat), umur bibit
(umur sapi perah yang ideal adalah 1,5 tahun, bobot 300 kg, pejantan 350 kg)
(Sudono et al., 2003).
Pubertas
Pubertas atau dewasa kelamin adalah periode alat-alat reproduksi sudah
berfungsi didalam tubuh. Proses dewasa kelamin terjadi sebelum dewasa tubuh
terjadi. Keterangan ini menjadikan catatan agar proses kawin tidak dilakukan pada
saat pubertas pertama, karena rawan dengan terjadinya keguguran atau keturunan
yang tidak baik.

Faktor yang mempengaruhi pubertas adalah keturunan, iklim,

sosial, dan makanan. Sapi FH yang dipelihara di Indonesia mencapai pubertas pada
4

umur 12 bulan dengan variasi 12-15 bulan. Jika sapi FH diberikan ransum yang
memiliki kadar protein tinggi maka pubertas akan semakin cepat daripada yang
diberi ransum dengan kualitas protein rendah (Partodiharjo, 1982). Sapi dara yang
akan dikawinkan hendaknya berumur 18 bulan dengan bobot hidup sekitar 200-225
kg (Williamson dan Payne, 1993).
Siklus Berahi
Siklus berahi pada sapi betina yang masih dara berbeda dengan sapi betina
yang sudah beranak. Siklus berahi pada sapi dara berkisar 18-22 hari, sapi betina
yang sudah beranak antara 18-24 hari.

Birahi pada sapi terjadi selama 18-19 jam

untuk sapi betina yang sudah beranak dan 15 jam untuk sapi dara. Ciri-ciri estrus
pada sapi bisa dilihat dari tanda-tanda estrus. Tanda-tanda estrus adalah:
a. Keluar lendir jernih terang dari serviks yang mengalir ke vagina.
b. Gelisah, ingin keluar dari kandang
c. Melenguh-lenguh
d. Menunggangi sapi lain
e. Pangkal ekor terangkat sedikit
f. Vagina berwarna merah
g. Diam, tidak nafsu makan, dan tidak mau minum.
Sapi dara menunjukkan tanda-tanda estrus bisa mencapai satu hari satu
malam tanpa mau ditunggangi oleh pejantan. Hal ini menjadi catatan agar tidak
terburu-buru untuk kawin agar tidak gagal (Partodiharjo, 1982). Sapi perah yang
sudah beranak akan birahi setelah 30-60 hari. Perkawinan setelah 60 hari akan
menyebabkan sapi perah sulit untuk beranak kembali (Williamson dan Payne, 1993).
Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi Buatan (IB) adalah cara perkawinan secara buatan atau dengan
bantuan inseminator.

IB dilakukan dengan tujuan memperkecil biaya yang

dikeluarkan dalam pemeliharaan sapi perah. Pelaksanaan IB yang baik dilakukan
dengan memperhatikan estrus pada sapi. Pelaksanaan IB yang dianjurkan adalah,
jika birahi terlihat pada pagi hari ini, maka IB dilakukan pada hari ini juga dan jika
sapi terlihat pada malam hari, maka IB dilakukan besok hari sebelum jam 12 siang
(Partodiharjo, 1982).

