Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif

KAJIAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)
DI KOTA TASIKMALAYA SECARA PARTISIPATIF

LELY SYIDDATUL AKLIYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Kajian Penataan Pedagang Kaki
Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya adalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008
Lely Syiddatul Akliyah

NRP. A353 060 181

ABSTRACT
LELY SYIDDATUL AKLIYAH. Study on Participatory Street Vendors
Arrangement in Tasikmalaya Municipality. Supervised by FREDIAN TONNY
NASDIAN dan BABA BARUS.
The increasing of street vendors in Kota Tasikmalaya requires existence of
arrangement that accommodating aspiration of all stakeholders. This thing is
supported by bearing of UU No. 26 the year 2007 commending towns in
Indonesia is including Kota Tasikmalaya to make guide on space for informal
sectors, especially street vendors in RTRW Kota. Therefore, required existence of
study about arrangement of street vendors in Kota Tasikmalaya partisipatively
including aspiration stakeholder. The aims of research were: 1) Study socioeconomics aspects of street vendors, 2) Study consumer characteristic, 3) Study
policy of government poured relation RTRW Kota Tasikmalaya of operation and
exploiting of space for street vendors, 4) Study street vendors, public, and
government aspiration as input in streetvendors settlement. This research executed
in BWK I Kota Tasikmalaya in Februari until May 2008.
This research applied survey methods and literature study, where to analyse
interrelationship of characteristic street vendors utilized Rank-Spearman Analysis.
Consumer characteristic, review of spatial planning policy that relate with street

vendors arrangement, and aspiration of public about street vendors arrangement
were revealed through descriptive analysis.
Management of pavement for street vendors activity requires institution
which is the membership come from the street vendors gathering and formal
merchant which have interaction with street vendors caused of the social capital
strengness.
Alternative of street vendors settlement models consist of two alternatives.
Firstly, in-situ relocation that is arrangement lapak, uniforming of supporting
facilities (like wagon, table), arrangement of merchandise type, and time shifting.
Second, eks-situ relocation, removes street vendors activity from street (street in
town region to a place major to accomodate the street vendors. Each alternative
requires prerequisite and arrangement of zonation in operation of exploiting of its
(the space). Zoning Regulation is an important part in street vendors settlement to
be created orderliness, regularity, and town comfort.
Keywords: aspiration, arrangement, street vendors, zoning regulation

RINGKASAN

LELY SYIDDATUL AKLIYAH. Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif. Dibimbing oleh Ir. FREDIAN TONNY

NASDIAN, MS dan Dr. Ir. BABA BARUS, MSc.
Fenomena pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) telah menjadi isu
internasional karena menimbulkan potensi konflik ruang yang akan berdampak
negatif bagi ketertiban dan kenyamanan kota. Konflik ruang yang ditimbulkan
oleh PKL biasanya terjadi ketika PKL sudah menempati ruang publik kota pada
tingkatan tertentu sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi ruang publik
tersebut
PKL Kota Tasikmalaya saat ini, juga mengalami perkembangan sehingga
memerlukan adanya penataan yang mengakomodasi aspirasi seluruh pihak yang
terkait. Hal ini ditunjang dengan lahirnya UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007
yang mengamanatkan kota-kota di Indonesia termasuk Kota Tasikmalaya untuk
membuat arahan ruang untuk sektor informal, khususnya PKL dalam RTRW
Kota. Oleh karena itu, diperlukan adanya kajian tentang penataan PKL di Kota
Tasikmalaya secara partisipatif yang mencakup aspirasi berbagai pihak. Tujuan
penelitian ini diantaranya: 1) Mengkaji aspek sosial ekonomi PKL, 2) Mengkaji
karakteristik konsumen, 3) Mengkaji kebijakan pemerintah yang dituangkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya terkait pengendalian dan
pemanfaatan ruang untuk PKL, 4) Mengkaji aspirasi PKL, masyarakat, dan
pemerintah sebagai masukan dalam penataan PKL. Penelitian ini dilaksanakan di
BWK I Kota Tasikmalaya pada Bulan Februari sampai Mei 2008.

Penelitian ini menggunakan metode survai dan studi pustaka, dimana untuk
menganalisis keterkaitan karakteristik PKL menggunakan Analisis RankSpearman. Karakteristik konsumen, tinjauan terhadap kebijakan penataan ruang
terkait penataan PKL, dan aspirasi masyarakat tentang penataan PKL dilakukan
dengan analisis deskriptif. Penyajian peta-peta tematik terkait karakteristik PKL
menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Karakteristik PKL Kota
Tasikmalaya diantaranya : sebesar 20% sumber modal berasal dari rentenir, ratarata tidak menggunakan tenaga kerja, merupakan PKL lokal (70,31% dari Kota
Tasikmalaya), memiliki himpunan PKL dan kelompok PKL berdasarkan ruas
jalan yang ditempati, sebesar 27% PKL bekerjasama dengan pedagang formal
dalam rangka memperluas skala usaha pedagang formal. Ditunjang hasil Analisis
Sperman yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara keuntungan dengan
tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur mengindikasikan bahwa
untuk menjadi PKL di Kota Tasikmalaya sangatlah mudah karena tidak
memerlukan modal yang besar, pengalaman yang banyak, dan pendidikan yang
tinggi.
Karakteristik konsumen PKL Kota Tasikmalaya meliputi : asal konsumen
83% berasal dari Kota Tasik, 11% berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, dan 6%
dari Kabupaten Ciamis, usia konsumen tergolong usia produktif yaitu dari umur
16 – 50 tahun, dan jenis dagangan yang dibeli beranekaragam. Hal ini kurang


