Ecotourism based tourism management (studies of small islands in teh Bunaken Nasional Park)

PENGELOL
OLAAN WISATA BERBASIS EKOWISATA
TA
(STUDI KASUS PULAU
U-PULAU KECIL DI TAMAN NASIONAL
AL BUNAKEN)

DIANE TANGIAN

SEKOLAH PASCASARJANA
IN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengelolaan Wisata Berbasis
Ekowisata (Studi Kasus Pulau-Pulau Kecil di Taman Nasional Bunaken) adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.

Bogor, April 2014

Diane Tangian
NRP P0620190011

ABSTRACT
Ecotourism based tourism management (studies of small islands in teh Bunaken Nasional
Park). Supervised by D.DJOKOSETIYANTO, KHOLIL, andA. MUNANDAR.
The Bunaken National Parkis aprotected areathathas the beautyandunderwatertourist
attraction, and is amainstay ofthe NorthSulawesitourism. The beautyandits appealto
attracttourists tovisitthe region, by the domesticand foreign tourists.Economically,havea
positive impact oneconomic developmentandwelfare to the local community, howeveronthe
other handhave an impacton thedecline inthe quality ofthe environment. It is characterized
bythewidespreaddecline in the coral cover, caused bytourismactivityitself. Utilization
ofnatural resourcesas anobjectand attractionneeds to be donecarefully, taking into account

thebalanceofecological,socio-economic andsocio-cultural. Theconcept ofecotourismis a
conceptthat a balance ofthese three aspects, forthemanagement ofthe parktourneeds to be
donebased on the conceptof ecotourism. In general, the condition of coral reefs in Bunaken
National Park is a good. But some of dive spot conditions are "bad" to "very bad". At the dive
spots, diving and snorkeling activities cannot be done. The Bunaken NationalPark
touristmanagement modelsimulated by thedynamic systemwiththePowersimConstructor
software.The results of simulation showthe number of touristsin 2035reached27152.98,
extensivecoral
cover447.87ha,
the
local
community
incomesRp15,834,861,419.63andgovernmentrevenues Rp. 1,751,770,691.04. Furthermore
ISM method is used to look at the institutional and strategic management of Bunaken
National Park. The sub-elements are developed are the goals, the institutions involved and the
strategic program required.
Keywords: Ecotourism, management, sustainable, model, powersim,ISM.

RINGKASAN
DIANE TANGIAN. Pengelolaan Wisata Berbasis Ekowisata (Studi Kasus Pulau-Pulau Kecil

di Taman Nasional Bunaken). Dibimbing oleh D. DJOKOSETIYANTO, KHOLIL, dan A.
MUNANDAR.
Taman Nasional Bunaken (TNB) merupakan kawasan konservasi yang memiliki
keindahan dan daya tarik wisata bawah air, dan merupakan andalan pariwisata Sulawesi
Utara.Keindahan dan daya tariknya mampu menarik minat wisatawan untuk mengunjungi
wilayah tersebut, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Secara ekonomi
hal ini membawa dampak positif

bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat, namun pada sisi lain memberikan dampak pada penurunan kualitas lingkungan
setempat. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya luas tutupan karang, dan salah satu
penyebabnya adalah aktivitas pariwisata itu sendiri.Untuk itu diperlukan kajian untuk melihat
kondisi karang yang ada dalam menetapkan strategi pengelolaan wisata di TNB.Pengelolaan
wisata TNB perlu dilakukan dengan mengacu pada konsep ekowisata untuk menjamin
keberlanjutannya. Adapun ekowisata merupakan suatu konsep yang di dalamnya
mengandung unsur konservasi, edukasi, etika, sustainable development, impact dan local
benefit.
Pengambilan data karang di TNB (bagian utara) yang terdiri atas Pulau Bunaken,
Siladen, Mantehage, Nain dan Manado Tua dilakukan dengan menggunakan teknik manta

tow. Secara umum kondisi terumbu karang di Taman Nasional Bunaken masuk dalam
kategori baik, tapi pada beberapa titik penyelaman kondisinya masuk dalam kategori “jelek”
– “sangat jelek”. Pada titik penyelaman tersebut, kegiatan wisata selam dan snorkeling tidak
dapat dilakukan lagi, untuk menghindari terjadi kerusakan karang yang lebih besar lagi.Pada
prakteknya kawasan-kawasan yang sangat rusak biasanya tidak terlalu menarik bagi para
penyelam sehingga fasilitas dan bantuan yang reaktif dari pengelola seperti misalnya
menutup kawasan untuk sementara waktu perlu dilakukan.Kegiatan wisata dapat dialihkan
pada wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori “baik” – “sangat baik”, dan untuk wilayah
yang masuk dalam kategori “sedang” aktivitas wisata dapat dilakukan namun dalam jumlah
terbatas. Pengelolaan ekosistem terumbu karang yang masuk dalam kategori “jelek” –
“sangat jelek”dapat dilakukan dengan cara transplantasi atau pencangkokkan karang.
Selanjutnya untuk melihat pengaruh wisatawan terhadapa luas tutupan karang,
pendapatan masyarakat, dan pendapatan pemerintah dilakukan dengan menggunakan sistem
dinamik, dengan bantuan perangkat lunak Powersim Constructor. Hasil simulasi
menunjukkan semakin bertambah jumlah kunjungan wisatawan, luas tutupan karang semakin

menurun, sedangkan untuk pendapatan masyarakat dan pemerintah semakin meningkat.Luas
tutupan karang berkurang tahun 2013 adalah 2.925,32 ha, dan pada tahun 2035 menurun
menjadi menjadi 447,87 ha. Selanjutnya untuk pendapatan masyarakat tahun 2013 adalah Rp.
6.064.277.578,


dan

pada

tahun

2035

meningkat

menjadiRp.