5

Keuntungan yang dirasakan oleh peternak dalam melaksanakan IB adalah,
peternak dapat menekan biaya pemeliharaan sapi dan keberhasilan kebuntingan lebih
tinggi dibandingkan dengan kawin alam. Hasil kebuntingan bisa didapatkan setelah
30-60 hari setelah konsepsi dan keberhasilan 70% - 75%. Hasil tersebut merupakan
ramalan sementara bahwa sapi telah mengalami kebuntingan, peternak tidak harus
melakukan IB jika sapi tidak terjadi birahi lagi. Keberhasilan untuk IB yang
dilaksanakan pada konsepsi pertama sekitar 55% dengan skala 34% - 75%.
Diagnosis kebuntingan lebih akurat dilakukan dengan non return rate (NRR), palpasi
rektal dan conseption rate (CR) (Leaver, 1983).
Pakan Sapi Perah
Sapi perah merupakan hewan ruminansia yang memiliki dua sistem
metabolisme yaitu: mikroba rumen dan organ tubuh. Pemberian pakan untuk sapi
perah harus bisa menyeimbangkan kebutuhan untuk kedua sistem tersebut agar
mendapatkan produksi yang optimal (William et al., 1996). Pakan sapi perah adalah
rumput dan konsentrat sebagai penguat. Sapi perah dapat mengonsumsi berbagai
jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian, seperti jerami, jagung, serta
sisa pabrik misalnya ampas tahu atau bungkil kelapa. Pemberian pakan lokal untuk
sapi perah diperlukan suplementasi guna mengoreksi ketidakseimbangan nutrien
untuk produksi susu. Konsentrat dapat berupa limbah hasil ikutan industri pertanian
seperti dedak padi dan pollard (Sudono et al., 2003).
Pemberian pakan sapi perah sangat memengaruhi kualitas dan kuantitas susu
yang dihasilkan. Peranan hijauan pakan menjadi lebih penting karena berpengaruh
terhadap kadar lemak susu (Aryogi et al., 1994). Peranan pakan konsentrat adalah
untuk meningkatkan nilai nutrisi yang rendah meningkatkan dan mempertahankan
produksi susu (Sukria dan Krisnan, 2009). Menururt Sudono (1999) ransum untuk
sapi perah yang baik terdiri dari 60% hijauan dan 40% konsentrat dihitung
berdasarkan total bahan kering.
Satu dari beberapa faktor yang memengaruhi produksi susu adalah cara
pemeberian pakan. Cara pemberian pakan yang tidak sesuai dapat menimbulkan
penurunan produksi, gangguan kesehatan, bahkan menyebabkan kematian.
Pencegahan terjadinya kerugian tersebut dilakukan dengan memperhatikan secara
cermat terhadap pemberian pakan sapi perah (Sudono, 1999). Pemberian pakan
6

seharusnya mengacu pada kebutuhan gizi yang seimbang dan ditinjau aspek
ekonomis menguntungkan (Sukria dan Krisnan, 2009).
Pakan Anak Sapi
Anak sapi mempunyai saluran pencernaan yang berbeda dengan sapi dewasa.
Anak sapi yang baru lahir diberikan kolostrum untuk waktu 3 hari dari puting
induknya. Kolostrum sangat penting untuk anak sapi, karena kolostrum mengandung
sejumlah vitamin dan mineral yang jauh lebih besar dari susu biasa. Kolostrum juga
dikenal sebagai antibodi pertama yang membantu melindungi dari penyakit. Setelah
beberapa hari anak sapi diberikan minum dengan ember. Metode awal pembiasaan
minum dengan ember adalah meletakan jari dalam mulutnya sehingga susu tumpah
kedalam mulutnya (Williamson dan Payne, 1993).
Anak sapi tidak dapat memakan hijauan sampai umur tiga sampai empat
bulan. Jika dipaksakan diberikan, maka pertumbuhannya akan lambat. Sebaiknya
anak sapi diberikan susu dengan ember sampai siap memakan hijauan dan kosentrat.
Anak sapi yang berumur dua minggu harus dibiasakan untuk mencoba konsentrat
dan hijauan yang memiliki kualitas baik. Hijauan yang diberikan harus dipotong
terlebih dahulu agar mudah dimakan. Pemberian air susu yang diberikan yaitu 10-12
persen dari bobot badannya/hari. Minggu ke-1 anak sapi diberikan susu 2,8 kg/hari,
minggu ke-4 ditingkatkan menjadi 3,7 kg/hari (Williamson dan Payne, 1993).
Konsentrat yang diberikan kepada anak sapi lebih baik disesuaikan dengan
sumberdaya lokal agar lebih hemat. Sapi yang berumur dua bulan akan memakan
konsentrat sebesar 0,45 kg per hari, umur 3 bulan 0,75 kg, dan diatas 3 bulan akan
segera makan 1,4-1,8 kg per hari. Anak sapi juga memulai makan hijauan.
Konsentrat yang diberikan harus disuplementasi oleh mineral dan vitamin jika
dipelihara dalam kandang. Anak sapi juga harus mendapatkan cukup air agar
konsentrat larut didalam tubuh (Williamson dan Payne, 1993).
Pakan Sapi Dara
Pemberian pakan untuk sapi dara bertujuan untuk pertumbuhan dan
perkembangan kelamin. Sapi dara yang dipelihara dengan sistem kandang harus
diperhatikan kebutuhan air, mineral mikro, vitamin, hijauan, dan konsentrat. Pakan