mendukung visi Kota Tasikmalaya sebagai pusat bisnis di Priangan Timur pada
tahun 2012 dan di Jawa Barat pada Tahun 2025.
Kebijakan yang ada belum partisipatif karena belum menyediakan ruang
untuk PKL karena kebijakan yang dibuat masih top-down akibatnya aspirasi
masyarakat kurang mendapatkan umpan balik.
Pengelolaan trotoar untuk kegiatan PKL Kota Tasikmalaya memerlukan
kelembagaan yang keanggotaannya berasal dari himpunan PKL yang ada dan
pedagang formal yang berinteraksi dengan PKL akibat kuatnya kapital sosial yang
ada.
Alternatif model penataan PKL yang dihasilkan pada penelitian ini terdiri
atas dua alternatif. Alternatif pertama, relokasi in-situ yaitu pengaturan lapak,
penyeragaman sarana berjualan (gerobak, bangku/jongko), pengaturan jenis
dagangan, dan pengaturan waktu berjualan. Alternatif kedua, relokasi eks-situ,
yaitu memindahkan kegiatan PKL dari jalan – jalan di wilayah kota ke suatu
tempat yang dikhususkan untuk menampung para PKL. Masing-masing alternatif
memerlukan prasyarat dan pengaturan zonasi dalam pengendalian pemanfaatan
ruangnya.
Pengaturan zonasi (zoning regulation) ini sangat bermanfaat sebagai
instrumen dalam pengendalian pemanfaatan ruang PKL sehingga merupakan hal
penting yang harus ada dalam penataan PKL. Pengaturan zonasi baik untuk

alternatif 1 dan alternatif 2 hampir sama, hanya dalam model 2 harus disertai
pengaturan zonasi untuk lokasi bekas PKL agar PKL benar-benar tidak kembali
ke tempat asal berupa aturan-aturan disertai penguatan kelembagaan yang ada di
lokasi bekas PKL untuk menolak kembalinya PKL. Pengaturan Zonasi (Zoning
Regulation) ini memegang peranan yang penting dalam penataan PKL Kota
Tasikmalaya agar tercipta ketertiban, keteraturan, dan kenyamanan kota.
Kata kunci : aspirasi, penataan, partisipasi, PKL, pengaturan zonasi

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan karya hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian
penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

KAJIAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)
DI KOTA TASIKMALAYA SECARA PARTISIPATIF


LELY SYIDDATUL AKLIYAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:

:

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota
Tasikmalaya Secara Partisipatif
Lely Syiddatul Akliyah
A 353 060 181

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
Ketua

Dr. Ir. Baba Barus, MSc.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah


Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Ridho-Nya Tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Mei 2008 ini adalah Kajian
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS. dan Dr. Ir. Baba Barus, MSc. selaku komisi

pembimbing.
2. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah sekaligus dosen penguji luar komisi, beserta segenap staf pengajar
dan staf manajemen Program Studi Perencanaan Wilayah.
3. Seluruh Civitas Akademika Universitas Islam Bandung yang memberikan izin
pada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana di IPB.
4. Sahabat-sahabat PWL, baik kelas reguler maupun khusus angkatan 2006 atas
segala dukungan dan kerjasamanya.
5. Kedua orang tua penulis, Drs. H. Muslih Munawar, SH. dan Hj. Euis Titi
Hartini atas doa dan dukungan yang diberikan.
6. Agus Joni Listiajali, ST. sebagai suami dan anakku M. Zharfan Nafis ‘Aly
yang telah banyak berkorban waktu dalam kebersamaan selama penulis
mengikuti pendidikan di IPB Bogor.
7. Adik-adikku, Rizal, Rahmi, dan Meila yang telah memberi doa dan dukungan.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Bogor, Agustus 2008
Lely Syiddatul Akliyah


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandung pada tanggal 29 Juli 1980 sebagai
anak pertama dari pasangan Drs. H. Muslih Munawar, SH. dan Hj. Euis Titi
Hartini. Tahun 1998 penulis lulus dari SMU Negeri 22 Bandung dan pada tahun
yang sama melanjutkan pendidikannya di Program Studi Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung. Penulis
menamatkan pendidikan pada Januari Tahun 2003.
Tahun 1999 – 2004 Penulis sempat menjadi Asisten Dosen di Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Bandung. Tahun 2003 –
2004 Penulis juga sempat bekerja pada konsultan perencana tata ruang dan Tahun
2004, penulis diterima sebagai Dosen Tetap Yayasan di Universitas Islam
Bandung pada Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Teknik. Sejak tahun 2006 Penulis memperoleh beasiswa dari Universitas Islam
Bandung untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB pada Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah.
Tahun 2003 penulis menikah dengan Agus Joni Listiajali, ST. dan saat ini
telah dikaruniai seorang putra yang bernama M. Zharfan Nafis ‘Aly.

KAJIAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)
DI KOTA TASIKMALAYA SECARA PARTISIPATIF

LELY SYIDDATUL AKLIYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Kajian Penataan Pedagang Kaki
Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya adalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008
Lely Syiddatul Akliyah
NRP. A353 060 181

ABSTRACT
LELY SYIDDATUL AKLIYAH. Study on Participatory Street Vendors
Arrangement in Tasikmalaya Municipality. Supervised by FREDIAN TONNY
NASDIAN dan BABA BARUS.
The increasing of street vendors in Kota Tasikmalaya requires existence of
arrangement that accommodating aspiration of all stakeholders. This thing is
supported by bearing of UU No. 26 the year 2007 commending towns in
Indonesia is including Kota Tasikmalaya to make guide on space for informal
sectors, especially street vendors in RTRW Kota. Therefore, required existence of
study about arrangement of street vendors in Kota Tasikmalaya partisipatively
including aspiration stakeholder. The aims of research were: 1) Study socioeconomics aspects of street vendors, 2) Study consumer characteristic, 3) Study
policy of government poured relation RTRW Kota Tasikmalaya of operation and
exploiting of space for street vendors, 4) Study street vendors, public, and
government aspiration as input in streetvendors settlement. This research executed
in BWK I Kota Tasikmalaya in Februari until May 2008.
This research applied survey methods and literature study, where to analyse
interrelationship of characteristic street vendors utilized Rank-Spearman Analysis.
Consumer characteristic, review of spatial planning policy that relate with street
vendors arrangement, and aspiration of public about street vendors arrangement
were revealed through descriptive analysis.
Management of pavement for street vendors activity requires institution
which is the membership come from the street vendors gathering and formal
merchant which have interaction with street vendors caused of the social capital
strengness.
Alternative of street vendors settlement models consist of two alternatives.
Firstly, in-situ relocation that is arrangement lapak, uniforming of supporting
facilities (like wagon, table), arrangement of merchandise type, and time shifting.
Second, eks-situ relocation, removes street vendors activity from street (street in
town region to a place major to accomodate the street vendors. Each alternative
requires prerequisite and arrangement of zonation in operation of exploiting of its
(the space). Zoning Regulation is an important part in street vendors settlement to
be created orderliness, regularity, and town comfort.
Keywords: aspiration, arrangement, street vendors, zoning regulation

