Analisis mutu pasca panen terhadap daya simpan jeruk varietas JRM
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan, baik untuk pasar dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor.
Masalah yang membatasi perdagangan buah jeruk adalah daya simpannya yang
relatif singkat dan besarnya variasi tingkat kematangan sehingga mutunya tidak
seragam. Umumnya, pedagang dan pemasok membeli buah - buahan dari petani saat
buah tersebut cukup tua tapi belum matang dengan harapan dapat sampai ke tangan
konsumen dalam kondisi segar, kualitas kematangan seragam dan siap dikonsumsi.
Kenyataannya, masalah ketidakseragaman kematangan buah sering terjadi karena
kurangnya kendali proses pascapanen. Penanganan pascapanen adalah tahapan
kegiatan yang sangat penting dilakukan sejak produk dipanen hingga produk
dipasarkan dan sampai di tangankonsumen.Penanganan pascapanen harus dapat
mempertahankan mutu, kesegaran,keseragaman buah serta kandungan vitamin dan
mineral, sehingga dapat diterimakonsumen dan dapat disimpan lebih lama.Adapun
salah satu kegiatan pascapanen yang perlu diperhatikan adalah penyimpanan.
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan penanganan pascapanen
Yang selalu terkait dengan faktor waktu, tujuan menjaga dan mempertahankan
nilai komoditas yang
disimpan. Tujuan
adalah pengendalian laju transpirasi
penyimpanan antara
panen,
lain
dalam
juga memperpanjang
hortikultura.
utama
penyimpanan
dan respirasi
hal penyelamatan
waktu
simpan,
buah
segar
(Pantastico,1989). Peranan
dan
pengamanan
hasil
terutama untuk komoditas
Umur pemasaran buah-buahan dapat diperpanjang dengan metode
penyimpanan yang tepat. Kondisi
optimal
untuk
penyimpanan buah-buahan
adalah kondisi yang memungkinkan buah tersebut disimpan selama mungkin
tanpa banyak mengalami kerusakan.Jangka waktu penyimpanan juga tergantung
dengan aktivitas
respirasi, ketahanan terhadap
terhadap mikroorganisme perusak.
kehilangan
air dan tanggapan
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh mutu kelas buah terhadap kualitas
2. Bagaimana pengaruh daya simpan terhadap susut bobot buah.
3. Bagaimana pengaruh daya simpan terhadap warna buah
4. Berapakah kandungan gula Total padatan terlarut (TPT) pada buah.
5. Berapakah volume juice
1.3 Tujuan Pengamatan
1. Untuk pengaruh kelas buah terhadap pemutuan
2. Mengetahui pengaruh daya simpan terhadap susut bobot buah jeruk varietas
JRM
3. Mengetahui pengaruh daya simpan terhadap warna buah jeruk varietas JRM
4. Menganalisis kandungan gula Total padatan terlarut (TPT) pada buah jeruk
varietas JRM.
5. Menghitung volume juice jeruk varietas JRM.
1.4 Manfaat Pengamatan
1.n
1.5 waktu magang
Kegiatan magang Ini berlangsung selama 2 bulan yaitu dimulai dari tanggal 04
Juli 2018 sampai dengan tanggal 03 September 2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penanganan pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan
jumlah kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan dan
kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi. Bentuk
kehilangan pasca panen antara lain susut bobot, kebusukan, penurunan secara fisik
dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian yang sangat besar
(Wahyunindiyawati, S.R., 1991).
Pemutuan atau grading dilakukan setelah sortasi dan pencucian untuk
mengelompokan buah berdasarkan mutu yaitu, ukuran, berat, warna, bentuk, tekstur,
dan kebebasan buah dari kotoran atau bahan asing. Peranan penerintah tidak hanya
terbatas pada bidang pemasaran saja. Tetapi yang paling penting ialah penetapan
standarisasi buah, yang mencakup kualitas buah. Sehubumgan dengan standarisasi
buah tersebut, Standar Nasional Indonesia (SNI) menggolongkan buah jeruk kedalam
4 kelas berdasarkan bobot atau diameter buah (Tabel 1).
