Peranan teknik pertanian dalam penanganan pasca panen hasil hortikultura

Orasl llmiah
Guru Besar Tetap I!mu Mekanisasi Pertanian
Fakuitas Teknologi Pertanian
BNSTlTBJY PERTANIAN BOGOR
12 April 1997

Prof Dr Ir Hadi K. Purwadaria IPm

Yang terhoranait
Bapak Rekitor dan Senat Gum Besar IPB,
Y ang terhormat
Rekan-rekan Staf Pengajar, Alu
Mahasiswa dan Mqawam IF&, seda
Para M a d i ~ n
yang m E a ,
Dengan anemanjatkan puiji sgrukur ke hadirat
Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
saya akan anrizld menyampdkan orasi i l d a h
dengan judul

P E M N A N TEKNIK PERTANIAN

DALAM PENANGANAN PASCA PANEN
WASIL HORTIKULT

DAF'FAR ISI

1.1.

2.

Peluang Pasar Dunfa Has3 H~rt&uPtura

PENI)EUTF6 TERPADU IDALAM PROTbUKSI
DAN PErnABATAN WAS= IIORTHKULT
2.1.

Kansep Dmar Pengembangan Hortikultura
Berkebudayaan hdusMal

2.2.


Strategi dan hngikah (Pperastonal
Pernbangunan Nort&ultura Berkebudayaan
Industrial

2.4.

Grjasarina S a h g MenguIltungkan Antar
Lernbtaga d m Inter D b i p h

TEK NH( PERT

3.

3.1.

13aengurangiSusut Pasca Pmen Dan
Menagkatkan EGisbnsl Pmses

3.5.


Mengendalikan Lhgkungan Untuk
Memperpanjang Masa Sirnpan :
ControfledAtmospheteStorage

3.7.

Menerapkan Konntrol Otomat&
Ddarn Pmses Penmganan Dan
Pengoldaa

3.8.

Peraneangan Mat dan Mesh :Yang
Sederharaa Sarnpai §&tern R o b o a

ACIM. 1996 a. A Database of the Vegetable of Southeast Asia.
ACIAR Working Paper No. 48. Canberra, Australia.
ACIAR. 1996 b. The Cut Flower Industry, R & D Issues. ACIAR
Technical Reports 39. Canberra, Australia.


ADP. 1994. The Hongkong Market for Fresh Fruits and Vegetables.
ADP Working Paper No. 16. Jakarta, Indonesia.
Avena-Bustiflos, R.J., L.A. Cisneros-Zevdlos, J.M. Krochta and M.E.
Saltreit. 1993. Opti
ion of edible-coating on nrinimally
processed canots using response surface methodology. Trans.
ASAlE 36 (3) : 801-805.
Avena-Bustillos, R.J., J.M. Krochta, M.E. Sdtveit, R.J. Rojas-Wlegas,
ion of edible coating
and J. A. Sauceda-Perez. 1994. Opt
fomulations on zucchini to reduce water loss. J. Food Engng
21: 197-214.

BPS. 1995. Produksi T m m m Sayuran d m Buah-Buahm. Jakarta.
BPS. 1995. Statistik Perdagmgm Luar Negeri Indonesia. Jakarta
Dmawati, E., H.K. firwadaria and H. Adhegoro. 1992. Simulation
model for h i t packaging hside convgated board container
d u ~ gtruck transportation.
Proceedings Advances in
Agricultural EngiPaeering and Technolorn Vol. PI. Bogor,

hdonesia, 12-15 October 1992.

Greenham, J., M. Gunawan, H.K. Pumadaria and S.S. Harjadi. 1995.
The Comercial Potential of Horticultural Centers in Selected
Provinces in Indonesia. ADP Working Paper No. 20., Jakarta,
Indonesia.
,

Kawamura, N., K. Namikawa, T. Fujiura and M. Ura. 1983. Study on
agricultural robot. Res. Report Agric. Mach. No. 13.
Kondo, N.
1992. Consideration on grape harvesting robot.
Proceedings of East Asia Forurn on Intelligence and
Agriculture, Kyoto, Japan.
Lubulwa, A. S.G. and J.S. Davis. 1993. An economic evaluation of
postharvest tropical h i t research: some preliminary results.
Postharvest Handling of Tropical Fruits. ACIAR Proceeding
No. 50. Canberra, Australia.
Margiwiyatno, A. and H.K. Pumadaria. 1992. Computer simulation
to predict citrus quality changes during post harvest handling

operations. 4& A S E M Food Coderenee. Jakarta. Indonesia,
17-21 February 1992.
Market Asia. 1995-1996. Issues Vol(2): 4, VoI(3): 2, 3, 4.
Pujantoro, L., Sutrisno dan H. Adinegoro. 1996. Pengembangan
teknologi penyimpman produk segar hortikultura dengan sistem
atmosfer terkendali (CA 'Storage).- Makalah Seminar Nasional
Kontribusi Teknik Pertanian untuk Memacu Pernbmgunan
Industi dalarn Era Globalisasi, Padang, 2 1-22 Juli 1996.
A3 -4
h

-- --,b
,

:1

'

Purwadaria, H.K. 1993. Development of a passive crop dryer for
village level use. Proceedings

ASEAN Seminar on Grain
Postharvest Technology, Phuket, Thailand, 24-26 August 1993.
Punvadaria, H.K. and A. R.. Elepano. 1993. Finite element
application in passive crop drying. ASAE Paper No. 936029.
ASAEICSAE International Summer Meeting, Spokane,
Washington, USA, 20-23 June 1993.
Purwadaria, H.K. 1995. Alat dan mesin panen dan pasca panen
hortikultura. Makalah Konsultansi Tehologi Panen dan Pasca
Panen Hortikultura, Cisarua, Jawa Barat, 3-6 Oktober 1995.
Punvadaria, W.K., I W. Budiastra and D. Saputra.
1995. Near
Inffared Reflectance testing to predict sucrose and malic acid
lSt
concentration
of
mangoes.
Proceedings
aC;EMG/PSHS International Workshop on
Control Applications in Post-Harvest and Processing
Technology. Ostend, Belgium, 1-2 June 1995.

PUT&\-adaria,H.K., S.S. Harijadi dan S. Manuwoto. 1996.
Pembangunan
Hortikultura
Berkebudayaan Industrial.
Simposium Ternu Pakar I Pembangunan yang Berbudaya
Industrial. Cipayung, Jawa Barat, 2 1, 23 Desernber 1996.
Punvadaria, H.K. dan I W. Budiastra. 1997. Computer controlled
online system for mango grading using image processing and
NLR measurement. Paper accepted for 2"* FACIGAU
International Symposium on Mathematical Modelling and
Sirnulation in Agicultural and Bio-industries, Budapest,
Hungary, 7-9 May 1997.

Pusat Informasi Pemasaran Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1996
Vademekum Pemasaran. Jakarta.
Saputera, D., I W. Budia9tra and W.K. Punvadaria.
1995.
Classificaton of mango by Near Infrared Reflectance. Food
Processing Automation IV. Proceedings of the FPAC IV
Conference, Chicago, Illinois, 3-5 November 1995.

Satriyo, B. 1995. Alatlmesin pencuci dan pensortasi buah apel.
Seminar Mekanisasi Hortikultura, Serpong, 4-5 September
1995.
Siriphanich, J.
1993. Minimal processing of tropical h i t s .
Postharvest Handling of Tropical Fruits. ACIAR Proceedings
No. 50. Canberra, Australia.
Sumardi, H.K. Pumadaria dan Sutrisno. 1996. Pengkajian awal
penyimpanan durian segar dengan atrnosfir terkendali. Makalah
Seminar Peranan Teknik Pertanian dalam Era Pertanian yang
Berkelanjutan serta Bemawasan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, Bogor, 18 Juni 1996.
Tanabe, If., T. Akinaga, Y. Kohda, S. Kawasaki, Y. Kouno, T. hGzino,
H. Maeda and H. Arbi. 1996. Determination of the total
soluble solid in mango h i t produced on Okinawa by NIR
Spectroscopy Proceeding International Conference on Tropical
Fruits, Kualalumpur, Malysia, 23-26 July 1996.