7

sapi dara disesuaikan dengan bobot badan sapi. Standar kebutuhan makanan sapi
dara ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Makanan untuk Sapi Dara per Hari
Bobot Hidup (kg)

Bahan Kering (Kg)

TDN (kg)

PK (kg)

Ca (g)

F (g)

150

3,6-4,4

2,30-2,80

0,43-0,53

12

11

200

4,8-5,6

2,90-3,40

0,47-0,57

13

12

250

5,8-6,6

3,30-3,80

0,57-0,69

14

13

300

6,8-7,6

3,85-4,35

0,59-0,75

15

14

Sumber : (Williamson dan Payne, 1993).

Sapi dara yang sudah dikawinkan mempunyai kebutuhan untuk tumbuh dan
perkembangan janin untuk sembilan bulan. Sapi yang bunting harus diberikan pakan
yang lebih bagus dari sapi yang lainnya, terutama menjelang dua bulan kelahiran.
Pemberian pakan untuk sapi dara yang bunting sama dengan sapi yang sedang
berproduksi dan mendapatkan tambahan konsentrat didalam kandang pemerahan.
Pemberian konsentrat tambahan selama periode kebuntingan dikenal dengan
pemanasan. Hal yang harus diperhatikan dan dijaga adalah sapi yang sedang bunting
memerlukan mineral yang lebih tinggi di dalam ransum yang diberikan. Pakan yang
diberikan harus disesuaikan dengan bobot sapi tersebut.

Sapi yang menjelang

kelahiran harus mempunyai bobot badan yang tidak kurus dan tidak gemuk agar
mempermudah dalam kelahiran (Williamson dan Payne, 1993).
Pakan Sapi Laktasi
Induk laktasi merupakan arus utama pendapatan dari usaha sapi perah. Induk
laktasi menghasilkan susu setiap harinya yang bernilai ekonomis tinggi.

Induk

laktasi akan mampu menghasilkan susu yang baik ketika diberikan makanan yang
cukup dan nutrisi yang baik. Hal ini harus diperhatikan oleh peternak, karena induk
laktasi akan mencapai puncak laktasi lebih cepat jika kekurangan nutrien untuk
mencukupi kebutuhannya.

Setelah puncak laktasi maka produksi susu akan

berangsur-angsur turun. Kejadian ini mengakibatkan usaha ternak sapi perah kurang
efisien (Williamson dan Payne, 1993).
Kebutuhan pakan setiap sapi jumlahnya bervariasi tergantung dari produksi
susunya. Secara praktis dilapangan sulit untuk dilaksanakan pada usaha kecil, karena

8

kurang ekonomis untuk memisahkan tiap sapi yang disesuaikan dengan
kebutuhannya. Pendekatan yang lebih banyak diterapkan adalah dipisahkan
berdasarkan umur kelahiran anaknya (Williamson dan Payne, 1993).

Standar

kebutuhan makanan untuk sapi yang sedang berproduksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrisi untuk 1 Kg Susu yang dihasilkan Sapi Perah
LK Susu

Bahan kering

Daya cerna PK

Kalsium

Fospor

(%)

(kg)

(kg)

(g)

(g)

3,5

0,60

0,112

2,6

1,8

4,0

0,64

0,123

2,9

1,8

4,5

0,68

0,139

2,9

1,8

5,0

0,73

0,148

3,1

1,8

Sumber : McDonald et al. (1973).