Tabel 1. Kriteria Jeruk JRM (SNI 01-3165-1992)
Kelas
A
B
C
D
Bobot (g)
≥ 151
101 – 150
51 – 100
≤ 50
Diameter (cm)
≥ 71
61 -70
51 -60
40 – 50
Penyimpanan buah jeruk bertujuan: memperpanjang kegunaan, menampung
hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu
pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan financial, mempertahankan
kualitas jeruk yang disimpan. Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi
aktivitas respirasi dan metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan,
kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan).
Jeruk yang disimpan hendaknya bebas dari lecet kulit, memar, busuk dan
kerusakan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suhu ruang penyimpanan
dijaga agar stabil. Suhu optimum untuk penyimpanan buah jeruk adalah 5 – 10 oC.
Jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan buah (chiling injury).
Jika kelembaban rendah akan terjadi pelayuan atau pengkeriputan dan jika
terlalu tinggi akan merangsang proses pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu
dalam ruangan. Kelembaban nisbi antara 85-90% diperlukan untuk menghindari
pelayuan dan pelunakan pada beberapa jenis sayuran. Beberapa produk bahkan
memerlukan kelembaban sekitar 90-95%. Kelembaban udara dalam ruangan
pendinginan dapat dipertinggi antara lain dengan cara menyemprot lantai dengan air.
Kelembaban yang tepat akan menjamin tingkat keamanan bahan yang disimpan
terhadap pertumbuhan mikroba. Sirkulasi udara diperlukan secukupnya untuk
membuang panas yang berasal dari hasil respirasi atau panas yang masuk dari luar.
BAB III
DESKRIPSI DATA DAN METODE KEGIATAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan/kantor-kantor instansi
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) terletak di
Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur. Posisi Balitjestro berada pada 4
km dari Kota Batu dengan ketinggian tempat ± 950 m di atas permukaan laut, yang
letaknya persis di bawah kaki gunung Panderman.
Pada awalnya Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika adalah
kebun milik swasta Belanda, yang pada tahun 1930 – 1940 diambil alih
pengelolaannya oleh Departement van Landsbouw, Nijverheid, en Handel dengan
komoditas yang diusahakan pada waktu itu adalah kopi dan buah-buahan.
Tahun 1941 – 1957 status instansi ini berada di bawah Jawatan Perkebunan
Rakyat dengan komoditas tanaman perkebunan rakyat yang pada umumnya
merupakan tanaman semusim, seperti tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan
tanaman perkebunan seperti kopi dan kina.
Pada tahun 1958 – 1961 Kebun Percobaan ini berada di bawah Jawatan
Perkebunan Rakyat Malang dan pada tahun 1961 – 1967, statusnya berubah menjadi
Lembaga Penelitian Tanaman Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan di bawah koordinasi
Dinas Pertanian Malang.
Kemudian pada tahun 1967 – 1980 berubah status menjadi Kebun Percobaan
Hortikultura Tlekung di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Cabang
Malang. Tahun 1981 LPH Cabang Malang beserta Kebun Percobaan Tlekung
bergabung dengan Lembaga Penelitian Pertanian Perwakilan Kendalpayak (LP3)
menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Malang.
Pada tahun 1985 – 1994 Kebun Percobaan Tlekung ditingkatkan menjadi Sub
Balai Penelitian Hortikultura (Sub Balithorti) Tlekung dengan status Echelon IV yang
merupakan salah satu UPT bereselon IV-A yang berada di bawah Balai Penelitian
Tanaman Hortikultura di Solok, Sumatera Barat.
Tahun 1994 nama Sub Sub Balithorti Tlekung berubah menjadi Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Tlekung berada di bawah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Karangploso-Malang. Sejak tahun 2002 –
2005 IP2TP Tlekung kemudian berubah nama menjadi Loka Penelitian Tanaman
Jeruk dan Hortikultura Subtropik di Tlekung, yang berinduk langsung di bawah Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Jakarta.