Wiriadinata, N. and H.K. Purwadaria. 1992. Model to predict the
shelf life of fresh tomatoes based on harvest maturity.

International Symposium on Small-Scale Vegetable Production
and Horticulhral Economics in Developing Countries. Bogor,
Indonesia, 23-26 June 1992.
Wiyanto, Suparlan dan Aksari. 1995. Alat sortasi buah berdasarkan
berat dengan sensor elektronik.
Seminar Mekanisasi
Hortikultura, Serpong, 4-5 September 1995.

Produksi hasil hortikultura yaitu buah-buahan, sayllran dan bungabungaan di Indonesia meningkat pesat d d m tahun-tahun terakhir
seperti ditugukkan oleh data berikut. Judah produksi buah menumt
BPS (1995) menunjukkm kenaikm dari 5.8 juta ton dalarn tahun 1990
menjadi 8.1 juta ton dalm takun 1995, sapran dari 5.7 juta ton dalm
tahun 1990 menjadi 6.7 ton dalam tahun 1995 dan bunga potong, tidak
temasuk rnelati d m tanman hias, mencapai 171 juta tmgkai ddm
tahun 1995. Di s w i n g itu, Indonesia juga menggalakkan ekspor
buah-buahq sapran dan bunga potong yang bertumt-tumt mencapai
d a i 84.3 juta US%),81.7 juta USD d m 1.67 juta USD dalm tahun
1995.
Meslcipun dernikian, negara-negara tetangga seperti Malaysia,
Phlipina, Thailand dan Australia serta negara-negara lain seperti

Belanda, Israel, -4merika Serikat, Chili dan Ehador secara serentak
pula mengernbangkan progam terpadu untuk rneningkatkan produksi
dm mutu has2 hortikultura dengan tehologi canggih, investasi tinggi
dm kelenibagaan yang tertata rapih. Dibmdingkan dengm negara
tetmgga di ASEABTdalm t&un 1990/1991, hasil produksi rata-rata
sayuran per ha di Tndonesia (6 680 kglha) mas& di bawah Malaysia (17
619 kg/ha), Brunei D a m s d m (14 612 kg/ha) d m Thailand (1 1 244
kgha). Sedan&m produksi per orang yang 37.8 kg/org/th rnasih di
bawah Thailand 68.7 kglth dm Mdaysia 48.6 kglorglthn (AC
1996 a).

1.1. Peluang Pasar Dunia Hasil Hortikultura

Pasar dunia untuk hasil hortikultura pada umumya menawarkan
kesempatan yang menarik, n a m n masih belum banyak dimanfaatkm
oleh Indonesia. Impor Jepang dalam tahun 1995 bedudah 1.68 milyar
USD untuk buah-buahm terutama pisang 0.87 milyar USD yang
sebagian besar dipasok oleh Philipina (Market Asia, 1996), dan 0.63
milyar USD untuk sayuran terutama bawang besar senilai 0.25 milyar
USD yang dipasok oleh Amerika Seiikat. Dalam tahun yang sarna,
Hongkong melakukan impor buah senilai 752.5 juta USD dengan 46.4
juta USD untuk mangga, manggis, adpokat dan jarnbu biji yang
teiutama dipasok oleh Philipina (78%) dan selebihya Thailand,
Australia d m Taiwan. Ekspor Indonesia dalam tahun 1993 ke
Hcrngkong hanya bejurnlah 2.3 juta USD atau 0.5% (ADP, 1994).
Impor IIongkong (1995) untuk sayuran bejumlah 173.7 juta USD
dengan kubis dan jenis brassica sebagai komoditas utama senilai 32.3
juta USD, sedangkan pangsa ekspor Indonesia di negara ini hanya 2.2%
atau 3.8 juta USD d a l m t a h n 1993.
Taiwan d d m tahun 1995 meldwkan impor buah-buahan 233.9
juta USD rerutma ape1 91.5 juta USD yang 86 % dari Amerika
Serikat, dm sayvim 17.9 juta USD terutama bawang besar yang 80%
dari Amerika Serikat pula. Indonesia berhasil mengambil 1311 juta
USD dari pangsa pasar Taiwan untuk manggis yang ddam hal ini
dibayangi oleh Thailand sebesar 6.1 juta USD. Data sernentara ekspor
d m irnpor buah-buahan, sayuran dan bunga potong Indonesia d a l m
tahun 1995 d h c i ddam Tabel 1 (BPS, 1997).
Data ini
rnenggambarkan dengan jelas bagaimma ape1 $an jeruk b p o r rnerajai
pasar buah dalam negeri, yang pada saat sekarang ddajakm oleh
pedagang kecil masuk ke desa-desa di daerah urban.

Ekspor Indonesia untuk has2 hortihltura dipmdang dari pangsa
pasar dunia belum mencapai 0.5%, seperti ekspor sayuran dalam tahun
1993 hanya sebesar 0.21% dari j u d a h nilai 28 rnilyar USD sayurm
ymg digasarkan di dunia (ACIAR, 1966 a). Ekspor kohlrabi dan jenis
buassica-1ahya dari Indonesia sejudah 13 65 1 ton dalam tahun 1994
turun menjadi 3 386 ton tahun 1995 digantikm oleh Vietnam yang naik
dari 2 998 ton pada t&un 1994 menjadi 8 404 ton tahun 1995.
Dibandingkan dengan negara rekm ekspor sapran, Indonesia
masih berada di bawah Cina dan New Zealand. Dalam tahun 1994,
ekspor Indonesia b e j u d a h 77.6 juta USD terutma jamur olahan dan
segar 46.6 juta USD (Vademehm Pernasman, 1996) sedangkm ekspor
Cina b e j u d a h 361 juta USD tenutama jarnur 106 juta USD dm
bawang putih 76 juta USD (Market Asia, 1996). New Zealand
melakukm ekspor senil& 35 1 juta NZI) ddam tahun 199411995 dengan
b a w q besar bej u d a h 92.5 juta NZD dan kacang polong serta jagung
beku 56.3 juta NZD.
Mengamati perkenibmgan ekspor bunga potong, ternyata bahwa
ekspor bunga anggrek Indonesia rnencapai 1.4 juta USD dalarn tahun
1995 (~VarketAsia, 1996), sedmgkan Singapura mencapai 18.2 juta
USD dengm Jepang sebagai penmpung utama (72%). Jurnlah ekspor
bunga potong Indonesia sebesar 1.67juta USD P P S , 1997) mas& jauh
di bawah Singapura ymg 37.6 juta USD, padaha1 rencana Singapura
adalah meningkatkan ekspor menjadi 74.2 juta USD dalam t&un 2000.

Pasar bunga dunia bermeka rupa dengan munculnya bunga kering.
Amerika Serikat, misdnya, melakukan i q o r bunga kering 14.1 juta
USD &dam tahun 1994 warket Asia, 1995) dengan pemasok 34% dari
Belmda dan 24% dari Cdornbia. hdonesia hanya mmpu mengsi
sebesar 0.45 O/o atau 64 000 USD.

Xeanekaragarnm pasar dunia buah-buahm ditambah dengan buah
kering seperti pisang kering dan keripik pisang yang dibeli Amerika
Serikat senilai 3.9 juta USD d a l m tahun 1995 (Market Asia, 1996)
dengan judah 46% dari Ekuador, 22% dari Philipina dan 21% dari
Costa Rica. Eropah hanya berada sedikit di bawahnya yaitu 3.1 juta
USD yang berasal 61% da-i Ekuador, dan 25 % dari Colombia.
Mangga kering senilai 2.6 juta USD diperoleh Arnerika Serikat dari
Thailand 66% dan Philipina 20%, sedangkan pepaya kering senilai 1.3
juta USD dari Thailand 89% dan Philipina 7%.
Peluang untuk pangsa pasar dunia hasil hortikultura terns
meningkat seiring dengan pertarnbahan j u d a h penduduk, peningkatan
pendapatm dm kesadaran &an nilai gizi. Laju peningkatan irnpor
Jepang, Taiwan dan Hongkong dari tahun 1994 ke tahun 1995 masingmasing berkisar antara 68%. Indonesia perlu & W a n evduasi dan
penyempuranam program peningkatan produksi d m mutu hasil
hsfiikultura untuk meraih pangsa pasar yang lebih tinggi di tengah
persaingm yang ketat dari negara lain terutma dalam rnenghadapi era
perdagangm bebas tahun 2000.