15.834.861.419sedangkanpendapatan pemerintah pada tahun 2013 Rp. 570.979.000
meningkat menjadi Rp. 1.751.770.691 pada tahun 2035.
Analisis selanjutnya yang dilakukan untuk melihat kelembagaan yaitu dengan
menggunakan metode ISM. Adapun sub elemen yang dikembangkan adalah tujuan yang
ingin dicapai, lembaga yang terlibat, program strategis yang diperlukan, dan kendala utama
program. Sub elemen tujuan yang ingin dicapai langka pertama yang harus dilakukan adalah
melindungi ekosistem terumbu karang sebagai objek dan daya tarik wisata, dan pemanfaatan

potensi objek wisata di dalam dan di luar kawasan karena memiliki tingakat. Sub elemen
lembaga yang terlibat yang menduduki level pertama adalah Dewan Pengelola Taman
Nasional Bunaken, sedangkan program strategi yang diperlukan adalah menetapkan jumlah
kunjungan, selanjutnya yang menjadi kendala utama program adalah rendahnya komitmen
para pelaku yang terlibat.

Keywords: Ekowisata, pengelolaan, berkelanjutan, mode dinamik, ISM.

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGELOLAAN WISATA BERBASIS EKOWISATA
(Studi Kasus Pulau-Pulau Kecil di Taman Nasional Bunaken)


DIANE TANGIAN

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Ujian Tertutup: Dr. Ir. Widiatmana, DEA
Dr. Ir. Kukuh Nirmala, MS

Penguji Ujian Terbuka: Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS
Dr. Ir. Prabianto Mukti Wibowo, M.Sc

Judul Disertasi


: Pengelolaan Wisata Berbasis Ekowisata
(Studi Kasus Pulau-Pulau Kecil di Taman Nasional Bunaken)

Nama Mahasiswa

: Diane Tangian

NRP

: P062090011

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui oleh
1. Komisis Pembimbing

Prof. Dr. Ir. D. Djokosetiayanto, DEA
Ketua


Dr. Ir. Kholil, M.Kom
Anggota

Dr. Ir. Aris Munandar, MS
Anggota

Diketahi oleh

1. Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
Tanggal Ujian: 4 Febuari 2014

2. Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah MScAgr
Tanggal Lulus: 10 September


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih
dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi yang berjudul
PENGELOLAAN WISATA BERBASIS EKOWISATA (Studi Kasus Pulau-Pulau Kecil
di Taman Nasional Bunaken).Disertasi ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
pengelolaan wisata di pulau-pulau kecil.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mengambil
bagian dalam pembuatan Disertasi ini, terutama kepada komisi pembimbing Prof. Dr. Ir. D.
Djokosetiayanto, DEA, Dr. Ir. Kholil, M.Kom, dan Dr. Ir. Aris Munandar, MS yang banyak
memberikan masukan dan saran selama pembuatan Disertasi ini. Masukan dari Bapak/Ibu
sekalian dirasakan sangat membantu penulis dalam merampungkan tulisan ini.Kiranya Tuhan
memberkati kita semua.

Bogor,

April 2014

Penulis

Diane Tangain


RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 9 Juni 1972 di Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Penulis
adalah anak bungsu dari lima bersaudara dengan Ayah Alfonsus Tangian (Almarhum) dan
Ibu Juliana Mokorimban (Almarhuma). Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di
SDN II Mundung pada tahun 1984, kemudian melanjutkan studi ke SMP Negeri Molompar
dan selesai tahun 1987.Tahun 1990 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1
Manado. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Universitas Sam Ratulangi
(UNSRAT) Manado, Fakultas Hukum, Jurusan Hukum Perdata dan selesai pada tahun 1995.
Tahun 2001 penulis diangkat sebagai staf pengajar di Politeknik Negeri Manado
Jurusan Pariwisata. Pada tahun 2005 penulis diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi
di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, dengan beasiswa pendidikan dari Kementrian Pendidikan
Nasional Republik Indonesia . Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan S2. Tahun

2009 penulis diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan program doktor

di

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), pada Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, dengan beasiswa pendidikan dari Kementrian Pendidikan
Nasional Republik Indonesia.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................................

xii

DAFTAR GAMABR ........................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xv
PENDAHULUAN
Latar Belakang

.................................................................................................. 1

Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 3
Perumusan Masalah ................................................................................................... 4
Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5
Manfaat Penelitian ...................................................................................................