RINGKASAN

LELY SYIDDATUL AKLIYAH. Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di
Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif. Dibimbing oleh Ir. FREDIAN TONNY
NASDIAN, MS dan Dr. Ir. BABA BARUS, MSc.
Fenomena pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) telah menjadi isu
internasional karena menimbulkan potensi konflik ruang yang akan berdampak
negatif bagi ketertiban dan kenyamanan kota. Konflik ruang yang ditimbulkan
oleh PKL biasanya terjadi ketika PKL sudah menempati ruang publik kota pada
tingkatan tertentu sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi ruang publik
tersebut
PKL Kota Tasikmalaya saat ini, juga mengalami perkembangan sehingga
memerlukan adanya penataan yang mengakomodasi aspirasi seluruh pihak yang
terkait. Hal ini ditunjang dengan lahirnya UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007
yang mengamanatkan kota-kota di Indonesia termasuk Kota Tasikmalaya untuk
membuat arahan ruang untuk sektor informal, khususnya PKL dalam RTRW
Kota. Oleh karena itu, diperlukan adanya kajian tentang penataan PKL di Kota
Tasikmalaya secara partisipatif yang mencakup aspirasi berbagai pihak. Tujuan
penelitian ini diantaranya: 1) Mengkaji aspek sosial ekonomi PKL, 2) Mengkaji
karakteristik konsumen, 3) Mengkaji kebijakan pemerintah yang dituangkan
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya terkait pengendalian dan
pemanfaatan ruang untuk PKL, 4) Mengkaji aspirasi PKL, masyarakat, dan
pemerintah sebagai masukan dalam penataan PKL. Penelitian ini dilaksanakan di
BWK I Kota Tasikmalaya pada Bulan Februari sampai Mei 2008.
Penelitian ini menggunakan metode survai dan studi pustaka, dimana untuk
menganalisis keterkaitan karakteristik PKL menggunakan Analisis RankSpearman. Karakteristik konsumen, tinjauan terhadap kebijakan penataan ruang
terkait penataan PKL, dan aspirasi masyarakat tentang penataan PKL dilakukan
dengan analisis deskriptif. Penyajian peta-peta tematik terkait karakteristik PKL
menggunakan Sistem Informasi Geografis.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Karakteristik PKL Kota
Tasikmalaya diantaranya : sebesar 20% sumber modal berasal dari rentenir, ratarata tidak menggunakan tenaga kerja, merupakan PKL lokal (70,31% dari Kota
Tasikmalaya), memiliki himpunan PKL dan kelompok PKL berdasarkan ruas
jalan yang ditempati, sebesar 27% PKL bekerjasama dengan pedagang formal
dalam rangka memperluas skala usaha pedagang formal. Ditunjang hasil Analisis
Sperman yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara keuntungan dengan
tingkat pendidikan, lama usaha, modal usaha, dan umur mengindikasikan bahwa
untuk menjadi PKL di Kota Tasikmalaya sangatlah mudah karena tidak
memerlukan modal yang besar, pengalaman yang banyak, dan pendidikan yang
tinggi.
Karakteristik konsumen PKL Kota Tasikmalaya meliputi : asal konsumen
83% berasal dari Kota Tasik, 11% berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, dan 6%
dari Kabupaten Ciamis, usia konsumen tergolong usia produktif yaitu dari umur
16 – 50 tahun, dan jenis dagangan yang dibeli beranekaragam. Hal ini kurang

mendukung visi Kota Tasikmalaya sebagai pusat bisnis di Priangan Timur pada
tahun 2012 dan di Jawa Barat pada Tahun 2025.
Kebijakan yang ada belum partisipatif karena belum menyediakan ruang
untuk PKL karena kebijakan yang dibuat masih top-down akibatnya aspirasi
masyarakat kurang mendapatkan umpan balik.
Pengelolaan trotoar untuk kegiatan PKL Kota Tasikmalaya memerlukan
kelembagaan yang keanggotaannya berasal dari himpunan PKL yang ada dan
pedagang formal yang berinteraksi dengan PKL akibat kuatnya kapital sosial yang
ada.
Alternatif model penataan PKL yang dihasilkan pada penelitian ini terdiri
atas dua alternatif. Alternatif pertama, relokasi in-situ yaitu pengaturan lapak,
penyeragaman sarana berjualan (gerobak, bangku/jongko), pengaturan jenis
dagangan, dan pengaturan waktu berjualan. Alternatif kedua, relokasi eks-situ,
yaitu memindahkan kegiatan PKL dari jalan – jalan di wilayah kota ke suatu
tempat yang dikhususkan untuk menampung para PKL. Masing-masing alternatif
memerlukan prasyarat dan pengaturan zonasi dalam pengendalian pemanfaatan
ruangnya.
Pengaturan zonasi (zoning regulation) ini sangat bermanfaat sebagai
instrumen dalam pengendalian pemanfaatan ruang PKL sehingga merupakan hal
penting yang harus ada dalam penataan PKL. Pengaturan zonasi baik untuk
alternatif 1 dan alternatif 2 hampir sama, hanya dalam model 2 harus disertai
pengaturan zonasi untuk lokasi bekas PKL agar PKL benar-benar tidak kembali
ke tempat asal berupa aturan-aturan disertai penguatan kelembagaan yang ada di
lokasi bekas PKL untuk menolak kembalinya PKL. Pengaturan Zonasi (Zoning
Regulation) ini memegang peranan yang penting dalam penataan PKL Kota
Tasikmalaya agar tercipta ketertiban, keteraturan, dan kenyamanan kota.
Kata kunci : aspirasi, penataan, partisipasi, PKL, pengaturan zonasi