Pakan Sapi Betina Kering
Pengaturan untuk usaha sapi perah seharusnya dibuat secara minimum. Sapi
betina laktasi dapat memanfaatkan energi secara efisien. Sapi betina kering dianggap
sebagai sapi tidak produktif dalam jangka waktu dua bulan. Sapi yang sedang masuk
periode kering diharapkan dapat meningkatkan bobot badannya agar lebih siap untuk
periode laktasi berikutnya. Sapi dikeringkan bertujuan untuk memelihara sapi dalam
kondisi baik dan mengoptimalkan pertumbuhan janin di dalam induk sapi. Sapi
kering biasanya diberikan konsentrat yang cukup dan diberi tambahan mineral.
Kebutuhan sapi kering yaitu 2-3 kg zat makanan setara dengan tepung, protein kasar
yang dicerna 0,27 kg, kalsium 17 g dan fospor 9 g (McDonald et al., 1973).
Kualitas Konsentrat Sapi
Konsentrat merupakan pakan yang kaya akan sumber protein dan atau
sumber energi serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau imbuhan pakan.
Konsentrat diberikan pada sapi sesuai dengan periode umur dan kondisi sapi.
Berdasarkan periode umur dan kondisi sapi terbagi menjadi konsentrat pemula 1 (0-3
minggu), pemula 2 (>3minggu-6 bulan), dara (6-12 bulan), laktasi (setelah beranakbunting 7 bulan), laktasi produksi tinggi (rata-rata 15 l/hari), kering bunting (2 bulan
sebelum melahirkan), dan pejantan. Kualitas konsentrat berdasarkan SNI 3148-12009 dapat dilihat pada Tabel 3.

9

Tabel 3. Persyaratan Mutu Konsentrat Sapi Perah berdasarkan Bahan Kering
No

Jenis

TDN (%)

KA (%)

PK (%)

LK (%)

Ca (%)

P (%)

1.

Pemula 1

94

14

21

12

0,7-0,9

0,4-0,6

2.

Pemula 2

78

14

16

7

0,4-0,6

0,6-0,8

3.

Dara

75

14

15

7

0,6-0,8

0,5-0,7

4.

Laktasi

70

14

16

7

0,8-1,0

0,6-0,8

5.

Laktasi Produksi Tinggi

75

14

18

7

1.0-1,2

0,6-0,8

6.

Kering bunting

65

14

14

7

0,6-0,8

0,6-0,8

7.

Pejantan

65

14

12

6

0,5-0,7

0,3-0,5

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2009).

Pengelolaan
Anak Sapi (Pedet)
Pemeliharaan anak sapi pada sapi perah dilakukan untuk anak sapi jantan
ataupun betina. Pedet betina dipelihara sebagai sapi pengganti (replacement stock)
untuk sapi laktasi dan pedet jantan dipelihara sebagai sapi pedaging. Pemeliharaan
pedet bisa dilakukan di dalam maupun di luar ruangan. Kasus di Indonesia pada
umumnya adalah daerah dengan iklim tropis yang lembab dimana resiko terhadap
parasit tinggi. Sistem pemeliharaan yang menjadi pilihan adalah pemeliharaan anak
sapi didalam kandang (Williamson dan Payne, 1993).
Teknik Pemerahan
Sapi perah akan menghasilkan pedet sekitar satu tahun sekali, jika didukung
dengan manajemen yang baik. Pemerahan sapi perah selama satu tahun yaitu 10
bulan, dimana dua bulan digunakan untuk kering kandang jika sapi sedang bunting
tujuh bulan. Pemerahan yang dilakukan terus-menerus tanpa ada periode kering
kandang akan mempengaruhi produksi susu berikutnya. Periode kering kandang
diperlukan oleh sapi perah untuk memperbaiki glanduri mamari dari sapi agar
menguatkan dan memungkinkan untuk membentuk cadangan makanan dalam tubuh
agar siap diperiode laktasi berikutnya (Williamson dan Payne, 1993).
Pemerahan bertujuan agar sapi menghasilkan susu yang optimal dari
ambingnya. Jika pemerahan dilakukan tidak sempurna, maka sapi induk cenderung
kering lebih cepat dan produksi total menjadi turun. Sapi induk biasanya diperah dua
kali dalam sehari dengan selang waktu 12 dan 12 jam atau 16 dan 8 jam. Cara

10

pemerahan bisa dilakukan dengan tangan atau menggunakan mesin. Sapi induk
memerlukan rangsangan sewaktu awal pemerahan.