Seiring dengan kebijaksanaan Pemerintah melalui Departemen Pertanian,
yang menetapkan Jeruk sebagai komoditas nasional dan strategis
untuk
dikembangkan menuju substitusi impor, yang dalam perspektif politik nasional
kebijakan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk lebih mencintai, memilih,
dan mengkonsumsi komoditas nasional yang dihasilkan dari tanah airnya sendiri,
maka berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.13/Permentan/OT.140/3/2006 1
Maret 2006 Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik ditingkatkan
statusnya menjadi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika sebagai UPT
bereselon III-A, dengan mandat yang baru yakni melaksanakan penelitian tanaman
jeruk dan buah subtropika antara lain: anggur, apel, dan kelengkeng. Dan pada tahun
2008 mulai melaksanakan penelitian stroberi.
Nama pejabat yang memimpin unit kerja dan nomenklatur organisasi berdasarkan
periode waktu tersebut disajikan berikut ini:
1. Nitihardjo, Jawatan Perkebunan Rakyat Malang, 1958 – 1961
2. Sekar, Jawatan Perkebunan Rakyat Malang, 1962 – 1975
3. Martono, Kebun Percobaan Tlekung, 1976 – 1981
4. Slamet, Kebun Percobaan Tlekung, 1982 – 1984
5. Ir. Soenarso, MS, Tahun Sub Balai Penelitian Hortikultura Tlekung, 1985 –
1993
6. Ir. Arry Supriyanto, MS, Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Tlekung, 1994 – 2001
7. Ir. Arry Supriyanto, MS, Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropik
Tlekung, 2002 – 2005
8. Ir. Arry Supriyanto, MS, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropika, 2005 – 2008
9. Dr. Hardiyanto, MSc, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika,
2008 – 2012.
10. N
11. 0
12.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika menerima pelajar dan
mahasiswa yang akan melaksanakan magang (kerja praktek) dan penelitian buah
jeruk dan subtropika. Penelitian yang dilakukan merupakan skripsi, tesis, disertasi
maupun kerjasama. Sesuai dengan tugas dan fungsi Balitjestro, bidang studi yang
diterima untuk magang (kerja praktetk) dan bimbingan penelitian adalah bidang ilmu
agronomi, ilmu tanah, biologi molekuler, kultur jaringan, pemuliaan tanaman, hama
dan penyakit, pasca panen, agribisnis, administrasi, akuntansi, informasi teknologi,
statistika, dan perbenihan.
Balitjestro menerapkan kuota banyaknya pelajar dan mahasiswa yang diterima
magang yaitu maksimal 30 orang dalam 1 bulan. Penempatan magang di Kebun
Percobaan Tlekung (Batu), Kebun Percobaan Punten (Batu), Kebun Percobaan Kliran
(Batu), Kebun Percobaan Banaran (Batu) dan Kebun Percobaan Banjarsari
(Probolinggo). Peserta magang (kerja praktek) tidak dipungut biaya (gratis).
Syarat dan Ketentuan;
1. Mengajukan surat resmi kepada Kepala Balitjestro, dan akan dijawab dengan
surat penerimaan.
2. Lama magang dan penelitian sesuai dengan kebutuhan peserta ( > 1 bulan),
dianjurkan minimal 3 bulan agar bisa masuk dalam penelitian di Balitjestro.
3. Selama magang tidak boleh mengambil mata kuliah di kampus (kehadiran di
Balitjestro 100%)
4. Peserta wajib menandatangani dan mengikuti peraturan dan ketentuan magang
yang berlaku di Balitjestro.
5. Peserta wajib menyerahkan laporan hasil magang dan penelitian sebanyak 2
jilid (1 untuk pembimbing dan 1 untuk perpustakaan) dan softcopy dalam
bentuk CD/DVD.
6. Hak publikasi kerja praktek atau magang menjadi milik Balitjestro
sepenuhnya atau nama pertama dari Balitjestro (kecuali skripsi atau penelitian
ada aturan dan perjanjian tersendiri).
3.2 Organisasi Balitjestro
Organisasi Balitjestro terdiri dari Kepala Balitjestro, Koordinator Program,
Kepala TU, Kepala Yantek dan Jasa Penelitian dan Kelompok Peneliti Fungsional
3.2 Metode Pelaksanaan
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 24 juli 2018 s/d 03
Agustus, dilakukan selama 5 kali
dalam selang waktu10 hari, bertempat di
laboratorium SPG , Balitjestro, tlekung , jawa timur
3.3 Alat Dan Bahan
Alat yang dlgunakan pada pengamatan ini adalah pipet volume, pisau,gelas
ukur,saringan, chromameter,refractometer, Tabung Erlenmeyer.