5

Novelty ...................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Batasan Serta Pengertian Pariwisata dan Ekowisata ................................................. 7
Sejarah Munculnya Istilah Ekowisata ....................................................................... 11
Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata ........................................ 12
Taman Nasional, Fungsi dan Sistem Pengelolaannya ................................................ 13
Pengertian Pulau-Pulau Kecil ..................................................................................... 15
Sumberdaya Alam dan Jasa Lingkungan Pulau-Pulau Kecil

................................... 15

Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil ................................................................................ 16
Fungsi dan Manfaat Ekosistem Terumbu Karang ..................................................... 17
Kerusakan ekosistem terumbu karang akibat kegiatan pariwisata ............................ 17
Pengertian Sistem ...................................................................................................... 18
Sistem Dinamik ......................................................................................................... 21
Teknik Pemodelan Interpretasi Struktur (ISM) ......................................................... 22
Metode ISM ............................................................................................................... 23
Verifikasi dan Validasi Model ................................................................................... 24
Sistem Informasi Geografis ....................................................................................... 25
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................... 26
Desain dan Proses Penelitian ...................................................................................... 27

Pengumpulan Data ..................................................................................................... 32
Analisis Data ............................................................................................................. 34
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Provinsi Sulawesi Utara ............................................................................................ 38
Taman Nasional Bunaken ........................................................................................... 41
Letak Geografis dan Iklim ......................................................................................... 42
Geologi dan Tanah Kawasan ..................................................................................... 43
Topografi, Batimetri dan Oseanografi ....................................................................... 45
Lingkungan Laut TNB .............................................................................................. 47
Potensi Bencana Alam ............................................................................................... 49
Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat .................................................................. 50
Aksesibilitas Laut ...................................................................................................... 54
Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional ................................................................... 55
Kebijakan Pengelolaan Taman NasionalBunaken .................................................... 56
Pemanfaatan Potensi Kawasan .................................................................................. 62
KONDISI KARANG DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBJEK WISATA
Metode dan Analisis Data ......................................................................................... 65
Hasil dan Pembahasan ................................................................................................ 66
Pulau Bunaken ........................................................................................................... 68
Pulau Siladen ............................................................................................................. 74
Pulau Manado Tua ..................................................................................................... 74
Pulau Mantehage ....................................................................................................... 78
Pulau Nain ................................................................................................................. 80
Aktivitas Pariwisata .................................................................................................... 83
Potensi ODTW sekitar TNB ....................................................................................... 88
Objek Wisata Alam ................................................................................................... 88
Objek Wisata Sejarah ................................................................................................ 91
Objek Wisata Buatan ................................................................................................. 96
Objek Wisata Seni dan Budaya ................................................................................. 100
MODEL PENGELOLAAN EKOWISATA TAMAN NASIONAL BUNAKEN
Metode dan Analisis Data ......................................................................................... 105
Hasil dan Pembahasan ................................................................................................ 106

Simulasi Model Pengelolaan Ekowisata TNB .......................................................... 106
Simulasi Skenario Model Pengelolaan Ekowisata TNB ........................................... 108
Validasi Model .......................................................................................................... 117
KELEMBAGAAN PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BUNAKEN
Metode dan Analisis Data ......................................................................................... 119
Hasil dan Pembahasan ................................................................................................ 119
Tujuan yang Ingin Dicapai ........................................................................................ 119
Lembaga yang Terlibat .............................................................................................. 121
Program Strategi yang Diperlukan ............................................................................ 124
Kendala Utama Program ........................................................................................... 126
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................................ 131
Saran .......................................................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 132
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... 136

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Pendapat Pakar .......................................................................................................... 30

2.

Jenis Data, Alat yang Dibutuhkan dan Metode Pengumpulan Data.........................

3.

Persentase Penutupan Sebagai Penduga Kondisi Terumbu Karang ......................... 34

4.

Stakeholder yang Terlibat.........................................................................................

5.

Luas Lima Pulau di TNB .......................................................................................... 43

6.

Luas Terumbu Karang per Pulau .............................................................................. 47

7.

Potensi Bencana Alam di TNB ................................................................................. 50

8.

Kondisi Kependudukan ............................................................................................. 51

9.

Kategori Penilaian Karang ......................................................................................... 67

32

35

10. Kategori Karang pada Titik Penyelaman .................................................................. 81
11. Kondisi Existing dan Kondisi yang Diharapkan ....................................................... 87
12. Hasil Simulasi Jumlah Kunjungan Wisatawan ......................................................... 112
13. Hasil Simulasi Luas Tutupan Karang ....................................................................... 114
14. Hasil Simulasi Pendapatan Masyarakat .................................................................... 116
15. Hasil Simulasi Pendapatan Pemerintah .................................................................... 117
16. Hasil Uji Validasi AME ............................................................................................. 118
17. Hasil Uji Validasi AVE .............................................................................................

118

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Bagan Alir Kerangka Pikir ........................................................................................ 6

2.

Diskriminan Keunggulan Ekowisata Terhadap Pariwisata ....................................... 11

3.

Tiga Pilar Sistem Manajemen Lingkungan ............................................................... 11

4.

Pengertian Sistem .....................................................................................................

5.

Proses Transformasi Input Menjadi Output .............................................................. 19

6.

Tahap Pendekatan Sistem ......................................................................................... 20

7.

Diagram Kotak Gelap ............................................................................................... 21

8.

Peta Lokasi Penelitian ............................................................................................... 27

9.

Tahap, Proses, dan Analisis Penelitian ....................................................................

19

31

10. Diagram Sebab Akibat .............................................................................................. 36
11. Diagram Kotak Gelap ............................................................................................... 37
12. Teknik Manta Taw .................................................................................................... 65
13. Kondisi Karang di Lima Pulau TNB ........................................................................ 68
14. Peta Kondisi Karang Pulau Bunaken dan Siladen .................................................... 71
15. Peta Kondisi Karang Pulau Manado Tua .................................................................. 77
16. Peta Kondisi Karang Pulau Mantehage .................................................................... 79
17. Peta Kondisi Karang Pulau Nain .............................................................................. 82
18. Kerusakan Karang Akibat Aktivitas Pariwisata ....................................................... 83
19. Jumlah Kunjungan Wisatawan 2011 ........................................................................ 85
20. Jumlah Kunjungan Wisatawan 2009-2011 ..............................................................

