Analysis of production function and technical efficiency of soybean farms in Indonesia

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIS
PERTANIAN KEDELAI DI INDONESIA

DENA DRAJAT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Fungsi Produksi
dan Efisiensi Teknis Pertanian Kedelai di Indonesia adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013
Dena Drajat
NRP 151114094

RINGKASAN
DENA DRAJAT. Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Pertanian Kedelai di
Indonesia. Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan SAHARA.
Kedelai adalah sumber protein nabati bagi masyarakat Indonesia.
Kebutuhan kedelai dalam negeri meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir,
tetapi pertumbuhan produksi berjalan lambat. Hal ini menyebabkan Indonesia
harus mengimpor kedelai dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan kedelai.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk
meningkatkan produksi kedelai hingga tercapai swasembada di tahun 2014.
Produksi kedelai dapat ditingkatkan dengan cara menambah penggunaan
input/faktor yang berpengaruh positif terhadap produksi. Secara umum faktor
lahan, benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap hasil produksi pertanian. Selain pengaruh dari jumlah faktor
produksi yang digunakan, jumlah produksi pertanian juga dipengaruhi oleh
tingkat efisiensi teknis petani.
Terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini: (1) mengidentifikasi faktor

produksi kedelai di Jawa dan Luar Jawa, (2) mengetahui tingkat efisiensi teknis
petani kedelai di Jawa dan Luar Jawa, dan (3) mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi efisiensi teknis di Jawa dan Luar Jawa.
Penelitian ini menggunakan data cross section yang diambil dari hasil survei
struktur ongkos usaha tani tanaman pangan yang diselenggarakan oleh BPS pada
tahun 2011. Alat analisis yang digunakan adalah fungsi produksi stochastic
frontier Cobb-Douglas.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa produksi kedelai di Jawa
dipengaruhi oleh faktor lahan, bibit, pupuk KCl, pestisida, dan pekerja. Di Luar
Jawa, faktor yang mempengaruhi produksi adalah lahan, bibit, pupuk urea, pupuk
TSP/SP36, pupuk KCl, pestisida, dan pekerja.
Rata-rata nilai efisiensi teknis petani kedelai di Jawa adalah 0.41. Umur
petani, pendidikan, bantuan bibit, penggunaan traktor, dan penggunaan bibit
unggul terbukti berpengaruh terhadap inefisiensi teknis di Jawa. Sementara itu di
Luar Jawa rata-rata nilai efisiensi teknis adalah 0.60. Faktor yang mempengaruhi
tingkat inefisiensi teknis di Luar Jawa adalah umur petani, tingkat pendidikan,
bantuan bibit, bantuan pupuk, penyuluhan, dan penggunaan bibit unggul.
Strategi intensifikasi sebaiknya diterapkan untuk meningkatkan produksi
kedelai di Jawa. Hal ini disebabkan oleh elastisitas produksi bibit, pestisida, dan
tenaga kerja di Jawa lebih besar dari Luar Jawa. Di Luar Jawa, upaya peningkatan

produksi sebaiknya mengedepankan strategi ekstensifikasi karena elastisitas lahan
di Luar Jawa lebih besar dari Jawa.
Strategi yang harus dikedepankan untuk meningkatkan efisiensi teknis
petani di Jawa adalah dengan mengurangi bantuan benih, memperkenalkan
teknologi pengolahan lahan dengan traktor, dan meningkatkan penggunaan bibit
unggul. Strategi peningkatan efisiensi teknis di Luar Jawa dilakukan dengan cara
mengurangi bantuan benih, meningkatkan bantuan pupuk, mengoptimalkan tenaga
penyuluh, dan meningkatkan penggunaan bibit unggul.
Kata Kunci :kedelai, fungsi produksi, stochastic frontier, efisiensi teknis

SUMMARY
DENA DRAJAT. Analysis of Production Function and Technical Efficiency of
Soybean Farms in Indonesia. Supervised by SRI MULATSIH and SAHARA.
Soybean is a main source of protein for Indonesian. Demand for soybean
increased rapidly over the years, but the production grow slowly. In such
situation, it is not surprising that Indonesia always imports large numbers of
soybean in order to meet the national consumption. To overcome these problems,
the Indonesian government has targeted to increase soybean production to
achieve self-sufficiency in 2014.
Increase in soybean production can be performed by increasing the number

of factor production used. In soybean farming, the factors of land, seed, fertilizer,
pesticides, and labor are considered as factors affecting the soybean production.
Soybean production not only determined by factors production used but also by
the farmers technical efficiency levels.
There are three objectives in this study: (1) to identify factors that influence
the production of soybean production in Java and outside Java, (2) to determine
the technical efficiency of soybean farmer in Java and outside Java, and (3) to
identify the factors affecting technical efficiency in the Java and outside Java.
This study uses cross section data obtained from the farmer cost structure
survey held by BPS in 2011. The analytical tool used to determine the factors
affecting the production and measure farmers' technical efficiency is the
stochastic frontier production function.
The results of analysis show that soybean production in Java influenced by
land, seed, KCl fertilizer, pesticides, and labor. Factors affecting production
outside Java are land, seed, urea fertilizer, TSP/SP36 fertilizer, KCl fertilizer,
pesticides, and labor.
The average value of technical efficiency of soybean farmers in Java is 0.41.
Farmer age, education level, seed aid, the use of tractors, and the use of quality
seeds proved to have an influence on the technical inefficiency in Java. The
average value of technical efficiency of soybean farmers outside Java is 0.6.

Factors affecting the level of technical inefficiency outside Java are farmer age,
education level, seed aid, fertilizer aid, counseling, and the use of quality seeds.
Efforts that can be suggested to increase soybean production in Java are
promoting agricultural intensification strategy. This is because the elasticity of
seed, KCl fertilizer, and labor in Java is greater than outside Java. Efforts that
can be suggested to increase soybean production outside Java are promoting
agricultural ekstensification strategy. This is because the elasticity for land
outside Java is greater than Java.
Technical efficiency of farmers in Java can be improved by reducing the
seed aid, introducing land preparation technology using tractors, and also
increasing the use of quality seeds. Outside Java, technical efficiency
improvement can be reached by reducing the seed aid, increasing fertilizer aid,
optimizing counseling, and also increasing the use of quality seeds.
Keywords: soybean, production function, stochastic frontier, technical
efficiency

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIS
PERTANIAN KEDELAI DI INDONESIA