Kondisi alamiah puting sapi

mendapatkan rangsangan dari anaknya. Peternak memberikan rangsangan kepada
sapi menggunakan handuk hangat sekaligus untuk mencuci ambing. Rangsangan
akan dikirimkan ke glandula pituitaria posterior yang akan mengeluarkan hormon
oxytocin. Hormon ini disirkulasikan dalam darah, dibawa ke jaringan ambing, dan
diprakarsai untuk pengeluaran susu (Williamson dan Payne, 1993).
Proses pemerahan dilakukan dengan pemberian tekanan di bagian otot-otot
sekitar puting. Penambahan tekanan didalam puting mengencangkan otot sprinter
dan “teat meastu” dipaksa terbuka dan susu keluar. Proses pemerahan
mengakibatkan lubang diputing tidak segera tertutup rapat, perlu beberapa waktu
untuk bisa rapat kembali. Lubang puting yang terbuka bisa menyebabkan penyakit
mastitis. Penyakit ini dapat dikontrol secara efektif bila dilakukan striping cup
dengan ketat dan tepat. Pencucian ambing secara hygiene dan sanitasi kandang
merupakan langkah pencegahan yang bisa dilakukan (Williamson dan Payne, 1993).
Penanganan Susu Pasca Pemerahan
Susu merupakan salah satu produk pangan yang tergolong mudah rusak.
Penanganan susu pasca pemerahan menjadi hal yang penting untuk mencegarah
keruskan susu baik fisik, kimia, dan mikrobiologis. Penanganan awal setelah susu
selesai diperah yaitu dilakukan proses penyaringan. Penyaringan berfungsi untuk
memisahkan kotoran dalam bentuk fisik dengan susu yang terkontaminasi dari
lingkungan sekitar kandang. Susu yang telah disaring segera dilakukan pendinginan.
Pendinginan akan sangat membantu dalam menghambat perkembangan bakteri
patogen. Bakteri yang tumbuh didalam susu akan mempengaruhi komposisi susu
dan perubahan kimia susu sehingga terbentuk asam laktat.

Asam laktat yang

terbentuk menyebabkan protein susu menjadi rusak (Williamson dan Payne, 1993).
Pengelolaan Limbah
Peternakan menghasilkan limbah yang cukup banyak.

Limbah dari

peternakan harus dikelola agar tidak mencemari air, tanah, dan sungai. Produksi
limbah oleh satu ekor sapi rata-rata 50-60 liter/hari dan sekitar 10%-15% bahan
kering. Pengelolaan limbah secara sederhana adalah mengalirkan limbah ke dalam

11

lahan pastura. Pengelolaan yang lebih modern adalah menggunakan limbah sebagai
bahan baku pembuatan pupuk organik, biogas, dan media tanam untuk cacing.
Pengelolaan seperti itu masih dianggap tidak ekonomis (Leaver, 1983).
Kandang dan Peralatan
Kandang
Kandang merupakan bangunan sebagai tempat tinggal ternak, yang ditujukan
untuk melindungi ternak dari gangguan luar yang merugikan seperti: panas matahari,
hujan, angin, binatang buas serta untuk memudahkan dalam pengelolaan. Kandang
yang baik adalah kandang yang memenuhi persyaratan, lokasi kandang, arah
kandang, dan kebersihan kandang. Syarat untuk mendirikan kandang adalah bahan
bangunan kandang yang ekonomis, tahan lama, awet, mudah didapat dan tidak
menimbulkan refleksi panas terhadap ternak yang dipelihara. Kandang harus
memberikan rasa nyaman bagi ternak dan pemilikinya, ventilasi yang cukup untuk
pergantian udara, mudah dibersihkan, dan tidak ada genangan air (Ernawati, 2000).
Lokasi kandang merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena
menyangkut masalah keamanan, akses dan keramahan lingkungan. Lokasi kandang
yang dianjurkan adalah terpisah dari rumah dengan jarak ± 10 meter, tidak
berdekatan dengan fasilitas umum, letak kandang lebih tinggi dari daerah sekitarnya,
terdapat tempat penampungan kotoran, tersedia air bersih yang cukup. Arah kandang
bertujuan untuk mengatur cahaya dan angin yang masuk ke kandang. Arah kandang
untuk kandang tunggal menghadap ke timur, untuk bangunan kandang majemuk
membujur dari utara ke selatan. Hal ini bertujuan untuk membantu proses
pembentukan vitamin D dalam tubuh ternak sekaligus pembasmi penyakit. Peralatan
kandang sapi perah yang digunakan selama dikandang adalah skop, sapu, ember,
sikat, troli, tali dan bangku kecil. Peralatan untuk pemerahan sapi yaitu milk can,
saringan dan ember (Ernawati, 2000).
Peralatan
Peternak yang menggunakan tangan dalam pemerahan menggunakan
beberapa perlengkapan seperti ember, ember pencuci, handuk, cawan untuk tes
mastitis, dan bangku.