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan karya hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian
penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB

KAJIAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)
DI KOTA TASIKMALAYA SECARA PARTISIPATIF

LELY SYIDDATUL AKLIYAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:

Kajian Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota
Tasikmalaya Secara Partisipatif
Lely Syiddatul Akliyah
A 353 060 181

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
Ketua

Dr. Ir. Baba Barus, MSc.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Ridho-Nya Tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Mei 2008 ini adalah Kajian
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Tasikmalaya Secara Partisipatif.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS. dan Dr. Ir. Baba Barus, MSc. selaku komisi
pembimbing.
2. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah sekaligus dosen penguji luar komisi, beserta segenap staf pengajar
dan staf manajemen Program Studi Perencanaan Wilayah.
3. Seluruh Civitas Akademika Universitas Islam Bandung yang memberikan izin
pada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana di IPB.
4. Sahabat-sahabat PWL, baik kelas reguler maupun khusus angkatan 2006 atas
segala dukungan dan kerjasamanya.
5. Kedua orang tua penulis, Drs. H. Muslih Munawar, SH. dan Hj. Euis Titi
Hartini atas doa dan dukungan yang diberikan.
6. Agus Joni Listiajali, ST. sebagai suami dan anakku M. Zharfan Nafis ‘Aly
yang telah banyak berkorban waktu dalam kebersamaan selama penulis
mengikuti pendidikan di IPB Bogor.
7. Adik-adikku, Rizal, Rahmi, dan Meila yang telah memberi doa dan dukungan.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Bogor, Agustus 2008
Lely Syiddatul Akliyah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandung pada tanggal 29 Juli 1980 sebagai
anak pertama dari pasangan Drs. H. Muslih Munawar, SH. dan Hj. Euis Titi
Hartini. Tahun 1998 penulis lulus dari SMU Negeri 22 Bandung dan pada tahun
yang sama melanjutkan pendidikannya di Program Studi Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung. Penulis
menamatkan pendidikan pada Januari Tahun 2003.
Tahun 1999 – 2004 Penulis sempat menjadi Asisten Dosen di Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Bandung. Tahun 2003 –
2004 Penulis juga sempat bekerja pada konsultan perencana tata ruang dan Tahun
2004, penulis diterima sebagai Dosen Tetap Yayasan di Universitas Islam
Bandung pada Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas
Teknik. Sejak tahun 2006 Penulis memperoleh beasiswa dari Universitas Islam
Bandung untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB pada Program Studi Ilmu
Perencanaan Wilayah.
Tahun 2003 penulis menikah dengan Agus Joni Listiajali, ST. dan saat ini
telah dikaruniai seorang putra yang bernama M. Zharfan Nafis ‘Aly.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

xvii

BAB I

PENDAHULUAN ..................................................................
1.1 Latar Belakang ...............................................................
1.2 Perumusan Masalah .......................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................

1
1
4
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
2.1 Pengertian Sektor Informal ............................................
2.2 Pengertian PKL ..............................................................
2.3 Penataan Ruang dan Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang ..............................................................
2.4 Penataan PKL di Kota-kota di Asia ...............................
2.5 Model-model Penataan PKL di Indonesia .....................
2.6 Kekuatan dan Potensi dari PKL .....................................
2.7 Pengertian Partisipatif ....................................................
2.8 Paradigma Perencanaan Partisipatif ...............................
2.9 Hak dan Rezim Pemilikan ..............................................
2.10 Kapital Sosial ..................................................................
2.11 Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) ............................
2.12 Sistem Informasi Geografi .............................................
2.13 Kerangka Pemikiran .......................................................

9
9
10
13
17
24
26
26
27
29
30
31
33
36

BAB III

METODE PENELITIAN .....................................................
39
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................
39
3.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................
39
3.2.1 Pengumpulan Data Sekunder ...............................
39
3.2.2 Pengumpulan Data Primer ...................................
39
3.3 Teknik Analisis Data ......................................................
45
3.3.1 Teknik Penyajian Data dengan Tabel, Diagram, Peta,
dan Kategori .........................................................
46
3.3.2 Analisis Korelasi Peringkat Spearman (Rank Spearman) .....................................................................
47
3.3.3 Analisis Deskriptif ...............................................
48

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ........................
4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis ...................
4.2 Penggunaan Lahan .........................................................
4.3 Kependudukan ...............................................................
4.4 Perekonomian .................................................................
4.5 Sarana dan Prasarana Perdagangan ................................

49
49
50
50
55
55

4.6 Industri ...........................................................................
4.7 Tenaga Kerja ..................................................................

56
57

BAB V

KARAKTERISTIK PKL DAN KONSUMEN ...................
5.1 Karakteristik PKL ..........................................................
5.1.1 Tingkat Pendidikan ..............................................
5.1.2 Jenis Usaha (Dagangan) .......................................
5.1.3 Modal Usaha ........................................................
5.1.4 Tenaga Kerja ........................................................
5.1.5 Lamanya Berprofesi dan Daerah Asal .................
5.1.5 Tingkat Pendapatan (Keuntungan)........................
5.1.6 Jenis Sarana Perdagangan ....................................
5.1.7 Interaksi Sesama PKL ..........................................
5.1.8 Interaksi PKL dengan Pedagan Formal ................
5.2 Hubungan Antar Karakteristik PKL ...............................
5.3 Karakteristik Konsumen ................................................
5.4 Karakteristik Pedagang Formal ......................................
5.5 Ringkasan .......................................................................