DENA DRAJAT

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sri Hartoyo, MS

Judul Tesis : Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Teknis Pertanian Kedelai di
Indonesia
Nama
: Dena Drajat
NRP
: H151114094

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr
Ketua

Sahara, SP MSi PhD
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 11 September 2013

Tanggal Lulus:

Judul Tesis : Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Teknis Pertanian Kedelai di
Indonesia
Nama
: Dena Drajat
: H151114094

NRP

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr
Ketua

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi

Tanggal Ujian: 11 September 2013

Tanggal Lulus:

1 B OCT 20 13


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini ialah tentang produksi pangan, dengan judul Analisis Fungsi Produksi dan
Efisiensi Teknis Pertanian Kedelai di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr dan
Sahara, SP MSi PhD selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan selama proses penulisan tesis ini. Terima kasih juga disampaikan
kepada Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku penguji luar komisi dan Dr Ir Wiwiek
Rindayati, MS selaku perwakilan dari Program Studi Ilmu Ekonomi yang telah
memberikan kritik dan masukkan untuk menyempurnakan tesis ini. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pimpinan di Direktorat Statistik
Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan. Tak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada orang tua, istri, dan anak-anakku atas segala
doa dan dukungan yang tak terkira besarnya.
Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
akademisi dan pemerintah.

Bogor, September 2013

Dena Drajat

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

vi
vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
6
6
6

2 TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Konsep Efisiensi Teknis
Kajian Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier dan Inefisiensi Teknis
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

7
8
9
9
11
12

3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis

12
12
13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Fungsi Produksi Kedelai
Efisiensi Teknis Petani Kedelai
Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi/Inefisiensi Teknis Petani Kedelai

15
15
21
24
25

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

28
28
29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

32

RIWAYAT HIDUP

70

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

Perkembangan produksi dan konsumsi kedelai di Indonesia, 2005-2011
Luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai pada sepuluh provinsi
penghasil kedelai terbesar di Indonesia tahun 2011
Karakter petani kedelai di Indonesia
Distribusi tingkat pendidikan petani kedelai di Jawa dan Luar Jawa (%)
Rata-rata produktivitas, dan penggunaan faktor produksi pertanian
kedelai di Indonesia
Hasil pendugaan parameter fungsi produksi kedelai di Indonesia
Sebaran nilai efisiensi teknis petani kedelai di Jawa dan Luar Jawa
Tahun 2011
Hasil pendugaan parameter model inefisiensi teknis pertanian kedelai

2
5
15
16
17
21
25
26

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Volume impor kedelai Indonesia, 2005-2011
Konsumsi, target, dan realisasi produksi kedelai 2005-2011
Fungsi produksi stochastic frontier
Alur kerangka pemikiran
Distribusi petani kedelai menurut umur di Jawa dan Luar Jawa
Distribusi produktivitas kedelai di Jawa dan Luar Jawa
Distribusi luas tanam kedelai di Jawa dan Luar Jawa
Distribusi penggunaan benih kedelai di Jawa dan Luar Jawa
Distribusi penggunaan pupuk urea di Jawa dan Luar Jawa
Distribusi penggunaan pupuk TSP/SP36 di Jawa dan Luar Jawa

2
3
8
11
15
17
18
19
20
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Output SPSS - fungsi produksi kedelai di Indonesia
Output SPSS - uji asumsi klasik fungsi produksi kedelai di Jawa
Output SPSS - uji asumsi klasik fungsi produksi kedelai di Luar Jawa
Output Frontier untuk fungsi produksi di Jawa
Output Frontier untuk fungsi produksi di Luar Jawa

32
33
35
37
57

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di
dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut hasil sensus penduduk
tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia adalah 237.6 juta orang yang terdiri dari
119.6 juta orang laki-laki dan 118.0 juta orang perempuan. Dibandingkan dengan
hasil sensus penduduk tahun 2000, terjadi penambahan jumlah penduduk
sebanyak 32.5 juta orang atau meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 1.49%
per tahun.
Populasi penduduk yang tinggi adalah keuntungan bagi negara yang sedang
berkembang. Populasi yang besar adalah pasar potensial yang menjadi sumber
permintaan berbagai macam barang dan jasa yang akan menggerakkan berbagai
macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala ekonomi (economies of
scale). Populasi yang besar juga menciptakan sumber pasokan tenaga kerja murah
dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya akan merangsang tingkat
output atau produksi agregat yang lebih tinggi (Todaro dan Smith 2009).
Di sisi lain, laju pertumbuhan penduduk yang pesat berpotensi
menimbulkan masalah. Salah satu masalah yang bisa timbul akibat pertumbuhan
penduduk yang tinggi adalah masalah ketersediaan bahan makanan. Jika
penduduk terus bertambah, maka bertambah pula jumlah pangan yang diperlukan,
sehingga penyediaan bahan pangan secara memadai menjadi lebih sulit jika
penduduk terus bertumbuh dengan pesat.
Masalah penyediaan bahan pangan ini juga disadari oleh pemerintah
Indonesia. Dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006–2009 disebutkan
bahwa inti persoalan dalam mewujudkan ketahanan pangan selama ini terkait
dengan adanya pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari
pertumbuhan penyediaannya. Apabila persoalan ini tidak dapat diatasi, maka
ketergantungan terhadap pangan impor akan semakin tinggi. Ketergantungan
impor pangan yang tinggi menimbulkan kerentanan yang dapat berimplikasi
negatif terhadap kedaulatan nasional (Kementan 2006).
Keseriusan pemerintah Indonesia dalam menyikapi permasalahan pangan
terlihat dengan dicantumkannya ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas
nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional (RPJMN)
tahap II tahun 2010-2014. Beberapa komoditas utama pertanian seperti padi,
jagung, kedelai, dan tebu menjadi prioritas pemerintah dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan nasional.
Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi sebagian besar
penduduk Indonesia. Sebanyak 50% dari kedelai Indonesia dikonsumsi dalam
bentuk tempe, 40% dalam bentuk tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain seperti
tauco, kecap, dan lain-lain (Komalasari 2008). Seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk maka permintaan kedelai di dalam negeri pun
juga meningkat. Data perkembangan konsumsi kedelai di Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 1.