Tabel 1. Data ckspor dan impor buah-buahan, sayuran dan bunga potong Indonesia 1995
(BPS, 1995)

2. PENDEKATAN TERPADU DALAM PRODUKSI DAN
PENANGANAN EfASK HORTIKULTURA

Produksi dan penanganan buah-buahm, sayuran d m bungabungaan dapat didekati dengan menerapkan konsep pembangunan
hortikultura berkebudayaan industrial (Pumadaria et a]., 1996) yang
rnenjadi salah satu gagasan dalam pengkajian Penibangunan Pertanian
yang Berbudaya Industrial, kejasama P B dengan BAPPENAS untuk
menyusun konsep pembangunan pertanian dalam PJPT 11.
2.1. Konsep Dasar Pengembangan Hortikultura Berkebudayaan

Industrial
Usaha hortikultura berkebudayam industrial. (Punvadaria et
al., 1997) adalah usaha komersial (commercial business) yang
berawal dari produksi benih unggul, produksi hasil hortihltzlra,
penmganan segar sampai pengolahan dengan p e m a k ~ a nteknologi
yang efisien, layak usaha (viable) dan mensntungkm dalarn suatu
lingkwngan iMm usaha yang menunjmg.
Usaha hortikuftura berkebudayam industrial mempunyai
karzkteristik sebagai berilcut
1. Skala usaha komersial (commercial business) yang tidak
diselipkan program sosial.
2. Keterkaitm dan kesepadanm antara penangkar benih,
sentra produksi, packaging dan industri.

3. Kelanwan akses bagi petani dm penghlsaha terhadap
pasar dan sumlberdaya keuangm.

4.

Pemakaian teknologi yang efisien, layak usaha (viable)
dan menguntungkan dengan duhngan SDM yang
terarnpil.

5. IMim usaha industrial yang menunjang seperti
ketersediaan lahan, sarana d m prasarana, kemudahm ijin
usaha, penekanan biaya transportasi.
Sasaran pengembangan hortihltura berkebudayaan industrid
adalah peningkatan jumfah dan mutu hasil hortihltura prioritas
yang dapat memenuhi kebutuhan pasar (market oriented) baik
pasar domestik maupun pasar luar negeri sehingga meningkatkan
pendapatan petani, pengusaka dan negara. untuk mncapai sasaran
tersebut, program pengembangan dapat dinyatakan ddam beberapa
tujuan yaitu

I . Peningkatan iMim usaha hdustrial ymg menunjang.
2. Peningkatm rnutu dan skala produksi benih.
3 . Peningkatan volume produksi.
4. Peingkatan mtu hasil hortihltura
5. Peningkatan volum pernasam
6. Penyediaan SDM penduhng usaha dan industri
hoicikultura.
2.2. Strategi dan Langkah Operasisnal Pembanguaaan
HorQikultura Berkebudayaan Plndustriial
Strategi dan langkah operasional pedangunan hortwtura
berkebudayaan industrial dkembangkan dari hasil rumsan
Perteman '1Tekr-i~ Pengembangan Buah-Buahan di hdsnesia yang
diselenggar&an oleh Kantor Menteri Pangan di Jakarta selarna

bulan Nopember 1995 dan dihadiri berbagai pakar peneliti,
pengusaha swasta, serta kalangan perbankan (Mantor Menteri
Pangan, 1995). Strategi dan langkah operasional tersebut
diperluas meliput pula sayuran dan bunga-bungaan, serta dikaitkan
dengan sasaran yang akan dicapai dalam luaran yang perlu
dihasilkan. Secara rinci, strategi dan langkah operasional tersebut
dipaparkan dalam Punvadaria et al. (1966), sedangkan matriks
yang global disajikan dalam Tabel 2.
2.3.Pilihan Pola Usaha Hortikultura
Pola usaha untuk pengembangan hortihltura dapat dipilih
berdasarkan tingkat kemajuan investasi, luas lahan yang
tersedia, peluang pasar dan kemunglcinan perluasan usaha.
Beberapa model yang telah nyata berhasil dapat dijadikan teladan
dengan penyesuaian yang perlu dan peningkatan penerapan
teknologi seperti contoh berikut.
1. Sentra usaha hortihltura tradisional di Jawa dan luar
Jawa yang umumya terdiri dari kelornpok tani dengan
lahan kurang dari 5 halpetani(6reellhm et al., 1995)
Pemberdayaan kelompok tani per luas hamparan
tertentu (100-200 ha) perlu dipa~udengan pembangunm
rumah kemasan (packaging house) yang dapat dilakukan
meldui program bantuan B

2. Pengembangan sentra hortikultura barn di Jawa dengan
luas lahan makshal 500 ha berpola kemitraan pengusaha
dengan k e l o q o k tani ( Gambar 2). &edit usaha tani
dapat diperoleh melalui kredit koperasi dari bank dengan

3. Pengembangan sentra hortihltura baru di luar Jawa

dengan luas M a n sesuai kebutuhan bisnis d m berpola
kemitraan pengusaha dengan k e l o q o k tani atau berpola
pengusaha rnurni, baik di kawasan pengenibangan
pertanim maupun di p e t n u b a n transmigrasi (
3).
4. Kejasarna usaha yang menguntungkan dengan negara
yang menjadi pasar komoditas, terutama untuk produk
bemutu prima dengan harga tinggi (
2.4. Kerjasama Saling Mendukung Antar Lembaga dan Inter

Disiplin

Kedasanna yang saling menduhng antar lembaga dari petani,
p e d a g q pengumpul, eksportir, pengusaha, perguman tinggi,
lembaga penelitian, lernbaga keuangm, swasta d m jajaran
pernerintahan dapat dinyatakan apabila ada kebutuhan saling
memberi dan saling menerima. Forum koordinasi yang dibentuk
tidak atas dasar saling mernbuhhkm yang nyata &an macet d m
menirnbulkan kernmitan birokrasi yang canggung.
Asosiasi d m koperasi produsen serta eksportir &an lancar
lobi apabila kernampurn mereka telah diakui
Perguruan tinggi dan lembaga penelitim perlu
profesionalisrne rnereka supaya pengarnbil
kebijaksanaan mendengarkan gagasan yang diajukan dalam forum
koordinasi.

Tabel 2. Matrik strategi dan langkah operasiond untuk mencapai
sasaran pembangunan hortikultura berkebudayaan industfial

infomsi benih

tmm dan multiple

dengan kesempatan kerja

ar 2. Pola usaha hortikultura : pengembmgan sentra baru bermitra petani

ar 3. Pola usaha holtikultura : pengembangan sentra baru pengusaha swasta murni

Bank, 1.eosi1igCo.,
Bw

Gambar 4 . Pola usaha hortikultura : pengembangan sentra baru
bermtra negara konsumen