Peternak juga disarankan memiliki timbangan agar

mengetahui produksi susunya. Peralatan yang digunakan sangat perlu untuk

12

kepentingan pemerahan yang hygienis. Kualitas dari susu yang didapatkan sangat
dipengaruhi oleh peraltan yang digunakan dan kebersihannya. Susu yang didapatkan
dari proses pemerahan diperlukan alat saring dan milk can untuk menampung
(Williamson dan Payne, 1993).
Kesehatan Hewan
Sapi perah mempunyai resiko dalam gangguan kesehatan. Sapi perah yang
terkena penyakit akan mengakibatkan penurunan produksi susu atau lebih parahnya
menyebabkan kematian. Kematian anak sapi perah di daerah tropis sangat tinggi
yaitu sekitar 50%.

Penyebabnya adalah pengelolaan dan makanan yang jelek.

Penyakit yang umum dari pedet adalah mencret, pneumonia dan penyakit yang
disebabkan oleh parasit internal (cacing gelang, cacing benang, cacing tambang,
cacing paru-paru, cacing pita, coccidia dan parasit lainnya). Mastitis adalah penyakit
yang umum mengenai sapi perah yang sedang berproduksi.

Pencegahan dan

pengobatan penyakit harus dilakukan dengan cara yang baik dan tepat. Pencegahan
penyakit bisa dilakukan dengan cara membersihkan kandang, memberikan hijauan
yang baik, memberikan obat cacing secara berkala, memberikan vaksinansi dan
pemberian vitamin dan mineral agar mempunyai daya tahan terhadap penyakit
(Williamson dan Payne, 1993).
Gangguan terhadap kesehatan sapi bisa dialami oleh pedet, sapi dara, sapi
laktasi dan pejantan.

Penyakit yang menyerang sapi perah dikelompokkan

berdasarkan organ atau sistem tubuh yang terkena gangguan. Kelompok penyakit
tersebut adalah penyakit reproduksi, penyakit metabolisme/sistem pencernaan,
penyakit pada ambing, penyakit pada kaki dan penyakit yang lain (Leaver, 1983).
Penyakit yang menyerang pada sistem reproduksi sapi perah antara lain
distokia, kerusakan plasenta, endometritis, keterlambatan birahi, dan keberhasilan
kebuntingan. Distokia sering terjadi pada sapi yang baru melahirkan pertama karena
anak sapi lebih besar ukurannya daripada ukuran pembukaan pelvis atau posisi anak
sapi yang tidak normal. Sapi yang mengalami distokia harus dibantu oleh dokter
hewan atau peternak agar proses kelahiranya lancar. Kerusakan pada plasenta sering
terjadi terhadap anak sapi yang lahir secara prematur. Hypocalcemia dan infeksi
bakteri brucellosis menyebabkan plasenta tidak baik. Endometritis terjadi akibat
serangan bakteri setelah terjadi kelahiran pada uterus. Penyebab terjadinya
13

endometritis adalah kebersihan yang tidak terjaga pada saat kelahiran atau beberapa
waktu setelah kelahiran.