58
58
58
59
62
63
64
65
65
66
68
68
70
72
73

BAB VI

TINJAUAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG TERHADAP PENATAAN PKL ........................................................
6.1 Tinjauan Kebijakan Penataan Ruang Kota Tasikmalaya
Terhadap Penataan PKL .................................................
6.1.1 Kajian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Tasikmalaya 2004-2014 ......................................
6.1.2 RDTR BWK I dan RTBL Kawasan Pusat Bisnis
6.1.3 Perda No. 7 Tahun 2005 tentang Ketentraman dan
Ketertiban Umum ................................................
6.2 Ringkasan .......................................................................

BAB VII ASPIRASI MASYARAKAT DALAM PENATAAN PKL
7.1 Aspirasi Parapihak dalam Penataan PKL di Kota
Tasikmalaya ...................................................................
7.2 Model Penataan PKL Kawasan Dadaha ........................
7.3 Tinjauan Terhadap Trayek Angkutan Umum ................
7.4 Ringkasan .......................................................................

75
75
75
78
80
85
87
87
90
95
98

BAB VIII ANALISIS MODEL PENATAAN PKL DI KOTA
TASIKMALAYA ...................................................................
8.1 Analisis Keterkaitan Karakteristik PKL, Kebijakan
Penataan Ruang tentang Penataan PKL, dan Aspirasi
Masyarakat tentang Penataan PKL ................................
8.2 Pengaturan Zonasi (Zoning Regulation) dalam Penataan
PKL ................................................................................
8.3 Alternatif Model Penataan PKL Kota Tasikmalaya .......

102
103

KESIMPULAN DAN SARAN .............................................
9.1 Kesimpulan ....................................................................

112
112

BAB IX

100

100

9.2 Saran ...............................................................................

113

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

114

LAMPIRAN .............................................................................................

117

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Jumlah PKL di Kota Tasikmalaya Tahun 2006 ...................................
6
2 Peranserta Masyarakat dalam Tiga Tahapan Penataan Ruang ............

15

3 Matriks Peranserta Stakeholder dalam Penataan Ruang .....................

17

Jumlah Responden Masing-masing Stakeholder ....................................

42

5 Metode Pengumpulan Data .................................................................

44

6 Aspek yang Diteliti, Variabel, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

45

4

7 Luas Wilayah Administratif Kecamatan dan Jumlah Wilayah Administratif Desa/Kelurahan ..........................................................................

49

8 Luas dan Presentase Distribusi Penggunaan Lahan di Kota Tasikmalaya 50
9 Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kota per Wilayah Kecamatan
Di Kota Tasikmalaya ..........................................................................

53

10 Jumlah Penduduk Usia >15 tahun Menurut Lapangan Usaha di Kota
Tasikmalaya ........................................................................................

53

11 Indikator Makro Kota Tasikmalaya ....................................................

55

12 Sarana dan Prasarana Perekonomian Daerah Kota Tasikmalaya ........

56

13 Potensi Industri di Daerah Kota Tasikmalaya .....................................

56

14 Jumlah Pengangguran Berdasarkan Jenis Kelamin .............................

57

15 Jenis Usaha (dagangan) PKL Berdasarkan Lokasi di Kota Tasikmalaya 59
16 Jumlah PKL Pusat Kota Tasikmalaya Berdasarkan Jenis Dagangan ..

60

17 Asal Barang Dagangan yang Dijual PKL ...........................................

62

18 Modal Awal Berdasarkan Jenis Dagangan (Rp) .................................

62

19 Jumlah dan Prosentase PKL Kawasan HZ. Mustofa Berdasarkan
Daerah Asal .........................................................................................

64

20 Jumlah dan Prosentase PKL Kawasan Dadaha Berdasarkan Daerah
Asal .....................................................................................................

64

21 Keuntungan per Hari Berdasarkan Jenis Dagangan (Rp per hari) ......

65

22 Koefisien Korelasi antara Keuntungan, Lama Usaha, Pendidikan, Modal,
dan Umur .............................................................................................

69

23 Rata-rata Keuntungan PKL Berdasarkan Lokasi dan Tingkat Keragaman Jenis Dagangan ........................................................................

69

24 Opini Stakeholder tentang Keberadaan PKL ......................................

72

25 Matriks Karakteristik PKL Kota Tasikmalaya ....................................

74

26 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penataan Ruang ..........................

77

27 Pengetahuan PKL dan Masyarakat Kota Tasikmalaya Terhadap Keberadaan Perda No. 7 tahun 2005 ..............................................................

83

28 Output Korelasi Antara Tingkat Pendidikan PKL dengan Pengetahuan
Tentang Penataan Ruang dan Perda ....................................................

84

29 Matriks Kebijakan Pemerintah Kota Tasikmalaya yang Bersifat Manifes
dan Laten Terkait Penataan PKL ........................................................

85

30 Prosentase Bentuk Penataan PKL Menurut Stakeholder ....................

88

31 Alternatif Kebijaksanaan Terhadap Pedagang Kaki Lima di Kota .....

92

32 Kelebihan dan Kelemahan Bentuk Penataan PKL Berdasarkan
Aspirasi Masyarakat Kota Tasikmalaya ..............................................

95

33 Kelebihan dan Kelemahan Kebijaksanaan Struktural dan Edukatif dalam
Penataan PKL ......................................................................................
34 Opini Para Pihak Terkait Penataan PKL .............................................

90
100

35 Jenis Penataan PKL Berdasarkan Modifikasi Kondisi Eksisting, Kebijakan
yang ada, dan Aspirasi Masyarakat .....................................................
105
36 Matriks Alternatif Lokasi untuk Relokasi PKL ..................................

110

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Kondisi PKL di Kota Tasikmalaya ....................................................
3
2 Street Market (Kiri) and “Yatai” (Kanan) di Fukuoka City, Jepang....