Bahan yang digunakan pada pengamatan ini adalah buah jeruk varietas JRM
30 Buah terdiri dari kelas B diameter 61-70 cm, 30 kelas C 51-60, dan 30 Buah kelas
D 40-50 cm, tissue, aquades
3.3 Prosedur Kerja
-Membuat Jus
1. jeruk dikupas dan diambil sarinya dengan cara menyaring kedalam gelas kimia
sebanyak 9 gelas
2. dianalisis kadar gula, diambil sebanyak 25 ml kedalam Erlenmeyer.
Perlakuan
Pengamatan ini terdiri atas 3 macam perlakuan yaitu perlakuan buah dengan diameter
61-70, diameter 51-60 , dan 40-50masing-masing berjumlah 24 buah pada
penyimpanan biasa. Selanjutnya perlakuan penyimpanan 16 hari, setelah panen.
Masing-masing perlakuan 3 kali ulangan dan tiap ulangan menggunakan 3 buah jeruk
JRM yang diambil secara acak.
Parameter pengamatan
1.warna
2. susut bobot
3. diamati perubahan mutunya selama penyimpanan
4 kadar gula (%)
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4
perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan adalah lama penyimpanan yaitu 0 hari, 5
hari, 10
hari dan 15 hari. Analisis Data Data
yang
diperoleh
dianalisis dengan varians
( ANOVA ) dan apabila ada perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan
pada
taraf
significan
5
%.
Metode Analisis
Pengukuran Kadar Gula dengan Refraktometer
Nilai kadar gula dapat diukur dengan menggunakan refraktometer. Lensa
refraktometer sebelum digunakan dibilas terlebih dahulu dengan air destilata
dan dikeringkandengan menggunakan
tissue. Kalibrasi refraktometer
dilakukan
dengan air destilata. Setelah refraktometer dibersihkan dan dikalibrasi, sampel
produk diteteskan pada lensa refraktometer. Hasil pengukuran sampel dibaca
dengan melihat tampilan skala pada refraktometer. Setelah selesai pengukuran
kadar gula pada sampel produk maka lensa refraktometer dibilas kembali dengan
air destilata, dikeringkan kemudian disimpan ketempat semula.
Pengukuran Warna dengan Chromameter
Penetapan warna pada produk minuman sari buah jeruk diukur dengan
menggunakan chromameter (lightness (L)) dan dinyatakan dalam satuan persen
(%). Metode pengukuran dengan chromameter adalah metode penyinaran dengan
sensor sinar yang dikenakan pada sampel, yang secara otomatis nilai derajat putih
akan ditampilkan dalam
layar monitor. Area pengukuran pada chromameter
berdiameter 8 mm dan digunakan 0° sudut pandangan.Alat chromameter ini
dikalibrasi menggunakan kontrol atau standar warna yaitu barium sulfat.Setelah
itu, sampel dimasukkan
ke dalam kotak pengukur untuk mengetahui derajat
putihnya, tiap sampel diukur 3 kali pengulangan.Alat chromameter menggunakan
sistem notasi warna Hunter dicirikan dengan 3 parameter L, a, b, masingmasing dengan
kisaran
0
sampai
100.
Notasi
L menyatakan
parameter
kecerahan (light) dengan rentang nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai L
menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih,abu-abu,
dan hitam Notasi a menyatakan warna kromatik campuran merah hijau, dengan
nilai +a (positif) dari 0 sampai 100 untuk warna merah, dan nilai –a (negatif)
dari
0
sampai -80
untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik
campuran biru, kuning, dengan nilai +b (positif) dari 0 sampai +70 untuk warna
kuning dan nilai –b (negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan, baik untuk pasar dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor.
Masalah yang membatasi perdagangan buah jeruk adalah daya simpannya yang
relatif singkat dan besarnya variasi tingkat kematangan sehingga mutunya tidak
seragam. Umumnya, pedagang dan pemasok membeli buah - buahan dari petani saat
buah tersebut cukup tua tapi belum matang dengan harapan dapat sampai ke tangan
konsumen dalam kondisi segar, kualitas kematangan seragam dan siap dikonsumsi.