2
Tabel 1 Perkembangan produksi dan konsumsi kedelai di Indonesia, 2005-2011
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber : BPS

Penduduk
(juta jiwa)
219.85
222.74
225.64
228.52
234.40
237.64
240.99

Konsumsi
(juta ton)
1.89
1.88
2.00
1.94
2.34
2.71
3.03

Produksi Luas panen Produktivitas
(juta ton) (ribu hektar)
(ku/ha)
0.81
621.54
13.01
0.75
580.53
12.88
0.59
459.12
12.91
0.78
590.96
13.13
0.97
722.79
13.48
0.91
660.82
13.73
0.85
622.25
13.68

Berdasarkan Tabel 1, konsumsi kedelai di Indonesia periode 2005-2011
cenderung meningkat. Total konsumsi kedelai pada tahun 2005 adalah1.89 juta
ton, dan pada tahun 2011 menjadi 3.03 juta ton. Hal ini berarti bahwa konsumsi
kedelai di Indonesia tumbuh sebesar 60.20% dalam waktu enam tahun.
Pada periode waktu yang sama produksi kedelai juga mengalami
peningkatan, hanya saja peningkatannya tidak sebesar peningkatan yang terjadi
pada konsumsi kedelai. Pada tahun 2005 produksi kedelai di Indonesia adalah
0.81 juta ton, dan pada tahun 2011 menjadi 0.85 juta ton. Hal ini berarti produksi
kedelai di Indonesia tumbuh sebesar 5.31% dalam waktu enam tahun. Angka
pertumbuhan produksi kedelai ini jauh di bawah pertumbuhan konsumsi yang
mencapai 60.20% selama kurun waktu yang sama.
Perumusan Masalah

volume impor kedelai
(juta ton)

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, jumlah
konsumsi kedelai sebagai salah satu bahan pangan utama di Indonesia juga
menunjukkan tren yang meningkat. Peningkatan konsumsi kedelai ini ternyata
tidak disertai dengan peningkatan produksi kedelai, sehingga selalu mengandalkan
impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai nasional dalam beberapa
tahun terakhir. Pada Gambar 1 dapat dilihat perkembangan volume impor kedelai
Indonesia pada periode waktu 2005-2011.
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
2005

2006

2007

2008

2009

2010

Sumber: BPS
Gambar 1 Volume impor kedelai Indonesia, 2005-2011

2011

3

konsumsi, target, dan realisasi produksi
kedelai (juta ton)

Saat ini, lebih dari 50% pemenuhan kebutuhan kedelai nasional berasal
dari negara lain. Ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai ini merupakan
ancaman bagi ketahanan pangan nasional, karena untuk ketersediaan kedelai di
dalam negeri (yang digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri) akan
sangat ditentukan oleh supply kedelai di pasar internasional (terutama dari negara
eksportir kedelai ke Indonesia) yang berada di luar jangkauan kendali pemerintah.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2012 tentang Pangan, salah satu tujuan utama penyelenggaraan pangan
(perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam penyediaan, keterjangkauan,
pemenuhan konsumsi pangan) adalah untuk meningkatkan kemampuan
memproduksi pangan secara mandiri. Beberapa komoditas utama pertanian seperti
padi, jagung, kedelai, dan tebu menjadi prioritas pemerintah dalam
penyelenggaraan pangan. Pemerintah Indonesia juga mencanangkan pencapaian
swasembada kedelai sebagai salah satu prioritas nasional dalam rangka
mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan.
Sejak awal pemerintahan kabinet Indonesia bersatu pada tahun 2005,
Kementerian Pertanian menargetkan untuk berswasembada kedelai, dalam arti
minimal 90% kebutuhan kedelai akan tercukupi oleh produksi dalam negeri, pada
tahun 2014. Secara bertahap diharapkan produksi kedelai meningkat setiap
tahunnya sehingga dapat mencapai kondisi swasembada pada tahun 2014. Target
dan realisasi produksi kedelai sepanjang periode waktu 2005-2011 dapat dilihat
pada Gambar 2.
Sejak pencanangan swasembada kedelai tahun 2005, terlihat ada
kecenderungan perbedaan yang semakin membesar antara target yang
dikehendaki pemerintah dan realisasi produksi kedelai di lapangan. Jika pada
tahun 2005 saat diawalinya pencanangan swasembada kedelai realisasi produksi
kedelai mampu mencapai target produksinya, maka kondisi berbeda terjadi pada
tahun-tahun berikutnya. Bahkan pada tahun 2011 realisasi produksi kedelai hanya
mampu mencapai setengah (54.57%) dari target yang diharapkan.
3.5
3.0
2.5
2.0

konsumsi

1.5

target produksi
realisasi produksi

1.0
0.5
0.0
2005 2006

2007 2008

2009 2010

2011

Sumber: BPS, dan Kementan
Gambar 2 Konsumsi, target dan realisasi produksi kedelai 2005-2011