Kejasarna perguruan thggi dan lembaga penelitian dengan
pemerinth dan perusahaan swasta rnemang dibutuhkan untuk
mengokohkan kemampuan swadaya, tetapi
penelitian d m
pengkajian dengan gagasan orijjinal
meningkatkan reputasi
profesiond yang akan mengundang j u d h projek kejasama yang
lebih banyak.
Ddam bidmg teknologi, kejasama inter disiplin penting
untuk menghasilkan luaran yang mempakan sasaran program.
Asosiasi profesi di Indonesia perlu saling bekeja~ama~serentak
perlu pula memantapkan profesesionalitas mereka, apalagi
menghadapi kecendemngan halifikasi kompetensi d m sertifikasi
sederajat (mtudly reconized) untuk setiap anggota ekonomi yang
akan diberlakukan dalam era globalisasi sesudah tahun 2000, baik
dalam tingkat AFT& NMTA., N E C dan WTO. Dalam. ha1
pernbangunan hortikultura berkebudayaan industrid ini, asosiasi
ahli teknik pertanian per1u bekerjasama Pnisalnya dengan asosiasi
ahli agronorni, pernuhaan, be& sosial, ekonoPni, komputerisasi,
teknik elektro d m teknik mesin.
Hal ini teleh diked
secara praktis di Jepang sejak
pertengahan dekade 1980-an. Pada tahun 1991, lok
internasional Penerapan Kontrol d m Matemtika d a l m Pertanian
dm Hortikultura diselenggarakm dengan dukungm
IFAC
(International Federation of htomatic Control) dan ISHS
(Znternational Society of Horticultural Science) yang meliput
antara lain pengkajian industri greenhouse, penerapan robotik
untuk penibiakan m a l dari kultur jaringan sampai aklirnatisasi
tanman mud% robotik untuk panen, d m penerapan jaringan kej a
saraf (neural network) dalarn pengendalian perturnbuhan. Pakar
teknik p e r t ~ mdm pakar agonorni bahkan bergabung dalm

satu Jurusan Sistem Biomekanik di Universitas E k e , Matmyma.
Di Australia, Stasiun Percobaan Hortikultura Maroochy,
Queensland yang terkend, meMiki staf dasi berbagai bidang
disiph ilnnu temasuk teknik perthan. Di Thailand, Departernen
Pertanian mernpunyai Direktorat Teknik Pertanian d m Direktorat
Penyuluhm yang r n e m p e k e j h bany& ddi teknik pertanim
sehingga keqasma inter disiplin dapat tedalin erat.

3.1. Menganrangi Sansut Pasca Panen Dan M e n i n g b t b n Efisiensi
Proses

Penerapan teknik pertanian dapat menguran@ susut d m
meningkatkm efisiensi proses. Lubulwa (1993) me1
atas berbagai projek penelitim buah-buahan yang
(Australian Centre for International Agricultural Research) di
ASEAN dan Australia,
uk penelitim terapan teknik
p e r t d m yaitu penyErnp
dengan atmosltih terkendali
(Controlled Atmsghere Storage, GAS), pelapisan film dapat
dirnakan (edible coating), dan perbaikm sistem t e h o l o d pasca
panen.
pengkajim meyatakm bahura susut pasca panen
pisang turun dari 30 % menjadi 10 %, susut pasta panen mangga
dengan CM turun i k i 9.2 % menjadi 7.8 %, pelapisan film
rnenurudan susut atpokat dari 30 % menjadi 15 %. Hal yang
perlu mernperoleh catatan addah dari ketiga projek yang msingmasing bedudah 1.2, 1.2, dan 0.8 juta AD d m larnmya 3 tahun,

Thailand ikut serta dalam 2 projek, Malaysia dan Philipina 1
projek, sedangkan Indonesia sama sekali tidak ikut serta.

EJisiensi Proses PeEayuan B m m g P u ~ h
Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertmian
(TPPm)- P B telah rnerancang alat pengehg untuk melayukan
bawang putih yang dapat memperpendek proses dari 40 hari
dengan cara tradisional yaitu pengasapan dan penganginan menjadi
13 hari (Purvvadaria, 1993). Pelayuan 1243 kg bawang putih dari
kadar air 73.0% b.b. menjadi 60.2 % b.b. dengan pengering tipe
konveksi bebas yang menggunakan kompor tekan minyak tanah,
rnernerlukan w&u 119 jam atau 13 hari (pelayuan 9 jam perhari).
Laju konsumsi rninyak tanah yang digunakan adalah 1.26 liter
perjam. Eiisiensi pemanasan dan pengeringan addah 25.84 % dan
18.89 %, dengan suhu dan RH udara pengering 39.73 O C d m
28.18 %. Sedangkan suhu dan I3.H udara lingkungan addah 28.0
OC dan 56.64 %. Rendemen hasil pelayuan addah 68.3 % dan
biaya operasi pelayum adalah Rp 199.8 per kg bawang putih
kering. Alat ini telah dibmgun di lahan petani bawang putih di
Tawangmangu dan Magdang, Jawa Tengah.

Dengan prinsip yang sama, sebuah alat pengering cabe rnerah
dirancang untuk mengatasi rnasalah pernucatan warna cabe &bat
penjemuran ~ a b memar
e
yang berkisar 5-10 'YOdari 100 ton cabe
segarl proses penjemran pada pengusaha cabe k e h g di Blora,
Jawa Tengah. Penge~ngancabe merah dari kadar air 79.5 O/o b.b.
merljadi 11% b.b. swara tems rnenems, membutuhkm w&u 77.5
jam atau 3 hari. Laju konsurnsi h y a k tanah yang dipnakan

adalah 3.28 liter per jam. Efisiensi pemanasan dan pengeringan
bertumt-tumt 58.18 % dan 20.35 %, dengan suhu dan RU[ udara
pengering 65.1'6 dan 22.48 %. Sedangkan suhu dan RI3I udara
luar adalah 29.1'6 dan 79.5%. Biaya operasi pengeringan cabe
merah adalah Rp 370 per kg cabe merah kering.
Perancangan alat pengering memanfaatkan pula metode
elemen hingga (finite element) dengan paket FIDAP (Fluid
Dynamics Program) untuk memperoleh parameter konstruksi yang
dibutuhkan (Purwadaria dan Elepano, 1993). Gambar 5
menunjukkan profil suhu dan vektor kecepatan udara pengering
pada pamh penampang alat pengering cabe merah.

3.2. Merngembangkan
Perubahan Mutu

Model

Matematika

Untuk
I,

Mendplga

Pembafian mutu hasil hortihltura termasuk warna, kekerasan,
aroma dan citarasa rnerupakan faktor kritis bagi konsumen dalam
memutuskan pembelian suatu komoditas. Dengan dernikian
penting untuk diduga rnasa simpan setelah panen dan pengolahan
temtama d a l m rantai tataniaga yang panjang sebelum tiba di
tangan konsumen. Beberapa faktor yang mempengaruhi urnur
simpan antar lain adalah pengangkutan dan pernasaran, serta
penyerapan minyak selarna penggorengan. Pendugaan umur
simpan dapat dilahkan dengan simulasi komputer yang disusun
dari model matematika.

Gmbat 5.

Alat pengering Gabe rnerah dan profil suhu dan vektor kecwatan
udara pengering hasil analisis elemen hingga
adaria and
Elepano, 1993)

Penentuan Umur Pe fik Berdasarkan Pendugam iMasa Simpan
Dengan rnencari secara rnaternatik hubungan antara umur
petik dengan ukuran, pembahm warna, kekerasan d m susut bobot
tornat, Wiiriadinata dan Purwadaria (1992) berhasil rnenetapkan
bahwa tomat ape1 sebaiknya dipetik pada umur 22 hari karena
tidak membesar lagi dan dapat bertahan selama 58 hari dalam
kemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosphere Packaging,
) dengan stretGh film pada suhu 15' C. Pembahan warna
tornat pada berbagai umur petik dari peiriode masak hijau sampai
merah tua disajikan dalam bentuk buah dan grafik pada Gambar 6.

Pendugaan Masa Simpan Akiljat Dampak Perubahan Lingkungm
Selma Penganghtm
Darnpak pengangkutan dari tempat produgen sarrnpai ke
pasar terhadap masa simpan komoditas di mata rantai eceran dapat
dirarnalkan dengan terlebih dahulu menentukan parameter mutu
kritis. Program simulasi komputer untuk meramakm masa simpan
jeruk yang mengalami perubahan linghngan dan pergantian jenis
kendaraan selama pengangkutan telah disusun d m dikaji oleh
Margiwfiatno dan Pumadaria (1992).
Fluktuasi suhu lingkungan terhadap jeruk siem selama
pengangkutan : 6 hari pada 15' C, 5 hari pada 10' C, 2 hari pada
30' C, 3 hari pada 10' C dan 3 hari pada 15' C meyebabkm masa
simpan di mata rantai eceran tinggal 13 hari pada suhu mang
(3 0°C).