Kenyataannya, masalah ketidakseragaman kematangan buah sering terjadi karena
kurangnya kendali proses pascapanen. Penanganan pascapanen adalah tahapan
kegiatan yang sangat penting dilakukan sejak produk dipanen hingga produk
dipasarkan dan sampai di tangankonsumen.Penanganan pascapanen harus dapat
mempertahankan mutu, kesegaran,keseragaman buah serta kandungan vitamin dan
mineral, sehingga dapat diterimakonsumen dan dapat disimpan lebih lama.Adapun
salah satu kegiatan pascapanen yang perlu diperhatikan adalah penyimpanan.
Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan penanganan pascapanen
Yang selalu terkait dengan faktor waktu, tujuan menjaga dan mempertahankan
nilai komoditas yang
disimpan. Tujuan
adalah pengendalian laju transpirasi
penyimpanan antara
panen,
lain
dalam
juga memperpanjang
hortikultura.
utama
penyimpanan
dan respirasi
hal penyelamatan
waktu
simpan,
buah
segar
(Pantastico,1989). Peranan
dan
pengamanan
hasil
terutama untuk komoditas
Umur pemasaran buah-buahan dapat diperpanjang dengan metode
penyimpanan yang tepat. Kondisi
optimal
untuk
penyimpanan buah-buahan
adalah kondisi yang memungkinkan buah tersebut disimpan selama mungkin
tanpa banyak mengalami kerusakan.Jangka waktu penyimpanan juga tergantung
dengan aktivitas
respirasi, ketahanan terhadap
terhadap mikroorganisme perusak.
kehilangan
air dan tanggapan
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh mutu kelas buah terhadap kualitas
2. Bagaimana pengaruh daya simpan terhadap susut bobot buah.
3. Bagaimana pengaruh daya simpan terhadap warna buah
4. Berapakah kandungan gula Total padatan terlarut (TPT) pada buah.
5. Berapakah volume juice
1.3 Tujuan Pengamatan
1. Untuk pengaruh kelas buah terhadap pemutuan
2. Mengetahui pengaruh daya simpan terhadap susut bobot buah jeruk varietas
JRM
3. Mengetahui pengaruh daya simpan terhadap warna buah jeruk varietas JRM
4. Menganalisis kandungan gula Total padatan terlarut (TPT) pada buah jeruk
varietas JRM.
5. Menghitung volume juice jeruk varietas JRM.
1.4 Manfaat Pengamatan
1.n
1.5 waktu magang
Kegiatan magang Ini berlangsung selama 2 bulan yaitu dimulai dari tanggal 04
Juli 2018 sampai dengan tanggal 03 September 2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penanganan pasca panen selain menentukan mutu juga akan menentukan
jumlah kehilangan. Di dalam tahapan pasca panen selalau terjadi kehilangan dan
kerusakan hasil, sehingga dapat mengurangi jumlah dan mutu produksi. Bentuk
kehilangan pasca panen antara lain susut bobot, kebusukan, penurunan secara fisik
dan penurunan daya tarik. Kondisi ini akan menimbulkan kerugian yang sangat besar
(Wahyunindiyawati, S.R., 1991).
Pemutuan atau grading dilakukan setelah sortasi dan pencucian untuk
mengelompokan buah berdasarkan mutu yaitu, ukuran, berat, warna, bentuk, tekstur,
dan kebebasan buah dari kotoran atau bahan asing. Peranan penerintah tidak hanya
terbatas pada bidang pemasaran saja. Tetapi yang paling penting ialah penetapan
standarisasi buah, yang mencakup kualitas buah. Sehubumgan dengan standarisasi
buah tersebut, Standar Nasional Indonesia (SNI) menggolongkan buah jeruk kedalam
4 kelas berdasarkan bobot atau diameter buah (Tabel 1).