18

3 Tipe Kenampakan Spasial dari Penggunaan Sementara ......................

18

4 Diagram Taxonomi Penempatan Penggunaan Sementara ..................

19

5 Pergeseran Jumlah Yatai di Fukuoka City ..........................................

20

6 Lokasi Yatai di Fukuoka City Down ..................................................

20

7 Tipe Bangunan atau Penggunaan Lahan untuk Yatay ........................

20

8 Ukuran dari Penempatan Yatai ...........................................................

22

9 Aturan Ukuran dan Alokasi Yatai .......................................................

22

10 Taksonomi Area Konsentrasi Yatai ....................................................

22

11 Kirab Upacara Boyongan Pindahan PKL dari Monumen Banjarsari
Ke Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi ............................................

25

12 Kondisi PKL Manahan ........................................................................

25

13 Pusat Jajanan Kota Solo ......................................................................

26

14 Bagan Kerangka Pikir Rencana Penelitian ..............................................

38

15 Peta Orientasi Wilayah Studi ..............................................................

40

16 Peta Administrasi BWK I Kota Tasikmalaya .....................................

41

17 Peta Sampel Penelitian Metode Cluster ..............................................

43

18 Peta Administrasi Wilayah Studi ........................................................

51

19 Peta Penggunaan Lahan ......................................................................

52

20 Peta Kepadatan Penduduk Kota Tasikmalaya .....................................

54

21 Rata-rata Pendidikan PKL Kota Tasikmalaya ....................................

58

22 Peta Sebaran PKL Berdasarkan Jenis Dagangan ................................

61

23 Diagram Prosentase Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan oleh PKL

63

24 Foto Prasarana yang Digunakan PKL ..................................................

66

25 Peta Sarana dan Prasarana yang Digunakan PKL ...............................

67

26 Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang (RTRW) Kota Tasikmalaya

76

27 Peta Jenis Penataan PKL Berdasarkan RDTR BWK I .......................

81

28 Opini Stakeholder Tentang Proporsi Peranserta Masyarakat dalam
Perencanaan Penataan PKL .................................................................

88

29 Opini Stakeholder Tentang Proporsi Peranserta Masyarakat dalam
Pemanfaatan Ruang PKL ....................................................................

89

30 Opini Stakeholder Tentang Proporsi Peranserta Masyarakat dalam
Pengendalian Pemanfaatan Ruang PKL ..............................................

90

31 Konsep Penataan PKL Dadaha Berdasarkan Aspirasi Masyarakat ....

92

32 Peta Pola Trayek .................................................................................

96

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Jumlah Responden PKL Berdasarkan Jenis Dagangan .......................

117

2 Jaringan Trayek Angkutan Kota Tasikmalaya ....................................

118

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ketertiban dan kenyamanan kota (tidiness and convenience) merupakan
fungsi turunan terpenting dari penataan ruang kota. Tujuan utama penataan ruang
kota adalah terciptanya keserasian antar fungsi kegiatan di dalam ruang kota.
Penataan ruang kota ini mutlak diperlukan karena dinamika ruang kota cenderung
bergerak ke arah terjadinya kompetisi ruang yang sangat potensial bagi timbulnya
konflik ruang. Potensi konflik ini sudah barang tentu harus diantisipasi melalui
penataan ruang yang baik.
Fenomena pertumbuhan Pedagang Kaki Lima (PKL) telah menjadi isu
internasional karena menimbulkan potensi konflik ruang yang akan berdampak
negatif bagi ketertiban dan kenyamanan kota. Konflik ruang yang ditimbulkan
oleh PKL biasanya terjadi ketika PKL sudah menempati ruang publik kota pada
tingkatan tertentu sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi ruang publik
tersebut. Contoh yang umum terjadi adalah terganggunya fungsi trotoar sebagai
tempat pejalan kaki dan fungsi jalan sebagai tempat penglaju kendaraan bermotor.
Dalam kaitan inilah maka upaya penataan PKL menjadi sangat penting dilakukan
sebagai bagian dari penataan ruang kota untuk menjamin terwujudnya ketertiban
dan kenyamanan kota. Kini hal itu tertuang dalam Undang-undang penataan ruang
yang baru yaitu UU No.26/2007. Salah satu pasal dari UU tersebut yaitu pasal 28c
menyebutkan bahwa dalam rencana tata ruang wilayah kota harus memuat
rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana untuk kegiatan sektor
informal. Secara tersirat dari pasal tersebut diamanatkan bagi pemerintah kota
untuk menyediakan ruang bagi kegiatan sektor informal, diantaranya PKL.
Ditinjau dari aspek historisnya, penataan PKL di negara-negara maju, yang
kemudian diikuti oleh negara-negara berkembang, telah mengalami dinamika
seiring dengan pergeseran paradigma yang mendasari proses perumusan
kebijakannya (Cross, 1998:33 dalam Bapeda, 2008).