85

21. Perbandingan Tutupan Karang ................................................................................. 86
22. Daya Tarik Pantai Malalayang .................................................................................

89

23. Rumah Makan Terapung ........................................................................................... 89
24. Pemandangan Kota Manado .....................................................................................

90

25. Pemandangan Air Terjun .......................................................................................... 90
26. Waruga ........................................................................................................................ 91
27. Batu Sumanti .............................................................................................................

92

28. Goa Jepang ................................................................................................................ 93
29. Tari Kabasaran .......................................................................................................... 100
30. Tari Maengket ........................................................................................................... 101
31. Struktur Model Dinamik Pengelolaan Ekowisata TNB ............................................ 107
32. Simulasi Skenario Pengelolaan Ekowisata TNB ....................................................... 111
33. Struktur Hirarki Sub Elemen Tujuan ........................................................................ 120
34. Matriks Driver Power – Dependence untuk Sub Elemen Tujuan ............................. 121
35. Struktur Hirarki Sub Elemen Lembaga ..................................................................... 122
36. Matriks Driver Power – Dependence untuk Sub Elemen Lembaga .........................

123

37. Struktur Hirarki Sub Elemen Strategi ....................................................................... 124
38. Matriks Driver Power – Dependence Sub Elemen Strategi ...................................... 125
39. Struktur Hirarki Sub Elemen Kendala Utama Program ............................................ 126
40. Matriks Driver Power – Dependence Sub Elemen Kendala Utama Program .......... 128
41. Model Pengelolaan Wisata TNB Terintegritas ......................................................... 129

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu meningkatkan
kesejahteraan dan perekonomian, yaitu dengan memperdayakan semua aspek yang terkait
industri pariwisata itu sendiri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS)
menunjukkan ranking devisa pariwisata terhadap 10 ekspor barang terbesar pada tahun
2011 menempati ranking ke lima dengan total mencapai 8.554,40 juta US$. Selanjutnya
Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengemukakan bahwa pada tahun 2012 devisa
pariwisata mencapai 9,1 miliar dollar AS atau naik 5,81 persen dibandingkan tahun 2011.
Secara kumulatif selama Januari-Desember 2012, jumlah wisman yang berkunjung ke
Indonesia mencapai 8.044.462 orang, yang berarti meningkat 5,16 persen dibandingkan
jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2011.
Menyadari peluang industri pariwisata sangat menjanjikan untuk perkembangan
ekonomi, setiap negara masing-masing mempromosikan objek dan daya tarik wisata
dengan tujuan untuk menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Diperkirakan
dalam waktu sepuluh tahun ke depan wisatawan dari ekonomi APEC (Asia-Pacific
Economic Cooperation) akan tumbuh rata-rata sebanyak 4,7% pertahun dan itu
merupakan 3,9 % dari seluruh ekspor APEC, atau pada kisaran 750 miliar dolar AS. Jadi
pariwisata telah menjadi 'komoditi ekspor' utama APEC. Di tahun 2011 sektor perjalanan
dan wisata (travel & tourism) memberikan sumbangan devisa sebanyak 8,3% dari seluruh
GDP, atau senilai 3,22 triliun dolar AS.
Pariwisata ditinjau dari segi ekonomi saat ini mengalami kemajuan dengan
ditandai semakin banyak jumlah kunjungan wisatawan, maka semakin besar pendapat
yang diperoleh. Akan tetapi pariwisata juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa
kerusakan lingkungan dan terganggunya budaya masyarakat lokal. Dampak negatif dari
pariwisata terhadap kerusakan lingkungan disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat sekitar dan wisatawan, juga disebabkan karena lemahnya
manajemen dan peran pemerintah dalam mendorong upaya konservasi dan tindakan yang
tegas dalam mengatur masalah kerusakan lingkungan (Satria, 2009).
Taman Nasional Bunaken (TNB) merupakan salah satu kawasan konservasi yang
dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata, yang memiliki keindahan dan daya tarik
sumberdaya bawah laut. Total luas kawasan ± 89.065 ha sesuai dengan SK Menhut No.
730/Kpts-II/1991 dengan kondisi morfologi sedikit bergelombang, dan merupakan salah
satu Taman Laut terindah di dunia. Sebagian besar wilayah pantainya terdiri dari hutan
bakau dan pasir putih. Sebelum tahun 1986, kawasan Bunaken telah ditunjuk oleh Pemda
Sulawesi Utara sebagai daerah obyek wisata. Kawasan ini dikelilingi oleh 22 desa
dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa. Keberadaannya sangat mendukung industri
pariwisata dan merupakan sumber pendapatan daerah yang cukup besar di Sulawesi
Utara.
Taman Nasional Bunaken mempunyai 28 tempat penyelaman yang kaya akan
ikan-ikan tropis dan terumbu karang. Lebih dari 3.000 spesies ikan terdapat dalam
kawasan “Segi Tiga Emas” Papua Nugini, Filipina, dan Indonesia. Bunaken secara
Biologis dan strategis terletak di “segi tiga” ini, diantaranya terdapat ikan hiu, kura-kura,
Mandarin Fish, kuda laut, ikan pari, dan yang terkenal adalah ikan purba Raja Laut