Tabel 1. Kriteria Jeruk JRM (SNI 01-3165-1992)
Kelas
A
B
C
D
Bobot (g)
≥ 151
101 – 150
51 – 100
≤ 50
Diameter (cm)
≥ 71
61 -70
51 -60
40 – 50
Penyimpanan buah jeruk bertujuan: memperpanjang kegunaan, menampung
hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang tahun, membantu
pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan financial, mempertahankan
kualitas jeruk yang disimpan. Penyimpanan di ruang dingin dapat mengurangi
aktivitas respirasi dan metabolisme, pelunakan, kehilangan air dan pelayuan,
kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang/cendawan).
Jeruk yang disimpan hendaknya bebas dari lecet kulit, memar, busuk dan
kerusakan lainnya. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suhu ruang penyimpanan
dijaga agar stabil. Suhu optimum untuk penyimpanan buah jeruk adalah 5 – 10 oC.
Jika suhu terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan buah (chiling injury).
Jika kelembaban rendah akan terjadi pelayuan atau pengkeriputan dan jika
terlalu tinggi akan merangsang proses pembusukan, terutama apabila ada variasi suhu
dalam ruangan. Kelembaban nisbi antara 85-90% diperlukan untuk menghindari
pelayuan dan pelunakan pada beberapa jenis sayuran. Beberapa produk bahkan
memerlukan kelembaban sekitar 90-95%. Kelembaban udara dalam ruangan
pendinginan dapat dipertinggi antara lain dengan cara menyemprot lantai dengan air.
Kelembaban yang tepat akan menjamin tingkat keamanan bahan yang disimpan
terhadap pertumbuhan mikroba. Sirkulasi udara diperlukan secukupnya untuk
membuang panas yang berasal dari hasil respirasi atau panas yang masuk dari luar.
BAB III
DESKRIPSI DATA DAN METODE KEGIATAN
3.1 Gambaran Umum Perusahaan/kantor-kantor instansi
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) terletak di
Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Batu, Jawa Timur. Posisi Balitjestro berada pada 4
km dari Kota Batu dengan ketinggian tempat ± 950 m di atas permukaan laut, yang
letaknya persis di bawah kaki gunung Panderman.
Pada awalnya Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika adalah
kebun milik swasta Belanda, yang pada tahun 1930 – 1940 diambil alih
pengelolaannya oleh Departement van Landsbouw, Nijverheid, en Handel dengan
komoditas yang diusahakan pada waktu itu adalah kopi dan buah-buahan.
Tahun 1941 – 1957 status instansi ini berada di bawah Jawatan Perkebunan
Rakyat dengan komoditas tanaman perkebunan rakyat yang pada umumnya
merupakan tanaman semusim, seperti tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan
tanaman perkebunan seperti kopi dan kina.
Pada tahun 1958 – 1961 Kebun Percobaan ini berada di bawah Jawatan
Perkebunan Rakyat Malang dan pada tahun 1961 – 1967, statusnya berubah menjadi
Lembaga Penelitian Tanaman Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan di bawah koordinasi
Dinas Pertanian Malang.
Kemudian pada tahun 1967 – 1980 berubah status menjadi Kebun Percobaan
Hortikultura Tlekung di bawah Lembaga Penelitian Hortikultura (LPH) Cabang
Malang. Tahun 1981 LPH Cabang Malang beserta Kebun Percobaan Tlekung
bergabung dengan Lembaga Penelitian Pertanian Perwakilan Kendalpayak (LP3)
menjadi Balai Penelitian Tanaman Pangan (Balittan) Malang.
Pada tahun 1985 – 1994 Kebun Percobaan Tlekung ditingkatkan menjadi Sub
Balai Penelitian Hortikultura (Sub Balithorti) Tlekung dengan status Echelon IV yang
merupakan salah satu UPT bereselon IV-A yang berada di bawah Balai Penelitian
Tanaman Hortikultura di Solok, Sumatera Barat.
Tahun 1994 nama Sub Sub Balithorti Tlekung berubah menjadi Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Tlekung berada di bawah
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Karangploso-Malang. Sejak tahun 2002 –
2005 IP2TP Tlekung kemudian berubah nama menjadi Loka Penelitian Tanaman
Jeruk dan Hortikultura Subtropik di Tlekung, yang berinduk langsung di bawah Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Jakarta.