Dunia ”modern”, dicirikan oleh sentralisasi ekonomi dan peraturan yang
dilatarbelakangi oleh suatu pemikiran untuk menciptakan individu-individu yang
semakin efisien dan produktif (economic centered development). Kondisi ini
bukan hanya memerlukan perubahan besar dalam struktur dan peranan
pemerintah, organisasi bisnis, struktur industri dan sistem pasar, tapi juga dalam
budaya dan kehidupan sosial setiap individu, keluarga dan masyarakat. Secara
umum, seluruh aspek kehidupan harus dibentuk agar sesuai dengan syarat-syarat
ini. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa PKL hampir tidak memiliki tempat di
dalam dunia ”modern”. Dalam idealisme dunia modern, segala sesuatunya serba
teratur, efisien dan terstruktur (Cross, 1998:33 dalam Bapeda, 2008).
Sebagai konsekuensi logis dalam tatanan dunia modern di atas, kegiatan
PKL mengalami tekanan yang luar biasa di hampir seluruh kota-kota dunia.
Terlepas dari kritikan bahwa kegiatan PKL tidak efisien, masalah yang
sesungguhnya adalah PKL merupakan pesaing utama bagi pedagang pengecer
yang masuk kriteria sektor formal. Toko-toko pengecer di sektor formal yang
merasa lebih berhak melakukan kegiatan usaha karena telah memenuhi syaratsyarat legal formal, terutama yang berlokasi di tempat yang kurang strategis,
memandang PKL sebagai suatu ancaman serius. Oleh karena itu solusi yang
dipandang tepat dalam paradigma modern ini adalah melarang, atau menerapkan
over-regulation terhadap kegiatan PKL sambil pada saat yang sama mendesain
ulang ruang kota sehingga benar-benar tidak ada ruang lagi bagi kegiatan PKL.
Proyek-proyek Sub-urban, Subdivision, Urban Decay dan Urban Renewal
merupakan contoh-contoh yang telah terjadi di negara-negara maju. Di beberapa
negara berkembang juga telah terjadi proses yang sama, namun dengan tingkat
keberhasilan yang berbeda sehubungan dengan kurangnya penetrasi kaum
modernis dalam masyarakat dan semakin menguatnya ekonomi informal untuk
berkembang dan bertahan terhadap tekanan kaum modernis tersebut.
Kembali timbulnya kegiatan PKL dalam kekuatan yang lebih besar
menandai runtuhnya impian kaum modernis. Kaum modernis tidak bisa mengelak
dari kenyataan post-modern yang tengah berlangsung. Post-modernisme sebagai
suatu gerakan, jika kita menganggapnya seperti itu, pada hakikatnya merupakan
upaya masing-masing individu untuk mengembalikan hak kontrol atas dirinya

sendiri – suatu hak yang nyaris hilang dalam tatanan masyarakat industri akhirakhir ini. Hal ini tercermin dalam kemunculan kembali usaha-usaha kecil sejak
1980-an, seiring dengan kebangkitan kelompok menengah dalam menentang upah
buruh yang rendah (Cross, 1998:33 dalam Bapeda, 2008).
Post-modernisme dicirikan dengan karakteristik adanya pengakuan dan
penghargaan atas hak setiap individu dalam mengontrol dirinya sendiri.
Karakteristik

tersebut

pada

hakikatnya

merupakan

esensi

dari

proses

pembangunan yang bertumpu pada komunitas (community-based development)
yang secara umum kemudian lebih dikenal sebagai pembangunan partisipatif
(participatory development) yang mengubah paradigma pembangunan dari
economic centered development menjadi people centered development.
Kondisi PKL di Kota Tasikmalaya saat ini, belum sepadat kota-kota besar di
Indonesia. Namun, kecenderungan jumlah PKL setiap tahunnya selalu meningkat.
Hal ini dapat dilihat dari semakin berkurangnya fungsi trotoar jalan bagi
pedestrian akibat ruang ini digunakan oleh PKL untuk melakukan kegiatannya.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1
Kondisi PKL di Kota Tasikmalaya

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa keberadaan PKL di Kota
Tasikmalaya berakibat mengganggu kenyamanan pejalan kaki karena ruang
geraknya digunakan oleh PKL dan kemacetan yang diakibatkan ruang pinggir
jalan digunakan untuk menyimpan gerobak/tempat dagangan para PKL sehingga
lebar jalan bagi kendaraan bermotor semakin sempit. Akibat lain dari kegiatan
PKL ialah menimbulkan kenampakan fisik kota yang buruk.

Namun demikian, kondisi PKL di Kota Tasikmalaya belum seruwet yang
terjadi di kota besar seperti Kota Bandung. Walaupun demikian, penataan PKL
harus segera dilakukan karena ada kecenderungan seperti di Jalan KH. Zaenal
Mustofa akan dibangun lagi sebuah mall maka diperkirakan penyebaran PKL
sepanjang jalan akan semakin melebar. Hal ini harus segera diantisipasi jangan
sampai menunggu sampai kegiatan itu menjadi makin liar.
Kota Tasikmalaya adalah kota pusat pertumbuhan di kawasan priangan
timur, kondisi ini akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan kota yang
lebih cepat di bandingkan dengan kota – kota disekitarnya. Selain itu dengan
”visi” Kota Tasikmalaya yang ingin mewujudkan ”Kota Tasikmalaya sebagai
pusat bisnis di Priangan Timur pada tahun 2012 dan di Jawa Barat pada Tahun
2025”, akan menyebabkan semakin banyaknya peluang bisnis yang dapat
memacu peningkatan pertumbuhan jumlah Pedagang Kaki Lima. Oleh karena itu
sangat dibutuhkan suatu kegiatan penelitian tentang solusi yang tepat untuk
menata keberadaan pedagang kaki lima tersebut agar selaras dengan
perkembangan penataan kota.
Pada saat ini, bukan tidak ada upaya atau tindakan – tindakan untuk
menekan pertumbuhan pedagang kaki lima, tetapi upaya/tindakan tersebut lebih
kedalam penertiban bukan dalam proses penataan, sehingga dampak yang
dihasilkan adalah dampak sesaat. Namun demikian, proses penataan pun tidak
akan berhasil bila dilakukan secara top down atau pun bottom up. Oleh karena itu
kajian mengenai penataan PKL di Kota Tasikmalaya ini tidak hanya akan
dilakukan dengan metode pendekatan yang bersifat top down ataupun buttom-up,
tapi juga harus dilakukan dengan metode pendekatan partisipatif yang
memadukan pendekatan emic dan pendekatan etik.
Dengan demikian, perlu dilakukan kajian penataan PKL di Kota
Tasikmalaya dalam menciptakan tata ruang yang memiliki keserasian,
kenyamanan dan ketertiban baik bagi pedagang kaki lima pada khususnya
maupun masyarakat kota pada umumnya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Undang – Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
kegiatan – kegiatan yang termasuk kedalam sektor informal juga harus ditata