Garnbar 6. ~ e k b a h a n warna tomat pada berbagai umur petik
(Wriadinata dan Pumadaria, 1992).

3.3. Perancangan Kernasan Selarna Pengangkutan

Peraneangan kernasan selarna pengmgkutan bemanfaat pula
untuk meredm goncangan d d m perjdanan yang dapat
meng&batkan kemernaran dan penurnan kekerasan hasir
hortikultura. Faktor yang perlu diperhatikan meligut kernasan :
jenis, sifat, tekstur dan dimensi b&m kernasan, kornoditas yang
dianght : szat fisik, bentuk, ukurm, s t m b r , d m pola susunan,
biaya pengangkutm dibmdingkan dengan harga komoditas,
pennintaan waktu, jarak dan k e a d m jalan yang dilmtasi.
Program simulasi kornputer unwk rnerwang kernasan dari
karton dan pola penumpukan kernasan di atas truk a n g h t m telah
dikernbangkan untuk buah-buahm berbemk bola dengan
pertolongan rneja getar pneumatik d m perakitan instmrnentasi
yang dirancang oleh P B dan BPP- Tehologi (D
ati et al.,
1992)

Pengemasan atmosfir temodifikasi
) dilakukan pada
pengemasan eceran di pasar swdayan untuk buah-bu&an dan
sayuran tanpa memperhatkm jenis film kernasan yang dip&%.
Padahal, jenis film kernasan yang tidak tepat akan mengakibatkan
pemendekan rnasa simpan dari pada rnempertahankmya karena
komposisi atmosfir di d a l m kernasan berubah &bat daya
pemeabilitas frlrn kernasan yang berbeda-beda ddam meneruskan
gas has2 pernapasan.

Sejak tahun 1985, IPB telah niengembangkm metode untuk
menentukan jenis kemasan film
modified Atmosphere
Packaging) bagi masing-masing jenis kornoditas
sayuran dan bunga-bungaan. Sebagian hasil. penelitian
sayuran dan buah-buahm disajikan dalam Tabel 3
1995). Hasil penelitian ini telah dipakai secara komersial oleh
Tenant Inkubator Agrobisnis dan Agroindustri, PB.
3.5. Mengendalikan Lingkungan Untuk Memperpanjang
Masa Simpan : Con&oEledAtmosghere Storage?

Pen*pman
dengan airnosfir terkendali (Controlled
Atmosphere Storage, CAS) telah lama diterapkm secara komersial
di negara subtropika Illisalnya unhk ape1 dan kubis sehingga dapat
diekspor sepmjang tahun. Laborato~umTPPNP-PB sejak tahun
1995 mengkaji kemun&nan penerapan GAS unhk durian
(Sumardi et a!., 1996 dan Pujantoro et al.,1996) rnelalui program
fPUT IV. CAS dapat dimanfaatkm pula untuk penganghtm
dengan kapal laut untuk jarak jauh di smping untuk p e n w a n a n .
Has2 awd menunjukkan bahwa durian yang d i s b a n dalam
komposisi 5 % 0 2 d m 5 O/o CO2 pada suhu 5 "C dapat beeahan
selma 45 hari.

Penyedim buah-buahan d m sayuran siap makm d m siap
masak menjadi kecenderungan masa kini karena kesibukan kerja
s u istri
~ dan kenssikara stand= bdug pada umumya.
..
Pengolahan
al (minimal processing) bu&-buahm dan
sayuran addah proses pernbuangan kulit, pernbersihan,

.

pernbuangan biji dan pemotongan daging buah atau sapran ke
dalarn bentuk siap makan atau siap mas&. Secara tradisional,
ma1 di Indonesia telah lama ddakukan untuk
nangka, pepaya, nenas: mmgga, kedondong dan semangka. Di
m d dilakukan pula untuk durian d m
Thailand, pengolahan
manggis (Siriphanich, 1993). Pengalahafl minimal &an
mernpependek masa simpan karena persinggungan p e m k a a n
komoditas dengan udara meningkatkan pencemaran jasad renik.
Kulit buah dan sapran yang melindungi komoditas dapat diganti
dengan lapisan film yang dapat dimakan (edible-coating) dari
protein atau karbohidrat seperti pada wortel (Avena- Bustillos et
al., 1993 dan 1994).
Sistem bu& berlapisan film dapat dim
pengolahan minimal ddam kernasan MB mempakan stmktur yang
rumit. Wkanisme alih 0 2 , C 0 2 dan ethylene selama pernapasan
kornoditas melalui film dapat dmakm dm film kernasan, gerlu
dikaji untuk mencari model simulasi yang dapat menentukm umur
simpan. Pe~lgisiansatu kernasm dengan beberapa jernis buah dan
s a p r m siap makan dan siap mas& akm menmbah daya tarik
pennasalahan. Fakultas Tehologi Pertanian IPB &an mulai
penelitim kasus hi untuk mangga dan salak dengan dukungm
hibah penelitian progrm URGE dari DKTI-DEPDIKBm d a l m
tahun 1997.

b

3.7. Menerapkan Konarol Otomatik Balarn Proses
Penanganan Dan Pengolahan

Kontrol otomatik d i b u m u m untuk pekerjaan bedang-ulmg
yang membutuhkan ketelit-tian dan keanddan yang tinggi d a l m
ternpo yang cepat, serta yang bersifat non-destruktip. Pedaian

1)
N

-1

Ditetapkan oleh nletode y a ~ dike~nlbrngkan
g
di labomtorium Teknik Pengolahan Pangan Dan
Hasil Pertani'an, Junrs'an Mekilt~isaaiPertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.

rasa buah-buahan atau penentuan cacat di dalam buah secara
manual tidak dapat dilakukan tanpa memotong buah. Teknik yang
canggih dari kontrol otomatik memungkinkan ha1 ini.
Sistern sortasi buah-buahan dengan image processitzg dan
NIR (Near Infrared Reflectance) telah dikaji antara lain pada apel,
buni bim,cheri ( Brown and Timm,1993), peach (Miller and
Delwiche, 1988), jeruk (Maeda,1987) per dan peach (Uamashita et
ai., 1990 dan Ikeda et a1.,1992) serta penerapan getaran akustik
dan ultrasonik pada apel, melon dan nenas (Chen and Sun, 1991
and Shmulevich et a1.,1993). Laboratorium Teknik Pengolahan
Pangan dan Hasil Pertanian (TPPIIP)-PB telah berhasil merakit
prototipe alat sortasi dengan image processing dan h i untuk
mangga gedong ( Garnbar 7) dalam tahun 1994-1995 yang bukan
saja dapat mernbedakan warna dan ukuran tetapi dapat pula
menggolongkan rasa buah menjadi empat kelompok yaitu manis,
manis asam, asam, dan hannbar (Pumadaria et ai., 1995, Saputra et
al., 1995 dan Pumadaria dan Budiastra, 1997). Kapasitas prototipe
alat sortasi adalah 75 kdjam dengan derajat ketelitian dan
keandalan untuk image processing sarna-sama 95%, sedangkan
untuk sistem h ?bertumt-tumt 70% dm 83%. Hasil penelitian
yang didanai oleh program RUT I I ini ( Riset Unggulan Terpadu)
masih membutuhkan uluran tangan sektor industri untuk mencapai
tahap komersialisasi.
Universitas Ryukyu, Jepang pada waktu yang hampir sama
baru mencapai tahap pengkajian hubungan gelombang NIR
dengan kandungan gula (total soluble solid) dalam mangga Keitt,
Irwin dan Sensation, kultivar dari Arnerika Serikat dan Australia
(Tanabe et al., 1996).

Garnbar 7.

Prototipe alat sortasi rnangga dan hasil image processing
(Punvadaria and Budiastra, 1997).