4
Tinggi rendahnya produksi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya penggunaan
faktor produksi. Penelitian-penelitian tentang penggunaan faktor produksi seperti
yang dilakukan oleh Battese dan Coelli (1995), Zhu dan Lansink (2010), Kibaara
dan Kavoi (2012), serta Dlamini et al. (2012) menunjukkan bahwa lahan, bibit,
pupuk, pestisida, dan tenaga kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
hasil produksi pertanian.
Rendahnya pencapaian target produksi kedelai berkaitan erat dengan
keterbatasan areal pertanian kedelai yang ada di Indonesia. Berdasarkan data pada
Tabel 1, luas panen kedelai di Indonesia selama enam tahun upaya swasembada
kedelai tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk selanjutnya,
perluasan areal pertanian kedelai masih akan sulit untuk dilakukan mengingat
adanya alih fungsi lahan pertanian dan kompetisi lahan dengan tanaman pangan
lain.
Faktor bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja adalah faktor yang
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kedelai. Pada tahun 2011 rata-rata
produktivitas kedelai di Indonesia adalah 13.68 ku/ha. Menurut data FAO,
produktivitas kedelai di Indonesia menempati peringkat ke-60 diantara negaranegara penghasil kedelai di dunia. Turki adalah negara dengan produktivitas
kedelai tertinggi (38.70 ku/ha). Sementara itu, negara-negara produsen utama
kedelai di dunia seperti Amerika Serikat, Brazil, dan Argentina masing-masing
memiliki produktivitas 27.91, 31.21, dan 26.05 ku/ha.
Masih ada potensi yang sangat besar untuk meningkatkan produktivitas
kedelai di Indonesia hingga lebih dari 20 ku/ha, karena beberapa varietas unggul
bibit kedelai yang telah dilepas ke pasaran mempunyai potensi hasil yang tinggi.
Sebagai contoh varietas kawi dan tanggamus memiliki potensi hasil hingga 28
ku/ha, varietas merubetiri memiliki potensi hasil hingga 30 ku/ha, dan varietas
baluran memiliki potensi hasil hingga 35 ku/ha.
Selain pengaruh dari jumlah faktor produksi yang digunakan oleh petani,
tinggi atau rendahnya hasil produksi pertanian juga ditentukan oleh tingkat
efisiensi teknis petani. Dengan menggunakan jumlah faktor yang sama, petani
dengan tingkat efisiensi teknis yang tinggi akan bisa menghasilkan lebih banyak
output dibandingkan dengan petani yang tingkat efisiensi teknisnya rendah.
Menurut Battese dan Coelli (1995) tingkat efisiensi teknis dipengaruhi oleh umur,
dan pendidikan. Karagiannis dan Sarris (2004) memasukkan bantuan dan subsidi
sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis. Hasil penelitian yang
dilakukan Reddy dan Bantilan (2012), Umaru dan Onu (2013), Hormozi et al.
(2012), dan Kibaara dan Kavoi (2012) mengungkapkan bahwa faktor penyuluhan,
keanggotaan dalam kelompok tani, penggunaan traktor, dan penggunaan bibit
unggul turut mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani.
Persebaran wilayah yang memproduksi kedelai tidak merata di seluruh
Indonesia, Pada Tabel 2 disajikan data produksi dari sepuluh provinsi penghasil
kedelai terbesar di Indonesia. Pada tahun 2011, produksi kedelai Indonesia adalah
sebesar 851.29 ribu ton. Pusat-pusat produksi kedelai di Jawa seperti Jawa Timur
dan Jawa Tengah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap produksi
kedelai nasional. Produksi kedelai dari sepuluh wilayah sentra produksi kedelai di
Indonesia telah memberikan kontribusi sebesar 91.18% terhadap produksi kedelai
nasional. Untuk wilayah Jawa, sentra produksi kedelai ada di Provinsi Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta. Untuk wilayah Luar Jawa, sentra

5
produksi kedelai ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Aceh, Sulawesi Selatan,
Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Lampung.
Tabel 2 Luas panen, produktivitas, dan produksi kedelai pada sepuluh provinsi
penghasil kedelai terbesar di Indonesia tahun 2011
Provinsi
Jawa Timur
Jawa Tengah
Nusa Tenggara Barat
Jawa Barat
Aceh
Sulawesi Selatan
DI Yogyakarta
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Lampung
23 Provinsi lainnya
Indonesia

Luas panen
(ribu ha)
252.82
81.99
75.04
35.67
35.37
21.44
28.99
8.70
11.41
9.23
61.59
622.25

Produktivitas
(ku/ha)
14.52
13.69
11.74
15.74
14.14
15.73
11.31
15.76
10.01
11.90
12.19
13.68

Produksi
Absolut
Kontribusi
(ribu ton)
(%)
367.00
43.11
112.27
13.19
88.10
10.35
56.17
6.60
50.01
5.87
33.72
3.96
32.79
3.85
13.71
1.61
11.43
1.34
10.98
1.29
75.11
8.82
100.00
851.29

Sumber : BPS
Produksi kedelai di Jawa lebih tinggi dari produksi kedelai di Luar Jawa.
Para petani kedelai di Jawa memiliki keuntungan dibandingkan dengan petani di
Luar Jawa karena lahan pertanian di Jawa lebih cocok untuk ditanami kedelai
dibandingkan dengan di Luar Jawa. Kedelai adalah tanaman yang cocok untuk
ditanam pada tanah jenis alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Tanah
jenis ini banyak ditemui di Pulau Jawa, sehingga di Jawa lebih cocok untuk
ditanami kedelai dibandingkan dengan dengan di Luar Jawa.
Selain perbedaan kondisi tanah, terdapat juga perbedaan mutu sumber daya
manusia, penguasaan lahan, dan dukungan kelembagaan antara petani di Jawa dan
Luar Jawa. Sebagian besar petani di Jawa dan Luar Jawa memiliki latar belakang
pendidikan SD (tamat dan tidak tamat) dan tidak sekolah, tetapi daerah Jawa
memiliki proporsi petani berpendidikan tamat SD dan di atas SD yang lebih tinggi
dari Luar Jawa. Lahan merupakan faktor produksi utama dalam kegiatan usaha
tani. Luas penguasaan lahan akan menentukan tingkat penghasilan dan
kesejahteraan rumah tangga petani. Rata-rata luas lahan yang dikuasai petani di
Jawa adalah 0.585 hektar, sedangkan di Luar Jawa mencapai 0.638 hektar.
Kelembagaan pertanian memiliki peranan penting untuk meningkatkan
produktivitas pertanian di suatu wilayah. Ada empat bentuk kelembagaan
pertanian di Indonesia, yaitu kelembagaan input usaha tani, kelembagaan
kelompok tani dan penyuluhan, kelembagaan hasil pemasaran, dan kelembagaan
modal. Penyebaran kelembagaan input usaha tani, dan kelembagaan kelompok
tani dan penyuluhan cukup merata di seluruh Indonesia, tetapi penyebaran
kelembagaan hasil pemasaran, dan kelembagaan modal di Jawa lebih baik dari di
Luar Jawa.
Dalam hal penguasaan teknologi, petani di Jawa memiliki kemampuan
untuk mengadopsi teknologi pertanian dengan lebih baik. Petani di Jawa lebih

6
terampil dalam penggunaan dan perawatan mesin pertanian (Kementan 2011),
ataupun dalam menerapkan teknik-teknik baru dalam budidaya pertanian (Ishak
dan Afrizon 2011).
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah:
1. Faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi kedelai di Jawa dan di
Luar Jawa?
2. Berapa tingkat efisiensi teknis pertanian kedelai di Jawa dan di Luar Jawa?
3. Faktor apa yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani kedelai di Jawa
dan di Luar Jawa?
Tujuan Penelitian
Terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini. Pertama, mengidentifikasi faktor
produksi apa yang mempengaruhi produksi kedelai di Jawa dan Luar Jawa.
Kedua, mengetahui efisiensi teknis pertanian kedelai di Jawa dan Luar Jawa, dan
tujuan ketiga adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi
teknis di Jawa dan Luar Jawa tersebut.
Manfaat Penelitian
1.

2.