Keterlambatan birahi setelah melahirkan merupakan

kejadian yang sering terjaidi. Umumnya birahi terjadi setelah 3-6 minggu setelah
kelahiran. Keberhasilan kebuntingan pada saat dilakukan Inseminasi Buatan (IB)
adalah langkah awal dalam keberhasilan reproduksi. Keberhasilan dalam IB masih
sekitar 55%.

Penyebab dari ketidakberhasilan IB adalah fertilitas sperma yang

rendah, salah mendeteksi birahi, sapi terlalu kurus atau terlalu gemuk dan kecukupan
nutrisi rendah (Leaver, 1983).
Penyakit yang menyerang sistem metabolisme/pencernaan antara lain
hypocalcaemia, hypomagnesaemia, ketosis dan bloat. Hypocalcaemia atau “milk
fever” terjadi setelah tiga hari setelah kelahiran.

Hypocalcaemia terjadi ketika

kandungan susu yang terlalu banyak mengandung kalsium akibat pemberian hijauan
atau konsentrat tinggi kalsium. Sementara kalsium yang berada di dalam darah
mengalami penurunan dari 10 mg/100 ml menjadi 7 mg/100 ml. Sapi yang terkena
Hypocalcaemia diberi calcium borogluconate dengan injeksi (Leaver, 1983).
Penyakit lain yang menyerang sistem metabolisme tubuh hypomagnesaemia.
Penyakit ini dapat menyebabkan kematian karena tubuh kekurangan magnesium
yang dipeoleh dari pakan.

Kandungan magnesium sekitar 2 mg/ 100 ml darah

menyebabkan kondisi yang kritis.

Kecukupan terhadap magnesium sangat

diperhatikan dari manajemen hijauan yang diberikan. Ketosis merupakan salah satu
penyakit yang menyerang sistem metabolisme tubuh yang menyebabkan kurang
nafsu makan dan produksi susu. Keton yang dihasilkan oleh tubuh menyebabkan
bau terhadap susu.

Pencegahan terhadap penyakit ini adalah induk setelah

melahirkan diberikan pakan dengan energi tinggi pada enam minggu pertama. Bloat
adalah penyakit yang disebabkan oleh tersergapnya udara didalam perut (kembung)
yang diakibatkan oleh gas yang dihasilkan dari proses fermentasi. Bloat terjadi
ketika sapi diberikan banyak leguminosa atau rumput yang sedikit dan konsentrat
yang banyak. Cara mengobati bloat adalah menambahkan anti busa seperti kacang
tanah, minyak parafin yang dicampurkan kedalam air minum (Leaver, 1983).
Mastitis merupakan penyakit yang menyerang jaringan pada ambing sapi
yang disebabkan oleh satu atau beberapa jenis bakteri yang masuk kedalam lubang
puting. Penyakit mastitis mula-mula subklinis yang tidak terlihat perubahan pada

14

ambing atau pada susu, tetapi jika dibiarkan akan menjadi penyakit yang klinis
dimana pada susu terdapat gumpalan yang menyebabkan ambing sapi menjadi keras.
Upaya pencegahan untuk penyakit mastitis adalah dengan menerapkan pemerahan
yang baik dan penggunaan desinfektan setelah selesai diperah (Leaver, 1983).
Penyakit lain yang sering menyerang sapi adalah penyakit pada bagian kaki.
Penyakit ini menyerang bagian kuku yang disebabkan infeksi oleh mikroorganisme.
Penyakit ini terjadi ketika kuku tidak dipotong dengan baik, permukaan lantai yang
basah, dan kandang jarang dibersihkan. Upaya pencegahan yang biasa dilakukan
adalah membuat permukaan kaki lebih kering, membersihkan kandang dengan
teratur dan membersihkan luka pada kaki dengan 5% formaldehid jika ada yang luka
(Leaver, 1983).
Brucellossis adalah penyakit yang disebabkan oleh Brucella abortus.
Penyakit ini menyebabkan aborsi pada saat kebuntingan dan bisa menular melalui
makanan. Penyakit ini termasuk penyakit menular sehingga perlu disolasi jika ada
sapi yang terkena. Pencegahannya adalah dengan vaksinasi menggunakan vaksin
strain 19 atau vaksin RPB51.

Penyakit ini perlu perhatian khusus karena

peng