Meskipun demikian, sejak awal penelitian di Jepang ini telah
didukung FANTEC Institute Co. Ltd. (dahulu MAKI Co.) salah
satu industri besar manufakturing mesin pengemas buah-buahan di
Shizuoka , Yokohama. Apabila tidak ada dukungan pihak industri
nasional, hasil kelompok peneliti Indonesia yang akan dimintakan
paten ini akan berada di bawah desakan untuk rnencari kerjasama
luar negeri agar semua sumber daya yang telah dipakai selama tiga
tahun tersebut luput dari kesia-siaan. Laboratoriurn T P P W - P B
juga akan mernulai pengkajian sortasi durian dan manggis dengan
ultrasonik tahun 1997 bekerjasarna dengan Jurusan Fisika, Institut
Teknologi Bandung dengan dana RUT V.
3.8. Perancangaaa Aliat Dan Mesin: Uang Sederhana
Sarnpai Sistern Robotik

Banyak kegiatan panen dan pasca panen rnasih dikerjakan
secara manual. Pemanenan hasil hortihltura di Indonesia pada
ummnya masih dilakukan secara manual dengan pernetikan
tangan atau masih menggunakm peralatan sederhana seperti
gunting, parang, penjolok dan keranjang. Pernetikan dengan tangan
dapat mengurmg kernemaran &bat benturan mekmik tetapi
dapat menjadi rnahal karena kapasitas panen rendah dan kenaikan
buruh. Buah dengan tangkai mengandung getah juga
mempersulit panen manual seperti mangga dan pisang. Kejenuhan
kerja pada buruh dapat menyebabkan kelalaian menghindari
tetesan getah pada pemukaan kulit yang menurunkan mutu,
mernperpendek rnasa simpan hingga mengangkibatkan kegagalan
ekspor.

Penelitim di negara maju tdah berkernbang ke arah panen
dengm robotik ymg telah mencapai tahap prototipe robot panesl
untuk anggur @ondo, 19921, semmgkrg per dan ape1 Kawamura
et al., 1983). KeGasma penelitim dengan industri manufaktu~g
mendorong perkembangan yang tinggd setahap lagi menuju
kornersidisasi. Universitas Pertanian MCalaysia telah mernbuka
program studi S-l Robotika dan Kopltrol Otomatik dm sedang
melakukan pengkajian robot panen untuk kelapa sawit. Sesuai
dengan perkembangan ini, Jurusm Mekanisasi Pe~-eanian@B telah
3 orang staf ke Jepang untuk mempelajari
perangkat keras dm permgkat lunak sistern robotik untuk
pertanian, serta telah mlai mernasukkan matakuliah robotik
dalm h r i b l u m teknik pertanian. Sdah satu progrm tahun ini
add& rencana pengadasrn robot dasar dm penyusunm usulan
penelitian melalui program CWATA -PI3( Centre for Research
on Enginehg Applications in Tropical Agriculture) salah satu
pusat yang didmai oleh DIKTI - DEPDWUD melalul projek
URe;E ( Universitgr Research for Graduate Education).
Peranwgan alat dm mesin tidak selalu berarti penerapan
sistdmbotlk. d a t dan mesin yang lebih sederhana dapat dipakai
asal mequnyai viabditas secara ekonomis. Prototipe dat pencuci
wortd pemafi dirvl~anglaboratoiurn V P W - IPB @urnadaria,
19951, sedangkw alat pencu6;i dm sortasi apd serta sortasi jemk
oleh Bdai Besar Pengembangan Mat dm Mesh Peitanian Deptm CJviyanto et al., 1995 dm Sat*,
1995) pada m s a 1990an tetagi belurn berkembang ke tahap kornersialisasi.

G ALAT DAN NI3ESPN
PENANGANAN

Industri besar manufakturing alat dan mesin pertanim dl
Jakarta d m Surabaya merniliki bengkel yang modern dengan
mesin bubut d m las yang diprograrn komputer seperti CNC,
tungku peleburan dan pengeeoran yang mernadai, pernotongan
pelat dengan LASER d m perancmgan tiga dimensi dengan CADC A M . Mat dan rnesin yang diproduksi dalsun bidang hortikultura
rneliput tangki baja tahan karat, alat steI?ilisasi, heat exchanger,
mesin pengering, alat goreng hampa, rnesin penrisah pulp markissa,
rnesin pemisah kulit buah asam, sampai ke pabrik pengolahan yang
siap pakai (turn key processing plant). Kejasarna yang salhg
m e n d u h g antara pakar rekayasa dengan hdustri hortikultura
yang mernakai mesh d m industri m m f a k t u k g sebenmya dapat
menghasilkan manfaat bagi sernua pihak ddm ha1 penerapan
mesin-rnesin untuk sortasi, pengemasan d m pengolahan.

Pangsa pasar dunia untuk hasil hortikuftura yang terns
rneningkat rnerupakan pelumg bagi Indonesia untuk
melipatgandakan produksi dan rnutu buah-buahan, sayur-sapran
d m bunga-bungam.

G ALAT DAN NI3ESPN
PENANGANAN

Industri besar manufakturing alat dan mesin pertanim dl
Jakarta d m Surabaya merniliki bengkel yang modern dengan
mesin bubut d m las yang diprograrn komputer seperti CNC,
tungku peleburan dan pengeeoran yang mernadai, pernotongan
pelat dengan LASER d m perancmgan tiga dimensi dengan CADC A M . Mat dan rnesin yang diproduksi dalsun bidang hortikultura
rneliput tangki baja tahan karat, alat steI?ilisasi, heat exchanger,
mesin pengering, alat goreng hampa, rnesin penrisah pulp markissa,
rnesin pemisah kulit buah asam, sampai ke pabrik pengolahan yang
siap pakai (turn key processing plant). Kejasarna yang salhg
m e n d u h g antara pakar rekayasa dengan hdustri hortikultura
yang mernakai mesh d m industri m m f a k t u k g sebenmya dapat
menghasilkan manfaat bagi sernua pihak ddm ha1 penerapan
mesin-rnesin untuk sortasi, pengemasan d m pengolahan.

Pangsa pasar dunia untuk hasil hortikuftura yang terns
rneningkat rnerupakan pelumg bagi Indonesia untuk
melipatgandakan produksi dan rnutu buah-buahan, sayur-sapran
d m bunga-bungam.

Untuk mencapai sasaran produksi dan mutu hasil horltikultura,
pendekatan program terpadu dengan pola pembangunan
berkebudayaan industrial perlu dilmcarkan secara serentak.
Penerapan teknik pertanian di semua m a rantai kegiatan dari
mulai produksi benih samapai pengolahan &an mempercepat
realisasi sasaran program.
Pokok-pokok peranan teknik pertanian dalam bidang panen
dan pasca panen hasil hortikultura di masa depan adalah
mengurangi susut d m meningkatkan efisiensi proses,
mengembangkan model matematika untuk menduga perubahan
mutu, menduga masa simpan akibat dmpak lingkungan,
mermcang kemasm untuk pengan&tan, memilih t'tlm kernasan
, mengendalikan lingkungan penyimpman, mrancang ediblecoated minimal& processed product, menerapkan kontrol
otomatik, dan merancang alat d m mesin dari yang sederhana
smpai sistem robotik.
Dengan ketersediaan SDM d m industri manufaktuhg alat
dan m s i n pertanian yang menduhng, t e a p e f i h a n dapat
berperan besar apabila berhasil mmbmgun keqasama dengan
pakar bidang lain seperti agronofi, bernih, pemuliaan, sosial,
ekonomi, teknik elektro, teknik mesin, komputerisasi d m
infomatika.

RIWAUAT MIDUP
Prof. Dr. Ir, Hadi K. Punrada~aT3Pm

I
I

NIP
Golongdangkat
Jabatan

:
:
:

Unit Kej a

:

Tempat dm Tanggal L&r
Agama

:
:

130354 174
1% / Pembina Tk. I
Gum Besar Madya Elmu Mekanisasi
Pertaim
Jurusan Mekanisasi Pertanim
Fahltas Teknologi Pe~anian,Pnstitut
Pertanim Bogor
Bogor, 21 Apstus 1946
~itolik- -

PhD., Agficulhral Engineering, Mchigan State University, 1980
M.S. , A@culturd Engineering, PAi~higanState Universiq, 1977
Ir., Mekanisasi Pertanian, Institut Pertaim Bogor, 1973

1. Research Wagernent in Post Harvest Techology. Silsoe
College, Cranfidd Institute of Technology, UK, May-June, 1985.
2. Soybean Processing Technology.
University of mnois,
Chatnpaign-Urbana, alinois, USA, May, 1981.