1

(Coelacanth). Selain itu juga terdapat terumbu karang baik yang lunak maupun keras
dengan membentuk dinding yang terjal, dengan beraneka macam dan warna karang.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah TNB telah mengalami degradasi
lingkungan, hal ini teridentifikasi dari berkurangnya lahan tutupan karang. Terjadinya
degradasi tersebut antara lain disebabkan oleh aktivitas pariwisata itu sendiri. Saat ini
kegiatan wisata pada umumnya hanya terpusat pada Pulau Bunaken saja, sehingga
tekanan yang ditimbulkan pada lingkungan tersebut menjadi semakin meningkat.
Menurut Turak (2004) pengunjung di Taman Nasional Bunaken semakin banyak yang
beralih ke kegiatan rekreasi menyelam, dan hal ini menyebabkan degradasi tutupan
karang semakin jelas terlihat.
Penurunan persentase tutupan karang hidup secara drastis terjadi pada kedalaman
3 m. Jika dibandingkan tutupan karang yang di survei oleh Balai Taman Nasional
Bunaken (BTNB) dan Natural Resort Management (NRM) pada tahun 1998 dengan hasil
kegiatan monitoring BTNB tahun 2010, dimana luas tutupan karang tahun 1998 72,1%
menjadi 33,24% pada tahun 2010. Dutton et al. (2004) dalam Supit (2007), menyatakan
bahwa peningkatan kegiatan manusia dalam pemanfaatan ekosistem terumbu karang
dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem terumbu karang itu sendiri. Untuk itu
dalam upaya pemanfaatan sumberdaya alam sebagai objek dan daya tarik wisata,
memerlukan suatu perencanaan pengelolaan secara hati-hati karena dapat berdampak
pada kerusakan lingkungan. Pariwisata sebagai industri harus benar-benar mempunyai
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik, sehingga dampak negatif dari
pariwisata dapat ditoleransi (Mangkudilaga, 2000).
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, pengelolaan wisata Taman Nasional
Bunaken hendaknya dilakukan dengan mengacu pada konsep ekowisata, sehingga
pariwisata secara berkelanjutan dapat terwujud. Pengembangan kebijakan pariwisata
berkelanjutan bisa menjadi cara yang berguna untuk mendorong bentuk-bentuk bisnis
baru, meningkatkan lapangan kerja dan mempromosikan konservasi (Castellani dan Sala,
2010). Pengembangan pariwisata berkelanjutan harus berdasarkan analisis aktual
mengenai potensi lingkungan, sosial budaya dan sosial ekonomi yang dimanfaatkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Rydin et al, 2003).
Ekowisata adalah bagian dari pariwisata berkelanjutan (Wight 1993). Adapun
ekowisata merupakan suatu konsep yang telah mengakomodasi tourism demand dan
tourism supply, dimana hal tersebut terlihat dalam enam unsur yang mengikuti konsep
ekowisata yaitu : konservasi, edukasi, etika, sustainable development, impact dan local
benefit (McIntosh et al., 1995). Adapun yang menjadi batasan ekowisata meliputi:
pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan berbasis pemanfaatan lingkungan untuk
perlindungan, berintikan partisipasi aktif masyarakat, penyajian produk bermuatan
pendidikan dan pembelajaran, berdampak negatif minimum, dan memberikan kontribusi
positif terhadap pembangunan perekonomian daerah (Sekartjakrarini dan Legoh, 2004).
Selanjutnya The Ecotourism Society dalam Eplerwood (1999) menyebutkan ada
delapan prinsip ekowisata, yaitu: mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas
wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan
dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat, pendidikan konservasi lingkungan,
pendapatan langsung untuk kawasan, partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
penghasilan masyarakat, menjaga keharmonisan dengan alam, daya dukung lingkungan,
dan peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara.
2

Kerangka Pemikiran
Taman Nasional Bunaken (TNB) merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis
Indonesia yang terdiri atas ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan
ekosistem daratan/pesisir. Kekayaan dan daya tarik wisata yang dimiliki TNB
menjadikan TNB dikenal dunia dan merupakan andalan pariwisata Sulut. Permasalahan
yang terjadi saat ini adalah terjadinya degradasi lingkungan, hal ini teridentifikasi dari
berkurangnya luas tutupan karang serta berkurangnya spesies ikan. Salah satu
penyebabnya adalah kegiatan pariwisata itu sendiri, baik yang dilakukan oleh wisatawan,
pemandu, pelaku industri pariwisata itu sendiri, dan sistem pengelolaan kawasan yang
belum optimal.
Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai obyek dan daya tarik wisata memerlukan
suatu perencanaan sangat hati-hati karena dapat berdampak pada kerusakan lingkungan
setempat. Dampak negatif tersebut sering muncul sebagai dampak lanjutan dari
pengembangan pariwisata yang tidak direncanakan secara tepat dan benar. Pendapat
serupa juga dikemukakan oleh Smith, dimana, pencemaran pantai, erosi dan kerusakan
pantai, gangguan budaya, dan dominasi wisatawan pada areal pantai adalah beberapa
perubahan yang terjadi pada pengembangan pariwisata di pantai tropis yang tidak
terencana (Smith 1992; Gunn 1994). Untuk itu pengelolaan wisata TNB harus mengacu
pada konsep ekowisata untuk menjamin keberlangsungan. Adapun tahap-tahap yang akan
dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Melakukan studi literatur.
2) Melakukan kajian terhadap kondisi karang TNB untuk kepentingan ekowisata.
3) Melakukan kajian dampak ekowisata terhadap lingkungan, sosial ekonomi dan sosial
budaya.
4) Merumuskan model pengelolaan wisata yang mendukung konservasi TNB untuk
tercapainya pariwisata berkelanjutan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan alir
kerangka pikir (Gambar 1).
Perumusan Masalah.
Degradasi lingkungan wisata TNB yang teridentifikasi dengan berkurangnya
lahan tutupan karang, menggambarkan bahwa pengelolaan wisata TNB belum dilakukan
secara optimal. Pemanfaatan objek dan daya tarik wisata saat ini hanya terpusat pada
Pulau Bunaken saja, menyebabkan tekanan terhadap lingkungan setempat semakin tinggi.
Untuk itu perlu dibuat model pengelolaan wisata TNB dengan mengacu pada konsep
ekowisata. Pada pengelolaan saat ini beberapa hal yang menyebabkan kurang optimalnya
pengelolaan pariwisata TNB adalah:
1) Kebijakan pengelolaan wisata kawasan TNB kurang mengedepankan segi konservasi.
2) Belum optimal pemanfaatan obyek-obyek wisata yang ada, sehingga kegiatan wisata
hanya terpusat pada obyek wisata tertentu saja.
3) Pemanfaatan kawasan hanya mengedepankan dari segi ekonomi.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
3