3.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain adalah:
Bagi masyarakat umum dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan
pengetahuan di bidang perekonomian yang berkaitan dengan pertanian
tanaman kedelai.
Bagi para peneliti dapat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan tentang
fungsi produksi pertanian kedelai di Indonesia, dan tentang efisiensi teknis
usaha tani kedelai tersebut. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk
dijadikan referensi dalam mengembangkan penelitian yang berkaitan.
Bagi pemerintah dan pengambil kebijakan dapat bermanfaat untuk dijadikan
bahan evaluasi dan pertimbangan dalam penerapan kebijakan.
Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka ruang lingkup
dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa hal berikut:
1. Faktor-faktor produksi yang dimasukkan dalam penelitian ini dibatasi pada
penggunaan lahan, bibit, pupuk urea, pupuk TSP/SP36, pupuk KCl,
pestisida, dan tenaga kerja.
2. Data yang digunakan ialah bagian dari set data survei Struktur Ongkos
Usaha Tani tanaman pangan tahun 2011 yang diselenggarakan oleh BPS di
10 provinsi sentra produksi kedelai, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.

7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi produksi adalah hubungan matematika yang memperlihatkan jumlah
maksimum barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi
kuantitas input produksi yang digunakan (Nicholson 2004). Fungsi produksi
menyediakan informasi tentang berapa kuantitas output yang dihasilkan bila
input-input tertentu digunakan dengan kombinasi tertentu. Jika Xi menyimbolkan
input yang digunakan untuk memproduksi output Y, besar kecilnya Y bergantung
dari besar kecilnya X1, X2, X3, ..., Xm yang digunakan. Secara aljabar hubungan Y
dan Xi ditulis sebagai berikut:
Y=f{X1, X2, X3, ..., Xm}
Dimana:
Y= produksi;
X1 = input X1
X2 = input X2
X3 = input X3
Xm = input X yang ke-m
Salah satu fungsi produksi yang banyak digunakan dalam penelitian adalah
fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas diperkenalkan
pada tahun 1928 oleh CW Cobb dan PH Douglas dalam tulisannya yang berjudul
“A Theory of Production” yang dimuat dalam American Economic Review.
Secara umum fungsi Cobb-Douglas menggambarkan tingkat produksi atau
penciptaan nilai tambah (Y) yang diakibatkan oleh pengaruh dua faktor produksi,
yaitu input modal (X1) dan input tenaga kerja (X2). Bentuk dasar persamaan
fungsi Cobb-Douglas adalah:
Y = f(X , X ) = ∝ X X

Parameter  yang merupakan ukuran kemajuan teknologi yang melekat
pada semua faktor produksi. Untuk kasus dengan berbagai input produksi,
persamaan fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis menjadi:
Y = f(X , X , … , , X ) = ∝ X X … X
Beberapa kelebihan atau kemudahan dari fungsi Cobb-Douglas adalah
sebagai berikut:
1. Penyelesaian fungsi lebih sederhana dan tidak rumit karena bisa
ditransformasikan atau diubah dalam bentuk fungsi linier (fungsi logaritma
natural), sehingga memudahkan dalam proses analisis.
2. Nilai koefisien regresi yang dihasilkan menunjukkan besarnya nilai elastisitas
produksi dari setiap faktor produksi, sehingga fungsi produksi ini dapat secara
langsung digunakan untuk mengetahui tingkat produksi optimum berdasarkan
pemakaian faktor produksi.
3. Penjumlahan nilai elastisitas dari setiap faktor produksi menunjukkan skala
hasil usaha (return to scale).

8
Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Dalam penelitian ini, fungsi produksi yang digunakan yaitu fungsi produksi
stochastic frontier. Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang
digunakan untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap
posisi frontiernya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, fungsi produksi
adalah hubungan fisik antara faktor produksi (input) dan produksi.
Fungsi produksi frontier pertama kali dikembangkan oleh Aigner et al.
(1977). Fungsi produksi ini menggambarkan produksi maksimum yang berpotensi
dihasilkan dari sejumlah input produksi yang dikorbankan. Fungsi produksi
frontier dapat digunakan untuk mengestimasi atau memprediksi efisiensi relatif
suatu kelompok atau usahatani tertentu yang diperoleh dari hubungan antara
produksi dan potensi produksi yang diobservasi.
Untuk fungsi produksi yang dispesifikasi untuk data cross-sectional akan
mempunyai dua komponen error term, yaitu disebabkan oleh random effects (V)
dan inefisiensi teknis (U). Secara matematis, dapat ditulis dalam persamaan
sebagai berikut:
ln(Yi) = Xiβ + (Vi – Ui), i=1,2,3,...,N
dimana:
ln(Yi) = logaritma natural dari produksi yang dihasilkan oleh petani ke-i;
Xi
= vektor input yang digunakan oleh petani ke-i;
β
= vektor parameter yang akan diestimasi;
Vi
= variabel acak yang diasumsikan independent and identically distributed
(iid.), berkaitan dengan faktor eksternal seperti iklim dan hama;
Ui
= variabel acak non-negatif yang diasumsikan iid., yang menggambarkan
inefisiensi teknis dalam produksi.

Sumber: Coelli et al. (2005)
Gambar 3 Fungsi produksi stochastic frontier
Model yang dinyatakan dalam persamaan tersebut dinamakan fungsi
produksi stochastic frontier karena nilai output dibatasi oleh variabel stochastic
(acak), yaitu exp(Xiß + Vi). Random error (Vi) dapat bernilai positif atau negatif,
dan begitu pula output stochastic frontier bervariasi sekitar bagian tertentu dari
model frontier, exp(Xiß).

9
Konsep Efisiensi Teknis
Efisiensi merupakan faktor penting dalam menentukan produksi. Efisiensi
diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mencapai
tingkat produksi tertentu, atau upaya mencapai tingkat output yang sebesarbesarnya dengan penggunaan sejumlah input tertentu. Suatu hal dikatakan efisien
jika dapat menghasilkan output lebih tinggi dengan penggunaan sejumlah input
yang sama atau penggunaan input lebih rendah untuk menghasilkan sejumlah
output tertentu.
Efisiensi teknis tercapai saat sejumlah faktor produksi yang ada
menghasilkan output yang tinggi. Efisiensi dan inefisiensi dalam usaha tani dapat
diketahui melalui fungsi produksi stochastic frontier. Untuk menganalisis
efisiensi teknis pada penelitian ini, akan digunakan definisi efisiensi teknis
menurut Battese dan Coelli (1995). Efisiensi teknis dari sebuah perusahaan
didefinisikan sebagai rasio antara output sesungguhnya dengan output fungsi
frontiernya. Dalam metode ini efisiensi teknis petani ke-i dinyatakan dalam rasio
berikut ini:
=