Insinyur Profesiod Madya, PZT, Indonesia, 1997.

1. lManajer
bator Agrobisnis d m Agoindustri P B , 1994sekarmg.
2. Retua Komisi Pengabdim kepada Masywakat, FATETA-PB,
1993-sekarmg.
3. Ketua Program Studi S-2 Teknologi Pasca Panen, Protigram Pasca
IPB, 1986-sekarmg.
4. Ketua Komisi Pendidkq Jurusan Mekanisasi Perthan,
FATETA-PB, 1983-1995, hggota, 1995-sekwaplg.
5. Kepala Laboratorium Teknik Pengolhan Pa~gan dm Hasil
Pertaniq Fateta,
1981-sekasang.
6. StafPengajx Fateta IPE3, 1973-sekwang
7 . Pembmtu D e b 1, Fama, TPB, 1981-1983.
8. Kepala Bagm Mih Teholo@, h s a t Pengembangan Teknolo@
P-q
PB,1980-1987

Dosen Koordinator Mata Kuliah S- 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

T e W Pengolahan Pangan, 1980-sekmg
Temodinamika Dan Pindah Panas, 1981-sekarang
Dasar-dasar Teknik, 1981- 1984
Andisis Sistem untuk Industri Pangan, 1983
Teknik Pasca Panen Tanaman Pangan, 1983-sekarang
Teknologi Pengawetan Pangan, 1985-sekarmg
Rletode Penyajian Ilmiah, 1996-sekarang

Dosen Koordinator Mata I(uliah S2-S3
1. Teknik Pengolahm Pangan Lmjut, 1981-sekarmg
2. Teknik Penmgmm Pasca Panen, 1986-sekarang
3. Andisis NumePik, 1981-sekang
4. Metode PeneEtLan untuk Tehologi Pasca Panen, 1996-sekarang

1. Tefah membinibing 3 mahasiwa dan sedmg menibmbhg 2
mahasiswa progrm Doktor sebagai Anggota Komisi, serta sedang
membimbing 3 mahasiswa fain sebagai Metua Komisi.
2. Telah membiibing 21 mahasiswa program Magister sebagai Ketua
Komisi dan 17 mahasiswa sebagai Anggota Komisi. Sedang
membirnbing 2 rnahasiswa progasn Magister sebagai Ketua Komisi
dan 2 mahasiwa lain sebagai h g g o t a M o ~ 6 .

ECEGIATAN PE$TELITIANDAN KONSULTANSI
1. Pengernbangm Modd Kernasan Modified Atmosphere Untuk
dan Terlapisi Film Dapat Dimakan
Buah Tropika Terolah h/ii~mal
WGE-Depdikbud), 1997-1999.
2. Pengembangan Mesin Pemmen Padi Tipe Sisir (GTZDeptan), 1994-1996.
3. Rancang B m ~ Mesin
n
Sortasi Mmgga Dengm Metode NonDestmktip (RUT), 1994-1995.
4. Pengkajian dan Prospek Kredit Untuk Mesin Pertanian
PAIbPENAS), 1995.
5. Potensl Kornersid Pusat Hortikultura di Beberapa Propinsi
Indonesia (ADP), 1995. Anggota.
6. Wija3tsanaan dm Strategi Mekanisasi Pertanian di Indonesia
PAO-Deptan), 1994. Anggota.
Sistem Penmgman Pasca Panen dan Tataniaga Kerniri
Perontokan Padi di Sumatera Barat

10.
11.
12
13.

14.

rontok NLultiguna di Jawa Barat
( S E m A ) , 1994-1996.
PengeBnbangan Alat Pengering Masil Hortihltura (DRC), 19901993.
Pengenabmgan Sistem Penanganm Pasca Panen Kedelai (AGPPBmOG), 1990-1993.
Pengembangan Teknologi Sistem Pasca Panen Pda.;Vija (FAODeptan), 1987-1990.
Pengkajian Kernampurn Sistem Pasca Panen di KUD dm
Swasta (IDRC-BULBG), 1986-1987.
Pengembangan Pengekg Model S u m r untuk Tingkat Pedesaan
(ASEAN Crops Post Harvest Programme), 1986-1987.

15. Pengkajian Pengembangan Industri Perdatm Pertanian Di
Indonesia mepartemen Perindustrian), 1984-1985.
16. Pengembangan Industri Rumah Tangga Makanan Tradisional di
Uogyakarta
N), 1983-1986. hggota.
17. Sorpsi I s o t e ~Biji-Bdian dan Penerapmya untuk Lumbung
Penyirnpanan (TPB), 1982- 1984.
18. Rancmgan Dan Pengembangan Perdatan Pengolahan Pangan
Untuk Industri Kecil (Departemen Perindustrim), 1981- 1983.
19. Pengering Energi Surya Untuk Hasil Pertanian (PB), 1981- 1982.
20. Rmcangan Dan Pengembangan Lumbung Biji-Biljim untuk
Tingkat Pedesaan @Tnited Nations Universities), 1980-198 1.

hggota.
BUKU
1. Pumadaria, H.K.

2.
3.
4.
5.

6.
7.

1989. Tehologi Penangman Pasca Panen
Jagung. Edisi Medua. Deptm-FAO,
81007.
Purwadaria, H.M. 1989. Teknolo
Pasca Panen
kedelai. Edisi Kedua. Deptan-FAO, L2dDP. INSl0881007.
Pumadaria, H.K. 1989. Tehologi Penmganan Pasea Panen Ubi
K i p . Deptan-FAO,
P. I1\TS10881007.
firwadaria, N.K.
. Teknologi Penangman Pasca Panen
Kacmg Tanah. Deptan-FAO,
P. INSl0881007.
Pumadaria, H.R dan U.
ad. 1990. Pedomm Responsi
Teknik Pengolahan Pangan. nGA-AT)MTmB, Bogor.
Pumadaria, N.K dm P. Mahdar. 1990. Pedornan P d h m
Teknik Pengolahan Pangan. nCA-DAETflPB, Bogor.
Purwadda, I4.M dan Suorso. Pedornm hsponsi Temodinarnika
dm ~indahPanas. 1991. ~CA-AI~AETIIB"B,
Bogor.

8. Djojomartono, M. dm W.K. %madaria.

Pengantar Pembuatm
Program. Komputer Dalm Basic dan Fortran W . 1990. JICAADAET/IPB, Bogor.
9. hmadaria, H.K., E. Nugroho dan Suroso. 1991. Temodinamika
T e W . JICA-mAET/IPB, Bogor. Suntingm.

1. Pumadaria, H.K. and I W. Budiastra. 1997. Computer Cotrolled

On Line System for Mango Grading Using Image Processing and
Ndeasument. Accepted for GAZT/IFAG 2ND International
Symposium on Mathematied Modelhg and Simulation in
Agricultural and Bio-industries. Budapest, Hungary, 7-9 May,
1997.
2.

1Puma&a9 M.K., S u ~ s n o K.
, Sulis~adjii,E.E.
to, and R.
1%. Development of Stripphg Type Hmester
in hdonesia.
Intemtionai Sernim on
Development on Agrieulmral Machinery
Post ProdrteGon
Handing of Riee. Sumbaya, Indonesia, 9-11

3.

IPumaMa, H.K. 1%. Dissemination of T~hnologyfor Small
Scale Enterprises: Indonesim Expeiencees. Seminar on Tropical
Agrieulturat: in the Global Market, 39 th M S World Congress,
Bogor, Indonesia, 23-24 Juli 1%.

4.