1) Memetakan kondisi karang untuk melihat peruntukan kawasan.
2) Mengetahui dampak ekowisata terhadap lingkungan, sosial ekonomi, dan sosial
budaya.
3) Membuat model pengelolaan wisata Taman Nasional Bunaken yang berkelanjutan.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1) Sebagai alternatif kebijakan dalam pengelolaan ekowisata TNB.
2) Sebagai masukan bagi para pemangku kebijakan terkait pengelolaan ekowisata TNB.
3) Sebagai masukan untuk tercapainya pariwisata berkelanjutan.
Novelty
Novelty dalam penelitian ini adalah model pengelolaan TNB yang berkelanjutan
dan pendekatan model dinamik untuk melihat trend daya dukung lingkungan TNB
sebagai masukan bagi para pemangku kebijakan.

4

TAMAN NASIONAL BUNAKEN

Potensi

Adat Istiadat
Budaya
Kesenian

Terumbu Karang
Padang Lamun
Mangrove

Sumber Daya Ikan
Degradasi

EKOLOGI

SOSEK

SOSBUD

Pariwisata

MODEL PENGELOLAAN TNB

KEBIJAKAN
Feedback

Gambar 1. Bagan alir kerangka pikir.

5

2. TINJAUAN PUSTAKA.
Pariwisata dan Ekowisata

Batasan Serta Pengertian Pariwisata dan Ekowisata
Pariwisata adalah pergerakan temporer wisatawan ke obyek dan daya tarik wisata
(ODTW) di luar tempat mereka tinggal dan bekerja. Selama tinggal di ODTW tersebut
mereka melakukan kegiatan rekreasi di tempat yang terdapat fasilitas akomodasi untuk
memenuhi kebutuhan mereka (Mathieson dan Wall, 1982). Program pariwisata yang
dikenal dengan slogan ”Sapta Pesona Pariwisata Indonesia” diusahakan perwujudannya,
sehingga mampu menumbuhkan pesona yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Sapta
Pesona Pariwisata Indonesia bertujuan mewujudkan suasana aman, ketertiban
lingkungan, kesejukan, lingkungan bersih, keramahan masyarakat, dan kenangan indah
bagi wisatawan (Fandeli, 1995).
Cooper et al. (1999) mendefinisikan pariwisata dari dua sisi demand dan supply.
Definisi pariwisata biasanya lebih berorientasi pada sisi demand daripada sisi supply
(Gambar 2).
Tourism
Development
Decision
Making
Consumer
Behavior

Economic
Indikator

Accommodati
on

Intermedia

Tourism
Supply

Tourism
Demand
Motivation

Market

Concept

Classifications
of Tourism

Envr

SocioCulture

Attraction
Transport

Government
Organization

Destination

Carrying
Capacity

Gambar 2 Pariwisata dari sisi demand dan supply (Cooper et al, 1999).
Adapun ekowisata merupakan suatu konsep yang telah mengakomodasi tourism
demand dan tourism supply, dimana hal tersebut terlihat dalam enam unsur yang
mengikuti konsep ekowisata yaitu : konservasi, edukasi, etika, sustainable development,
impact dan local benefit. Sedangkan jika dilihat konsep pariwisata dari sisi demand,
sangat dipengaruhi oleh situasi ruang dan waktu. Dengan berbagai motivasi yang
mengikutinya (McIntosh et al., 1995) yang meliputi :
Fisik
: motivasi terkait dengan aktivitas yang bertujuan untuk
mengurangi tekanan fisik (penyegaran pikiran, kesehatan
dan ketenangan)
Budaya
: motivasi untuk melihat, mengetahui lebih banyak mengenai
budaya lain, gaya hidup, musik, seni dan dansa.
6