TEi adalah efisiensi teknis petani ke-i, Yi output sesungguhnya yang dihasilkan
dan ∗ adalah output fungsi frontiernya. Nilai efisiensi teknis berkisar antara nol
dan satu. Nilai ini berhubungan terbalik dengan nilai inefisiensi teknis yang juga
berkisar antara nol dan satu.
Kajian Empiris Fungsi Produksi Stochastic Frontier dan Inefisiensi Teknis
Battese dan Coelli (1995) melakukan penelitian tentang fungsi produksi
petani padi di India pada tahun 1995. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa
produksi padi di India dipengaruhi oleh faktor lahan, tenaga kerja, dan biaya lainlain. Selanjutnya diketahui juga bahwa tingkat inefisiensi teknis petani bersifat
stochastic yang dipengaruhi oleh umur dan juga tingkat pendidikan petani.
Karagiannis dan Sarris (2004) melakukan penelitian tentang tingkat efisiensi
petani tembakau di Yunani. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa produksi
tembakau dipengaruhi oleh faktor bibit, pupuk, pestisida, dan lahan. Rata-rata
tingkat efisiensi teknis petani tembakau di Yunani adalah 90%. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis adalah irigasi, spesialisasi, kredit
usaha, subsidi, usia petani, dan kepemilikan lahan.
Khai et al. (2008) melakukan penelitian tentang fungsi produksi dan tingkat
efisiensi teknis petani kedelai di Vietnam. Dengan menggunakan fungsi produksi
stochastic frontier diketahui bahwa faktor tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan
mesin pertanian memiliki pengaruh terhadap output petanian kedelai. Rata-rata
tingkat efisiensi teknis petani kedelai di Vietnam adalah 73.9%. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis adalah kebijakan pemerintah, luas
lahan, dan lokasi pertanian. Sementara itu faktor pelatihan, bantuan kredit, dan
pengalaman bertani tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
efisiensi teknis petani kedelai.
Zhu dan Lansink (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh bantuan
pemerintah terhadap tingkat efisiensi teknis petani di Jerman, Belanda, dan

10
Swedia. Dalam penelitian tersebut dilakukan analisis terhadap fungsi produksi
pertanian dan memperoleh kesimpulan bahwa produksi pertanian dipengaruhi
oleh faktor lahan, bibit, pupuk, modal, dan tenaga kerja. Subsidi pemerintah
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tingkat inefisiensi teknis di tiap-tiap
negara. Subsidi memberikan pengaruh yang negatif terhadap inefisiensi teknis
petani di Jerman, pengaruh posistif terhadap inefisensi teknis petani di Swedia,
dan pengaruhnya tidak signifikan terhadap petani di Belanda.
Kibaara dan Kavoi (2012) melakukan penelitian tentang fungsi produksi dan
tingkat efisiensi teknis petani kedelai di Kenya. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa faktor bibit, pupuk, dan tanaga kerja berpengaruh terhadap produksi
Jagung. Tingkat efisiensi teknis petani jagung bervariasi antara 8-98%. Faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis ini adalah tingkat pendidikan,
akses terhadap kredit, penggunaan traktor, dan penggunaan bibit unggul.
Dlamini et al. (2012) melakukan penelitian tentang fungsi produksi dan
efisiensi teknis petani Jagung di Swaziland. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja merupakan faktor produksi yang
mempengaruhi produksi Jagung. Rata-rata tingkat efisiensi teknis petani jagung
adalah 80%. Penggunaan bibit hibrida, umur petani, dan pengalaman bertani
menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi petani.
Hormozi et al. (2012) melakukan penelitian yang berkaitan dengan
pengaruh penggunaan mesin pertanian terhadap efisiensi teknis petani padi di Iran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan mesin pertanian dan
penggunaan bibit unggul berpengaruh signifikan terhadap efisiensi teknis petani.
Otitoju et al. (2012) melakukan penelitian tentang fungsi produksi dan
tingkat efisiensi teknis petani kedelai di Nigeria dengan menggunakan fungsi
produksi stochastic frontier. Kesimpulannya adalah luas lahan, dan jumlah
penggunaan pupuk merupakan variabel yang memiliki pengaruh positif terhadap
produksi kedelai. Faktor produksi tenaga kerja diketahui digunakan secara
berlebihan sehingga memiliki elastisitas yang negatif terhadap produksi, untuk
mengatasi hal ini perlu dilakukan penambahan luas lahan pertanian kedelai
sehingga jumlah tenaga kerja dan luas lahannya menjadi berimbang. Tingkat
efisiensi teknis petani kedelai di Nigeria bervariasi antara 0.254 hingga 0.999
dengan rata-rata 0.718 sehingga masih ada kemungkinan untuk meningkatkan
efisiensi teknis petani kedelai sebesar 28%.
Penelitian lain tentang analisis fungsi produksi stochastic frontier dan
efisiensi teknik di bidang pertanian adalah penelitian Krasachat (2012). Dalam
penelitiannya yang berkaitan dengan produksi durian di Thailand, diketahui
bahwa produksi durian dipengaruhi oleh faktor produksi lahan dengan elastisitas
0.013, tenaga kerja dengan elastisitas 0.353, dan input lainnya dengan elastisitas
0.597. Efisiensi teknis pertanian durian berkisar antara 0.270 hingga 0.958 dengan
rata-rata 0.779. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa tingkat pendidikan petani,
dan teknik budidaya secara organik memiliki hubungan yang negatif dengan
tingkat efisiensi teknis.
Reddy dan Bantilan (2012) melakukan penelitian yang berkaitan dengan
fungsi produksi dan efisiensi teknis kacang tanah di India. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa bibit, tenaga kerja, pupuk, mesin, dan irigasi adalah faktor
yang mempengaruhi poduksi kacang tanah. Sementara efisiensi teknis dipengaruhi
oleh jenis tanah, luas lahan, jenis bibit, dan penyuluhan.