Seiring dengan kebijaksanaan Pemerintah melalui Departemen Pertanian,
yang menetapkan Jeruk sebagai komoditas nasional dan strategis
untuk
dikembangkan menuju substitusi impor, yang dalam perspektif politik nasional
kebijakan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat untuk lebih mencintai, memilih,
dan mengkonsumsi komoditas nasional yang dihasilkan dari tanah airnya sendiri,
maka berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.13/Permentan/OT.140/3/2006 1
Maret 2006 Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik ditingkatkan
statusnya menjadi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika sebagai UPT
bereselon III-A, dengan mandat yang baru yakni melaksanakan penelitian tanaman
jeruk dan buah subtropika antara lain: anggur, apel, dan kelengkeng. Dan pada tahun
2008 mulai melaksanakan penelitian stroberi.
Nama pejabat yang memimpin unit kerja dan nomenklatur organisasi berdasarkan
periode waktu tersebut disajikan berikut ini:
1. Nitihardjo, Jawatan Perkebunan Rakyat Malang, 1958 – 1961
2. Sekar, Jawatan Perkebunan Rakyat Malang, 1962 – 1975
3. Martono, Kebun Percobaan Tlekung, 1976 – 1981
4. Slamet, Kebun Percobaan Tlekung, 1982 – 1984
5. Ir. Soenarso, MS, Tahun Sub Balai Penelitian Hortikultura Tlekung, 1985 –
1993
6. Ir. Arry Supriyanto, MS, Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Tlekung, 1994 – 2001
7. Ir. Arry Supriyanto, MS, Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropik
Tlekung, 2002 – 2005
8. Ir. Arry Supriyanto, MS, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropika, 2005 – 2008
9. Dr. Hardiyanto, MSc, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika,
2008 – 2012.
10. N
11. 0
12.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika menerima pelajar dan
mahasiswa yang akan melaksanakan magang (kerja praktek) dan penelitian buah
jeruk dan subtropika. Penelitian yang dilakukan merupakan skripsi, tesis, disertasi
maupun kerjasama. Sesuai dengan tugas dan fungsi Balitjestro, bidang studi yang
diterima untuk magang (kerja praktetk) dan bimbingan penelitian adalah bidang ilmu
agronomi, ilmu tanah, biologi molekuler, kultur jaringan, pemuliaan tanaman, hama
dan penyakit, pasca panen, agribisnis, administrasi, akuntansi, informasi teknologi,
statistika, dan perbenihan.
Balitjestro menerapkan kuota banyaknya pelajar dan mahasiswa yang diterima
magang yaitu maksimal 30 orang dalam 1 bulan. Penempatan magang di Kebun
Percobaan Tlekung (Batu), Kebun Percobaan Punten (Batu), Kebun Percobaan Kliran
(Batu), Kebun Percobaan Banaran (Batu) dan Kebun Percobaan Banjarsari
(Probolinggo). Peserta magang (kerja praktek) tidak dipungut biaya (gratis).
Syarat dan Ketentuan;
1. Mengajukan surat resmi kepada Kepala Balitjestro, dan akan dijawab dengan
surat penerimaan.
2. Lama magang dan penelitian sesuai dengan kebutuhan peserta ( > 1 bulan),
dianjurkan minimal 3 bulan agar bisa masuk dalam penelitian di Balitjestro.
3. Selama magang tidak boleh mengambil mata kuliah di kampus (kehadiran di
Balitjestro 100%)
4. Peserta wajib menandatangani dan mengikuti peraturan dan ketentuan magang
yang berlaku di Balitjestro.
5. Peserta wajib menyerahkan laporan hasil magang dan penelitian sebanyak 2
jilid (1 untuk pembimbing dan 1 untuk perpustakaan) dan softcopy dalam
bentuk CD/DVD.
6. Hak publikasi kerja praktek atau magang menjadi milik Balitjestro
sepenuhnya atau nama pertama dari Balitjestro (kecuali skripsi atau penelitian
ada aturan dan perjanjian tersendiri).