Sapmtrsa, D., I W. Budiastra, and H.K. Puma&aria. 1995.
Diffuse Renectan~e.
Classification of Mmgo by N&r In

Paper for the 4' Food Prmssing Aummation Conference.
Chicago, Illinois, USA, 3-5 November 1995.
aputra, O.S., W.K. %wadaria, W. Susilo and S.
Ambmati. 1995. The Effects of Drying and Shelling on
Fusarium SPP. Infection and Fusarium Toxins Production of
Maize. International Conference on Grain Drying in Asia.
Bangkok, Thailand, 17-20 October 1995.
6. Purwadaria, H.K. 1995. Problems and Priorities of Grain Drying
in Indonesia. International Conference on Grain Drying in Asia.
Bmgkok, Thailand 17-20 October 1995.
7. Pumadaria, H.R. 1995. Physical Factors Affecting Grain Drying
and Storage Systems in Humid Tropics. Training Cours on Pest
Management for Stored Food and Feed. Bogor, Indonesia, 22
August-16 September, 1995.

8. Dhannapm, O.S., I. Retnowati, W.K. firwadaria, and If. Susilo.
1995. The Effects of Drying and Shelling on Aspergilus law
Infection and Aflatoxin Production of Maize. Sjmposiurn on Pest
Management for Stored Food and Feed. Bogor, Indonesia, 5-7
September, 1%.

r
j

9. D h m q u t r a , O.S., I. Retnourati, W.K. hrwadaria, and M. Sidik.
1995. Surveys on Po
est Handing, Aspergilus F l a w s
nfection and* Aflatoxin Conmination of Maize Colleceed
fromFarmers and Traders. 1r" ASEAN Technical Seminar on
G& Postharvest Technology. h m t , Per&, Malaysia, 25-27
July, 1995

10. Purwadaria, H.K., I W. Budiastra, and I). Saputra. 1995. Near
Infrared ReRectanee Testing to Predict Sucrose and Malic Acid
Concentrations of Mangoes.
P
ings
First
IFAClCICRIEURAGENGIISWS
Workshop
on
Control
Applications in Post Harvest and P r m s s h g Technology. Ostend,
Belgium, 1-2 June, 1995.
11. Budiastra, I W., and H.K. Purwadaria. 1995. Commercialization
of MecMcal S o y b Thresher in West Java, Indonesia. Third
and Find Regional Workshop of the Post Production Research
Application Project. Laguna, Philippines, 29-3 1 March, 1995.
12. Wlrwadaria, M.M.and E.E. h a n t o . 1994. Development of Stripping
and Threshing Type Harvester : 1" Regort. Uiorkshop on
Postharvest Technoktgies for W
e
i in the Humid Tropis I. Wo Chi
Mi& City, Vietnam, Octokr, 1994.
13. Purwadaria H.K. 1993. Promoting the Powered So
b o n g Farnners and Farmer Grsup. Special Tqlcs Workshop on
Extention Exprienes of ACPP Cmntry Projects. I4enp
Indonesia, 20-22 April, 1993.
14. Pumadaria, H.K. and S. Hen
Commercialization of Mechanical So
r Second PPRA
, 18-19 April, 1994.

15. fhumaha, W.K. 1993. Dep
ent of Agricultural Engineering,
Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia : Resources and Prograins
in Postharvest Sector. Project Planning Workshop on Postharvest
Technologies for Rice in the Humid Tropics. G T Z - I N , Los
Banos, Philippines, 4-6 October, 1993.
16. hmadaria, H.K. 1993. Development of A Passive Crop Dryer
for Use at the Village Level. Paper for 16th ASEAN Seminar on
Grain Postharvest Technology, Phuket, mailand, 24-26 August,
1993. Received Best Paper Award.
17. firwadaria, H.K and A.R. Elepafio.
1993. Finite Element
Application in Passive Crop Drying. CSAE/ASAE Paper No.
93C5029. CSAEIASAE 1993 Intennational Summer Meeting, Spokane, Washington, USA, 20-23 June , 1993.

18. P u m a m a , H.K. and S.
surnaatmadja.
1993.
Feasibility Study on Mechanical
Thresher in West Java,
Indonesia. Paper presented at the 1st PPW/SEARCA Annual
Regional Wrkshop, Bm&ok, Thailand, 14-16 April, 1993.
19. Darmawari, E., H.K. P u m a m a and H. Adinegoro. 1992.
Sirnulation Model for Fruit Packaging lnside Gonugated Board
Container During Truck Transpsrtation.. P
dings Advances in
Bogor,
Agricultural Engineering and Tmhology, Vol II.
Indonesia, 12-15 &&r,
1992.
f

20. Murase, H., H.K. Purwadaria,
Systems Mdel Using

gy. Yo1 41. Bsgor, Indonesia, 12-15 OctQber, 1992.

ad. 19%.
Nemorks.

21. mimadaria, N.K. 1992. Post Harvest Technology Curriculumlnnprovement Toward ASEAN Graduate Program. Paper in
-Indonesia, 22-23
Curriculum Development Wrkshop. Cip
January, 1992.
22. P u m a m a , H.K. 1991. Indonesian Proposal on Application and
Utilization of Post Production Research Results. Pre-planning
Workshop on Post Production Research Application. Manila,
Philipphes, 2-3 December, 1991.
23. mimadaria, W.K., K. Sulistiadji A.
ad and Soedjatmko.
1991. Interrelationship Among So
Moisture Ccntent, Drum
W M , and Coneave Distance of
mresher and Their
Impacts on Machine Capacitqr and So
(9ualitqr. Paper at the
14th ASEAN Seminar on Grain Posthawest Techology.
Manila-Philippines, 5-8 Novemkr, 1991. ReGeived Best Paper
Award.

24. Pumadaria, H.K. 1991. Current Re
h in H a t and Mass
g l?ood Processing
Transfer and Their Appli~tiofiin 1x1
dings Paper in Intemtiond
%rations in Indonesia. P
Workshp on Role of Food
in the
esia, 2-6
Development of Indonesian Food
Septernkr, 1991. Published by CRC.
25. Puwadaria, M.K. 1991. Physieal Famrs Affecting Grain Drying
and Storage Systems in Humid Tropics. Paper in 4th Training
Coum on Pests of Stored Products. Bogor-Indonesia, 8 January-12
February, 1991.

26. Brontowaluyo, S., N.K. firwadaria, Y.Sagara, M.S. T i m e k o Q o
and A.M. Syarief. 1990. Studies on Mechanical hpact on Packed
Citrus During Simulated Truck Transportation. P
Joint Seminar on Agricultural Engineering and Technology.
bgor-Indonesia, 8-9 October, 1990.
27. Utma, IM.S., H.K. Puwadaria, M.S. Sinaga and P. Wahid.
1990. The Effects of Smrage Temperature of Green Vanilla Beans
gs. 3&Joint
on the Field and Quality of Cured
Seminar on Agricultural Engineering and Techology.
Bogor-Indonesia, October 8-9, 19%.
28. U. Rosidah, H.K. hrwadaria, K. Fujii, U Sagm and A.M
Sydef. 1990. Studies on Rheologid Properties of Jackfmit
Juice Under Heating Temperature. P
ngs. 3""Joint Seminar
on AgAcultud Engineering and Twhology. bgor-Indonesia,
5-9 Octokr, 1990.
29. Purwadaria, H.K. 1990. Development of Soybean nreshing
System in Indonesia. Paper. ASEAN S e m i n ~on Grain
est Twhnofoboy.
Ban& Seri Begam, Brunei
Danrssalam, 4-7 September, 1990.

30. Pumadaria, H.K., U. S a m , R. Abdullah,
and M. Djojmmno. 1989. Edimrs. P
Sernim JICA-IPB. hgor-Indonesia, 8-9 August, 1989.
31. Dahlan, D., H.K Puwadaria, S. Rusli, P. Wahiid an.d A,M.
SyaPief. 1989.
ematid Mdel to Predict the Effect of S
Pressure: on Didllation Rate of Patehouly Oil. P

Second Joint Seminar on Agricultural Engineering and Technology.
Bogor, Indonesia, 8-9 August, 1989.
32. Setiawan Y.Y., H.R. Pumadaria and T. Supriyanto. 1989.
Behiour of Variables in Modified Amsphere System of Fresh
dings. 2& Joint Seminar on Agricultural
Engineering and Technology. Bogor, Indonesia, 8-9