11
Umaru dan Onu (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh faktor sosial
ekonomi terhadap produksi jagung di Nigeria menyatakan bahwa lahan, bibit,
pupuk, pestisida, dan tenaga kerja adalah faktor yang mempengaruhi produksi
Jagung di Nigeria. Rata-rata tingkat efisiensi teknis petani Jagung adalah 73%.
Faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis adalah umur, jumlah anggota
rumah tangga, pengalaman bertani, penyuluhan, keanggotaan dalam kelompok
tani, dan tingkat pendidikan.
Kuwornu, et al. (2013) dalam tulisannya tentang efisiensi teknis pertanian
tanaman jagung di Ghana juga menggunakan analisis fungsi produksi stochastic
frontier. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa output pertanian jagung
dipengaruhi secara positif oleh penggunaan pestisida, jumlah tenaga kerja dibayar,
dan input lainnya. Penggunaan bibit, pupuk, dan tenaga kerja keluarga memiliki
pengaruh yang negatif terhadap output pertanian. Selain itu diketahui bahwa
secara rata-rata pertanian jagung di Ghana berada dalam kondisi decreasing
return to scale. Dengan rata-rata tingkat efisien teknis sebesar 51%, diketahui
bahwa faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis petani adalah penyuluhan,
keangotaan dalam kelompok tani, keaktifan dalam kelompok tani, pelatihan, dan
bantuan usaha tani.
Kerangka Pemikiran
Kebutuhan kedelai dalam negeri cenderung meningkat dalam beberapa
tahun terakhir tahun terakhir, dan produksi kedelai dalam negeri hanya mampu
memenuhi 29-42% dari kebutuhan tersebut. Saat ini lebih dari 50% kebutuhan
kedelai nasional diperoleh dari hasil impor, suatu kondisi yang dapat mengancam
kedaulatan pangan Indonesia jika suatu saat negara pengekspor kedelai ke
Indonesia menghentikan ekspornya.

Gambar 4 Alur kerangka pemikiran

12
Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemerintah Indonesia melalui
Kementan telah menargetkan Indonesia untuk berswasembada kedelai pada tahun
2014 dengan target produksi sebesar 2.70 juta ton. Dalam rencana strategis
Kementan dicantumkan bahwa target produksi tersebut diharapkan tercapai
dengan adanya kenaikan produksi secara bertahap dari tahun ke tahun mulai tahun
2005 sampai dengan tahun 2014. Namun realisasi produksi kedelai pada periode
tersebut selalu berada di bawah target produksi yang telah ditetapkan. Sehingga
bisa disimpulkan bahwa sasaran produksi kedelai yang telah ditetapkan oleh
Kementan tidak tercapai. Dengan terjadinya hal ini maka upaya-upaya
peningkatan produksi kedelai harus dilakukan dengan lebih baik lagi.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan produksi
pertanian adalah dengan mempelajari bagaimana petani mengatur penggunaan
kombinasi faktor produksi dalam usaha taninya melalui analisis fungsi produksi.
Analisis ini dilakukan melalui pemodelan yang dibuat berbeda untuk wilayah
Jawa dan Luar Jawa agar dapat diperoleh kesimpulan yang lebih informatif.
Selain itu perlu juga untuk mempelajari tingkat efisiensi teknis dan faktor-faktor
apa yang mempengaruhinya, sehingga produksi bisa ditingkatkan dengan cara
meningkatkan efisiensi teknis dalam pertanian kedelai. Setelah itu, selanjutnya
dapat dibuat rumusan kebijakan yang untuk mendorong petani agar menggunakan
input produksi yang dikuasainya itu secara tepat.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Faktor produksi lahan, bibit, pupuk urea, pupuk TSP/SP36, pupuk KCl,
pestisida, dan tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap produksi
kedelai.
2. Terdapat inefisiensi teknis dalam pengelolaan usaha tani kedelai yang
dipengaruhi oleh faktor umur petani, tingkat pendidikan petani, bantuan benih
dan pupuk, pelatihan/penyuluhan, keanggotaan dalam kelompok tani,
penggunaan traktor dan bibit unggul.

3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data cross section yang diambil dari hasil
survei struktur ongkos usaha tani tanaman pangan yang diselenggarakan oleh BPS
pada tahun 2011. Jumlah sampel dalam survei tersebut sebanyak 12 597 rumah
tangga, untuk keperluan penelitian ini hanya digunakan data dari 1 097 sampel
rumah tangga tani yang menanam kedelai dan memiliki hasil perhektar tidak lebih
dari 35 ku/ha. Berdasarkan lokasinya, data yang digunakan adalah data dari 708
rumah tangga tani di Jawa dan 389 rumah tangga tani di Luar Jawa. Berdasarkan
sebarannya, sampel berasal dari sepuluh provinsi penghasil kedelai terbesar di
Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
Selatan.

13
Penjelasan mengenai beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Produksi kedelai, yaitu jumlah produksi kedelai yang dihasilkan oleh petani
pada bidang lahan yang terakhir kali dipanen oleh petani. Produksi akan
dicatat dengan satuan kilogram biji kering.
2. Luas lahan, yaitu luas tanaman kedelai yang dipungut hasilnya pada bidang
lahan yang terakhir kali dipanen oleh petani setelah tanaman tersebut cukup
umur. Luas panen dicatat dalam satuan meter persegi.
3. Penggunaan bibit, yaitu jumlah penggunaan bibit pada bidang lahan yang
terakhir kali dipanen oleh petani yang berasal dari pembelian dan bukan
pembelian (produksi sendiri maupun pemberian pihak lain). Penggunaan bibit
dicatat dalam satuan kilogram.
4. Penggunaan pupuk, yaitu pupuk yang benar-benar telah digunakan pada
bidang lahan yang terakhir kali dipanen oleh petani. Jenis pupuk yang akan
diteliti adalah Urea, TSP/SP36, dan KCl. Penggunaan pupuk dicatat dalam
satuan kilogram.
5. Penggunaan pestisida, yaitu pestisida yang benar-benar telah digunakan pada
bidang lahan yang terakhir kali dipanen oleh petani. Penggunaan pestisida
dicatat dalam satuan cc.
6. Tenaga kerja, yaitu pekerja (dibayar maupun tidak dibayar) yang terlibat
dalam kegiatan pengolahan lahan (mencangkul, membajak), penanaman dan
penyulaman, pemeliharaan/penyiangan, pemupukan, pengendalian hama/OPT,
pemanenan dan pengangkutan hasil panen, pengeringan dan pengupasan.
Tenaga kerja dicatat dalam satuan banyaknya orang hari (OH).
Metode Analisis
Fungsi Produksi Stochastic Frontier Cobb-Douglas
Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua dari penelitian ini digunakan
analisis terhadap fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas pertanian
kedelai di Jawa dan Luar Jawa. Model berikut digunakan untuk menduga fungsi
produksi kedelai di Jawa dan Luar Jawa:
ln = ln + ln ℎ
+ ln
ℎ + ln
+ ln
+
ln
+ ln
+ ln
+( − )
Keterangan:
Yi
= produksi kedelai (kg);
Lahani
= faktor lahan (m2);
Bibiti
= faktor bibit (kg);
Ureai
= faktor pupuk urea (kg);
TSPi
= faktor pupuk TSP/SP36 (kg);
KCli
= faktor pupuk KCl (kg);
Pestisidai
= faktor pestisida (cc);
Pekerjai
= faktor tenaga kerja (OH);
α
= intersep;
β1, β2, ..., β7 = koefisien parameter penduga untuk setiap faktor produksi;
Vi
= variabel acak yang diasumsikan berkaitan dengan faktor eksternal
seperti iklim dan hama;