3.2 Organisasi Balitjestro
Organisasi Balitjestro terdiri dari Kepala Balitjestro, Koordinator Program,
Kepala TU, Kepala Yantek dan Jasa Penelitian dan Kelompok Peneliti Fungsional
3.2 Metode Pelaksanaan
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 24 juli 2018 s/d 03
Agustus, dilakukan selama 5 kali
dalam selang waktu10 hari, bertempat di
laboratorium SPG , Balitjestro, tlekung , jawa timur
3.3 Alat Dan Bahan
Alat yang dlgunakan pada pengamatan ini adalah pipet volume, pisau,gelas
ukur,saringan, chromameter,refractometer, Tabung Erlenmeyer.
Bahan yang digunakan pada pengamatan ini adalah buah jeruk varietas JRM
30 Buah terdiri dari kelas B diameter 61-70 cm, 30 kelas C 51-60, dan 30 Buah kelas
D 40-50 cm, tissue, aquades
3.3 Prosedur Kerja
-Membuat Jus
1. jeruk dikupas dan diambil sarinya dengan cara menyaring kedalam gelas kimia
sebanyak 9 gelas
2. dianalisis kadar gula, diambil sebanyak 25 ml kedalam Erlenmeyer.
Perlakuan
Pengamatan ini terdiri atas 3 macam perlakuan yaitu perlakuan buah dengan diameter
61-70, diameter 51-60 , dan 40-50masing-masing berjumlah 24 buah pada
penyimpanan biasa. Selanjutnya perlakuan penyimpanan 16 hari, setelah panen.
Masing-masing perlakuan 3 kali ulangan dan tiap ulangan menggunakan 3 buah jeruk
JRM yang diambil secara acak.
Parameter pengamatan
1.warna
2. susut bobot
3. diamati perubahan mutunya selama penyimpanan
4 kadar gula (%)
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan 4
perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan adalah lama penyimpanan yaitu 0 hari, 5
hari, 10
hari dan 15 hari. Analisis Data Data
yang
diperoleh
dianalisis dengan varians
( ANOVA ) dan apabila ada perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan
pada
taraf
significan
5
%.
Metode Analisis
Pengukuran Kadar Gula dengan Refraktometer
Nilai kadar gula dapat diukur dengan menggunakan refraktometer. Lensa
refraktometer sebelum digunakan dibilas terlebih dahulu dengan air destilata
dan dikeringkandengan menggunakan
tissue. Kalibrasi refraktometer
dilakukan
dengan air destilata. Setelah refraktometer dibersihkan dan dikalibrasi, sampel
produk diteteskan pada lensa refraktometer. Hasil pengukuran sampel dibaca
dengan melihat tampilan skala pada refraktometer. Setelah selesai pengukuran
kadar gula pada sampel produk maka lensa refraktometer dibilas kembali dengan
air destilata, dikeringkan kemudian disimpan ketempat semula.
Pengukuran Warna dengan Chromameter
Penetapan warna pada produk minuman sari buah jeruk diukur dengan
menggunakan chromameter (lightness (L)) dan dinyatakan dalam satuan persen
(%). Metode pengukuran dengan chromameter adalah metode penyinaran dengan
sensor sinar yang dikenakan pada sampel, yang secara otomatis nilai derajat putih
akan ditampilkan dalam
layar monitor. Area pengukuran pada chromameter
berdiameter 8 mm dan digunakan 0° sudut pandangan.Alat chromameter ini
dikalibrasi menggunakan kontrol atau standar warna yaitu barium sulfat.Setelah
itu, sampel dimasukkan
ke dalam kotak pengukur untuk mengetahui derajat
putihnya, tiap sampel diukur 3 kali pengulangan.Alat chromameter menggunakan
sistem notasi warna Hunter dicirikan dengan 3 parameter L, a, b, masingmasing dengan
kisaran
0
sampai
100.
Notasi
L menyatakan
parameter
kecerahan (light) dengan rentang nilai 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai L
menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih,abu-abu,
dan hitam Notasi a menyatakan warna kromatik campuran merah hijau, dengan
nilai +a (positif) dari 0 sampai 100 untuk warna merah, dan nilai –a (negatif)
dari
0
sampai -80
untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik
campuran biru, kuning, dengan nilai +b (positif) dari 0 sampai +70 untuk warna
kuning dan nilai –b (negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1