sedemikian rupa sehingga keberadaanya tidak mengganggu komposisi penataan
ruang. Sebelum lahirnya UU No. 26 Tahun 2007 tersebut, sektor informal selalu
tidak termasuk kedalam kegiatan yang dikembangkan sehingga keberadaannya
selalu menimbulkan permasalahan. Pedagang kaki lima merupakan salah satu
kegiatan sektor informal yang tidak diakomodir dalam dokumen – dokumen
penataan ruang di Kota Tasikmalaya, khususnya dokumen perencanaan tata ruang
sebelum adanya UU No. 26 Tahun 2007.
Permasalahan PKL di Kota Tasikmalaya, jika dirunut sebenarnya
merupakan rantai sebab akibat dari permasalahan sosial ekonomi dan penataan
ruang di Kota Tasikmalaya. Permasalahan sosial ekonomi tersebut diantaranya
ialah masalah tingginya angka kelahiran penduduk, rendahnya pendapatan per
kapita penduduk (tahun 2004 Rp. 555.750,00 perkapita/bulan), dan tingkat
pendidikan yang masih rendah sehingga berakibat pada nilai IPM yang masih
rendah yaitu 69,07 pada tahun 2004. Dengan kondisi seperti itu, pemerintah Kota
Tasikmalaya berusaha untuk meningkatkan nilai IPM melalui beberapa program
yang dicanangkan (Proposal Evaluasi Diri Kota Tasikmalaya, 2007).
Rendahnya pendapatan per kapita penduduk berhubungan erat dengan
tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk Kota Tasikmalaya yang masih
rendah dan terbatasnya lapangan kerja sehingga tidak sedikit yang bekerja di
sektor informal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya ialah
kegiatan berdagang di trotoar jalan yang tidak sesuai dengan pola pemanfaatan
ruang yang seharusnya atau biasa disebut PKL.
PKL di Kota Tasikmalaya bertempat di pinggir jalan maupun trotoar dan
tempat parkir kendaraan bemotor, sehingga berdampak pada terganggunya ruang
pejalan kaki dan kemacetan akibat penggunaan jalan untuk kegiatan PKL. Hal ini
timbul disebabkan ketidaktahuan PKL mengenai aturan mengenai penataan ruang
kota yang tertuang dalam dokumen RTRW dan aturan mengenai penggunaan
jalan raya dan tempat parkir.
Untuk mengatasi masalah PKL ini, pemerintah Kota Tasikmalaya dalam
hal ini dilakukan oleh Polisi Pamong Praja melakukan penertiban terhadap PKL
ini. Namun, hasilnya tindakan itu hanya bersifat sesaat dan tak lama kemudian
PKL itu muncul lagi dan bahkan jumlahnya kian bertambah.

Namun demikian, keberadaan PKL ini di satu sisi merupakan sektor yang
memberi kontribusi cukup besar terhadap perekonomian suatu kota, bahkan hal ini
terbukti pada saat terjadi krisis ekonomi di negara kita pada tahun 1997 dimana
sektor ini mampu bertahan. Namun di sisi lain, kegiatan PKL ini dianggap sebagai
kegiatan yang mengganggu ketertiban dan kenyamanan kota, bahkan ada juga
yang menyebutnya sebagai ”parasit kota”. Jumlah PKL ini semakin lama semakin
banyak akibat banyaknya sarana perdagangan yang dibangun seperti mall, ruko,
dan sebagainya yang bereksternalitas pada tumbuhnya kegiatan ini. Hal ini jika
dibiarkan berlarut-larut maka akan menimbulkan dampak negatif terhadap
penataan ruang Kota Tasikmalaya. Untuk itu perlu adanya penataan PKL sesuai
amanat UU Penataan Ruang No. 26 tahun 2007.
Jumlah PKL di Kota Tasikmalaya berdasarkan hasil survey Dinas Industri
dan Perdagangan Kota Tasikmalaya tahun 2006 mencapai 556 PKL yang didata
dari 4 lokasi pasar (lihat Tabel 1). Jumlah ini belum ditambah PKL yang berada di
sekitar trotoar Jalan KH. Zaenal Mustofa dan lokasi lain non pasar atau yang
berada di depan toko atau pusat perbelanjaan yang ada di BWK (Bagian Wilayah
Kota) I.
Tabel 1 Jumlah PKL di Kota Tasikmalaya Tahun 2006

No.
1.
2.
3.
4.

Lokasi Pedagang Kaki Lima
Pasar Kidul
Pasar Wetan
Pasar Baru
Pasar Rel
Total

Jumlah (orang)
200
151
54
151
556

Sumber : Dinas Industri & Perdagangan Kota Tasikmalaya, 2006

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa masalah PKL merupakan suatu
lingkaran sebab akibat dari aspek sosial ekonomi yang saling terkait. Untuk itu,
dalam mengkaji masalah PKL ini menurut Deguchi (2005) yang pertama kali
perlu diketahui adalah krakteristik dari PKL yang diidentifikasi berdasarkan
kondisi saat ini, perlengkapan dan perilaku berdagang berdasarkan aspek fisik dan
sosial. Sehingga dalam studi ini perlu diidentifikasi jumlah PKL yang ada di Kota
Tasikmalaya, jenis usaha/dagangannya, dan lokasi/sebarannya.

Jumlah PKL ini menurut Deguchi (2005) kemudian bisa dikelompokkan
berdasarkan tipologi kenampakkan sementara (temporary setting) berdasarkan 3
aspek yaitu: 1). human activity (kegiatannya); 2). spatial feature (kenampakan
spasial); dan 3). functional cycle (lingkaran fungsi). Berdasarkan aspek human
activity, Deguchi membedakan PKL berdasarkan 5 kategori yaitu eating and
drinking (penjual makanan/minuman di pinggir jalan), b) food sales (penjual
makanan), c) product sales (penjual produk), d) service sales (penjual jasa), e)
performances (dance and music) and amusement (pertunjukkan dan hiburan
seperti pengamen).
Yang kedua, hal yang melatarbelakan