14
Ui

= variabel acak non-negatif yang menggambarkan inefisiensi teknis
dalam produksi;
i
= petani sampel.
Metode estimasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
mengikuti metode estimasi yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1995).
Melalui metode tersebut penentuan faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis
didekati dengan penentuan faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis.
Keunggulan metode ini adalah model fungsi produksi dan model faktor inefisiensi
teknis dapat dilakukan melalui estimasi satu tahap sehingga tidak terjadi
pelanggaran asumsi.
Model Efisiensi/Inefisiensi Teknis
Untuk menjawab tujuan ketiga dari penelitian ini dilakukan melalui
pendekatan analisis faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis petani. Faktorfaktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani kedelai
adalah umur petani, tingkat pendidikan petani, bantuan bibit, bantuan pupuk,
penyuluhan, keanggotaan dalam kelompok tani, penggunaan traktor, dan
penggunaan bibit unggul. Secara matematis, inefisiensi teknis (U) dispesifikasikan
sebagai berikut:
= +
+
+
_
ℎ +
_
+
_
ℎ +
_
+
_
+
_
+
Keterangan:
Ui
= inefisiensi teknis;
Umuri
= umur petani (tahun);
Pendidikani = kategori tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan petani; (1 =
tidak tamat SD; 2 = tamatan SD; 3 = tamatan SMP; 4 = tamatan
SMA; 5 = diploma atau sarjana);
D_bbibiti
= dummy menerima bantuan bibit; (0 = tidak; 1 = ya);
D_bpupuki = dummy menerima bantuan pupuk; (0 = tidak; 1 = ya);
D_suluhi
=dummy memperoleh penyuluhan; (0 = tidak; 1 = ya);
D_poktani = dummy anggota kelompok tani; (0 = tidak; 1 = ya);
D_traktori = dummy penggunaan traktor; (0 = tidak; 1 = ya);
D_ungguli = dummy penggunaan bibit unggul; (0 = tidak; 1 = ya);
δ1, δ2, ..., δ8 = koefisien parameter penduga untuk setiap variabel dalam model;
Wi
= random error.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak
Microsoft Excel, SPSS 16, dan Frontier 4.1c. Microsoft Excel digunakan untuk
proses input data dan mengolah statistik deskriptif. SPSS digunakan untuk
melakukan uji statistik t, menghitung koefisien determinasi, dan kelayakan model
yang digunakan. Frontier digunakan untuk mendapatkan nilai estimasi maximumlikelihood dalam model fungsi produksi stochastic frontier, menghitung koefisien
dalam model efisiensi/inefisiensi teknis, dan untuk memperoleh nilai efisiensi
teknis.

15

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Pada subbab gambaran umum dibahas tentang karakteristik petani,
produktivitas, dan penggunaan faktor produksi di Jawa dan Luar Jawa. Deskripsi
yang disampaikan didasarkan atas informasi yang diberikan oleh 708 petani di
Jawa, dan 389 petani di Luar Jawa.
Karakteristik Petani Kedelai
Karakteristik petani yang dibahas dalam penelitian ini berkaitan dengan
karakteristik yang diduga memiliki pengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis
petani. Beberapa karakteristik petani yang dapat mempengaruhi tingkat inefisiensi
teknis adalah umur, tingkat pendidikan, perolehan bantuan bibit dan bantuan
pupuk, perolehan penyuluhan, keanggotaan dalam kelompok tani, penggunaan
traktor, dan penggunaan bibit unggul.
Tabel 3 Karakter petani kedelai di Indonesia
Karakter
Umur
Bantuan benih
Bantuan pupuk
Penyuluhan
Kelompok tani
Traktor
Bibit unggul

Uraian
Jawa
Rata-rata (tahun)
51.52
Mendapat bantuan (%)
31.50
Mendapat bantuan (%)
40.96
Memperoleh penyuluhan (%)
28.67
Anggota Poktan (%)
70.06
Menggunakan traktor (%)
11.30
Menggunakan bibit unggul (%) 65.96

Luar Jawa
47.54
30.59
17.99
21.34
60.15
11.57
72.24

t-hitung
5.484
0.310
7.964
2.654
3.339
-0.134
-2.138

Sig.
0.000***
0.757
0.000***
0.008***
0.001***
0.894
0.033**

Keterangan: ***, **, dan * menyatakan signifikan pada α = 1%, 5%, dan 10%
Sumber : Hasil olahan

distribusi umur (%)

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata umur petani di Jawa lebih tinggi
dari petani di Luar Jawa. Rata-rata umur petani di Jawa adalah 51.52 tahun,
sedangkan di Luar Jawa adalah 47.54 tahun. Dilihat dari distribusinya (Gambar 5),
sebagian besar petani di Jawa (55.08%) dan di Luar Jawa (46.27%) berumur lebih
dari 50 tahun. Kelompok kedua terbanyak adalah kelompok usia 40-50 tahun yang
proporsinya mencapai 30.93% di Jawa, dan 25.45% di Luar Jawa.
60
50
40
30
20
10
0

=50 tahun
Jawa

Luar Jawa

wilayah

Sumber: Hasil olahan
Gambar 5 Distribusi petani kedelai menurut umur di Jawa dan Luar Jawa

16
Pendidikan merupakan salah satu karakteristik sosial petani yang
diperkirakan memiliki pengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis. Pendidikan
meningkatkan kemampuan petani untuk mencari, memperoleh, dan
menginterpretasikan informasi yang berkaitan dengan proses produksi (Tan et al.
2010). Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, petani akan memiliki kemampuan
yang lebih baik dalam mengadopsi inovasi dan teknologi yang akan membuat
produksi pertanian merek