Antar-orang

: motivasi untuk mendapat pengalaman baru yang berbeda
seperti ; bertemu dengan orang baru, teman dan relasi.
Status atau prestise
: motivasi untuk mengunjungi ODTW yang masih alami dan
mengandung unsur pendidikan atau interpretasi.
Perilaku wisatawan saat ini telah berubah dimana wisatawan lebih memilih
ODTW yang bernuansa alami. Mayoritas wisatawan sekarang ini menginginkan
pariwisata yang bersifat rekreasi plus, yaitu dalam bentuk: 1) mendapatkan pengalaman
berwisata dalam suasana yang merefleksikan keunikan lingkungan setempat dan
terpelihara secara lestari, 2) interaksi aktif dengan masyarakat setempat untuk mengenal
lebih jauh tentang budaya, adat istiadat, tradisi dan nilai-nilai sosial masyarakat
(Sekartjakrarini, 2004). Kedua bentuk ini selain untuk memenuhi hasrat untuk
memperoleh pengalaman berwisata yang khas tidak dijumpai di tempat lain, juga
dimaksudkan sebagai pembelajaran (faktor interpretasi) untuk lebih memahami nilai-nilai
lingkungan dari tempat yang dikunjungi. Menurut Cooper et al (1999) keputusan
wisatawan untuk berwisata ditentukan oleh waktu luang, dana dan perilaku wisatawan
itu, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku wisatawan meliputi: promosi,
persepsi resiko berwisata dan motivasi.
Jika dilihat dari sisi supply, faktor-faktor pariwisata mencakup; transportasi,
atraksi, akomodasi, pelayanan, informasi, promosi, sosial budaya, daya dukung, destinasi,
dampak fisik lingkungan, kebijakan dan kelembagaan. Dari pemaparan tentang persepsi
pariwisata dari sisi demand dan supply menunjukkan bahwa faktor interpretasi
merupakan faktor penunjang pariwisata yang perlu di kembangkan untuk menunjang
produk pariwisata. Adapun ekowisata itu merupakan bentuk wisata yang bertanggung
jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat
secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat
(Fandeli dan Muklison, 1998). Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggung
jawab ke arah alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata
(Eplerwood, 1999).
Pengertian baru ekowisata berdasarkan hasil kajian dari 45 pakar, terdiri dari 31
pakar mancanegara dan 14 pakar nasional mengindikasikan ada tiga kelompok ekowisata
(Hengky, 2006) yaitu:
1. Tahun 1987-1990 menitik beratkan pada mengurangi dampak negatif lingkungan,
destinasi dan motivasi wisatawan.
2. Tahun 1991-2000 menekankan pada mengurangi dampak negatif lingkungan,
penghasilan masyarakat lokal, perjalanan yang bertanggung jawab dan budaya.
3. Tahun 2001-2005 menitik beratkan pada mengurangi dampak negatif lingkungan,
sustainable development dan penghasilan masyarakat lokal.
Adapun yang menjadi batasan ekowisata meliputi: (1) pengembangan dan
penyelenggaraan kegiatan berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan, (2)
berintikan partisipasi aktif masyarakat, (3) penyajian produk bermuatan pendidikan dan
pembelajaran, (4) berdampak negatif minimum, dan (5) memberikan kontribusi positif
terhadap pembangunan perekonomian daerah dan diberlakukan bagi kawasan lindung;
kawasan terbuka; kawasan alam binaan serta kawasan budaya (Sekartjakrarini dan
Legoh, 2004). Pada umumnya, pasar ekowisata tertuju pada daerah aktivitas jalan
(walking) di desa atau mendaki gunung. Pariwisata dengan kombinasi pedesaan, pantai,

7

bukit, bentang alam, dan kuatnya komponen budaya umumnya akan lebih menarik minat
wisatawan ekowisata (Anderson, 2001)
Berdasarkan konsep ekowisata ada beberapa kegiatan yang dapat dijadikan dasar
untuk menyatakan bahwa sebuah kegiatan dapat dikategorikan sebagai ekowisata
(Justiano, 1998), yaitu:
1. Kegiatan hanya dilakukan oleh grup wisata yang kecil.
2. Mempekerjakan penduduk lokal dalam bentuk kegiatan wisata tersebut.
3. Mempromosikan pendidikan lingkungan.
4. Membayar biaya masuk untuk melihat keindahan alam yang ada.
5. Melarang para wisatawan untuk membuang sampah serta mempromosikan
kebersihan lingkungan.
6. Melarang para wisatawan untuk merusak tanaman dan membunuh hewan.
7. Tidak menggunakan kendaraan untuk melakukan wisata.
8. Melarang untuk memakan dan memberikan daging hewan liar.
The Ecotourism Society (Eplerwood 1999) menyebutkan ada delapan prinsip
ekowisata, yaitu:
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan
budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam
dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat
akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di
alam.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk
ekowisata dan manajemen pengelolaan kawasan pelestarian dapat menerima
langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat
dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan
kualitas kawasan pelestarian alam.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan
pengembangan ekowisata, demikian pula di dalam pengawasan peran masyarakat di
harapkan ikut secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat
dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam.
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk
pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam.
Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis
ini. Menghindari sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan
fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.
7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung
yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin
permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.
8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan
pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan
didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah
daerah setempat.
Ekowisata adalah bagian dari pariwisata berkelanjutan (Wight, 1993; Western
dan David, 1993). Perbedaan ekowisata dengan pariwisata (Gambar 3) terletak pada
8

karakteristiknya. Karakteristik ekowisata lebih ke arah primitif dan alami, sedangkan
karakteristik pariwisata lebih ke arah hiburan (Wight, 1995a).
Primitif Alami
Karakteristik
(ekowisata)
1. Lokasi yang leluasa, jauh, dan bebas dari aktivitas
2. Melihat tumbuhan, hewan, margasatwa dan alami
3. Penduduk asli, seni dan budaya
4. Benefit bagi masyarakat setempat
Hiburan
(Pariwisata masal)

5. Tantangan fisik
6. Tempat belanja dan tempat makan yang baik
7. Atraksi
populer keunggulan ekowisata terhadap pariwisata
Gambar
3 Diskriminan
(Crosseley dan Lee, 1994)
8. Kehidupan malam/hiburan

Dilihat dari bentuk kegiatannya, ekowisata tampaknya tidak berbeda dari kegiatan wisata
alam biasa. Dalam pengembangan dan penyelenggaraan kegiatan ekowisata, kepedulian,
tanggung-jawab, dan komitmen tersebut harus diwujudkan dengan berpegang teguh pada
prinsip dan kriteria-kriteria pengembangan ekowisata.

