6
BAB 2 STUDI PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
Stabilisasi tanah adalah suatu cara yang digunakan untuk mengubah atau memperbaiki sifat tanah dasar sehingga diharapkan tanah dasar tersebut mutunya
dapat lebih baik dan dapat meningkatkan kemampuan daya dukung tanah dasar terhadap konstruksi yang akan dibangun diatasnya.
Pada umumnya, yang disebut dengan lapisan tanah yang lunak adalah lempung atau lanau yang mempunyai harga pengujian standart penetration test
lebih kecil dari 4 atau tanah organis seperti gambut yang mempunyai kadar air alamiah yang sangat tinggi. Dilihat dari mineral pembentuknya, tanah lempung
dapat dibagi menjadi lempung ekspansif dan lempung non ekspansif. Tanah lempung ekspansif tersusun dari mineral lempung yang mempunyai karakter
kembang dan susut yang besar apabila terjadi perubahan kadar air. Hal ini dikarenakan tanah ekspansif mengandung jenis-jenis material tertentu yang
mengakibatkan tanah ekspansif mempunyai luas permukaan cukup besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah besar.
Bila suatu konstruksi dibangun diatas tanah ekspansif maka kerusakan- kerusakan yang dapat terjadi antara lain retakan cracking pada perkerasan jalan
dan jembatan, terangkatnya struktur pelat, kerusakan jaringan pipa, jembulan tanah soil heaving, longsoran, dan sebagainya. Sehingga perlu untuk mengetahui
sifat-sifat dasar tanah seperti penyebaran ukuran butiran, kemampuan mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani compressibility, kekuatan geser, kapasitas
daya dukung tanah terhadap beban dan lain-lain. Untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah ekspansif adalah dengan beberapa metode yaitu antara lain
dengan penggantian material atau mencampur tanah, pemakaian cerucuk bambu, pengubahan sifat kimiawi, dan penggunaan geosintesis.
7
2.2. Klasifikasi Tanah berdasarkan UNIFIED SYSTEM
Sistem klasifikasi tanah ini yang paling banyak dipakai untuk pekerjaan Teknik Pondasi seperti untuk bendungan, bangunan dan konstruksi yang sejenis.
Sistem ini biasa digunakan untuk desain lapangan udara dan untuk spesifikasi pekerjaan tanah untuk jalan.
Klasifikasi berdasarkan Unified System Das. Braja. M, 1988, tanah dikelompokkan menjadi :
1 Tanah butir kasar coarse-grained-soil yaitu tanah kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50 berat total contoh tanah lolos ayakan no.200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G atau S. G
adalah untuk kerikil gravel atau tanah berkerikil, dan S adalah untuk pasir sand atau tanah berpasir.
2 Tanah berbutir halus fine-grained-soil yaitu tanah dimana lebih dari
50 berat total contoh tanah lolos ayakan no.200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau silt
anorganik, C untuk lempung clay anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik. Simbol PT digunakan untuk tanah
gambut peat, muck, dan tanah-tanah lain dengan kadar organik yang tinggi.
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk klasifikasi yang benar, perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut ini : 1.
Prosentase butiran yang lolos ayakan no.200 fraksi halus. 2.
Prosentase fraksi kasar yang lolos ayakan no.40. 3.
Koefisien keseragaman Uniformity coefficient, Cu dan koefisien gradasi gradation coefficient, Cc untuk tanah dimana 0-12 lolos
ayakan no.200. 4.
Batas cair LL dan Indeks Plastisitas PI bagian tanah yang lolos ayakan no.40 untuk tanah dimana 5 atau lebih lolos ayakan no.200.
Selanjutnya tanah diklasifikasikan dalam sejumlah kelompok dan sub kelompok seperti terlihat dalam Tabel 2.1 berikut ini :
8 Tabel 2.1 Simbol klasifikasi tanah berdasarkan Unified System
Jenis Tanah Simbol
Sub kelompok Simbol
Kerikil Pasir
G S
Gradasi baik Gradasi buruk
Berlanau Berlempung
W P
M C
Lanau Lempung
Organik Gambut
M C
O PT
LL 50 LL 50
L H
Sumber : Bowles, 1991
2.3. Klasifikasi Tanah berdasarkan AASHTO