Sejarah Munculnya Istilah Ekowisata
Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia dan World Travel and
Tourism Council 2006 menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki pertumbuhan
yang sangat besar, yaitu 4% per-tahun dan menyumbang sebesar 11,6% pada GNB dunia.
Namun demikian, kebijakan pembangunan pariwisata yang telah dilakukan lebih
mengutamakan manfaat ekonomi sehingga mengakibatkan terabaikannya pelestarian
lingkungan dan terpinggirkannya penduduk lokal (Lindberg, 1995).
Degradasi lingkungan seperti berkurangnya keragaman hayati dapat terjadi
sebagai akibat dari pembangunan berbagai sarana akomodasi, transportasi dan perilaku
wisatawan yang kurang ramah terhadap lingkungan. Selain itu pelaku industri pariwisata
pada umumnya didominasi oleh pengusaha sedangkan penduduk lokal pada banyak kasus
hanya menjadi pihak yang menjual tanah, tenaga dan lainnya untuk kepentingan
pengusaha dan kemudian mereka termajinalkan. Keadaan ini mendorong timbulnya
kesadaran untuk mengembangkan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan
(ecological friendly) dan peningkatan perekonomian masyarakat lokal, sehingga terjadi
kesetaraan ekonomi bagi penduduk lokal dengan pengusaha wisata.
Istilah ekowisata mulai diperkenalkan pada tahun 1987 oleh Hector Ceballos
Lascurain, setelah itu beberapa pakar mendefinisikan ekowisata yang masing-masing
meninjau dari sudut pandang yang berbeda. Definisi ekowisata menurut The Ecotourism
Society (1990) sebagai berikut; ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata kearah
alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan
kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Perjalanan mengeksplorasi yang ingin
mengetahui keadaan di benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo,
Washington,Wallacea, Weber, Junghuhn, dan Van Sreines dan masih banyak yang lain
9

merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan.
Para adventurer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan
ekowisata. Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal
memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia
barat maupun timur telah mengunjungi Indonesia pada abad lima belas yang lalu.
Taman nasional, Fungsi dan Sistem Pengelolaannya
Definisi taman nasional Indonesia yang dinyatakan dalam UU no 5/1990 tentang
Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya adalah “kawasan pelestarian
alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan
untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata
dan rekreasi”.
Taman nasional awalnya dibentuk dengan tujuan sebagai penyangga kawasan
produktif untuk menjaga keseimbangan ekologis suatu wilayah regional agar tetap
terjaga. Penetapan kawasan taman nasional biasanya dilakukan pada lahan-lahan
marginal yang tidak atau belum terjangkau oleh pembangunan intensif. Menurut
MacKinnon et al.(1992), dasar untuk menetapkan suatu kawasan sebagai Taman nasional
adalah: 1) Kharakteristik atau keunikan ekosistem, 2) Mempunyai keanekaragaman
spesies atau spesies khusus yang ‘bernilai’, 3) Mempunyai lansekap dengan ciri geofisik
atau estetik yang ‘bernilai’, 4) Mempunyai fungsi perlindungan hidrologi (tanah, air,
iklim lokal), 5) Mempunyai sarana untuk rekreasi alam dan kegiatan wisata, dan 6)
Mempunyai tempat peninggalan budaya yang tinggi (candi, peninggalan purbakala dan
lain sebagainya).
Adapun fungsi taman nasional sangat beraneka ragam untuk memenuhi
kebutuhan manusia terutama kaitannya yang relevan dengan tujuan pembangunan
ekonomi, sosial dan pengelolaan lingkungan antara lain berupa: 1) Pemeliharaan contoh
yang memiliki unit-unit biotik utama untuk melestarikan fungsinya dalam ekosistem, 2)
Pemeliharaan keragaman ekologi dan hukum lingkungan, 3) Pemeliharaan sumberdaya
genetika, 4) Pemeliharaan obyek, struktur dan tapak warisan kebudayaan, 5)
Perlindungan keindahan panorama alam, 6) Penyediaan fasilitas pendidikan, penelitian
dan pemantauan lingkungan dalam areal alamiah, 7) Penyediaan fasilitas rekreasi dan
turisme, 8) Pendukung pembangunan dan pengembangan daerah pedesaan serta
penggunaan lahan marginal secara rasional, 9) Pemeliharaan produksi daerah aliran
sungai, dan 10) Pengendalian erosi dan sedimentasi serta melindungi investasi daerah
hilir (Miller, 1978 dalam Abbas, 2005).
Menurut UU no 5/1990, beberapa zona yang dimungkinkan terdapat dalam suatu
taman nasional adalah zona pemanfaatan yakni daerah dalam kawasan taman nasional
yang menjadi pusat kegiatan (terutama rekreasi). Berikutnya adalah zona inti yakni
bagian dari kawasan taman nasional yang mutlak untuk dilindungi dan memiliki
kemurnian hewan dan tumbuh-tumbuhan secara alamiah, daerah ini tidak boleh diganggu
kecua